PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat merancang
berbagai cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan
pada kasus hidrosefalus.
Tujuan Khusus
Mengetahui pengertian dari Hidrosefalus
Mengetahui Etiologi dan Patofisiologi dari Hhidrosefalus
Mengetahui anatomi fisiologi
Mengetahui Tanda dan Gejala Hidrosefalus.
Mengetahui patofisiologi hidrosefalus
Mengetahui klasifikasi hidrosefalus
Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dan Komplikasi pada
Hidrosefalus
Mengetahui Penatalaksanaan dari Hidrosefalus
Mengetahui asuhan keperawatan teroritis hidrosefalus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam
ventrikel serebral, ruang subarachoid, atau ruang subdural.
Hidrosefalus ialah keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebropinalis (CSS) dengan atau pernah dengan
tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan
tempat mengalirnya CSS. Harus dibedakan dengan pengumpulan cairan
lokal tanpa tekanan intrakranial yang meninggi seperti pada kista
porensefali atau pelebaran ruangan CSS akibat tertimbunnya CSS yang
menempati ruangan sesudah terjadinya atrofi otak.
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam
ventrikelserebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani,
2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah
dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
3
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan
dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF
berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat
mengalirnya liquor (Mualim, 2010).
2. ETIOLOGI
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada
salah satu tempat antara tempat pembentukaan CSS dalam system
ventrikel dan tempat absrobsi dalam ruag subaraknoid. Akibat
penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Tempat yang sering
tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen monroi, foramen luchka
dan magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Secara teoritis
pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsiyang
normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, tetapi dalam klinik
jarang dijumpai; misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan
pada adenomata pleksus koroidalis. Berkurangnya absorbsi CSS yang
pernah dikemukakan dalam kepustakaan pada obstruksi kronis aliran vena
otak pada thrombosis sinus longitudinalis. Penyebab terjadinya
penyumbatan untuk aliran CSS yang sering terdapat pada bayi ialah
kelainan bawaan(kongenital),infeksi,neoplasma,dan perdarahan.
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis akuadutus sylvii
Merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan
anak (60-90%). Akuaduktus dapat \merupakan saluran yang buntu
sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasa. Umumnya
gejala hidrosefalus terkihat sejak lahir atau progresif dengan cepat
pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan
sindrom Arnold-chiari akibat tertariknya medulla spinalis dan medulla
4
oblongata dan sereberum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen
magnum sehingga terjadi peenyumbatan sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia kongenital foramen luchka dan magendie
dengan akibat hidrosefalus obsruktif dengan pelebaran system
ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya
hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
d. Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma
sekunder suatu hematom.
e. Anomali pembuluh darah.
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat
terjadi obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase
akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh
obstruksi mekanik eksudat purulent diakuaduktus sylvii atau siterna
basalis. Lebih banyak hidrosevalus terdapat pada pasca meningitis.
Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa
bulan sesudah sembuh dari meningitis.
Secara patologis terlihat penebalan jaringan pirameter dan araknoid
sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa
tuberkulosa, pelekatan meningen terutama terdapat di daerah basar
sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada
meningitis pulurenta lokasinya lebih tersebar.
3. Neoplasma
Hidrosefalus dengan obstruksi mekanis yang dapat terjadi disetiap
tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini ditunjukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak diangkat (tidak mungkin
operasi), maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan
CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak
menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus sylvii
5
bagian terakhir biasanya suatu glikoma yang berasal dari sereberum,
sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya
disebabkan suatu kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah
lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama
pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.
Pembagian
6
Pembagian lainnya adalah hidroseflus bawaan (kongenital).
4. PATOFISIOLOGI
Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan absorbs CSF dalam
subarachnoid (communicating hidrosefalus) dan atau adanya obstruksi
dalam ventrikel yang mencegah CSP masuk kerongga subarachnoid
karena infeksi, neoplasma, perdarahan, atau kelainan bentuk
perkembangan otak janin. ( noncomunicating hidrosefalus).
Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengaikibatkan dilatasi
ventriikel dan penekanan organ – organ yang terdapat dalam otak.
Banyak factor penyebab terjadinya hidrosefalus, termasuk tumor,
malformasi vaskuler, abses, kista intraventrikular,perdarahan
intraventrikular, meningitis, stenosis aqueduktus, dan trauma serebri.
Ada dua jenis hidrosefalus, kongenital dan yang didapat.
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater
dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter
tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses
yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan
melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika
fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan
terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /
keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada
ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala
berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan
(dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika
terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke
7
IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas
akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan
wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga
membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala :
Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar.
Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam
dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma
normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi.
Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih
lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
8
Pathways Hidrosefalus
- Post infeksi :
Meningitis
- Tumor space
occupying.
(Hidrosefalus)
Pemasangan VP
Peningkatan Volume CSS
Shunt
Mk : Peningkatan
MK : Immobilisasi
TIK
Mk : Resiko
Mk : Gangguan Infeksi
Integritas kulit
9
5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dibedakan menjadi dua, yaitu pada bayi dan masa
kanak – kanak.
- Kepala membesar, fontanel anterior menonjol, vena pada kulit kepala
dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi
creckedpot (tanda Macewen), mata melihat kebawah (tanda setting
sun ), mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan kurang,
perubahan kesadaran , opisthotonus, dan spatik pada ekstremitas
bawah .
- Pada bayi dengan malformasi Arnold Chiari , bayi mangalami kesulitan
menelan, bunyi nafas stridor, kusulitan bernafas, apnea, aspirasi, dan
tidak reflex muntah .
- Perubahan tanda – tanda vital (penurunan denyut apeks, penurunan
frekuensi pernapasan, peningkatan tekanan darah )
- Muntah
- Peningkatan lingkar kepala
- Iritabilitas
- Letargi
- Perubahan suara tangisan (bernada tinggi)
- Aktivitas kejang
- Gambaran klinis
Gejala yang tampak berupa gejala akibat tekanan intracranial yang
meninggi. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak, bila
tekanan yang meninggi ini terjadi sebelum satura tengkorak menutup.
Gejala tekanan intracranial yang meninggi dapat berupa muntah, nyeri
kepala, dan pada anak yang agak besar mungkin terjadi edema pupil
saraf otak II pda pemeriksaan funduskopi (disk chocked).
Pasien hidrosefalus adalah pasien yang banyak penderitaan. Untuk
menentukan rencana pertolongan tersebut perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan lebih dahulu pemeriksaan yang diperlukan diantaranya
ialah transiluminasi, USG, tomografi computer (CT
10
Scan),ventrikulogravi, menyuntikan zat warna PSP kedalam ventrikel
lateralis.
6. KLASIFIKASI
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak
dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah
bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi
dilahirkan (Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara
mendadak yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan
Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah
cairanCSS mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih
biaskeluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana
sumbatanaliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit
yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi
yangmengenai otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput
pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan
otak atauathrophy (Anonim, 2003).
11
7. KOMPLIKASI
Peningkatan tekanan intracranial
Kerusakan otak
Infeksi : septicemia, endokarditis, infeksi luka, netritis, meningitis,
ventrikulitis, abses otak.
Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obtruksi mekanik
Hematomi subdural, peritonitis , abses abdomen, perforasi organ
dalam rongga abdomen, fistula, hernia, dan ileus
Kematian
Infeksi
Malfungsi pirau
Keterlambatan perkembangan kognitif, psikososial, dan fisik
IQ menurun
8. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan Terapeutik
Tujuan pengobatan dalan untuk mengurangi hidrosefalus,
menangani komplikasi, mengatasi efek hidrosefalus atau gangguan
perkemabngan. Penatalaksanaan terdiri dari :
- Non pembedahan : pemberian acetazolamide dan isosorbide
atau furosemide mengurangi produksi cairan serebro spinal.
- Pembedahan : pengangkatan penyebab obtruksi mislanya
neoplasma, kista, atau haematom ; pemasangan shunt yang
bertujuan untuk mengalirkan cairan serebrospinal yang
berlebihan dari ventrikel keruang ekstra mislanya le rongga
peritoneum, atrium kanan, dan rongga pleural.
2) Penataksanaan Perawatan
Pengkajian
- Riwayat keperawatan
- Kaji adanya pembesaran kepala pada bayi, vena terlihat jelas
pada kulut kepala, bunyi cracked-pod pada perkusi, tanda
12
setting-sun, penurunan kesadaran , opisthotonus, dan spatik
pada ekstremitas bawah, tanda peningkatan tekanan intracranial
(muntah, pusing, papil edema) bingung
- Kaji lingkar kepala
- Kaji ukuran ubun – ubun, bila menangis ubun-ubun menonjol
- Kaji perubahan tnda vital khusunya pernafasasn
- Kaji pola tidur, perilaku dan interaksi
3) Penatalaksanaan Medik
Pada sebagian pasien pembesaran kepala berhenti sendiri
(arrested hydrosefalus),mungkin rekanalisasi ruang subaraknoid
atau kompensasi pembentukan CSS yang berkurang
(Laurence,1965).
Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%,
kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masi bisa diangkat.
Ada 3 prinsip pengobatan hidrodefalus:
a. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian
pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi (pembedahan)
atau koagulasi, akan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Obat
azetasolamid (Diamox) dikatakan mempunyai kasiat
inhibisi pembentukan CSS
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS
dengan tempat absorpsi,yaitu menghubungkan ventrikel
dengan subaraknoid. Misalnya ventrikulosis ternostomi
torkildsen pada stenosis akuaduktus. Pada anak hasilnya
kurang memuaskan karena sudah ada insufisiensi fungsi
arbsorpsi.
c. Pengeluaran cairan CSS kedalam organ ektrakanial.
1. Drainase ventrikulo-peritoneal
2. Drainase lombo-peritonial
3. Drainase ventrikulo-pleural
4. Drainese ventrikulo-uretrostomi
5. Drainase kedalam atrum mastoid
13
6. Cara yang dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS
kedalam vena jugularis dan jantung melalui kateter
yang berventil (holter valve) yang memungkinkan
pengaliran CSS kesatu arah. Keburukan cara ini
adalah bahwa kateter harus diganti sesuai dengan
pertumbuhan anak. Hasilnya belum memuaskan,
karena masih sering terjadi infeksi sekunder dan
sepsis.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik : Pengukuran lingkaran kepala secara berkala.
Pengukuran ini penting untuk me lihat pembesaran kepala yang
progresif atau lebih dari normal dan transiluminasi.
2. Pemeriksaan darah : Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk
hidrosefalus
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal : Analisa cairan serebrospinal pada
hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk mengetahui
kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi.
4. Pemeriksaan Radiologi :
X-foto kepala : tampak kranium yang membesar atau sutura
yang melebar.
USG kepala : dilakukakan bila ubun – ubun besar belum
menutup.
CT Scan kepala : untuk mengetahui adanya pelebaran
ventrikel dan sekaligus mengevaluasi struktur – struktur
intraserebral lainnya.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS HIDROSEFALUS PADA
ANAK
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan
ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : Prematur lahir dengan pertolongan , pada waktu lahir
menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
b. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Pembesaran kepala
- Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat
jelas.
b. Palpasi
- Ukur lingkar kepala : kepala semakin membesar.
- Fontanela : keterlambatan penutupan fontanela
anterior sehingga fontanela tegang. Keras dan sedikit tinggi
dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata
- Akomodasi
- Gerakan bola mata
- Luas lapang dada
- Konvergensi
- Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bias
melihat keatas.
15
- Strabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda – tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
- Peningkatan systole tekanan darah
- Penurunan nadi / Bradicardia
- Peningkatan frekwensi pernafasan
4. Diagnosa klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan
lokalisasi dari pengumpulan cairan abnormal. (Transsimulasi terang)
- Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi
“Crakedpot” (Mercewen’s sign
- Opthalmoscopy : Edema Pupil.
- CT scan Memperlihatkan (non-invasive) type hydrocephalus
dengan nalisisi komputer
- Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra
cranial.
2. Diagnosa keperawatan
1. Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan
perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan
kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana,
ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3. Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan
melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan
lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat
fisik ) b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
16
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan
perawatan sederhana, ketidakmampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3. Intervensi keperawatan
Asuhan Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Resiko cidera Setelah dilakukan 1. Kendalikan lingkungan dengan :
kunjungan selama 3x Menyingkirkan bahaya yang
diharapkan keluarga tampak jelas, mengurangi
mampu menciptakan potensial cedera akibat jatuh
lingkungan kondusif ketika tidur misalnya
dengan kriteria hasil: menggunakan penyanggah
tempat tidur, usahakan posisi
Keselamatan
tempat tidur rendah, gunakan
fisik dapat
pencahayaan malam hari
dipertahanka
siapkan lampu panggil.
n
2. Jelaskan pada keluarga
Adanya
pentingnya keselamatan pada
pelindung
anak dan cara pencegahan untuk
dan alat
cidera.
bantu untuk
3. Anjurkan pada keluarga untuk
klien
mengawasi segala aktifitas klien
yangmembahayakan
keselamatan.
4. Beri alat bantu misal:tongkat
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Berikan makanan lunak tinggi
gangguan kunjungan selama 3x kalori tinggi protein.
nutrisi : diharapkan keluarga 2. Berikan klien makan dengan
kurang dari mampu melakukan posisi semi fowler dan berikan
kebutuhan perawatan sederhana waktu yang cukup untuk
tubuh dirumah dengan menelan.
17
kriteria hasil: 3. Ciptakan suasana lingkungan
Berat badan ideal yang nyaman dan terhindar
Tidak muntah dari bau – bauan yang tidak
Tidak terjadi enak..
malnutrisi 4. Timbang berat badan bila
mungkin.
5. Jagalah kebersihan mulut
( Oral hygiene)
6. Berikan makanan ringan
diantara waktu makan
7. Beri penjelasan pada keluarga
tentang makanan yang baik
dikonsumsi anak
3. Deficit self Setelah dilakukan 1. Kaji ketidakmampuan klien
care kunjungan selama 3x dalam perawatan diri
diharapkan keluarga 2. Kaji tingkat fungsi fisik
dapat menciptakan 3. Kaji hambatan dalam
lingkungan kondusif berpartisipasi dalam perawatan
dengan kriteria hasil: diri, identifikasi untuk
modifikasi lingkungan
Klien dapat
4. Jelaskan pada keluarga
melakukan
pentingnya kebersihan diri
perawatan
5. Jelaskan dan ajarkan cara
diri dengan
perawatan diri meliputi:mandi,
mandiri atau
toileting , berpakaian.
dibantu
Klien bersih
dan tidak bau
4. Perubahan Setelah dilakukan 1. Jelaskan secara rinci tentang
fungsi kunjungan selama 3x kondisi penderita, prosedur,
keluarga b.d diharapkan Keluarga terapi dan prognosanya.
situasi krisis ( menerima keadaan 2. Ulangi penjelasan tersebut bila
anak dalam anaknya, mampu perlu dengan contoh bila
18
catat fisik ) menjelaskan keadaan keluarga belum mengerti
penderita dengan 3. Klarifikasi kesalahan asumsi
kriteria hasil: dan misskonsepsi
Keluarga 4. Berikan kesempatan keluarga
berpartisipasi dalam untuk bertanya.
merawat anaknya
dan secra verbal
keluarga dapat
mengerti tentang
penyakit anaknya.
19
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi & Yuliani . (2010) . Asuhan keperawatan Pada Anak. Jakarta . CV.
Sagung Seto.
Jakarta . EGC .
https://www.academia.edu/7705167/Hidrosefalus
21