BLOK 4.C
“Anencephalus”
Dosen Pembimbing:
Ully Iffah, SST, M.Keb
Oleh:
Kelompok 3
1. Ranny Shabrina 1810332005
2. Hayatul Hasnah 1810333007
3. Febby Aprilia 1810331004
PRODI S1 KEBIDANAN
FAKUTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian anencephalus
2. Mengetahui etiologi anencephalus
3. Mengetahui tanda dan gejala janin anencephalus
4. Mengetahui patofisiologi anencephalus
5. Mengetahui diagnosis anencephalus
6. Mengetahui penatalaksanaan anencephalus
7. Mengetahui asuhan kebidanan anencephalus
8. Mengetahui dokumentasi soap anencephalus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Langkah 7 : Evaluasi
Setelah dilaksanakannya rencana yang menyeluruh, bidan mengevaluasi klien
tersebut agar mengetahui apakah asuhan yang diberikan efektif atau tidak. Bidan juga
harus mendampingi klien (ibu) dalam proses rujukannya.
Pendokumentasian ini harus lengkap dan akurat sesuai dengan keadaan dan
kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Dalam kasus ini kita
munggunakan metode pendokumentasiaan SOAP:
P adalah planning
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencanaan
berdasarkan assement, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.
Tinjauan Kasus
1. Pengertian Anencephalus
Anencephalus adalah kerusakan jaringan saraf pada janin sehingga pembentukan
tulang pelindung otak terganggu. Anencephaly biasanya terjadi 23 dan 26 hari usia
kehamilan. Anencephalus adalah kerusakan jaringan saraf pada janin sehingga
pembentukan tulang pelindung otak terganggu. Anencephaly adalah suatu keadaan
dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak bayi tidak terbentuk. Sisa jaringan
otak - biasanya bagian dari batang otak - terlindung oleh selaput yang tipis saja.
2. Etiologi Anencephalus
Kebanyakan bayi yang lahir dengan kelainan bawaan memiliki orang tua yang
jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun factor resiko. Sebanyak 60%
kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui, sisanya disebabkan oleh factor
lingkungan atau genetic atau kombinasi dari keduanya. Kelainan struktur atau
kelainan metabolisme terjadi akibat : hilangnya bagian tubuh tertentu, kelainan
pembentukan bagian tubuh tertentu, serta kelainan bawaan pada kimia tubuh.
Kelainan metabolisme biasanya berupa hilangnya enzim atau tidak sempurnanya
pembentukan enzim. Penyebab lain dari kelainan bawaan adalah pemakaian alcohol
oleh ibu hamil. Pemakaian alcohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma
alcohol pada janin dan obat-obat tertentu yang diminum oleh ibu hamil juga bisa
menyebabkan kelainan bawaan. Penyakit Rh, terjadi jika ibu dan bayi memiliki factor
Rh yang berbeda juga dapat meningkatkan kejadian kelainan bawaan pada bayi baru
lahir.
Anensefalus terjadi jika tabung saraf sebelah atas gagal menutup, tetapi
penyebabnya yang pasti tidak diketahui. Penelitian menunjukkan kemungkinan
anensefalus berhubungan dengan racun di lingkungan, juga kadar asam folat yang
rendah dalam darah. Anensefalus ditemukan pada 3,6-4,6 dari 10.000 bayi baru lahir.
Resiko terjadinya anensefalus bisa dikurangi dengan cara meningkatkan asupan asam
folat minimal 3 bulan sebelum hamil dan selama kehamilan bulan pertama.
Beberapa factor yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko kelainan bawaan:
1. Faktor teratogenik
Teratogen adalah setiap factor atau bahan yang bisa menyebabkan atau
meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun
merupakan teratogen. Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen.
Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat menyebabkan sejumlah kelainan
bawaan sindroma rubella congenital, infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil, infeksi
virus herpes genitalis pada ibu hamil, serta sindroma varicella congenital
2. Faktor gizi
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat.
Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau
kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum wanita
menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita subur sebaiknya mengkonsumsi
asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
3. Faktor fisik pada rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan
pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal, yang bisa
menyebabkan atau menunjukkan kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu
sedikit bisa memperngaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau
bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan
air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan
menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat misalnya anensefalus
atau atresia esophagus.
4. Faktor genetic dan kromosom
Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan
melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah
pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh
manusia. Jika satu gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan. Kelainan pada
jumlah ataupun susunan kromosom juga bisa menyebabkan kelainan bawaan. Suatu
kesalahan yang terjadi selama pembentukan sel telur atau sperma bisa menyebabkan
bayi terlahir dengan kromosom yang terlalu banyak atau sedikit, atau bayi terlahir
dengan kromosom yang telah mengalami kerusakan. Semakin tua seorang wanita
ketika hamil terutama diatas 35 tahun maka semakin besar kemungkinan terjadinya
kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya. Kelainan bawaan yang lainnya
disebabkan oleh mutasi genetic (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak
dapat dijelaskan).
4. Patofisiologi Anencephalus
Anencephaly tergolong rumpun cacat bumbung saraf atau neural tube defect
(NTD). Cacat bumbung saraf ini merupakan cacat bawaan pada pembentukan
yang terjadi antara 20 sampai 28 hari setelah pembuahaan sel telur (Sadler 1998).
Sel-sel plat saraf (neural plate) membentuk sistim saraf pada janin. Pada
pertumbuhan yang normal, sel-sel tersebut saling melipat satu sama lainnya
untuk membentuk yang dinamakan bumbung atau tabung saraf (neural tube),
yang selanjutnya membentuk menjadi tulang punggung dan urat sarafnya.
Setelah beberapa transformasi (perubahan bentuk), kutup utama (superior pole)
akhirnya terbentuk menjadi otak. Pada kasus NTD, bumbung saraf ini gagal
menutup secara sempurna.
Anencephaly terjadi bila ujung tabung saraf ini gagal menutup. Janin dengan
penyakit ini terlahir tanpa kulit kepala atau cerebellum. Juga tanpa meninges,
kedua belah hemisphere otak dan tempurung kepala (vault of cranium), akan
tetapi bagian dari batang otak biasanya tetap ada. Sisa jaringan otak terlindung
oleh selaput yang tipis saja. Kemungkinan bayinya buta dan tidak ada pergerakan
reflek atau hanya beberapa saja yang berfungsi. Kira-kira ¼ bayi anencephaly
meninggal pada saat dia dilahirkan, sedangkan yang selamat pada saat dilahirkan
dapat bertahan hidup selama beberapa jam atau beberapa hari (Jaquier 2006).
5. Diagnosis Anencephalus
Pada palpasi tidak dapat ditentukan dimana letaknya kepala, kedua ujung badan
lunak, tekanan pada tengkorak waktu toucher menyebabkan gerakan yang tak
beraturan dan bunyi jantung menjadi lambat.
1. Diagnosis antenatal
Diagnosa antenatal umumnya bila ibu hamil dengan faktor resiko kelainan
kongenital.
2. Diagnosa postnatal
Diagnosis postnatal bila kelainan kongenital sudah positif ditemukan.
Seorang spesialis dengan alat USG yang resolusinya tinggi, dapat mendeteksi
anencephaly pada umur kehamilan 10 minggu. Dalam keadaan kurang
menguntungkan, anencephaly baru dapat diketahui atau diduga pada umur kehamilan
16 minggu. Tingkat AFP dapat diukur melalui maternal serum screening (tes darah
ibu). Kalau tingkat AFPnya tinggi, maka ada kemungkinan janin menderita kelainan
NTD. Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan (USG atau amniocentesis) untuk
memastikan adanya masalah.
Scan mesti dilakukan diantara kehamilan 15 sampai 20 minggu, paling tepat
pada minggu ke-16. Anencephaly adalah kelainan yang dapat dilihat dengan alat
USG dengan sangat mudah. Jika seorang dokter yang ahli melakukan scan pada umur
kehamilan 16 minggu dan ternyata hasil diagnosenya anencephaly, maka
kemungkinan salah diagnose sangat kecil.
Sementara tes darah ibu yang hasil tingkat AFPnya tinggi hanya menunjukkan
bahwa ada risiko lebih tinggi bahwa bayinya memiliki Trisomy 21 atau 18, atau
NTD. Kebanyakan hasil tes darah ibu yang tingkat AFPnya tinggi, ternyata tetap
melahirkan bayi yang sehat. Ini menunjukkan bahwa tes darah saja tidak cukup bukti,
sebaiknya melakukan tes-tes lebih lanjut untuk memastikan apakah bayi Anda
menderita salah satu kelainan tersebut diatas.
Kehamilan dengan bayi anencephaly tidak ada pengaruh apa-apa. Akan tetapi,
pada sekitar 25% wanita yang mengandung anak anencephaly, mengalami
polyhydramnios atau kelebihan air ketuban. Hal ini terjadi, karena reflek untuk
menelan pada si bayi, kadang-kadang tidak berfungsi, sehingga dia tidak dapat
menelan air ketuban seperti halnya dilakukan bayi biasa. Kalau volume air ketuban
sangat kelebihan, akan mengakibatkan perasaan tidak nyaman bagi sang ibu. Ada
kemungkinan bayinya lahir premature atau air ketuban pecah. Untuk mengurangi
kelebihan air ketuban, seorang dokter dapat melakukan amniocentesis. Air ketuban di
sedot dengan syringe, sehingga sang ibu merasa lebih lega.
Tubuh sang bayi sama sekali tidak terpengaruh. Akan tetapi tempurung
kepalanya (vault of cranium) tidak ada mulai dari alis mata ke atas. Separuh dari
bagian belakang kepala biasanya tertutup kulit dan rambut. Jaringan saraf berwarna
merah tua hanya tertutup oleh selaput yang tipis muncul pada bagian atas kepala yang
dalam keadaan terbuka. Besarnya „lobang“ ini berbeda-beda dari satu bayi ke bayi
lainnya. Ada kemungkinan bola mata bayi agak menonjol keluar, diakibatkan oleh
karena kelainan bentuk tengkorak bagian mata, sehingga ucap kali bayi anencephaly
dapat julukan mirip “kodok”.
6. Penatalaksanaan Anencephalus
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah cacat bawaan. Inilah beberapa
di antaranya:
1. Wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat kelainan cacat bawaan
hendaknya lebih waspada karena bisa diturunkan secara genetik. “Lakukan
konseling genetik sebelum hamil”.
2. Usahakan untuk tidak hamil jika usia ibu sudah mencapai 40 tahun.
3. Lakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care yang rutin, dan usahakan
untuk melakukan USG minimal tiap trimester.
4. Jalani pola hidup sehat. Hentikan kebiasaan merokok dan hindari asap rokok,
selain juga alkohol dan narkoba karena dapat menghambat pertumbuhan janin
serta memperbesar peluang terjadinya kelainan kongenital dan keguguran.
Kelainan kongenital adalah penyebab keguguran yang paling besar, misalnya
jika paru-paru janin tidak dapat berkembang sempurna.
5. Penuhi kebutuhan akan asam folat. Dalam pemeriksaan, dokter akan memberi
suplemen asam folat ini.
6. Hindari asupan vitamin A berdosis tinggi. Vitamin A termasuk jenis vitamin
yang tak larut dalam air, tapi larut dalam lemak. Jadi, bila kelebihan akan
tertimbun dalam tubuh. Dampaknya antara lain janin mengalami urogenital
abnomali (terdapat gangguan sistem kencing dalam kelamin), mikrosefali
(ukuran kepala kecil), terdapat gangguan kelenjar adrenal.
7. Jangan minum sembarang obat, baik yang belum ataupun sudah diketahui
memberi efek buruk terhadap janin.
8. Pilih makanan dan masakan yang sehat. Salah satunya, hindari daging yang
dimasak setengah matang (steak atau sate). Dikhawatirkan, daging itu masih
membawa kuman penyakit yang membahayakan janin dan ibunya.
9. Kalau ada infeksi, obatilah segera : terutama infeksi TORCH (TOksoplasma,
Rubela, Citomegalo, dan Herpes). Paling baik, lakukan tes TORCH pada saat
kehamilan masih direncanakan, bukan setelah terjadinya pembuahan. Jika ibu
diketahui sedang terinfeksi, pengobatan bisa langsung dilakukan.
10. Dianjurkan setiap wanita usia subur yang telah menikah untuk mengkonsumsi
multivitamin yang mengandung 400 mcg asam folat setiap harinya. Sedang
wanita yang pernah melahirkan anak dengan cacat tabung saraf sebelumnya,
dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat yang lebih tinggi yaitu 4 mg saat
sebelum hamil dan selama kehamilannya.
11. Tidak mengkonsumsi alkohol samasekali selama kehamilannya. Alkohol
dapat menimbulkan fetal alcohol syndrome (FAS), yaitu suatu kondisi dimana
anak mengalami gangguan perkembangan, paras wajah yang tidak normal dan
gangguan dari sistem saraf pusat
12. Saat kehamilan, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium yang disebut
dengan Alpha Feto-Protein (AFP) untuk melihat adanya kelainan janin,
seperti spina bifida dan anensefalus. Selain itu, tindakan lebih lanjut dapat
digunakan dengan mengambil sampel villi korealis dari janin dan cairan
ketuban (amniosentesis), bagi wanita hamil yang telah berusia di atas 35
tahun, atau pada wanita yang berisiko tinggi melahirkan bayi cacat.
Yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan asuhan antenatal secara teratur.
Konsultasikan dengan dokter mengenai penyakit yang Anda derita seperti
diabetes, epilepsi (ayan) dan lainnya, juga obat-obat yang pernah Anda konsumsi
selama kehamilan.
Telaah Jurnal
Di antara cacat saraf yang umum, anencephaly adalah salah satu yang paling
umum, insiden anencephaly adalah 1: 1000 hingga 1: 20000 . Studi epidemiologi
menunjukkan tingkat prevalensi. Insiden tertinggi di Great Brittan dan Irland dan
terendah di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Anencephaly terjadi enam kali lebih
sering pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam, perempuan lebih sering
terkena daripada laki-laki . Anencephaly sering ditemukan berulang pada saudara
kandung.
Janin dengan anensefali diidentifikasi dengan benar pada usia kehamilan 12-
13 minggu. Temuan USG bisa normal sampai awal osifikasi pasti gagal. Pemindaian
trimester pertama jelas memungkinkan diagnosis yang andal dan penatalaksanaan
aktif anencephaly. Pada pengamatan, janin menunjukkan tidak adanya calvaria,
leher pendek, telinga rendah dan bola mata menonjol . Pemindaian ultrasonografi
menunjukkan perkembangan tulang frontal dan oksipital yang tidak lengkap, tulang
rahang atas, zygomatik, mandibula yang berkembang dengan baik. Kandang toraks
normal, ada spina bifida di wilayah C1, L4-5 dan S1-5. Kami mengkonfirmasi temuan
sonografi setelah pembedahan kepala, sumsum tulang belakang, rongga dada dan
perut. Spina bifida occulta dikonfirmasi, yang dapat dikorelasikan dengan dasar
embriologis teratologis
BAB III
TINJAUAN KASUS
IBU SUAMI
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Alamat : jln.minahasa 2 No 7
B. Data Subyektif
1. Alasan kunjungan
Ibu mengatakan mulas-mulas sejak jam 02.00 WIB tanggal 16 April 2020
2. Keluhan utama
3. Riwayat menstruasi
4. Riwayat Perkawinan
a. HPHT : 14 Juli 2019
c. Kunjungan ANC
Trimester I
Trimester II
Frekuensi : 2x, Tempat : BPM Oleh : Bidan
Trimester III
TT 1 : Mei 2019
Ibu mengatakan ada gerakan janin lebih dari 20 kali dalam 24 jam
8. Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan dari pihak keluarga ibu maupun keluarga suami tidak
sedang / tidak pernah menderita penyakit menular seperti (PMS, TBS,
HIV/AIDS, Hepatitis), Penyakit menurun ( DM, ASMA, Hipertensi),
penyakit menahun seperti (Jantung).
Ibu mengatakan dari pihak keluarga ibu maupun keluarga suami tidak
mempunyai riwayat keturunan kembar.
d. Riwayat Operasi
a. Pola Nutrisi
Frekuensi : + 7x/hari Frekuensi :+ 9x/hari
c. Pola eliminasi
Frekuensi : + 5x/hari Frekuensi : + 8x/hari
d. Pola istirahat
Lama : + 7 jam/hari Lama : +5-6jam/hari
e. Personal hygine
f. Pola seksualitas
- Ibu mengatakan suami maupun keluarga sangat senang atas kehamilan ini.
- Ibu mengatakan penopang perekonomian keluarga adalah suami dan ibu mertua.
- Ibu mengatakan daerah sekitar rumah bersih jauh dari polusi udara, limbah
pabrik dan jauh dari kandang hewan)
C. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmetis
2. Pemeriksaan Fisik
Mata : simetris, tidak ada tanda –tanda infeksi, konjung tiva merah
muda, sclera tidak ikterik dan penglihatan baik.
Mulut : simetris, tidak ada karies pada gigi, tidak ada gusi berdarah,
lidah bersih.
Dada : Simetris, tidak ada bunyi wezzing, tidak ada retraksi dinding
dada.
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, ada strie albican dan linea
nigra
Palpasi Loepold
Genetalia Luar : Tidak ada pembesaran kelenjar batolini, tidak ada varises,
tidak ada odema
Indikasi :Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah dan pengen meneran
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak Ada
II. INTERPRETASI DATA
A. Diangnosa kebidanan
Data dasar
Data subyektif :
- Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama dan belum pernah keguguran
N :82/menit S : 36,5oC
Djj : 134/menit
Palpasi Leopold :
B.Masalah
Data Dasar :
IV. TINDAKAN SEGERA
a. Mandiri
- Memasang infus
b. Kolaborasi
c. Merujuk
1. Beritahu pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Memberikan pilihan fasilitas kesehatan pada keluarga ingin memilih rumah sakit
yang diinginkan.
3. Mengobservasi keadaan ibu setiap 15 menit seperti tekanan darah, nadi,
pernafasan, DJJ, dan His untuk memastikan keadaan ibu baik saat akan dilakukan
rujukan
4. Memasang oksigen pada ibu, jika ibu mengalami kesulitan bernafas untuk
memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan janin, dan memasang infus dengan jarum
berukuran besar untuk intake cairan dan mengantisipasi jika terjadi kegawatdaruratan
ibu dan janin.
5. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu tarik nafas dalam dan keluarkan dari
mulut secara berlahan- lahan. bila terasa mules dan menganjurkan ibu untuk tidak
mengedan terlebih dahulu supaya vaginanya tidak bengkak.dan menganjurkan ibu
untuk miring ke kiri
6. Berikan ibu makan dan minum untuk menambah kekuatan ibu, dan agar ibu
tidak lemas
7. Memberikan dukungan dan semangat pada ibu agar ibu lebih sabar dan
menerima kelahiran bayinya, dan menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu
1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ditandai dengan ibu
mampu mengulang kembali penjelasan yang telah diberikan.
2. Ibu dan keluarga sudah mengerti keadaan ibu, ibu dan keluarga bersedia untuk
dirujuk ke fasilitas kesehatan dan keluarga sudah menentukan rumah sakit yang
diinginkan.
3. Observasi sudah dilakukan. TD = 100/70 mmHg, N = 84 x/menit, R = 24
x/menit, DJJ = 136 x/menit, His = 4x/10’/40”
4. Ibu sudah dipasang oksigen nasal 3L/menit dan sudah dipasang infus.
5. Ibu sudah mengerti teknik relaksasi, ditandai dengan ibu dapat melakukan
teknik relaksasi
8. Mendampingi ibu sampai tempat rujukan, ibu dirujuk tanggal 30 Maret 2013,
pukul 08.30 WIB dengan alasan merujuk Ibu hamil pertama dan kemungkinan janin
anencephalus karena pada VT presentasi kepala tetapi kepala teraba lunak,
bergelombang, berdenyut dan kemungkinan hidramnion.
Nama :Ny. R KU : baik, Diagnosa : 1. Beritahu pada ibu dan keluarga hasil
ibu Ny “R” umur 23 tahun pemeriksaan yang telah dilakukan
Umur :23 tahun Kesadaran:Composmetis G1P0A0H0 umur kehamilan 2. Beritahu pada ibu dan keluarga inform
39 minggu janin tunggal,
Agama : Islam TTV : consent dan inform choicebahwa ibu
hidup intra uterin, preskep
dalam persalinan kala I fase akan di rujuk
Suku/Bangsa : TD : 110/70
aktif dengan anencephalus 3. Observasi keadaan ibu setiap 15 menit
Minang/Indonesia
R : 23/menit Masalah : 4. Pasang oksigen dan infus
Pendidikan : SMA 5. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan
N :82/menit Ibu merasa cemas
miring ke kiri
Pekerjaan : IRT S : 36,5oC menghadapi persalianan
6. Berikan ibu makan dan minum
Alamat : Djj : 134/menit Kebutuhan : 7. Berikan ibu dukungan
jln.minahasa 2 No 7 Dukunga, tindakan 8. Dampingi ibu saat merujuk
Palpasi Leopold :
kolaborasi, observasi 9. Dokumentasikan tindakan yang
Leopold I : bokong kemajuan persalinan dilakukan
Alasan kunjungan
Leopold II : puka
Ibu mengatakan mulas-
Leopold III : preskep,
mulas sejak jam 02.00 teraba lunak,
WIB tanggal 16 April bergelombang, dan
2020 berdenyut (kepala)
HIS :4x/10’menit/40detik
Data Hasil Pemeriksaan
- Glukosa Urine:Negatif
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anencepalus merupakan cacat bawaan yang merupakan sebab penting dari kelahiran mati. Kelainan cacat bawaan
dipengaruhi oleh umur, paritas, bangsa ibu, dan juga oleh jenis kelamin janin. Pencegahan dini sangat diperlukan untuk
menghindari terjadinya kematian bayi akibat Anencephalus seperti pemeriksaan antenatal yang rutin dan teratur, pemberian dan
pemakaian konsumsi vitamin dan suplemen selama hamil, factor nutrisi dengan gizi seimbang, serta gaya hidup dan lingkungan
sekitar tempat tinggal ibu sangat mempengaruhi janin menderita Anencephalus.
4.2 Saran
a. Bagi mahasiswa
Kepada mahasisiwi kebidanan agar lebih dapat memahami jenis kelainan yang menyertai kehamilan dan persalinan khususnya
anencephalus.
b. Bagi Bidan
Bagi petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengetahui tindak lanjut penanganan anencephalus yang menyertai kehamilan
dan persalinan, dan bidan dapat mengenali tanda dan gejala terjadinya anencephalus dalam kehamilan dan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba , Candranita Manuaba, dan Fajar Manuaba. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC : Jakarta.
Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 5 Vol. 13 Nelson
Patofisiologi Untuk Keperawatan dr. Jan Tambayang