PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital
dan resiko terjadi dekubitus.
Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan
menanggulangi masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa
pembuatan makalah dan diskusi antar teman di kelas.
1.2.Rumusan masalah
1.3.Tujuan Penulisan
2
6.Untuk mengetahui tentang klasifikasi dari hidrochefalus
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Hidrochefalus
4
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang dapat
mengakibatkan gangguan dari cairan serebrospinal yang berubah menjadi banyak,
disebabkan oleh karena obstruksi aliran cairan serebrospinal, gangguan produksi
dan atau produksi cairan serebrospinal yang berlebihan (Aziz, 2006)
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan diruang yang secara normal terdapat
dalam otak, hidrosefalus terjadi apabila produksi cairan otak tidak seimbang
dengan penyerapannya sehingga cairan otak terbendung, sistem ventrikel akan
melebar, dan tekanan dalam rongga kepala akan meningkat (Arif, 2000)
Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kongenital
2. Non Kongenital
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
yaitu penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak
dimana pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus didapat pertumbuhan
otak sudah sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh sebab adanya peninggian
tekanan intrakranial sehingga perbedaan antara hydrocephalus kongenital dan
hydrocephalus non kongenital terletak pad pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.
2.2.Etiologi Hidrochefalus
5
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke
dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat
dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa
normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml,
neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam
ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005).
Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke
ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke
ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang
subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan
gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32)
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS)
pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel
dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi
dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan
CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan
menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah
1) Kelainan Bawaan (Kongenital)
1.Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%).
Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal,
yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir
atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
2.Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom
Arnould-Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan
cerebellum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian atau total.
3.Sindrom Dandy-Walker
6
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan
hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV,
yang dapat sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista yang besar di
daerah fosa pascaerior.
4. Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
2) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi
obliterasi/buntu ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik
eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis. Hidrosefalus banyak
terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa
7
minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis
terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan
daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama
terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis,
sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
3) Neoplasma (tumor)
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan
apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan
mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
2.3.Patofisiologi Hidrohefalus
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup
8
dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran
pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal
blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina
di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP
sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi
dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas
normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan
menyebabkan kematian.
9
pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan
penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada
tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan
menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian,
jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
2.5.Manifestasi Klinik
Pada bayi terdapat tanda dan gejala yang biasanya ditemukan mencakup :
1. Pembesaran kepala yang tidak proporsional dengan pertumbuhan bayi (tanda
khas yang paling sering ditemukan ) akibat peningkatan volume cairan
serebrospinalis.
2. Distensi vena-vena kulit kepala akibat peningkatan tekanan cairan
serebrospinalis.
3. Kulit kepala yang tampak tipis, mengkilat dan rapuh akibat peningkatan
tekanan cairan serebrospinalis.
4. Otot-otot leher yang tidak berkembang akibat peningkatan berat badan.
5. Depresi atap orbita (atap orbita tertekan) disertai pergeseran bola mata ke
bawah dan sklera yang menonjol sebagai akibat peningkatan tekanan.
6. Tangisan yang melengking dan bernada tinggi, iritabilitas (rewel), serta tonus
otot yang abnormal sebagai akibat kompresi saraf.
7. Muntah proyektil (muntah menyembur) akibat peningkatan tekanan
intrakranial.
8. Pelebaran tengkorak untuk mengakomodasi peningkatan tekanan.
Pada dewasa dan anak yang sudah besar, tanda- tanda yang menunjukkan
hidrosefalus meliputi :
10
4. Gangguan intelektual.
Bayi:
Pada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan gejala :
1. Kepala makin membesar
2. Veba-vena kepala prominen
3. Ubun-ubun melebar dan tegang
4. Sutura melebar
5. Cracked-pot sign, yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah
semangka pada perkusi kepala
6. Perkembangan motorik terlambat
7. Perkembangan mental terlambat
8. Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)
9. Cerebral cry, yaitu tangisan pendek, bernada tinggi dan bergetar
10. Nistagmus horisontal
11. Sunset phenomena, yaitu bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan
penipisan tulang tulang supraorbita, sklera tampak di atas iris, sehingga iris
seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam.
Anak:
1. Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan tekanan
intrakranial
2. Muntah proyektil
3. Nyeri kepala
4. Kejang
5. Kesadaran menurun
6. Papiledema
7. Pada dewasa gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala.
Sementara itu gangguan visus, gangguan motorik/berjalan, dan kejang terjadi
pada 1/3 kasus hidrosefalus pada usia dewasa. Pemeriksaan neurologik pada
11
umumnya tidak menunjukkan kelainan, kecuali adanya edema papil dan/atau
adanya paralisis n.abdusens.
2.6.Klasifikasi Hidrochefalus
2.7.Komplikasi Hidrochefalus
12
6. Infeksi
7. Malnutrisi
8. Infeksi pada shunt (sesudah pembedahan)
9. Septikemia (sesudah pemasangan shunt)
10. Ileus paralitik, adhesi, peritonitis, dan perforasi usus (sesudah pemasangan
shunt)
2.8.Pemeriksaan Diagnostik
2. Transimulasi
3. Lingkaran kepala
13
kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala
dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan
suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi
ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah
menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium
bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai
risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur
ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasanografi
6. CT Scan Kepala
14
7. MRI ( Magnetic Resonance Image )
2.9.Penatalaksanaan Hidrochefalus
15
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
4. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui
kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan
pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang
dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak
dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
5. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu
selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah
perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit
hingga tidak terlihat dari luar.
6. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978)
mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan
sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.
7. Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.
Terapi
16
1) Penanganan sementara
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid
lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu
pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran
dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan
kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat
b. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah
apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
c. Riwayat Penyakit dahulu
a) Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
b) Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
17
c) Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pengkajian persiste
a) B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
b) B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah,
penurunan nadi
c) B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol
dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan
ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat
melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang
d) B4 ( Bladder ) : Oliguria
e) B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
f) B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
3. Pemeriksaan Fisik
a) Masa bayi :
b) Masa Kanak-Kanak
18
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Lingkar Kepala pada masa bayi
b. Translumiasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis
yang abnormal
c. Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan "suara khas"
d. Opthalmoscopi menunjukan papil edema
e. CT Scan
f. Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta
erosi tulang intra cranial
g. Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat
terlihat di dalam system ventrikular atau sub – arakhnoid.
B. Diagnosa KEPERAWATAN
19
4. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan
intra karnial
5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan kurang
informasi dalam keadaan krisis.
6. Resiko tinggi terjadinya kerusakn intregasi kulit sehubungan dengan
penekanan
7. dan ketidakmampuan untuk menggerakan kepala.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria hasil: Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah,
GCS 4,5,6 tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
1. Intervensi
a. Kaji factor penyebab dari keadaan individu/penyebab koma/penurunan
perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.
20
bradhikardi, distritmia, dispnia merupakan tanda terjadinya
peningkatan TIK.
c. Evaluasi pupil
R/: Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan
tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak.
R/: tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK oleh efek
rangsangan komulatif.
21
R/: mengurangi tekanan intra torakal dan intraabdominal sehingga
menghindari peningkatan TIK.
R/: aktivitas ini dapat meningkatkan intra thorak atau tekanan dalam
thorak dan tekanan dalam abdomen dimana aktivitas ini dapat
meningkatkan tekanan TIK.
R/: tingkat non verbal ini meningkatkan indikasi peningkatan TIK atau
memberikan refleks nyeri dimana pasien tidak mampu
mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun
dapat meningkatkan Tik
l. Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan orangtua tentang sebab
akibat TIK meningkat.
22
Kriteria hasil: pasien mengatakan nyeri kepala berkurang atau hilang
(skala nyeri 0), dan tampak rileks, tidak meringis kesakitan, nadi normal
dan RR normal.
1. Intervensi :
a. Kaji pengalaman nyeri pada anak, minta anak menunjukkan area yang
sakit dan menentukan peringkat nyeri dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak
nyeri, 5 = nyeri sekali)
d. Jelaskan kepada orang tua bahwa anak dapat menangis lebih keras bila
mereka ada, tetapi kehadiran mereka itu penting untuk meningkatkan
kepercayaan.
R/: Teknik ini akan membantu mengalihkan perhatian anak dari rasa
nyeri yang dirasakan.
23
3. Dx.3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan perubahan mencerna makanan, peningkatan
kebutuhan metabolisme.
Kriteria hasil: tidak terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari berat
awal, tidak adanya mual-muntah.
1. Intervensi :
a. Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah
mengunyah makanan.
R/: Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan
meninbulkan mual.
R/: Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat mengurangi beban
saluran pencernaan. Saluran pencernaan ini dapat mengalami
gangguan akibat hidrocefalus.
d. Timbang berat badan pasien saat ia bangun dari tidur dan setelah
berkemih pertama.
R/: Menimbang berat badan saat baru bangun dan setelah berkemih
untuk mengetahui berat badan mula-mula sebelum mendapatkan
nutrient
24
R/: Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai
indikasi dan kebutuhan kalorinya
1. Intervensi:
Observasi TTV
a. Kaji data dasar neurologi
b. Hindari pemasangan infuse pada vena kepala jika terjadi
pembedahan
c. Tentukan posisi anak :
tempatkan pada posisi terlentang
tinggikan kepala
d. Hindari penggunaan obat – obat penenang
1. Intervensi :
a. Berikan perawatan kulit
b. Laporkan segera bila terjadi perubahan TTV ( tingkah laku ).
c. Monitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda – tanda
kemerahan atau pembengkakan.
6. DX6: Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan kurang
informasi dalam keadaan krisis.
25
Tujuan : keluarga klien akan menerima support dengan adekuat
1. Intervensi :
a. Jelaskan tentang penyakit tindakan dan prosedur yang akan dilakukan.
b. Berikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga untuk
mengekspresikan perasaan.
c. Berikan dorongan pada orang tua untuk membantu perawatan anak.
D. PELAKSANAAN /IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
26
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Hidrochepalus komunikan
2. Hidrochepalus non-komunikan
3. Hidrochepalus bertekanan normal
3.2.Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Ethel, Sloane. 1994. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC
Ngastiyah, 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC
Mayer, Brena. 2011. Buku ajar patofisiologi. Jakarta : EGC
Zulkarnain. 2011. Asuhan keperawatan hidrosefalus. http://nuzulul-
fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-
Askep%20Hidrosefalus.html . Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012 pada
pukul 15:16
Rizki. 2012. Asuhan keperawatan hidrosefalus.
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/asuhan-
keperawatan-hidrosefalus.html . Diakses pada tanggal 14 Oktober 2012
pada pukul 8:13
Yudi. 2012. Asuhan keperawatan hidrosefalus.
http://yuudi.blogspot.com/2012/06/askep-hidrosefalus.html. Diakses pada
tanggal 14 Oktober 2012 pada pukul 8:13
28