Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

ELIMINASI

OLEH :

KELOMPOK 1

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO


2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
ELIMINASI FEKAL

A. Definisi Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine
dan feses. Kebuthan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu eliminasi urine dan eliminasi alvi.

B. Macam–Macam Gangguan Eliminasi


Gangguan Eliminasi Fecal
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB
disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB yang keras
dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di
intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Penyebabnya :
a. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-
lain
b. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi,
makanan lemak dan cairan kurang
c. Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
d. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks
BAB hilang.
e. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi.
f. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord
dan tumor.
g. Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan
feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan
feses sampai pada kolon sigmoid. Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah,
bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat
menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan
nyeri rektum.
2. Diare
Diare merupakan buang air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang
tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di
dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi
mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan buang air besar (BAB).
3. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter
anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal.
Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak
sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.
4. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus
adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan
di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan
kembang kol.
5. Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan
penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien
merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat
BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Eliminasi


Faktor yang mempengaruhi gangguan eliminasi Fase diantara lain yaitu Usia, Diet,
Asupan cairan, Aktivitas, Pengobatan, Gaya hidup, Penyakit, Nyeri, Kerusakan
sensoris dan motoris.
Pathway Gangguan Eliminasi Fekal

Faktor Infeksi bakteri Faktor Makanan


dan virus basi, racun, alergi,

Masuk bersama
makanan dan minuman
tercemar

Masuk ke usus halus


menyebabkan infeksi
pada usus hals

Malabsorbsi makanan
dan cairan (karbo,
lemak, protein)
Gangguan
keseimbangan asam Pergeseran cairan ke rongga usus
dan basa

Peningkatan
Asidosis metabolik
percepatan makanan
dan Hipokalemia
dan air dengan mukosa
usus
Hipoglikemia

Proses penyerapan Absorbsi berkurang


Gangguan sirkulasi
terganggu
darah

Kerusakan mukosa Perubahan Nutrisi kurang


Diare dari kebutuhan

Output meningkat
Hiperperistaltik usus Defekasi sering

Dehidrasi Nyeri epigastrik Kemerahan eleskrosi


kulit sekitar
Tubuh kehilangan
cairan Gangguan Integritas
Hipertermi
Kulit
Defisit Volume cairan
D. Pengkajian Gangguan Eliminasi
1. Diagnosa keperawatan
a. Diare
b. Defisit volume cairan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Gangguan keseimbangan asam dan basa
e. Gangguan integritas kulit
f. Hipertermi
2. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
3. Intake dan output cairan
a. Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
b. Kebiasaan minum di rumah.
c. Intake: cairan infuse, oral, makanan, NGT.
d. Kaji perubahan volume urin untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
e. Output urin dan urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi.
f. Karakteristik urin : Warna, kejernihan, bau, kepekatan.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi
Definisi : suatu penurunan frekuensi defekasi yang normal pada seseorang, disertai
dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang
sangant keras dan kering.
NOC:Bowel elimination dengan indicator:
Buang air besar / BAB dengan konsistensi lembek
Pasien menyatakan mampu mengontrol pola BAB
Mempertahankan pola eliminasi usus tanpa ileus
NIC : Konstipation atau impaction management
Aktivitas:
- Monitor tanda dan gejala konstipasi
- Monitor pergerakan usus, frekuensi, konsistensi
- Anjurkan pada pasien untuk makan buah-buahan dan serat tinggi
- Mobilisasi bertahap
- Evaluasi intake makanan dan minuman
- Kolaborasikan denga tenaga medis mengenai pemberian laksatif, enema dan
pengobatan
- Berikan pendidikan kesehatan tentang : personal hygiene, kebiasaan diet,
cairan dan makanan yang mengandung gas, aktivitas dan kebiasaan BAB
2. Diare
Definisi : feses keluar dengan cepat dan tidak berbentuk
NOC:
- Bowel elimination
- Fluid Balance
- Hydration
- Electrolyte and Acid base Balance
Kriteria Hasil :
- Feses berbentuk, BAB sehari sekali- tiga hari
- Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi
- Tidak mengalami diare
- Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
- Mempertahankan turgor kulit
NIC : Diarhea Management
- Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal
- Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare
- Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi dan
konsistensi dari feses
- Evaluasi intake makanan
- Identifikasi faktor penyebab dari diare
- Monitor tanda dan gejala diare
- Observasi turgor kulit secara rutin
- Ukur diare/keluaran BAB
- Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus
- Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori
jika memungkinkan
- Instruksikan untuk menghindari laksative
- Monitor persiapan makanan yang aman
3. Inkontinensia Defekasi
Definisi : perubahan dalam kebiasaan defekasi normal yang dicirikan dengan
keluarnya feses secara tidak disadari
NOC :
- Bowel elimination
- Bowel incontinence
Kriteria hasil :
- Tidak mengalami diare
- Dapat memperkirakan pola evakuasi feses
- Mencari toilet sendiri sebelum defekasi
- Pola makan dan aktivitas yang adekuat
NIC : Bowel incontinence care
- Identifikasi penyebab fisik dan psikis dari inkontinensia bowel
- Diskusikan prosedur dan dampaknya bersama pasien
- Instruksikan pasien / keluarganya untuk mencatat keluaran feses
- Jaga agar pakaian dan tempat tidur tetap bersih
- Monitor keadekuatan evakuasi bowel
- Monitor pemberian diet dan cairan
- Bersihkan area perianal dengan air dan sabun kemudian keringkan setelah
proses defekasi
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
ELIMINASI URIN

TANDA DAN GEJALA


1. Inkontinensia urine
a. Ketidakmampuan pasien dalam menahan BAK sebelum mencapai toilet tepat
waktu.
b. Ketidakmampuan pasien untuk mengontrol ekskresi urine.
2. Retensi Urine
a. Data mayor (harus terdapat, satu atau lebih)
1) Distensi kandung kemih
2) Distensi kandung kemih
3) Distensi kandung kemih dengan sering berkemih atau menetes
4) Residu urine 100 cc atau lebih
b. Data Minor (mungkin terdapat)
1) Individu menyatakan bahwa kandung kemihnya tidak kosong setelah
berkemih.

MANIFESTASI KLINIS
1. Inkontinensia Urine
Batasan Karakteristik :
a. Tidak dapat mengontrol berkemih.
b. Terlihat tidak mampu mencapai toilet pada waktunya untuk berkemih
c. Menyatakan ketidakmampuan mencapai toilet pada waktunya untuk
berkemih
d. Mengeluarkan urine sebelum mencapai toilet
e. Merasakan perlunya untuk berkemih.
2. Retensi Urine
Batasan Karakteristik :
a. Tidak ada haluaran urine
b. Distensi kandung kemih
c. Disuria
d. Sering berkemih
e. Residu urine
f. Berkemih sedikit. (Nanda Internasional. 2011).
WOC

1) Inkontinensia Urine

Kerusakan Bersin, batuk Obat anastesi


persyarafan

Kotraksi otot Penekanan Kelemahan


kandung pada abdomen otot sfingter
kemih ureter

Tidak mampu Keluarnya urine


menahan

INKONTINENSIA
URINE
2) Retensi Urine

Supravesikal (Diabetes Vesikal (Batu Kandung Intravesikal (Obstruksi


Melitus) Kemih) kandung kemih)

Kerusakan Medula
spinalis TH12-L1,
kerusakan saraf simpatis
dan parasimpatis

Penyumbatan/penyempi
Otot detrusor melemah
tan uretra
Neuropati (otot tidak
mau berkontraksi)

Distensi kandung kemih

Retensi urin

Anda mungkin juga menyukai