D DENGAN HIDROSEFALUS
DI RUANG KARMEL RS MARDI RAHAYU KUDUS
DISUSUN OLEH :
NIDIA YUSTIN ORBANUS
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2018 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui tercipta masyarakat bangsa dan negara Indonesia
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang optimal di seluruh Republik Indonesia. (Departemen Kesehatan,2013)
Kesehatan adalah milik yang sangat berharga bagi seseorang tanpa berarti segala aktivitas
akan berhenti dengan menyadari bagi hal itu setiap orang akan dituntut untuk meningkatkan
dan mempertahankan kondisi tubuhnya kuat sehingga tidak akan mudah diserang berbagai
penyakit, diantaranya hidrosefalus. Hidrosefalus gangguan yang terjadi akibat kelibahan
cairan serebrospinal pada sistem saraf pusat. (Mansjoer Arief, 2007)
Berdasarkan catatan rekam medik di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sendiri selama
tahun 2019 sampai bulan april 2020 telah merawat pasien dengan Hidrosefalus sebanyak 12
pasien terbagi hidrosefalus kongiental sebanyak 8, hidrosefalus selain kongiental 6, dan di
ruangan Karmel merawat pasien kongiental sebanyak 5.
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
untuk memenuhi tugas perawat orientasi di Rumah Sakit Mardi Rahayu dan meningkatkan
asuhan keperawatan pasien hidrosefalus
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian anamnesa pada anak dengan hidrosefalus
b. Menentukan diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data yang telah dikumpulkan
terhadap bayi dengan hidrosefalus
c. Menentukan antisipasi terhadap diagnosa dan masalah potensial yang ditemukan pada
anak dengan hidrosefalus
d. Melakukan tindakan segera berdasarkan data yang telah dikumpulkan terhadap anak
dengan hidrosefalus
e. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada anak berdasarkan interpretasi
data yang yang ditentukan
f. Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan secara sistematis kepada anak dengan
hidrosefalus
g. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada anak dengan
hidrosefalus
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti air, dan cephalus
yang berarti kepala. Secara umum hidrosefalus dapat didefiniskan sebagai suatu gangguan
pembentukan, aliran, maupun penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga terjadi
kelebihan cairan serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini juga dapat diartikan
sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal.(Apriyanto dkk, 2013)
Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal
sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang
maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi
factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat
rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah
Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per
seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit
yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus. Hydrocephalus itu sendiri
adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang
subdural (Suriadi dan Yuliani, 2010).
4
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis. (Suriadi, 2010)
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga
terdapat pelebaran ventrikel (Suharso D,2009).Menurut pendapat. Hidrocephalus adalah
sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari
cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular (Nining, 2008). Ketika produksi CSS
lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem
Ventricular. Dari beberapa pendapat di atas, Jadi dapat disimpulkan Hidrosefalus merupakan
penumpukan CSS yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau
ruang subrachnoid yang dapat menyebakan dilatasi sistem ventrikel otak dimana keadaan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal, disebabkan baik oleh
produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intracranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran di ruangan – ruangan tempat aliran
cairan serebrospinal.
5
B. Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan:
1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.
Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor.
Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik.
Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan
dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah
sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya
terdapat pada orang tua (Darsono, 2005).
Hidrosefalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital Merupakan hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan,
sehingga:
a. Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
b. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Didapat Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah
sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.
Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan
otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosisnya.
Berdasarkan letak obstruksi CSS (cairan serebrospinal), hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga
terbagi dalam dua bagian yaitu:
6
1. Hidrosefalus komunikan Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subarachnoid,
sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus
arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala-gejala peningkatan ICP).
2. Hidrosefalus non komunikan Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem
ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi
pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk
hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler
yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut
usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada sistem saraf pusat atau
diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat
terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan
adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan
garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan
tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan
ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat
pemisahan /separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
3. Hidrosefalus bertekanan normal (Normal Pressure Hidrocephalus) Di tandai pembesaran
sister basilar dan ventrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi
serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya
meliputi; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan
cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, meningitis; pada beberapa kasus
(kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemungkinan ditemukan hubungan tersebut.
7
C. Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA, NIC-NOC,
2012) adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii merupakan penyebab yang paling sering pada
bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali
atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus
terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-
Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan
cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital foramen luscha dan
mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem
ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah
losa posterior.
d. Kista Arachnoid Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
2. Anomali pembuluh darah
3. Infeksi
4. Perdarahan
5. Neoplasma
D. Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas
produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan
refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus Meliputi pembesaran kepala abnormal,
gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala
neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala
8
terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam
semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar
dari biasa. Fontanel terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-
tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak
melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2013).
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak Pembesaran kepala tidak
bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi
nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan
jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi
pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai
salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di
atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi
intrakranial lainnya yaitu fontanel anterior yang sangat tegang, sutura kranium
tampak atau teraba melebar, kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena
superfisial menonjol, dan fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan
kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala
gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).
(Darsono, 2011:213)
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama
kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi
ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata
terletak agak ke bawah dan ke luar dengan penonjolan putih mata yang tidak
biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis
serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura
yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan
pembesaran pada sistem ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim
9
ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adanya massa pada ruangan
occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini
pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan
menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian,
jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik (Darsono, 2005:213).
Tanda dan gejala hidrosefalus pada bayi adalah kepala menjadi makin besar dan
akan terlihat pada umur 3 tahun; keterlambatan penutupan fontanela anterior,
sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain muntah,
gelisah, menangis dengan suara tinggi, peningkatan sistole pada tekanan darah,
penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil,
lethargi – stupor, peningkatan tonus otot ekstrimitas, dahi menonjol bersinar atau
mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas, alis mata dan bulu mata
ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas iris, bayi tidak dapat melihat ke
atas, “sunset eyes”, strabismus, nystagmus, atropi optic, dan bayi sulit
mengangkat dan menahan kepalanya ke atas. Pada anak yang telah menutup
suturanya terjadi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial seperti nyeri
kepala, muntah, letargi, lelah, apatis, perubahan personalitas, ketegangan dari
sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun, penglihatan ganda,
kontruksi penglihatan perifer, strabismus, dan perubahan pupil.
E. Patofisiologi
Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam sistem ventrikel. Kebanyakan
cairan tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak
80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan serebrospinalis lebih
kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan pembentukan cairan tersebut sama pada
orang dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari ventrikel lateral menuju
ke foramen monro kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke
10
ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska dan magendi, hingga akhirnya ke ruang subarakhnoid
dan kanalis spinalis. Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang dari
kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor pleksus
koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang terjadi akibat dari
hipervitaminosis vitamin A.
2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus hidrosefalus. Kondisi ini
merupakan akibat dari obstruksi atau tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang
dapat terjadi di ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab
terjadinya keadaan patologis ini, yaitu:
a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor, misalnya stenosis
akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari.
b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik saluran
likuor, misalnya tumor intraventrikel, tumor para ventrikel, kista arakhnoid, dan
hematom.
c. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk
reaksi ependimal, fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom vena cava dan
trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis ini
termasuk hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri. Dari penjelasan di atas
maka hidrosefalus dapat diklasifikasikan dalam beberapa sebutan diagnosis. Hidrosefalus
interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, sedangkan hidrosefalus eksterna
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.
Hidrosefalus komunikans adalah keadaan di mana ada hubungan antara sistem ventrikel
dengan rongga subarakhnoid otak dan spinal, sedangkan hidrosefalus nonkomunikans
yaitu suatu keadaan dimana terdapat blok dalam sistem ventrikel atau salurannya ke
rongga subarakhnoid. Hidrosefalus obstruktif adalah jenis yang paling banyak ditemui
dimana aliran likuor mengalami obstruksi. Terdapat pula beberapa klasifikasi lain yang
dilihat berdasarkan waktu onsetnya, yaitu akut (beberapa hari), subakut (meninggi), dan
11
kronis (berbulan-bulan). Terdapat dua pembagian hidrosefalus berdasarkan gejalanya
yaitu hidrosefalus simtomatik dan hidrosefalus asimtomatik. (Harsono, 2015)
F. Pathways
HIDROSEFALUS
12
G. Komplikasi
1. Infeksi Infeksi dapat menyebabkan meningitis (peradangan pada selaput otak), peritonitis
(peradangan pada selaput rongga perut), dan peradangan sepanjang selang Penggunaan
antibiotik dapat meminimalkan risiko terjadinya infeksi dan terkadang diperlukan tindakan
pencabutan selang shunt.
2. Perdarahan subdural (lokasi yang berada di bawah lapisan pelindung otak duramater)
Perdarahan subdural terjadi karena robekan pada pembuluh darah balik (vena). Risiko
komplikasi ini dapat diturunkan dengan penggunaan shunt yang baik.
3. Obstruksi atau penyumbatan selang shunt Yang terjadi pada selang shunt mengakibatkan
gejala yang terus menerus ada atau timbulnya kembali gejala yang sudah mereda. Sekitar
sepertiga kasus hidrosefalus dengan pemasangan shunt memerlukan penggantian dalam
waktu 1 tahun. Sebagian besar kasus (80%) memerlukan revisi dalam 10 tahun.
4. Keadaan tekanan rendah (low pressure) Bila cairan yang dialirkan terlalu berlebihan, maka
dapat menjadi keadaan dengan tekanan rendah. Gejaala yang timbul berupa sakit kepala
dan muntah saat duduk atau berdiri. Gejala ini dapat membaik dengan asupan cairan yang
tinggi dan perubahan posisi tubuh secara perlahan. Komplikasi sering terjadi karena
pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi
mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan–bahan khusus (jaringan /eksudat)
atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt
sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih
sering diikuti dengan status neurologis buruk. Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi
VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu
meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan
ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di
sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan intrakranial dan ukurannya. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh
kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.(Wong, Donna L. 2013)
13
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen foto kepala, dengan prosedur ini dapat diketahui :
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran
sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio
digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transimulasi Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat
yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar
halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garisgaris kisi pada chart (jarak antara dua garis
kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat
normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam
ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah
sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan
pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam
menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT
Scan.
14
6. CT Scan kepala Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar
dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada
hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua
sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula
spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d neoplasma otak ditandai
hasil CT- scan TIK meningkat (00201)
2. Resiko infeksi dengan faktor resiko gangguan integritas kulit di tandai dengan
tindakan pemasangan shunt (00004)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik ditandai dengan perilaku
ekspresif (menangis) (00132)
(Nanda, 2020)
15
Diagnosa Dan Rencana Keperawatan
Hari/ No. Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
tgl/jam dx
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor tekanan
selama 3x24 jam masalah intrakranial (2590)
Resikoketidakefektifanperfusijaringanota 1. Observasi
kb.dneoplasmaotakditandaihasilCT- ketat tanda-
scanTIKmingkat dengan kriteria hasil tanda
Pefusi jaringan : serebral (0406) peningkatan
1. Tekanan intrakranial deviasi yang TIK (Nyeri
cukup besar dari kisaran normal kepala,
(2) menjadi deviasi sedang dari muntah, lelah,
kisaran normal (3) apatis,
2. Nilai rata-rata tekanan darah perubahan
deviasi sedang dari kisaran normal personalitas,
(4) menjadi tidak ada deviasi dari Perubahan
kisaran normal (5) pupil
2. Pantau terus
tingkat
kesadaran
anak
3. Pantau terus
adanya
perubahan
TTV
16
Kontrol resiko:proses infeksi(1924) untuk cuci
1. Klien bebas dari tanda dan gejala tangan
infeksi 2. Cuci tangan
2. Mendeskripsikan proses penularan setiap
penyakit, faktor yang sebelum dan
mempengaruhi penularan serta sesudah
penatalaksanaannya tindakan
3. Menunjukkan kemampuan untuk keperawatan
mencegah timbulnya infeksi 3. Pertahankan
4. Jumlah leukosit dalam batas lingkungan
normal aseptik
5. Menunjukkan perilaku hidup selama
sehat pemasangan
alat
4. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu
5. Monitor tanda
dan gejala
infeksi
sistemik dan
lokal
6. Monitor
kerentangan
terhadap
infeksi
7. Inspeksi
kondisi luka /
insisi bedah
8. Dorong
17
masukan
cairan
9. Ajarkan
pasien dan
keluarga
tanda dan
gejala infeksi
10. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
11. Laporkan
kecurigaan
infeksi
18
komunikasi
terapeutik
agar klien
dapat
mengekpresik
an nyeri
3. Kaji
pengalaman
individu
terhadap
nyeri,
keluarga
dengan nyeri
kronis
4. Evaluasi
tentang
keefektifan
dari tindakan
mengontrol
nyeri yang
telah
digunakan
5. Berikan
informasi
tentang nyeri,
seperti
penyebab
berapa lama
terjadi dan
tindakan
19
pencegahan
6. Ajarkan
penggunaan
tehnik non
formakologi
( ex :
relaksasi,
distraksi,
aplikasi,
panas dingin,
massase,
terapi
bermain,
terapi
aktivitas,
akupressure )
7. Berikan
analgetik
sesuai dengan
anjuran
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada saat pasien masuk ruang rawat inap.
Pengkajian dilakukan oleh : Nidia Yustin Orrbanus
Pada tanggal : 28 April 2018
Jam/waktu : 13.10 WIB
Di ruang : Karmel
1. Identitas Pasien
Nama : An. D
Umur : 2 Bulan
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Kudus
Alamat : Kudus
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum bekerja
Status Perkawinan : Belum Kawin
Tanggal & Jam masuk RS : 28-4-2020, Jam 11.57 WIB
No. Register : 54xxxx
Diagnosa Medis : Hidrosefalus
2. Keluhan Utama
Pembesaran pada tengkorak
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Mardi Rahayu Kudus pkul 10.10 WIB dengan keluhan kepala
membesar, terkadang kejang bisa >1x sehari dengan durasi <5menit. saat di observasi di
IGD tanda-tanda vital dengan hasil
21
Nadi : 166x/menit, RR : 24x/menit, suhu : 37,8⁰c, spO2 : 98%, BB : 3,7 kg mendapat
terapi advis dr. Jusuf S.BD : Xepamol 0.5cc, Cefriaxone 125mg, Metrodiazole 10mg.
kemudian masuk ruangan karmel pukul 13.10 dengan tanda-tanda vital Nadi : 158x/menit,
Respirasi: 26x/menit, sp02 : 98%, suhu : 36,8 c
23
April (mengobatiinfeksi
2020 bakteri parasit)
5 28 Gentamisin 2 x 10mg Intravena Antibiotic
April
2020
Hasil penunjang
CT-SCAN BRAIN : Hidrosefalus komunikans dengan meningoencehpalitisn-ventrikulitis
serta brain swelling TIK meningkat
A. PENGKAJIAN
1. Persepsi kesehatan dan pola managemen kesehatan
Keluarga pasien selalu menggunakan fasilitas kesehatan terdekat jika sakit
2. Nutris-pola metabolisme
Pasien hanya mendapat susu furmula 650cc/hari
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien elimansi BAB 2xsehari
4. Aktivitas-pola latihan
Pasien hanya masih bias menggerakan kaki dan tangan
5. Pola istirahat-tidur
Pasien istirahat 10jam/hari
6. Pola kognitif persepsi
7. Persepsi diri-pola konsep diri
Pasien masih membatuhkan bantuan orang lain untuk hal lain
8. Pola peran-hubungan
Pasien adalah seorang anak pertama
9. Seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan
10. Nilai-pola keyakinan
Pasien beragama islam
24
7. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
Untuk anak usia 0-6 tahun menggunakan format DDST
Jumlah
kesimpulan NORMAL/ADVANCE/SUSPECT
Keterangan :
P : Pass/lewat A : Advance
F : fail/gagal N : Normal
NO : No Opurtunity C : Caution
R : Refuse/Menolak D : Delay
25
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 28 April 2020 pukul 14:55 WIB
Hari/Tgl Keterangan
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
/Jam Hasil
Kamis, HEMATOLOGI
18 Juli
RUTIN
2019
INDEX ERITROSIT
26
RDW 32.6 fl 33.0 – 36.0 Low
KIMIA KLINIK
29 April
Protein total LCS 40.1 Mg/dL 20 – 72 Normal
2020
WIB
A. PEMERIKSAAN FISIK
TTV : Suhu : 36,8
Nadi : 158x/menit
RR :26x/menit
TD : tidak dilakukan tindakan tekanan darah
TB/BB : 3,7kg
Lingkar kepala : 34cm
Mata : Palbera : tidak edema
Konjungtiva :tidakanemis
Sclera :tidakikterik
Pupil :isokor
27
Diameter ka/ki : 3mm/3mm
Reflekcahaya : +/+
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
Jantung :
Perkusi : Pekak
28
Abdomen :
Perkusi : Timpani
Genetalia :
a) Ekstremitas : Atas
Kekuatan otot ka/ki : 5/5
ROM ka/ki : Aktif/Aktif
Capillary Refill Timeka/ki :> 2 detik
Perubahan bentuk tulang : Tidakada
Perabaan akral : Hangat
Pitting Edema : Tidakada
b) Bawah
Kekuatanototka/ki : 5/5
Perubahanbentuktulang : Tidakada
Perabaanakral : Hangat
29
9. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
Diagnosa medis :Hidrosefalus
30
1 28/4/2020 Sibitol 2x20mg Intravena
2. 28/4/2020 Ceftriaxone 2x125mg Intervena Antibiotic
3. 28/4/2020 Gentamisin 2x10mg Intervena Antibiotic
4. 28/4/2020 Metronidazole 3x100mg Intervena Antibiotic
5. 28/4/2020 Xepamol 3x1ml Oral Penurunpanas
31
mengalami
kejang
2. Ibu pasien
mengatakan
jika ada
pembesaran
tengkorak
Do :
1. Tampak ada
pembesaran
pada kepala
2. Tampak
hasil ST-
Scan TIK
meningkat
Selasa
Ds : Resiko Resiko Infeksi Terdapat luka
28 April 2020
1. saat gangguan (00004) post op vp
13.10
pengkajian intregritas shunt
ibu pasien kulit
mengatakan
terdapat
bekas post
op
pemasangan
vp shunt
2. ibu pasien
mengatakan
jika luka
masih
32
kemerahan
Do :
1. Tampak
terdapat
luka post
pemasangan
vp shunt
2. Luka
tampak
belum
kering
33
2. pasien
tampak
sering
terbangun
tiba-tiba
karena nyeri
No.
Hari/Tgl/Jam Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Dx
Selasa Setelah dilakukan Monitor tekanan intrakranial (2590)
1
28 April 2020 tindakan keperawatan 1. Observasi ketat tanda-tanda
selama 3x24 jam peningkatan TIK (Nyeri kepala,
13.25
masalah Resiko ketidak muntah, lelah, apatis, perubahan
efektifan perfusi personalitas, Perubahan pupil
jaringan otak b.d 2. Pantau terus tingkat kesadaran anak
neoplasma otak ditandai 3. Pantau terus adanya perubahan TTV
hasil CT-scan TIK
meningkat dengan
34
kriteria hasil
Pefusi jaringan : serebral
(0406)
1. Tekanan
intrakranial
deviasi yang
cukup besar dari
kisaran normal
(2) menjadi
deviasi sedang
dari kisaran
normal (3)
2. Nilai rata-rata
tekanan darah
deviasi sedang
dari kisaran
normal (4)
menjadi tidak
ada deviasi dari
kisaran normal
(5)
36
hasil : 2. Gunakan komunikasi
kontrol nyeri (1605) terapeutik agar klien dapat
1. Klien mengenali mengekpresikan nyeri
faktor penyebab 3. Kaji pengalaman individu
nyeri terhadap nyeri, keluarga
2. Klien dengan nyeri kronis
menggunakan 4. Evaluasi tentang keefektifan
metode dari tindakan mengontrol
pencegahan non nyeri yang telah digunakan
analgetik untuk 5. Berikan informasi tentang
mengurangi nyeri, seperti penyebab berapa
nyeri. lama terjadi dan tindakan
3. Klien pencegahan
melaporkan 6. Ajarkan penggunaan tehnik
nyeri yang sudah non formakologi ( ex :
terkontrol relaksasi, distraksi, aplikasi,
4. Tanda-tanda panas dingin, massase, terapi
vital dalam batas bermain, terapi aktivitas,
normal akupressure )
7. Berikan analgetik sesuai
dengan anjuran
37
13. IMPLEMENTASI
O : pasien tampak
merespon ketika di
rangsang oleh petugas
atau perawat
16.00 2 Cuci tangan setiap sebelum dan S : ibu pasien tampak Nidia
sesudah tindakan keperawatan mengijinkan pasien di
berikan terapi
O : perawat cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
tampak suhu badan pasien
37,8⁰c di berikan
1. xepamol drop 1ml
(diberikan jika suhu
badan pasien meningkat)
2. ceftriaxone 2x125mg
39
3.metronidazole 3x100mg
4. gentamisin 2x10mg
40
2. perawat tampak
menjaga
kebersihan untuk
mengurangi resiko
infeksi ketika akan
dan sesudah
kontak dengan
pasien
42
sampel CSF, tampak
dokter dan perawat cuci
tangan sesudah dan
sebelum melakukan
tindakan
Memantau perubahan TTV
11.00 1 S : ibu pasien mengatakan Nidia
bersedia An. D di pantau
TTV
O : hasil TTV
Suhu : 37⁰c
HR : 155x/menit
RR : 38x/menit
Sp02 : 99%
menginspeksi kondisi luka / insisi
11.30 2 S : ibu pasien mengatakan Nidia
bedah
luka An. D masih tampak
memerah
O : luka post op vp shunt
tampak memerah, tidak
terdapat push
mengajarkan cara menghindari
15.20 2 S : ibu pasien mengatakan Zr. Mia
infeksi
membutuhkan bantuan
perawat untuk melakukan
membersihkan badan
pasien sekaligus
memberikan edukasi cara
menghindari infeksi
O : perawat tampak
membantu sibin
43
Memantau perubahan TTV
17.30 1 S:- Nidia
O : hasil TTV
Suhu : 37,1⁰c
HR : 134x/menit
RR : 36x/menit
Sp02 : 99%
memberikan terapi antibiotik bila
18.45 2 S : ibu pasien mengatakan Nidia
perlu
memperbolehkan An. D
di berikan terapi melalui
intravena
O : perawat tampak
mencuci tangan saat
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, An.
Mendapatkan terapi
Ceftriaxone 1x350mg
Gentamisin 1x15mg
Memantau perubahan TTV
30 April 1 S : ibu pasien mengatakan Zr.
2020 mengijinkan untuk Woro
05.00 dilakukan TTV
O : hasil TTV
Suhu : 37⁰c
HR : 138x/menit
RR : 36x/menit
Sp02 :100%
memberikan terapi antibiotik bila
08.00 2 S : ibu mengatakan
perlu
mengijinkan An. D di
berikan terapi sesuai advis
44
dokter
O : ibu tampak
memberikan respon yang
baik saat An. D di berikan
terapi memalui intravena
Ceftriaxone 1x350mg
Gentamisin 1x15mg
Mengkaji secara komperhensip
08.30 3 S : ibu pasien mengatakan Nidia
tentang nyeri meliputi : lokasi
jika An. D sudah
karakteristik dan, durasi,
berkurang gelisah
frekwensi, kualitas, intensitas /
menangis saat diangkat
beratnya nyeri
kepalanya atau di
posisikan
O:
P : pasien tampak nyeri
(mnangis) saat di pegang
kepalanya
R : nyeri terdapat di luka
post vp shunt
Q : nyeri seperti tertusuk
(post op vp shunt)
S : Skala nyeri 4
T : pasien tampak merasa
nyeri saat perawat atau
petugas membersihkan
area luka
menginspeksi kondisi luka / insisi
09.00 2 S : ibu mengatakan luka nidia
bedah
post op vp shunt sudah
45
membaik dari sebelumnya
O : tampak luka vp shunt
tidak ada kemerahan,
tidak ada push
mencuci tangan setiap sebelum dan
09.10 2 S : ibu mengatakan selalu Nidia
sesudah tindakan keperawatan
mencuci tangan 6 langkah
saat sesudah maupun
sebelum mendekat An. D
O : perawat tampak
mencuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
untuk mengurangi resiko
infeksi
46
push
Memantau perubahan TTV
17.30 1 S : ibu mengatakan Zr.
memperbolehkan pasien Irma
di pantau tanda-tanda
vital
O : hasil TTV
Megobservasi tanda-tanda
20.00 1 S : orang tua An. D Nidia
peningkatan TIK
mengatakan paham apa
yang di jelaskan
mengenai hasil sampel
CSF
O : dr. Jusuf Sp.BD
tampak menjelaskan hasil
sampel CSF. Hasil CSF
173. 8
47
14. Evaluasi
48
Tgl / No.
waktu Dx Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD
30 1 S : Ibu pasien mengatakan jika An. D Nidia
Resiko
April mengalami peningkatan
2020 ketidakefektifan O :setelah dilakukan asuhan
21.00 perfusi jaringan otak keperawatan selama 3x24 jam masalah
resiko ketidakefektifan perfusi
b.d neoplasma otak
jaringan otak tampak hasil sampel
ditandai hasil CT- scan CFS meningkat dari nilai rujukan 10-19
49