Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEBUTUHAN


DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANGAN
BOUGENVIL RSUD KOTA TANJUNGPINANG

Disusun Oleh :

YURMILA ARMAYA SARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TANJUNGPINANG

2021
B. Konsep Dasar Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Pengertian
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Cairan tubuh terdiri
daricairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara
langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan
intra sel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan eksternal
terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan eksternal terdiri dari cairan tubuh total:
a. Cairan interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembuluh darah plasma
darah.
b. Cairan Transeluler: cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinal.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri
sendiri yang terjadi dalam bentuk kelebihan dan kekurangan.
2. Fungsi Cairan
Fungsi cairan terdiri dari:
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
b. Transport nutrient ke sel
c. Transport hasil sisa metabolisme
d. Transport hormone
e. Pelumas antar organ
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Beberapa faktor yang memepengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit diantaranya:
a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolisme yang diperlukan
dan berat badan
b. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
menimbulkan pergerakan cairan dari interstitial ke intraseluler.
d. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini
dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urin
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon
akan mengganggu keseimbangan cairan.
4. Volume Cairan dan Distribusi Cairan Tubuh
a. Volume cairan
Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water=TBW) kira-kira 60% dari BB pria
dan 50% dari BB wanita. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua maka
sedikit kandungan airnya. Jadi jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak
badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada
wanita lebih banyak dari pada pria sehingga volume cairan lebih rendah dari pria.
b. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara 2 kompartemen yaitu pada intra seluler dan
ekstraseluler. Cairan intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari BB, sedangkan cairan
Ekstraseluler (CES) 20% dari BB. Cairan ini terdiri atas plasma (cairan intravaskuler) 5%.
Cairan interstisial CIT (Cairan disekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan cairan
transeluler (CTS) misalnya cairan serebrospinal, sinovial, cairan dalam peritoneum,
cairan dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3%.
5. Mekanisme Pergerakan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak di antara ketiga tempat cairan
tersebut, yaitu intraseluler, intraseluler, intestitial, dan intravaskuler. Mekanisme
pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses:
a. Difusi
Difusi merupakan proses perpindahan partikel cairan dari konsentrasi rendah sampai
terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran sel.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur.
b. Osmosis
Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih
tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transpor Aktif Partikel
Bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti
pompa jantung.
6. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Tubuh mengatur volume cairan ekstraselular melalui jumlah garam di tubuh, yaitu
melalui ginjal dan hormon yang berperan adalah aldosteron, sedangkan pengaturan
osmolaritas cairan ekstraselular dilakukan dengan mengatur jumlah air, yaitu melalui
mekanisme haus dan hormon yang berperan adalah vasopresin.
Macam-macam elektrolit diantaranya:
a. Natrium (Sodium)
1) Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstrasel (CES)
2) Natrium mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi
otot.
3) Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urin, normalnya
sekitar 135-148nmEq/lt
b. Kalium (Potassium)
1) Merupakan kation utama dalam CIS
Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
2) Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbangan asam basa, karena ion K dapat diubah menjadi ion H, nilai
normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
1) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung, pembekuan
darah, serta pembentukan tulang dan gigi
2) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjer paratiroid dan tiroid
3) Hormon paratiroid mengabsorbsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi
melalui ginjal
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel, sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Chlorida
Terdapat pada CES dan CIS, normalnya sekitar 95-105 mEq/lt
f. Bikarbonat
1) HCO adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan CES dan
CIS
2) Bikarbonat diatur oleh ginjal
g. Fosfat
1) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
2) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme
karbohidrat dan pengaturan asam basa
3) Pengaturan oleh hormon parathyroid
7. Gangguan keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Bentuk gangguan keseimbangan cairan yang sering terjadi yaitu:
a. Overhidrasi
Air seperti substrat lain berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi secara berlebihan
dalam jangka waktu tertentu. Intoksikasi air sering terjadi bila cairan dikonsumsi tubuh
dalam kadar tinggi tanpa mengambil sumber elektrolit yang menyeimbangi kemasukan
cairan tersebut. Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran
cairan.
b. Dehidrasi
Suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang kurang atau keluaran yang
berlebihan
Gangguan keseimbangan elektrolit yaitu:
a. Hiponatremia dan hypernatremia
b. Hipokalemia dan hyperkalemia
c. Hipokalsemia
8. Penatalaksaan Medis (Obat-obatan/ medikasi & tindakan terapi lainnya)
a. Pemberian cairan dan elektrolit peroral
b. Pemebrian therapy intravena
c. Menghitung balance cairan
9. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
b. Pengukuran klinik
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan laboratorium
10. Diagnosa Keperawatan Analisa Data
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
b. Gangguan keseimbangan elektrolit berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih
karena muntah
11. Intervensi Keperawatan
a. Kaji cairan yang disukai klien dalam batas diet
b. Rencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap shift
c. Kaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang adekuat
d. Catat asupan dan haluaran
e. Pantau asupan peroral
f. Pantau haluaran cairan
g. Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral
12. Implementasi
a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet
b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap shift
c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang adekuat
d. Mencatat asupan dan haluaran
e. Memantau asupan peroral
f. Memantau haluaran cairan
g. Mengkolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral
13. Evaluasi
a. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan
b. Output urin pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik
c. Karakteristik urin menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
d. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program ( per oral, therapi intravena,
atau TPN)
e. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2015). Diagnosa keperawtan. Jakarta: EGC

Doenges, Moorhouse. (2015). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Harnawatiaj. (2018). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. http://wordpress.com. Diakses 5


maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai