Anda di halaman 1dari 11

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perdarahan pervaginam ringan merupakan hal yang lazim selama persalinan aktif. Akan tetapi, insidensi kematian ibu hamil akibat perdarahan dan penyulitnya masih tinggi. Dalam laporan dari Centers for Disease Control and Prevention, terjadi peningkatan angka kematian akibat perdarahan tiga kali lipat pada wanita Amerika-Afrika dibandingkan dengan Kaukasia. Dalam sebuah analisis serupa terhadap 3777 kematian akibat kehamilan dari Negara-negara bagian yang mencakup populasi Hispanik dalam sertifikat kematiannya, Hopkins dkk. (dalam Cunningham, 1999:686) melaporkan bahwa perdarahan merupakan penyebab kematian ibu pada 20 persen kasus. Mereka memperlihatkan adanya perbedaan angka kematian pada wanita Amerika-Afrika dan Hispanik dibandingkan wanita Kaukasian. Inversio uteri merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Invertio uteri adalah suatu keadaan terbaliknya fundus uteri ke dalam kavum uteri. Pada kasus yang ekstrem, dokter dapat melihat endometrium yang berwarna keunguan dengan plasenta yang seringkali masih melekat. Pada situasi yang berat pasien dapat mengalami perdarahan hebat, hipertensi, dan kadang-kadang nadinya tidak teraba. Insiden yang dilaporkan berkisar dari 1:100.000 hingga 1:5.000 kelahiran. Kadang-kadang keadaan ini terlihat pada uterus tidak hamil dengan mioma bertangkai. (Oxorn & Forte, 2010:475)

1.2 Tujuan Penyusunan makalah ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui konsep patologi persalinan terutama inversio uteri 2. Mengetahui asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada klien dengan inversio uteri
1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri, dapat terjadi secara mendadak atau perlahan. Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya nyeri dan pendarahan. (Manuaba, 2001:450) Inversio uteri dibagi atas 3 keadaan: 1. Inversio uteri complete Keadaan dimana fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga uterus. 2. Inversio uteri incomplete Keadaan dimana fundus terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina. 3. Inversio prolaps Keadaan dimana uterus semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar dari vulva. (Manuaba, 2001:450)

2.2 Tanda dan Gejala Gejala klinis inversio uteri: a. Dijumpai pada kala III atau postpartum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi stranguasi dan nekrosis. b. Pemeriksaan dalam: 1. Bila masih incomplete maka pada palpasi abdomen akan teraba cekungan mirip kawah dan pada pemeriksaan dalam melalui vagina teraba dinding fundus di segmen bawah dan serviks. 2. Bila complete, diatas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
2

3. Kavum uteri sudah tidak ada. (Manuaba, 2001:451)

2.3 Etiologi Mekanisme kelainan belum dipahami sepenuhnya. Inversio uteri dianggap ada kaitannya dengan abnormalitas miometrium. Sebagian inversio uteri

berlangsung secara spontan dan cenderung terjadi kembali pada kelahiran selanjutnya. Namun demikian, keadaan ini paling sering diumpai pada primigravida. Banyak diantara kasus-kasus inversio uteri disebabkan oleh tindakan manipulative obstetric yang kurang tepat, tetapi keadaan tersebut dapat terjadi setelah persalinan yang normal atau abnormal. Inversio uteri paling sering menjadi malapetaka pada kala 3 persalinan. Faktor predisposisi: 1. Abnormalitas uterus dan kandungannya a. Plasenta adhesive b. Tali pusat yang pendek c. Anomaly congenital d. Kelemahan dinding uterus pada tempat melekatnya plasenta e. Implantasi plasenta pada fundus uteri f. Neoplasma uterus 2. Kondisi fungsional uterus a. Relaksasi miometrium b. Gangguan mekanisme kontraksi Sebab-sebab pembangkit: 1. Pengeluaran plasenta secara manual Peningkatan tekanan abdominal: batuk, bersin 2. Kesalahan penatalaksanaan kala 3 persalinan a. Penekanan fundus yang kurang tepat b. Traksi tali pusat c. Penggunaan oksitosin yang kurang bijaksana. (Oxorn & Forte, 2010:475)
3

2.4 Patofisiologi Implantasi plasenta yang abnormal terjadi apabila pembentukan desidua terganggu. Plasenta dapat melekat kuat ke tempat implantasi, dengan sedikit atau tanpa desidua, sehingga tidak terdapat garis pemisah fisiologis melalui lapisan spongiosa desidua. Akibatnya, satu atau lebih kotiledon melekat erat ke desidua basalis yang cacat atau bahkan ke miometrium. Apabila plasenta tertanam kuat dengan cara ini, kondisinya disebut plasenta akreta. Istilah plasenta akreta digunakan untuk menjelaskan semua implantasi plasenta yang perlekatannya ke dinding uterus terlalu kuat. Akibat tidak adanya basalis dan kelainan perkembangan lapisan fibrinoid (lapisan Nitabuch) secara parsial atau total, vilus plasenta melekat ke miometrium (plasenta akreta), benarbenar menginvasi miometrium (plasenta inkreta), atau menembus miometrium (plasenta perkreta). Adanya plasenta akreta memperbesar resiko terjadinya inversio uteri. Meskipun inversio uteri dapat pula terjadi pada plasenta yang tidak perlekatannya tidak terlalu kuat. Kondisi ini dapat pula terjadi bila penatalaksanaan kala III aktif tidak tepat. Akibat adanya tarikan pada tali pusat yang terlalu kuat sementara plasenta belum benar-benar terpisah dapat menyebabkan uterus ikut tertarik. Selain karena hal tersebut, kondisi anatomi uterus juga menjadi faktor terjadinya inversio uteri. Dinding uterus yang terlalu tipis dan lemah dapat ikut tertarik saat plasenta terlepas. Peningkatan tekanan intraabdominal akibat mengejan dan batuk dapat pula menyebabkan uterus menjadi terdorong membelok keluar.

(Cunningham et al, 2005:709)

2.5 Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul dari inversio uteri yang paling sering adalah terjadinya perdarahan akut yang dapat mengancam nyawa, dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian. (Cunningham et al, 2005: 711)

2.6 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian


4

1. Identitas klien: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dll. 2. Keluhan utama: nyeri, perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang. 3. Riwayat kehamilan dan persalinan: riwayat hipertensi dalam kehamilan, multipara, nulipara, anemia, perdarahan saat hamil, persalinan dengan tindakan, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III. 4. Riwayat kesehatan: kelainan darah dan hipertensi. 5. Pengkajian fisik: Tanda vital: Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu Kesadaran : Normal/turun : Normal/meningkat : Normal/meningkat : Normal/meningkat : Normal/turun

Fundus uteri/abdomen : teraba cekungan mirip kawah. Kulit: dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, CRT memanjang. Pervaginam: pemeriksaan dalam teraba dinding fundus uteri, tampak uterus pada vagina, ada tidaknya perdarahan, robekan. Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang.

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan inversio uteri Intervensi: Kaji TTV klien Tentukan skala nyeri klien Lakukan manajemen nyeri Tindakan khusus: reposisi invertio, sambil melakukan masase internal sehingga kontraksi berlangsung. Bila plasenta belum lepas, diikuti plasenta manual Kolaborasi untuk pemberian analgesik
5

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam Intervensi: Monitor tanda vital tiap 5-10 menit Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit Berikan terapi oksigen (oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan). Berikan terapi cairan IV dan/atau terapi penggantian darah sesuai program Tindakan kolaborasi: monitor kadar gas darah dan PH (perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan) 3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam Intervensi: Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang Monitor tanda vital Monitor intake dan output setiap 5-10 menit Lakukan masase uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis. Batasi pemeriksaan vagina dan rektum Berikan infus atau cairan intravena

4. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian Intervensi: Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan pasca persalinan Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan Kaji mekanisme koping yang digunakan klien Ajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi Berikan dukungan serta sikap empati kepada klien Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
6

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan akibat inversio uteri

Intervensi: Kaji TTV Pantau hasil laboratorium untuk melihat adanya tanda infeksi Pertahankan teknik streril selama tindakan Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain misal: di saluran kemih Lakukan kolaborasi untuk pemberian antibiotik

Lampiran

Gambar 1. Reposisi invertio uteri a) Invertio uteri total, b) Reposisi uterus melalui servik, c) Restitusi uterus

BAB 3. PENUTUP

2.1 Kesimpulan Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri, dapat terjadi secara mendadak atau perlahan. Invertio uteri dibedakan menjadi 3 yaitu invertio uteri complete, incomplete dan prolaps. Penyebab tejadinya invoutio uteri secara umum yaitu:
a. Spontan: grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan

intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).


b. Tindakan: cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta

yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim. Prinsip penanganan pada invertio uteri adalah melakukan pencegahan dengan melakukan tindakan kala III yang benar yakni dengan tidak menarik tali pusat sebelum plasenta benar-benar terlepas. Bila telah terjadi invertio uteri maka tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan reposisi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan yang lebih banyak.

2.2 Saran Saran khususnya kepada mahasiswa keperawatan untuk lebih memahami pemberian asuhan keperawatan kepada klien dengan invertio uteri agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara tepat dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak et al. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.

Cunningham, F. Gary et al. Obstetri Williams Edisi 21. 2005. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetric, Ginekologi, dan KB. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetric Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC.

Oxorn, Harry & Forte, William R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: ANDI.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

10

11

Anda mungkin juga menyukai