Anda di halaman 1dari 10

HIDROSEFALUS PADA ANAK

Dosen Pengampu : Trimawati, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Naely Faula K (010118A090)

2. Venny Indriana A (010118A145)

Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Ngudi Waluyo

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, karunia dan kesempatannya sehingga kami dapat menyelesakan makalah
Keperawatan Dasar tepat pada waktunya. Adapun judul yang dibahas penulis pada
makalah ini adalah mengenai “Tanda-tanda Vital pada Pernafasan”.

Makalah ini merupakan tugas kelompok. Penulis mengucapkan terima kasih


kepada ibu Trimawati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pengampu dan pembimbing
dalam penyusunan makalah ini, serta semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan
makalah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini pasti terdapat banyak kekurangan sehingga kami
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembutan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan kita semua. Kami juga mohon
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan cairan serebrospinal


pada sistem saraf pusat. Kasus ini merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di
bidang bedah saraf, yaitu sekitar 40% hingga 50%. Penyebab hidrosefalus pada anak
secara umum dapat dibagi menjadi dua, prenatal dan postnatal. Baik saat prenatal maupun
postnatal, secara teoritis patofisiologi hidrosefalus terjadi karena tiga hal yaitu produksi
liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi liquor yang berlebihan, dan peningkatan
tekanan sinus venosa.

Hidrosefalus pada anak dapat didiagnosis dan diterapi sejak dini. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan melihat adanya empat tanda hipertensi intrakranial. Pemeriksaan
penunjang seperti USG dapat membantu penegakan diagnosis di masa prenatal maupun
postnatal, sedangkan CT Scan dan MRI pada masa postnatal.

Hidrosefalus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan dalam


perkembangan fisik dan intelektual anak. Pada orang dewasa, hidrosefalus yang terlambat
ditangani dapat menyebabkan gejala menjadi permanen. Hidrosefalus pada bayi dapat
dilihat dari bentuk kepalanya yang membesar. Sedangkan pada pasien dewasa,
hidrosefalus dapat diketahui oleh dokter dengan menanyakan gejala yang dialami dan
melakukan pemeriksaan fisik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi hidrosefalus ?


2. Bagaimana patofisiologi hidrosefalus ?
3. Bagaimana penyebab hidrosefalus ?
4. Bagaimana gejala hidrosefalus ?
5. Bagaimana diagnosa hidrosefalus ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit hidrosefalus ?

C. Tujuan

1. Agar pembaca mengetahui definisi dari penyakit hidrosefalus.


2. Agar pembaca mengetahui patofisiologi hidrosefalus.
3. Agar pembaca mengetahui penyebab dari hidrosefalus.
4. Agar pembaca mengetahui gejala hidrosefalus.
5. Agar pembaca mengetahui diagnosa hidrosefalus.
6. Agar pembaca mengetahui bagaimana penatalaksanaan penyakit hidrosefalus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti air, dan
cephalus yang berarti kepala. Secara umum hidrosefalus dapat didefiniskan sebagai suatu
gangguan pembentukan, aliran, maupun penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga
terjadi kelebihan cairan serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini juga dapat
diartikan sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal.
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan
pada otak. Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar.
Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala hebat.  Hidrosefalus
terjadi ketika produksi dan penyerapan cairan otak tidak seimbang.

B. Patofisiologi

Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam sistem ventrikel.


Kebanyakan cairan tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu
kurang lebih sebanyak 80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan
cairan serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan
pembentukan cairan tersebut sama pada orang dewasa maupun anak-anak.
Dengan jalur aliran yang dimulai dari ventrikel lateral menuju ke foramen monro
kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4
dan menuju ke foramen luska dan magendi, hingga akhirnya ke ruang subarakhnoid dan
kanalis spinalis. Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang
dari kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor pleksus
koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang terjadi akibat dari
hipervitaminosis vitamin A.
2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus hidrosefalus.
Kondisi ini merupakan akibat dari obstruksi atau tersumbatnya sirkulasi cairan
serebrospinalis yang dapat terjadi di ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum
terdapat tiga penyebab terjadinya keadaan patologis ini, yaitu:
a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor, misalnya stenosis
akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari.
b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik saluran
likuor, misalnya tumor intraventrikel, tumor para ventrikel, kista arakhnoid, dan hematom.
c. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk
reaksi ependimal, fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom vena
cava dan trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi
jenis ini termasuk hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri.
Dari penjelasan di atas maka hidrosefalus dapat diklasifikasikan dalam beberapa
sebutan diagnosis. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, sedangkan
hidrosefalus eksterna menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas
permukaan korteks. Hidrosefalus komunikans adalah keadaan di mana ada hubungan
antara sistem ventrikel dengan rongga subarakhnoid otak dan spinal, sedangkan
hidrosefalus nonkomunikans yaitu suatu keadaan dimana terdapat blok dalam sistem
ventrikel atau salurannya ke rongga subarakhnoid. Hidrosefalus obstruktif adalah jenis
yang paling banyak ditemui dimana aliran likuor mengalami obstruksi. Terdapat pula
beberapa klasifikasi lain yang dilihat berdasarkan waktu onsetnya, yaitu akut (beberapa
hari), subakut (meninggi), dan kronis (berbulan-bulan). Terdapat dua pembagian
hidrosefalus berdasarkan gejalanya yaitu hidrosefalus simtomatik dan hidrosefalus
asimtomatik.
C. Penyebab

Hidrosefalus disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan


cairan di dalam otak. Akibatnya, cairan di dalam otak terlalu banyak dan membuat tekanan
dalam kepala meningkat. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yang meliputi:

 Aliran cairan otak yang tersumbat.


 Produksi cairan otak yang lebih cepat dibanding penyerapannya.
 Penyakit atau cedera pada otak, yang memengaruhi penyerapan cairan otak.

Hidrosefalus bisa terjadi pada bayi ketika proses persalinan, atau beberapa saat setelah
dilahirkan. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kondisi tersebut, di antaranya:

 Perdarahan di dalam otak akibat kelahiran prematur.


 Perkembangan otak dan tulang belakang yang tidak normal, sehingga menyumbat aliran
cairan otak.
 Infeksi selama masa kehamilan yang dapat memicu peradangan pada otak janin,
misalnya rubella atau sifilis.

Di samping itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hidrosefalus
pada semua usia, yaitu:

 Tumor di otak dan saraf tulang belakang.


 Perdarahan di otak akibat cedera kepala atau stroke.
 Infeksi pada otak dan saraf tulang belakang, misalnya meningitis.
 Cedera atau benturan pada kepala yang berdampak ke otak.

D.Tanda dan Gejala

Hidrosefalus dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada otak dan rongga kepala
anak. Itu sebabnya penting untuk mengenali tanda dan gejala apa saja yang mungkin
terjadi bila anak Anda mengalami hidrosefalus, agar bisa sesegera mungkin mencari
pertolongan medis.

Gejala hidrosefalus pada bayi baru lahir :

 Muncul benjolan lunak tidak normal di bagian atas kepala


 Perubahan cepat lingkar kepala
 Ukuran besar kepala tidak normal
 Pandangan mata ke bawah
 Mudah rewel
 Menolak makan
 Mudah mengantuk
 Otot melemah
 Pertumbuhan terhambat
Gejala hidrosefalus pada anak-anak, dewasa, dan lansia :

 Sakit kepala
 Penglihatan kabur atau mata juling
 Perubahan struktur wajah
 Pertumbuhan terhambat
 Mudah mengantuk
 Susah makan
 Keseimbangan tubuh tidak stabil
 Kehilangan koordinasi otot
 Mudah marah
 Kemampuan kognitif terganggu
 Kejang
 Mual dan muntah
 Sulit berkonsentrasi

E. Diagnosa Hidrosefalus

Diagnosis dapat ditegakkan melalui tanda dan gejala klinis. Makrokrania


merupakan salah satu tanda dimana ukuran kepala lebih besar dari dua deviasi standar di
atas ukuran normal atau persentil 98 dari kelompok usianya. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan tekanan intrakranial dan menyebabkan empat gejala hipertensi intrakranial
yaitu fontanel anterior yang sangat tegang (37%), sutura tampak atau teraba melebar, kulit
kepala licin, dan sunset phenomenon dimana kedua bola mata berdiaviasi ke atas dan
kelopak mata atas tertarik.

Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar daripada
bayi, gejala ini mencakup nyeri kepala, muntah, gangguan okulomotor, dan gejala
gangguan batang otak (bradikardia, aritmia respirasi). Gejala lainnya yaitu spastisitas pada
eksremitas inferior yang berlanjut menjadi gangguan berjalan dan gangguan endokrin.

Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG dapat mendeteksi hidrosefalus


pada periode prenatal, dapat pula digunakan untuk mengukur dan memonitor ukuran
ventrikel, terutama digunakan pada anak prematur. CT Scan dapat digunakan untuk
mengukur dilatasi ventrikel secara kasar dan menentukan sumber obstruksi. CT Scan
dapat menilai baik secara fungsional maupun anatomikal namun tidak lebih baik daripada
MRI, namun karena pemeriksaannya cukup lama maka pada bayi perlu dilakukan
pembiusan.

F. Penatalaksanaan

1. Terapi sementara Terapi konservatif medikamentosa

Berguna untuk mengurangi cairan dari pleksus khoroid (asetazolamid 100 mg/kg
BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg BB/hari) dan hanya bisa diberikan sementara saja atau tidak
dalam jangka waktu yang lama karena berisiko menyebabkan gangguan metabolik. Terapi
ini direkomendasikan bagi pasien hidrosefalus ringan bayi dan anak dan tidak dianjurkan
untuk dilatasi ventrikular posthemoragik pada anak. Pada pasien yang berpotensi
mengalami hidrosefalus transisi dapat dilakukan pemasangan kateter ventrikular atau yang
lebih dikenal dengan drainase likuor eksternal. Namun operasi shunt yang dilakukan pasca
drainase ventrikel eksternal memiliki risiko tertinggi untuk terjadinya infeksi. Cara lain
yang mirip dengan metode ini adalah dengan pungsi ventrikel yang dapat dilakukan
berulang kali.

2. Operasi shunting

Sebagian besar pasien memerlukan tindakan ini untuk membuat saluran baru
antara aliran likuor (ventrikel atau lumbar) dengan kavitas drainase (seperti peritoneum,
atrium kanan, dan pleura). Komplikasi operasi ini dibagi menjadi tiga yaitu infeksi,
kegagalan mekanis, dan kegagalan fungsional. Tindakan ini menyebabkan infeksi
sebanyak >11% pada anak setelahnya dalam waktu 24 bulan yang dapat merusak
intelektual bahkan menyebabkan kematian.

3. Endoscopic third ventriculostomy / Metode Endoscopic third ventriculostomy (ETV)

Semakin sering digunakan di masa sekarang dan merupakan terapi pilihan bagi
hidrosefalus obstruktif serta diindikasikan untuk kasus seperti stenosis akuaduktus, tumor
ventrikel 3 posterior, infark serebral, malformasi Dandy Walker, syringomyelia dengan
atau tanpa malformasi Arnold Chiari tipe 1, hematoma intraventrikel, myelomeningokel,
ensefalokel, tumor fossa posterior dan kraniosinostosis. ETV juga diindikasikan pada
kasus block shunt atau slit ventricle syndrome.
BAB III

KESIMPULAN

Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan


tekanan pada otak. Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar.
Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala hebat.  Hidrosefalus
terjadi ketika produksi dan penyerapan cairan otak tidak seimbang.

Penyebab hidrosefalus karena adanya ketidakseimbangan antara produksi dan


penyerapan cairan di dalam otak, kelahiran bayi, maupun karena cidera. Gejala
hidrosefalus berbeda-beda tergantung usia dari penderita. Pengobatan dengan cara terapi
sementara, operasi shunting, dan / Metode Endoscopic third ventriculostomy (ETV).
DAFTAR PUSTAKA

(Apriyanto, Agung et al. 2013)

Kids Health (2017). For Parents. Hydrocephalus.


Mayo Clinic (2018). Diseases & Conditions. Hydrocephalus.

Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta

Tambayong, 2000, Patofisiologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

Apriyanto, et al. (2013). "Hidrochepalus Pada Anak." JMJ 1: 7.

Anda mungkin juga menyukai