Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS APENDISITIS

DISUSUN OLEH :

Nama : Febiyanti
Nim : (2018.C.10a.0935)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA.2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Febiyanti

NIM : 2018.C.10a.0935

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada pasien


dengan Diagnosa Medis Apendicitis.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra-klinik Keperawatan 2 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Yelstria Ulina Tarigan ,S.Kep.Ners.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
Rahmat dan Kuasanya-Nya Saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Apendisitis. Adapun tujuan
penulisan Laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Pra Klinik
II (PPKII )
Pada penulisan Laporan Pendahuluan ini penulisan menyadari adanya
Kekurangan ,oleh karena itu penulisan sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Laporan ini.

Palangka Raya, 10 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover
Lembar pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit 3
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Anatomi Fisiologi4
2.1.3 Etiologi 5
2.1.4 Klasifikasi 6
2.1.5 Patofisiologi (WOC) 7
2.1.6 Manifestasi Klinis 8
2.1.7 Komplikasi 9
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 10
2.1.9 Penataklasanaan Medis 10
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 25
2.2.1 Pengkajian Keperawatan 25
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 26
2.2.3 Intervensi Keperawatan 26
2.2.4 Implementasi Keperawatan 27
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 28
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 32
3.2 Diagnosa 34
3.3 Intevensi 38
3.4 Implementasi 46
3.5 Evaluasi 44
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing. Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya
(Sjamsuhidajat, 2010). Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Wijaya &
Putri, 2013). Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat
karena usus yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta
dalm system imun sektorik di saluran pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks
tidak menimbulkan efek fungsi system imun yang jelas. (syamsyuhidayat, 2005).
WHO (World Health Organization) menyebutkan insiden apendiksitis di Asia
dan Afrika pada tahun 2015 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi.
Penelitian Asif (2014), di RS Kharian Islamabad di negara Pakistan pada 220
penderita gejala abdomen akut, proporsi apendiksitis akut memiliki jumlah terbanyak
yaitu 21,4%. WHO (World Health Organization) menyebutkan insiden apendiksitis di
Asia dan Afrika pada tahun 2015 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi.
Penelitian Asif (2014), di RS Kharian Islamabad di negara Pakistan pada 220
penderita gejala abdomen akut, proporsi apendiksitis akut memiliki jumlah terbanyak
yaitu 21,4%. Dalam periode 2 tahun (1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2016) di
Sumatera Barat, khususnya menurut data rekam medis pasien RSUP Dr.M Djamil
Padang terdapat 199 kasus apendisitis.Perjalanan dari mulai timbulnya gejala menuju
perforasi terjadi begitu cepat. 20% kasus perforasi apendiks terjadi 48 jam, bahkan
dapat 36 jam setelah timbulnya gejala.
Pada era Globalisasi saat ini banyak orang yang memiliki pola kebiasaan makan
makanan yang seperti cepat saji, rendah serat ,dan juga makanan yang pedas – pedas.
Boleh kita lihat kebanyakan atau mayoritas yang mempunyai kebiasaan pola makan
yang tidak sehat itu pada remaja dan dewasa. Sedangkan dari dampak kebiasaan pola
makan yang tidak sehat itu sangat banyak dan bisa menyebabkan orang memiliki
penyakit kronik dan sampai meninggal dunia pada usia masih muda,salah satunya
penyakit yang marak terjadi dikalangan remaja dan dewasa pada saat ini yaitu
apendisitis.
Fenomena yang ada di rumah sakit menunjukan bahwa pasien di rumah sakit
mengalami berbagai masalah keperawatan diantaranya nyeri, kerusakan mobilitas,
resiko infeksi, cemas, bahkan gangguan dalam beribadah. Masalah tersebut harus di
antisipasi dan di atasi agar tidak terjadi komplikasi. Peran perawat sangat penting
dalam perawatan pasien pre dan post operasi terutama dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun asuhan
keperawatan dengan judul “ Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan diagnose medis Apendisitis di Ruang Pencernaan”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis membatasi penelitian
bagaimana pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Apendisitis.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 TujuanUmum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagai mana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Apendisitis.
1.3.2 Tujuan Khusus.
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit Apendisitis.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada pasien
Apendisitis.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnose
medis Apendisitis.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnose pada pasien dengan diagnose medis
Apendisitis.
1.3.2.5 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada pasien dengan diagnose medis
Apendisitis.
1.3.2.6 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada pasien dengan diagnose
medis Apendisitis.
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan diagnose medis
Fraktur Apendisitis.
1.3.2.8 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi pada pasien dengan diagnose
medis Apendisitis.

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman nyata dalam penatalaksanaan
keperawatan terhadap pasien dengan pasien dengan Apendisitis.
1.4.2 Untuk klien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengerti tentang penting nya mobilisasi pasien dengan
Apendisitis.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Dapat memberikan konsribusi untuk mengevaluasi program pengobatan
penyakit melalui upaya peningkatan kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Apendisitis adalah suatu proses obstruksi yang disebabkan oleh benda asing
batu feses kemudian terjadi proses infeksi dan disusul oleh peradangan dari apendiks
verivormis (Nugroho, 2011). Apendisitis merupakan peradangan yang berbahaya jika
tidak ditangani segera bisa menyebabkan pecahnya lumen usus (Williams & Wilkins,
2011). Apendisitis adalah suatu peradangan yang berbentuk cacing yang berlokasi
dekat ileosekal (Reksoprojo, 2010).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing. Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya
(Sjamsuhidajat, 2010). Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Wijaya &
Putri, 2013).
Jadi apendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang disebabkan karena
peradangan pada apendiks vermiformis yang merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering.

2.1.2 Anatomi Fisiologi


2.1.2.1 Anatomi Abdomen
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen
yang terbentuk dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium.
Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering
dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan horizontal
dan dua bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi dinding
anterior abdomen menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya
berjalan horizontal melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah
setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan
kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan hingga ke pertengahan
ligamentum inguinale. Regio abdomen tersebut adalah: hypocondriaca
dextra,epigastrica, hypocondriaca sinistra,lumbalis dextra, umbilical, lumbalis
sinistra, inguinalis dextra, pubica/hipogastrica, inguinalis sinistra.

1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung empedu,


sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan
kelenjar suprarenal kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan
sebagian dari hepar.
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian kaudal
pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar
suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal
kanan, sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah
duodenum, jejenum dan ileum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal
kiri, sebagian jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum
dan ureter kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus
(pada kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium
kiri.
2.1.2.2 Anatomi dan Fisiologi Apendiks
2.1.2.2.1 Anatomi
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira- kira
10 cm (4 inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat
dibawah katup ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia
anterior,medial dan posterior. Secara klinis, apendiks terletak pada daerah
Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan spina iliaka
anterior superior kanan dengan pusat. Lumennya sempit dibagian proksimal
dan melebar dibagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk
kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Persarafan
parasimpatis pada apendiks berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti
arteri mesentrika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan
simpatis berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada
apendisitis bermula disekitar umbilikus.
2.1.2.2.2 Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya
dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalam
apendiks bersifat basa mengandung amilase dan musin. Immunoglobulin
sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang
terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi.
Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun
tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan
jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya
tidak efektif dan lumennya cenderung kecil, maka apendiks cenderung menjadi
tersumbat dan terutama rentan terhadapinfeksi ( Sjamsuhidayat, 2005).

2.1.3 Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi faktor
penyebabnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus disamping
hyperplasia jaringan limfe, batu feses, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat juga
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis yaitu
erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.Histolytica (Sjamsuhidajat, 2010).

2.1.4 Patofisiologi
Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat peradangan
sebelumnya atau neoplasma. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen, tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema. Diaforesis bakteri dan ulserasi mukosa pada
saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Sekresi
mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan menyebabkan
vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan
yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di abdomen kanan bawah, keadaan ini disebut dengan apendisitis sukuratif akut.
Aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangrene stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
rapuh ini pecah akan terjadi apendisitis perforasi (Wijaya & Putri, 2013).
Penatalaksanaan medik pada klien apendiksitis yakni apendiktomi yaitu pembedahan
untuk mengangkat apendiks pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis
telah ditegakkan. Hal ini dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko
perforasi. Pilihan apendiktomi dapat Cito (segera) untuk apendisitis akut, abses dan
perforasi (Suratun & Lusianah, 2010). Pembedahan atau operasi adalah semua
tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini
umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani
ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan luka (Sjamsuhidajat, 2005). Sayatan atau luka yang dihasilkan merupakan
suatu trauma bagi penderita dan menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Akibat
dari prosedur pembedahan pasien akan mengalami gangguan rasa nyaman nyeri.
nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry,
2005). Sehingga terjadinya nyeri akut yang sering ditandai dengan tampak meringis,
bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri dan
diaforesis (PPNI, 2016).
Etilogi :
Penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda
asing, struktur karena fikosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma.

WOC Apendisitis
peningkatan tekanan intralumen

Aliran limfa tersumbat

edema

Inflamasi apendiks

APENDISITIS

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Iritasi jaras N. vagus Peningkatan akumulasi pus Respon inflamasi Metabolism meningkat
Iritasi jaras N. vagus Respon peradangan
diapendiks

Peningkatan vaskularisasi Aktivitas seluluer meningkat


bronkokontriksi Penurunan kecepatan dan Pelepasan mediator nyeri
kekuatan kerja jantung Peningkatan akumulasi pus
diapendiks Permeabilitas pembuluh darah
Penurunan ratio ventilasi Meransang nosiseptor pada meingkat Pemecahan karbohidrat,
CO Menurun ujung saraf bebas lemak, protein lebih
Perforasi apendiks banyak
Kapasitas difusi menurun Kebocoran cairan intravaskuler ke intersiel

Insufisiensi pengisian sistem Pengiriman impuls nyeri ke


Infeksi meluas ke vesica odema malaise
arteri medulla spinalis
Suplai oksigen menurun urinaria

Peningkatan tekanan intra abdominal


Kerja nafas meningkat Nyeri Menjalar ke RLQ MK: Intoleransi
Penurunan aliran darah sistemik abdomen sistitis
aktivitas
Penekanan gaster
dyspnea
MK: Gg. Perfusi Nyeri saat
MK: Nyeri Akut mikturasi Mual, muntah
Jarinngan
MK: Pola Nafas anoreksia
Tidak Efektif MK: Gg.
Eliminasi Urine
MK: Defisit nutrisi
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya AN dan Putri (2013), gejala-gejala permulaan pada
apendisitis yaitu nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilikus diikuti
anoreksia, nausea dan muntah, ini berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam
beberapa jam nyeri bergeser ke nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan
tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc. Burney,nyeri rangsangan
peritoneum tidak langsung, nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri
bawah ditekan, nyeri pada kuadran kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti
nafas dalam, berjalan, batuk, dan mengedan, nafsu makan menurun, demam yang
tidak terlalu tinggi, biasanya terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi
diare.

2.1.6 Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis menurut Nurafif & Kusuma (2013) terbagi menjadi
3 yaitu :
2.1.6.1 Apendisitis akut, radang mendadak di umbai cacing yang memberikan
tanda, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal.
2.1.6.2 Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang di perut bagian
kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini
terjadi bila serangan apendisitis akut pertama sembuh spontan.
2.1.6.3 Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah
lebih dari dua minggu (sumbatan di lumen apendiks, adanya jaringan parut
dan ulkus lama di mukosa), dan keluhan hilang setelah apendiktomi.

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi menurut Deden & Tutik (2010 ) yaitu :
2.1.7.1 Perforasi appendiks
Tanda – tanda perforasi yaitu meningkatnya nyeri,meningkatnya spasme
dinding perut kanan bawah, ileus,demam,malaise, dan leukositisis.
2.1.7.2 Peritonitis Abses Bila terbentuk abses appendik maka akan teraba massa
pada kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung pada rektum
atau vagina. jika terjadi perintonitis umum tidakan spesifik yang dilakukan
adalah operasi untuk menutup asal perforasi tersebut.
2.1.7.3 Dehidrasi.
2.1.7.4 Sepsis.
2.1.7.5 Elektrolit darah tidak seimbang.
2.1.7.6 Pneumoni.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


2.1.8.1 Laboratorium
Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak dengan
appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis berkisar antara
12.00018.000/mm3. Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the left)
dengan jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis. Jumlah
leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan appendicitis.
2.1.8.2 Pemeriksaan urinalisis
Membantu untuk membedakan appendicitis dengan pyelonephritis atau
batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat terjadi jika
inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter
2.1.8.3 Ultrasonografi
Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk
menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala appendicitis.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85% dan
spesifitasnya lebih dari 90%. Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis
appendicitis acuta adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau
lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix.
False positif dapat muncul dikarenakan infeksi sekunder appendix sebagai hasil
dari salphingitis atau inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat
muncul karena letak appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang terisi
banyak udara yang menghalangi appendix.
2.1.8.4 CT-Scan
CT Scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak jelas.sensitifitas dan
spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-pasien yang obesitas, presentasi klinis
tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai
pilihan test diagnostic. Diagnosis appendicitis dengan CT-scan ditegakkan jika
appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada diameternya. Dinding pada appendix
yang terinfeksi akan mengecil.

2.1.8   Penatalaksanaan Medik


Menurut sjamsuhidayat 2004 yaitu, apabila diagnosa sudah ditegakkan
maka tindakan yang paing tepat dilakukan adalah appendiktomi. Appendiktomi
merupakan pembedahan untuk mengangkat appedik yang dilakukan untuk
meurunkan perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan secara terbuka atau
laparoskopi. Appendiktomi terbuka dillakukan insisi McBurnney yang biasanya
dilakukan oleh para ahli. Pada appendissitis yang tanpa komplikasi maka tidak
perlu diberikan antibiotik, kecuali pada appendisitis perforata. Penundaan
tindakan bedah yang diberikan antibiotik dapat menimbulkan abses atau perforasi.
Terapi Farmakologis preoperatif antibiotik untuk menurunkan resiko infeksi
pascabedahan.

2.2 Manajemen Keperawatan


2.2.1 Pengkajian keperawatan
1) Identitas Klien
Nama,umur,jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, tanggal MRS, Diagnosa medis
2) Keluhan utama
Pada saat dikaji, pasien dengan appendisitis paling sering di temukan
adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan pasien seperti diremas remas ataupun
rasa nyeri seperti ditusuk tusuk.
3) Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Saat pengkajian, yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan
sampai dilakukan pengkajian. Keluhan pada saat dikaji pasien yang
telah menjalani operasi appendisitis pada umumnya mengeluh nyeri
pada luka operasi.
b. Riwayat penyakit sebelumnya
Tentang pengalaman penyakit sebelumnya, apakah berpengaruh pada
penderita penyakit yang diderita sekarang serta apakah pernah
mengalami pembedhan sebeluumnya
c. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga klien ada / tidak yang menderita penyakit keturunan
seperti hipertensi, Dm , tuberculosis atau penyakit lain yang sifatnya
menurun dan menular lainnya.

2.2.2 Pernafasan (B1: Breathing)


2.2.2.1 Inspeksi.Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan
serta penggunaan otot bantu nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat
udara yang tertangkap) atau bisa juga normo chest, penipisan massa otot,
dan pernapasan dengan bibir dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak
fektif dan penggunaan otot- otot bantu nafas (sternocleidomastoideus).
Pada tahap lanjut, dispnea terjadi saat aktivitas bahkan pada aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk
produktif dengan sputum purulen disertai demam mengindikasikan
adanya tanda pertama infeksi pernafasan.
2.2.2.2 Palpasi.Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.Perkusi.Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper
sonor sedangkan diafrgama menurun.Auskultasi. Sering didapatkan
adanya bunyi nafas ronchi dan wheezing sesuai tingkat beratnya
obstruktif pada bronkiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan kadar
oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang tinggi
(hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada waktunya, bahkan
gerakan ringan sekalipun seperti membungkuk untuk mengikat tali
sepatu, mengakibatkan dispnea dan keletihan (dispnea eksersorial). Paru
yang mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan
bronkiolus tidak dikosongkan secara efektif dari sekresi yang
dihasilkannya. Pasien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat
pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi terjadi, pasien mengalami mengi
yang berkepanjangan saat ekspirasi.
2.2.3 Kardiovaskuler (B2:Blood).
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi
takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak
mengalami pergeseran. Vena jugularis mungkin mengalami distensi
selama ekspirasi. Kepala dan wajah jarang dilihat adanya sianosis.
2.2.4 Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi
penyakit yang serius.
2.2.5 Perkemihan (B4: Bladder)
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan. Namun perawat perlu memonitor adanya oliguria
yang merupakan salah satu tanda awal dari syok
2.2.6 Pencernaan (B5: Bowel)
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak
nafsu makan. Kadang disertai penurunan berat badan.
2.2.7 Tulang, otot dan integument (B6: Bone).
Kerena penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien terlihat keletihan,
sering didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL
(Activity Day Living).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.1.3.1 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencidera fisik : prosedur operasi
(D.0077, Hal 172)
2.1.3.2 Gangguan Integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan
2.1.3.3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan
sumber informasi (D.0111, hal 246).
2.1.3.4 Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive (D.0142, Hal
304)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan ( Kriteria Hasil) Intervensi
1) Nyeri akut b.d agen pencidera fisik Setelah dilakukan tindakan keper selama Manajemen Nyeri ( I.08238 Hal 201)
: prosedur operasi 3x 7 jam diharapkan nyeri dapat Observasi
berkurang dengan KH : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
1) Keluhan nyeri menurun ( Skor 5 ) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
2) Meringis menurun ( Skor 5 ) nyeri.
3) Sikap protektif menurun ( Skor 5 ) 2. Identifikasi skala nyeri
4) Gelisah Menurun ( Skor 5 ) 3. Identifikasi respon nyeri verbal
5) Frekuensi nadi membaik ( Skor 5) Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmkologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruanganm pencahayaan, kebisingan)
3. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
3. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
4. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi pencegahan infeksi ( I.12406 Hal
selama 3x 7 jam diharapkan tingkat 80)
pengetahuan meningkat dengan KH : Observasi :
1. Perilaku sesuai dengan penegtahuan 1. Periksa kesiapan dan kemampuan
meningkat ( skor 5) menerima informasi
2. Pertanyaan tentang masalah yang Terapeutik :
dihadapi menurun ( skor 5) 1. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
3. Persepsi yang keliru terhadap memberikan pendidikan kesehatan
masalah menurun ( skor 5) sesuai kesepakatan dengan pasien
dan keluarga
2. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
local dan sistemik.
2. Ajarkan cara merawat kulit pada
area yang edema
3. Ajarkan cara memeriksaluka atau
luka operasi
2) Gangguan integritas kulit/Jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Integritas kulit (I.11353)
berhubungan dengan kurang terpapar selama 3x 7 jam diharapkan keutuhan Observasi
informasi tentang upaya kulit atau jaringan dapat terpenuhi dengan 1. Identifikasi penyebab gangguan
mempertahankan/melindungi integritas KH: integritas kulit
jaringan 1. Elastisitas meningkat Terapeutik
2. Hidrasi meningkat 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
3. Nyeri Menurun baring
4. Kemerahan Menurun 2. Gunakan produk berbahan petroleum
5. Jaringan parut menurun atau minyak pada kulit kering
6. Suhu kulit membaik 3. Gunakan produk berbahan
7. Tekstur membaik ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitive
4. Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
( mis, lotion, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrim
3) Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi ( I.14539 Hal 278)
prosedur invasif. selama 3x 7 jam diharapkan derajat infeksi Observasi
dapat menurun dengan KH: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
1. Demam menurun dan sistemik
2. Kemerehan menurun Terapeutik
3. Nyeri menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
4. Bengkak menurun 2. Berikan perawatan kulit pada area
5. Kultur area luka membaik edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
4. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
2.3.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana intervensi keperawatan yang selalu ditentukan untuk mengatasi
masalah keperawatan yang muncul.

2.3.5 Evaluasi keperawatan


Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dipersiapkan pada
tahap intervensi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Febiyanti
NIM : 2018.C.10a.0935
Ruang Praktek : Pencernaan
Tanggal Praktek : 10 Oktober 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 10 Oktober 2020 & Pukul 08.00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian dpada tanggal 24 Oktober 2020 Pukul
15.00 wib di ruang Pemcernaan didapatkan hasil nama Ny.S, Jenis
kelamin perempuan berusia 31 tahun, suku Jawa/Indonesia, agama islam,
pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, status perkawinan :
kawin, alamat Jl.Pasir Puti, Tewah. Masuk ke RSUD dr Doris Sylvanus
pada tanggal 16 Oktober 2020 dengan diagnosa medis appendisitis dengan
post appendiktomi.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Klien mengeluh “perut sebelah kanan saya terasa nyeri” hasil pengkajian
nyeri didapatkan P = nyeri pada saat beraktivitas maupun pada saat
beristirahat, Q = nyeri seperti disayat , R = Pada perut sebelah kanan
bagian bawah, S = skala nyeri 7 ( 1-10) T = nyeri dirasakan hilang timbul
dengan durasi ±10 menit.

3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pada tanggal 02 Oktober 2020 pukul 14.00 WIB dibawa ke RSUD dr
Doris Sylvanus Palangka Raya karena sudah 4 hari mengalami nyeri
perut, klien mengatakan sudah pernah merasakan nyeri dua bulan yang lalu
pada perut bagian kanan bawah kemudian diperiksakan di Puskemas
Tewah dan diberikan pengobatan rawat jalan. Pasien disarankan untuk
melakukan pengobatan di RSUD Kuala Kurun namun pasien tidak
melakukan pengobatan karena merasa nyeri perutnya sudah agak
berkurang, namun 2 bulan setelahnya klien kembali merasakan nyeri perut
hebat pada bagian kanan. Setelah 4 hari nyeri tak kunjung berkurang, klien
pun dibawa oleh suaminya ke RSUD dr Doris Sylvanus. Klien di diagnose
mengalami Apendisitis. Pada klien kemudian diberikan perawatan dan
dilakukan tindakan operasi.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan bahwa tidak pernah mengalami penyakit ini seelumnya
dan tidak pada riwayat operasi sebelumnya.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
yang sama yaitu anaknya yang enam bulan yang lalu operasi usus buntu,
dan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit keturunan dan
menular.
KELUARGA :

Keterangan :

= Laki – Laki

= Perempuan

= Pasien
= Tinggal Bersama
= Meninggal

2.1.3 Pemerikasaan Fisik


2.1.3.1 KeadaanUmum
Klien tampak sakit sedang,kesadaran composmethis ,tampak luka t post op
pada perut sebelah kanan bagian bawah,tampak terpasang infus RL pada
tangan sebelah kiri, klien terbaring dengan posisi telentang dan dapat
duduk, penampilan cukup rapi .
1.1.3.1 Status Mental
Tingkat kesadaran compos methis, ekpresi wajah nampak seperti menahan
sakit, bentuk badan sedang, cara berbaring terlentang, tidak dapat bergerak
bebas, berbicara jelas, suasana gelisah, penampilan cukup rapi. Fungsi
kognitif : pasien mengetahui waktu (pagi, sore, malam), pasien mampu
mengenal keluarga dan perawat ruangan, pasien mengetahui dirinya
berada di Rumah Sakit.

2.1.3.3 Tanda-tanda Vital


Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil ,Suhu : 37,8 ºC / Axila,
Nadi : 96x/menit, RR : 24x/menit, TD : 130/100 mmHg.
2.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil dada klien simetris, klien
tidak merokok, tidak ada batuk, tidak ada sianosis dan nyeri dada, tipe
pernafasan dada dan perut, irama pernafasan teratur, suara napas vesikuler
dan tidak ada bunyi nafas tambahan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.5 Cardiovaskuler (Bleeding)
Klien tidak merasa nyeri dada, kram kaki, pusat, pusing/sinkop, clubbing
finger, sianosis, sakit kepala, palpitasi, pingsan, capillary refill < 2 detik,
tidak ada oedema, tidak ada asites dengan lingkar peut 80 cm.Ictus cordis
tidak terlihat, vena jugularis tidak meningkat, dan suara jantung normal,
S1>S2; lub dub.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
2.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Penilaian kesadaran pada Tn. B di dapatkan nilai GCS : 15 dimana
E : 4 (membuka mata spontan), V : 5 (orientasi baik), M : 6 (mengikuti
perintah), Kesadaran composmethis, Pupil isokor, reflek cahaya kanan
positif (+) kiri positif(+). Terdapat nyeri pada perut bawah sebelah kanan
kanan.
Uji 12 saraf kranial : Nervus Kranial I : (Olfaktrius) klien dapat
membedakan bau parfum dan minyak kayu putih. Nervus Kranial II :
(Optikus) klien dapat melihat dengan jelas .Nervus Kranial III :
(Okulomotorius) pasien dapat menggerakan bola mata ke atas dan ke
bawah. Nervus Kranial IV : (Troklear) pasien dapat menggerakan bola
mata secara normal. Nervus Kranial V (Trigeminal) klien dapat
memejamkan mata. . Nervus Kranial VI : (Abdusen) : klien dapat
mengerutkan dahi. Nervus Kranial VII : (Facial) klien dapat menggerakan
alis . Nervus Kranial VIII : (Albitorius) klien dapat mendengar dengan
jelas. Nervus Kranial IX : (Glosofaringeal) pasien dapat membedakan rasa
asin, manis, dan pahit. Nervus Kranial X : (Vagus) Pasien mampu
menelan. Nervus Kranial XI : (Asesoris) pasien mampu mengangkat bahu
dan memegang kepala. Nervus Kranial XII (Hipoglosal) pasien dapat
menjulurkan lidah keluar.
Dari uji koordinasi didapatkan hasil : ekstermitas atas jari ke jari (+)
jari ke hidung (-), ekstermitas bawah tumit ke jempol kaki (+). Uji
kestabilan tubuh didapatkan hasil (-), refleks bisep (-), trisep (-),
brakioradialis (+), patella (+), Achilles (+),babinski (+).
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
2.1.3.7 Eliminasi Urine (Bladder)
Dari pengkajian pada klien tidak terpasang kateter, produksi urine 700
ml/7 jam, warna kuning, bau khas amoniak urin menetes.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
2.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Dari pengkajian didapatkan hasil bibir tampak kering, gigi lengkap, tidak
ada karies, gusi tidak bengkak, tidak ada lesi dan peradangan, lidah tidak
ada lesi dan peradangan, mukosa kering, tonsil tidak ada peradangan, BAB
1x sehari warna kuning lembek, bising usus 8x/menit, tidak teraba massa
atau benjolan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
2.1.3.9 Tulang Otot integumen (Bone)
Dari pengkajian yang dilakukan didapatkkan hasil kemampuan
pergerakkan sendi terbatas klien, tidak terdapat paralise,
hemiparese,krepitasi,flasiditas, spastisitas,kekakuan dan oedema, otot
tropi, kekuatan uji otot ekstremitas atas 5/5, kekuatan uji otot ekstremitas
bawah 5/3, dan tulang belakang normal
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut


Dari pengkajian didapatkan hasil klien tidak ada riwayat alergi obat,
tidak ada alergi makanan, tidak ada riwayat alergi kosmesik, suhu kulit
panas, warna kulit coklat , turgor normal, tekstur kulit kasar terdapat luka
post operasi di perut sebelah kanan bagian bawah , luka tampak
kemerahan dan edema, tidak ada jaringan parut, tekstur rambut kasar,
distribusi rambut jarang bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan : Resiko Infeksi
3.1.3.11 Sistem Pengindraan
Fungsi penglihatan baik, gerakkan bola mata normal, tidak ada visus,
scelera norma/putih, kornea bening, tidak ada nyeri. Dan tidak ada
keluhan lain, klien dapat mendengar dengan baik. bentuk hidung
simetris, tidak ada lesi, patensi, obstruksi, nyeri tekan sinus,
trensluminasi. Cavum nasal berwarna merah muda dengan integritas
baik, dan septum nasal baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak teraba, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjat tiroid tidak teraba,
mobilitas leher bebas.
2.1.3.13 Sistem Reproduksi
Tidak terpasang kateter, tidak ada kelainan genetalia, genetalia bersih
2.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
2.1.4.1 Presepsi terhadap kesehatan dan penyakit :
Klien mengatakan sehat itu sesuatu yang penting karna kesehatan klien
sangat penting bagi mereka.
2.1.4.2 Nutrisi dan Metabolisme
TB : 154 Cm
BB sekarang : 58Kg
BB Sebelum sakit : 59Kg
IMT : (58 : 2,37) = 24 (Normal)

Pola makan
Sesudah sakit Sebelum sakit
sehari-hari
Frekuensi Klien masih berpuasa 3x sehari
Porsi 1 porsi
Nafsu Makan Baik
Jenis Makanan Nasi.sayur,ikan
dll.
Jenis Minuman Air putih dan teh
hangat
Jumlah ± 1100-1500 CC
minum/cc/24 jam
Kebiasaan makan Masak sendiri
Keluhan/masalah Klien masih Tidak ada masalah
belum kentut post
op
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi
2.1.4.3 Pola istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : ± 2 jam dan tidur malam ± 7 jam
Sesudah sakit : ±2 jam dan tidur malam ± 4 jam
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.4.4 Kongnitif
Klien dan Keluarga tidak mengetahui kenapa luka bekas operasi tampak
merah dan membengkak
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
2.1.4.5 Konsep diri
Gambaran diri : Klien seorang yang sakit yang perlu perawatan
Ideal diri : Ingin cepat sembuh
Identitas Diri : Seorang istri, dan seorang ibu dari ke empat anaknya
Peran diri :Sebagai ibu rumah tangga , selama di rumah sakit klien
mengatakan tidak bisa melakukan dapat bekerja karena
masih sakit
Harga diri : klien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

2.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari


Sebelum sakit Sesudah sakit
Selama di rumah pasien sebagai Selama dirumah sakit klien hanya
ibu rumah tangga dan dapat berbaring ditempat tidur dan kadang
melakukan aktivas mencuci dan duduk,segala kebutuhan klien
memasak secara mandiri. Skala dibantu keluarga dan perawat. Skala
aktivitas : 1 (mandiri) aktivitas : 3 (memerlukan bantuan/
pengewasan/ bimbingan sederhana)
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2.1.4.7 Koping-Tolerasi terhadap stress
Koping individu baik,bila ada masalah cerita dengan istrinya
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
2.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Menganut agama islam,nilai keyakinan dengan tindakan medis tidak ada
pengaruhnya, pasien menerima tindakan medis
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan.
2.1.5 Sosial Spiritual
2.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien dapat berbicara dengan jelas
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
2.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Pasien menggunakan bahasa Banjar dan indonesia
2.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Baik dan Harmonis
2.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien menerima orang baru seperti perawat dan mampu bersosialisasi
dengan orang lain
2.1.5.5 Orang Penting / terdekat
Suami ,anak dan keluarga
2.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Berkumpul dan jalan bersama anak-anaknya
2.1.5.7 Kegiatan Beribadah
Klien selama sakit tidak pernah beribadah
2.1.6 Data Penunjang (Radiologis,Laboratorium,penunjang lainya)
a. Laboratorium
Tgl : 19/10/2020
No Paramter Hasil Satuan Nilai normal

1. WBC 19,5 u/l 4,0-10,0 u/l


2. Limfosit 11,0 % 20- 40
3. Albumin 2.0 g/dl 3,5-5,9 g/dl
4. MID 1.7 u/l
5. GRA 15,7 % 50-70
6. RBC 27 U/L 3,5-5,5
7. Hgb 12,53 (g/dl) ( 10.5 – 18.0 )
8. HCT 38,1 % ( 37.0- 48.0 )
9. MCV 93,6 % (90,0- 95.0)
10. MCHC 32,3 g/dl 32-40
11. RDW 12,8 % 11,5 -14,5
12. PLT 344 % 150-400
13. MPV 7,9 8-12

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Obat Dosis Rute Indikasi
Digunakan untuk
Inf. RL 20 tpm IV memenuhi kubutuan
cairan
Antibiotic menghentikan
Ciprofloxasin 500 mg 3x1 Oral
pertubuhan bakteri dan
mencegah infeksi
Digunakan untuk
Asam mefenamat 500 mg 3x1 Oral
meredakan nyeri
Digunakan sebelum
Ceptriaxon 2 x1 gr IM/IV operasi untuk mecegah
infeksi
Palangka Raya, 22 Oktober 2020
Mahasiswa

Febiyanti

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN


MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Nekrosis Apendiks Nyeri Akut
Klien mengatakan “ perut sebelah
kanan saya terasa nyeri pada saat Pembedahan
beraktivitas maupun pada saat
beristirahat, nyeri seperti disayat , Luka Insisi post
nyeri dirasakan hilang timbul pembedahan
dengan durasi ±10 menit.
DO = Nyeri saat ekstermitas
- Klien tampak meringis kanan digerakkan, saat
- Luka tampak bengkak beristirahat dan
- Klien Nampak gelisah beraktivitas
- Skala nyeri = 7 ( skala 1-10)
- TD = 130/90 mmHg
- N = 98x/menit.

DS : Pembedahan Gangguan Integritas


Klien mengatakan “Luka bekas
Kulit/Jaringan
operasi saya terasa nyeri dan Luka Insisi post
panas” pembedahan
DO :
- Terdapat luka melintang post Nyeri saat ekstermitas
operasi diperut kanan bagian kanan digerakkan, saat
bawah. beristirahat dan
- Luka tampak merah dan bengkak beraktivitas
- Kulit sekitar luka teraba hangat
- Luka terasa nyeri dengan skala Mobilitas menurun
nyeri = 7 (nyeri berat)
DS: Tindakan pembedahan Resiko Infeksi
Pasien mengatakan “ saya merasa
luka saya terasa panas”.
DO: Adanya luka terbuka
- Tampak adanya luka post op pada
perut bawah sebelah kanan
- Tampak adanya kemerahan pada Post de entri kuman
luka
- Tampak adanya pembengkakkan
pada luka
- Suhu = 37,8 ℃
- WBC = 19,5 ul
PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik : trauma dibuktikan dengan perut
sebelah kanan saya terasa nyeri pada saat beraktivitas maupun pada saat beristirahat,
nyeri seperti disayat , nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi ±10 menit. klien
Nampak gelisah ,Kaki sebelah kiri tampak bengkak , Skala nyeri 7 ( skala 1-10) , TD =
130/90 mmHg, Nadi = 96x/menit.

2. Gangguan integritas kulit/Jaringan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas jaringan dibuktikan dengan klien
mengatakan “Luka bekas operasi saya terasa nyeri dan panas”, Terdapat bekas luka
melintang post operasi diperut kanan bagian bawah, Luka tampak merah dan
bengkak,Kulit sekitar luka teraba hangat ,Luka terasa nyeri dengan skala nyeri = 7 (nyeri
berat).

3. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive ,luka terasa panas ,Adanya luka
terbukapost op pada perut bagian bawah sebelah kanan,Adanya kemerahan pada luka,
luka Nampak membengkak Suhu = 37,8℃
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan ( Kriteria Hasil) Intervensi
Nyeri akut b.d agen pencidera fisik : Setelah dilakukan tindakan keper 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
prosedur operasi selama 3x 7 jam diharapkan nyeri dapat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
berkurang dengan KH : nyeri.
1. Keluhan nyeri menurun ( Skor 5 ) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun ( Skor 5 ) 3. Identifikasi respon nyeri verbal
3. Sikap protektif menurun ( Skor 5 ) 4. Berikan teknik nonfarmkologis untuk
4. Gelisah Menurun ( Skor 5 ) mengurangi rasa nyeri
5. Frekuensi nadi membaik ( Nadi = 5. Kontrol lingkungan yang memperberat
60- 100 x/menit) rasa nyeri (mis. Suhu ruanganm
pencahayaan, kebisingan)
6. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
9. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
10. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
11. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Gangguan integritas kulit/Jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab gangguan
berhubungan dengan kurang terpapar keperawatan selama 3x 7 jam integritas kulit
informasi tentang upaya diharapkan keutuhan kulit atau jaringan 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
mempertahankan/melindungi integritas dapat terpenuhi dengan KH: baring
jaringan 8. Elastisitas meningkat 3. Gunakan produk berbahan petroleum
9. Hidrasi meningkat atau minyak pada kulit kering
10. Nyeri Menurun ( Skala nyeri = 1) 4. Gunakan produk berbahan
11. Kemerahan Menurun ringan/alami dan hipoalergik pada
12. Jaringan parut menurun kulit sensitive
13. Suhu kulit membaik ( Suhu 5. Hindari produk berbahan dasar
normal = 37℃) alcohol pada kulit kering
14. Tekstur membaik 6. Anjurkan menggunakan pelembab
( mis, lotion, serum)
7. Anjurkan minum air yang cukup
8. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrim
4) Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
prosedur invasif. keperawatan selama 3x 7 jam dan sistemik
diharapkan derajat infeksi dapat 2. Batasi jumlah pengunjung
menurun dengan KH: 3. Berikan perawatan kulit pada area
1) Demam menurun ( Suhu normal edema
= 37℃) 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
2) Kemerahan menurun kontak dengan pasien dan lingkungan
3) Nyeri menurun ( Skala nyeri = 1) pasien
4) Bengkak menurun 5. Pertahankan teknik aseptic pada
5) Kultur area luka membaik pasien beresiko tinggi
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
8. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
9. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
10. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari / Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Tanggal Jam Nama Perawat
22 Oktober Dx I : S : Klien Mengatakan nyeri masih Febiyanti
2020 terasa namun sudah agak berkurang
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
07.00 WIB durasi, frekuensi, kualitas, intensitas O :
nyeri. - Muka masih tampak meringis
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Luka masih Nampak bengkak
3. Mengidentifikasi respon nyeri verbal - Skala nyeri = 5 ( Skala 1-10)
4. Memberikan teknik nonfarmkologis - Klien Nampak masih bersikap
untuk mengurangi rasa nyeri protektif ( Skor 4 )
5. Mengontrol lingkungan yang - Gelisah Nampak berkurang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ( Skor 5 )
ruanganm pencahayaan, kebisingan) - Nadi = 86x/menit
6. Menjelaskan strategi meredakan nyeri - TD =100/80 mmHg
7. Menganjurkan memonitor nyeri secara A: Masalah teratasi sebagian
mandiri P : lanjutkan intervensi No 4,5,6,9, 10
8. Menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
9. Mengajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
10. Berkolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
24 Oktober Dx II: S=
2020 Pasien mengatakan “kulit saya
1. Mengidentifikasi penyebab gangguan
tidak tidak terasa kering lagi”
13. 00 WIB integritas kulit O=
- Asupan cairan meningkat
2. Mengubah posisi tiap 2 jam jika tirah - Bibir Nampak tidak kering
baring - Pasien Nampak tidak
menggalami dehidrasi
3. Menggunakan produk berbahan - Membrane mukosa Lembab
petroleum atau minyak pada kulit kering - Turgor kulit membaik
A = Masalah teratasi sebagian
4. Menggunakan produk berbahan P = Lanjutkan intervensi No 5,6,7
Febiyanti
ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitive
5. Menghindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
6. Menganjurkan menggunakan pelembab
( mis, lotion, serum)
7. Menganjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrim

22 Oktober Dx III : S : klien mengatakan masih luka saya Febiyanti


2020 1. Memonitoring tanda dan gejala infeksi masih bengkak.
13. 00 WIB local dan sistemik O:
2. Membatasi jumlah pengunjung - Suhu = 36,7 ℃
3. Memberikan perawatan kulit pada area - Luka masih tampak
edema Kemerahan
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah - Bengkak tampak berkurang
kontak dengan pasien dan lingkungan - Kultur area luka cukup
pasien membaik (
5. Mempertahankan teknik aseptic pada - Skala nyeri = 6 ( Skala 1-10)
pasien beresiko tinggi A : Masalah teratasi sebagian
6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi P : lanjutkan intervensi No 3,4,5,dan 9
7. Mengajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
8. Mengajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
9. Berkolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13.Jakarta: EGC

Perry & Potter. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Vol. 1. Edisi 4.Jakarta:EGC

Perry & Potter. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 3


Ed.7.Jakarta:EGC

Sarwadi & Erwanto.2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia


Cerdas

Anda mungkin juga menyukai