Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ny. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS VERTIGO DI RSUD dr. DORIS


SYLVANUS PALANGKA RAYA

Oleh :
Nama : Wenie
NIM : 2017.C.09a.0913

YAYASAN EKAHARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Wenie
NIM : 2017.C.09a.0913
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S
Dengan Diagnosa Vertigo Sistem Persyarafan RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

Telah Melakukan Asuhan Keperawatan Sebagai Persyaratan Untuk


Menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui
Ketua Program Studi S1
Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep Isna Wiranti, S.Kep., Ners


i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
”Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis Vertigo Di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini
merupakan salah satu persyaratan pada Pendidikan Program Sarjana Keperawatan
pada stase Keperawatan Medikal Bedah II di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangka Raya.
Selama menyusun Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini, penyusun
mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak serta bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara
khusus penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1) Yang terhormat Ibu Drg. Yayu Indriaty, Sp.KGA, M.Kes. selaku Direktur
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah menyediakan tempat
bagi pelaksanaan Praktik Pra Klinik Keperawatan Medikal Bedah II STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
2) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
3) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan.
4) Isna Wiranti, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan ini.
5) Ny. S sebagai klien yang diberikan asuhan keperawatan yang telah bersedia
menjadi responden.
6) Semua pihak yang telah membantu hingga Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan ini dapat terselesaikan, yang mana telah memberikan bimbingan
dan bantuan kepada penyusun.

i
ii

Semoga Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi


perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan ini masih jauh dari sempurna untuk itu kepada semua pihak,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
menunjang kesempurnaan Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini.

Palangka Raya, 28 September 2020

Penulis

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vertigo adalah ilusi gerakan, yaitu pasien merasa bahwa ia sedang berputar
dialamraya (vertigo subyektif) atau bahwa sekelilingnya berputar disekitar dirinya
( vertigo objektif). Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang
artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan
otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan
hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau
sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, unstable), otonomik (pucat,
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat
dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan
diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual
dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan
keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas
harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat
lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh
atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang
dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang
involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2003). dingin,mual, muntah) dan
pusing.
Pada pervalensi angka kejadian vertigo perifer (BPPV) di Amerika Serikat
sekitar 64 dari 100.000 orang dengan kecenderungan terjadi pada wanita (64%).
BPPV diperkirakan sering terjadi pada rata-rata usia 51-57 tahun dan jarang pada
usia di bawah 35 tahun tanpa riwayat trauma kepala. Sedangkan pada tahun 2008
di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi sekitar 50% dari orang tua yang
berumur 75 tahun. Hal ini juga merupakan keluhan nomer tiga paling sering
dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek kesehatan. Pada umumnya
2

vertigo ditemukan 4-7 persen dari keseluruhan populasi dan hanya 15 persen yang
diperiksakan ke dokter (Dewanto, 2009). Pada studi pendahuluan yang dilakukan
secara sederhana oleh peneliti, dari jumlah penduduk kota Malang pada tahun
2013 sekitar 835.082 jiwa, dan tercatat pada tahun 2012-2013 sebanyak 1643
orang menderita vertigo (19%). Data tersebut didapatkan pada rekap data yang
dimiliki oleh Dinas Kesehatan kota Malang yang diperoleh dari rekap medis
seluruh Puskesmas diwilayah kota Malang.
Vertigo salah satunya diakibatkan oleh terganggunya sistem vestibular yang
terbagi menjadi vertigo perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular) dan vertigo
sentral (akibat gangguan pada saraf vestibular atau hubungan sentral menuju
batang otak atau cerebellum). Gangguan keseimbangan tersebut beragam
bentuknya dan penyebabnya pun bermacam-macam, pada saat tertentu kondisi
gangguan keseimbangan ini dapat mengancam jiwa. Banyak sistem atau organ
pada tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan
tubuh kita. Diantara sistem ini yang banyak perannya ialah system vestibular,
sistem visual, dan sistem somatosensorik (Lumbantobing, 2004). Pada saat di
dalam otak memproses data-data dan menggunakan informasi untuk melakukan
penilaian dengan cepat terhadap kondisi pada kepala, badan, sendi dan mata.
Akan melibatkan tiga sistem sensoris dan otak, bila berfungsi dengan baik hasil
akhirnya adalah sistem keseimbangan yang sehat. Ketika sistem keseimbangan
tidak berfungsi, kita dapat menyusuri masalah kembali pada suatu gangguan dari
salah satu dari ketiga sistem sensoris atau pemroses data (otak). Masalah-masalah
dari tiap-tiap area tersebut berhubungan dengan sistem-sistem sensoris ini atau
otak. Fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak
normal atau dalam kondisi tidak fisiologis, bisa juga karena ada rangsang gerakan
yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang
dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri atau berjalan dan gejala
lainnya (Yatim, 2004).
Untuk mengatasi keluhan ini banyak dari pasien melakukan tindakan
pencegahan agar gangguan pada vertigo tidak timbul. Namun hanya sebagian
3

kecil dari mereka, dan orang – orang disekitarnya yang mengetahui penagganan
yang tepat. Kondisi ini sering dianggap tidak begitu berarti tetapi pada waktu
yang lain dapat merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa (Sumarliya,
Sukadino, dan Sofiyah, 2007). Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan vertigo.

.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pembahasan di atas “Bagaimana pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Vertigo Di rumah sakit mulai
dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi
keperawatan? ”

.3 Tujuan Penulisan
.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan Pasien Dengan Diagnosa Medis Vertigo Di rumah sakit dengan
menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan.
.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengkajian pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Vertigo Di rumah sakit.
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Vertigo Di rumah sakit.
1.3.2.3 Mengidentifikasi intervensi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Vertigo Di rumah sakit.
1.3.2.4 Mengidentifikasi implementasi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Vertigo Di rumah sakit.
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan
pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Vertigo Di rumah sakit.
4

.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan
vertigo yang digunakan dalam peningkatan profesi keperawatan dan pelayanan
kesehatan.
1.4.2 Bagi Pengembangan IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep
pendekatan proses keperawatan.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.2 Pendidikan
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan khususnya
bagi mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien vertigo sehingga dapat diterapkan di masa yang akan
datang.
1.4.3.2 Rumah Sakit
Memberikan kerangka pemikiran ilmiah yang bermanfaat bagi rumah sakit
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan gambaran
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus vertigo.
1.4.3.3 Bagi Profesi
Asuhan keperawatan dengan klien vertigo ini diharapkan dapat
memberikan masukan sebagai salah satu referensi bagi perawat untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Konsep Dasar Penyakit


.1.1 Pengertian

Vertigo adalah ilusi gerakan, yaitu pasien merasa bahwa ia sedang


berputar dialam raya (vertigo subyektif) atau bahwa sekelilingnya berputar
disekitar dirinya( vertigo objektif).
Vertigo adalah sensasi berputar atau berpusing yang merupakan suatu
gejala, penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak memutar
atau bergerak naik-turun karena gangguan pada sistem keseimbangan (Arsyad
soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2012).
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya
memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh
atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan
otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan
hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau
sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat,
peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com).
.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan
mata. Penyebab umum dari vertigo (Marril KA,2012):
2.1.2.2 Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2.1.2.3 Obat-obatan : alkohol, gentamisin.

4
5

2.1.2.4 Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis


semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan
benign paroxysmal positional.
2.1.2.5 Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis,
penyakit maniere.
2.1.2.6 Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
2.1.2.7 Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf
vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai
cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.
2.1.2.8 Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient
ischemic attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler.

.1.3 Tanda dan Gejala


Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan
reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah,
lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri
kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung,
gelisah, lidah merah dengan selaput tipis (Smeltzer & Bare, 2008).
.1.4 Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini
adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan
ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei
vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan
vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan
ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian
reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam
kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan
tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri
6

akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari
posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/berjalan dan gejala lainnya (Price & Wilson, 2016).
4

Sistem keseimbangan tubuh (vestibuler)


Terganggu

Sensasi seperti bergerak, berputar

Vertigo

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Dizzines Ketidakseimbangan proses Gg. Di SSP atau SST Sirkulasi oksigen Pusing, sakit kepala Ketidakcocokan
peredaraan darah diotak menurun informasi yg
Merangsang Spasme Saraf Gelisah, ansietas disampaikan ke
saraf Kontraksi jantung Kompensasi jantung otak oleh saraf
parasimpatis meningkat Nyeri, sakit kepala memompa lebih cepat aferen
Peristaltik

bronkokontriksi Takikardia Redistribusi aliran darah Proses


Disorientasi Mual, muntah
Gg. Rasa ke organ2 vital pengolahan
nyaman informasi
hipoventilasi Distritmia Anoreksia
nyeri Kesadaran terganggu
Perfusi jaringan
Gg. Perfusi menurun
Kerja napas Kerusakan Resti Cidera Perubahan
jaringan Transmisi
meningkat pertukaran nutrisi
Hipoperfusi ginjal persepsi ke
gas kurang dari reseptor
kebutuhan proprioception
dyspnea
Penurunan fungsi ginjal terganggu

Pola napas Produksi urine menurun Kegagalan


tidak efektif koordinasi otot

Gg. Eliminasi urine


Ketidakteraturan
Intoleransi kerja otot
aktivitas
5

.1.5 Pemeriksaan Penunjang


2.1.5.1 Pemeriksaan  CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan
tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa
diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang.
2.1.5.2 Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan
aliran darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya
sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.
2.1.5.3 Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.
2.1.5.4 Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium, radiologik.
2.1.5.5 Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik, otologik,
pemeriksaan fisik umum (Kang 2004).

.1.6 Penatalaksanaan medis


Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :
Terdiri dari :
1. Terapi kausal.
2. Terapi simtomatik.
3. Terapi rehabilitatif.
1.1.7 Komplikasi
1.1.7.1 Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
1.1.7.2 Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka
lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama
dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
6

.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


.2.1 Pengkajian
1) Aktivitas / Istirahat
a. Letih, lemah, malaise
b. Keterbatasan gerak
c. Ketegangan mata, kesulitan membaca
d. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
e. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
2) Sirkulasi
a. Riwayat hypertensi
b. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
c. Pucat, wajah tampak kemerahan.
3) Integritas Ego
a. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
b. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
c. Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
d. Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
4) Makanan dan cairan
a. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,
keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,
hotdog, MSG (pada migrain).
b. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c. Penurunan berat badan
5) Neurosensoris
a. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
c. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
d. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
e. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
f. Perubahan pada pola bicara/pola piker
g. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
7

h. Penurunan refleks tendon dalam


i. Papiledema.
6) Nyeri/ kenyamanan
a. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
b. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
c. Fokus menyempit
d. Fokus pada diri sndiri
e. Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
f. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
7) Keamanan
a. Riwayat alergi atau reaksi alergi
b. Demam (sakit kepala)
c. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
d. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
8) Interaksi social
a. Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit.
b. Penyuluhan / pembelajaran
c. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
d. Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi
oral/hormone, menopause.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi,
perubahan pola tidur, gelisah.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal
8

informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi,


ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi,
perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
a. klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
b. tanda-tanda vital normal
c. pasien tampak tenang dan rileks

INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda-tanda vital,
Mengenal dan memudahkan dalam
intensitas/skala nyeri melakukan tindakan keperawatan.
Anjurkan klien istirahat ditempat
Istirahat untuk mengurangi intesitas
tidur nyeri
Atur posisi pasien senyaman Posisi yang tepat mengurangi
mungkin penekanan dan mencegah ketegangan
otot serta mengurangi nyeri.
Ajarkan teknik relaksasi dan Relaksasi mengurangi ketegangan
napas dalam dan membuat perasaan lebih nyaman
Kolaborasi untuk pemberian Analgetik berguna untuk mengurangi
analgetik. nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.

2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan


relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat
Kriteria Hasil :
a. mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif
b. mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki
c. megkaji situasi saat ini yang akurat
9

d. menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang


tepat.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji kapasitas fisiologis yang Mengenal sejauh dan
bersifat umum. mengidentifikasi penyimpangan
fungsi fisiologis tubuh dan
memudahkan dalam melakukan
tindakan keperawatan
Sarankan klien untuk Klien akan merasakan kelegaan
mengekspresikan perasaannya. setelah mengungkapkan segala
perasaannya dan menjadi lebih
tenang
Berikan informasi mengenai Agar klien mengetahui kondisi dan
penyebab sakit kepala, pengobatan yang diterimanya, dan
penenangan dan hasil yang memberikan klien harapan dan
diharapkan. semangat untuk pulih.
Dekati pasien dengan ramah dan Membuat klien merasa lebih berarti
penuh perhatian, ambil dan dihargai.
keuntungan dari kegiatan yang
dapat diajarkan.

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal
informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi,
ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur
dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil :
a. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari
suatu tindakan.
b. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta
dalam regimen perawatan.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat pengetahuan klien Megetahui seberapa jauh pengalaman
dan keluarga tentang dan pengetahuan klien dan keluarga
penyakitnya. tentang penyakitnya.
Berikan penjelasan pada klien Dengan mengetahui penyakit dan
tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang, klien dan
10

kondisinya sekarang. keluarganya akan merasa tenang dan


mengurangi rasa cemas.
Diskusikan penyebab individual Untuk mengurangi kecemasan klien
dari sakit kepala bila diketahui. serta menambah pengetahuan klien
tetang penyakitnya.
Minta klien dan keluarga Mengetahui seberapa jauh
mengulangi kembali tentang pemahaman klien dan keluarga serta
materi yang telah diberikan. menilai keberhasilan dari tindakan
yang dilakukan.
Diskusikan mengenai pentingnya Agar klien mampu melakukan dan
posisi atau letak tubuh yang merubah posisi/letak tubuh yang
normal kurang baik.
Anjurkan pasien untuk selalu Dengan memperhatikan faktor yang
memperhatikan sakit kepala yang berhubungan klien dapat mengurangi
dialaminya dan faktor-faktor yang sakit kepala sendiri dengan tindakan16
berhubungan. sederhana, seperti berbaring,
beristirahat pada saat serangan.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telahdicatat 15
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya[ CITATION Cer10 \l 1057 ].
Tujuan pemulangan pasien dengan anemia adalah  :
1. Mempertahankan / meningkatkan fungsi CU
2. Mencegah komplikasi.
3. Memberikan informasi tentang proses /pragnosis dan program pengobatan.
4. Pendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.
17

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

.1 Pengumpulan Data
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh pada tanggal 28
September 2020, pukul 07.00 WIB bertempat di ruangan Dahlia RSUD
Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, dengan teknik anamnesa (wawancara),
observasi, pemeriksaan fisik, dan data dari buku keperawatan pasien, di
dapat data – data sebagai berikut:

.2 Identitas Pasien
Klien Ny. S berusia 27 tahun, klien berjenis kelamin Laki-laki,
suku/bangsa klien adalah Dayak/Indonesia, agama yang dianut klien yaitu
agama Islam, pekerjaan klien adalah wiraswasta, pendidikan terakhir klien
yaitu SMP, status perkawinan klien yaitu belum kawin, pasien beralamat
di Jl. Marang, Klien masuk rumah sakit pada tanggal 28 September 2020
pukul 15:10 WIB, diagnosa medis Fraktur Clavicula.

.3 Riwayat Kesehatan/Perawatan
.3.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan “Kepala saya terasa pusing”.

.3.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pada tanggal 28 Februari 2020, 3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien
mengeluh nyeri kepala . Pusing dan nyeri kepala menyebar ke daerah
pundak/leher. Jika diukur dengan skala nyeri 1-10 pusing dan nyeri kepala klien
dikategorikan ke dalam skala 5 (nyeri sedang) dan pusing berdenyut, . Dan klien
mengatakan susah tidur pada malam hari karena pusing, keluhan pusing
bertambah apabila klien melakukan aktivitas seperti berjalan ke kamar mandi,
keluhan pusing berkurang apabila klien beristirahat seperti tidur terlentang
keluhan tidak disertai mual dan muntah, keluhan disertai telinga berdenging dan
klien merasakan tubuhnya lemah sebelah kanan, kemudian keluarga langsung
18

membawa klien ke poly neurologi RS. Doris Sylvanus setelah diperiksa dokter
akhirnya klien disarankan untuk dirawat di Ruang Perawatan.
.3.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat Penyakit Sebelumnya (Riwayat Penyakit dan Riwayat
Operasi) Klien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit sebelum
nya dan klien tidak pernah menederita riwayat penyakit hipertensi

.3.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada penyakit
keturunan maupun penyakit yang lainnya.

.3.5 Genogram Keluarga

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

: Hubungan Keluarga

: Tinggal Satu Rumah

.4 Pemeriksaan Fisik
3.4.1 Keadaan Umum
Klien tampak lemah, dengan kesadaran umum compos menthis klien
terbaring terlentang,, lengan kanan terpasang infus ringer laktat 20 tpm.
19

.4.1 Status Mental


Pada saat dikaji pada status mental ditemukan tingkat kesadaran
compos menthis, ekspresi wajah tampak lemas, cara berbaring terlentang.
Klien berbicara dengan jelas, suasana hati klien tampak tenang,
penampilan klien cukup rapi. Fungsi kognitif klien pada orientasi waktu
yaitu klien dapat membedakan pagi siang dan malam, pada orientasi orang
klien dapat membedakan dokter, perawat dan keluarga, pada orientasi
tempat klien dapat mengetahui bahwa dirinya berada di rumah sakit. Tidak
ada halusinasi yang ditimbulkan oleh klien, proses berpikir baik, insight
klien baik dan mekanisme pertahanan adaptif.

.4.2 Tanda-Tanda Vital


Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengkajian pada Ny. S di dapat
hasil TD: 120/80 mmhg, N: 102x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5ºC.
.4.3 Pernapasan
Bentuk dada klien simetris, kebiasaan merokok tidak ada, tidak ada
batuk berdarah, Tidak ada sianosis, tidak ada nyeri dada, tidak ada sesak
napas, tipe pernasan perut, irama pernapasan teratur, dan tidakada suara
tambahan.
Tidak ada masalah keperawatan.
.4.4 Cardiovaskular
Klien tidak ada nyeri dada, tidak ada kram kaki, tidak pucat, tidak
clubbing finger, tidak sianosis, tidak ada sakit kepala, tidak ada
palpitasi,Capillary refill<2 detik, tidak ada edema, tidak ada asites, ictus
cordis tidak terlihat, tidak ada peningkatan vena jugularis, suara jantung
normal S1 S2 tunggal.
Tidak ada masalah keperawatan.
.4.5 Persyarafan
Nilai GCS pasien E (Eyes) : 4 (pasien dapat membuka mata secara spontan),
V (Verbal) : 5 (pasien dapat berorientasi dengan baik), M (Motorik) : 6 (pasien
20

dapat mengikuti perintah). Tingkat kesadaran pasien compos menthis, pupil


isokor, refleks cahaya kanan dan kiri positif.
Uji syaraf cranial di dapatkan hasil pada:
1) Nervus Kranial I (Nervus Olfaktorius) normal, klien dapat mencium bau teh.
Nervus Kranial.
2) Nervus Kranial II (Nervus Optikus) normal, klien dapat membaca tulisan
pada kemasan teh.
3) Nervus Kranial III (Nervus Occulomotorius) normal, klien dapat menutup
mata saat menerima cahaya.
4) Nervus Kranial IV (Nervus Trochlearis) normal, klien dapat menggerakkan
bola mata ke atas dan ke bawah.
5) Nervus Kranial V (Nervus Trigeminus) normal, kliien dapat menekuk rahang
dan mulut.
6) Nervus Kranial VI (Nervus Abdusen) normal, klien dapat menggerakkan bola
mata ke kiri dan kekanan.
7) Nervus Kranial VII (Nervus Fasialis) normal, klien dapat tersenyum.
8) Nervus Kranial VIII (Nervus Vestibulocochearis) normal, klien dapa
tmendengar perkataan perawat.
9) Nervus Kranial IX (Nervus Glosofaringeal) normal, klien dapat membedakan
rasa manis dan pahit.
10) Nervus Kranial X (Nervus Vagus) normal, klien dapat berbicara dengan suara
yang jelas.
11) Nervus Kranial XI (Nervus Asesorius) normal, klien dapat menggerakkan
kepala.
12) Nervus Kranial XII (Nervus Hipoglosus) normal, klien dapat menggerakkan
lidah.

Pada uji koordinasi ekstremitas atas klien, jari ke jari positif, jari ke hidung
positif, pada ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki positif, uji kestabilan tubuh
negative, klien merasa pusing dan berputar jika berdiri ataupun bergerak.

Masalah Keperawatan: Intoleransi aktivitas.


.4.6 Eliminasi ( Bladder )
21

Pasien eliminasinya 1x/7 jam menggunakan kateter, dengan


produksi urine ±500 ml, dengan warna kuning dengan bau khas amoniak.
Tidak ada oliguri, poliuri, dysuri, tidak menetes, tidak ada nyeri, tidak
panas.

Tidak ada masalah keperawatan.

.4.7 Eliminasi Alvi (Bowel)


Dari hasil pemeriksaan mulut dan faring, bibir tampak bersih, tidak
terdapat karang gigi, gusi tidak ada peradangan, lidah berwarna merah
muda, mukosa lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak ada
benjolan pada rectum dan tidak ada haemoroid, pasien BAB 1 kali sehari,
berwarna kuning, konsistensi lembek, bising usus (+).

Tidak ada masalah keperawatan.

.4.8 Tulang Otot dan Integumen


Kemampuan pergerakan sendi klien terbatas, ukuran otot simetris, uji
kekuatan otot pada ekstremitas atas bernilai 5 5 dan ekstremitas bawah bernilai
5 5, tidak ada deformitas, tidak ada luka,tidak ada fraktur , bentuk tulang belakang
normal, integumen.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

.4.9 Kulit Rambut


Klien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, dan kosmetik, suhu kulit
hangat, warna kulit normal,turgor kulitcukup, tekstur halus, tidak ada lesi, tidak
ada jaringan parut, teksture rambut halus, distribusi rambut merata, bentuk kuku
simetris.

Tidak ada masalah keperawatan.


.4.10 Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan baik, gerakan bola mata klien bergerak normal, sklera
normal/putih, kornea bening. Fungsi pendengaran baik. Bentuk hidung simetris.
.4.11 Leher dan Limfe
22

Tidak terdapat masa pada leher klien, tidak ada jaringan parut,
teraba jaringan limfe, teraba kelenjar tiroid, dan mobilisasi leher klien
bebas.

.4.12 Sistem Reproduksi


.4.12.1 Reproduksi Pria
Tidak ada terdapat kemerahan pada daerah alat reproduksi klien,
tidak ada gatal – gatal, tidak ada pendarahan, glan penis nampak bersih,
tidak terdapat luka, discharge normal kebersihan baik serta tidak ada
hernia.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
.5 Pola Fungsi Kesehatan
3.5.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Klien mengatakan bahwa ia hanya sedikit tau dengan penyakit yang
dialaminya, klien juga berharap cepat sembuh agar dapat beraktivitas
seperti biasanya.

.5.2 Nutrisi dan Metabolisme


Klien memiliki tinggi badan 160 cm dengan berat badan 50 kg
sebelum sakit, sesudah sakit pasien berat badan 49 kg. Pola makan pasien
sehari-hari sebelum sakit 3 kali sehari dan sesudah sakit 2 kali sehari, porsi
makan pasien sebelum sakit 1 porsi dan sesudah sakit 1/2 porsi, nafsu
makan sebelum sakit baik dan sesudah sakit nafsu makan cukup, jenis
makanan pasien sebelum sakit adalah nasi, lauk, sayur, buah, jenis
makanan pasien sesudah sakit adalah bubur, lauk, sayur, jumlah minuman
pasien sebelum sakit 1500 cc/24 jam dan sesudah sakit 800 cc/24 jam,
kebiasaaan makan pasien yaitu pagi siang dan sore.

Tidak ada masalah keperawatan.

.5.3 Pola Istirahat dan Tidur


Pasien mengatakan pola tidurnya pada malam hari sebelum sakit 7-8
jam, dan pada siang hari 2-3 jam, sesudah sakit pada malam hari 6-7 jam
dan pada siang hari 1-2 jam.
23

.5.4 Kognitif
Pasien mengatakan bahwa dirinya tahu tentang penyakitnya.
.5.5 Konsep Diri
Gambaran diri pasien yaitu menyukai tubuhnya, ideal diri pasien
ingin sekali cepat sembuh, identitas diri pasien adalah seorang laki-laki,
harga diri pasien menerima dirinya apa adanya, peran diri pasien adalah
seorang anak.

.5.6 Aktivitas Sehari- Hari


Aktivitas klien sebelum sakit biasanya dapat melakukan aktivitasnya secara
mandiri, sesudah sakit sebagian aktivitasnya dibantu oleh keluarganya dan
perawat.

.5.7 Koping-Toleransi Terhadap Stres


Klien mengatakan apabila ada masalah pasien hanya bercerita
kepada keluarganya. Klien memiliki koping yang baik dalam menghadapi
stress dan dapat mengatasi stress serta menyelesaikan masalah.

.5.8 Nilai Pola Keyakinan


Klien mengatakan selama mendapat pengobatan dan perawatan tidak ada
tindakan dokter dan perawat yang bertentangan dengan keyakinannya.
.6 Sosial Spiritual
.6.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan baik kepada petugas kesehatan
dengan kata- kata yang jelas.

.6.2 Bahasa Sehari – Hari


Bahasa sehari-hari pada klien biasa menggunakan bahasa Dayak dan
Indonesia.

.6.3 Hubungan Dengan Keluarga


Harmonis ditandai dengan adanya perhatian yang diberikan keluarga.

.6.4 Hubungan Dengan Teman/ Petugas Kesehatan/ Orang Lain


24

Hubungan klien dengan teman, petugas kesehatan dan orang lain baik, klien
tampak kooperatif dan terbuka saat dilakukan pengkajian.

.6.5 Orang Terdekat


Orang terdekat klien adalah istri, anak-anaknya dan keluarganya.

.6.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang


Klien menggunakan waktu luang hanya untuk beristirahat dan berkumpul
dengan keluarganya.

.6.7 Kegiatan Beribadah


Selama sakit pasien tidak bisa beribadah seperti biasanya klien
hanya bisa berdoa sambil berbaring ditempat tidur saja.

.7 Data Penunjang ( Laboratorium )


Data penunjang tanggal 28 September 2020
No Parameter Hasil/Satuan Ninai Normal
1 WBC 22.99 x10ˆ3/Nl 4.00-10.00
2 RBC 5.53 x10ˆ6/Ul 3.50-5.50
3 HBG 14,9 g/dl 11.0- 16.0

1.9 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan Medis tanggal 28 September 2020
No Nama Obat Dosis Rute Keterangan
1 Nacl 0,9% 500 ml Injeksi IV Di indikasikan untuk
menggantikan cairan
2 Piracetam 500 mg PO Di indisikan sebagai obat
untuk mengatasi
penurunan fungsi kognitif,
seperti kemampuan
berfikir, mengingat.
3 Vergilon 10 mg PO Di indikasikan sebagai
profilaksis migraine,
penyakit oklusi vascular
ferifer, Vertigo sentral dan
perifer
25

. Palangka Raya, 28 September 2020

Penyusun,

Wenie

.9 Analisa Data

No Data Subyektif dan Kemungkinan Masalah


Data Obyektif Penyebab
1. DS: Klien mengatakan nyeri pada Gangguan SSP Nyeri Akut
daerah kepala, Seperti berputar-
putar, didaerah kepala, Skala 5
Spasme saraf
(sedang), Hilang timbul.

DO :
- Klien tampak meringis Sakit kepala
- Klien tampak berbaring
terlentang
- Klien tampak lemah
- Tampak terus memegangi
kepala
- Skala 5 (sedang)
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5o
26
27

2. DS: Klien mengatakan saat Gangguan Sistem Resiko Cedera


berdiri terasa berputar-putar dan saraf pusat
hendak jatuh.

DO : Spasme saraf
- Klien tampak terus
memegangi kepala
- Klien berbaring telentang Sakit kepala
- Klien tampak lemah
TTV Disorientasi
TD : 120/80 mmHg
N : 102 x/menit Uji kekuatan tubuh
negatif
RR : 20 x/menit
S : 36,5o
28

.10 Prioritas Masalah


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisiologis ditandai dengan
klien tampak meringis, nadi 102x/menit.
2. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi psikomotor ditandai
dengan uji kekuatan tubuh (-).
29

.11 Intervensi Keperawatan

Nama Pasien : Ny. S


Ruang Rawat : Sistem Persyarafan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan tindakan asuhan 1. Lakukan pemeriksaan 1. Untuk mengetahui
dengan agen pencedera keperawatan 1 x 7 jam diharapkan tanda-tanda vital. kadaan umum klien.
fisiologis ditandai dengan diharapkan klien Nyeri dapat diatasi 2. Kaji kembali skala nyeri. 2. Untuk mengetahui
klien tampak meringis. dengan Kriteria Hasil : 3. Atur posisi tidur klien dan perkembangan klien.
1. Nyeri dapat berkurang dengan skala mengganti laken klien jika 3. Untuk membuat klien
(1-3) atau pun (0) kotor. merasa nyaman.
2. Tanda-tanda vital dalam batas 4. Berikan teknik relaksasi 4. Untuk mengalihkan
normal nafas dalam. rasa nyeri.
TD : 120/80 mmHg 5. Kolaborasi dengan
tim 5. Untuk mengurangi
rasa nyeri
N : 80x/m medis dalam pemberian
S : 36,5oC obat analgetik
RR : 22x/m

30
30

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


2. Resiko cedera berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan 1 1. Identifikasi kebutuhan 1. Untuk mengetahui
dengan perubahan fungsi x 7 jam diharapkan resiko cedera dapat keselamatan kebutuhan
psikomotor ditandai dengan uji teratasi dengan Kriteria hasil : 2. Sediakan alat bantu keselamatan
kekuatan tubuh (-) 1. Resiko cedera dapat ditangani keamanan 2. Memberi lingkungan
2. Klien tidak gelisah 3. Gunakan perangkat aman untuk pasien
3. Klien merasa aman pelindung (missal 3. Mmeberi lingkungan
pengekangan fisik, rel dengan fasilitas aman
samping) untuk pasien
4. Fasilitasi relokasi 4. Memastikan klien
kelingkungan yang aman tidak cedera
5. Ajarkan individu, keluarga 5. Keluarga dapat
dan kelompok risiko membantu
tinggi bahaya lingkungan meningkatkan
kemanan pasien.

32
31
31

.12 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : Ny. S


Ruang Rawat : Sistem Persyarafan

Tanda Tangan
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
DX.1 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital S : Klien masih mengatakan nyeri pada
(Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan Suhu). bagian kepala ,klien merasakan nyeri
2. Mengkaji kembali skala nyeri. bertambah saat klien bergerak, nyeri
seperti berputar-putar di area kepala, nyeri
- Menjelaskan dan menanyakan dengan klien
berkurang saat tiduran dengan skala nyeri
dengan menggunakan jari tangan dengan 4-6 (Sedang). Wenie
Senin, 28 rentan (1-3) ringan, (4-6) sedang, (7-9) berat O:
September 2020 dan (10) sangat yeri untuk mengukur skala - Klien tampak lemah.
nyeri. - Klien terbaring terlentang dengan
3. Mengatutur posisi tidur klien dengan nyaman. posisi nyaman.
4. Memberikan teknik relaksasi nafas dalam. - TTV :
Jam : 08:00 WIB - Mengajarkan klien dengan cara menarik TD : 120/80 mmHg
nafas dengan hdung dan menghembuskan S : 36,5˚C
lewat mulut. Mengulangi sampai ±15 kali N : 102x/Menit
dengan diselingi istirahat singkat setiap 5 RR : 20x/menit
kali. A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-4

33
32

Tanda Tangan
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
DX2 1. Mengidentifikasi kebutuhan keselamatan S : Klien mengatakan kepala masih terasa
2. Menyediakan alat bantu keamanan berputar-putar
3. Menggunakan perangkat pelindung (missal O :
- Klien tampak meringis
pengekangan fisik, rel samping)
Senin, 28 Wenie
- Tampak memegangi area kepala
September 2020 4. Memfasilitasi relokasi kelingkungan yang
- Uji kekutan tubuh (-)
aman
- Terpasang pengaman brankar
5. Mengjarkan individu, keluarga dan kelompok
- Klien didampingi keluarga
Jam : 09:30 WIB risiko tinggi bahaya lingkungan
- TTV :
TD : 120/80mmhg
S : 36,5˚C
N : 102x/Menit
RR : 20x/menit
A : Masalah belum teratasi.

P :pertahankan dan lanjutkan Intervensi 1-


5

35
33
34

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul / Pokok Bahasan : Vertigo


Waktu : 1 x 15 menit
Penyaji : Wenie
Target : Klien dan keluarga

1. Tujuan Penyuluhan Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 15 menit klien dan keluarga Ny. S
dapat memehami tentang Vertigo

2. Tujuan Penyuluhan Khusus


 Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga Ny. S dapat
menyebutkan pengertian vertigo dan penyebabnya dengan benar menurut
bahasa sendiri.
 Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga Ny. S dapat menjelaskan
gejala vertigo dengan benar minimal 2 poin.
 Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga Ny. S dapat
menyebutkan pencegahan vertigo dengan benar.
 Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga Ny. S dapat menjelaskan
latihan cara mengatasi vertigo.

3. Materi
a. Pengertian Vertigo
b. Penyebab Vertigo
c. Gejala Vertigo
d. Pencegahan Vertigo
e. Cara Mengatasi Vertigo
35

4. Kegiatan Penyuluhan
Jenis Kegiatan
No Waktu Tahapan
Penyuluh Klien
Mengucapkan Menjawab
1. 1 menit Pembukaan
salam salam
Apersepsi dan
menjelaskan Menjelaskan
2. 2 menit Menyimak
kegiatan yang Tujuan
akan dilakukan
Memperhatikan
3. 8 menit Kegiatan Inti Pembacaan materi

2,5 Bertanya hasil


4. Evaluasi Menjawab
menit penjelasan materi
Memberikan
1,5 kesimpulan dan Memperhatikan
5. Penutup
menit mengucapkan dan menjawab
salam

5. Media
Laeflet

6. Metode
Ceramah dan tanya jawab

7. Sumber
Scribd, oleh rizkyfilmi tahun 2015. Diakses pada tanggal 26 Desember 2019

8. Evaluasi
a. Sebutkan pengertian vertigo!
b. Jelaskan penyebab dan gejala vertigo minimal 2 poin!
c. Sebutkan pencegahan vertigo!
d. Uraikan cara mengatasi vertigo!
36

LAMPIRAN

MATERI PENYULUHAN

A. Definisi Vertigo
Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika terjadi disfungsi yang
cukup cepat dan asimetris sistem vestibuler perifer (telinga dalam).
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu
gejala, penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerakgerak
memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem
keseimbangan.
Vertigo adalah sensasi gerakan atau putar yang sering dijelaskan sebagai
perasaan kehilangan keseimbangan yang kadang disertai mual, rasa lemas dan
kebingingan mental .
Berdasarkan ketiga pengertian diatas vertigo adalah perasaan seolah-olah
penderita bergerak atau berputar yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan. Hal ini bisa berlangsung beberapa menit, sampai
beberapa jam, bahkan hari. Penderita vertigo merasa lebih baik jika berbaring
diam, namun demikian serangan vertigo bisa terus berlanjut meskipun
penderita tidak bergerak sama sekali.

B. Klasifikasi Vertigo
Vertigo dapat di klasifikasikan menjadi 2, yaitu vertigo vestibular dan non
vestibular. Vertigo vestibular adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan
system vestibular, sedangkan vertigo non vestibular adalah vertigo yang di
sebabkan oleh gangguan system visual dan somatosensori.
Karakteristik Vertigo vestibular Vertigo non vestibular
Waktu Episodik Konstan
Sifat vertigo Berputar Melayang
Faktor pencetus Gerakan kepala, perubahan Stress, hiperventilasi
posisi
Gejala penyerta Mual, muntah, tuli, tinitus Gangguan mata,
37

gangguan
somatosensorik

Vertigo vestibular selanjutnya dapat dibedakan menjadi vertigo vestibular


perifer dan sentral. Vertigo vestibular perifer adalah vertigo yang terjadi akibat
gangguan alat keseimbangan tubuh di labirin (telinga dalam) atau saraf cranial
VIII (saraf vestibulokoklear) difisi vestibular. Vertigo vestibular sentral adalah
vertigo yang terjadi akibat gangguan alat keseimbangan tubuh di system saraf
pusat, baik di pusat integrasi (serebelum dan batang otak) ataupun di area
persepsi (korteks). Penyebab vertigo sentral antara lain adalah perdarahan atau
iskemik di serebelum, nucleus vestibular, dan koneksinya di batang otak,
tumor di system saraf pusat, infeksi, trauma dan sklerosis multiple. Vertigo
yang disebabkan neuroma akustik juga termasuk dalam vertigo sentral.
Vertigo akibat gangguan di korteks sangat jarang terjadi, biasanya
menimbulkan gejala kejang parsial kompleks.
karakteristik v. vestibular perifer v. vestibular sentral
Onset Tiba-tiba, onset Perlahan, onset gradual
mendadak
Durasi Menit hingga jam Minggu hingga bulan
Frekwensi Biasanya hilang timbul Biasanya konstan
Intensitas Berat Sedang
Mual, muntah Tipikal Seringkali tidak ada
Diperparah perubahan Ya Kadang tidak berkaitan
posisi kepala
Usia pasien Berapapun, biasanya Usia lanjut
muda
Gangguan status mental Tidak ada atau kadang- Biasanya ada
kadang
Deficit nervi Tidak ada Kadang disertai ataksia
cranial/serebelum
pendengaran Seringkali berkurang Biasanya normal
atau dengan tinnitus

C. Etiologi Vertigo
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stress, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
38

sedikit atau banyak aliran darah ke otak, dan lain-lain. Tubuh merasakan
posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbagan yang
terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memilki saraf yang berhubungan
dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam
telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam
otaknya sendiri.
Penyebab umum dari vertigo :
1) Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2) Obat-obatan : alkohol dapat mempengaruhi system persyarafan.
3) Kelainan telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis semi sirkularis
di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
position vertigo (jenis vertigo yang menyerang dalam waktu yang singkat
tetapi bisa cukup berat yang terjadi secara berulang ulang. Vertigo ini
muncul setelah terserang infeksi virus atau adanya peradangan dan
kerusakan di daerah telinga tengah. Saat menggerakan kepala/menoleh
secara tiba-tiba maka gejalanya akan muncul), infeksi telinga bagian dalam
karena bakteri, labirintis, penyakit maniere, peradangan saraf vestibuler
herpes zoster.
4) Kelainan neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multiple, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persarafan atau keduanya.
5) Kelainan sikularis : gangguan fungsi otak semetara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada
arteri vertebral dan arteri basiler.
D. Manifestasi Klinis Vertigo
1. Pusing berputar
2. Kepala terasa ringan
3. Rasa terapung, terayun
4. Pucat, keringat dingin
5. Sempoyongan
6. Mual, muntah
7. Merasa sekelilingnya bergoyang
39

8. Berkeringat
9. Tinnitus
10. Nistagmus : pergerakan mata yang abnormal

E. Faktor Resiko Vertigo


Cedera kepala dapat meningkatkan resiko terjadinya vertigo, seperti juga
berbagai obat-obatan seperti beberapa obat anti kejang, obat tekanan darah tinggi,
antidepresants dan bahkan juga aspirin. Apa pun yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya stroke (tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, dan merokok)
dapat juga meningkatkan risiko terjadinya vertigo. Bagi beberapa orang, minum
alkohol dapat menyebabkan vertigo.

F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum mengalami vertigo, hal yang bisa
dilakukan untuk mencegah terjadinya vertigo berupa :
a) Mengindari kelelahan yang sangat pada mata, seperti menatap layar
computer seharian, kebiasaan membaca/menonton TV sambil
berbaring.
b) Tidur yang cukup, kepala lebih tinggi dari badan saat duduk maupun
berbaring. Jangan terlalu sejajar atau bahkan lebih tinggi dari badan
(menunduk), ggunaka bantal yang nyaman.
c) Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum berdiri
dari tempat tidur, sehingga gerak badan tidak terlalu drastis
d) Hindari mengambil barang yang terjatuh dengan menunduk,
sebaiknya lakukan dengan berjongkok terlebih dahulu.
e) Tidak mengkonsumsi alcohol.
f) Rajin olah raga dan melakukan olah pernafasan.
g) Terampil mengelola stress.
h) Mengkonsumsi air putih 10 gelas perhari.
i) Diet sehat, diet seimbang
2. Pencegahan Sekunder
40

Periksakan segera ke pusat pelayanan kesehatan atau tenaga medis


terdekat jika mengalami tanda dan gejala vertigo sehingga dapat ditentukan
diagnosa dini dan mendapatkan penanganan yang tepat sesuai dengan
penyebabnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi efek samping dan
komplikasi lebih lanjut.
Dan pada pencegahan sekunder dapat dilakukan pemeriksaan neurologis:
a. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Berikan pada posisi
demikian 20-30 detik. Pada kelainan vestibular hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali
lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada
kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata
terbuka maupun pada mata tertutup.
b. Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki/kanan diletakkan pada
ujung kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler
perjalananya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita
akan cendurung jatuh.
c. Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan
ditempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin sselama satu
menit .pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
meyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar
cakram: kepala dan dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan
bergerak kearah lesi denagn lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai dengan nistagamus dengan fase lambat kearah
lesi.

d. Metode Brand Darrof


41

Terapi metode Brand Darrof ini termasuk dalam pencegahan sekunder


dimana tujuannya untuk meningkattkan kemampuan serta
menanggulangi penyakit vertigo dengan latihan sebagai berikut:
a. Ambil posisi duduk.
b. Arahkan kepela ke kiri, jatuhkan lalu jatuhkan bada ke sisi kiri.
Masing-masing gerakan lamanya sekira satu menit menit, dapat
dilakukan berulang kali.
c. Untuk awal cukup 1-2 kali ke kanan, makin lama makin bertambah.

Metode Brand Darrof


e. Dengan latihan dan obat yang tepat terhadap penyebabnya, vertigo bisa
diatasi sehingga kualitas hidup penderita pulih. Beberapa golongan yang
sering digunakan :
1) Antihistamin
Contohnya : dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklasin. Obat
ini memiliki fungsi antivertigo, dengan efek samping mengantuk.
2) Betahistin
Fungsinya meningkatkan sirkulasi di telinga dalam dan mengatasi
gejala vertigo. Efek samping : gangguan di lambung.
3) Antagonis kalsium
4) Fenotiazine
Contoh obat : promethazine (phenergan), efektif mengatasi vertigo,
efek samping : mengantuk (sedasi).
42

3. Pencegahan Tersier
Lakukan kegiatan senam atau latihan yang dapat mengembalikan
kebugaran badan, konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, serta
hindari stress dan kelelahan yang dapat memperburuk kondisi vertigo. Hal
ini bertujuan untuk rehabilitasi dan peningkatan kualitas hidup penderita
vertigo.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi laboratorium dan imajing,
pemeriksaan lab : hemoglobin, dan gula darah. Imajing : CT Scan, untuk
mengidentifikasi adanya perdarahan, MRI, lebih sensitif mengidentifikasi
adanya iskemik. Elegtronistagmogram : untuk merekam gerakan mata
pada nistagmus, nistagmus dapat di analisis secara kuntitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Scribd, oleh rizkyfilmi tahun 2015. Diakses pada tanggal 26 Desember 2019

Suwono. 2006. Diagnosis Topik Neurologi. Jakarta : EGC

Davey, P. 2002. Gejala Neurologis Umum. Jakarta : Erlangga


43

Scrib oleh Medic sign Tahun 2012. Diakses pada Tanggal 26 Desember 2019

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Wenie
NIM :
44

Program Studi : S1 Keperawatan

Tanda Tangan
No Hari/Tgl/Waktu Catatan Pembimbing
Mhs Pembimbing
1.
45

DAFTAR PUSTAKA

Cerpianto, L. J. (2010). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. In


Edisi 6 (p. 28). Jakarta: EGC.

Dochterman, J. M., & Bulecheck, G. N. (2013). Nursing Intervention


Classification (NIC). Mosby: Edition.Missouri.

Ganong, F. W. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta: EGC.

Herdman, T. (2010). Defision and Classificatin. USA: Weley-Blackwell.

Moorhead, S., (2000).  Nursing Outcomes Classification (NOC) second Edition.


Missouri : Mosby

Ganong, F. William. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta :
EGC.
Marrilyn, E. Doengus. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Smelster, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai