OLEH :
( 2018.C.10a.0923 )
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “ Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.M Dengan Diagnosa Fraktur Tibia di ruang Sistem Muskoloskeletal
RSUD”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Nia Pristina,S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku coordinator Praktik Pra Klinik 2
Program Studi Sarjana Keperawatan
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
ii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................3
1.4 Manfaat...............................................................................................3
1.4.1 Untuk Mahasiswa......................................................................3
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.........................................................3
1.4.3 Untuk Institusi...........................................................................3
1.4.4 Untuk IPTEK.............................................................................3
iii
2.2.4 Implementasi Keperawatan......................................................21
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..............................................................21
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................23
3.1 Pengkajian...................................................................................23
3.2 Diagnosa.....................................................................................41
3.3 Intervensi.....................................................................................42
3.4 Implementasi...............................................................................46
3.5 Evaluasi.......................................................................................46
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu
retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan
otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi
retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun.
Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak
sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal
sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat
dibedakan menjadi:
2.1.3.1 Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
2.1.3.1.1Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan
2.1.3.1.2Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan
fraktur klavikula
9
2.1.4 Klasifikasi
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera, sedangkan
fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan
jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan
keparahannya (Black dan Hawks, 2014) :
2.1.4.1 Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal
2.1.4.2 Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang
2.1.4.3 Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada jaringan
lunak, saraf, tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3
harus sedera ditangani karena resiko infeksi.
Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:
2.1.4.1 Fraktur tertutup
Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka
pada bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak
berhubungan dengan bagian luar.
2.1.4.2 Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan
adanya luka pada daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan
dengan udara luar, biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak.
Tulang yang patah juga ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun
tidak semua fraktur terbuka membuat tulang menonjol keluar. Fraktur
10
BI B2 B3 B4 B6
Perubahan jaringan Perubahan jaringan Pergeseran fragmen Perubahan jaringan Perubahan jaringan Perubahan jaringan
sekitar sekitar tulang sekitar sekitar sekitar
Suplai O2 oleh darah Protein plasma hilang Reseptor nyeri Perdarahan MK : Hambatan
Mobilitas Kulit MK : Gangguan
integritas kulit
Edema Persepsi nyeri Kehilangan volume
Kebutuhan O2
cairan
Penekanan pembuluh
Takipnea, dispnea MK : Nyeri Akut Sebagai media
darah masuknya virus
MK : Kekurangan
penyebab infeksi
MK: Pola Napas perfusi jaringan Volume Cairan
tidak efektif
MK : Perfusi Perifer MK : Risiko Infeksi
tidak efektif
2.1.6 Manisfestasi Klinis (Tanda dan Gejala
2.1.7 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi fraktur. Komplikasi tergantung pada jenis cedera ,
usia klien, adanya masalah kesehatan lain (komordibitas) dan penggunaan obat
yang mempengaruhi perdarahan, seperti warfarin, kortikosteroid, dan NSAID.
Komplikasi yang terjadi setelah fraktur antara lain :
2.1.7.1 Cedera saraf
Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan cedera
dapat menyebabkan cedera saraf. Perlu diperhatikan terdapat pucat dan
tungkai klien yang sakit teraba dingin, ada perubahan pada kemampuan
15
terjadi. Biasanya diakibatkan oleh suplai darah yang tidak cukup dan
tekanan yang tidak terkontrol pada lokasi fraktur.
2.1.7.6 Penyatuan fibrosa
Jaringan fibrosa terletak diantara fragmen-fragmen fraktur.
Kehilangan tulang karena cedera maupun pembedahan meningkatkan
resiko pasien terhadap jenis penyatuan fraktur.
2.1.7.7 Sindroma nyeri regional kompleks
Sindroma nyeri regional kompleks merupakan suatu sindroma
disfungsi dan penggunaan yang salah yang disertai nyeri dan
pembengkakan tungkai yang sakit.
trauma servikal)
₋ Posisikan semi-Fowler atau Fowler Berikan
minum hangat
₋ Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
₋ Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
₋ Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
₋ Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
₋ Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
₋ Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
₋ Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
₋ Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu..
3 Gangguan Mobilitas Fisik b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7 Dukungan Ambulasi (SIKI I.06171 Hal.22)
jam dukungan ambulasi membaik dengan Tindakan
kerusakan struktur tulang
kriteria hasil : Observasi
1) Pergerakan ektremitas menigkat (5) ₋ Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
2) Kekuatan otot meningkat (5) lainnya
3) Rentang gerak ROM meningkat (5) ₋ Identifikasi toleransi fisik melakukan
4) Nyeri menurun (5) ambulasi
5) Kekakuan sendi menurun (5) ₋ Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
6) Gerakan terbatss menurun (5) sebelum memulai ambulasi
7) Kelemahan fisik menurun (5) ₋ Monitor kondisi umum selama melakukan
28
ambulasi
Terapeutik
₋ Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat, kruk)
₋ Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
pertu
₋ Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meringkatkan ambulasi
Edukasi
₋ Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
₋ Anjurkan melakukan ambulasi dini
₋ Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari temapt tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi
4 Gangguan integritas kulit b.d kasar, Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7 Perawatan Luka Bakar SIKI I.14565 hal.329
jam integritas kulit dan jaringan membaik Tindakan
permukaan kusam dan kering
dengan kriteria hasil : Observasi
1) Kerusakan jaringan menurun (5) ₋ Identifikasi penyebab luka bakar
2) Kerusakan lapisan kulit menurun (5) ₋ Identifikasi durasi terkena luka bakar dan
3) Nyeri menurun (5) riwayat penanganan luka sebelumnya
4) Perdarahan menurun (5) ₋ Monitor kondisi luka (mis. persentasi
5) Kemerahan menurun (5) ukuran luka, derajat luka, perdarahan,
6) Perfusi jaringan meningkat (5) wama dasar luka, infeksi, eksudat, bau
7) Tekstur membaik (5) luka, kondisi tepi luka)
Terapeutik
₋ Gunakan teknik aseptik selama merawat
luka
29
jika perlu
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
5 Perfusi perifer tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7 Manajemen sensasi perifer (SIKI I.06195
jam integritas kulit dan jaringan membaik Hal.218)
edema
dengan kriteria hasil : Tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7 Observasi
jam perfusi perifer membaik dengan kriteria ₋ Identifikasi penyebab perubahan sensasi
hasil : ₋ Identifikasi penggunaan alat pengikat,
8) Denyut nadiperifer meningkat (5) prostesis, sepatu, dan pakaian
9) Penyembuhan luka meningkat (5) ₋ Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
10) Edema perifer menurun (5) ₋ Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
11) Nyeri ekstermitas menurun (5) ₋ Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi
12) Kelemahan otot menurun (5) dan tekstur benda
13) Turgor kulit membaik (5) ₋ Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
14) Tekanan darah membaik (5) ₋ Monitor perubahan kulit
₋ Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik
₋ Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
₋ Anjurkan penggunaan termometer untuk
menguji suhu air
₋ Anjurkan penggunaan sarung tangan temal
saat memasak
₋ Anjurkan memakai sepatu lembut dan
bertumit rendah
31
Kolaborasi
₋ Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Kolabarasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
6 Ketidak seimbangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7 Manajemen Cairan (SIKI1.03098 hal.159)
jam keseimbangan cairan membaik dengan Tindakan
b.d menurunnya cairan intraseluler.
kriteria hasil : Observasi
1) Tekanan darah membaik (5) ₋ Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi,
2) Denyut nadi radial membaik (5) kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
3) Asupan cairan meningkat (5) kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
4) Kelembapan membran mukosa darah)
meningkat (5) ₋ Monitor berat badan harian
5) Edema menurun (5) ₋ Monitor berat badan sebelum dan sesudah
6) Dehidrasi menurun (5) dialisis
7) Turgor kulit membaik (5) ₋ Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(mis. hematokrit, Na, K, CI, berat jenis
urine, BUN)
₋ Monitor status hemodinamik (mis. MAP,
CVP, PAP, PCWP jika tersedia
Terapeutik
₋ Catat intake-output dan hitung balans
cairan 24 jam
₋ Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
₋ Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
7 Risiko infeksi b.d kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7 Manajemen Imunisasi/Vaksinasi(SIKI I.14508
jam Manajemen Imunisasi/Vaksinasi Hal.184)
integritas kulit
membaik dengan kriteria hasil : Tindakan
32
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn.T
Umur : 38 Thn
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Gojek
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : sudah menikah
Alamat : Pahandut
Tgl MRS : 24 November 2020
Diagnosa Medis : Fraktur os Tibia
bagian kaki kanan skala nyeri 6 lamanya nyeri ±5 menit. Kaki pasien
tampak dibalut dengan tensocrepe dan ferbam di sebelah kanan. keadaan
perban tampak berdarah dan luka pasien terdapat luka lembab, dengan
panjang luka ± 9 cm, kulit klien tampak merah. Dari observasi pasien
tampak meringis dan menahan nyeri, pasien beraktifitas dibantu keluarga.
pasien tampak terpasang infus RL dengan 20 gtt/ menit.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan post op kaki kanan 2 bulan yang lalu
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga.
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Garis Keturunan
= Tinggal serumah
= Klien ( Tn.T)
38
yang hilang
Injeksi Cefriaxson 2x1 gram /12 Jam Mengatasi berbagai infeksi
bakteri yang terjadi pada
tubuh.
Injeksi Naproxen 2x1 gram /12 Jam Meredakan nyeri, bengkak,
dan kemerahan akibat
peradangan
ANALISIS DATA
DO =
meransang neurotransmiter
- Pasien tampak meringis menahan
sakit
- Kaki pasien tampak dibalut dengan
tensocrepe dan ferbam di sebelah hipotalamus
kanan.
- keadaan perban tampak berdarah
- terdapat luka lembab,
- panjang luka ± 9 cm, reseptor nyeri
- kulit tampak merah
- TTV
- Suhu : 36,2 0C, persepsi nyeri
- N : 88 x/mt,
- RR : 26 x/mt,
- TD : 130/80 mmHg
nyeri akut
DO =
Pergeseran fragmen tulang
₋pasien beraktifitas dibantu keluarga
₋Kemampuan pergerakan sendi
Terbatas Nyeri
₋Nyeri di bagian kaki kanan
₋Bengkak Ekstermitas bawah bagian
kanan
Aktivitas terhambat
₋Ekstrimitas bawah 2/5,
₋Patah tulang, lokasi di bagian kaki
kanan, os tibia
- Nilai ADL 2 Hambatan Mobilitas Fisik
- RBC = 4,44 10^6/ul
47
₋ TTV
₋ Suhu : 36,2 0C,
₋ N : 88 x/mt,
₋ RR : 26 x/mt,
₋ TD : 130/80 mmHg
dirinya. Fraktur
DO =
Defisit pengetahuan
49
PRIORITAS MASALAH
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d Pasien mengatakan Nyeri post op
menusuk dan panas di bagian kaki kanan skala nyeri 6 dari (0-10), lamanya nyeri
±5 menit
Gangguan Mobilitas Fisik b.d kerusakan struktur tulang d.d pasien beraktifitas
dibantu keluarga, Kemampuan pergerakan sendi Terbatas, Nyeri di bagian kaki
kanan, Bengkak Ekstermitas bawah bagian kanan, Ekstrimitas bawah 2/5, , Patah
tulang, lokasi di bagian kaki kanan, os tibia, Nilai ADL 2
Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit Kaki pasien tampak dibalut dengan
tensocrepe dan ferban di sebelah kanan, keadaan perban tampak berdarah,
terdapat luka lembab, dengan panjang luka ± 9 cm, kulit klien tampak merah, kaki
pasien tampak bengkak, proses penyembuhan yang lama, RBC = 4,44 10^6/ul
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn . T
meningkat (5) dengan alat bantu (mis. tongkat, ambulasi dengan alat bantu
₋ Kekuatan otot meningkat (5) kruk) (mis. tongkat, kruk)
₋ Rentang gerak (5) 4) Fasilitasi melakukan mobilisasi 4) Fasilitasi melakukan mobilisasi
₋ Nyeri menurun (5) fisik, jika pertu fisik, jika pertu
₋ Gerakan terbatas menurun (5) 5) Libatkan keluarga untuk 5) Libatkan keluarga untuk
₋ Kelemahan fisik menurun (5) membantu pasien dalam membantu pasien dalam
meringkatkan ambulasi meringkatkan ambulasi
6) Jelaskan tujuan dan prosedur 6) Untuk mengetahui tujuan dan
ambulasi prosedur ambulasi
7) Anjurkan melakukan ambulasi 7) Anjurkan melakukan ambulasi
dini dini
8) Ajarkan ambulasi sederhana 8) Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis. yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari temapt tidur ke berjalan dari temapt tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi sesuai toleransi
Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Monitor tanda dan gejala infeksi 1) Monitor tanda dan gejala infeksi
kerusakan integritas 1x7 jam Manajemen Imunisasi lokal dan sistemik lokal dan sistemik
kulit /Vaksinasi membaik dengan kriteria 2) Batasi jumiah pengunjung 2) Batasi jumiah pengunjung
3) Berikan perawatan kulit pada
hasil : 3) Berikan perawatan kulit pada
area edema
area edema 4) Cuci tangan sebelum dan
₋ Nyeri menurun (5) 4) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
48
₋ Kebersihan diri meningkat (5) sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
₋ Kemerahan menurun (5) dan lingkungan pasien 5) Pertahankan teknik aseptik pada
₋ Bengkak menurun(5) 5) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
6) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
pasien berisiko tinggi
7) Ajarkan cara memeriksa kondisi
6) Jelaskan tanda dan gejala infeksi luka atau luka operasi
7) Ajarkan cara memeriksa kondisi 8) Kolaborasi Kolaborasi
luka atau luka operasi
pemberian imunisasi, jika perlu
8) Kolaborasi Kolaborasi
pemberian imunisasi, jika perlu
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Identifikasi kesiapan dan 1) Untuk mengetahui kesiapan dan
b.d kurangnya 1x7 jam tingkat pengetahuan membaik kemampuan menerima kemampuan menerima
terpapar informasi dengan kriteria hasil :
informasi informasi
₋ Pertanyaan tentang masalah 2) Identifikasi faktor-faktor yang 2) Untuk mengetahui faktor-faktor
yang di hadapi menurun (5)
dapat meningkatkan dan yang dapat meningkatkan dan
₋ Persepsi yang keliru terhadap
masalah menurun (5) menurunkan motivasi perilaku menurunkan motivasi perilaku
₋ Perilaku sesuai anjuran hidup hidup
meningkat (5)
3) Sediakan materi dan media 3) Sediakan materi dan media
₋ Kemampuan menjelaskan
tentang suatu topik meningkat pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
(5) 4) Jadwalkan pendidikan kesehatan 4) Jadwalkan pendidikan kesehatan
₋ Kemampuan menggambarkan
sesuai kesepakatan sesuai kesepakatan
pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topik meningkat 5) Berikan kesempatan untuk 5) Berikan kesempatan untuk
(5) bertanya bertanya
₋ Perilaku sesuai dengan 6) Jekaskan faktor risiko yang 6) Jekaskan faktor risiko yang
pengetahuan meningkat (5)
dapat mempengaruhi kesehatan dapat mempengaruhi kesehatan
49
50
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma dan tenaga fisik.
Kekuatan, sudut tenaga, keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut lengkap
atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi jika seluruh tulang patah
sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan
tulang. Fraktur adalah patah atau retak pada tulang yang utuh. Biasanya
fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa langsung dan trauma tidak
langsung
3.2 Saran
Setelah membaca dan memahami laporan ini, diharapkan kita
sebagai perawat dapat melakukan Asuhan Keperawatan kepada Tn. T
dengan Diagnosa Medis Fraktur os Tibia di Ruang sistem
muskoloskeletal RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
57
SAP KEGIATAN
PENDIDIKAN KESEHATAN FRAKTUR OS TIBIA
DI SISTEM MUSKOLOSKELETAL RSUD dr.
DORIS SYVANUS PALANGKA RAYA
OLEH
B. Tujuan Umum
Pada akhir proses penyuluhan, diharapkan semua peserta penyuluhan
mengerti dan memahami tentang Fraktur Tibia dan cara mengatasi,
mendeteksi, mencegah, dan cara mengobatinya.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Fraktur Tibia, diharapkan peserta
dapat:
1. Mengetahui tentang apa itu definisi Fraktur Tibia
2. Mengetahui tentang etiologi Fraktur Tibia
3. Mengetahui Macam-macam Fraktur Tibia Dextra
4. Mengetahui tentang manifestasi Fraktur Tibia
5. Mengetahui tentang komplikasi Fraktur Tibia
6. Mengetahui tentang Penatalaksaan Medis Fraktur Tibia
7. Mengetahui tentang Pertolongan Pertama Pada Fraktur Tibia
F. Media
1. Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
H. Evaluasi
61
MATERI PENYULUHAN
E. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi fraktur. Komplikasi tergantung pada jenis cedera
usia klien, adanya masalah kesehatan lain (komordibitas) dan penggunaan obat
yang mempengaruhi perdarahan, seperti warfarin, kortikosteroid, dan NSAID.
Komplikasi yang terjadi setelah fraktur antara lain :
1. Cedera saraf
Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan cedera
dapat menyebabkan cedera saraf. Perlu diperhatikan terdapat pucat dan
tungkai klien yang sakit teraba dingin, ada perubahan pada kemampuan
klien untuk menggerakkan jari-jari tangan atau tungkai. parestesia, atau
adanya keluhan nyeri yang meningkat.
2. Sindroma kompartemen
Kompartemen otot pada tungkai atas dan tungkai bawah dilapisi
oleh jaringan fasia yang keras dan tidak elastis yang tidak akan membesar
jika otot mengalami pembengkakan. Edema yang terjadi sebagai respon
terhadap fraktur dapat menyebabkan peningkatan tekanan kompartemen
yang dapat mengurangi perfusi darah kapiler. Jika suplai darah lokal tidak
dapat memenuhi kebutuhan metabolik jaringan, maka terjadi iskemia.
Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi gangguan sirkulasi yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan yang terjadi secara progresif
pada ruang terbatas. Hal ini disebabkan oleh apapun yang menurunkan
ukuran kompartemen.gips yang ketat atau faktor-faktor internal seperti
perdarahan atau edema. Iskemia yang berkelanjutan akan menyebabakan
pelepasan histamin oleh otot-otot yang terkena, menyebabkan edema lebih
besar dan penurunan perfusi lebih lanjut.
Peningkatan asam laktat menyebabkan lebih banyak metabolisme
anaerob dan peningkatan aliran darah yang menyebabakn peningkatan
tekanan jaringan. Hal ini akan mnyebabkan suatu siklus peningkatan
tekanan kompartemen. Sindroma kompartemen dapat terjadi dimana saja,
tetapi paling sering terjadi di tungkai bawah atau lengan. Dapat juga
ditemukan sensasi kesemutanatau rasa terbakar (parestesia) pada otot.
3. Kontraktur Volkman
65
Definisi Fraktur
Penyebab Tibia
fraktur dapat
Fraktur
dibedakanadalahmenjadi:
terputusnya
kontinuitas tulang dan ditetukan
• Cedera
sesuai jenis dantraumatik
luasnya, fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress
• Cedera langsung
yang lebih besar dari yang dapat
• Cedera tidak
diabsorpsinya. langsung
Fraktur dapat
disebabkan pukulan langsung,
• Fraktur
gerakan yang disebabkan
puntir mendadak, gaya
FRAKTUR TIBIA
remukkontraksi
dan bahkan kontraksi
keras ototyang
eksterm.
NAMA : ADITYA DWI mendadak
SAPUTRA • Fraktur patologik
NIM : 2018.C.10a.0923 • Tumor tulang
• Infeksi seperti
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA
RAYA SEKOLAH ostemielitis dapat terjadi
TINGGI ILMU KESEHATAN PROGAM
STUDI
SARJANA KEPERAWATAN
sebagai akibat infeksi
TAHUN 2019
akut atau dapat timbul
salah satu proses yang
progresif
70
8.Pergerakan abnormal
9.Shock hipovolemik hasil dari
hilangnya darah
10. Krepitasi.