Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PSIKOLOGIS ORANG TUA DENGAN JANIN HIDROSEFALUS

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 16

1. MUTIA RAHMI SOLIHAH P07124122032A


2. NANI DIANA ZOHRAH P07124122033A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMEKES MATARAM PROGRAM
STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayat-Nya sehinga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini

dengan judul ” Psikologi perkembangan ” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan

ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr Yopi Harwinanda Ardesa M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Mataram.

2. Dr. Sudarmi SST.,M.biomed, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram.

3. Imtihanatun Najahah, S.ST.,M.Kes., selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan

Politeknik Kesehatan Mataram.

4. Fitra Arsy Nur Cory’ah, SST.,M.Keb selaku dosen pengajar mata kuliah

psikologi perkembangan

5. Kepada semua dosen di Jurusan Kebidanan yang telah banyak memberikan

bekal pengetahuan dan wawasan kepada penyusun.

6. Orang tua tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang dan dukungan

sehingga rasa semangat untuk menyelesaikan tugas tetap ada terimakasih tak

terhingga.

7. Teman-teman jurusan kebidanan angkatan 2022 Politeknik Kesehatn Mataram

yang memberikan dukungan

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu


hydrocephalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan
teknologi yang semakin berkembang maka mengakibatkan polusi didunia
semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi factor penyebab suatu
penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan
terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya
adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan
sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalu.
(Suarniti & Rahyani, 2020)
Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu
hydrocephalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan
teknologi yang semakin berkembang maka mengakibatkan polusi didunia
semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi factor penyebab suatu
penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan
terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah
Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar
tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus (Suarniti &
Rahyani, 2020)
Kasus ini merupakan salah satu masalah dalam bedah saraf
yang paling sering ditemui. Data menyebutkan bahwa hidrosefalus
kongenital terjadi pada 3 dari 1000 kelahiran di Amerika Serikat dan
ditemukan lebih banyak di negara berkembang seperti Brazil yaitu
sebanyak 3,16 dari 1000 kelahiran.Sedangkan di Indonesia ditemukan
sebanyak 40% hingga 50% dari kunjungan berobat atau tindakan
operasi bedah saraf.(Apriyanto et al., 2013)
Penulis mengambil judul kasus di atas berdasarkan pengalaman
pribadi ketika usia kandungan 8 bulan,dokter mendiagnosa janin yang ada di
kandungan mengalami hidrosefalus berdasarkan hasil USG.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan
dapat merancang berbagai cara untuk mengantisipasi masalah
hidrosefalus serta mengetahui psikologis ibu yang janinnya mengalami
hidrosefalus
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengrtian dari Hidrosefalus
b. Mengetahui Tanda dan Gejala Hidrosefalus
c. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dan Komplikasi pada
Hidrosefalus
d. Mengetahui factor factor yang mempengaruhi psikologi masa prenatal
e. Mengetahui Gangguan psikologi ibu hamil
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI

Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang


mengakibatkan bertambahnya cairan cerebro spinalis tanpa atau pernah
dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngatisyah, 1997).
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel
serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi daan Yuliani,
2001). Hydrochepalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinalis interna
atau eksternal melebar ( Mumenthaler, 1995). (DIKA DANESLAN, 2022)

Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada


tempa sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi
berlebihan cairan serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermitten
setelah suatu infeksi atau trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif
pada anak – anak yang disebabkan oleh papyloma pleksus dapat diatasi
dengan operasi (Mumenthaler, 1995). Pembagiaan hydrocephalus pada anak
dan bayi.(DIKA DANESLAN, 2022)

Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2


yaitu :

1. Kongenital
Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan sehingga
pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya
cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu
2. Non Kongenital
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
yaitu penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang
otak dimana pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus didapat
pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh sebab
adanya peninggian tekanan intrakranial sehingga perbedaan antara
hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus non kongenital terletak pad
pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.Berdasarkan letak
obstruksi CSF hydrocephalus pada bayi dan anak ini juga dalam 2 bagian,
terbagi yaitu;
1. Hydrocephalus Komunikan (kommunucating hydrocephalus)
Pada hydrocephalus Komunikan obstruksinya terdapat pada rongga
subarachnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem
ventrikel sampai ke tempat sumbatan
2. Hydricephalus Non komunukan (nonkommunican hydrocephalus)
Pada hydrocephalus nonkomunikan obstruksinya terdapat dalam system
ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya
gangguan yang terjadi pada hydrocephalus kongenital adalah pada
sistem ventikel sehingga terjadi bentuk hydrocephalus nonkomunikan.
B. TANDA DAN GEJALA

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol,


lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang
karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior –
posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital
tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena
superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.(DIKA DANESLAN,
2022)

Uji radiologis terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura


yang terpisah pisah dan pelebaranvontanela. Ventirkulogram menunjukkan
pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim
ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan
Occuptional.

Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini
pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus
dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi
dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil


pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu;

1. Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya


pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka
dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intrakranial.

2. Transimulasi

Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini


dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama
3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar
1-2 cm.

3. Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan


lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak
antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang
besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena
hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.

Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.

4. Ventrikulografi

Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras


mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang
dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah
memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5. Ultrasanografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan


USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus
ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan
anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT
Scan.

6. CT Scan Kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya


pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV
sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS.

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan


dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di
proksimal dari daerah sumbatan
7. MRI ( Magnetic Resonance Image )

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan


menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.

D. Factor Factor yang Mempengaruhi Psikologi Masa Prenatal

Bahaya Psikologis pada Masa Pranatal Seperti bahaya fisik yang


dihubungkan dengan periode prenatal, bahaya psikologis dapat
menimbulkan akibat yang tetap ada pada perkembangan individu dan dapat
mempengaruhi lingkungan sesudah dilahirkan dan perlakuan yang diterima
anak dari orangorang yang berarti selama tahun-tahun pertumbuhan awal
ada tiga bahaya psikologis yang penting berupa kepercayaan tradisional
tentang perkembangan pranatal, tekanan yang diterima ibu selama periode
itu, dan sikapsikap yang kurang menyenangkan kepada anak yang belum
lahir dari orang-orang yang akan memegang peranan penting dalam
kehidupan.(Hurlock 1980). (Aprilia, 2020)
Sepertinya ada kepercayaan yang lebih tradisional dan merusak
mengenai periode perkembangan pranatal daripada kepercayaan mengenai
periode-periode lain dalam rentang kehidupan. Kepercayaan tradisional
dapat dan memang mempengaruhi perlakuan orang tua kepada anaknya,
dan seringkali mempengaruhi sikap anak yang satu dengan anak yang
lainnya. Efek kepercayaan demikian lebih berat dari yang diduga orang.
Kepercayaan yang kurang menyenangkan pasti akan mewarnai sikap
anggota keluarga dan juga prang-orang berarti di luar keluarga.(Hurlock
1980). (Aprilia, 2020)
Bahaya psikologis penting kedua yang dihubungkan dengan periode
pranatal berupa tekanan yang dialami ibu, yaitu keadaan emosi yang
meninggi selama beberapa waktu. Tekanan ibu mempengaruhi anak yang
berkembang baik sebelum atau sesudah kelahiran. Tekanan yang tidak
terlalu kuat dan hanya kadang-kadang terjadi tidak banyak menunjukkan
ketidak beraturan perkembangan, meskipun dapat meningkatkan kegiatan
janin. Kalau peningkatan kegiatan ini hanya sedikit saja, maka akibatnya
akan baik karena janin memerlukan latihan untuk perkembangan otot yang
sehat. Kalau tekanan ini mengakibatkan peningkatan kegiatan janin yang
berlebihan, janin akan mengalami kekurangan berat badan dan kegelisahan
sedemikian rupa sehingga penyesuaian awal setelah melahirkan akan
sangat berpengaruh (Hurlock 1980). (Aprilia, 2020)
Bahaya psikologis umum yang ketiga selama masa perkembangan
pranatal adalah sikap kurang menyenangkan dari orang-orang yang berarti
dalam kehidupan anak. Dalam banyak hal, bahaya ini merupakan efek yang
paling serius dan paling mendalam, karena sekali sikap berkembang maka
sikap itu cenderung mapan dan hanya ada sedikit sekali perubahan.(Hurlock
1980). (Aprilia, 2020)
Beberapa sikap kurang menyenangkan yang umum kepada anak
yang belum lahir adalah sebagai berikut:
1) Anak yang tidak diinginkan
2) Tidak menghendaki anak pada saat ini
3) Lebih menyukai anak dengan jenis kelamin tertentu
4) Konsep anak impian
5) Tidak menginginkan anak-anak kembar
6) Menginginkan pengguguran atau aborsi
7) Penghinaan kepada anak
(Aprilia, 2020)

E. Gangguan Psikologi Ibu Hamil


Bentuk-bentuk Gangguan Psikologis pada Masa Kehamilan Menurut
(Janiwarti & Herri, 2013) (Rahmawati, 2017)
bentuk gangguan psikologis pada masa kehamilan antara lain:
1. Depresi
Depresi merupakan gangguan mood yang muncul pada ibu atau wanita
yang sedang hamil. Didukung dengan pendapat Dini Kasdu, dkk (2009) mengatakan
bahwa hampir 10% wanita hamil mengalami depresi berat atau ringan dan depresi
sering terjadi dalam trimester pertama. Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami depresi
ialah adanya perasaan sedih atau perubahan kondisi fisiknya, kesulitan
berkosentrasi akibat jam tidur yang terlalu lama atau sedikit, hilangnya minat dalam
melakukan aktivitas yang biasa digemari ibu, putus asa, cemas, timbul perasaan
tidak berharga dan bersalah, merasa sedih, menurunnya nafsu makan. Depresi yang
dialami ibu hamil bisa berdampak pada kelahiran prematur, berat badan bayi lahir
rendah, dan jika gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera ditangani, anak
berkembang menjadi anak yang tidak bahagia, sulit berjalan, tidak responsif
terhadap orang lain, mengalami masalah perilaku seperti agresif dan mudah stres.
2. Stres
Stres merupakan pemikiran yang negatif dan perasaan takut dan hal
tersebut akar penyebab terjadinya reaksi stres. Stres selama hamil 31
mempengaruhi perkembangan fisiologis dan psikologis bayi yang dikandungnya.
Sebaliknya, jika ibu hamil yang selalu berpikiran sehat dan positif akan membantu
pembentukan janin, penyembuhan internal dan memberikan nutrisi psikis yang
sehat pada bayi. Dampak buruk stres ketika hamil seperti pendapat Thomas Verny,
bahwa semua yang dipikirkan ibu akan tersalurkan melalui hormon syaraf ke
bayinya. Verny menambahkan bahwa stres ekstrem dan tak berkesudahan
menyebabkan kelahiran prematur, berat badan di bawah rata-rata, hiperaktif dan
mudah marah.
3. Insomnia

Insomnia merupakan gangguan tidur yang diakibatkan gelisah atau perasaan


tidak tenang, kurang tidur atau sama sekali tidak bisa tidur. Gangguan tidur selalu
menyerang ibu hamil tanpa alasan yang jelas. Gangguan tidur lebih banyak
berkaitan dengan masalah psikis, seperti rasa kekhawatiran. Gejala insomnia ibu
hamil dilihat dari sulit tidur, tidak bisa memejamkan mata dan selalu terbangun
pada dini hari. Dampak buruk dari insomnia bagi kesehatan antara lain: dapat
menghambat fungsi hormonal dan depresi, cenderung melakukan kesalahan dalam
beraktivitas menjadi tidak sabar saat menunggu dan merasa kecewa, mengalami
gangguan pembelajaran verbal, gangguan memori, gangguan artikulasi bicara,
mengalami ketidakteraturan dalam selektif aktivitas, terganggunya dalam
pengambilan keputusan, kondisi emosi gampang meledak, stres dan denyut jantung,
gangguan pada ketrampilan motorik. Faktor penyebab insomnia adalah stress,
perubahan pola hidup, penyakit, kecemasan, depresi, lingkungan rumah yang ramai.

4. Perasaan tidak berarti

Perasaan tidak berarti pada ibu hamil memiliki ciri-ciri sebagai berikut: sikap
sinisme, adanya keinginan untuk mengakhiri hidup, mempertanyakan akan
penderitaannya, perasaan tidak berguna, gangguan aktivitas seksual dan adanya
keinginan untuk terus merusak diri sendiri. Faktor penyebab terjadinya perasaan
tidak berarti yaitu rasa kesepian, perasaan tidak berdaya, meragukan
kredibilitasnya, keraguan atas keimanannya kepada tuhan sehingga merasa takut
bahwa tuhan tidak mendengarkan doanya selama masa hamil, sulit menerima
bantuan, perasaan ditolak dari kelompoknya.

5. Perasaan Malu (Bersalah)


Faktor penyebab terjadinya perasaan malu atau bersalah pada ibu hamil
ialah dikarenakan adanya keinginan ibu hamil untuk menghapus peristiwa yang
pernah terjadi dan berusaha mengulang kembali masa lampaunya. Ciri-ciri ibu hamil
yang mengalami perasaan malu atau bersalah ialah: Sulit mengampuni diri sendiri,
memandang bahwa perubahan fisik dan bentuk tubuh sebagai bentuk hukuman dari
Allah SWT, sikap meremehkan orang lain, suka mengkambinghitamkan orang lain,
merusak dirinya sendiri dengan keinginan aborsi, lekas marah, sedih, gelisah.
6. Perasaan Kecewa

Ciri-ciri perasaan kecewa yaitu putus asa, merasa tidak berarti, berusaha
untuk melarikan diri dari realita kehidupan, sering merasa sedih dan lesu, bersikap
masa bodoh, tidak mau berkomunikasi, tidak terlibat pada hal-hal spiritual, merasa
dikucilkan sehingga tidak menarima diri secara sosial. Faktorfaktor penyebab
perasaan kecewa pada ibu hamil adalah:
(1) Sikap, baik itu tindakan suami atau keluarga besarnya yang dianggap
kurang menyenangkan,

(2) Tindakan suami yang dinilai kasar,

(3) Sikap suami yang temperamental,

(4) Tindak kekerasan rumah tangga,

(5) Hilangnya keperacayaan kepada suami, misalnya akibat perbuatan


selingkuh suami,

(6) Tidak menginginkan kelahiran anak,

(7) Kehilangan kepercayaan kepada tuhan sebagai akibat stereotif bahwa


dirinya sebagai orang yang kurang diperhatikaan Tuhan.

7. Tekanan Batin

Penyebab tekanan batin berasal dari akibat perasaan terpisah dengan


pasangannya atau dengan orang tuanya, adanya tantangan (konflik) terhadap
kebutuhannya, perasaan tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, minimnya kehidupan
rohani dan rasa bersalah, penderitaan berat, kematian salah satu anggota keluarga,
dan reaksi marah kepada tuhan. Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami tekanan batin
ialah: Ketakutan akan kesendirian, sikap menarik diri, perasaan tidak berguna
(apatis), menarik diri dari kehidupan sosial, sikap sisnisme terhadap orang lain,
gangguan tidur, gangguan pada konsep diri, mengalami psikosomatik, memiliki
konsep diri yang kurang matang, tidak mau berkomunikasi secara terbuka, gelisah
terkadang gampang marah, mengalami depresi diikuti dengan rasa sedih yang
mendalam.(Rahmawati, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, W. (2020). Perkembangan pada masa pranatal dan kelahiran. Yaa Bunayya :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 40–55.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/YaaBunayya/article/download/6684/4246

Apriyanto, Putra Agung, R., & Sari, F. (2013). Hidrosefalus Pada Anak. Jmj, 1, 61–
67.

DIKA DANESLAN, P. C. A. (2022). anak dengan hidrosefalus.

Rahmawati. (2017). Hubungan Dukungan Suami dengan Psikologis Ibu pada Masa
Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Janti Kota Malang. University of
Muhammadiyah Malang, 9–40. https://www.google.com/url?
sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0CAMQw7AJa
hcKEwjA0cnV36P7AhUAAAAAHQAAAAAQAg&url=http%3A%2F
%2Feprints.umm.ac.id%2F41855%2F3%2Fjiptummpp-gdl-syoifarahm-47576-3-
babii.pdf&psig=AOvVaw2Mgj1QWFPjJfauHRURSQJq&ust

Suarniti, N. W., & Rahyani, N. K. Y. (2020). Hidrosefalus dalam Biologi Molekuler.


Jurnal Ilmiah Kebidanan, 8(2), 95–115.

Anda mungkin juga menyukai