R DENGAN
Disusun oleh:
Bonita Sirait 2014901011
Dela Novitasari 2014901014
Diah Ayu Prabandini 2014901015
Dian Asriani 2014901046
Dina Mardiana 2014901018
Eka Puji Lestari 2014901020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ringan pada sutura, fontanel, scalp, dan gerak bola mata yang
mungkin tidak tampil hingga pasien mulai berjalan, dimana keadaan ini
hidrosefalus konginetal adalah 0,5- 1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11
biasa terjadi pada orang dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak
lebih jelas sehingga lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan
pada bayi ubun-ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
penyakit hidrosefalus
2. Tujuan khusus
hidrosefalus.
dengan hidrosefalus
hidrosefalus
dengan hidrosefalus
BAB II
TINJAUAN TEORI
magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid. Ruangan ini mulai terbentuk
pada minggu kelima masa embrio. Sistem ventrikel dan ruang subarachnoid
menuju sistem ventrikel. Bagi anak-anak usia 4-13 tahun rata-rata volume
pembentukan adalah sekitar 0,35 ml /menit atau 500 ml / hari. Sekitar 14%
B. Pengertian
yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
2010).
C. Klasifikasi
1. Waktu Pembentukan
sumbatanaliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi
pembungkusotak (meninges).
D. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi
c. Syndrom Dandy-Walker
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis
3. Neoplasma
disebabkan kraniofaringioma.
4. Perdarahan
E. Manifestasi Klinik
berdenyut.
c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot
sign yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
f. bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan
tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-
g. strabismus divergens
h. nystagmus
intra kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup.
F. Patofisiologi
dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis.
gangguan.
Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan
dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya
fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah,
walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan
kompensasi.
G. Pemeriksaan Penunjang
penilaian palsu.
serebral, atau lesi massa seperti kista koloid dari ventrikel ketiga atau
thalamic atau pontine tumor.CT scan wajib bila ada kecurigaan proses
neurologis akut.
Gambar 2: Gambaran CT-scan pada penderita hidrosefalus
5. MRI - dapat memberi gambaran dilatasi ventrikel atau adanya lesi massa
7. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan
selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan
rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat
8. Lingkaran kepala
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak
antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang
besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena
9. Ventrikulografi
10. Ultrasonografi
H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
2. Terapi Medikamentosa
spontan ± 40 – 50 % kasus.
4. Terapi
absorbs
a. Penanganan sementara
atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan
perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah
endoskopik.
I. Komplikasi
2. Kerusakan otak
abses otak
hernia
6. Kematian
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis
b. Keluhan Utama
f. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
Palpasi
tengkorak.
3) Akomodasi.
6) Konvergensi.
7) Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas.
frekwensi pernapasan.
2. Diagnosa Keperawatan
neuromuscular
2 Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan faktor risiko
aneurisma serebri
makanan
neuromuscular
Risiko perfusi serebral Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Peningkatan Tekanan Intra Kranial :
tidak efektif berhubungan selama 3x24 jam, diharapkan perfusi serebral Identifikasi penyebab peningkatan TIK
dengan faktor risiko meningkat dengan kriteria hasil : Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
aneurisma Tingkat kesadaran meningkat Monitor MAP
serebri;embolisme, Kognitif meningkat Monitor gelombang ICP
hipertensi Sakit kepala menurun Monitor intake dan output cairan
Agitasi menurun Monitor cairan serebrospinalis
Tekanan intracranial membaik Cegah terjadinya kejang
Reflex saraf membaik Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pemantauan Respirasi :
berhubungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan pola nafas Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
gangguan neuromuscular membaik dengan kriteria hasil : upaya nafas
Dyspnea mneurun Monitor pola nafas
Penggunaan otot bantu pernafasan Monitor adanya produksi sputum
menurun Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Frekuensi nafas membaik Monitor nilai AGD
Kedalaman nafas membaik Monitor saturasi oksigen
Kapasitas vital membaik
Risiko gangguan integeritas Setelah dilakukan intervensi keperawatan Perawatan Integritas Kulit :
kulit/jaringan berhubungan selama 3x24 jam, diharapkan integritas kulit Gunakan produk berbahan petroleum atau
dengan perubahan sirkulasi dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil : minyak pada kulit yang kering
Elastisitas meningkat Anjurkan menggunakan pelembab
Hidrasi meningkat Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
Perfusi ajringan meningkat Hindari produk berbahan dasar alcohol pada
Kerusakan jaringan menurun kulit kering
Kerusakan lapisan kulit menurun Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Kemerahan menurun Lakukan pemijatan pada area penonjolan
tulang
Deficit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi :
dengan ketidakmampuan selama 3x24 jam, diharapkan perawatan diri Identifikasi status nutrisi
menelan makanan meningkat dengan kriteria hasil : Identifikasi makanan yang disukai
Kemampuan mandi meningkat Monitor asupan makanan
Kemampuan mengenakan pakaian Fasilitasi menentukan pedoman diet
meningkat Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
Kemampuan ke toilet meningkat makan
Verbalisasi keinginan melakukan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
perawata diri meningkat menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan ambulasi :
berhubungan dengan nyeri; selama 3x24 jam, diharapkan mobilitas fisik Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
keenggangan melakukan meningkat dengan kriteria hasil : lainnya
pergerakan Pergerakan ekstremitas meningkat Identifikasi toleransi fisik melakukan
Kekuatan otot meningkat ambulasi
Kecemasan menurun Monitor kondisi umum selama melakukan
Kelemahan fisik menurun ambulasi
Deficit perawatan diri Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Perawatan Diri :
(mandi, berpakaian, makan, selama 3x24 jam, diharapkan perawatan diri Monitor tingkat kemandirian
toileting, berhias) meningkat dengan kriteria hasil : Sedaiakan lingkungan yang terapeutik
berhubungan dengan Kemampuan mandi meningkat Siapkan keperluan pribadi
gangguan neuromuscular Kemampuan mengenakan pakaian Damping dalam melakukan perawatan diri
meningkat sampai mandiri
Kemampuan ke toilet meningkat Fasilitasi untuk menerima keadaan
Verbalisasi keinginan melakukan ketergantungan
perawata diri meningkat Jadwalkan rutinitas perawatan diri
perkembangan dari pasien pada tiap masalah yang telah dilakukan tindaka
5. Evaluasi
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
jam 16.00 WIB diantar oleh keluarganya karna tidak sadarkan diri. Klien diantar
mengatakan klien tidak sadarkan diri, keluarga klien mengatakan, klien memiliki
riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu. Sebelumnya, klien rutin berobat setiap
bulan ke RS Medika BSD karena mengeluh pusing sejak bulan Maret 2020. Hasil
kesadaran : Sopor. Hasil ST-Scan menunjukkan adanya edema serebri dan suspek
lesi pada region pineal. Klien dipindahkan ke ruang Seruni pada tanggal 27
dilakukan pada tanggal 29 November 2020 dan klien dipindahkan ke ruang ICU
pemeriksaan GDS : 300 mg/dl. Kulit teraba pucat, akral dingin, kulit teraba
kering. Klien terpasang trakeostomi, NGT, Kateter urin, terpasang infus di tangan
kanan dengan cairan otsu salin 3%, terpasang oksigen nasal kanul 5L/menit
Klien terlihat lemah, turgor kulit kering, wajah pucat. Keluarga klien
sebelah kanan sepanjang 7 cm, area luka bersih, tidak ada bengkak, kemerahan
dan rasa hangat di area luka. Perawatan luka dilakukan 1x/ sehari, tindakan
suction dilakukan saat sudah banyak sputum, perawatan diri seperti mandi dan
Ranitide 1x5 mg
Amplodipin 1x10 mg
Paracetamol 3x500 mg
KBR 3x500 mg
Prove D3 2x1 mg
Nama Obat Suntik Yang Diberikan Dosis
Citicolin 2x500 mg
Omeprazole 1x40 mg
Paracetamol drip K/p 3x1 mg
Levoplaxsacin 1x750 mg
Dexamethasone 1x1 mg
A. Pengkajian
Umur : 52 tahun
Alamat : Tangerang
Agama : Islam
Suku : Sumatra
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Ruang : Mawar
Nama : Ny. A
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tangerang
Telepon :-
2. ANAMNESA
3. RIWAYAT KESEHATAN
d. Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami :
Influenza
e. Imunisasi : Lengkap
Ket :
: perempuan
: laki-laki
: menikah
X : meninggal
Arti sehat dan sakit bagi pasien: keluarga klien mengatakn sehat adalah
Sedangkan sakit adalah keadaan dimana kita merasa tidak nyaman karena
Jenis dan jumlah (makanan dan minuman) : makanan padat seperti nasi,
Di RS : Jenis = susu
Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan :
Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS) :
Diet/Suplemen Khusus : diet rendah gula,
Cair
Makan pagi : nasi setengah mangkuk, sayur bayam, tempe dan tahu
c. Pola Eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi 5 x/hr, jumlah (cc), 500 cc
keluarga klien
klien bekerja
Aktivitas menyenangkan : -
kanul
neurologi) :
0 1 2 3 4
Makan/Minum
Mandi
Berpakaian/berdandan
Toileting
Mobilisasi di tempat
tidur
Berpindah
Berjalan
Menaiki Tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan Rumah
Total 22
Keterangan
Tidur siang () Tidur sore () = tidak terkaji. Merasa segar setelah tidur : tidak
terkaji () Ya ( ) Tidak
Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, music. dlll)
Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll) : tidak terkaji
i. Pola Kognitif-Persepsi
tidak terkaji
ekspresif
Panik ( )
Pekerjaan : PNS
lain-lain : -
semua saudara
terkaji
lain
penting bagi hidupnya karena dengan hidup beragama hidup menjadi lebih
tentram
o. Pemeriksaan Fisik
pendengaran)
Terpasang NGT
interpretasi)
Pemeriksaan Penunjang/Lab
e
Haemoglo 11.7 11.7-15.5 g/dl
bin
Leukosit 4.84 3.60- x10^3/u
11.00 l
Hematokri 35 35-47 %
t
Trombosit 83 140-440 x10^3/u
l
Albumin 3.8 3.4-4.8 g/dl
a)
Kalium(K) 5.2 3.5-5.0 mEq/l
Hasil pemeriksaan :
Kesan :
Edema cerebri
Terapi Obat
Nama Obat Oral Yang Diberikan Tiap Dosis
Hari
Ranitide 1x5 mg
Amplodipin 1x10 mg
Paracetamol 3x500 mg
KBR 3x500 mg
Prove D3 2x1 mg
Nama Obat Suntik Yang Diberikan Dosis
Citicolin 2x500 mg
Omeprazole 1x40 mg
Paracetamol drip 3x100 ml
Levoplaxsacin 1x750 mg
Dexamethasone 1x1 mg
ANALISA DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
DS : - Adanya jalan nafas buatan (trakeostomi) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
DO :
RR : 24x/menit
Sputum (+)
Terpasang trakeostomi
TTV:
TD : 144/60 mmHg, N :
DO :
GCS : E2M2V1
CT Scan Brain :
pineal
Edema cerebri
DS: Disfungsi pancreas Ketidakstabilan kadar glukosa darah
keluarga DM
DO :
DO :
DO :
abdomen
di area trakeostomi
dan trakeostomi
PRIORITAS MASALAH/ DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Adanya Jalan Napas Buatan
2. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan Faktor Risiko Aneurisma Serebri
Rencana Keperawatan
Keperawatan
Bersihan Jalan Napas Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 Manajemen jalan napas (I.01011)
Perawatan Trakeostomi
edema
mata
kassa
trakeostomi
Risiko perfusi serebral Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Peningkatan Tekanan Intra Kranial :
selama 2x24 jam, diharapkan perfusi
tidak efektif berhubungan Identifikasi penyebab peningkatan TIK
serebral meningkat . kriteria hasil yang
dengan faktor risiko Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
diharapkan :
Monitor intake dan output cairan
aneurisma Tingkat kesadaran meningkat
Monitor cairan serebrospinalis
serebri;embolisme, Tekanan darah sistolik membaik
Cegah terjadinya kejang
Tekanan darah diastolic membaik
hipertensi Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan
Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Hiperglikemia
Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Perawatan Diri : Mandi
selama 2x24 jam, diharapkan perawatan
Identifikasi usia dan budaya dalam membantu
diri meningkat dengan kriteria hasil :
kebersihan diri
Kemampuan mandi meningkat
Monitor kebersihan (rambut, mulut, kulit, kuku)
Kemampuan mengenakan pakaian
Fasilitasi membersihkan mulut
meningkat
Fasilitasi mandi
Kemampuan ke toilet meningkat
Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien
dan melakukan oral hygiene
Risiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pencegahan Infeksi
selama 2x24 jam, diharapkan tingkat
Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
infeksi menurun. Kriteria hasil yang
sistemik
diharapkan:
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Demam menurun
dengan pasien lain
Kadar sputum menurun
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Sputum berwarna hijau menurun
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
Perawatan Luka :
trakeostomi
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
lendir
Melakukan perawatan
trakeostomi
area trakeostomi
2 3 Des Risiko Perfusi serebral Memonitor tingkat kesadaran S:-
2020 Tidak Efektif Memberikan obat citicolin 500 mg via O:
Intravena
Tingkat kesadaran : Sopor
Memberikan obat KBR 500 mg via
GCS : E2M2V1
NGT
TD : 150/75 mmHg
P : Lanjutkan intervensi
pemberian obat
P:
Monitor tanda-tanda
hiperglikemia
penggunaan insulin
4 4 Des Defisit Perawatan Diri ; Memandikan klien di tempat tidur S:
O:
P : Lanjutkan intervensi
Fasilitasi mandi
memandikan klien
5 4 Des Risiko Infeksi Mencuci tangan sebelum kontak S:-
2020 dengan klien O:
P : Lanjutkan Intervensi
lendir
Melakukan perawatan
trakeostomi
area trakeostomi
2 4 Des Risiko Perfusi serebral Memonitor tingkat kesadaran S:-
pemberian obat
P:
Monitor tanda-tanda
hiperglikemia
Monitor kadar gula darah
penggunaan insulin
4 3 Des Defisit Perawatan Diri ; Memandikan klien di tempat tidur S:
P : Lanjutkan intervensi
sesuai jadwal
5 3 Des Risiko Infeksi Mencuci tangan sebelum kontak S:-
pemberian antibiotic
BAB IV
PEMBAHASAN
ruang Mawar RSU Kab Tangerang. Penulis sudah berusaha menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Hidrosefalus sesuai dengan tinjauan teori yang
ada. Untuk menjelaskan sejauh mana keberhasilan yang sudah dicapai, maka akan
A. Pengkajian
yang hebat. Saat dilakukan pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya lesi dan
edema serebri. Berdasarkan teori sakit kepala yang dirasakan oleh Ny. R
riwayat infeksi.
VP Shunt dan klien terpasang trakeostomi, NGT , kateter urin dan nasal kanul.
GCS E2M2V1. Terdengar suara ronchi di lapang paru, dan suara mengorok
dari tenggorokan, terdapat sputum. Adanya penurunan kesadaran disebabkan
oleh adanya perubahan pada intracranial. Ada persamaan antara teori dan dan
Terdapat kesenjangan antar teori dan kasus, dimana pasien tidak memiliki
B. Diagnosa Keperawatan
adalah :
neuromuscular
aneurisma serebri
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya jalan napas
terapi nasal kanul 5L/menit. Hasil pengkajian seperti adanya suara nafas
edema serebral.
Faktor pendukung diagnose ini adalah data dari keluarga Ny. R yang
pengkajian yang didapat adalah keadaan pasien yang tidak sadar sehingga
tidak bisa untuk melakukan perawatan diri secara mandiri. Keluarga klien
mengatakan saat ini, seluruh perawatan seperti mandi, makan, BAK dan BAB
Diagonsa ini didukung karena Ny. R baru melakukan operasi VP shunt dan
perawatan trakeostomi.
Monitor kadar glukosa darah, Monitor keton urin, kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah ortostatik dan nadi, monitor intake dan output
cairan dan kolaborasi pemberian insulin, jika perlu, ajarkan keluarga untuk
penggunaan insulin
oral hygiene
Intervensi yang dilakukan pada diagnose kelima adalah Monitor tanda dan
gejala infeksi local dan sistemik, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien lain, jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara
yang sesuai, pasang balutan sesuai dengan jenis luka, pertahankan teknik
steril untuk perawatan luka, jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam dan
D. Implementasi
trakeostomi.
melalui NGT
E. Evaluasi
2020
1. Pada diagnosa pertama bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi.
Sputum (+), suara nafas tambahan terdengar ronchi. Saturasi oksigen 99%.
2. Pada diagnosa kedua risiko perfusi serebral tidak efektif belum teratasi.
sebagian. Kadar glukosa darah masih lebih dari normal. Keluarga klien
A. Kesimpulan
mawar RSU Kab Tangerang dapat dilakukan dengan baik karena anggota
tinjauan kasus.
Tangerang dapat dilakukan dan dari 5 diagnosa dan semua masalah belum
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan klien