Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
ASKEP HIDROSEFALUS

Disusun Oleh :

KELOMPOK VI

PAUL H. IMBIRI PETRUS PARIS


RANO J.YAKOB RINNA M.SORONGAN
WIRSETYA INDRIANI REZKY

STIK STELLA MARIS MAKASSAR PRODI SI KEPERAWATAN

TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenaan-
Nyalah sehingga kelompok bisa menyelesaikan tugas Keperawatan Anak
“ASKEP HIDROSEFALUS”. Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kemajuan dalam makalah kelompok kami ini.
Tak lupa pula kelompok mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing Keperawatan Anak yang telah memberi ilmu dan memberi tugas
ini Semoga dapat memberi manfaat dan pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 27 APRIL 2019

Kelompok VI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hidrosefalus telah dikenal sajak 1aman Hipokrates saat itu
hidrosefalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. di saat ini
dengan teknologi yang semakin berkembangmaka mengakibatkan
polusi didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya
menjadi,factor penyebab suatu penyakit yang mana kehamilan
merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat
mempengaruhi janinnya salah satunya adalah hidrosefalus. Saat ini
secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per
seribu kehamilan hidup menderita hidrosefalus. hidrosefalus
merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan
yang khusus.hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling
banyak pada bayi yangditandai dengan membesarnya kepala melebihi
ukuran normal. Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak
sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada oaran dewasa
hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga
lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi
ubun2nya masih terbuka sehingga adanya penumpukan Cairan otak
dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang2 tengkorak. Sedang
pada orang dewasa tulang tengkorak tidak mampu lagi melebar.

B. Tujuan
1. Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan
dapat meransang berbagai cara untuk mengantisipasi masalah serta
dapat melakukan asuhan pada kasus hidrosefalus.
2. Khusus
a) Mengetahui pengrtian dari Hidrosefalus.
b) Mengetahui etiologi dan Patofisiologi dari hidrosefalus.
c) Mengetahui Tanda dan gejala hidrosefalus.
d) Mengetahui Pemeriksaan diagnostik dan komplikasi pada
hidrosefalus.
e) Mengetahui Penatalaksanaan dari hidrosefalus.
f) Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien hidrosefalus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal (CSS) dalam
ventrikel serebral, ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural. (NANDA,
NIC-NOC, 2012)
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik
oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan
atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto
Suharso,2009)

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh


produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal
(CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari
peyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem
ventricular. (Nining, 2008)

Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam


ventrikel cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural.
(Suriadi,2006)

B. Klasifikasi Hydrocephalus (menurut Carman Susan 2016)


Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Konginetal: Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan.
Sehingga pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya
tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat: Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan
penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang
menyerang otak di pengobatannya tidak tuntas.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak


ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :

1. Hidrosefalus Komunikans
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS
sistem ventrikel dan CSS dari ruang subarakhnoidalis
terhambat.Gangguan absorbsi CSS dapat disebabkan sumbatan
sisterna subaroknoid disekeliling batang otak atau obliterasi
ruang subarakhnoid sepanjang otak, seluruh sistem ventrikel
terdistensi

2. Hidrosefalus Non komunikan / Obstruktif


CSS sistem ventrikel tidak berhubungan dengan CSS ruang
subarakhnoid misal aquaduktus sylvii menyempit atau
tersumbat.Terdapat hambatan sirkulasi CSS dalam sistem
ventrikel sendiri akibatnya cairan ventrikal tidak dapat
mencapai ruang subarakhnoid.Terjadi pembesaran sistem
ventrikel di proksimal obstruksi.

C. Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi
(NANDA, NIC-NOC, 2012) adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak
(60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama
sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya
gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat
pada bulan-bulan pertama setelah lahir.

b. Spina bifida dan cranium bifida


Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat
tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan
cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen
magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie
dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem
ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang
besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
2. Anomali pembuluh darah
3. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat
terjadi obliterasi ruangan subarahnoid.Pelebaran ventrikel pada fase
akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh
obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system
basalis.Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca
meningitis.Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu
sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara
patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar
system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa,
perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar
sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada
meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
4. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal
otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu
sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
5. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS.Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di
lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran
buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.

D. Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak
lahir), infeksi (meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala
dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii) sehingga
menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau
pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan
permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White
mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita
yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat
selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran
gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat
merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.

Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan


melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika
fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa
tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /
keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada
ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala
berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan
(dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika
terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV
melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan
mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan
wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara


teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:

1. Produksi likuor yang berlebihan

2. Peningkatan resistensi aliran likuor

3. Peningkatan tekanan sinus venosa

Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan


intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan
sekresi dan absorbsi.
E. Manifestasi Klinis (menurut Alimul Aziz 2006)
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktu teraba tegang
dan mengkilat dengan pelebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-
hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang
suborbital
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tidak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang
gangguan pusat vital

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Skan temografi komputer (CT-Scan) mempetegas adanya dilatasi
ventrikel dan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan
penyebabnya (neoplasma, kista, malformasi konginetal atau perdarahan
intra kranial)
2. Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra
kranial, mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan
untuk pengulangan pengaliran)
3. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
4. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelanian dalam kepala
5. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai
struktur otak tanpa kena radiasi
G. Komplikasi
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses
otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. Kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit
menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

H. Pemeriksaan Medis(menurut Kyle Terri 2012)


Penanganan hidrocefalus masuk pada kategori “live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan
obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal
dengan tempat absorbs, yaitu menghubungkan ventrikel dengan
subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan
jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter)
yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah.
Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter
harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
g. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase
dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total.
Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan
tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang.
Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubungkan selang yang ditanam di bawah kulit
hingga tidak terlihat dari luar.
h. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt
atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada
2 macam terapi pintas/”shunting”.
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar , dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk
terapi hidrosefalus tekanan normal.
2) Internal
a) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain:
(1) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sistem magna
(Thor-Kjeldsen)
(2) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus segitalis superior
(3) Ventrikulo-Bronkhial , CSS dialirkan ke Bronhus
(4) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
(5) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga
peritoneum
b) Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum
Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
(1) Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu
oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan
setinggi foramen Monroe.
(2) Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS
untuk dilakukan analisis.
(3) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini,
baik yang terletak dalam proksimal dengan tipe bola atau
diafragma maupun yang terletak di distal dengan katup
berbentuk celah. Katup akan membuka pada tekanan
yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
(4) Ventrikulo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan
ke dalam atrium kanan jantung melalui vena jugularis
interna (dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).
(5) Ventrikulo-Peritneal Shunt
(a) Slang silastik ditanam dlam lapisan subkutan
(b) Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang
peritoneum. Pada anak-anak dengan kumparan slang
yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya
revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi,
hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang
rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di awali dengan


pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Pengumpulan data : nama, tempat/tanggal lahir, usia, agama, suku,
status perkawinan, pendidikan, bahasa yang digunakan, alamat, dx.
medik.
2. Riwayat keperawatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita:
a. Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
b. Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
c. Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
3. Riwayat keperawatan sekarang
Keluhan utama: Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer
4. Riwayat perkembangan perkembangan kelahiran
Prematur, pada waktu lahir menangis keras atau tidak, apakah pernah
terjaatuh dengan kepala terbentur, keluhan sakit perut.
5. Pengkajian persistem
a. B1 ( Breath ) :Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
b. B2 ( Blood ) :Pucat, peningkatan systole tekanan darah,
penurunan nadi
c. B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol
dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan
ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat
melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang.
d. B4 ( Bladder ) : Oliguria
e. B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
f. B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
6. Observasi tanda-tanda vital
a. Peningkatan systole tekanan darah
b. Penurunan nadi / bradikardia
c. Peningkatan frekuensi pernapasan

B. Diagnosa Keperawatan
Pada pasien anak dengan Hydrocephalus diagnosa yang dapat muncul,
yaitu :
1. Perfusi jaringan cerebral
tidak efektif berhubungandenganpeningkatanvolumecairan
serebrospinal.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelemahan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar (Status kesehatan)
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Perfusi jaringan cerebral Status Sirkulasi a. Pantau tanda – tanda vital
tidak efektif berhubunga Kriteria hasil: b. Pemantauan TIK dan respon
n a. TD sistolik dan diatolik dalam rentang neurologis pasien terhadap
dengan peningkatan vol yang diharapkan aktivitas perawatan
ume cairan b. Tidak ada hipotensi ortostatik c. Pantau tekanan perfusi jaringan
serebrospinal c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan d. Perhatikan perubahan pasien
tekanan intrakranial sebagai
d. Tidak ada bising pembuluh darah besar respon terhadap stimulus
Menunjukkan kemampuan kognitif, ditand e. Pantau status cairan termasuk
ai dengan indikator: asupan dan haluaran
a. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai Aktivitas Kolaboratif:
dengan usia serta kemampuan a. Berikan obat-obatan untuk
b. Menunjukkan perhatian, konsentrasi meningkatkan volume
serta orientasi intravaskuler
b. Tinggikan bagian kepala
tempat tidur 0 sampai dengan
45 derajat, tergantung pada
kondisi pasien
dan permintaan medis

2. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri:


dengan peningkatan Kriteria hasil : a. Tampilkan pengkajian secara
TIK a. Tingkat nyeri berkurang menyeluruh tentang nyeri
b. Mampu mengenali nyeri (skala, inte termasuk lokasi, karakteristik,
nsitas, frekuensi, dan tanda nyeri ) durasi, frekuensi, kualitas,
c. Tidak ada kegelisahan intensitas dan faktor
Kontrol Nyeri : predisposisi nyeri.
a. Mampu mengenali kapan nyeri b. Observasi isyarat nonverbal
terjadi dari ketidaknyamanan,
b. Mampu menggambarkan faktor terutama jika tidak dapat
penyebab nyeri berkomunikasi secara efektif.
c. Dapat melaporkan nyeri yang c. Pastikan pasien menerima
terkontrol analgesik yang tepat.
d. Menggunakan analgesik sesuai d. Tentukan dampak nyeri
indikasi terhadap kualitas hidup (misal ;
tidur, aktivitas).
e. Kaji pasien dan keluarga untuk
mencari dan menyediakan
pendukung.
f. Berikan informasi tentang nyeri,
misalnya; penyebab, berapa
lama
akan berakhir dan antisipasi ke
tidaknyaman an dari prosedur.
g. Kontrol faktor lingkungan yang
mungkin mempengaruhi respo
n
pasien untuk ketidaknyamanan
(misalnya: temperatur ruangan
cahaya dan kebisingan).
3. Kekurangan volume Keseimbangan cairan: Manajemen Cairan:
cairan berhubungan de Kriteria hasil: a. Pertahankan catatan intake
ngan kelemahan a. Tanda-tanda vital dalam batas normal dan output yang akurat
(tekanan darah, nadi, dan pernafasan) b. Timbang berat badan setiap
b. Keseimbangan intake dan output hari dan monitor status pasien
dalam 24 jam c. Monitor status hidrasi
c. Berat badan normal (misalnya, membrane mukosa
d. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi lembab, denyut nadi adekuat)
e. Kelembaban membran mukosa d. Monitor tanda-tanda vital
f. Turgor kulit baik e. Monitor status gizi
f. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi
g. Berikan cairan dengan tepat
h. Distribusikan asupan cairan
4. Ketidakseimbangan Status Nutrisi: Manajemen Nutrisi:
nutrisi kurang dari a. Adanya peningkatan berat badan a. Tentukan status gizi pasien
kebutuhan tubuh sesuai dengan tujuan b. Tentukan apa yang menjadi
berhubungan dengan b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi preferensi makanan bagi
badan pasien
kurang asupan c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan c. Tentukan jumlah kalori dan
makanan nutrisi jenis nutrisi yang dibutuhkan
d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi untuk memenuhi persyaratan
e. Tidak terjadi penurunan berat badan gizi
yang berarti d. Monitor kalori dan asupan
makanan
e. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
Monitor Nutrisi :
a. Timbang berat badan pasien
b. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
c. Monitor adanya mual muntah

5. Ansietas berhubungan Kontrol Ansietas Penurunan Cemas:


dengan perubahan Kriteria Hasil: a. Ciptakan lingkungan yang
besar (Status a. Monitor intensitas dari cemas tenang untuk mengurangi
kesehatan) cemas
b. Mencari informasi untuk menurunkan b. Menyediakan informasi yang
cemas benar dan jelas tentang
c. Gunakan teknik relaksasi untuk diagnosis dan program
menurunkan cemas perawatan yang diberikan
d. Melakukan hubungan sosial untuk c. Kaji penyebab kecemasan
memusatkan konsentrasi pasien
e. Kontrol respon cemas d. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi pasien guna
mengurangi kecemasan
e. Identifikasi perubahan tingkat
kecemasan pasien
Teknik Ketenangan:
a. Pertahankan kontak mata
dengan pasien
b. Ciptakan suasana yang tenang
c. Gunakan teknik distraksi
d. Berikan obat anti cemas
e. Instruksikan pasien dengan
metoda decrease anxiety
(mengurangi cemas)
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan
tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang


tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam
sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari peyerapan, cairan
cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem ventricular. (Nining, 2008)

Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral,


ruang subarachnoid, atau ruang subdural. (Suriadi,2006)

B. SARAN

Tindakan alternative selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus


yangmengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. dalam hal ini maka tinda
kan terapeutik semacam ini perlu.Semoga makalah yang kami susun dapat
dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas
mahasiswa. Selain itudiperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang pro
ses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

http//haris63;.blogspot.com.askep-hidrose,alus-pada-anak.html

http//nuzulul-fkp09.we.unair.id/artikel.askep20hidrosefalus.html

http://nerskece.blogspot.com/2013/06/askep-hidrosefalus-pada-anak.html

Anda mungkin juga menyukai