2. Etiologi
Menurut NANDA (2013) etiologi pada gangguan termoregulasi yaitu:
a. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu
sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan.
Regulasi suhu tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan
terus menurun saat seseorang semakin tua. Mereka lebih sensitif terhadap suhu
yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama pengaturan
vasomotor (vasokonstriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangnya jaringan
subkutan, berkurangnya aktivitas kelenjar keringat, dan metabolisme menurun.
b. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan
karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan
dapat meningkatkan produksi panas terjadi peningkatan suhu tubuh.
c. Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini
karena ada variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan
turun sesuai siklus menstruasi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa
subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat
menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan
perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan
suhu tubuh sementara sebanyak 4°C, yang sering disebut hot flashes. Hal ini
diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.
d. Irama Sirkardian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama periode 24 jam. Suhu
terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu tubuh
meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun lagi sampai
pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di
malam hari dan tidur di siang hari.
e. Stress
Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang
akan meningkatkan produksi panas.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang
tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan.
Selain itu sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap produksi panas tubuh yang lain
menurut Kozier, et al., (2011) antara lain:
a. Laju Metabolisme Basal (BMR)
Laju metabolisme basal (BMR) merupakan lagi penggunaan energi yang
diperlukan tubuh untuk mempertahankan aktivitas penting seperti bernapas. Laju
metabolisme akan meningkat seiring dengan peningkatan usia. Pada umumnya,
semakin muda usia individu, semakin tinggi BMR-nya.
b. Aktifitas Otot
Aktivitas otot, termasuk menggigil akan meningkatkan laju metabolisme.
c. Sekresi Tiroksin
Peningkatan sekresi tiroksin akan meningkatkan laju metabolisme sel di seluruh
tubuh. Efek ini biasanya disebut sebagai termogenesis kimiawi, yaitu stimulasi
untuk menghasilkan panas di seluruh tubuh melalui peningkatan metabolisme
seluler.
d. Stimulasi epinefrin, norepinefrin, dan simpatis.
Hormon ini segera bekerja meningkatkan laju metabolisme seluler di banyak
jaringan tubuh. Epinefrin dan norepinefrin langsung bekerja mempengaruhi sel
hati dan sel otot, yang kemudian akan meningkatkan laju metabolisme seluler.
e. Demam
Demam dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudian akan meningkatkan
suhu tubuh.
Pusat integrasi
termoregulasi hipotalamus
Otot rangka
Pembuluh Kelenjar
Kontrol
darah keringat
produksi
panas/pengg
urangan Kontrol produksi
panas panas Kontrol
pengurangan panas
5. Klasifikasi / mekanisme
Menurut Potter dan Perry (2005), mekanisme demam adalah sebagai berikut:
Hiperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu
untuk memepertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
menyebabakan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam sebenarnya merupakan akibat
dari perubahan set point hipotalamus. Pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan
peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen
bekerja sebagai antigen, memepengaruhi sistem imun. Sel darah putih diproduksi lebih
banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Substansi ini juga
mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point.
Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan menghemat
panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama
periode ini orang menggigil, gemetar dan merasa kedinginan meskipun suhu tubuh
meningkat.
Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih tinggi tercapai. Selama
fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan kering. Jika
set point baru telah ‘melampaui batas’, atau pirogen telah dihilangkan (misalnya estruksi
bakteri oleh antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun,
menimbulkan respon pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena
vasodilatasi. Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Demam juga
bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi interfero, substansi ini yang bersifat
melawan virus. Pola demam berbeda, bergantung pada pirogen. Durasi dan derajat demam
bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan individu untuk berespon.
6. Gejala Klinis
a. Hipertermi
1) Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah),
2) Takipnea (nafas lebih dari 24 x/menit),
3) Takikardi (nadi lebih dari 100x/menit),
4) Kulit kemerahan,
5) Kulit terasa hangat,
6) Kejang,
7) Gelisah, dan
8) Suhu diatas 37,5°C.
b. Hipotermi
1) Bradikardi (nadi kurang dari 60x/menit),
2) Sianosis,
3) Hipoksia,
4) Kulit dingin,
5) CRT lambat,
6) Menggigil,
7) Pengkatan konsumsi oksigen,
8) Penurunan ventilasi,
9) Takikardi,
10) Vasokontriksi perifer,
11) Suhu di bawah 36,5°C (NANDA, 2013)
8. Therapy
Pada gangguan termoregulasi hipertermi diberikan antipiretik dan pada hipotermi
diberkan infus normal salin yang telah dihangatkan, beri terapi oksigen
9. Komplikasi
a. Dehidrasi: hipertermi ↑ penguapan cairan tubuh.
b. Pusing
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subyektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
b. Data obyektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
c. Analisa data
1) Data primer. Data yang diperoleh dari pasien itu sendiri melalui percakapan
dengan pasien.
2) Data sekunder. Data yang diperoleh dari orang lain yang mengetahui keadaan
pasien melalui komunikasi dengan orang yang dikenal, dokter/ perawat.
2. Diagnosa
a. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
b. Hipertermia
c. Hipotermia
d. Ketidakefektifan termoregulasi
3. Rencana Tindakan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Risiko ketidakseimbangan Termoregulasi dengan Pengaturan Suhu:
suhu tubuh kriteria hasil: Monitor suhu
Suhu tubuh dalam setiap 2 jam, sesuai
rentang normal kebutuhan
Nadi dan RR Monitor tekanan
rentang normal darah, nadi dan
Tidak ada respirasi
perubahan warna Monitor suhu dan
kulit warna kulit
Monitor dan
laporkan adanya
tanda dan gejala
dari hipotermia dan
hipertermia
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat
Instruksikan pasien
bagaimana
mencegah
keluarnya panas
dan serangan
panas
Diskusikan
pentingnya
termoregulasi dan
kemungkinan efek
negatif dari demam
yang berlebihan
Informasikan
pasien mengenai
indikasi adanya
kelelahan akibat
panas dan
penanganan
emergensi yang
tepat
Sesuaikan suhu
lingkungan untuk
kebutuhan pasien
Berikan medikasi
yang tepat untuk
mencegah dan
mengontrol
menggigil
Berikan
pengobatan
antipiretik, sesuai
kebutuhan
2 Hipertermia Termoregulasi dengan Perawatan demam
kriteria hasil: Pantau suhu dan
Suhu tubuh dalam tanda-tanda vital
rentang normal lainnya
Nadi dan RR Monitor warna
rentang normal kulit dan suhu
Tidak ada Monitor asupan
perubahan warna dan keluaran,
kulit sadari perubahan
kehilangan cairan
yang tak dirasakan
Bari obat atau
cairan IV (misal
antipiretik, agen
antibakteri, dan
agen anti
menggigil)
Tutup pasien
dengan selimut
atau pakaian ringan
Dorong konsumsi
cairan
Fasilitasi istirahat;
pembatasan
aktivitas
Kompres pada
lipatan paha dan
aksila
Tingkatkan
sirkulasi udara
Pantau komplikasi-
komplikasi yang
berhubungan
dengan demam
serta tanda dan
gejala kondisi
penyebab demam
Pastikan tanda lain
dari infeksi yang
terpantau pada
orangtua
Lembabkan bibir
dan mukosa hidung
yang kering
3 Hipotermia Termoregulasi dengan Perawatan Hipotermi
kriteria hasil: Monitor suhu
Suhu tubuh dalam pasien,
rentang normal menggunakan alat
Nadi dan RR pengukur dan rute
rentang normal yang paling tepat
Tidak ada Bebaskan pasien
perubahan warna dari lingkungan
kulit yang dingin
Bebaskan pasien
dari pakaian yang
dingin dan basah
Dorong pasien
yang mengalami
hipotermia
uncomplicated
untuk
mengkonsumsi
cairan hangat,
tinggi karbohidrat
tanpa alkohol atau
kafein
Berikan pemanas
yang pasif
(misalnya selimut,
pakaian hangat,
tutup kepala)
Berikan
pengobatan dengan
hati-hati
Monitor adanya
gejala-gejala yang
berhubungan
dengan hipotermia
ringan
Monitor adanya
syok pemanasan
kembali
Monitor warna
kulit dan suhu kulit
Identifikasi faktor
medis, lingkungan
dan faktor lain yang
mungkin memicu
hipotermia
4. Ketidakefektifan Termoregulasi dengan Monitor tanda-
termoregulasi kriteria hasil: tanda vital
Suhu tubuh dalam Monitor tekanan
rentang normal darah, nadi, suhu,
Nadi dan RR dan status
rentang normal pernafasan dengan
Tidak ada tepat
perubahan warna Monitor dan
kulit laporkan tanda dan
gejala hipotermia
dan hipertermia
Monitor irama dan
laju pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor warna
kulit, suhu,
kelembaban
Monitor sianosis
sentral dan perifer
4. Evaluasi