Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI SRIKANDI 5 RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Praktek Keperawatan Dasar

Disusun Oleh:
HAJIDAH NUR AFIFAH
17/421257/KU/20209

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
I. KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. DEFINISI
Cairan dan elektrolit merupakan salah satu elemen yang penting untuk mempertahankan
keseimbangan atau homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam sekuruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan saling bergantung satu sama lain, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis
tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri dari air yang mengandung partikel-partikel bahan
organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit mengandung komponen-komponen
kimiawi. Elektrolit tubuh memiliki muatan positif (kation) dan muatan negatif (anion).
Elektrolit memiliki fungsi yang penting bagi tubuh seperti membantu fungsi neuromuscular
dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuskular, elektrolit memiliki peranan
penting terkait dengan transmisi impuls saraf.
Cairan dalam tubuh terdistribusi dalam 2 ruangan yakni cairan intraselular san cairan
ekstraseluler. Cairan intraselular adalah cairan yang terdapat di dalam sel dengan jumlah
sekitar 40% dari berat badan dan merupakan bagian dari protoplasma pada bagian intraseluler
ini juga terjadi proses metabolisme. Sedangkan cairan ekstraseluler merupakan cairan yang
terdapat di luar sel dengan jumlah sekitar 20% dari berat badan. Cairan ini berperan untuk
memberikan nutrisi bagi sel dan mengeluarkan sisa metabolisme.
Cairan ekstraseluler ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu cairan interstisial dan
cairan transeluler. Cairan intravaskuler adalah cairan yang berada didalam sistem vaskuler
yang berjumlah 5% dari berat badan dan terdapat pada pembuluh darah dan juga merupakan
plasma. Cairan intersisil adalah cairan yang berada dianatara sel yang berjumlah 15% dari
berat badan. Pada umumnya, cairan interstisiil berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi
gesekan pada saat kedua jaringan bergerak. Contoh dari cairan ini seperti cairan pleura, cairan
pericardial dan cairan peritoneal. Sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, intraokuler dan sekresi saluran cerna.
Didalam tubuh seseorang yang normal, volume cairan tubuh dan komponen kilia dari
cairan tubuh selalu berada pada kondisi dan bataas yag nyaman. Dalam kondisi normal,
intake cairan sesuai dengan kehlangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada kesimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka
mempertahankan fungsi tubuh, maka tubuh akan kehilangan cairan antara lain melalui proses
penguapan, ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), eksresi pada metabolisme.
Keseimbangan cairan pada beberapa individu dapat berbeda-beda. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain:
1. Umur.
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia. Karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan
anak-anak akan lebih mudah mengalami keseimbangan cairan dibandingkan dengan
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit karena gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim.
Orang yang tinggal ditempat yang panas (suhu tinggi) dan kelembapan rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktivitas dilingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5L per hari.
3. Diet.
Diet seseorang berpengaruh pada intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum albumin
dan cadangan protein akan menurun. Padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan mengganggu dan dapa
menyebabkan edema.
4. Stress.
Kondisi stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit.
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Misalnya seperti luka bakar, akan meningkatkan kehilangan cairan
melalaui IWL. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler akan mempengaruhi proses
regulator dan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Mekanisme kehilangan cairan dalam tubuh dapat melalui beberapa macam cara, yaitu:
1. Urin. Proses pembentukan urin oleh ginjal dan eksresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urin sekitar 0,5-1 cc per kg BB per jam. Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urin bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urin akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh
2. Invisible Water Loss (IWL). IWL terjadi melaui paru-paru dan kulit. Melalui kulit
dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar tiga ratus sampai empat ratus mililiter per hari
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
3. Keringat. Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh ayng panas,
respon ini beasal dari anterior hypotalamus sedangkan impulsnya ditransfer
melalui tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4. Feses. Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang
diukur melalui mekanisme reabsorbsi didalam mukosa usus besar (kolon).
Balance cairan adalah intake dikurangi output. Intake berasal dari cairan infus,
minum, kandungan cairan dalam makanan, obat-obatan yang disuntik maupun drip.
Sedangkan outut berasal dari urin 24 jam, jika terpasang kateter maka hitung dalam
urin bag, jika tidak maka klien harus menampung urine sendiri, jiga dari feses.
Sedangkan IWL adalah kehilangan cairan yang tidak disadari.
IWL dalam kondisi kenaikan suhu:

CM: Cairan masuk


Fungsi cairan didalam tubuh antara lain sebagai sarana untukmengangkut zat-zat
makanan ke sel, mengeluarkan buangan-buangan sel, membantu dalam metabolisme sel,
sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit, membantu memelihara suhu tubuh,
membantu pencernaan, mempermudah eliminasi, mengangkut zat-zat seperti hormon,
enxim, dll.
Elektrolit merupakan substansi yang berdisosiasi (terpisah) didalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan ion negatif dan
diukur dengan kapasitasnya untuk saling berkaitan satu sama lain, miliekuivalen per liter
atau dengan berat molekul dalam gram, milimol per liter. Jumlah kation dan anion diukur
dalam ekuivalen dalam larutan selalu sama. Kation merupakan ion yang membentuk
muatan positif dalam larutan. Kation ekstra seluler utama adalah natrium sedangkan
kation intraseluler utama adalah kalium. Anion merupakan ion-ion yang membentuk
muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl) dan anion
utama intraseluler utama adalah ion phospat (PO4). Jumlah elektrolit dalam tubuh adalah
sebagai berikut:
Elektrolit Plasma Intersisiil Intraseluler
Na+ 142 145 10
K+ 4 4 159
Ca2+ 5 3 1
Mg2+ 2 2 40
Cl- 103 117 3
HCO3- 25 28 7
Protein 17 - 45

Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh. Penyebab dehidrasi adalah kehilangan


cairan yang berlebihan atau kekurangan pemasukan cairan tubuh. Diare dan muntah adalah
penyakit yang sering menyebabkan dehidrasi pada bayi dan anak. Dehidrasi yang disebabkan
oleh diare merupakan dehidrasi yang terbanyak. Hal ini terjadi jika cairan yang disekresi
lebih banyak dari kapasitas absorpsi atau adanya kegagalan absorpsi. Penilaian dehidrasi
pada anak dapat menggunakan indikator:
Jenis Dehidrasi
Parameter Ringan Sedang Berat
Kehilangan BB pada 5% 10% 15%
bayi
Kehilangan BB pada 3-4% 6-8% 10%
anak
Nadi Normal Meningkat ringan Sangat meningkat
Tekanan Darah Normal Normal untuk Ortostatik sampai syok
ortostatik, >10mmHg
turun
Keadaan umum Normal Gelisah, haus sampai Sangat gelisah
letargi
Rasa Haus Ringan Sedang Sangat/tidak bisa
minum
Mukosa Normal Kering Sangat kering
Air Mata Ada Menrun Tidak ada, mata cekung
Ubun ubun besar Normal Normal sampai cekung Cekung sekali
Vena jugularis Tampak Tak tampak kecuali Tak tampak walau
dengan tekanan dengan tekanan
supraklavikular supraclavikular
Kulit Cubitan cepat Cuibitan lambat Cubitan kembali
kembali kembali 2-4 detik lambat sekali .>4 detik
Berat Jenis >1.020 >1.020, oligo uri Oliguri sampai anuri

II. NILAI-NILAI NORMAL


Persentase cairan dalam tubuh manusia:
Umur Persentase
Bayi cukup umur, bayi baru lahir 70 - 80 %
1 tahun 64 %
Usia puber – 39 tahun 52 – 60 %
40 – 60 tahun 47 – 55 %
Lebih dari 60 tahun 46 – 52 %

Komposisi cairan tubuh :


Komposisi cairan masing-masing orang berbeda, Ion yang ada pada cairan
ekstravascular adalah Sodium da Klorida. Pada intravaskuler ionnya adalah Potasium
da Pospate. Cairan elektrolit diukur dengan miliequivalent / liter ( mEq/L) atau
milligram/100 mili liler (mg/100mL ).

Jeniscairandanelektrolit Nilai normal dalam tubuh

- Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L


- Sodium [Na+]
135 – 145 mEq/L
- Kalsium [Ca2+]
- Magnesium [Mg2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
- Fosfat [PO42-]
1.5 – 2.5 mEq/L
- Klorida [Cl-]
- Bikarbonat [HCO3] 2.7 – 4.5 mg/dl

98 – 106 mEq/L

24 – 28 mEq/L

Rata-rata cairan tubuh yang diperlukan per hari


Umur Estimasi berat badan mL/24 jam
3 hari 3,0 250 – 300
1 tahun 9,5 1150 – 3300
2 tahun 11,8 1350 – 1500
6 tahun 20 1800 – 2000
10 tahun 28,7 2000 – 2500
14 tahun 45 2200 – 2700
18 tahun ( dewasa ) 54 2200 – 2700

Rata-rata cairan yang keluar per hari


Rute Jumlah (mL)
Urin 1400 – 1500
Cairan yang tidak terasa
Paru-paru 350 – 400
Kulit 350 – 400
Keringat 100
Feces 100 – 200
Total 2300 – 2600

III. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI


GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Aspek Biologis:
1) Usia
Usia mempengaruhi distribusi cairan dan elektrolit dalam tubuh. Oleh karena itu,
pada saat mengkaji klien, perawat perlu menghitung adanya perubahan cairan yang
berhubungan dengan proses penuaan dan perkembangan
2) Jenis Kelamin
Prosentase cairan tubuh pada laki laki berbeda dengan wanita dimana wanita lebih
sedikit persentase cairan tubuhnya dibandingkan laki laki
3) Berat Badan
Perlu dikaji berat badan sebelum sakit dengan berat bada saat sakit. Pengkajian ini
diperlukan untuk mengukur prosentase penurunan berat badan dalam menentuikan
derajat dehidrasi. Kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan :
+/- 2 % : ringan

+/- 5 % : sedang

+/- 10 % : berat
4) Riwayat Kesehatan
Hal yang perlu dikaji antara lain riwayat penyakit atau kelainan yang dapat
menyebabkan gangguan dalam homeostasis cairan dan elektrolit, misalnya colitis
ulseratif dan diabetes mellitus. Dikaji juga mengenai terapi penyakit yang dijalani
seperti mengkonsumsi obat-obatan anti kemoterapi kanker
5) Tanda Vital
Meliputi suhu, respirasi, nadi dan tekanan darah. Peningkatan suhu dapat
menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit karena tubuh akan mengakibatkan
penurunan IWL.
Pengkajian terhadap respirasi meliputi frekuensi, kedalaman, pola napas dan suara
napas. Frekuensi napas yang cepat dapat meningkatkan IWL. Napas cepat dan dalam
mengindikasikan kompensasi tubuh terhadap asidosis metabolic yang terjadi. Suara
napas bronki, rales dapat menandakan terbentuknya cairan dalam paru-paru karena
kelebihan volume cairan. Nadi dapat mengindikasikan volume cairan tubuh, nadi
yang lemah dapat menandakan kekurangan volume cairan karena penurunan volume
intravaskuler. Sebaliknya, nadi kuat menandakan kelebihan cairan.
Tekanan darah perlu dikaji apakah terjadi peningkatan atau peurunan. Pada
penrunan tekanan darah dapat menandakan kekurangan volume cairan karena
penurunan isi sekuncup (stroke volume) dan ketidakseimbangan elektrolit yang
menyebabkan disritmia. Sedangkan peningkatan tekanan darah dapat menandakan
kelebihan volume cairan karenan peningkatan stroke volume. Selain itu juga perlu di
kaji input dan output cairan pasien.
6) Pemeriksaan Fisik
 Integumentum : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani, dan sensasi rasa.
 Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan
bunyi jantung
 Mata : cekung, air mata kering
 Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
 Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah ,
diare dan bising usus
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat jeins urine
dan analisis gas darah. Hct, Hb, BUN, CVP, Darah vena (sodium, potassium, klorida,
kalsium, magnesium, pospat, osmolalitas serum), Ph Urine.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN KUNCUL


1. Deficit volume cairan b.d. kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan
mekanisme pengaturan.
2. Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme
pengaturan.
3. Risiko deficit volume cairan b.d. muntah
V. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
N
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o

1 Deficit volume cairan NOC : keseimbangan NIC : Manajemen cairan


b.d. kehilangan cairan,
- Ukur intake dan output
volume cairan secara
dengan kriteria hasil: cairan serta timbang berat
aktif, kegagalan
badan setiap hari.
mekanisme - Tekanan darah, nadi,
- Pasang kateter urin, jika ada.
pengaturan. suhu dalam batas ormal
- Monitor status hidrasi
- Nadi perifer dapat
(misalnya kelembaban
teraba
membran mukosa, nadi, dan
- Keseimbangan intake
tekanan darah ortostatik).
dan output selama 24
- Monitor hasil laboratorium
jam
yang berhubungan dengan
- Tidak terdapat rasa haus
retensi cairan
yang abnormal
- Monitor TTV
- Elektrolit serum dan
- Pasang IV line, sesuai
hematokrit dbn
dengan yang diresepkan.
- Berikan cairan
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
2 Kelebihan volume NOC : Keseimbangan NIC : Manajemen cairan
cairan b.d. kelebihan cairan, dengan kriteria hasil:
- Ukur intake dan output
intake cairan,
- Tekanan darah dalam cairan serta timbang berat
kompensasi
batas normal badan setiap hari.
mekanisme
- Berat badan stabil - Monitor hasil laboratorium
pengaturan.
- Tidak terdapat asites yang berhubungan dengan
kelebihan cairan
- Tidak terdapat distensi - Kaji lokasi dan luas edema
vena jugularis - Lakukan pemberian diuretik
- Tidak terdapat edema sesuai resep
perifer - Monitor TTV
- Elektrolit serum dalam - Pasang IV line, sesuai
batas normal dengan yang diresepkan.
- Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130
mEq/l
3 Risiko deficit volume NOC: keseimbangan NIC : Manajemen cairan
cairan. cairan, dengan kriteria hasil:
- Ukur intake dan output
- Tekanan darah dalam cairan serta timbang berat
batas normal badan setiap hari.
- Nadi perifer dapat - Pasang kateter urin, jika ada.
teraba - Monitor status hidrasi
- Keseimbangan intake (misalnya kelembaban
dan output selama 24 membran mukosa, nadi, dan
jam tekanan darah ortostatik).
- Tidak terdapat suara - Pasang IV line, sesuai
nafas tambahan dengan yang diresepkan.
- Tidak terdapat rasa haus - Monitor indikasi terjadinya
yang abnormal retensi cairan (bunyi nafas
- Hidrasi kulit adekuat crackles, peningkatan CVP,
- Membran mukosa dan peningkatan osmolalitas
lembab urin)
- Elektrolit serum dan
hematokrit dalam batas
normal

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, V. L. (2012). Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan. Diambil dari


www.perawat-sehat.blogspot.com, diakses pada 06 Oktober 2014 pukul 20:10

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/33719/3/Bab_2.pdf pada Minggu, 4 Oktober 2015
jam 15.00.

Damayanti, I.P, Pitriani, R, Ardhiyanti, Y.2015. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar


Kebidanan II. Yogyakarta. Deepublish

Dochterman, Bullechek, Butcher, Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC)


6th edition. St. Louis: Mosby.

Juffrie, M. 2004. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada Penyakit Saluran
Cerna. Sari Pediatri

Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 5th edition. St. Louis: Mosby.

Mulatsih, Sutaryo, Sunarto, Allen, Yeow, Sofia. 2009. Karakteristik Klinis Pasien Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA) dengan Fusi Gena TEL-AML1, BCR-ABL, dan E2A-
PBX1. Sari Pediatri 11(2):118-123.

North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Philadelphia:Wiley Blackwell.

Nurjannah, Intansari. 2014. ISDA : Intan’s Screening Diagnoses Assesment. Versi Bahasa
Indonesia. Yogyakarta : Moco Media

Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik ( Fundamentals of Nursing: Concept, Process & Practice) Edisi keempat.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai