OLEH :
KELOMPOK III
A12-B
Gusti Ayu Ratna Dewi 183212866
I Wayan Widarta 183212873
Made Okthaviani Susilawati Dewi 183212876
Ni Kadek Ayu Dewi Cahyani 183212877
Ni Komang Suryantini 183212890
Ni Luh Erina 183212892
Putu Suci Kristina Dewi 183212898
Puja dan puji syukur yang tiada terhingga penulis haturkan kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas rahmat dan
karunia-Nya, karya tulis yang berjudul “Konsep Promos Kesehatan Dan Program
Promosi Kesehatan Sesuai Dengan Kebijakan Di Indonesia” ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas II dalam menempuh Pendidikan Program Studi Keperawatan Program
Sarjana, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali pada semester ganjil
tahun 2020, yang diampu oleh bapak dr. Ketut Suarjaya,MPPM
Dalam keberhasilan penyusunan karya tulis ini, tentunya tidak luput dari
bantuan beberapa pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya
tulis ini.
Penulis menyadari bahwa, karya tulis ini masih jauh dari yang sempurna.
Oleh kerena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya-
karya penulis berikutnya. Semoga karya tulis ini ada manfaatnya.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Promosi Kesehatan........................................................................3
2.2 Program Promosi Kesehatan Sesuai
Dengan Kebijakan Di Indonesia.......................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................15
3.2 Saran...........................................................................................................15
DAFTAR USTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Promosi Kesehatan.
2. Untuk Mengetahui Program Promosi Kesehatan Sesuai Dengan Kebijakan
Di Indonesia.
1.4 Manfaat
1. Agar Mampu Memahami Konsep Promosi Kesehatan.
2. Agar Mampu Memahami Program Promosi Kesehatan Sesuai Dengan
Kebijakan Di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2012). Visi lainnya yaitu menerapkan pendidikan kesehatan pada
program-program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun
program kesehatan lainnya.
Sedangkan misi promosi kesehatan ialah terkait upaya pencapaian
suatu visi, di antaranya yaitu advokasi, mediasi dan kemampuan atau
keterampilan. Advokasi merupakan kegiatan terencana yang ditujukan
kepada para penentu kebijakan untuk mempengaruhi para pembuat
keputusan bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui suatu keputusan (Notoatmodjo, 2012). Mediasi
(penghubung) berarti pelaksanaan promosi kesehatan perlu menjalin
kemitraan dengan berbagai program yang berkaitan dengan kesehatan.
Kemampuan (enable) berarti masyarakat diberikan suatu keterampilan
agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya secara mandiri.
4
3. Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan, bidang lainnya yang
berkaitan dan pihak yang memfasilitasi sumber daya.
5
mengatasi faktor-faktor penentu kesehatan (Jakarta 1997 dan Meksiko
2000). Mereka telah menyerukan tindakan untuk menutup kesenjangan
implementasi antara bukti dan aplikasi konkret dalam pembangunan
kesehatan (Nairobi 2009). Konferensi Global 8 dari Promosi Kesehatan
(Helsinki 2013) meninjau pengalaman dalam terlibat dalam Kesehatan di
Semua Kebijakan pendekatan dan mendirikan bimbingan untuk tindakan
nyata di negara-negara di semua tingkat pembangunan (WHO, 2016).
Pada tahun 1986 di Ottawa, Kanada, berlangsung konfrensi
internasional promosi kesehatan yangmenghasilkan piagam Ottawa
(Ottawa Charter). Konferensi Internasional pertama pada Promosi
Kesehatan, pertemuan di Ottawa hari ke-21 ini November 1986, dengan
ini menyajikan CHARTER ini untuk tindakan untuk mencapai Kesehatan
untuk Semua pada tahun 2000 dan seterusnya (WHO, 2016)
Upaya promosi kesehatan awal difokuskan pada tanggung jawab
individu untuk kesehatan dan menekankan penentu perilaku dan
pendekatan pendidikan. Namun, bukti menunjukkan kesehatan yang
program promosi juga harus mengatasi lingkungan sosial dan fisik, karena
ini juga berkontribusi kesehatan yang buruk. Fokus pada promosi
kesehatan sebagai suatu proses untuk memungkinkan orang untuk
mengatasi tantangan dan meningkatkan kontrol atas lingkungan mereka
untuk meningkatkan kesehatan mereka (WHO, 1986). Dokumen ini
meletakkan dasar untuk teori dan praktek promosi kesehatan dan
menekankan peran sumber daya sosial dan pribadi serta kemampuan fisik,
dan kebutuhanuntuk mencapai kesetaraan dalam kesehatan. Ottawa
Charter juga mendokumentasikan tanggung jawab nonpemerintahdan
instansi pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan
kebijakan publik kesehatan (Pender;Murdaligh;Parson, 2015).
Konferensi ini terutama tanggapan terhadap harapan yang berkembang
untuk gerakan kesehatan masyarakat baru di seluruh dunia. Diskusi
difokuskan pada kebutuhan di negara-negara industri, tetapi
memperhitungkan kepedulian yang sama di semua wilayah lainnya. Ini
6
dibangun di atas kemajuan yang dibuat melalui Deklarasi Kesehatan
Primer di Alma-Ata, Target Organisasi Kesehatan Dunia untuk Kesehatan
untuk semua dokumen, dan perdebatan baru-baru ini di Majelis Kesehatan
Dunia pada tindakan lintas sektoral untuk kesehatan.
Menurut Otawa Charter, kondisi fundamental dan sumber daya untuk
kesehatan adalah: perdamaian, berlindung, pendidikan, makanan,
pendapatan, eko-sistem yang stabil, sumber daya yang berkelanjutan,
keadilan sosial, dan keadilan. Peningkatan kesehatan memerlukan
landasan prasyarat dasar, yaitu Advocate, Enable, dan Mediate. Ottawa
Charter adalah katalis yang bergerakpromosi kesehatan di luar
didefinisikan sebagai suatu kegiatan pendidikan untuk konsep yang lebih
luas yang juga berfokus pada lingkungan sosial dan politik (McQueen &
De Salazar, 2011). Bangkok Charter mengidentifikasi tindakan, komitmen
dan janji yang diperlukan untuk mengatasi faktor-faktor penentu kesehatan
di dunia global melalui promosi kesehatan. Bangkok Charter bertujuan
membuat kebijakan dan kemitraan untuk memberdayakan masyarakat, dan
untuk meningkatkan kesehatan dan kesetaraan kesehatan, harus menjadi
pusat pembangunan global dan nasional (WHO, 2005).
Bangkok Charter ini mencakup penonton yang menjangkau orang,
kelompok dan organisasi yang sangat penting untuk pencapaian kesehatan,
termasuk: pemerintah dan politisi di semua tingkatan, masyarakat sipil,
sektor swasta, organisasi internasional, dan komunitas kesehatan
masyarakat. Promosi kesehatan PBB mengakui bahwa penikmatan standar
kesehatan tertinggi adalah salah satu hak dasar setiap manusia tanpa
diskriminasi. promosi kesehatan berdasarkan hak asasi manusia kritis dan
menawarkan konsep positif dan inklusif kesehatan sebagai penentu
kualitas hidup dan meliputi mental dan spiritual kesejahteraan. promosi
kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan
kontrol atas kesehatan mereka dan penentunya, dan dengan demikian
meningkatkan kesehatan mereka. Ini adalah fungsi inti dari kesehatan
masyarakat dan berkontribusi terhadap pekerjaan menanggulangi penyakit
7
menular dan tidak menular dan ancaman lain terhadap kesehatan (WHO,
2005).
8
2.1.7 Model Promosi Kesehatan
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor
internal (fisik dan psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya,
lingkungan fisik, politik, ekonomi seta pendidikan). Hal tersebut dapat
menjadi latar belakang dikembangkannya model-model kesehatan.
Model-model promosi kesehatan tersebut di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Health Belief Model (HBM), merupakan model kognitif, yang
digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan yang
digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara
luas dalam program pencegahan atau deteksi penyakit.
2. Theory of Reasoned Action (TRA), digunakan dalam berbagai
perilaku manusia, khususnya berkaitan dengan masalah
sosiopsikologis, kemudian berkembang dan banyak digunakan untuk
menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan.
(Maulana, 2009) Teori ini menghubungkan antara keyakinan (beliefs),
sikap (attitude), kehendak (intention), dan perilaku.. TRA Merupakan
model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan
dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan, seperti pengaturan
penggunaan substanti terterntu (merokok, alcohol, dan narkotik),
perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan AIDS dan
penggunaan kondom dll.
3. Transteoritikal Model (TTM), adalah kerelaan individu untuk
berubah, yaitu merubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, dan
yang sehat menjadi lebih sehat lagi.
4. PRECEDE dan PROCEED Model. Model ini dikembangkan untuk
diagnosis mengenai pendidikan mulai dari kebutuhan pendidikan
sampai pengembangan program. PRECEDE merupakan kependekan
dari Predisposing, Reinforcing, and Enable Causes in Educational
Diagnosis and Evaluation. Terdapat tujuh tahap dalam merumuskan
diagnosis dalam model ini, yaitu: diagnosis sosial, diagnosis
9
epidemologi, diagnosis perilaku dan lingkungan, diagnosis
pendidikan. Perawat dapat mengembangkan pernyataan diagnosa yang
menggambarkan pendidikan apa yang dibutuhkan oleh klien (Ivanov
& Blue, 2008).
10
2.1.9 Media Promosi Kesehatan
Dalam melakukan promosi kesehatan perlu diperhatikan media yang
digunakan agar dapat menarik perhatian sasaran dalam mengikuti promosi
kesehatan. Menurut (Kholid, A., 2012) media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, film,
video dan sebagainya. Media merupakan alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran
(Maulana, H. D., 2007). Tujuan dari penggunaan media dalam pengajaran
yaitu untuk memperjelas pesan, mengatasi keterbatasan ruang, waktu
tenaga, daya indra, menimbulkan semangat belajar, interaksi langsung
antara peserta didik dan sumber belajar, serta memungkinkan peserta
belajar mandiri sesuai bakat (Simamora, 2009).
Pelaksanaan promosi kesehatan membutuhkan media yang dapat
memudahkan aktivitas promosi kesehatan terutama pada saat pendidik
(sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran. Adapun jenis –
jenis media pembelajaran menurut (Kholid, A., 2012) yaitu:
1. Media visual seperti grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun dan
komik
2. Media auditif seperti radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
3. Projected still media seperti slide, over head projector, in focus dan
sejenisnya
4. Projected motion media seperti film, televise, video, computer dan
sejenisnya.
11
2.2 Program Promosi Kesehatan Sesuai Dengan Kebijakan Di Indonesia
Program promosi kesehatan saat ini sesuai dengan kebijakan yang ada
di Indonesia adalah GERMAS. Germas merupakan gerakan nasional yang
diprakarsai oleh Presiden RI yang lebih mengutamakan upaya preventif dan
promotif, tanpa menghilangkan upaya kuratif dan rehabilitatif dengan
melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma
sehat. Dalam rangka menyukseskan program GERMAS, tidak bisa hanya
mengandalkan peran sektor kesehatan saja,tetapi peran Kementerian dan
Lembaga di sector lainnya juga turut menentukan, serta didukung oleh peran
serta seluruh masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, dan lapisan
masyarakat dalam mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha,
organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan
anggotanya untuk berperilaku sehat serta pemerintah baik di tingkat pusat
maupun daerah dalam menyiapkan sarana dan prasarana pendukung,
memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya (Soleman & Noer, 2017).
Salah satu dukungan nyata lintas sektor untuk suksesnya GERMAS,
diantaranya Program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berfokus pada pembangunan
akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni, yang merupakan
infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal keamanan
pangan.
Setidaknya terdapat 7 langkah penting dalam rangka menjalankan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.Ketujuh langkah tersebut merupakan
bagian penting dari pembiasaan pola hidup sehat dalam masyarakat guna
mencegah berbagai masalah kesehatan yang beresiko dialami oleh
masyarakat Indonesia.Berikut ini 7 langkah GERMAS yang dapat menjadi
panduan menjalani pola hidup yang lebih sehat.
1. Melakukan Aktivitas Fisik
Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim
melakukan aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun
12
berolah raga. Kemudahan – kemudahan dalam kehidupan sehari – hari
karena bantuan teknologi dan minimnya waktu karena banyaknya
kesibukan telah menjadikan banyak orang menjalani gaya hidup yang
kurang sehat. Bagian germas aktivitas fisik merupakan salah satu gerakan
yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan seseorang.
2. Budaya Konsumsi Buah dan Sayur
Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali menjadikan
berkurangnya konsumsi sayur dan buah yang sebenarnya jauh lebih sehat
dan bermanfaat bagi kesehatan.Beberapa jenis makanan dan minuman
seperti junk food dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau
dihentikan konsumsinya.Menambah jumlah konsumsi buah dan sayur
merupakan contoh GERMAS yang dapat dilakukan oleh siapapun.
3. Tidak Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi
kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup
sehat dan akan berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang
– orang di sekitarnya. Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode
bantuan berhenti merokok yang lain dapat menjadi alternatif untuk
menghentikan kebiasaan buruk tersebut.
4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok;
baik itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang – orang
di sekitarnya.
5. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
Salah satu bagian dari arti germas sebagai gerakan masyarakat hidup sehat
adalah dengan lebih baik dalam mengelola kesehatan.Salah satunya adalah
dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan tidak hanya
datang ke rumah sakit atau puskesmas ketika sakit saja.Langkah ini dapat
memudahkan mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih dini.
6. Menjaga Kebersihan Lingkungan
13
Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan
meningkatkan kualitas lingkungan; salah satunya dengan lebih serius
menjaga kebersihan lingkungan.Menjaga kebersihan lingkungan dalam
skala kecil seperti tingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan
pengelolaan sampah. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah menjaga
kebersihan guna mengurangi resiko kesehatan seperti mencegah
perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan sekitar.
7. Menggunakan Jamban
Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup
sehat; salah satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana
pembuangan kotoran.Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat
meningkatkan resiko penularan berbagai jenis penyakit sekaligus
menurunkan kualitas lingkungan.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RIsecara khusus mengingatkan
masyarakat untukmenjaga kesehatan melalui Gerakan MasyarakatHidup Sehat
(GERMAS) untuk mewujudkanIndonesia sehat.(Cokroadhisuryani,
2018).Salah satu program pemerintah untukmewujudkan masyarakat sehat
adalah melaluiProgram Indonesia Sehat dengan PendekatanKeluarga (PIS-
PK).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kholid. (2014). Promosi kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo.
Barker, S. (2007). Vital notes for nurses: psychology. Hoboken: Blackwell
Publishing Ltd.
Departemen Kesehatan RI. (2012). Kemitraan Pemerintah dan Swasta Dalam
Pengendalian Kesehatan. Depkes RI.