Anda di halaman 1dari 27

DISKUSI TOPIK

BLOK 4.C
“Hidrosefalus”

Dosen Pembimbing:
Ully Iffah, SST, M.Keb

Oleh:
Kelompok 3
1. Ranny Shabrina 1810332005
2. Hayatul Hasnah 1810333007
3. Febby Aprilia 1810331004

PRODI S1 KEBIDANAN
FAKUTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2019/202
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidrosefalus berasal dari kata “hidro” yang berarti air dan “chepalus” yang
berarti kepala. Meskipun hidrosefalus dikenal sebagai “air di otak”, “air" ini
sebenarnya cairan serebrospinal (CSS) yaitu cairan bening yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang. Dari istilah medis, hidrosefalus dapat diartikan
sebagai penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan
dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada
satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh
karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS. Bila
akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini
disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Hidrosefalus juga bisa
disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS. Kondisi seperti cerebral atrofi juga
mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam susunan saraf pusat (SSP).

Insiden hidrosefalus kongenital di AS adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup


sedangkan insiden untuk hidrosefalus akuisita (aquired hydrocephalus) tidak
diketahui secara pasti karena penyebab penyakit yang berbeda-beda. Pada
umumnya, insiden hidrosefalus adalah sama untuk kedua jenis kelamin, kecuali
pada sindrom Bickers-Adams, X-linked hydrocephalus ditularkan oleh perempuan
dan diderita oleh laki-laki. Hidrosefalus dewasa mewakili sekitar 40% dari total
kasus hidrosefalus.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Hidrosefalus?
2. Apakah etiologi Hidrosefalus?
3. Bagaimana patofisiologi Hidrosefalus?
4. Bagaimana manifestasi klinis Hidrosefalus?
5. Bagaimana penatalaksanaan Hidrosefalus?
6. Bagaimana asuhan kebidanan Hidrosefalus?
7. Bagaiamana dokumentasi soap Hidrosefalus?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Hidrosefalus
2. Mengetahui etiologi Hidrosefalus
3. Mengetahui patofisiologi Hidrosefalus
4. Mengetahui manifestasi klinis Hidrosefalus
5. Mengetahui penatalaksanaan Hidrosefalus
6. Mengetahui asuhan kebidanan Hidrosefalus
7. Mengetahui dokumentasi soap Hidrosefalus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan pustaka varney


Langkah 1 : Pengumpulan data
Pada langkah pertama ini, dilakukan pengumpulan semua data untuk
mengevaluasi klien secara lengkap. Seperti:
Identitas klien
Anamnesa
Pemeriksaan fisik

Langkah 2 : Interpretasi data dasar


Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien (ibu) berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan.

Langkah 3 : Mengidentifikasi diagnosa


Setelah pengkajian data-data yang telah dikumpulkan, maka didapatlah
suatu diagnosa klien (ibu) tersebut. Dalam kasus ini diagnosanya adalah
Hidrosefalus.

Langkah 4 : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang


Memerlukan Penanganan segera
Identifikasi perlunya tindakan segera dari Bidan agar dapat
dikonsultasikan dengan tenaga kesehatan yang lain (rujukan) sesuai kondisi klien
(ibu).

Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh


Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa saja yang
sudah teridentifikasi oleh klien, tetapi juga pedoman antisipasi terhadap ibu
tersebut.
Langkah 6 : Melaksanakan rencana
Asuhan menyeluruh yang direncanakan sebelumnya, di laksanakan dengan
aman dan efisien. Jika komplikasi terjadi pada ibu, bidan dapat melakukan
pertolongan pertama dan jika parah dapat merujuk atau berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi
Setelah dilaksanakannya rencana yang menyeluruh, bidan mengevaluasi
klien tersebut agar mengetahui apakah asuhan yang diberikan efektif atau tidak.
Bidan juga harus mendampingi klien (ibu) dalam proses rujukannya.

Tinjauan Pustaka SOAP


Sistem pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan SOAP

Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan


pelaporan yang di miliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang
berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
tertulis dengan tanggung jawab bidan.

Pendokumentasian ini harus lengkap dan akurat sesuai dengan keadaan


dan kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Dalam kasus ini
kita munggunakan metode pendokumentasiaan SOAP:

S adalah data subyektif


Menggambarkan pendokumentasiaan asuhan kebidanan hasil pengumpulan dari
klien melalui melalui anamnesa.

O adalah data obyektif


Menggambarkan pendokumentasiaan hasil pemeriksaan fisik klien dan test
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan.

A adalah hasil analisa/assessment


Menggunakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif.
P adalah planning
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencanaan
berdasarkan assement, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.

Tinjauan Kasus
1. Pengertian Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah pembesaran ventrikulus otak sebagai akibat
peningkatan jumlah cairan serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara produksi, sirkulasi dan absorbsinya. Kondisi ini
juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS.Kondisi seperti
cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam
susunan saraf pusat (SSP). Dalam situasi ini, hilangnya jaringan otak
meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara pasif dengan CSS. Kondisi
seperti itu bukan hasil dari gangguan hidrodinamik dan dengan demikian
tidak diklasifikasikan sebagai hidrochefalus

2. Etiologi Hidrosefalus
Penyebab hidrosefalus pada kasus congenital banyak belum
diketahui, beberapa kasus <2% berhubungan dengan kromosom X. Penyebab
paling sering pada kasus acquired yaitu obstruksi akibat tumor, adanya
trauma, perdarahan intrakranial, dan infeksi. Hydrocephalus dapat
berhubungan dengan beberapa sebab termasuk cacat sejak lahir, pendarahan
di otak, infeksi, meningitis, tumor, atau cedera kepala. Banyak bentuk dari
hydrocephalus adalah hasil dari terhambatnya cairan cerebrospinal di
ventrikel (di otak bagian tengah. Pada cacat sejak lahir, kerusakan fisik dari
aliran cairan ke ventrikel biasanya menyebabkan hydrocephalus.
Hydrocephalus biasanya mendampingi cacat sejak lahir yang disebut spina
bifida (meningomyelocele).

3. Patofisiologi Hidrosefalus
a. Congenital hydrocephalus
Adanya pembesaran ventrikel yang progresif. Semua kasus bersifat
obstruktif atau noncommunicating. Malformasi dari saluran ini biasanya
terjadi pada usia kehamilan 6-17 minggu, dan biasanya Disertai gangguan
otak.

b. Post infection hydrocephalus

Hidrosefalus yang terjadi bisa bersifat communicating dan non-


communicating. Infeksi bakteri pada meningen dapat menyebabkan
arachnoiditis dan menyebabkan hilangnya atau rusaknya tempat absorpsi
CSF. Contohnya ini yaitu infeksi yang disebabkan oleh [[grup B
streptococcus]], E. coli, Listeria monocytogenes.
Selain itu, ventriculitis dapat menyebabkan adanya obsturksi yang
biasanya terjadi pada dinding ventrikel ke-3 dan aqueduct of sylvius.
Inflamasi ini bisa diakibatkan karena : Tuberculosis, toxoplasmosis.

c. Post hemorrhagic hydrocephalus (PHH) dan post hemorrhagic


ventricle dilatation (PVD)
Perbedaan PHH dan PVD terletak pada adanya pembesaran ventrikel dan
peningkatan tekanan intrakanial.
i. PVD : ada perdarahan yang hebat, juga terjadi pelebaran ventricle
yang progresif, tidak diketahuiadanya tanda peningkatan tekanan
intracranial, dapat sembuh sendiri walaupun tanpa intervensi.

ii. PHH : merupakan suatu komplikasi dari perdarahan


intraventricular, dapat menyebabkan communicating maupun non-
communicating hydrocephalus, terjadi peningkatan tekanan
intracranial.

d. Other ventriculomegaly
Ventriculomegali dengan hilangnya periventricular white matter
yang merupakan komplikasi perdarahan yang infarct (PVHI).
4. Manifestasi Klinis Hidrosefalus
Gejala yang paling nyata dari hydrocephalus adalah besar kepala yang
abnormal. Hal ini terjadi karena tekanan luar yang terus menerus pada otak
dan temperung kepala dari hydrocephalus sepanjang perkembangan dan
pertumbuhan kepala.
 Manifestasi klinis:
a. Kepala membesar, fontanel antrior menonjol.
b. vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi
menangis.
c. Terdapat bunyi creckedpot (tanda Macewen).
d. Mata melihat kebawah, mudah terstimulasi, lemah dan kemampuan
makan berkurang.
e. Opisthotonus, dan spatik pada ekstremitas bawah.
f. Pada bayi dengan malformasi Ac, bayi mengalami kesulitan menelan.
g. Bunyi napas stridor.
h. Kesulitan bernapas.
i. Apnea, dan tidak ada refleks muntah.
j. Sakit kepala, papil edema.
k. Strabismus, ataxia, letargi, bingung, dan bicara inkoheren.

Bila hidrosefalus terjadi pada infant atau bayi yang baru lahir yang belum
mengalami penutupan pada sutura cranial, maka akan terjadi pembesaran
kepala. Apabila hidrosefalus terjadi setelah penutupan sutura cranial maka
yang terjadi yaitu peningkatan tekanan intrakranial, sehingga pasien
mengalami nyeri kepala hebat, tanpa disertai perubahan ukuran lingkar kepala.

5. Penatalaksanaan Hidrosefalus
a. Umum
Terapi untuk pasien hidrosefalus tergantung pada penyebabnya.
Pemberian asetazolamid dan furosemid (golongan diuretik) dapat
mengurangi produksi CSF, tetapi memberikan efek yang kurang baik
untuk jangka panjang.

b. Sesuai Kewenangan Bidan


Setelah diagnosis dibuat maka pada anak yang hidup dilakukan
punksi dengan jarum yang panjang dan besar segera setelah pembukaan
cukup besar (pembukaan 2 jari) untuk mengecilkannya. Dengan punksi,
tengkorak mengecil dan selanjutnya persalinan dapat berlangsung spontan,
pada anak yang mati dapat dilakukan perforasi. Setelah anak lahir selalu
harus dilakukan eksplorasi cavum uteri

Telaah Jurnal

Management of obstructive hydrocephalus in pregnant patient

Setelah perawatan hidrosefalus, pertanyaan selanjutnya adalah cara


pengiriman mana yang merupakan pilihan terbaik bagi pasien. Jika pasien dalam
status sehat tanpa gejala, spontan persalinan pervaginam akan menjadi pilihan
yang baik. Secara spontan persalinan pervaginam, tahap kedua persalinan, yang
membutuhkan ketegangan intens menghasilkan peningkatan ICP harus dijaga
minimum. Pada pasien yang tidak stabil dan dalam kasus dengan kebidanan
indikasi, C/S di bawah anestesi umum harus disampaikan dengan motorisasi
status cairan pasien, vena sentral tekanan. Dalam kasus yang parah, diuretik dan
steroid dapat digunakan. Dalam keadaan dengan ICP terkontrol, anestesi epidural
bisa disampaikan selama C/S. Meskipun tidak ada data komprehensif yang
merekomendasikan penggunaan absolut antibiotik peripartum pada pasien dengan
CSF shunts, beberapa kasus infeksi shunt yang jarang terjadi setelah vagina
pengiriman atau C/S dilaporkan.Ada makalah yang bertentangan memperdebatkan
penggunaan antibiotik profilaksis baik dalam pengiriman vagina dan C/S untuk
pasien dengan shunt CSF. Selama C/S, pasien ujung abdomen VP shunt dapat
terkontaminasi secara langsung atau secara tidak langsung disebabkan oleh
bakteremia, terutama jika ada yang diketahui kolonisasi ibu. Dalam kasus
antibiotik profilaksis, ampisilin (2 g I.V. untuk setiap 6 jam) dan gentamisin (1,5
mg / kg I.V. setiap 8 jam) adalah rejimen pengobatan utama dengan terapi
postpartum yang sedang berlangsung 48 jam.
Disfungsi shunt postpartum dan risiko infeksi shunt adalah dilaporkan hadir
hingga 6 bulan hingga 1 tahun. Oleh karena itu, tindak lanjut klinis terus menerus
bahkan setelah persalinan diperlukan untuk mencegah komplikasi tersebut secara
tepat waktu. Hidrosefalus obstruktif adalah komplikasi yang sangat jarang terjadi
kehamilan. Hydrocephalus menjadi jelas dan perlu perawatan sebelum trimester
ketiga kehamilan. Tepat waktu diagnosis, terutama diferensiasi dari preeklampsia,
adalah langkah yang menyelamatkan jiwa. Jika tidak ada komplikasi terjadi
selama intervensi untuk hidrosefalus, persalinan pervaginam spontan adalah cara
persalinan yang aman bagi ibu dan bayi baru lahir kesejahteraan. C/S harus
disimpan untuk indikasi kebidanan dan dapat dilakukan dengan anestesi epidural
jika ICP disimpan terkendali Pendekatan interdisipliner dari ahli bedah saraf dan
ahli anestesi sangat penting untuk perawatan halus pasien dan bayinya.

Anesthetic Management of a 20 Year Old Pregnant Woman with Arrested


Hydrocephalus without Ventriculoperitoneal Shunt, Hypothyroidism and
Pregnancy Induced Hypertension.

Manajemen wanita hamil yang belum menjalani perawatan untuk


hidrosefalus yang ditangkap sebelum kehamilan dan yang menolak untuk
menjalani operasi VP shunt selama kehamilan adalah suatu tantangan kasus untuk
ahli bedah saraf, dokter kandungan dan ahli anestesi sama. Pasien wanita dengan
hidrosefalus seharusnya dievaluasi secara individual dan dikonseling dengan baik
tentang pentingnya VP shunt sebelum hamil. Anestesi umum dianggap sebagai
pilihan teraman pada pasien jenis ini di mana peningkatan intrakranial tekanan
dapat dikurangi dengan menggunakan agen yang tepat. Karena itu anestesi umum
dianggap sebagai pilihan teraman untuk skenario kasus serupa di masa depan.
BAB III

MANAJMEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. P G3P1A1H1 USIA


KEHAMILAN
39 MINGGU INPARTU KALA I FASE AKTIF DENGAN
HIDROSEFALUS
DI BPM Kasih

Nomor Register : 08 76 xx
Tanggal Pengkajian : 15 April 2020, pukul 13.00 WIB
Tempat : PMB Kasih
Nama Bidan : Bd. Ran

LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR


Identitas istri dan suami

Nama : Ny P Nama : Tn H
Umur : 34 tahun Umur : 34 tahun
Suku : Minang Suku : Minang
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Penjahit Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat : Minahasa no. 8 Alamat : Minahasa no. 8

Data Subyektif

A. Keluhan utama
Klien datang bersama suami karena keluar lendir bercampur darah dari kemaluan

B. Riwayat keluhan utama


a. Ibu mengatakan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari
b. Adanya keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir

C. Riwayat kesehatan keluarga


a. Tidak ada riwayat penyakit menular dan menurun.
b. Tidak ada riwayat penyakit hipertensi
c. Tidak ada riwayat penyakit jantung
d. Tidak ada riwayat penyakit Asma
e. Tidak ada riwayat penyakit DM.

D. Riwayat kesehatan yang lalu


a. Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat.
b. Tidak ada ketergantungan obat, alkohol dan rokok.
c. Ibu tidak pernah menderita penyakit yang serius dan harus operasi.

E. Riwayat Reproduksi
1. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Dysmenorrhea : tidak ada
2. Riwayat Kehamilan Sebelumnya
no Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan bayi Masalah
persalinan kelamin waktu lahir kehamilan
2011 Spontan Bidan Peremp BBL 3200 g Tidak ada
uan PB 49 cm
2. 2017 Hamil - - - -
hingga UK 2
bulan
kemudian
keguguran

3. Pengalaman Menyusui
Ibu mengatakan ada menyusui pada anak sebelumnya dan berlangsung selama dua
tahun serta pemberian asi eksklusif selama 6 bulan.
4. Masalah ginekologi
Ibu mengatakan tidak ada masalah ginekologi
5. Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan suntik KB setiap 3 bulan dan pil.
F. Riwayat Kehamilan Sekarang
1. HPHT : 15 Juli 2019
2. HTP : 21 April 2019
3. ANC : 5 kali ( dilakukan di BPM )
1 kali di trimester I
2 kali di trimester II
2 kali di trimester III

G. Riwayat sosial ekonomi


1. Ini pernikahan ibu yang pertama dengan suaminya ± 10 tahun.
2. Ibu bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik konveksi.
3. Pengambilan keputusan dalam keluarga disetujui kedua belah pihak
4. Suami dan keluarga senang dengan kehamilannya.
5. Ibu mengatakan sejak setahun yang lalu memelihara kucing

H. Data psikologi
Ibu mengatakan cemas dengan keadaan janinnya.

I. Data spiritual
Ibu melaksanaka shalat 5 waktu dan rutin mengaji setelah shalat magrib.

J. .Riwayat aktivitas sehari- hari


a. Pola nutrisi
Sebelum hamil :
 Makan : 3x sehari (nasi, sayur, lauk pauk, buah-buahan)
 Minum: 8 gelas sehari (air putih) dan susu
Saat hamil :
 Makan : 3x sehari (nasi, sayur, lauk pauk, buah-buahan)
 Minum : ± 8 gelas sehari (Air Putih) + susu
b. Pola istirahat dan tidur
Sebelum hamil : tidur malam 7 jam
Saat hamil : tidur malam 8 jam
c. Pola eliminasi
Sebelum hamil
 BAK : 6-7x / hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan
 BAB : 1x/ hari, lunak, warna kuning kecokelatan, tidak
ada keluhan
Saat hamil
 BAK : 8-10x/ hari, warna kekuningan, tidak ada keluhan
 BAB : 1x/ hari, lunak, warna kuning kecokelatan, tidak
ada keluhan
d. Pola aktivitas pekerjaan
Ibu mengatakan sehari-hari bekerja sebagai buruh jahit di perusahaan konveksi,
dengan lama bekerja 8 jam sehari sebagai penjahit. Ibu mengatakan lingkungan
pekerjaan cukup bersih, namun terdapat banyak debu jahitan. Ibu tidak pernah
menggunakan masker selama bekerja.

Data Objektif
Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik.
b. Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan Darah : 130/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,8°C
Pernapasan : 20x/menit
c. Tinggi badan : 158 cm.
d. Berat badan sekarang : 72 kg

Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Mesochepalus, tidak oedema, tidak ada massa, tidak ada nyeri
tekan.
2. Rambut  : Lurus, bersih, tidak ada ketombe, tidak ada kutu, rambut tidak
berminyak.
3. Muka  : Oval, tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum.
4. Mata : Simetris, tidak strabismus, sklera putih, konjungtiva merah muda.
5. Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada polip.
6. Mulut : Tidak stomatitis, tidak ada karies gigi, lidah bersih.
7. Telinga    : Simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.
8. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena
jugularis.
9. Dada  : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada bunyi whezing
10. Payudara :Simetris, puting menonjol, tidak ada massa, terdapat
hiperpigmentasi   puting dan aerola mamae.
11. Abdomen : tidak ada bekas operasi, perut membesar, ada linea nigra, ada
striae
12. Palpasi Leopold
Leopold I  : Bagian fundus teraba bulat, keras, dan melenting yaitu kepala
Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba keras,memanjang yaitu punggung, serta
bagian kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil yaitu ekstremitas
Leopold III : bagian terbawah teraba bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong
Leopold IV :  bagian terbawah janin sudah masuk PAP
TFU : 40 cm
TBJ :(40-11)x155= 4495 gr
Kontraksi : 4x/10’ menit/ 40 detik
13. Auskultasi DJJ : 140 X/ menit, teratur
14. Ekstremitas atas : Simetris, tidak polidaktili, tidak oedem, gerakan aktif.
15. Ekstremitas bawah : Simetris, tidak polidaktili, terdapat oedema, tidak
varises, gerakan aktif. Reflek patella kanan dan kiri : (+)/(+)
16. Genetalia Luar : ada pengeluaran lendir bercampur darah, tidak ada
keputihann. Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 5-6 cm, porsio tipis,
ketuban utuh, bag. Terendah bokong

17. Anus : Tidak hemoroid

Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 13,2 gr/dl
USG : Dari hasil USG saat UK 38 mg, Aktivitas janin normal. Janin
dengan hidrosefalus

LANGKAH II : Interpretasi Data


Diagnosa : G3P1A1, usia kehamilan 39 minggu, janin hidup, tunggal, intauterine,
presentasi bokong, inpartu, keadaan janin hidrosefalus dan keadaan ibu baik
Data dasar :
- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan
- Usia kehamilan berdasarkan HPHT sudah tergolong aterm
- Pada palpasi leopold didapatkan bagian terbawah janin yaitu bokong
- Berdasarkan hasil USG saat UK 38 mg, janin mengalami hidrosefalus
- Pemeriksaan TTV ibu normal
Masalah : nyeri perut menjalar pinggang serta keluarnya air-air dari jalan lahir
Kebutuhan : persalinan segera mungkin

LANGKAH III : MASALAH POTENSIAL


Diagnosa potensial: terjadi gawat janin

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI


Persalinan Caesar di Rumah Sakit rujukan.

LANGKAH V :PERANCANAAN
Rencana tindakan
Tanggal : 15 April 2020, pukul 13.30 WIB
1. Jelaskan hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan tentang keluhan yang dialami ibu.
3. Jelaskan tanda-tanda persalinan
4. Jelaskan tentang hidrosefalus ( pengertian, penyebab, gejala serta
penanganannya)
5. Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu dan memberikan minum jika
ibu kelihatan lelah
6. Informed Consent ibu untuk bersedia melahirkan dengan persalinan
caesar di rumah sakit rujukan
7. Siapkan surat rujukan
8. Dampingi ibu dalam rujukan ke rumah sakit
9. Dokumentasi

LANGKAH VI : PELAKSANAAN

Tanggal 15 April 2020

1. Menjelaskan pada Ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik


2. Menjelaskan tentang keluhan yang dialami Ibu bahwa ibu sudah masuk
persalinan fase aktif
3. Menjelaskan tanda-tanda-tanda persalinan seperti sakit dari punggung
menjalar ke perut, keluar lendir bercampur darah, kenceng-kenceng teratur
durasinya semakin lama.
4. Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, gejala, dan penanganan
hidrosefalus
5. Menganjurkan keluarga untuk tetap mendampingi ibu dan memberikan
minum jika ibu kelihatan lelah
6. Melakukan Informed Consent klien agar bersedia melahirkan dengan
persalinan caesar di rumah sakit karena kondisi kehamilan ibu yang
membahayakan jika dilakukan dengan persalinan pervaginam.
7. Bidan menyiapkan surat rujukan bagi ibu
8. Bidan mendampingi ibu dan keluarga dalam rujukan ke rumah sakit
9. Bidan melakukan dokumentasi tentang kondisi ibu da tindakan yang telah
dilakukan

LANGKAH VII : EVALUASI


Tanggal 15 April 2020
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu sudah mengetahui bahwa keluhannya ini menandakan sudah masuk tanda-
tanda persalinan
3. Ibu sudah mengerti mengenai hidrosefalus
4. Ibu sudah mengerti tentang tanda-tanda persalinan
5. Keluarga bersedia untuk terus mendampingi ibu dan memberikan minum pada ibu
jika kelihatan lelah
6. Ibu dan keluarga bersedia untuk melakukan persalinan caesar di rumah sakit
7. Perlengkapan rujukan berupa surat rujukan telah disiapkan bidan
8. Bidan telah mendampingi ibu dan keluarga dalam rujukan ke rumah sakit
9. Bidan telah melakukan dokumentasi tentang kondisi ibu dan tindakan yang telah
dilakukan serta membawa hasil dokumentasi tersebut ke rumah sakit.
Subyektif Objektif Assesment Planning
Rabu, 15 April Pukul 13.00 WIB Diagnosa : Pukul 13.30 WIB
2020 KU : Baik Ny, P G6P5A0H4 usia 1. Jelaskan hasil pemeriksaan.
Pukul 13.00 TD : 130/100 kehamilan 39 minggu 2. Jelaskan tentang keluhan yang
WIB mmhg janin hidup, tunggal,
dialami ibu.
Keluhan : Palpasi: intrauterin, presentasi
Pasien Presentasi bokong, bokong, keadaan ibu 3. Jelaskan tanda-tanda persalinan
mengeluh nyeri pu-ki, bokong dan janin baik inpartu 4. Jelaskan tentang hidrosefalus
pinggang sudah masuk PAP kala I fase aktif
( pengertian, penyebab, gejala
menjalar ke ari- DJJ : 140x/ menit Masalah : ibu merasa
ari, keluar His : cemas serta penanganannya)
lendir bercamur 4x/10 menit, 40 Kebutuhan : 5. Anjurkan keluarga untuk
darah dari detik, kontrasi kuat, Persalinan segera
mendampingi ibu dan
kemaluan. teratur mungkin
HPHT : 15 Juli VT: memberikan minum jika ibu
2019 Ø 5-6 cm, porsio Diagnosa Potensial : kelihatan lelah\
tipis, ketuban utuh, gawat janin 6. Yakinkan ibu untuk bersedia
Riwayat bag. Terendah
obstetri : bokong Kebutuhan Segera melahirkan dengan persalinan
Ini adalah : persalinan caesar caesar di rumah sakit rujukan
kehamilan ke-3, Pemeriksaan 7. Siapkan surat rujukan
ibu bersalin 1x, Penunjang:
8. Dampingi ibu dalam rujukan ke
jumlah anak  Hb : 13,2 gr/dl
hidup 1, jarak  USG : rumah sakit
dg kehamilan didapatkan janin 9. Dokumentasi
ke-2 yaitu 7 mengalami
tahun, hidrosefalus
keguguranPENDOKUMENTASIAN
1x ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. P G3P1A1H1 USIA
di kehamilan KEHAMILAN
ke-2 39 MINGGU INPARTU KALA I FASE AKTIF
DI BPM Kasih oleh Bidan Ran
TANGGAL 15 APRIL 2020
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada hydrocephalus terdapat kelebihan cairan otak didalam ventrikel otak,


sehingga juga kepala (tengkorak) membesar. Hydrocephalus sering disertai cacat
bawaan seperti spina bifida. Hydrocephalus  menimbulkan dystocia
bahkan ruptura uteri dan sering anak lahir dalam  keadaan sungsang karena kepala
terlalu besar untuk masuk ke dalam pintu atas panggul. Penyebab hidrosefalus
pada kasus congenital banyak belum diketahui, beberapa kasus <2% berhubungan
dengan kromosom X.

4.2 Saran
a. Bagi mahasiswa
Kepada mahasisiwi kebidanan agar lebih dapat memahami jenis kelainan yang
menyertai kehamilan dan persalinan khususnya hidrocephalus.
b. Bagi Bidan
Bagi petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengetahui tindak lanjut
penanganan hidrocephalus yang menyertai kehamilan dan persalinan, dan bidan
dapat mengenali tanda dan gejala terjadinya hidrophalus dalam kehamilan dan
persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Iskandar Japardi (2002). Cairan Serebrospinal. USU Digital Library, Fakultas
Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.

Jason G. Mandell et. All. 2010. Journal of Neurosurgery: Pediatrics. July 2010
Volume 6, Number 1.

Murat Sakir Eksi, Ahmet Ogrenci, Osman Ersegun Batcık, Orkun Koban. 2016.
Management of obstructive hydrocephalus in pregnant patient. Asian Journal of
Neurosurgery.Published by Wolters Kluwer Medknow.

Subi Krishnan, Sreelatha B. 2018. Anesthetic Management of a 20 Year Old


Pregnant Woman with Arrested Hydrocephalus without Ventriculoperitoneal
Shunt, Hypothyroidism and Pregnancy Induced Hypertension. Volume 17, Issue 4
Ver. 1, PP 52-54. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS)
www.iosrjournals.org

Anda mungkin juga menyukai