Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“TENTANG SARS”

Disusun Oleh :

1. Amanda Shakira Anindya Kamal

2. Anggita Dwi Rahayu

3. Dhea Mutiara

4. Dina Fauziyah

5. Hasnudin

6. Inka Bintang Febiola

7. Kuni Nabila

8. Rahmi Hoiriah

9. Siti Nurasiah

STIKES RAFLESIA DEPOK 2020/2021

Jl. Mahkota Raya 32-B, Komplek Pondok Duta, Tugu, Cimanggis, Kota Depok, Jawa
Barat

16451, Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “SARS” untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH .
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
2. Orang tua yang senantiasa mendukung dan memberi semangat
3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.
Daftar isi

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH………………..1
“TENTANG SARS”..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
Daftar isi................................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG.......................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................5
TUJUAN MASALAH.......................................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
DEFINISI..........................................................................................................................................7
EPIDEMIOLOGI..............................................................................................................................8
ETIOLOGI........................................................................................................................................9
MANIFESTASI KLINIS.................................................................................................................10
PATOFISIOLOGI...........................................................................................................................11
KOMPLIKASI................................................................................................................................12
Penatalaksanaan...............................................................................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................................14
Pengkajian...................................................................................................................................14
Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................................................15
Diagnosa Keperawatan................................................................................................................15
Intervensi Keperawatan...............................................................................................................15
Implementasi Keperwatan...........................................................................................................25
Evaluasi........................................................................................................................................25
BAB III................................................................................................................................................26
PENUTUP...........................................................................................................................................26
Kesimpulan......................................................................................................................................26
Saran................................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pada tahun 2003 badan kesehatan dunia WHO (World Health Organisation)
mengeluarkan suatu peringatan ke seluruh dunia tentang adanya suatu penyakit yang
disebutnya sebagai sindrom penapasan akut parah (dalam bahasa inggris : SARS -
Severe Acute Respiratory Syndrome). Penyakit ini digambarkan sebagai radang paru
(pneumonia) yang berkembang secara sangat cepat, progresif dan seringkali bersifat
fatal, dan diduga berawal dari suatu propinsi di Cina Utara yaitu propinsi Guang
Dong. Sekitar tahun 2002, dilaporkan dari propinsi Guangdong, Cina, adanya
penderita-penderita yang mengalami radang paru yang atipikal dan sangat gawat serta
tingkat penularannya tinggi. Kausa penyakit ini tidak diketahui. Pada tanggal 26
Pebruari 2003, seorang penderita (kasus indeks) dirawat di sebuah rumah sakit di
Hanoi, Vietnam, dengan demam tinggi, batuk-batuk kering, mialgia, dan sakit
tenggorok ringan. Empat hari kemudian, penderita ini mulai mengalami kesulitan
bernapas, menunjukan trombositopenia berat, dan tanda-tanda sindrom gangguan
pernapasan (respiratory distress syndrome) sehingga memerlukan alat bantu
pernapasan (ventilator). Meskipun telah diberikan terapi yang intensif, penderita
meninggal pada tanggal 13 Maret 2003 setelah dipindahkan ke rumah sakit di
Hongkong. Penderita ini datang ke Hanoi setelah berkunjung ke Shanghai dan
Hongkong.
Pada tanggal 5 Maret 2003, tujuh petugas kesehatan yang pernah merawat
kasus indeks tersebut menderita penyakit yang sama. Penyakit tersebut timbul 4-7 hari
setelah kasus indeks tersebut masuk ke rumah sakit untuk dirawat. Sekitar dua
minggu kemudian, telah tercatat 43 kasus, 5 di antaranya membutuhkan ventilator dan
dua meninggal. Kekuatiran lainnya adalah masih belum diketahui secara pasti cara
peneyebaran virus tersebut. Memang penularannya dari orang ke orang melalui udara
(droplets, sneeze atau cough), feses, dan toilet yang terinfeksi. Masih menjadi
pertanyaan berapa lama virus mampu bertahan hidup di lingkungan (door handles,
countertops). Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa coronavirus mampu
bertahan hidup di luar tubuh manusia sampai satu minggu. Kerja sama yang
dikoordinasi oleh WHO yang mengikut sertakan sejumlah laboratorium di berbagai
negara telah memberikan hasil yang relatif sangat cepat dalam mengidentifikasi
penyebab dari SARS. Pada saat yang hampir bersamaan, laboratorium di Kanada dan
Pusat Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (Center for
Disease Control/CDC) menyatakan bahwa suatu jenis coronavirus adalah penyebab
dari SARS.
Meskipun dalam beberapa dekade terakhir dari abad yang lalu terdapat
beberapa penyakit baru yang timbul, SARS harus ditanggapi sebagai suatu ancaman
yang serius terhadap kesehatan internasional. Jika virus SARS bertahan pada
keadaannya seperti sekarang yaitu patogenitasnya yang tinggi serta penyebarannya
yang sangat cepat, maka SARS dapat menjadi penyakit baru yang pertama pada abad
21 ini dengan keganasan yang tinggi dan potensi epidemik global. Gejala SARS
diketahui berupa malaise, mialgia, demam dan dengan cepat diikuti gejala pernafasan
berupa batuk disertai kesulitan bernafas. Dapat juga disertai dengan diare. Gejala-
gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan viraemia, 10 hari setelah
onset. Oleh karena itu, SARS harus cepat ditanggapi karena termasuk suatu ancaman
yang serius terhadap kesehatan internasional. Jika virus SARS bertahan pada
keadaannya seperti sekarang serta penyebarannya yang sangat cepat, maka SARS
dapat menjadi penyakit baru dengan keganasan yang tinggi dan potensi epidemik
global.

RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui definisi penyakit SARS?
2. Mengetahui etiologi penyakit SARS?
3. Menjelaskan patofisiologi penykit SARS?
4. Mengetahui Pathway SARS?
5. Mengetahui tanda dan gejala penyakit SARS?
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada penyakit SARS?
7. Mengetahui penatalaksanaan pada penyakit SARS?
8. Mengetahui komplikasi pada penyakit SARS?
9. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit SARS?
10. Mengetahui perencanaan keperawatan pada penyakit SARS?

TUJUAN MASALAH
1. Mamahami mengenai penyakit SARS secara ilmiah
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada penderita SARS
BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI
Sindrom Pernapasan Akut Berat (bahasa Inggris: Severe Acute Respiratory
Syndrome, SARS) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia. SARS pertama kali
muncul pada November 2002 di provinsi Guang Dong, Tiongkok. SARS sekarang
dipercayai disebabkan oleh virus SARS. Sekitar 10% dari penderita SARS meninggal
dunia. SARS (severe Acute Respiratory Syndrome) yang dikenal juga sebagi
pneumonia atorpik adalah infeksi virus saluran napas akut yang disebabkan oleh
Corona virus yaitu SARS associated coronavirus (SARS-Cov). SARS (severe acute
respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan
berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus
Corona Family Paramyxovirus. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau
Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang
merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum
diketahui pasti penyebabnya. SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu
jenis kegagalan paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang
menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru). SARS
merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya
mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma gawat
pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang
menyerang sistem respirasi (WHO, 2006). SARS disebabkan oleh virus khusus yaitu
Coronavirus (CoV) yang sering disebut dengan SARS-CoV. Virus tersebut mudah
menular dari satu orang ke orang lain. Di dalam tubuh, SARS-CoV melakukan
replikasi virus pada sistem pernapasan dan menyerang paru-paru yang berakibat sulit
bernafas. Selain itu, virus penyebab SARS ini dapat aktif selama 24-48 jam di dalam
media (manusia atau hewan) dan 24 jam di luar media (Serradell, 2010).
Berdasarkan penelitian Eramus Medical Center di Rotterdam dalam Chowell
(2003) menyatakan bahwa CoV merupakan penyebab SARS yang penularannya
belum diketahui secara pasti. Mengacu pada hipotesis alur penyebaran SARS,
sebagaian besar penyebarannya melalui orang ke orang, tetapi memungkinkan juga
melalui udara atau benda mati. Saat ini SARS-CoV diketahui dapat menyebar melalui
berberapa cara kontak langsung dan tak langsung. Kontak langsung dengan hasil
sekresi pernafasan penderita SARS melalui udara atau melalui sekresi tubuh
(keringat, urin, atau feses). Sedangkan tak langsung dengan menyentuh benda mati
yang sudah terkontaminasi oleh CoV atau berkunjung ke daerah endemik SARS
(Serradell, 2010).

EPIDEMIOLOGI
severe acute respiratory syndrome (SARS) bermula di China Selatan pada
November 2002 kemudian menyebar ke Hongkong pada Februari 2003. Setelah itu
SARS menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, terutama negara-negara di
Asia. World Health Organization (WHO) kemudian mengumumkan SARS sebagai
ancaman global tanggal 15 Maret 2003.

Global
Satu bulan setelah WHO mengumumkan SARS sebagai ancaman global, 8
negara melaporkan community transmission SARS yaitu Kanada, China, Hong Kong,
Taiwan, Inggris, Amerika Serikat, Vietnam dan Singapura. Padahal data WHO
tanggal 17 Maret 2003 baru mencatat 4 negara yang kemudian meningkat menjadi 5
negara pada 19 Maret 2003 dan 6 negara pada 26 Maret 2003. Pada akhir epidemi di
Juni 2003, total kumulatif global untuk SARS adalah 8422 kasus dengan 911
kematian (case fatality rate 11%).

Indonesia
Data epidemiologi SARS di Indonesia periode 1 Maret sampai 9 Juli 2003
mencatat 2 kasus probable dan 7 kasus suspect SARS. Tidak ada lagi kasus SARS
yang dilaporkan sejak saat itu sampai saat ini.
Mortalitas
Mortalitas pada SARS sangat bervariasi. Laju mortalitas SARS adalah kurang
dari 1% pada pasien berusia kurang dari 24 tahun dan lebih dari 50% pada pasien
berusia 65 tahun dan lebih tua. Hal ini mungkin disebabkan karena pasien berusia tua
cenderung memiliki lebih banyak komorbiditas seperti diabetes mellitus tipe
1 dan diabetes mellitus tipe 2, penyakit ginjal kronis, parkinson.

ETIOLOGI
SARS disebabkan oleh salah satu jenis coronavirus yang dikenal dengan
SARS-associated coronavirus (SARS-CoV). Coronavirus merupakan kelompok virus
yang bisa menginfeksi saluran pernapasan. Saat terinfeksi virus ini, biasanya akan
terjadi gangguan pernapasan mulai dari ringan sampai berat. Para ahli menduga
bahwa virus penyebab SARS berasal dari kelelawar dan luwak. Virus ini kemudian
bermutasi menjadi virus baru yang bisa menular dari hewan ke manusia dan dari
manusia ke manusia.Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO
mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah
mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal
dari bahasa Latin yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk
Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
1. Pneumonia
2. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
3. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
4. Beberapa transfusi darah
5. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
6. Emboli paru
7. Cedera pada dada
8. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
9. Trauma hebat
10. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak). 
.
11. Tidak sengaja menghirup percikan ludah penderita SARS yang batuk atau
bersin
12. Menyentuh mulut, mata, atau hidung dengan tangan yang sudah terpapar
percikan ludah penderita SARS
13. Berbagi penggunaan alat makan dan minum dengan penderita SARS
14. Seseorang juga dapat tertular SARS ketika menyentuh barang yang
terkontaminasi oleh tinja penderita SARS. Penularan ini terjadi bila penderita
tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

SARS lebih berisiko terjadi pada seseorang yang kontak jarak dekat dengan
penderita, misalnya berada di wilayah yang mengalami wabah SARS, tinggal satu
rumah dengan penderita SARS, atau petugas kesehatan yang merawat penderita
SARS.

MANIFESTASI KLINIS
SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari 38 terutama pada
malam hari, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-pendek, nyeri sendi.
Gejala-gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan viraemia, 10 hari
setelah onset. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan
pasien penyakit ini, orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di rontgen terlihat
ada pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itu bisa
disebut probable SARS atau bisa diduga terkena SARS. Gejala lainnya sakit kepala,
otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul bintik-bintik merah pada kulit,
dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat mata bisa
dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala itu tidak
cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien. Tetap diperlukan
pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-
parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga
menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan
meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala
itu masih bisa berubah. Penelitian terus dilangsungkan sampai sekarang (Brunner &
Suddart, 2002).
Gejala SARS biasanya muncul 2–10 hari setelah seseorang terinfeksi virus SARS-
CoV, tapi bisa juga baru muncul 14 hari setelahnya. Gejala infeksi virus ini bisa
bervariasi pada tiap orang, namun secara umum akan muncul gejala berupa:

Demam

Batuk

Sesak napas

Nafsu makan menurun

Tubuh mudah lelah

Menggigil

Sakit kepala

Nyeri otot

Diare

Mual

Muntah

Gejala SARS mirip dengan gejala flu, tapi dapat memburuk dengan cepat. Pada
sebagian besar kasus, SARS akan berkembang menjadi pneumonia, yaitu peradangan
pada kantong udara di dalam paru-paru. Kondisi ini juga rentan menyebabkan
hipoksia (kekurangan oksigen di sel dan jaringan tubuh).

PATOFISIOLOGI
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family
paramoxyviridae) yang pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil
pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4
hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk
melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-
paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang
sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak
langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet)
saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat
yang terkontaminasi.
Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu
merawat penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan
secret atau cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara,
misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung
diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita
SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-
tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang
kontak langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih
pada petugas yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan
intubasi atau nebulasi.

KOMPLIKASI
Gangguan yang disebabkan oleh SARS dapat menyebar dengan mudah ke
orang lain. Penyakit yang menyerang sistem pernapasan tersebut memang mudah
untuk disembuhkan. Meski begitu, gangguan sistem pernapasan akut tersebut dapat
menyebabkan komplikasi, bahkan kematian jika tidak segera diobati. Gangguan
pernapasan ini juga lebih sering menyerang orang yang berusia di atas 65 tahun.
SARS juga dapat menyerang seseorang yang mengidap penyakit kronis lainnya. Maka
dari itu, kemungkinan untuk mengalami komplikasi yang disebabkan oleh SARS
sangat mungkin terjadi. Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat disebabkan
oleh SARS:
1. Kegagalan Pernapasan
Salah satu komplikasi yang dapat disebabkan oleh SARS adalah kegagalan
pernapasan. Keadaan tersebut terjadi karena paru-paru tidak dapat menghilangkan
karbon dioksida dari darah. Akibatnya, darah mengalami kekurangan oksigen dan
kandungan karbon dioksida menjadi lebih tinggi pada saat yang bersamaan.
Akibatnya, pengidapnya bisa mengalami kehilangan kesadaran.
2. Kerusakan Hati
SARS juga dapat menyebabkan kerusakan pada hati, sehingga tidak dapat
berfungsi lagi. Kondisi ini dapat mengancam nyawa orang yang mengidapnya.
Apabila gangguan ini terjadi, perawatan medis harus segera dilakukan. Selain itu,
kerusakan hati akut dapat terjadi dengan cepat dan sulit dideteksi pada tahap awal.

3. Gagal Jantung
Gangguan sistem pernapasan akut atau SARS juga dapat menyebabkan
pengidapnyanya mengalami gagal jantung. Kondisi tersebut dapat menyebabkan otot
jantung tidak memompa dengan normal. Di samping itu, gagal jantung dapat
menyebabkan arteri pada jantung menyempit. Gangguan ini mungkin menyebabkan
gangguan parah lainnya.

4. Gangguan Ginjal
SARS juga dapat menyebabkan gangguan pada ginjal. Hal tersebut dapat
membuat ginjal kamu tidak berfungsi dengan normal dan lama-kelamaan makin
parah. Gangguan ini harus dicegah sejak dini agar tidak menjadi lebih parah. Itulah
komplikasi yang dapat disebabkan oleh SARS. Gangguan pada pernapasan ini sangat
fatal ketika terjadi. Maka dari itu, kamu harus tahu cara penyebaran dari gangguan
tersebut dan cara mengobatinya. Jika kamu merasa terjadi masalah pada gangguan
pernapasan kamu, segeralah bertanya pada ahlinya..

Penatalaksanaan

1. Terapi supportif umum


meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian
multivitamin dan lain-lain.
-          Terapi oksigen
-          Humidifikasi dengan nebulizer
-          Fisioterapi dada
-          Pengaturan cairan
-          Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
-          Obat inotropik
-          Ventilasi mekanis
-          Drainase empiema
-          Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup

2. Terapi antibiotik
            Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur non-
spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis SARS-cov
virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai
dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen pernafasan Common per
nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh atau nosokomial
pneumonia.
            Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek
antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki sifat, khususnya
quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan.
            SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien
dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik saja.
Antibiotik :
-          Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
-          Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, keyakinan, pekerjaan, status perkawinan,


dan alamat.

Riwayat kesehatan

sejak kapan, semakin memburuknya kondisi / kelumpuhan, upaya yang dilakukan


selama menderita penyakit.

Pengkajian fisik

B1:
Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan,
pernafasaan diafragma dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola
nafas cepat dan dangkal, retraksi otot bantu pernafasan, RR > 30x/menit.
Palpasi : fremitus vokal menurun.
Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.
Auskultasi: Ronkhi basah, suara napas bronkial.
B2: Sianosis, nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan
hipoksemia, S1 dan S2 tunggal.
B3: Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran.
B4: Terkadang produksi urine menurun
B5: Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun.
B6: Nyeri otot, kelemahan pada otot.

Pemeriksaan Diagnostik
1)    Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2)    Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan
kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
3)   Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya
terisi udara)
b. Gas darah arteri
c. Hitung jenis darah dan kimia darah
d. Bronkoskopi. 
4)     Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5)     Pemeriksaan Bakteriologis  :  sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
6)     Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam
dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi
jalan nafas.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis.
4. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi (kerusakan organ)
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi (RR >24x/menit) atau
hipoventilasi (RR <16x/menit).

Intervensi Keperawatan
N
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o
1 Bersihan jalan nafas tidak NOC : NIC :
efektif berhubungan
a. Respiratory status : Airway suction
dengan inflamasi dan
Ventilation
obstruksi jalan nafas.
a. Pastikan kebutuhan
b. Respiratory status :
oral atau tracheal
Airway patency
suctioning
b. Auskultasi suara
nafas sebelum dan
Kriteria Hasil :
sesudah suctioning.
c. Informasikan pada
a. Mendemonstrasikan
klien dan keluarga
batuk efektif dan
tentang suctioning
suara nafas yang
d. Minta klien nafas
bersih, tidak ada
dalam sebelum
sianosis dan dyspneu
suction dilakukan.
b. Menunjukkan jalan
e. Berikan O2 dengan
nafas yang paten
menggunakan nasal
c. Mampu
untuk memfasilitasi
mengidentifikasikan
suksion nasotrakeal
dan mencegah factor
f. Gunakan alat yang
yang dapat
steril setiap
menghambat jalan
melakukan tindakan
nafas
g. Anjurkan pasien
untuk istirahat dan
napas dalam setelah
kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
h. Monitor status
oksigen pasien
i. Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
j. Hentikan suksion dan
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dan lain-lain.

Airway Management

a. Buka jalan nafas,


guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
b. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
c. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas
buatan
d. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
e. Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
f. Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila
perlu
g. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
h. Monitor respirasi dan
status O2

2 Defisit Volume cairan NOC: Fluid management


berhubungan dengan
a. Fluid balance a. Pertahankan catatan
intake oral tidak adekuat,
b. Hydration intake dan output
takipneu, demam
c. Nutritional Status : yang akurat
Food and Fluid b. Monitor status hidrasi
Intake ( kelembaban
membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika
Kriteria Hasil :
diperlukan
a. Mempertahankan c. Monitor vital sign
urine output sesuai d. Monitor masukan
dengan usia dan BB, makanan / cairan dan
BJ urine normal, HT hitung intake kalori
normal harian
b. Tekanan darah, nadi, e. Lakukan terapi IV
suhu tubuh dalam f. Monitor status nutrisi
batas normal g. Berikan cairan
c. Tidak ada tanda h. Dorong masukan oral
tanda dehidrasi, i. Berikan penggantian
Elastisitas turgor nesogatrik sesuai
kulit baik, membran output
mukosa lembab, j. Dorong keluarga
tidak ada rasa haus untuk membantu
yang berlebihan pasien makan
k. Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
l. Atur kemungkinan
tranfusi
m. Persiapan untuk
tranfusi

3. Ketidakseimbangan NOC : NIC:


nutrisi kurang dari Status nutrisi, setelah Eating disorder manajemen
kebutuhan tubuh diberikan penjelasan dan
a. Tentukan
berhubungan dengan perawatan kebutuhan
kebutuhan kalori
ketidakmampuan nutrisi pasien terpenuhi
harian
pemasukan berhubungan dengan kriteria hasil :
b. Ajarkan klien dan
dengan faktor biologis
a. Pemasukan nutrisi keluarga tentang
(sesak nafas).
yang adekuat pentingnya nutrient
b. Pasien mampu c. Monitoring TTV
menghabiskan diet dan nilai 
yang dihidangkan Laboratorium
c. Tidak ada tanda- d. Monitor intake dan
tanda malnutrisi output
d. Nilai laboratorim, e. Pertahankan
protein total 8-8 gr kepatenan
%, Albumin 3.5-5.4 pemberian nutrisi
gr%, Globulin 1.8- parenteral
3.6 gr%, HB tidak f. Pertimbangkan
kurang dari 10 gr % nutrisi enteral
e. Membran mukosa g. Pantau adanya
dan konjungtiva Komplikasi GI
tidak pucat
Terapi gizi

a. Monitor masukan
makanan atau
minuman dan
hitung kalori
harian secara tepat
b. Kolaborasi ahli
gizi
c. Pastikan dapat diet
TKTP (tinggi
kalori tinggi
protein)
d. Berikan perawatan
mulut
e. Pantau hasil
labioratoriun
protein, albumin,
globulin, HB
f. Jauhkan benda-
benda yang tidak
enak untuk
dipandang seperti
urinal, kotak
drainase, bebat dan
pispot
g. Sajikan makanan
hangat dengan
variasi yang
menarik
4 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan Activity Therapy
a. Energy
isolasi respiratory. a. Kolaborasikan
conservation
dengan Tenaga
b. Self Care : ADLs
Rehabilitasi Medik
dalam
Kriteria Hasil :
merencanakan
a. Berpartisipasi program terapi yang
dalam aktivitas fisik tepat.
tanpa disertai b. Bantu klien untuk
peningkatan mengidentifikasi
tekanan darah, nadi aktivitas yang
dan RR mampu dilakukan
b. Mampu melakukan c. Bantu untuk
aktivitas sehari hari memilih aktivitas
(ADLs) secara konsisten yang
mandiri sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
d. Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
e. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
f. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
g. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
h. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
i. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
j. Monitor respon
fisik, emosi, social
dan spiritual
Energy Management

a. Observasi adanya
pembatasan klien
dalam melakukan
aktivitas
b. Dorong anal untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan
c. Kaji adanya factor
yang menyebabkan
kelelahan
d. Monitor nutrisi  dan
sumber energi
e. Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik dan
emosi secara
berlebihan
f. Monitor respon
kardiovaskuler 
terhadap aktivitas
g. Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat
pasien

5 Defisit pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan Teaching : disease Process
a. Knowledge :
perawatan
disease process a. Berikan penilaian
b. Knowledge : tentang tingkat
health Behavior pengetahuan pasien
tentang proses
Kriteria Hasil :
penyakit yang
spesifik
a. Pasien dan keluarga
b. Jelaskan patofisiologi
menyatakan
dari penyakit dan
bagaimana hal ini
pemahaman tentang
berhubungan dengan
penyakit, kondisi,
anatomi dan fisiologi,
prognosis dan
dengan cara yang
program pengobatan
tepat.
b. Pasien dan keluarga
c. Gambarkan tanda dan
mampu
gejala yang biasa
melaksanakan
muncul pada
prosedur yang
penyakit, dengan cara
dijelaskan secara
yang tepat
benar
d. Gambarkan proses
c. Pasien dan keluarga
penyakit, dengan cara
mampu menjelaskan
yang tepat
kembali apa yang
e. Identifikasi
dijelaskan
kemungkinan
perawat/tim
penyebab, dengna
kesehatan lainnya
cara yang tepat
f. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
g. Hindari harapan yang
kosong
h. Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
di masa yang akan
datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
i. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
j. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
k. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat
l. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan.

Implementasi Keperwatan
NO. Diagnosa Keperawatan Implementasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Airway suction
berhubungan dengan inflamasi dan
a. Memastikan kebutuhan oral atau tracheal
obstruksi jalan nafas.
suctioning

b. Mengauskultasi suara nafas sebelum dan


sesudah suctioning.

c. Menginformasikan pada klien dan keluarga


tentang suctioning

d. Meminta klien nafas dalam sebelum suction


dilakukan.

e. Memberikan O2 dengan menggunakan nasal


untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal

f. Menggunakan alat yang steril setiap


melakukan tindakan

g. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan


napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal

h. Memonitor status oksigen pasien

i. Mengajarkan keluarga bagaimana cara


melakukan suksion

j. Menghentikan suksion dan berikan oksigen


apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dan lain-lain.

Airway Management

a. Membuka jalan nafas, guanakan teknik chin


lift atau jaw thrust bila perlu

b. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan


ventilasi

c. Mengidentifikasi pasien perlunya


pemasangan alat jalan nafas buatan

d. Melakukan fisioterapi dada jika perlu

e. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya


suara tambahan
f. Mengkolaborasi pemberian bronkodilator bila
perlu

g. Mengatur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.

h. Monitor respirasi dan status O2

2. Defisit Volume cairan berhubungan Fluid management


dengan intake oral tidak adekuat,
a. Mempertahankan catatan intake dan output
takipneu, demam
yang akurat

b. Memonitor status hidrasi ( kelembaban


membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ), jika diperlukan

c. Memonitor vital sign

d. Memonitor masukan makanan / cairan dan


hitung intake kalori harian

e. Melakukan terapi IV

f. Memonitor status nutrisi

g. Memberikan cairan

f. Mendorong masukan oral

g. Menberikan penggantian nesogatrik sesuai


output

h. Mendorong keluarga untuk membantu pasien


makan

i. Mengkolaborasi dokter jika tanda cairan


berlebih muncul meburuk

j. Mengatur kemungkinan tranfusi

k. Mempersiapkan untuk tranfusi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Eating disorder manajemen


dari kebutuhan tubuh berhubungan
a. Menentukan kebutuhan kalori harian
dengan ketidakmampuan pemasukan
berhubungan dengan faktor biologis
b. Mengajarkan klien dan keluarga tentang
(sesak nafas).
pentingnya nutrient

c. Memonitoring TTV dan nilai  Laboratorium

d. Memonitor intake dan output

e. Mempertahankan kepatenan pemberian


nutrisi parenteral

f. Mempertimbangkan nutrisi enteral

g. Memantau adanya Komplikasi GI

Terapi gizi

a. Memonitor masukan makanan atau minuman


dan hitung kalori harian secara tepat

b. Mengkolaborasi ahli gizi


c. Memastikan dapat diet TKTP (tinggi kalori
tinggi protein)

d. Memberikan perawatan mulut

e. Memantau hasil labioratoriun protein,


albumin, globulin, HB

f. Menjauhkan benda-benda yang tidak enak


untuk dipandang seperti urinal, kotak drainase,
bebat dan pispot

g. Menyajikan makanan hangat dengan variasi


yang menarik
4. Intoleransi aktivitas berhubungan Activity Therapy
dengan isolasi respiratory a. Mengkolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat.
b. Membantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
c. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi
dan social
d. Membantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
e. Membantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
f. Membantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
g. Membantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
h. Membantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
i. Membantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
j. Memonitor respon fisik, emosi, social dan
spiritual
Energy Management

a. Mengobservasi adanya pembatasan klien


dalam melakukan aktivitas
b. Mendorong anal untuk mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
c. Mengkaji adanya factor yang menyebabkan
kelelahan
d. Memonitor nutrisi  dan sumber energi
e. Memonitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
f. Memonitor respon kardiovaskuler  terhadap
aktivitas
g. Memonitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
5. Defisit pengetahuan berhubungan Teaching : disease Process
dengan perawatan
a. Memberikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
b. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c. Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
d. Menggambarkan proses penyakit, dengan
cara yang tepat
e. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
f. Menyediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
g. Menghindari harapan yang kosong
h. Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
i. Mendiskusikan pilihan terapi atau
penanganan
j. Mendukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
k. Mengeksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
l. Menginstruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan.

Evaluasi
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/artikel/waspada-sars-dapat-sebabkan-komplikasi-penyakit-
ini
https://www.scribd.com/document/347125548/Makalah-Kelompok-3-Sars
https://dokumen.tips/download/link/makalah-sars-new#google_vignette

http://repository.unair.ac.id/27982/16/4.bab%201.pdf

https://www.halodoc.com/kesehatan/sars

https://www.alodokter.com/sars

HTTPS://WWW.ALOMEDIKA.COM/PENYAKIT/PENYAKIT-
INFEKSI/SEVERE-ACUTE-RESPIRATORY-SYNDROME-SARS

Anda mungkin juga menyukai