Anda di halaman 1dari 14

Om swastiastu

 NAMA : KADEK DWI MELANIE RAHAYU


 NIM : 18.321.2874
 KELAS : A12-B
KEPERAWATAN JIWA II

 DEFISIT PERAWATAN DIRI


PENGERTIAN

 Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi


pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan atau
melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK
(toileting) (Fitria, 2012). Pasien gangguan jiwa
akan mengalami kurangnya perawatan diri
yang terjadi akaibat perubahan proses pikir
sehingga aktivitas perawatan diri menurun
PROSES TERJADINYA MASALAH

 Faktor Prediposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang menjadi sumber terjadinya
stres yang memengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres
baik yang biologis, psikososial, dan sosiokultural. Secara bersama-sama, faktor
ini akan memengaruhi seseorang dalam memberikan arti dan nilai terhadap stres
pengalaman stres yang dialaminya. Adapun macam-macam faktor predisposisi
meliputi hal sebagai berikut.

 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
gangguan kognitif atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri
Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri.

Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti


(2014), perawatan diri terdiri dari:

 Defisit perawatan diri: mandi


 Defisit perawatan diri: berpakaian
 Defisit perawatan diri: makan
 Defisit perawatan diri: eliminasi
Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2012) tanda dan gejala yang tampak pada klien yang mengalami
defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
 Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan,memperoleh

atau mendapatkan sumber air.


 Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam melakukan atau mengambil potongan
pakaian,
menaggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
 Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan.
 BAB/BAK(toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban
Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri

1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderta seseorang
karena tidak terpeliharannya kebersihan perorangan
dengan baik, gangguan fisik yang terjadi adalah:
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik.
2. Dampak Psikososial
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan
dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan
gangguan interaksi sosial.
Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri

 Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan


perawatan medis, karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien
lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

 Pohon Masalah

Effect Risiko Tinggi Isolasi Sosial


 
Core problem Defisit Perawatan Diri

Causa Harga Diri Rendah


Konsep Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Defisit Perawatan Diri
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Klien dibawa kerumah sakit pada umumnya karena Defisit dalam merawat diri, dari perawatan -
perawatan diri yang biasa dilakukan, dan  sekarang jarang dilakukan dengan diawali masalah
seperti senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung.
3.  Faktor Predisposisi
a.   Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
b.   Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c.   Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
d.   Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
e.  Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya,
dan saksi penganiyaan
f.   Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
g. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang dapat menimbulkan
frustasi
 Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada system dan fungsi organ; yang meliputi :
a.  Ukur dan observasi tanda–tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan klien.
b.  Ukur tinggi badan dan berat badan klien
c.  Keluhan fisik: biasanya tidak ada keluhan fisik

 Aspek Psikososial
a. Gambaran diri. F. Interaksi selama berbicara.
b. Identitas diri. G. Persepsi
c. Peran H. Proses pikir
d. Ideal
e. Harga diri
 Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktifitas motorik
d. Alam perasaan
e. Efek
 Kebutuhan persiapan pulang.
a. Makan
b. Buang air besar / buang air kecil
c. Mandi
d. Berpakaian / berhias
e. Istirahat dan tidur

 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri

 Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1      : Defisit Perawatan Diri (kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK).
1.Tujuan Umum :Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri.
2.Tujuan Khusus :
TUK I : Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Intervensi :
a.Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
b.Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c.Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d.Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
TUK II :Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
Intervensi :
a. Untuk pasien laki – laki, latihannya meliputi :
b. Berpakaian
c. Menyisir rambut
d. Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
e. Berpakaian
f. Menyisir rambut
g. Berhias

TUK III :  Pasien mampu melakukan makan dengan baik


Intervensi :
h. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
i. Menjelaskan cara makan yang tertib
j. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
k. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
 
TUK IV :Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi :
l. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
m. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
n. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
 Evaluasi
Dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola fikir.
S = respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O= respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A= analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada.
P= perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.

Anda mungkin juga menyukai