Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL OSTEOPOROSIS

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah)

Dosen Pengampu : Ns. Weni Widya Shari, S. Kep., M. Kep.

Kelompok 4
Disusun oleh :

Dina Lorenza 144012002


7
Hasnudin 1440120028
Try Damayanti 14401200
25
Shella Octalia 144012002
2
Siti Nur 144012002
Awalianti 3
Siti Nurasiah 144012002
4
Siti Fauziah 1440120029

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAFLESIA DEPOK

2022/2023

Jl. Mahkota Raya 32-B, Komplek Pondok Duta I, Tugu, Cimanggis, Tugu, Kec. Cimanggis,
i
Kota Depok, Jawa Barat 1645

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Keperawatan Medikal
Bedah Dengan Kasus Osteoporosiss” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi, namun
penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat dorongan,
bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Weni Widya Shari, S. Kep., Ns., M. Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah
2. Orang tua yang senantiasa mendukung dan memberi semangat
3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.

i
Daftar Isi

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH “Keperawatan Medikal Bedah Dengan


Masalah Osteoporosis ” i

KATA PENGANTAR ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Definisi Osteoporosis 3

2.2 Etiologi Osteoporosis 3

2.3 Patofisiologi 6

2.4 Manisfestasi Klinis 6

2.5 Klasifikasi 7

2.6 Komplikasi 8

2.7 Penatalaksanaan 9

2.8 Asuhan Keperawatan 11

BAB III PENUTUP 19

3.1 Kesimpulan 19

3.2 Saran 19

Daftar Pustaka 20

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Salah satu masalah gangguan kesehatan yang menonjol pada usia lanjut adalah gangguan
muskoloskeletal, terutama osteoartritis dan osteoporosis. Osteoporosis adalah suatu problem
klimakterium yang serius. Di amerika serikat dijumpai satu kasus osteoporosis di antara dua
sampai tiga wanita pascamonopause. Massa tulang pada manusia mencapai maksimum pada
usia sekita 35 tahun, kemudian terjadi penurunan massa tulang secara eksponensial.
Penurunan massa tulang ini berkisar antara 3-5% setiap dekade, sesuai dengan kehilangan
massa otot dan hal ini di alami baik pada pria dan wanita. Pada masa klimakterium,
penurunan massa tulang pada wanita lebih mencolok dan dapat mencapai 2-3% setahun
secara eksponensial. Pada usia 70 tahun kehilangan massa tulang pada wanita ini baru
mencapai 25% .

Kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, sehingga
dapat menurunkan massa tulang total. Osteoporosis adalah penyakit yang mempunyai sifat-
sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikroarsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Tulang secara progresif
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah patah dengan stres, yang pada tulang
normal tidak menimbulkan pengaruh.

Perempuan dewasa memiliki massa tulang yang lebih sedikit daripada pria dewasa,
dan setelah menopause mereka mulai kehilangan tulang lebih cepat daripada pria. Akibatnya
perempuan lebih rentang menderita ospteoporosis serius. Penyebab utama berkurangnya
tulang setelah menopause adalah defesiensi hormone estrogen. Pada osteoporosis, matriks
dan mineral tulang hilang, hingga massa dan kekuatan tulang, dengan peningkatan fraktur.

Osteoporosis sering menimbulkan fraktur kompresi pada vertebra torakalis. Terdapat


penyempitan diskus vertebra, apabila penyebaran berlanjut keseluruh korpus vertebra akan
menimbulkan kompresi vertebra dan terjadi gibus. Fraktur kolum femur sering terjadi pada
usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada perempuan, yang disebabkan oleh penuaan dan
osteoporosis pascamenopause.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi osteoporosis?
b. Apa etiologi osteoporosis?
c. Bagaimana patofisiologi osteoporosis?
d. Apa saja manifestasi klinis pada pasien osteoporosis?
e. Apa saja klasifikasi osteoporosis?
f. Apa saja komplikasi dari osteoporosis?
g. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien osteoporosis?
h. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien osteoporosis?

2
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Definisi Osteoporosis


Osteoporosis adalah Suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa
tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang
sehingga meningkatkan resiko terjadinya fraktur (Medika,Salemba, 2016).

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang hemoestatis normal, kecepatan resoprsi tulang lebih besar dari
kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara
progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah fraktur dengan
stress yang tidak akan menimbulkan pada tulang normal.

Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur konver vertebra torakalis dan lumbalis,


fraktur daerah koulum femoralis dan daerah tronkanter, dan patah tulang coles pada
pergelangan tangan. Fraktur kompresi ganda fertebra mengekibatkan deformitas skeletal
(Ode, La Sharif 2017).Osteoporosis merupakan penurunan massa tulang yang disebabkan
ketidakseimbangan resoprsi tulang dan pembentukan tulang. Pada osteoporosis terjadi
peningkatan resopsi tulang atau penurunan pembentukan tulang. Selain itu, osteoporosisi
merupakan suatu penyakit tulang metabolic yang ditandai oleh reduksi kepadatan tulang
sehingga mudah terjadi fraktur ( Asikin.M, 2013).

2.2 Etiologi Osteoporosis


1. Penyebab Osteoporosis

a. Penuaan

Saat beranjak tua, tulang-tulang kita menipis karena setelah usia 30 tahun,
tingkat pembuatan sel tulang bar lebih rendah dibandingkan tingkat kerusakan sel
tulang. Hal ini menyebabkan tulang kehilangan mineral dan massa, sehingga akan
mudah patah.

3
b. Kelainan Gastrointestional (Saluran Pencernaan)

Hal ini merupakan kelainan yang terjadi pada saluran pencernaan. Kelainan
tersebut contohnya radang saluran pencernaan, kelainan kelenjar pankreas,
gastrektomi (pembedahan lambung) dan lain-lain.

c. Kelainan bawaan

Misalnya sindrom ehlers danlos(penyakit pada jaringan ikat) dan marfan


sindrom. Sindrom elhers-danlos merupakan gangguan turunan yang memengaruhi
jaringan ikat, terutama di kulit, persendian dan dinding pembuluh darah. Penderitanya
biasanya memiliki persendian yang terlalu fleksibel dan kulit yang rapuh. Hal ini akan
menjadi masalah jika si pendrita memiliki luka yang butuh dijahit karena kulit tidak
akan mampu menopangnya.

d. Kelainan Pola Makan

Contoh kelainan pola makan di anataranya anaoreksia nervosa dan bulimia


nervosa. Bulimia dan anoreksia merupakan kelainan pola makan yang seupa tetapi
tidak sama. Pengidap bulimia mempunyai nafsu makan seperti obesitas, yaitu makan
berlebihan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh faktor ekternal seperti bau, rasa dan
aroma makanan yang lebih dominan daripada faktor internal berupa rasa lapar.

2. Faktor Resiko

Faktor resiko berbeda dengan penyebab penyakit. Faktor resiko merupakan istilah
medis untuk menggambarkan kemingkinan penyebab. Bila seseorang memiliki faktor resiko
osteoporosis, berarti orang tersebut memiliki kemunhkinan lebih tinggi akan terkena
osteoporosis. Faktor resiko dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan

1. Menopause

Normalnya wanita akan berhenti haid sekitar usia diatas 45 tahun. Pada wanita
menopause, kadar esterogen telah menurun. Esterogen berperan penting dalam
kepadatan tulang. Dengan demikian, wanita yang telah menopause, baik normal
maupun menopause dini memiliki resiko lebih tinggi terkena osteoporosis

4
2. Kadar Testosteron Rendah

Bila pada wanita yang berpengaruh adalah hormon esterogeb, maka pada pria
penurunan testosteron juga memngaruhi kepadatan tulang

3. Kecenderungan Genetik

Kelompok etnik tertentu seperti orang dari ras kaukasia (kulit putih) dan Asia
lebih beresiko mengalam osteoporosis. Orang yang memiliki anggota keluarga yang
menderita osteoporosis juga rentan terkena penyakit ini.

4. Menderita penyakit tertentu

Penyakit yang meningkatkan resiko osteoporosis, diantaranya tiroid, kanker


dan jenis penyakit kronis hari, radang usus besar, dan gagal ginjal.

5. Pertambahan Umur

Pada orang yang sudah menua ada beberapa kondisi yang asti akan
ditimbulkan akibat pertambahan usia tersebut. Misalnya, kurangnya kemampuan
fungsi pencernaa dan kerapuhan tulang.

6. Menurunnya produksi Getah Lambung

Penurunan produksi getah lambung sebanyak 20% akan mengakibatkan


kegagalan penyerapan kalsium sebesar 35% dan besi 45%.

7. Berkurangnya Produksi Empedu

Kondisi ini menyebabkan pencernaan lemak terganggu. Gangguan ini akan


memngaruhi keberhasilan penyerapan kalsium. Bila pasokan kalsium tidak memadai,
maka cadangan kalsium dalam tulang akan dibongkar. Kehilangan massa kalsium
yang disusun oleh kalsium dalm jumlah besar akan mengakibtakan penurunan
kepadatan tulang secara nyata.

b. Faktor Resiko yang dapat Dikendalikan

1. Obat-obatan

2. Pola makan yang buruk (kurang mengonsumsi makanan tinggi kalsium).

3. Konsumsi alkohol berlebihan (lebih dari dua gelas per hari)

5
4. Konsumsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari

5. Kurang olahraga

2.3 Patofisiologi
Usia lanjut
Defisiensi vitamin D menurunnya aktivitas hidroksilase dan resistensi absorpsi
terhadapCa
vitdiD usus

reabsorpsi Ca di ginjal

Hiperparatioidisme sekunder
sekresi GH dan GF 1 Aktivitas fisik Sekresi estrogen

Gangguan fungsi osteoblas


Turnover tulang

Resiko terjatuh Kekuatan otot


Aktivitas otot, medikasi gangguan keseimbangan
Gamnguan penglihatan Dan lalin lain

osteoporosis Fraktur

Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis


senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Beberapa penderita
tidak memiliki gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi
kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Kolaps tulang
belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa
mengalami kolaps secara spontan atau karena cederaringan. Biasanya nyeri timbul secara
tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika
penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi
biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau
beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan
yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot
dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan
atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul.

6
Yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya
dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita
osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.

2.4 Manisfestasi Klinis

Gejala pada manusia lanjut bervariasi, beberapa tidak menunjukkan gejala, yang lain
seringkali menunjukkan gejala klasik berupa nyeri punggung, yang sering kali akibat fraktur
kompresi dari satu atau lebih vertebrata. Nyeri sering kali di picu oleh adanya stress (fisik),
seringkali akan hilang dengan gejala patah tulang, turunnya tinggi badan, bungkuk punggung
(Dowagers’s Hump),yaitu suatu deformilasi akibat kolaps dan fraktur pada vertebrata torakal
tengah. Fraktur yang mengenai leher, femur dan radius sering terjadi. Sekitar 30% wanita
dengan fraktur leher femur menderita osteoporosis, dibandingankan hanya 15% pada pria.
Fraktur terjadi bukan saja karena osteoporosis tetapi juga karena cenderung usia lanjut untuk
jatuh.

Keluhan yang dapat di jumpai pada pasien osteoporosis adalah nyeri dengan atau
tanpa adanya fraktur nyata. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak pasien
osteoporosis sama dengan pada pasien bukan osteoporosis. Rasa sakit oleh karena adanya
kompresi fraktur pada vertebrata pada umumnya mempunyai cirri-ciri yang khas yaitu nyeri
timbul secara mendadak, sakitnya hebat dan terlokalisasi pada daerah vertebra yang
terserang, rasa sakit akan berkurang secara pelan-pelan apabila pasien istirahat di tempat tidur
dan akhirnya nyeri akan sangat minimal. Kadang- kadang nyeri dirasakan ringan pada pagi
hari (bangun tidur) dan akan bertambah oleh karena melakukan pekerjaan sehari-hari atau
karena suatu pergerakan yang salah. Untuk selanjutnya, rasa sakit ini berperan pula dalam
proses timbulnya osteoporosis,yaitu dengan adanya rasa sakit pasien akan sangat mengurangi
mobilitas. Mobilitas yang sangat berkurang akan mengakibatkan terjadinya resorpsi tulang
yang berlebihan dan hal ini akan memperhebat osteoporosis yang telah ada.

2.5 Klasifikasi
Tipe Osteoporosis

Osteoporosis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu osteoporosis primer dan
sekunder.

a. Osteoporosis Primer

7
Osteoporosis tipe primer terdiri tas tiga jenis, yaitu osteoporosis pascamonopause,
osteoporosis senilis dan idiopatik.

1. Subtipe Pertama (Osteoporosis Pascamenopuse)

Merupakan tipe osteoporosis pada wanita yang telah menopause, sehinngga


disebut juga dengan osteoporosis pascamenopause. Tipe ini berkaitan dengan
berkurangnya hormon hormon esterogen. Hormon esterogen berfungsi membantu
mengatur pengangkutan kalsium dalam tulang wanita. Osteoporosis subtipe pertama
biasanya terjadi anata 15-20 tahun setelah seorang wanita mengalami menopause.
Bagian yang terkena biasanya vertebra/tulang punggun dan ditandai dengan nyeri akut
pada bagian tersebut

2. Subtipe Kedua (Osteoporosis Senilis)

Merupakan jenis osteoporis pada tulang dengan usia (lebih dari 70 tahun).
Penyebabnya karena kurang kalsium dan sel-sel perangsang pembentukan vitamin D.
Area yang terkena yaitu daerah pinggang, bahu, tulang kering bagian atas, dan
vertebra. Tanda khas tipe ini adanya penurunan tinggi badan, kifosis dengan
punggung menonjol dan bungkuk serta kepala menjorok ke depan.

3. Subtipe Idiopatik

Subtipe ini tidak diketahui pasti penyebabnya. Idiopatik merupakan kasus


osteoporosis yang terjadi pada wanita dan pria saat usia mereka relatif masih muda.

b. Tipe Sekunder

Tipe sekunder merupakan osteporosis akibat penyakit lain (ginjal, hiperparatodiroid,


rematik arthritis, dan lain-lain). Selain itu, faktor luar seperti kelainan hormonal (endokrin),
kelainan pola makan, penggunaan obatobatan (terutanma yang mengandung steroid), serta
akaibat gaya hidup yang tidak sehat (merokok, konsumsi alkohol, dan kopi secara berlebihan)
juga dapat memegaruhi.

2.6 Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Berbagai fraktur yang terjadi akibat

8
komplikasi dari osteoporosis antara lain ; fraktur vertebra, fraktur pinggul, fraktur femur,
fraktur pergelangan tangan, dan berbagai macam fraktur lainnya

2.7 Penatalaksanaan
1. Pengobatan

Pengobatan osteoporosis difokuskan kepada memperlambat atau menghentikan


kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengontrol nyeri sesuai dengan
penyakitnya.tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah tulang).
Secara teoritis osteoporosis dapat diobati dengan cara menghambat kerja osteoklas dan atau
meningkatkan kerja osteoblas. Akan tetapi saat ini obat-obat yang beredarpada umumnya
bersifat anti resorpsi. Yang termasuk obat antiresorpsi misalnya: esterogen, kalsitonin,
bifosfonat. Sedangkan Kalsium dan Vitamin D tidak mempunyai efek antiresorpsi maupun
stimulator tulang, tetapi diperlukan untuk optimalisasi meneralisasi osteoid setelah proses
pembentukan tulang oleh sel osteoblas.

2. Pencegahan

a. Mengurangi asupan protein hewani: Protein hewani meningkatkan kehilangan


kalsium.

Studi lintas budaya telah menemukan hubungan yang kuat antara asupan
protein hewani dan risiko patah tulang pinggul. Tingginya asupan daging (lima atau
lebih porsi per minggu) secara signifikan meningkatkan risiko retak tulang lengan
bawah pada perempuan, dibandingkan dengan makan daging kurang dari sekali per
minggu. Wanita lansia yang mengkonsumsi sejumlah besar daging kehilangan tulang
lebih cepat dan risiko lebih besar terkena retak tulang pinggul.Risiko masalah tulang
tampaknya berkurang ketika protein hewani diganti dengan protein dari sumber
nabati, terutama kedelai. Dalam studi klinis dengan wanita menopause, makanan
kedelai telah ditemukan mencegah keropos tulang. Penelitian telah menunjukkan
hubungan positif antara protein kedelai dan kepadatan mineral tulang pada wanita
menopause. Hal ini mungkin karena konsentrasi senyawa yang relatif tinggi yang
disebut isoflavon dalam protein nabati.

b. Peningkatan konsumsi buah dan sayuran

9
Penelitian telah menunjukkan bahwa diet kaya buah-buahan dan sayur-sayuran
berkaitan dengan kepadatan mineral tulang lebih tinggi pada pria dan wanita. Hal ini
mungkin karena kalium, magnesium, dan vitamin K dalam buah-buahan dan sayuran.

c. Mengurangi asupan natrium

Beberapa studi telah menemukan bahwa asupan tinggi natrium menyebabkan


hilangnya kalsium dari tubuh. Namun, efek dari pembatasan natrium terhadap
integritas tulang jangka panjang dan risiko patah tulang masih belum jelas dan
memerlukan penelitian lebih lanjut.

d. Pola makan rendah lemak

Studi telah menemukan bahwa asupan lemak yang lebih tinggi dikaitkan
dengan kehilangan tulang yang lebih besar dan risiko patah tulang lebih besar.
Mekanisme yang mungkin meliputi kecenderungan asupan lemak yang berlebihan
mengurangi penyerapan kalsium dan mempengaruhi produksi hormon.

e. Mengurangu penggunaan kafein

Penelitian telah menemukan bahwa perempuan yang mengkonsumsi paling


banyak kafein telah mempercepat kehilangan tulang belakang dan hampir tiga kali
lipat risiko terkena patah tulang pinggul. Resiko kehilangan tulang tampak tertinggi
pada wanita yang mengkonsumsi lebih dari 18 ons kopi per hari, atau 300 mg kafein
dari sumber lain.

f. Membatasi suplemen vitamin A

Penelitian telah menunjukkan bahwa asupan vitamin A yang terlalu tinggi,


baik dengan makanan atau suplemen, dapat menyebabkan penurunan kepadatan
tulang dan peningkatan risiko fraktur pinggul.Asupan sehat dan cukup vitamin A
dapat dipastikan dengan beta-karoten dari sumber tanaman, sayuran terutama oranye
dan kuning.

g. Kombinasi suplemen vitamin D dan kalsium

Suplemen vitamin D (500 sampai 800 IU/hari) dan kalsium (1200-


1300mg/hari) juga telah ditemukan meningkatkan kepadatan tulang dan penurunan
kehilangan tulang dan risiko patah tulang pada wanita dewasa yang lebih tua. Klien
wanita dengan diagnosa osteoporosis harus mendapatkan asupan kalsium total dari

1
pola makan dan suplemen sekitar 1500 mg/hari dalam dosis terbagi tiga atau lebih,
ditambah sedikitnya 400 sampai 800 IU vitamin D setiap hari. Namun, klien yang
tidak berisiko tinggi untuk osteoporosis mungkin tidak memerlukan suplemen
kalsium. Hal ini terutama berlaku untuk pria, yang mungkin memiliki peningkatan
risiko terkena kanker prostat jika mereka mengkonsumsi terlalu banyak kalsium atau
susu.

2.8 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan osteoporosis

Ny. M usia 59 tahun, datang ke RS dengan keluhan sakit pada punggungnya sering
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan Ny. M merasa punggung nya sedikit membungkuk,
sebenarnya rasa sakit punggung Ny. M sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu,
namun Ny. M tidak memperdulikannya. Ketika memerikasakan diri kedokter Ny. M
dianjurkan untuk tes darah dan rontgen pada tulang belakang. Hasil rontgen menunjukan
bahwa Ny. M menderita osteoporosis diperkuat lagi dengan hasil BMD (Bone Mineral
Density) T-score -3. Klien mengalami monopause sejak 7 tahun yang lalu. Menurut klien
dirinya tidak suka minum susu sejak usia muda dan tidak menyukai makanan laut. Klien
menganggap bahwa keluhan yang dirasakannya karena usianya yang bertambah tua. Riwayat
kesehatan sebelum nya diketahui bahwa klien tidak pernah mengalami penyakit seperti DM
dan hipertensi serta tidak pernah di rawat di RS. Pola aktifitas diketahui klien banyak
beraktifitas duduk karena dulu dirinya bekerja di perkantoran. Riwayat penggunaan KB
hormonal dengan metode pil. Pemeriksaan TB 162 cm (TB sebelum nya 165 cm) BB 76 kg
(BB sebelumnya 78 kg).

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 59 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 21 April 2021
Tanggal pengkajian : 23 April 2021

1
2. Keluhan Utama : Nyeri
P : Terasa nyeri saat beraktifitas dan nyeri berkurang saat beristrahat
Q : Seperti tertekan benda berat
R : Pada punggung
S : 7 (1-10)
T : Pada saat beraktifitas
3. Keluhan saat masuk RS : pada punggung terasa nyeri saat beraktivitas,
ini menyebabkan klien sulit berjalan secara normal.
4. Riwayat penyakit sekarang
Ny. M usia 59 tahun datang ke poli ortopedi RSUD Pare-pare dengan keluhan
sakit pada punggung yang sering dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, rasa
sakit itu sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun Ny. M tidak
memperdulikannya.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tekanan Darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 110 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,9°C
b. Sistem persyarafan
- GCS (Glasgow Coma Scale) : Eye/Verb/Motorik : 4/5/6
- Tidak ada pusing
- Pupil : isokor
- Sclera : anikterik
- Konjungtiva : ananemis
- Tidak ada gangguan pandangan
- Tidak ada gangguan pendengaran
- Tidak ada gangguan penciuman
- Orientasi waktinya baik
- Orientasi tempatnya baik
- Orientasi orangnya baik
c. Sistem musculosceletal
- Pergerakan terbatas

1
- Cara berjalan tidak tegap
- Kekuatan otot
- Tidak ada kelainan
55 ekstremitas
- 55 tulang belakang
Terdapat kelainan
- Tidak ada fraktur
- Tidak terpasang traksi, spalk, ataupun gips
6. Riwayatt psikososial
a. Klien tidak berani melakukan aktivitas yang berat karena rasa sakit
di punggungnya
b. Klien tidak mengetahui penyebab dan cara pengobatan sakit di punggungnya.
7. Hasil pemeriksaan laboratorium
a. BMD T-score 3
b. Hasil lab. elektrolit tanggal 21 April 2017 (ca : 9,98 mg/dl, na : 142 mm/dL, K
: 47 mm/dL, Cl : 108 mm/dL)
c. Hasil lab. darah lengkap tanggal 21 April 2017
- Hb : 13,5 gr/dl
- Leukosit : 6.000/ul
- Trombosit : 250.000/ul
- Hematokrit : 42 %
- SGOT/SGPT : 7/6,6 u/l
- Albumin : 4 mg%
B. Analisa Data

Da Etiologi Problem
ta
DS : Kepadatan atau masa Nyeri kronis
- Klien mengatakan sakit pada punggung tulang menurun
sejak beberapa tahun lalu
- Klien mengatakan banyak beraktivitas Osteoporosis
duduk karena dulu dirinya bekerja
diperkantoran Deformitas
- Klien mengatakan terasa sakit pada sendi
ketika beraktifitas/berjalan vertebra
- Klien mengatakan aktivitas sehari-hari
terhambat DO : Teregangnya ligamentum
- P : Terasa nyeri saat beraktivitas dan nyeri dan otot/spasme otot

1
berkurang saat istrahat Nyeri kronis
- Q : Seperti tertekan benda berat
- R : Pada punggung
- S : 7 (1-10)
- T : Pada saat beraktivitas
- Klien tanpak meringis
- Sering memegang area yang sakit
- TD : 130/90 mmHg
- N : 110 x/menit
DS : Osteoporosis Gangguan
- Klien mengatakan sakit pada punggung mobilitas
sejak beberapa tahun lalu Deformitas fisik
- Klien mengatakan ketika berjalan
punggungnya terasa sakit vertebra Kifosis
- Klien mengatakan aktivitas sehari-hari
terhambat
(bungkuk)
- Klien mengatakan rasa sakitnya bertambah
saat beraktivitas yang berat.
Gangguan mobilitas fisik
DO :
- Hasil BMD T-score 3
- Hasil lab. elektrolit tanggal 21 April 2017 (ca
: 9,98 mg/dl, na : 142 mm/dL, K : 47 mm/dL,
Cl : 108 mm/dL)
- Pemeriksaan TB 165 cm, BB 76 kg
- Cara berjalan klien tidak tegap (kifosis)
DS : Osteoporosis Ansietas
- Klien mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakit dan penyebabnya Tindakan
- Klien mengatakan membiarkan sakit
punggungnya selama bertahun-tahun karena medis
tidak mengerti cara penanganannya dan
menganggap sakitnya ini karena usia yang Kurang terpapar informasi
bertambah
DO : Ansietas
- Klien banyak bertanya tentang penyakit
dan tindakan yang akan dilakukan pada
klien
- Klien gelisah
- Klien berkeringan dingin
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 110x/menit

1
DS : Deformitas vertebra Harga diri
rendah
- Klien merasa punggungnya sedikit
membungkuk situasional

1
karena jika klien berdiiri tegak Kifosis
punggungnya terasa sakit
DO :
- Punggung klien sedikit membungkuk Punggung membungkuk
Perubahan pada citra tubuh
- TB turun : sebelum 165 cm, saat pengkajian Harga diri rendah
162 cm situasional

DS : Osteoporosis Resoko cedera


- Klien mengatakan merasa sakit pada
punggung saat beraktivitas, apalagi jika Kifosis/membungkuk
melakukan kegiatan yang sedikit berat rasa
sakit semakin terasa Gangguan mobilitas
DO :
- Klien sangat berhati-hati berjalan Resiko cedera
- Hasil BMD T-score 3
- Cara berjalan klien tidak tegap (kifosis)

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
4. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh
5. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan mobilitas

D. Intervensi Keperawatan

N diangnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi keperawatan


o
1 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi lokasi, karakteristik,
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam durasi frekuensi, kualitas, intensitas
kondisi diharapkan tingkat nyeri nyeri
muskuloskeletal kronis menurun dengan kriteria 2. identifikasi skala nyeri
hasil : 3. identifikasi faktor yang memperberat
● Keluhan dan memperingan nyeri
nyeri 4. berikan teknik nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri
● Meringis menurun 5. kontrol lingkungan yang memperberat
● Gelisah menurun rasa nyeri
● Frekuensi 6. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
nadi

1
membaik 7. kolaborasi pemberian analgetik
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik

1
berhubungan keperawatan 3 x 24 jam lainnya
dengan kerusakan diharapkan mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
gerakan
integritas struktur meningkat dengan kriteria
3. monitor kondisi umum saat
tulang hasil
melakukan mobilisasi
:
4. libatkan keluarga untuk membantu
● Rentan
pasien dalam meningkatkan pergerakan
gerak
5. jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
meningkat
● Gerakan
terbatas
menurun
● Nyeri menurun
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. monitor tanda-tanda ansietas
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam 2. ciptakan suasana terapeutik
kurang terpapar diharapkan tingkat ansietas untuk menumbuhkan
informasi menurun, dengan kriteria kepercayaan
hasil : 3. informasikan secara faktual
● Verbalisasi mengenai diagnosis, pengobatan, dan
khawatir akibat prognosis
kondisi yang
dihadapi
menurun
● perilaku gelisah
menurun
4 Harga diri rendah Setelah dilakukan 1. identifikasi dan mengelola perilaku negatif
situasional tindakan keperawatan 2 2. hindari bersikap menyudutkan
berhubungan dengan x 24 jam diharapkan dan menghentikan pembicaraan
perubahan pada citra citra tubuh meningkat 3. beri penguatan positif terhadap
tubuh dengan kkriteria hasil : keberhasilan pengendalian perilaku
● verbalisasi 4. informasikan keluarga bahwa
perasaan negatif keluarga sebagai dasar pembentukan
tentang kognitif
perubahan tubuh
menurun
● respon nonverbal
pada perubahan
tubuh
meningkat
5 Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi area lingkungan yang
berhubungan keperawatan 2 x 24 jam berpotensi menyebabkan cedera
dengan gangguan diharapkan tingkat cedera 2. diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas menurun, dengan kriteria mobilitas yang sesuai

1
hasil : 3. diskusikan bersama anggota keluarga
● toleransi yang dapat mendampingi pasien
aktivitas 4. anjurkan berganti posisi secara perlahan
meningkat dan duduk selama beberapa menit sebelum
● gangguan mobilitas berdiri
menurun

1
E. Implementasi Keperawatan

Hari/ DX. Keperawatan Implementasi keperawatan


tanggal
Jam
Jum’at/23 Nyeri kronis 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
April berhubungan dengan kualitas, intensitas nyeri
2021 kondisi 2. Mengidentifikasi skala nyeri
Jam 09.00 muskuloskeletal kronis 3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
6. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
7. Mengkolaborasi pemberian analgetik
Jum’at/23 Gangguan mobilitas fisik 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
April berhubungan dengan 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan gerakan
2021 kerusakan integritas 3. Memonitor kondisi umum saat melakukan mobilisasi
Jam 09.10 struktur tulang 4. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Jum’at/23 Ansietas berhubungan 1. Memonitor tanda-tanda ansietas
April dengan kurang terpapar 2. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3. Menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis,
2021 informasi
pengobatan, dan prognosis
Jam 09.20
Jum’at/23 Harga diri rendah 1. Mengidentifikasi dan mengelola perilaku negatif
April situasional berhubungan 2. Menghindari bersikap menyudutkan dan menghentikan
pembicaraan
2021 dengan perubahan pada
3. Memberi penguatan positif terhadap keberhasilan
Jam 09.30 citra tubuh
pengendalian perilaku
4. Menginformasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
Jum’at/23 Resiko cedera 1. Mengidentifikasi area lingkungan yang berpotensi
April berhubungan dengan menyebabkan cedera
2021 gangguan mobilitas 2. Mendiskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai
Jam 09.40 3. Mendiskusikan bersama anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien
4. Menganjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri

2
F. Evaluasi

Hari/ DX. Keperawatan Evalu


tanggal asi
Jam
Jum’at/ Nyeri kronis S : Klien mengatakan masih terasa sakit pada sendi
23 April berhubungan dengan ketika beraktifitas/berjalan
2021 kondisi O : - Klien tanpak meringis
Jam 13.00 muskuloskeletal kronis - P : Terasa nyeri saat beraktivitas dan nyeri berkurang
saat istrahat
- Q : Seperti tertekan benda berat
- R : Pada punggung
- S : 7 (1-10)
- T : Pada saat
beraktivitas A : Masalah belum
teratasi
P : Intervennsi di lanjutkan
Jum’at/ Gangguan mobilitas fisik S : Klien mengatakan ketika berjalan punggungnya makin terasa
23 April berhubungan dengan sakit O : Cara berjalan klien tanpak tidak tegap (kifosis)
2021 kerusakan integritas A : Masalah belum
Jam 13.10 struktur tulang teratasi P : Intervensi
dilanjutkan
Jum’at/ Ansietas S : Klien mangatakan memahami penyebab penyakitnya
23 April berhubungan dengan setelah mendapatkan penjelasan oleh tim kesehatan
2021 kurang terpapar O : Klien mampu menjawab pertanyaan tentang
Jam 13.20 informasi penyakitnya A : masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan

Jum’at/ Harga diri rendah S : Klien merasa masih membungkuk jika berjalan serta tidak
23 April situasional berhubungan malu dengan apa yang dialaminya saat ini
2021 dengan perubahan pada O : - Cara berjalan klien tidak tegap
Jam 13.25 citra tubuh - TD 120/80 mmHg
- Nadi 100
x/menit A : Masalah
teratasi
P : Intervensi dihentikan
Jum’at/ Resiko cedera S : Klien mengatakan masih sakit pada punggung saat berjalan
23 April berhubungan dengan O : klien tanpak membungkuk saat berjalan dan bersikap
2021 gangguan mobilitas protektif A : Masalah belum teratasi
Jam 13.35 P : Intervensi dilanjutkan

2
TERAPI KOMPLEMENTER UNTUK PASIEN OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah pengeroposan tulang yang kerap menyerang orang lebih tua dan wanita. Saat osteoporosis
menyerang tandanya kepadatan mineral tulang menurun sehingga rentan patah dan rapuh. Untuk membantu
meringankan pengeroposan tulang atau osteoporosis, berikut berbagai obat herbal yang bisa dikonsumsi:

1. Semanggi Merah (Red Clover)


Dilansir dari penelitian yang diterbitkan dalam Evidence Based Complementary and Alternative Medicine,
ekstrak semanggi merah dipercaya dapat menjadi obat herbal bagi pengidap osteoporosis.

Hasil penelitian tersebut menemukan, mengonsumsi esktrak semanggi merah selama 12 minggu berefek baik
untuk kesehatan tulang wanita menopause. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa suplemen ini membantu
melindungi tulang punggung dari efek penuaan tulang akibat usia dan osteoporosis.

Penelitian lain juga menyebutkan proses penurunan kepadatan tulang terjadi lebih lebih lambat pada wanita
yang rutin mengonsumsi herbal ini. Mengapa? Semanggi merah dilaporkan mengandung isoflavon yang
secara struktur mirip dengan estrogen alami dalam tubuh manusia.

Estrogen itu sendiri adalah hormon yang membantu melindungi kepadatan dan kekuatan tulang. Penurunan
kadar hormon estrogen dalam tubuh merupakan salah satu faktor utama yang meningkatkan risiko
osteoporosis.

2. Black Cohosh
Black cohosh adalah herbal yang populer digunakan oleh masyarakat Indian Amerika untuk mengatasi
masalah kesehatan wanita. Black cohosh banyak digunakan untuk mengobati gejala menopause, sindrom
PMS, nyeri haid, jerawat, serta menginduksi persalinan. Namun selain itu, obat herbal yang satu ini juga kerap
digunakan untuk mengatasi osteoporosis.

Black cohosh mengandung fitoestrogen (zat mirip estrogen) yang diyakini mampu membantu mencegah
pengeroposan tulang. Sebuah penelitian dalam jurnal Bone menemukan bukti bahwa black cohosh mendukung
pembentukan tulang pada tikus.

Meski begitu, black cohosh tidak bisa dijadikan sebagai pengganti estrogen dalam pengobatan apa pun
termasuk terapi hormon. Di beberapa bagian tubuh, black cohosh ditemukan bisa meningkatkan efek estrogen.
Sementara di bagian lainnya black cohosh justru diamati mengurangi efek estrogen yang merugikan tubuh.

2
Tetap dibutuhkan penelitian lanjutan untuk memperkuat bukti apakah obat herbal ini benar-benar efektif untuk
osteoporosis atau tidak. Pastikan untuk berdiskusi dengan dokter mengenai manfaat dan efek samping obat
herbal yang satu ini sebelum dikonsumsi.

3. Paku Ekor Kuda (Horsetail)


Paku ekor kuda termasuk obat herbal yang diduga kuat bisa membantu mengatasi osteoporosis. Biasanya
tanaman herbal ini dikonsumsi sebagai suplemen, teh, atau kompres herbal.

Kandungan silikon di dalam paku ekor kuda dipercaya mampu membantu mengurangi pengeroposan tulang.
Selain itu, tanaman dengan nama latin Equisetum arvense ini juga diduga kuat bisa merangsang regenerasi
tulang.

Paku ekor kuda termasuk tanaman yang mengandung antioksidan dan antiradang. Kandungan ini memiliki
senyawa yang bekerja seperti pil diuretik, atau dengan kata lain membuat Anda jadi sering kencing. Oleh
karena itu, Anda biasanya disarankan untuk banyak minum air agar cairan yang hilang dan keluar dapat
tergantikan.

Selain untuk osteoporosis, obat herbal ini juga digunakan untuk mengatasi penumpukan cairan di tubuh seperti
edema. Kadar kolesterol yang tinggi, haid yang berat, dan batu ginjal juga bisa diringankan gejalanya dengan
obat herbal yang satu ini. Namun, masih dibutuhkan penelitian lanjutan untuk membuktikan keefektifannya.

2
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan osteoporosis yang tepat adalah dengan pencegahan dan pengobatan
osteoporosis sedini mungkin untuk memperlambat terjadi nya kerusakan tulang lebih lanjut
dan resiko patah tulang

3.2 Saran
Meskipun proses penuaan tidak dapat di hindari tetapi kita dapat memperlambat
bahkan mencegah terjadi nya osteoporosis dan kejadian patah tulang di usia lanjut dengan
melakukan usaha sedini mungkin dengan cara :

1. Mempertahankan masukan kalsium yang adekuat ( 1000-1500 mg per hari ) dan


vitami n D 400 IU per hari
2. Melakukan aktivitas fisik secara teratur dan sesuai seperti olahraga
3. Memperbaiki gaya hidup dan menghilangkan kebiasaan seperti meroko minum
alkohol dan kopi
4. Diet rendah garam
5. Terapi hormon pengganti pada wanita yang sangat bermanfaat
6. Melakukan pemerikasaan densitas tulang dengan desitometer tulang secara rutin

2
Daftar Pustaka

Gaol, F. M. L. (2020). Gambaran Tingkat Kecemasan Lansia Penderita Osteoporosis


Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi Di Puskesmas Pancur Batu.
Jurnal Keperawatan, 1–19. http://poltekkes.aplikasi-
akademik.com/xmlui/handle/123456789/2091

Kesehatan, P., & Kesesehatan, K. (2021). Asuhan keperawatan pada pasien


dengan osteoporosis.

Pb, A., Skp, I. D. I., & Kristiningrum, E. (2020). Farmakoterapi untuk Osteoporosis. 47, 41–
48.

Ramadani, M. (n.d.). FAKTOR-FAKTOR RESIKO OSTEOPOROSIS DAN


UPAYA PENCEGAHANNYA. 111–115.

Septiar, C. (2015). Oteoporosis. 9 UMBI UTAMA Sebagai Pangan Alternatif Nasional, 2012,
186.
http://repository.unisba.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/5125/06bab2_sep
tiar_10100109009_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y

SKRIPSI LITERATUR DINA ARAPAH PANE (1). (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai