Disusun Oleh:
1. Dita Amalia Lutfiana (17.023)
2. Ervirani Sholatiya K (17.031)
3. Fendi Kurniawan (17.033)
4. Jihan ni’maturrif’ah (17.042)
5. Kukuh Mentari (17.045)
AKADEMI KEPERAWATAN
KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2018
1. ANATOMI FISIOLOGI
Produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk
fungsinormal tubuh. Perubahan eliminasi dapat meneyebapkan masalah pada
sistemgastrointestinal dan sistem tubuh lainnya. Jadi peroses eliminasi tidak terlepas dari
sistem pencernaan. Berikut adalah organ tubuh yang berperan dalam proses eliminasi fekal :
a. Mulut
Saluran pencernaan merubah zat-zat makanan secara mekanik dan
kimiawi.Semua organ pencernaan bekerja sama untuk memastikan massa atau bolus
darimakanan dapat menjangkau daerah penyerapan makanan dengan aman dan
efektif.Pencernaan secara mekanik dan kimiawi dimulai dari mulut. Gigi
mengunyahmakanan, memecahnya menjadi ukuran tertentu untuk ditelan. Sekresi
saliva mengandung enzim seperti: ptialin yang memulai mencerna elemen makanan
tertentu.Saliva mencairkan dan melembutkan bolus makanan yang ada di mulut agar
lebih mudah ditelan.
b. Esofagus
a. Sekum
Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowelmovement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa
kali perharisampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap
orang. Ketikagelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf
sensorisdalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi.Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :
a. Refleks defekasi instrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi
suatu sinyal yangmenyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang
peristaltik pada kolondesenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini
menekan feses kearah anus.Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter
anal interna tidak menutup dan bilaspingter eksternal tenang maka feses keluar.
b. Refleks defekasi parasimpatis
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke
spinal cord (sakral 2 – 4)dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon
sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyalparasimpatis ini meningkatkan gelombang
peristaltik, melemaskan spingter anal internal danmeningkatkan refleks defekasi instrinsik.
Spingter anal individu duduk ditoilet atau bedpan,spingter anal eksternal tenang
dengan sendirinya.Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut
dan diafragma yang akanmeningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi
muskulus levator ani pada dasar panggulyang menggerakkan feses melalui saluran
anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan
tekanan di dalamperut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah
kearah rektum. Jika refleksdefekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara
sengaja dengan mengkontraksikanmuskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk
defekasi secara berulang dapatmenghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan
feses.
2. PENGERTIAN
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine
adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu Kandung kemih secara
progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang
kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut refleks
miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini
gagal, setidak-tidaknyamenimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Meskipun reflex miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga
dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak. Kandung
kemih dipersarafi saraf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari kandung kemih
dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4)kemudian diteruskan ke pusat miksi
pada susunan saraf pusat. Pusat miksimengirim signal pada kandung kemih untuk
berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter
eksternal dibawah kontolkesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan.
Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung
kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang
diusebuturine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada
individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur., Normal
miksisehari 5 kali. Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini
juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi
dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu.Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa
produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi
dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena
fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan
kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan
dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat
menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak
mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal ;
lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan
mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah
eliminasi klien, perawatan harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-
faktor yang mempengaruhi eliminasi.
3. TANDA-TANDA KEBUTUHAN TERPENUHI
Tanda Gangguan Eliminasi Fekal
a. Konstipasi
1. Menurunnya frekuensi BAB
2. Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
3. Nyeri rektum
b. Impaction
1. Tidak BAB
2. Anoreksia
3. Kembung/kram
4. nyeri rektum
c. diare
1. BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
2. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
3. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang
menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
4. feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.
Tanda gangguan eliminnasi urine
a. inkontinensia urine:
1. pasien tidak dapat menahan rasa BAK
2. sering mengompol
b. Retensi Urin
1. Ketidak nyamanan daerah pubis.
2. Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
3. Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
4. Meningkatnya keinginan berkemih dan resa
5. Ketidaksanggupan untuk berkemih
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Setiap orang memiliki keibasaan eliminasi yang berbeda-beda. Ada
yangmenghambat ada juga yang memperlancar. Semua itu di pengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu.
a. Umur
b. Diet
c. Cairan
d. Tonus Otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk
defekasi.Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan
chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif
pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada
pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya
latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.
e. Faktor Psikologi
f. Gaya Hidup
g. Obat– obatan
h. Prosedur Diagnostik
j. Nyeri
k. Iritan
Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi
saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hambatan eliminasi urine
Definisi :
Disfungsi eliminasi urine
Batasan karakteristik:
1. Disuria
2. Sering berkemih
3. Anyang-anyangan
4. Nokturia
5. Inkontinensia urine
6. Retensi urine
7. Retensi urine
8. Dorongan berkemih
Faktor yang berhubungan
Penyebab multipel
b. Inkontinensia urinarius fungsional
Definisi :
Ketidakmampuan individu yang biasanya kontinen untruk mencapai toilet
tepat waktu berkemih,sehingga mengalami pengeluaran urine yang tidak disengaja.
Batasan karakteristik:
1. Mengosongkan kandung kemih dengan tuntas
2. Inkontinensia urine dini hari
3. Sensasi ingin berkemih
4. Waktu untuk ke toilet memanjang setelah ada sensasi dorong
5. Berkemih sebelum mencapai toilet
Faktor yang berhubungan
1. Faktor perubahan lingkungan
2. Kelemahan struktur panggul
c. Inkontinensia urine aliran berlebih
Definisi :
Pengeluaran urine involunter yang dikaitkan dengan distensi kandung kemih
berlebihan
Batasan karakteristik:
1. Distensi kandung kemih
2. Volume residu pasca berkemih tinggi
3. Kebocoran sedikit urine involunter
4. Nokturia
Faktor yang berhubungan:
Impaksi fekal
d. Retensi urine
Definisi :
Pengosongan kandung kemih dengan tuntas
Batasan karakteristik:
Tidak ada haluaran urine
Berkemih sedikit
Distensi kandung kemih
Menetes
Sering berkemih
Inkontinensia aliran berlebih
Residu urine
Sensasi kandung kemih penuh
Berkemih sedikit
e. Konstipasi
Definisi:
Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai kesulitan atau pengeluaran
feses tidak tuntas atau feses keras,kering dan banyak
Batasan karakterisktik
1. Nyeri abdomen
2. Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot
3. Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot
4. Anoreksia
5. Penampilan tidak khas pada lansia
6. Borborigmi
7. Darah merah pada feses
8. Perubahan pada pola defekasi
9. Penurunan frekuensi defekasi
10. Penurunan volume feses
11. Distensi abdomen
12. Keletihan
13. Feses keras dan berbentuk
14. Skit kepala
15. Bising usus hiperaktif
16. Bising usus hipoaktif
17. Tidak dapat defeksi
18. Peningkatan tekanan intraabdomen
19. Tidak dapat makan
20. Feses cair
21. Nyeri pada saat defekasi
22. Massa abdomen yang dapat teraba
23. Massa rektal yang dapat teraba
24. Perkusi abdomen pekak
25. Rasa penuh rektal
26. Rasa tekanan rektal
27. Sering flatus
28. Adanya feses lunak seperti pasta didalam rektum
29. Mengenjan pada saat defekasi
30. Muntah
Faktor yang berhubungan
1. Kelemahan otot abdomen
2. Rata-rata aktivitas fsisik harian berkurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
3. Konfusi
4. Penurunan mobilitas traktus gastrointestinal
5. Dehidrasi
6. Depresi
7. Perubahan kebiasaan makan
8. Gangguan emosi
9. Kebiasaan menekan dorongan defekasi
10. Kebiasaan makan buruk
11. Higiene oral tidak adekuat
12. Kebiasaan toileting tidak adekuat
13. Asupan serat kurang
14. Asupan cairan kurang
15. Kebiasaan defekasi tidak teratur
16. Penyalahgunaan laksatif
17. Obesitas
18. Perubahan lingkungan baru
f. Persepsi konstipasi
Definisi :
Mendiagnosis sendiri tentang konstipasi yang dikombinasi dengan
penyalagunaan laksatif,enema dan supositoria untuk menjamin defekasi rutin setiap
hari.
Batasan karakteristik
1. Penyalahgunaan enema
2. Harapan defekasi setiap hari
3. Harapan pasase feses pada waktu yang sama setiap harinya
4. Penyalahgunaan laksatif
5. Penyalahgunaan supositoria
Faktor yang berhubungan
1. Keyakinan kesehatan menurut budaya
2. Keyakinan kesehatan keluarga
3. Gangguan proses pikir
g. Diare
Definisi:
Pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk
Batasan karakteristik
1. Nyeri abdomen
2. Ada dorongan untuk defekasi
3. Kram
4. Bising usus
5. Defekasi feses cair >3 dalam 24 jam
Faktor yang berhubungan:
1. Ansietas
2. Peningkatan level stres
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penggunaan zat berlebih
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosakeperawatan(na
Tujuan (Noc) Intervensi (nic)
nda)
a. Eliminasi usus (0501) Menejemen saluran cerna
Diharapkan setelah 1. catat tanggal buang
Konstipasi dilakukan tindakan air besar terakhir
1
keperawatan eliminasi 2. Monnitor buang air
usus dapat mencapai besar termasuk
kriteria hasil: frekuensi,konsisten
1. Pola eliminasi si,bentuk volume
2. Kontrol gerakan dan warna secara
usus tepat
3. Warna feses 3. Monitor bising
4. Jumlah feses untuk usus monitor
diet adanya tanda dan
5. Feses lembut dan gejala diare
berbentuk konstipasi dan
6. Kemudahan BAB impaksi
7. Tekanan sfingter 4. Evaluasi
8. Otot untuk inkontinensia fekal
mengeluarkan seperlunya
feses 5. Catat masalah
9. Pengeluaran fese BAB yang sudah
tanpa bantuan ada
10. Suara bising usus sebelumnya,BAB
11. Lemak dalam feses rutin dan
12. Darah dalam feses penggunaan
13. Konstipasi laksatif
14. Diare 6. Ajarkan pasien
15. Penyalahgunaan mengenal makanan
alat bantuan yang membantu
eliminasi mendukungbaktivit
16. Nyeri pada saat as usus
BAB 7. Anjurkan anggota
b.perawatan ostomi sendiri keluarga pasien
Diharapkan setelah mencatat warna
dilakukan tindakan volume frekuensi
keperawatan perawatan dan konsistensi
ostomi sendiri dapat tinja
mencapai kriteria hasil: 8. Masukkan
1. Menjelaskan fungsi supositoria rektal
ostomi sesuai kebutuhan
2. Menjelaskan tujuan 9. Dorong penurunan
ostomi asupan makanan
3. Terlihat nyaman pembentuk gas
dengan ada nya yang sesuai
stoma Monitor cairan
4. Mengukur stoma Menejemen nutrisi
untuk alat yang 1. tentukan status gizi
tepat pasien untuk
5. Menjaga perawatan memenuhi
kulit disekitar kebutuhann gizi
ostonomi 2. ciptakan
6. Menggunakan lingkungan yang
teknik irigasi yang optimal pada saat
benar mengonsumsi
7. Mengosongkan makan
kantung ostomi 3. identifikasi adanya
8. Mengganti kantung alergi atau
ostomi intoleransi
9. Monitor makanan yang
komplikasi yang dimiliki pasien
berhubungan 4. tentukan jumlah
dengan stoma kalori dan jenis
10. Monitor jumlah nutrisi yang
dan konsistensi dibutuhkan untuk
feses persyaratan gizi
11. Mengikuti jadwal 5. lakukan atau bantu
untuk mengganti pasien terkait
kantung ostomi dengan perawatan
12. Mendapatkan mulut sebelum
pasokan ostomi makan
13. Menghindari 6. pastikan pasien
makanan dan menggunakan gigi
cairan yang bisa palsu yang pas
menyebabkan dengan cara yang
flatus tepat
14. Menjaga asupan 7. beri onat-obatan
cairan yang sebelum makkan
adekuat 8. anjurkan pasien
15. Mengikuti diet untuk duduk pada
yang dianjurkan posisi tegak
16. Menghindari dikuursi jika
makanan yang bisa memungkinkan
menimbulkan bau 9. batu pasien
17. Memodifikasi membuka kemasan
kegiatan sehari- makanan
hari untuk memotong
mengoptimalkan makanan dan
perawatan diri makan jika perlu
18. Memperoleh 10. anjurkan pasien
bantuan dari terkait dengan
profesional kebutuhan diet
kesehatan untuk kondisi sakit
19. Mengungkapkan 11. monitor kalori dan
penerimaan asupan makanan
terhadap ostomi 12. tawarkan
Dengan demikian tindakan makannan ringan
Dapat dipertahankan yang padat gizi
maupun ditingkatkan dari 13. berikan arahan bila
skala tertentu ke skala diperlukan
yang lebih baik
Ket:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Kontinensi usus Bantuan berkemih
Diharapkan setelah 1. Pertimbangkan
dilakukan tindakan kemampuan dalam
keperawatan eliminasi rangka mengenal
usus dapat mencapai keinginan untuk
kriteria hasil: BAK
1. Mengenali 2. Lakukan
keinginan untuk pencatatan
defekasi mengenai
2. Mempertahankan spesifikasi
pola pengeluaran kontinensia selama
feses yang bisa 3 hari untuk
diprediksi mendapatkan pola
3. Mempertahankan pengeluaran urin
kontrol 3. Waspada terhadap
pengeluaran feses pasien yang tidak
Inkontinensia urinarius
2 4. Mengeluarkan menunjukan tanda
fungsional
feses paling tidak 3 dan gejala ovelfow
kali per hari atau reflek
5. Tekanan sfingter inkontinensia urin
fungsional 4. Berikan
6. Merespon pendekatan dalam
keinginan untuk 15 menit interval
BAB secara tepat yang diasarankan
waktu untuk bantuan
7. Tiba ditoilet antara berkemih
dorongan untuk 5. Berikan waktu 5
BAB dan waktu detik untk meminta
mengeluarkan bantuan terkait
feses dengan aktivitas
8. Menjaga toileting
lingkungan yang 6. Berikan privasi
bebas hambatan untuk adanya
untuk eliminasi eliminasi
mandiri 7. Berikan umpan
9. Minum cairan balik dengan
secara adekuat memberikan pujian
10. Mengonsumsi serat perilaku BAK
dengan jumlah ,BAB
adekuat 8. Informasikan
11. Menggambarkan pasien mengenai
hubunngan asupan waktu yang tepat
makanan dengan untuk eliminasi
konsisten feses selanjutnya
12. Memantau jumlah 9. Dokumentasikan
dan konsisten feses outcome dari sesi
13. Eliminasi secara toileting dalam
mandiri pencatatan klinik
14. Diare Latihan kebiasaan
15. Konstipasi berkemih
16. Penggunaan laksati 1. Tetapkan interval
berlebihan toileting dan
17. Penggunaan sebaiknya tidak
enemma secara kurang dari 2jam
berlebihan 2. Berikan privasi
18. Pakaian kotor untuk aktivitas
sepanjang hari eliminasi yang
19. Pakaian kotor saat dilakukan
malam hari atau 3. Jangan
saat tidur meninggalkan
Dengan demikian tindakan pasien ditoilet
Dapat dipertahankan selama lebih dari 5
maupun ditingkatkan dari menit
skala tertentu ke skala
yang lebih baik
Ket:
6. Sangat terganggu
7. Banyak terganggu
8. Cukup terganggu
9. Sedikit terganggu
10. Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/75341611/Anatomi-Dan-Fisiologi-Proses-Eliminasi
https://www.academia.edu/30930130/ASUHAN_KEPERAWATAN_ELIMINASI
https://nerstriwinugroho77.wordpress.com/2016/02/28/laporan-pendahuluan-pada-klien-dengan-
gangguan-eliminasi-fekal/
https://www.academia.edu/8537875/Makalah_Berpikir_Kritis_Kebutuhan_Eliminasi_dan_Asuhan_K
eperawatan_Gastroentritis
https://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/01/30/laporan-pendahuluan-gangguan-eliminasi/
https://dokumen.tips/documents/lp-eliminasi-5665ec312e0a3.html
https://www.scribd.com/doc/46810174/Asuhan-Keperawatan-pada-Pasien-dengan-Gangguan-
Eliminasi-Urine-dan-Fekal
https://www.academia.edu/11550151/Kumpulan_Diagnosa_tujuan_and_Intervensi_Keperawatan_
NANDA_NIC_NOC