DISUSUN OLEH :
Nama : Febiyanti
Nim : (2018.C.10a.0935)
Nama : Febiyanti
NIM : 2018.C.10a.0935
Pembimbing Akademik
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
Rahmat dan Kuasanya-Nya Saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Apendisitis. Adapun tujuan
penulisan Laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Pra Klinik
II (PPKII )
Pada penulisan Laporan Pendahuluan ini penulisan menyadari adanya
Kekurangan ,oleh karena itu penulisan sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Laporan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Lembar pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit 3
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Anatomi Fisiologi4
2.1.3 Etiologi 5
2.1.4 Klasifikasi 6
2.1.5 Patofisiologi (WOC) 7
2.1.6 Manifestasi Klinis 8
2.1.7 Komplikasi 9
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 10
2.1.9 Penataklasanaan Medis 10
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 25
2.2.1 Pengkajian Keperawatan 25
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 26
2.2.3 Intervensi Keperawatan 26
2.2.4 Implementasi Keperawatan 27
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 28
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 32
3.2 Diagnosa 34
3.3 Intevensi 38
3.4 Implementasi 46
3.5 Evaluasi 44
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing. Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya
(Sjamsuhidajat, 2010). Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Wijaya &
Putri, 2013). Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat
karena usus yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta
dalm system imun sektorik di saluran pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks
tidak menimbulkan efek fungsi system imun yang jelas. (syamsyuhidayat, 2005).
WHO (World Health Organization) menyebutkan insiden apendiksitis di Asia
dan Afrika pada tahun 2015 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi.
Penelitian Asif (2014), di RS Kharian Islamabad di negara Pakistan pada 220
penderita gejala abdomen akut, proporsi apendiksitis akut memiliki jumlah terbanyak
yaitu 21,4%. WHO (World Health Organization) menyebutkan insiden apendiksitis di
Asia dan Afrika pada tahun 2015 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi.
Penelitian Asif (2014), di RS Kharian Islamabad di negara Pakistan pada 220
penderita gejala abdomen akut, proporsi apendiksitis akut memiliki jumlah terbanyak
yaitu 21,4%. Dalam periode 2 tahun (1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2016) di
Sumatera Barat, khususnya menurut data rekam medis pasien RSUP Dr.M Djamil
Padang terdapat 199 kasus apendisitis.Perjalanan dari mulai timbulnya gejala menuju
perforasi terjadi begitu cepat. 20% kasus perforasi apendiks terjadi 48 jam, bahkan
dapat 36 jam setelah timbulnya gejala.
Pada era Globalisasi saat ini banyak orang yang memiliki pola kebiasaan makan
makanan yang seperti cepat saji, rendah serat ,dan juga makanan yang pedas – pedas.
Boleh kita lihat kebanyakan atau mayoritas yang mempunyai kebiasaan pola makan
yang tidak sehat itu pada remaja dan dewasa. Sedangkan dari dampak kebiasaan pola
makan yang tidak sehat itu sangat banyak dan bisa menyebabkan orang memiliki
penyakit kronik dan sampai meninggal dunia pada usia masih muda,salah satunya
penyakit yang marak terjadi dikalangan remaja dan dewasa pada saat ini yaitu
apendisitis.
Fenomena yang ada di rumah sakit menunjukan bahwa pasien di rumah sakit
mengalami berbagai masalah keperawatan diantaranya nyeri, kerusakan mobilitas,
resiko infeksi, cemas, bahkan gangguan dalam beribadah. Masalah tersebut harus di
antisipasi dan di atasi agar tidak terjadi komplikasi. Peran perawat sangat penting
dalam perawatan pasien pre dan post operasi terutama dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun asuhan
keperawatan dengan judul “ Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan diagnose medis Apendisitis di Ruang Pencernaan”.
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman nyata dalam penatalaksanaan
keperawatan terhadap pasien dengan pasien dengan Apendisitis.
1.4.2 Untuk klien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengerti tentang penting nya mobilisasi pasien dengan
Apendisitis.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Dapat memberikan konsribusi untuk mengevaluasi program pengobatan
penyakit melalui upaya peningkatan kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi faktor
penyebabnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus disamping
hyperplasia jaringan limfe, batu feses, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat juga
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis yaitu
erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.Histolytica (Sjamsuhidajat, 2010).
2.1.4 Patofisiologi
Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat peradangan
sebelumnya atau neoplasma. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen, tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema. Diaforesis bakteri dan ulserasi mukosa pada
saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Sekresi
mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan menyebabkan
vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan
yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di abdomen kanan bawah, keadaan ini disebut dengan apendisitis sukuratif akut.
Aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangrene stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
rapuh ini pecah akan terjadi apendisitis perforasi (Wijaya & Putri, 2013).
Penatalaksanaan medik pada klien apendiksitis yakni apendiktomi yaitu pembedahan
untuk mengangkat apendiks pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis
telah ditegakkan. Hal ini dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko
perforasi. Pilihan apendiktomi dapat Cito (segera) untuk apendisitis akut, abses dan
perforasi (Suratun & Lusianah, 2010). Pembedahan atau operasi adalah semua
tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini
umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani
ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan luka (Sjamsuhidajat, 2005). Sayatan atau luka yang dihasilkan merupakan
suatu trauma bagi penderita dan menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Akibat
dari prosedur pembedahan pasien akan mengalami gangguan rasa nyaman nyeri.
nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry,
2005). Sehingga terjadinya nyeri akut yang sering ditandai dengan tampak meringis,
bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri dan
diaforesis (PPNI, 2016).
Etilogi :
Penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda
asing, struktur karena fikosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma.
WOC Apendisitis
peningkatan tekanan intralumen
edema
Inflamasi apendiks
APENDISITIS
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Iritasi jaras N. vagus Peningkatan akumulasi pus Respon inflamasi Metabolism meningkat
Iritasi jaras N. vagus Respon peradangan
diapendiks
2.1.6 Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis menurut Nurafif & Kusuma (2013) terbagi menjadi
3 yaitu :
2.1.6.1 Apendisitis akut, radang mendadak di umbai cacing yang memberikan
tanda, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal.
2.1.6.2 Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang di perut bagian
kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini
terjadi bila serangan apendisitis akut pertama sembuh spontan.
2.1.6.3 Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah
lebih dari dua minggu (sumbatan di lumen apendiks, adanya jaringan parut
dan ulkus lama di mukosa), dan keluhan hilang setelah apendiktomi.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi menurut Deden & Tutik (2010 ) yaitu :
2.1.7.1 Perforasi appendiks
Tanda – tanda perforasi yaitu meningkatnya nyeri,meningkatnya spasme
dinding perut kanan bawah, ileus,demam,malaise, dan leukositisis.
2.1.7.2 Peritonitis Abses Bila terbentuk abses appendik maka akan teraba massa
pada kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung pada rektum
atau vagina. jika terjadi perintonitis umum tidakan spesifik yang dilakukan
adalah operasi untuk menutup asal perforasi tersebut.
2.1.7.3 Dehidrasi.
2.1.7.4 Sepsis.
2.1.7.5 Elektrolit darah tidak seimbang.
2.1.7.6 Pneumoni.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian dpada tanggal 24 Oktober 2020 Pukul
15.00 wib di ruang Pemcernaan didapatkan hasil nama Ny.S, Jenis
kelamin perempuan berusia 31 tahun, suku Jawa/Indonesia, agama islam,
pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, status perkawinan :
kawin, alamat Jl.Pasir Puti, Tewah. Masuk ke RSUD dr Doris Sylvanus
pada tanggal 16 Oktober 2020 dengan diagnosa medis appendisitis dengan
post appendiktomi.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Klien mengeluh “perut sebelah kanan saya terasa nyeri” hasil pengkajian
nyeri didapatkan P = nyeri pada saat beraktivitas maupun pada saat
beristirahat, Q = nyeri seperti disayat , R = Pada perut sebelah kanan
bagian bawah, S = skala nyeri 7 ( 1-10) T = nyeri dirasakan hilang timbul
dengan durasi ±10 menit.
Keterangan :
= Laki – Laki
= Perempuan
= Pasien
= Tinggal Bersama
= Meninggal
Pola makan
Sesudah sakit Sebelum sakit
sehari-hari
Frekuensi Klien masih berpuasa 3x sehari
Porsi 1 porsi
Nafsu Makan Baik
Jenis Makanan Nasi.sayur,ikan
dll.
Jenis Minuman Air putih dan teh
hangat
Jumlah ± 1100-1500 CC
minum/cc/24 jam
Kebiasaan makan Masak sendiri
Keluhan/masalah Klien masih Tidak ada masalah
belum kentut post
op
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi
2.1.4.3 Pola istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : ± 2 jam dan tidur malam ± 7 jam
Sesudah sakit : ±2 jam dan tidur malam ± 4 jam
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.4.4 Kongnitif
Klien dan Keluarga tidak mengetahui kenapa luka bekas operasi tampak
merah dan membengkak
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
2.1.4.5 Konsep diri
Gambaran diri : Klien seorang yang sakit yang perlu perawatan
Ideal diri : Ingin cepat sembuh
Identitas Diri : Seorang istri, dan seorang ibu dari ke empat anaknya
Peran diri :Sebagai ibu rumah tangga , selama di rumah sakit klien
mengatakan tidak bisa melakukan dapat bekerja karena
masih sakit
Harga diri : klien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
Febiyanti
ANALISIS DATA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik : trauma dibuktikan dengan perut
sebelah kanan saya terasa nyeri pada saat beraktivitas maupun pada saat beristirahat,
nyeri seperti disayat , nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi ±10 menit. klien
Nampak gelisah ,Kaki sebelah kiri tampak bengkak , Skala nyeri 7 ( skala 1-10) , TD =
130/90 mmHg, Nadi = 96x/menit.
3. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive ,luka terasa panas ,Adanya luka
terbukapost op pada perut bagian bawah sebelah kanan,Adanya kemerahan pada luka,
luka Nampak membengkak Suhu = 37,8℃
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan ( Kriteria Hasil) Intervensi
Nyeri akut b.d agen pencidera fisik : Setelah dilakukan tindakan keper 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
prosedur operasi selama 3x 7 jam diharapkan nyeri dapat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
berkurang dengan KH : nyeri.
1. Keluhan nyeri menurun ( Skor 5 ) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun ( Skor 5 ) 3. Identifikasi respon nyeri verbal
3. Sikap protektif menurun ( Skor 5 ) 4. Berikan teknik nonfarmkologis untuk
4. Gelisah Menurun ( Skor 5 ) mengurangi rasa nyeri
5. Frekuensi nadi membaik ( Nadi = 5. Kontrol lingkungan yang memperberat
60- 100 x/menit) rasa nyeri (mis. Suhu ruanganm
pencahayaan, kebisingan)
6. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
9. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
10. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
11. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Gangguan integritas kulit/Jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab gangguan
berhubungan dengan kurang terpapar keperawatan selama 3x 7 jam integritas kulit
informasi tentang upaya diharapkan keutuhan kulit atau jaringan 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
mempertahankan/melindungi integritas dapat terpenuhi dengan KH: baring
jaringan 8. Elastisitas meningkat 3. Gunakan produk berbahan petroleum
9. Hidrasi meningkat atau minyak pada kulit kering
10. Nyeri Menurun ( Skala nyeri = 1) 4. Gunakan produk berbahan
11. Kemerahan Menurun ringan/alami dan hipoalergik pada
12. Jaringan parut menurun kulit sensitive
13. Suhu kulit membaik ( Suhu 5. Hindari produk berbahan dasar
normal = 37℃) alcohol pada kulit kering
14. Tekstur membaik 6. Anjurkan menggunakan pelembab
( mis, lotion, serum)
7. Anjurkan minum air yang cukup
8. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrim
4) Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
prosedur invasif. keperawatan selama 3x 7 jam dan sistemik
diharapkan derajat infeksi dapat 2. Batasi jumlah pengunjung
menurun dengan KH: 3. Berikan perawatan kulit pada area
1) Demam menurun ( Suhu normal edema
= 37℃) 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
2) Kemerahan menurun kontak dengan pasien dan lingkungan
3) Nyeri menurun ( Skala nyeri = 1) pasien
4) Bengkak menurun 5. Pertahankan teknik aseptic pada
5) Kultur area luka membaik pasien beresiko tinggi
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
8. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
9. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
10. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
Perry & Potter. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Vol. 1. Edisi 4.Jakarta:EGC