Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

CA COLLI DI RUANG BOUGENVIL

RSUD PROF Dr.MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO

Oleh :

Ema Putri Oktaviani

2011040141

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020/2021
A. DEFINISI CA COLLI
Ca colli adalah setiap massa baik congenital maupun didapat timbul di segitiga
anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan
mandibulae serta dasar tengkorak pada bagian superior. Pada 50% kasus benjolan
pada leher berasal dari tiroid 40% benjolan pada leher disebabkan oleh
keganasan, 10% berasal dari peradangan atau kelainan congenital.
Patologi Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan:
 Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median, seperti
hygroma colli cysticum, kista dermoid
 Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi banal
(acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih
spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku,
actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai perbesaran
kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan
mononukleosis infeksiosa.
 Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma
caroticum yang jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus
caroticum) yang berasal dari paraganglion caroticum yang terletak di
bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna. Selanjutnya tumor benigna dari
kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan kelenjar
tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe (limfoma
maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis, glandula tiroidea
atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan ikat,
lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada umumnya adalah
metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer disuatu tempat
didaerah kepala dan leher. Jika metastasis kelenjar leher hanya terdapat
didaerah suprac1avikula kemungkinan lebuh besar bahwa tumor primemya
terdapat ditempat lain di dalam tubuh.
Ada dua kelompok pembengkakan di leher yaitu di lateral maupun di
midline/line mediana :
1. Benjolan di lateral
 Aneurisma subc1avia
 Iga servikal
 Tumor badan karotis
 Tumor c1avikularis
 Neurofibroma
 Hygroma kistik
 Limfonodi-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis
 Kista branchiogenik
 Tumor otot
 Tumor strnomastoideus
 Kantung faringeal
 Kelenjar ludah-inflamasi, tunor. Sindroma sjorgen
 Lipoma subcutan, dan subfascia
 Kista sebasea
 Laringokel
2. Benjolan di Linea mediana
 Lipoma
 Kista sebasea
 Limfonodi submental-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis
 Pembesaran kelenjar thyroid-diffuse, multinodular, nodular soliter
 Kista thyroglossus
 Dermoid sublingual
 Bursa subhyoid
Pembagian mengenai Penyebaran Tumor ke kelenjar limfe
N0 : belum ada tumor di leher
N1 : ada tumor leher homolateral dan tumor masih mudah bergerak
N2 : ada tumor kontralateral atau bilateral, masih mudah bergerak.
N3 : ada tumor leher kontralateral atau bilateral, tidakdapat bergerak

B. ETIOLOGI
 Usia : terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia >45
tahun.
 Sex : wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria.
 Riwayat penyakit serupa dalam keluarga; adanya keterlibatan genetic pada
karsinoma ini.
 Ras. ras asia dan kulit putih pada umumnya mempunyai resiko tinggi.
Pernah menderita penyakit pembesaran kelenjar tiroid. Terdapat 5% struma
nodosa mengalami degenrasi maligna.
 Geografis tempat tinggal. Yang berasal dari daerah kaya iodium umumnya
menderita karsinoma tiroid papilare sedangkan yang berasal dari daerah
endemik goiter umumnya menderita karsinom tiroid folikulare.
 Radiasi pada leher dan kepala. Pengaruh radiasi pada kanak-kanak dapat
menyebabkan malignansi tiroid 30-50% dan pada dewasa 20%

C. TANDA & GEJALA


Kecurigaan klinis adanya ca colli didasarkan pada observasi yang
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan
tinggi, sedang dan rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:
 riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
 pertumbuhan tumor cepat.
 nodul teraba keras.
 fiksasi daerah sekitar.
 paralisis pita suara.
 pembesaran kelenjar limpa regional.
 adanya metastasis jauh.
Kecurigaan sedang adalah:
 usia <> 60 tahun.
 riwayat radiasi leher.
 jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
 tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
 diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
Kecurigaan rendah adalah: tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
Gejala klinis yang dijumpai dapat berupa penekanan organ sekitar, gangguan dan
rasa sakit waktu menelan, sulit benafas, suara serak, limfadenopati leher serta
dapat terjadi metastasi jauh. Paling sering ke paru-paru, tulang dan hati.
D. PATOFISIOLOGI
Ca colli merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di
depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk
metabolisme tubuh. Infiltrasi ca colli dapat ditemukan di trachea, laring, faring,
esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan
kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase
hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini berdiferensiasi
mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar
getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa teraba
pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang
terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga
perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non
spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma).
Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang
peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan
oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative
feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.
E. PATHWAYS
Faktor hormonal, genetik, gaya hidup, virus

Tumor Colii

Benjolan / pembengkakakn

Perubahan jaringan sekitar Bengkak dileher kerusakan


jaringan

Gangguan fungsi Nyeri saat menelan Invasif


kuman

Nafsu makan menurun

Intake menurun, peningktan asam lambung Terputusnya kontinuitas jaringan,


pembuluh darah
dan putusnya syaraf perifer

Mual muntah menurunya daya tahan tubuh

Gangguan pemenuhan Resiko Infeksi


nutrisi

Perdarahan respon hipotalamus

Defisit volume cairan Nyeri akut/ kronis

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas
tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan
kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan
karena pada ca colli dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human
Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker
tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid,
namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor
residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat
ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
Radiology
 foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan
posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya
kalsifikasi.
 dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase
dan pendesakkan trakea.
 esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus.
 pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase
ke tulang belakang yang bersangkutan. Ct scan atau mri untuk mengevaluasi
staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana
metastase terjadi.
Ultrasonografi
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang
secara klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan
pembesaran. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan
kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan fnab.
Scanning tiroid
Dengan sifat jaringan tiroid maka pemeriksaan scanning ini dapat
memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid.
Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:
 memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
 memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan seperti
nodul soliter.
 memperlihatkan retrosternal struma
 mencari occul neoplasma pada tiroid.
 mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.
 mengindentifikasi ektopik tiroid.
 mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.
 needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau fnab
(biopsy jarum halus).
Pemeriksaan potong beku
Dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas waktu
operasi berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan operasi
definitive.
Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.
BIOPSI ASPIRASI
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai
prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.
Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya
tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta
alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi.
Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma
folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.

G. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah
nodul tersebut supek benigna atau maligna. Bila suspek maligna ditentukan
pula apakah kasus tersebut operable atau inoperable. Bila operable, operasi
yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik, atau lobektomi
subtotal dengan resiko bila ganas ada kemungkinan sel- sel karsinoma yang
tertinggal. Tindakan yang biasa dilakukan adalah tiroidektomi total.
Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan sediaan beku dan ada
persangkaan keganasan, pemeriksaan prefarat sediaan beku dilakukan
dengan potongan- potongan kebeberapa arah. Bila hasilnya jinak, lobektomi
saja sudah cukup memadai. Bila ganas, lobus kontralateral diangkat
seluruhnya (tiroidektomi totalis). Dapat pula dilakukan near total
tiroidektomi. Jika hasil pemeriksaan kelenjar getah bening dicurigai adanya
metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar getah bening pada sisi yang
bersangkutan.
b. Radiasi
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus
kontralateral, maka dilakukan:
1) Radiasi interna dengan i131. Hanya tumor- tumor berdifferensiasi baik
yang mempunyai afinitas terhadap i131 terutama yang follicular.
Radiasi interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid afinitasnya lebih
besar harus dihilangkan dulu dengan jalan operasi atau ablasio dengan
pemberian i131 dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal
rusak semua, baru sisa i131 bisa merusak jaringan tumor.
2) Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor-
tumor inoperable atau anaplastik yang tidak berafinitas dengan i131.
Sebaiknya dengan sinar elektron15- 20 mw dengan dosis 400 rad.
Sumsum tulang harus dilindungi. Radiasi eksterna diberikan juga untuk
terapi paliatif bagi tumor yang telah bermetastasis.
c. Khemoterapi
Pada kanker tiroid yang bermetastasis regional yang inoperable juga pada
tumor yang bermetastasis jauh yang berdifferensiasi buruk.
d. Follow- up
Enam minggu setelah tindakan tiroidektomi total dilakukan pemeriksaan
sidik terhadap sisa jaringan tiroid normal. Bila ada dilakukan ablasio dengan
i131, kemudian dilanjutkan dengan terapi supresi dengan sampai kadar tshs
Pada follow karsinoma tiroid berdifferensiasi baik diperiksa kadar human
tiroglobulin. Dan pada karsinoma tiroid medullare diperiksa kadar kalsitonin.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
 adanya benjolan di leher depan atau lateral
 bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea
2. Palpasi
 benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan
ikut ke atas.
 pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel
dengan konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras
bergantung dari jenis patologi anatominya tetapi biasanya massa yang
merupakan suatu karsinoma berukuran >4 cm dengan konsistensi keras
dan tidak bisa digerakkan dari dasarnya.
 bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita
bisa tetap curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan
menekan lobus lateral kelenjar maka akan timbul stridor akibat
penekanan pada trakea.
 perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran kgb regional secara
lengkap.
 dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula,
sternum serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan
otak.
a. Sistem Integumen
1) Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2) Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3) Perhatikan pigmentasi kulit
4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
b. Sistem Gastrointestinalis
1) Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi
2) Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3) Kaji diare & konstipasi
4) Kaji anoreksia
5) Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
c. Sistem Hematopoetik
1) Kaji Netropenia
Kaji tanda infeksi
Auskultasi paru
Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
Kaji suhu
2) Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat
3) Kaji Anemia
Warna kulit, capilarry refill
Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
d. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1) Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non
produktif – terutama bleomisin
2) Kaji tanda CHF
3) Lakukan pemeriksaan EKG
e. Sistem Neuromuskular
1) Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2) Perhatikan adanya parestesia
3) Evaluasi refleks
4) Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5) Kaji gangguan pendengaran
6) Diskusikan ADL
f. Sistem genitourinari
1) Kaji frekwensi BAK
2) Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3) Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4) Monitor BUN, kreatinin

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis b.d agen cidera fisik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise,mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
K. Intervensi Keperawatan
Dx Kep NIC Rasional
Nyeri Tujuan: klien dapat mengontorl 1. Rasional: Menurunkan reaksi
akut/kronis nyerinya terhadap stimulasi dari luar atau
b.d agen sensivitas pada suara – suara
cidera fisik 1) Kaji karakteristik nyeri, bising dan meningkatkan
lokasi, intensitas, lama istirahat/relaksasi.
dan penyebarannya 2. Rasional: Membantu
2) Berikan lingkungan yang menurunkan nyeri akibat
tenang sesuai indikasi penekanan saat duduk.
3) Berikan bantalan flotasi 3. Rasional: Meningkatkan
di bawah leher pada saat vasokontriksi, penumpukan
berbaring resepsi sensori yang selanjutnya
4) Berikan kompres hangat akan menurunkan nyeri di lokasi
pada lokasi nyeri yang paling dirasakan.
5) Berikan rendaman duduk 4. Rasional: Menghilangkan rasa
tiga atau empat kali sehari sakit dan nyeri dengan
6) Berikan posisi yang merelakskan area nyeri
nyaman pada klien sesuai 5. Rasional: Menurunkan gerakan
indikasi yang dapat meningkatkan nyeri.
7) Berikan analgetik, sep 6. Rasional: Mungkin diperlukan
erti asetaminofen untuk menghilangkan nyeri yang
berat serta meningkatkan
kenyamanan dan istirahat

Resiko infeksi Tujuan : klien tidak mengalami 1. Rasional : untuk mendeteksi


berhubungan gejala-gejala infeksi kemungkinan infeksi
dengan 1) Pantau suhu dengan teliti 2. Rasional : untuk meminimalkan
menurunnya 2) Tempatkan anak dalam terpaparnya anak dari sumber infeksi
sistem ruangan khusus 3. Rasional : untuk meminimalkan
pertahanan 3) Anjurkan semua pengunjung pajanan pada organisme infektif
tubuh dan staff rumah sakit untuk 4. Rasional : untuk mencegah
melaksanakan teknik mencuci kontaminasi silang/menurunkan
tangan dengan baik resiko infeksi
4) Gunakan teknik aseptik yang 5. Rasional : untuk intervensi dini
cermat untuk semua prosedur penanganan infeksi
invasif 6. Rasional : rongga mulut adalah
5) Evaluasi keadaan anak medium yang baik untuk
terhadap tempat-tempat pertumbuhan organisme
munculnya infeksi seperti 7. Rasional : menambah energi untuk
tempat penusukan jarum, penyembuhan dan regener
ulserasi mukosa, dan 8. Rasional : untuk mendukung
masalah gigi pertahanan alami tubuh
6) Inspeksi membran mukosa 9. Rasional : diberikan sebagai
mulut. Bersihkan mulut profilaktik atau mengobati infeksi
dengan baik  khusus
7) Berikan periode istirahat tanpa
gangguan
8) Berikan diet lengkap nutrisi
sesuai usia
9) Berikan antibiotik sesuai
ketentuan

Defisit volume Tujuan : 1. Rasional : untuk mencegah mual dan


cairan - Tidak terjadi kekurangan muntah
berhubungan volume cairan 2. Rasional : untuk mencegah episode
dengan mual - Pasien tidak mengalami mual berulang
dan muntah dan muntah 3. Rasional : karena tidak ada obat
Intervensi : antiemetik yang secara umum
1) Berikan antiemetik awal berhasil
sebelum dimulainya 4. Rasional : bau yang menyengat dapat
kemoterapi menimbulkan mual dan muntah
2) Berikan antiemetik secara 5. Rasional : karena jumlah kecil
teratur pada waktu dan biasanya ditoleransi dengan baik
program kemoterapi 6. Rasional : untuk mempertahankan
3) Kaji respon anak terhadap anti hidrasi
emetik
4) Hindari memberikan makanan
yang beraroma menyengat
5) Anjurkan makan dalam porsi
kecil tapi sering
6) Berikan cairan intravena sesuai
ketentuan

Gangguan Tujuan : pasien mendapat nutrisi 1. Rasional : jelaskan bahwa hilangnya


pemenuhan yang adekuat nafsu makan adalah akibat langsung
nutrisi kurang Intervensi : dari mual dan muntahserta
dari kebutuhan 1) Dorong orang tua untuk tetap kemoterapi
tubuh yang rileks pada saat anak makan 2. Rasional : untuk mempertahankan
berhubungan 2) Izinkan anak memakan semua nutrisi yang optimal
dengan makanan yang dapat 3. Rasional : untuk memaksimalkan
anoreksia, ditoleransi, rencanakan untuk kualitas intake nutrisi
malaise,mual memperbaikikualitas gizi pada 4. Rasional : untuk mendorong agar
dan muntah, saat selera makan anak anak mau makan
efek samping meningkat 5. Rasional : karena jumlah yang kecil
kemoterapi dan 3) Berikan makanan yang disertai biasanya ditoleransi dengan baik
atau stomatitis suplemen nutrisi gizi, seperti
6. Rasional : kebutuhan jaringan
susu bubuk atau suplemen
metabolik ditingkatkan begitu juga
yangdijual bebas
cairan untuk menghilangkanproduk
4) Izinkan anak untuk terlibat
sisa suplemen dapat memainkan
dalam persiapan dan pemilihan
peranan penting dalam
makanan
mempertahankan masukan kaloridan
5) Dorong masukan nutrisi
protein yang adekuat
dengan jumlah sedikit tapi
7. Rasional : membantu dalam
sering
mengidentifikasi malnutrisi protein
6) Dorong pasien untuk makan
kalori, khususnya bila BB
diet tinggi kalori kaya nutrient
danpengukuran antropometri kurang
7) Timbang BB, ukur TB dan
dari normal
ketebalan lipatan kulit trisep
DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.


Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. Jakarta : EGC.

Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.


Robin S.L. dan Kumar V. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.

Tjakra, Ahmad. 1991. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi FKUI


Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai