Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

OSTEOPOROSIS

TUGAS KELOMPOK II

1.FAUZUL AZIM ZULFI (20334033)

2. GEBY SYAFIRA (20334040)

3. INDAH MAULIDIA (20334046)

DOSEN PEMBIMBING

Linda Marni,S.Pd,S,Kep,M.Mkes

DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kmi sampaikan kehadiran ALLAH SWT,karena dengan rahmat dan
ridhonya kami mendapat hidayah sehingga kami telah menyelesaikan makalah Keperawatan
ini yang di susun berdasarkan materi yang telah di tentukan. Materi yang kami tulis dalam
makalah ini memang masih minim,karena kami berharap mahasiswa dapat mengadakan
pengembangan diri untuk mencari lagi materi materi yang belum terlengkapi ini. Kami
bertujuan dengan makalah ini dapat membantu kita untuk belajar mandiri dan juga membuat
mahasiswa lebih active dan giat dalam belajar.

Berdasarkan makalah ini kami susun dan kami berharap bermanfaat dan dapat
mendampingi kita dalam proses belajar,dan kami juga mengucapkan terima kasih banyak atas
dukungan dari teman teman dan dosen pembimbing.

Penulis

Pariaman,7 Februari 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………

BAB I………………………………………………………………………

LATAR BELAKANG…………………………………………………….

TUJUAN…………………………………………………………………..

BAB II……………………………………………………………………..

A. Definisi…..…………………………………………………………
B. Klasifikasi………………………………………………………..
C. Etiologi……………………………………………………………
D. Faktor resiko penyebab osteoporosis………………………………
E. Patofisiologi………..……………………………………………
F. Manifestasi klinis………………………………………………
G. Pemeriksaan diagnostik…………………………………….
H. Penatalaksanaan……………………………………………...
I. Pencegahan………………………………………………………

BAB III……………………………………………………………………

1. Pengkajian……………………………………………………………..
2. Diagnosa Keperawatan…………..…………………………………..

BAB IV …………………………………………………………………..

Asuhan Keperawatan Osteoporosis………………………………………..

BAB V…………………………………………………………………….

KESIMPULAN……………………………………………………………

SARAN…………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Osteoporosis dapat di jumpai di seluruh dunia dan sampai saat ini masih
merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di Negara berkembang. Di
amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita
post-monopouse dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat
atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia
yang terdapat pada kelompok di atas 85 tahun,terutama terdapat pada kelompok lansia
tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses terjadinya
osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini akan
semakin cepat pada masa menopause.

Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita,termasuk wanita


muda yang mengalami pengertian siklus menstruasi. Hilangnya hormone esterogen
setelah monopouse meningkatkan resiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis
yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak
masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini di
pengeruhi oleh hormon estrogen. Namun,karena gejala baru muncul setelah usia 50
tahun,penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita,pria tetap


memiliki resiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit
osteoporosis pada pria juga di pengaruhi estrogen. Bedanya, laki laki tidak mengalami
monopouse,sehingga osteoporosis dating lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia
di perkirakan akan naik 414% dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan
monopouse yang tahun 2000 di perhitungkan 25,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada
tahun 2015. Depat dibayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam
penyakit osteoporosis.

Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran


akan ancaman osteoporosis berdasarkan Studi di Indonesia :
 Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak
18-36%
 Sedangkan pria 20-27% untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6% pria 38%
 Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan
terjadi di Asia pada 2050
 Mereka yang terserang rata rata berusia di atas 50 tahun,satu dari 3 perempuan dan
satu dari 5 pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang
 Dua dari lima orang Indonesia memiliki resiko terkena penyakit osteoporosis
(depkes,2006)

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

 Masyarakat Indonesia dapat mengetahui dampak bahaya dari penyakit osteoporosis


sehingga dapat di lakukan pencegahan sebelum terjadinya penyakit osteoporosis
 Untuk memperkecil angka osteoporosis di Indonesia
 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien penyakit Osteoporosis
 Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien Osteoporosis

2. Tujuan Khusus

 Untuk menyelesaikan tugas perkuliahan mata ajar Keperawatan Medikal Bedah II di


semester IV tahun ajar 2022/2023 yang di bimbing oleh dosen pembimbing Linda
Marni,S.Pd,S,Kep,M.Mkes
 Utuk menambah nilai di mata ajar Keperawatan Medikal Bedah II pada smester IV
BAB II

PENINJAUAN TEORITIS MEDIS

A. DEFINISI

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari
kecepatan pembentukan tulang , mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara
progresif menjadi porus,rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stress
yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang
yang akhirnya dapat menimbulkan kerapuhan tulang.

B. KLASIFIKASI
1. Osteoporosis Primer
 Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopouse
 Tipe 2 adalah pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita

2. Osteoporosis Sekunder
Yaitu osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain yang mengakibatkan kelainan pada
tulang,diantaranya :
1. Endokrin
a. Korteks adrenal : penyakit cushing dan penyakit Addison
b. Kelainan gonad : hipogonadism
c. Hipofise : akromegali dan hypopituitarism
d. Pankreass : Diabetes mellitus
e. Tiroid : hipertiroid dan Hipotiroid
f. Para Tiroid : Hiperparatiroid
3. Osteoporosis Idiopatik
Yaitu osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada :
1. Usia kanak kanak (juveril)
2. usia remaja (adolesen)
3. pria usia pertengahan.

C. ETIOLOGI

Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormone utama pada


wanita). Yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai
muncul lebih cepat atau lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan derah timur lebih mudah
menderita penyakit ini pada wanita kulit hitam.

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang


berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan
pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senisis dan postmenopausal.

Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder,yang


disebabkan oleh keadaan medis lainya atau oleh obat obatan. Penyakit ini bisa disebabkan
oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,paratinoid,dan adrenal) obat
obatan (misalnya kartikosteroid,barbiturat,anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan ).
Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.

Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak


diketahui,hal ini terjadi pada anak anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormone yang normal,kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang.

D. FAKTOR RESIKO PENYEBAB OSTEOPOROSIS

1. Factor Resiko Yang Tidak Dapat di Ubah

a. Faktor Mekanis atau Usia Lanjut


Factor mekanis merupakan factor yang terpenting dalam proses penurunan massa
tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa
ada interaksi penting antara factor mekanis dengan factor nutrisi kormonal. Pada
umumnya aktivitas fisis akan muncul dengan bertambahnya usia,dank arena massa
tulang merupakan fungsi beban mekanis,massa tulang tersebut pasti akan menurun
dengan bertambahnya usia.

b. Jenis Kelamin
Osteoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria,perbedaan
ini disebabkan oleh factor hormonal dan rangka yang lebih kecil

c. Faktor Genetik
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang.
Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai
contoh,orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan
berat dari pada bangsa kulit putih. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat
biasanya jarang terserang osteoporosis.
d. Riwayat Keluarga atau Keturunan
Riwayat keluarga juga mempunyai penyakit osteoporosis,pada keluarga mempunyai
riwayat osteoporosis, anak anak yang dilahirkanya cenderung mempunyai penyakit
yang sama.

e. Bentuk Tubuh
Kerangka tubuh dan scoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan
penyakit osteoporosis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60
tahun dengan identitas tulang yang rendah dan di atas usia 70tahun dengan keadaan
yang tidak ideal.

2. Faktor Resiko yang dapat di Ubah

1. Determinan Masa Tulang


Masa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor antara
lain :
a. Factor generic
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang

b. Factor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang,bertambahnya beban akan
menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung
dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan
respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan
massa otot besar dan juga massa tulang yang besar.

c. Factor makanan dan hormone


Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein
dan mineral). Pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan genetic
yang bersangkutan

2. Determinan pengurangan massa tulang

Factor factor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada usia lanjut
yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada
factor factor yang mempengaruhi massa tulang,

a. Factor genetic
Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur,pada seseorang
dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko fraktur dari
seseorang dengan tulang yang besar

b. Factor mekanis
Pada umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dank
arena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik,massa tulang tersebut
pasti akan menurun dengan bertambahnya usia

c. Factor lain
- Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting ,dengan masukan kalsium yang
rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan
kalsium yang negative begitupun sebaliknya.

- Protein
Protein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan
keseimbangan kalsium yang negative

- Esterogen
Berkurangnya atau hilangnya esterogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium,karena
menurunya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunya
konservasi kalsium diginjal

- Rokok dan Kopi


Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang. Lebih lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap penurunan
massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak
ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

- Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan
kalsium yang rendah,disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat.

E. PATOFISIOLOGI OSTEOPOROSIS
Setelah monopouse, kadar hormon esterogen semakin menipis dan kemudian
tidak diproduksi lagi. Akibatnya,osteoblas pun makin sedikit diproduksi. Terjadilah
ketidakseimbangan antara pembekuan tulang tidak lagi bisa di imbangi dengan
pembentukan tulang. Untuk di ketahui,osteoklas merusak tulang selama 3
minggu,sedangkan pembentukan tulang membutuhkan waktu 3 bulan. Dengan
demikian,seiring bertambahnya usia, tulang tulang semakin keropos (dimulai saat
memasuki monopouse) dan mudah di serang penyakit osteoporosis.
F. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri ciri nyeri akibat fraktur kompresi pada
vertebra (paling sering Th 11 dan 12) adalah :
 Nyeri timbul mendadak
 Sakit hebat dan terlokalisasi istirahat di tempat tidur
 Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan bertambah oleh karena melakukan aktivitas
 Deformitas vertebra thorakalis  penurunan tinggi badan

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG


 Pemeriksaan non-invasif yaitu :
 Pemeriksaan analisis aktivitas neuron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total
massa tulang
 Pemeriksaan absorpsiometri
 Pemeriksaan computer tomografi (CT)
 Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas,osteoblast,ketebalan trabekula dan kualitas menealisasi
tulang. Biopsi di lakukan pada tulang sternum atau krista ilaka.
 Penerimaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan urine biasanya dalam
batas normak sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada
pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA Protein)

H. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan penderita osteoporosis terdiri atas :
a. Penyuluhan Penderita
Pada penderita osteoporosis, factor resiko di luar tulang harus diperhatikan
program latihan kebugaran tubuh (fitness), melompat,dan lari tidak boleh
dilakukan karena resiko besar patah tulang. Berdirinya tegak kalau
jalan,bekerja,menyetrika,menyapu (gunakan sapu dengan tangkai panjang) dan
masak. Duduklah tegak kalau bekerja,masak,sikat gigi dan mencuci. Tidak boleh
mengepel lantai dengan berlutut dan membungkuk karena resiko patah tulang
pinggang cukup besar. Untuk memperkuat dan mempertahankan kakuatan
neuromuskuler memerlukan latihan tiap hari atau paling sedikit 3 hari sekali.
Berdansa santai atau dan jalan kaki cepat sampai 20-30 menit sehari adalah sehat
dan aman untuk penderita osteoporosis.
Penderita perlu menyadari besarnya resiko jatuh. Setelah makan atau
tidur,duduk sebentar dulu sebelum berdiri dan pada permukaan berdiri
berpegangan dahulu pada tepi meja makan. Mereka yang sering kehilangan
keseimbangan bahan perlu memakai tongkat/walker.

b. Pencegahan
 Pecegahan primer bertujuan untuk membangun kepadatan tulang dan
neuromuskuler yang maksimal. Ini dimulai balita,remeja dewasa umur
pertengahan sampai umur 36th. Beberapa hal penting pada pencegah primer
-Pemberian kalsium yang cukup (1200mg) sehari selama masa remaja kegiatan
fisik yang cukup dalam keadaan berdiri. Minimal jalan kaki 30 menit tiap hari.
-Mengurangi factor resiko rapuh tulang seperti merokok,alcohol,dan
imobilisasi.
-menambah kalsium sebanyak dalam diet sebagai 800mg sehari pada manula
untuk wanita resiko tinggi penambahan esterogen,difosfonat atau kalsitonin
harus di pertimbangkan.
 Pencegahan sekunder yaitu pemberian hormon hormon esterogen
progesterone. Hormon hormone ini di laporkan menghentikan setidaknya
mengurangi kehilangan tulang selama monopouse.
 Pencegah tersier dilakukan bila penderita mengalami patah tulang pada
osteoporosis atau pada orang yang masuk lanjut usia (lansia)

c. Pemberian Gizi Optimal


Pencegahan primer bertujuan agar kepadatan tulang yang maksimal tercapai pada
umur 36th. Pencegahan sekunder bertujuan menghambat kehilangan kepadatan
tulang pada lansia dihambat dengan pencegahan tersier. Pencegahan
primer,sekunder dan tersier dilaksanakan melalui pengaturan gizi yang optimal,
diberangi dengan aktivitas fisik dan olahraga yang sesuai dengan umur dan
stadium kerapuhan tulang penderita. Kebutuhan kalsium sehari hari untuk
mencegah osteoporosis :
Sebelum monopouse kebutuhan sehari 800-1000 mg kalsium
Selama monopouse kebutuhan sehari 1000-1200 mg kalsium
Selama monopouse kebutuhan sehari 1200-1500 mg kalsium

d. Upaya Rehabilitasi Medik


Prinsip terapi fisik dan rehabilitasi dapat bermanfaat dalam pelaksanaan penderita
osteoporosis.
Latihan /exercise dapat mengurangi hilangnya massa tulang dan menambah massa
tulang dengan cara meningkatkan pembentukan tulang yang lebih besar dari pada
resorbsi tulang.

Pengobatan Pada Patah Tulang :


Pada orang tua dengan keluhan nyeri yang hebat pada lokalisasi tertentu seperti
pada punggung, pinggul, pergelangan tangan,disertai adanya riwayat jatuh,maka
perlu segera memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui adanya patah tulang.
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya didapatkan adanya patah tulang,maka harus
dipertimbangan tindakan tindakan sebagai berikut :
1. Menghilangkan nyeri disertai pemberian obat obatan untuk
membangun kekuatan tulang,yaitu kalsium dan obat obatan
osteoporosis.
2. Tindakan pemasangan gips pada patah tulang pergelangan tangan.
Tindakan menarik tulang pada panggul dan dilanjutkan dengan
tindakan operasi pada panggul dengan mengganti kepala panggul pada
patah leher paha.

I. PENCEGAHAN
 Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi
kalsium yang cukup
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif,terutama sebelum
tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar 30th ) minum 2 gelas susu dan
tambahan vitamin D setiap hari,bisa meningkatan kepadatan tulang pada wanita
setengah baya yang sebelumnya dosis harian yang dianjurkan adlaah 1,5 gram
kalsium.

 Melakukan olahraga dengan beban


Olahraga beban ( misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan
kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.

 Mengkonsumsi Obat (untuk beberapa orang tertentu)


Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering
diminum bersamaan dengan pergesteron. Terapi sulit esterogen paling efektif dimulai
dalam 4-6th setelah menopause, tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah
monopouse , masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko
patah tulang. Reloksifen merupakan obat yang menyerupai esterogen yang baru,yang
mungkin kurang efektif daripada esterogen dalam mencegah kerapuhan tulang tetapi
tidak memiliki efek terhadap payudara atau Rahim. Untuk mencegah
osteoporosis,bisfoosteoporosis,bisfosfonat (contohnya alendronate),bisa digunakan
sendiri atau bersamaan dengan terapi sulit hormon.

Hindari :
 Makanan tinggi protein
 Minuman alcohol
 Merokok
 Minum kopi
 Minum antasida yang mengandung aluminium
BAB III

TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Anamnesa
1. Riwayat Kesehatan
Anamnesa memegang peran penting pada evaluasi klien osteoporosis.
Kadang kadang keluhan utama mengarahkan ke diagnose (mis,fraktur colum
femoris pada osteoporosis). Factor factor lain yang diperhatikan adalah
usia,jenis kelamin,ras status haid,fraktur pada trauma minimal, imobilitas
lama,penurunan tinggi badan pada orang tua,kurangya paparan sinar
matahari,asupan kalsium,fosfat dan vitamin D. latihan yang teratur dan
bersifat weight bearing.
Obat obatan yang dimunum pada jangka panjang harus diperhatikan seperti
kortikosteroid,hormone tiroid,anti konvulsan,antacid yang mengandung
aluminium,nutrium flourida dan etidronat bifosfonat,alcohol dan merokok
merupakan factor resiko terjadinya osteoporosis. Penyakit lain yang harus di
pertanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit
ginjal,saluran cerna,hati,endokrin,dan insufiensi pancreas.
Riwayat haid,usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga
diperhatikan.
Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena ada
beberapa penyakit tulang metabolic yang bersifat herediter.

2. Pengkajian psikososial.
Gambaran klinis pasien dengan osteoporosis adalah wanita
pascamenopause dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan factor
predisposisi adanya fraktur multiple karena trauma. Perawat perlu mengkaji
konsep diri klien terutama citra diri,khususnya klien dengan filosis berat.
Klien mungkin membatasi interaksi social karena perubahan yang tampak atau
keterbatasan fisik,tidak mampu duduk di kursi,dan lainya. Perubahan seksual
dapat terjadi karena harga diri atau tidak nyaman selama posisi interkoituss.
Osteoporosis dapat menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu
mengkaji perasaan cemas dan takut pada klien.

3. Pola aktivitas sehari hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan
dengan olahraga,pengisian waktu luang dan rekreasi,berpakaian,makan,mandi
dan toilet. Oleh raga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan
merasa lebih baik. Selain itu,olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan
gerakan sendi. Lansia memerlukan aktivitas yang adekuat untuk
mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh memerlukan interaksi yang
kompleks antara saraf dan muskulosekeletal. Beberapa perubahan yang terjadi
sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility (kemampuan
gerak cepat dan lancar),menurun, stamina menurun,koordinasi menurun dan
dexterity (kemampuan memanipulasi keterampilan motorik halus) menurun.

b. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : taktil freminus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : pada kasus lanjut usia,biasanya didapatkan suara ronki

b. B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik,sering terjadi keringat dingin dan pusing.
Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau
edema yang berkaitan dengan efek obat.

c. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parahklien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
a. Kepala dan wajah : ada sianosis
b. Mata : sclera biasanya tidak ikterik,konjungtiva tidak anemis
c. Leher : biasanya JVP dalam normal

Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari


halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih,fraktur kompres
vertebra.

d. B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak keluhan pada system
perkemihan.

e. B5 (bowel)
Untuk kasus osteoporosis,tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi,konsistensi,warna,serta bau fases.

f. B6 (Bone)
Pada inspeksi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering
menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi
badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan,deformanitas tulang,leg –
lengh inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah
antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.

Adapun data yang mungkin muncul pada pasien osteoporosis yaitu :


Data Subjektif :
 Os mengeluh nyeri punggung
 Os mengatakan sulit BAB
 Os mengatakan mudah lelah
 Adanya riwayat jatuh

Data Objektif :
 Kekuatan otot menurun
 Kekakuan sendi
 Deformitas
 Kifosis
 Fraktur Baru
 Ketidakseimbangan Tubuh
 Keletihan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang pengetahuan mengenai proses dan program terapi
2. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi
usus)
4. Resiko terhadap cedera : fraktur,yang berhubungan dengan tulang osteoporotic

A. INTERVENSI KEPERAWATAN

Memahami osteoporosis dan program tindakan.

1. Ajarkan pada klien tentang factor factor yang mempengaruhi terjadinya


osteoporosis
2. Anjurkan diet atau suplemen kasium yang memadai
3. Timbang berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti
pengurangan kafein,sigaret dan alcohol, hal ini dapat membantu
mempertahankan massa tulang
4. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D,sinar
matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek
osteoporosis
5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium,vitamin D,sinar
matahari dan latihan yang memadai untuk menimbulkan efek osteoporosis
6. Berikan pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.
Karena nyeri lambung dan distesi abdomen merupakan efek samping yang
sering terjadi pada suplemen kalsium,maka pasien sebaiknya meminum
suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek
samping tersebut. Selain itu, asupuan cairan yang memadai dapat
menurunkan resiko pembentukan batu ginjal.
7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining
berkala terhadap kanker payudara dan endometrium.

Meredakan Nyeri

1. Peredaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur


telentang atau miring ke samping selama beberapa hari
2. Kasur harus padat dan tidak lentur
3. Fkelsi lutut meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot
4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot
5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai salah satu unit dan
hindari gerakan memuntir
6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien
dibantu turun dari tempat tidur
7. Pasang korset lombosakral untuk menyokong dan imobilisasi semestara,
meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh
kebanyakan lansia.
8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur
perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman
dan mengurangi stress akibat postur abnormal pada otot yang melemah
9. Opioid oral mungkin diperlukan untuk hari hari pertama setelah awitan nteri
punggung. Setelah beberapa hari,analgetika non-opoid dapat mengurangi nyeri.

Memperbaiki Pengosongan Usus

Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas,pengobatan dan lansia


1. Berikan diet tinggi serat
2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat
membantu atau meminimalkan konstipasi
3. Pantau asupan pasien,bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps
vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.

Mencegah Cidera

1. Anujurkan melakukan aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk
memperkuat otot,mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang
progresif
2. Ajarkan latihan isometric,latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot
batang tubuh
3. Anjrkan untuk berjalan,mekanika tubuh yang baik,dan postur yang baik
4. Hindari membungkuk mendadak,melenggok dan mengangkat beban lama
5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan. Sebaiknya dilakukan di luar rumah di
bawah sinar matahari,karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan
tubuh menghasilkan vitamin D.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOPOROSIS

a. Pengkajian
Sumber data pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan osteoporosis meliputi :

1). Riwayat Keperawatan.


Dalam pengkajian riwayat keperawatan,perawat perlu mengidentifikasi adanya :
a. Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah)
b. Berat badan menurun
c. Biasanya di atash 45th
d. Jenis kelamin sering terjadi pada wanita
e. Pola latihan dan aktivitas
f. Keadaan nutrisi (mis,kurang vitamin D dan C,serta kalsium)
g. Merokok,mengkonsumsi alcohol dan kafein
h. Adanya penyakit endokrin : diabetes mellitus,hipertiroid,hiperparatiroid,sindrom
cushing,akromegali,hipogonadisme.

2). Pemeriksaan Fisik


a. Lakukan tekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri
pergergerakan
b. periksa mobilitas pasien
c. amati posisi pasien yang nampak membungkuk

3). Riwayat Psikososial

Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan,takut
melakukan suatu aktivitas,dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji
masalah masalah psikologis yang timbul akubat proses ketuaan dan efek penyakiy
penyertainya.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Berdasarkan data pengkajian,diagnose berhubungan dengan proses penyakit
2. Gangguan konsep diri : perubahan ciri tubuh dan harga diri yang berhubungan
dengan proses penyakit
3. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spamse
4. Resiko terhadap cedera : fraktur,yang berhubungan dengan tulang osteoporosis
5. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

c. Tujuan
Sasaran umum pasien dapat meliputi dapat mengingkatkan mobilitas dan aktivitas
fisik,dapat menggunakan koping yang positif,nyeri,reda,cedera tidak terjadi,dan
memahami osteoporosis dan program pengobatan

d. Intervensi
Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan diagnose yang ditemukan
meliputi :
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit

Intervensi :

a. Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu memperbaiki posisi
tulang belakang
b. Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat
c. Bantu dan anjurkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi
persendian dan mencegah kontruaktur
d. Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset,pasien perlu dilatih
menggunakannya dan jelas tujuanya
e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik,ekstrogen,kalsium,dan vitamin D
f. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta vitamin C
dan D
g. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar kalsium

2. Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan
dengan proses penyakit

Intervensi :
a. Bantu pasien mengkespresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh perhatian.
Perhatian sungguh sungguh dapat menyakinkan pasien bahwa perawat bersedia
membantu mengatasi masalahnya dan akan tercipta hubungan yang harmonis
sehingga timbul koordinasi
b. Klasifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan
yang telah diberikan. Klasifikasi ini dapat meningkatkan koordinasi pasien
selama perawatan
c. Bantu pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan
kesuksesan atau kebanggaan saat itumdan ini dapat membantu upaya mengenal
dir saya
d. Identifikasi bersama pasien tentang alternative pemecahan masalah yang positif.
Hal ini yang akan mengembalikan rasa percaya diri.
e. Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga atau temen

3. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

Intervensi :
a. Anjurkan istrihatan di tempat tidur yang posisi terlentang stsu miring
b. Atur posisi lutut fleksi,meningkatkan rasa nyaman dengan menggunakan otot
c. Kompres hangat intermiten dan pijet punggung dapat memperbaiki otot
d. Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh
e. Gunakan korset atau brace punggung,saat pasien turun dari tempat tidur
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri

4. Resiko terhadap cidera : fraktur,yang berhubungan dengan tulang osteoporosis


Intervensi :
a. Anjurkan untuk melakukan aktivitas fisik untuk memperkuat,mencegah
aktivitas fisik untuk memperkuat otot,mencegah atrofi,dan memperlambat
demineralisi tulang progresif
b. Latihan isometric dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh
c. Anjurkan pasien untuk berjalan,mekanika tubuh yang baik,dan postur tubuh
yang baik
d. Hindari aktivitas membungkuk mendadak,melengok,dan mengangkat beban
lama
e. Lakukan aktivitas di luar dan dibawah sinar matahari untuk memperbaiki
memampuan tubuh menghasilkan vitamin D

5. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi


a. Jelaskan pentingnya diet yang tepat,latihan dan aktivitas fiisk yang sesuai,
serta istirahat yang cukup
b. Jelaskan penggunaan obat serta efek samping obat yang diberikan secara detail
c. Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman. Misalnya,lantai tidak licin,tangga
menggunakan pegangan untuk menghindari jatuh
d. Anjurkan mengurangi kafein,alcohol,merokok
e. Jelaskan pentingnya perawatan lanjutan

e.Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan :
1. Aktivitas mobilitas fisik terpenuhi
a. Melakukan ROM secara teratur
b. Menggunakan alat bantu saat aktivitas
c. Menggunakan brace/korset saat aktivitas

2. Koping pasien positif


a. Mengekspresikan perasaan
b. Memilih akternatif pemecah masalah
c. Meningkatkan komunikasi

3. Mendapatkan peredaan nyeri


a. Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
b. Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari
hari
c. Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur

4. Tidak mengalami fraktur baru


a. Mempertahankan postur yang bagus
b. Mempergunakan mekanika tubuh yang baik
c. Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
d. Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan jalan setiap
hari)
e. Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
f. Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
g. Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman
h. Menerima bantuan dan supervise sesuai kebutuhan

5. Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan progrsm


penanganannya.
a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa
tulang
b. Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi
c. Meningkatkan tingkat latihan
d. Gunakan terapi hormone yang di resepkan.

Dokumentasi
Dokumentasi adalah abgian integral proses. Dokumentasi keperawatan mencakup
penyajian,identifikasi masalah,perencanaan,tindakan. Dokumentasi
keperawatan dicatat dengan cara yang sistematis,komprehensif,akurat dan
terus menerus (Nursalam,2008)
BAB IV

KASUS DAN PEMBAHASAN

Pengkajian

Hari/tanggal : Selasa, 3 Juli 2019

Jam : 11:00 WIB

Tempat : Ruang Kirana RS. Tk.III dr.Soetarto Yogyakarta

A. Hasil Studi Kasus


1. Identitas
a. Pasien
1. Nama Pasien : Ny. D
2. Tempat/tanggal lahir : Magetan,22 Mei 1966
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SLTA
6. Pekerjaan : IRT
7. Status Perkawinan : Kawin
8. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
9. Alamat : Klitren Lor GK III No.498 Yogyakarta
10. Diagnosa Medis : Osteoporosis Genu Dextra
11. NO.RM : 013634
12. Tanggal Masuk RS : 3 Juli 2019

b. Penanggung Jawab/ keluarga


1. Nama : Bp. A
2. Umur : 52 th
3. Pendidikan : SLTA
4. Pekerjaan : Buruh Pabrik
5. Alamat : Klitren Lor GK III No.498 Yogyakarta
6. Hubungan dengan pasien : Suami
7. Status Perkawinan : Kawin

c. Riwayat Kesehatan
1. Kesehatan Pasien
1. Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan lutut kanan nyeri,kemeng kemeng,sakit,kalau di
tekuk tidak bisa,kaku dan terasa sakit sekali
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasn masuk RS :
Pasien mengatakan lutut kanan nyeri,kemeng kemeng,sakit,kalau
di tekuk tidak bisa sudah 1 mingguan,pada hari senin, 2 juli 2019
dibawa ke Puskesmas Danurejen diperiksa dokter dan selanjutnya
diberi rujukan ke RS. Dr.Soetarto (DKT) lalu opname.

b. Riwayat Kesehatan Pasien :


Pasien mengatakan sudah 1 minggu lutut kanan nyeri,lemeng
lemeng,sakit untuk berrjalan.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu :


a. Pasien mengatakan pernah operasi amandel tahun 2003
b. Pasien punya riwayat hipertensi,setiap bulan control di puskesmas

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Diagram

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Pasien mengatakan pernah operasi amandel tahun 2004
2. Pasien punya riwayat hipertermi

c. Kesehatan Fungsional
1. Aspek Fisik-Biologis
a. Nutrisi
Sebelum masuk RS : pasien mengatakan makan normal 1x3
sehari,minum sehari 1-2 liter
Selama sakit : pasien mengatakan makan normal 3x1
sehari,minum sehari 0-1 liter.

b. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB normal 1
sehari,BAK normal tidak ada masalah
Setelah sakit : pasien mengatakan BAB terganggu drngan
sakit lutut kanan,BAK lancar tapi harus memakai kursi roda
untuk ke kamar mandi

c. Pola Aktivitas
1. Sebelum sakit
(1). Kesehatan aktivitas sehari hari
Pasien mengatakan melakukan aktivitas sehari hari
secara mandiri

(2). Kesehatan pernafasan


 Bentuk dada normal
 Pergerakan dada simetris
 Pasien mengatakan tidak ada keluhan

(3). Keadaan Kardiovaskular : pasien mengatakan tidak


ada keluhan

a. selama sakit
(1). Keadaan aktivitas sehari hari
Pasien mengatakan untuk aktivitas
berjalan/bergerak dibantu keluarga dalam memakai
kursi roda
(2). Keadaan pernafasan
Bentuk dada normal,pergerakan dada simetris
(3). Keadaan kardiovaskular
Letak jantung normal
(4). Skala ketergantungan.

Keterangan :

0-4 : ketergantungan total

5-8 : ketergantungan berat

9-11 : ketergantungan sedang


12-19 : ketergantunngan ringan

20 : mandiri

Kesimpulan Hasil :

1. Ketergantungan berat (7)


2. Ketergantungan sedang (11)
3. Ketergantungan ringan (13)

Kebutuhan istirahat-tidur
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari tidur siang 1-2 jam
b. Selama sakit
Pasien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari,tidur siang 1-2 jam

Aspek Psiko Sosial-Spiritual


1. Pemeliharaan dan pengetahun terhadap kesehatan
S : pasien mengatakan sehat itu mahal harganya
O : Pasien mengatakan sakit lutut kaki kanan

2. Pola Hubungan
Pasien mengatakan hubungan dengan masyarakat/tetangga harmonis tidak ada
masalah

3. Koping atau toleransi stress


Pasien selalu berfikir positif biar tidak stress

4. Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya


Pasien menyatakan tidak merasa malu dengan penyakitnya

5. Konsep diri
a. Gambaran diri : bagian tubuh pasien tidak terdapat kecelakaan.
b. Harga diri : hubungan pasien dengan keluarga,masyarakat baik
c. Ideal diri : pasien mengharapkan sembuh dan dapat beraktifitas seperti dahulu
d. Identitas diri : pasien mengatakan bahwa dirinya perempuan harus dapat
bekerja kembali untuk membantu keluarga

6. Seksual dan menstruasi


Pasien mengatakan sudah kurang lebih 4th tidak menstruasi,kebutuhan seksual
normal

c. Aspek Lingkungan Fisik


Pasien mengatakan selama sakit tidak bisa aktifitas dan tidak bisa bekerja

d. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
1. Kesadaran : compos metis
2. Status gizi : TB =150cm
BB =45kg
IMT = BBTB
3. Tanda vital TD = 130/80mmHg Nadi = 88x/mm

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Claudal)


1. Kulit : tugor kulit kering
2. Kepala : simetris,warna rambut merah (disemir),tidak terdapat nyeri tekan
3. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limpa dan tidak ada nyeri tekan
4. Tungkak : tidak ada lesi,tidak ada benjolan/massa,tidak ada tiroid
5. Dada :
a. Inspeksi : dada tampa simetris
b. Auskultasi : dada terdengar tracheal,bronchial
c. Perkusi : dada terdengar samar saat brokhial
d. Palpasi : dada tidak ada nyeri tekan,expansi dada simetris
6. Payudara :
a. Inspeksi : tampak simetris
b. Palpasi : tidak terdapat benjolan,tidak terdapat nyeri tekan
7. Punggung : tidak terdapat lesi
8. Abdomen :
a. Inspeksi : tidak di kaji
b. Aukultrasi : terdengar peristaltic usus dengan jelas
c. Perkusi : terdengar timpasi
d. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Panggul : bentuk panggul normal
10. Anus dan rectum : -
11. Genetalia :
a. Pada wanita
Tidak ada kelainan/penyakit pada vegina
b. Pada pria
12. Ektremitas
a. Atas : tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan tangan (anggota gerak
atas)
b. Bawah : tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan jari,kaki terjadi
kelemahan/rasa sakit pada lutut kaki kanan.

B. ANALISA DATA
Pasien Ny.E di ruang Kirana RS. Dr.Soetarto.

No. Data Penyebab Masalah


1. DS : Agen injuri biologis Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri dilutut
kanan sejak 1 minggu sebelum
dirawat di RS.
DO :
Cm sedang
TD : 130/80
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,5
P : jatuh dari motor
Q : pegel pegel,kemeng,nyeri
R : lutut kanan
S:6
T : Setiap berjalan sakit
Therapy : inj
 Satagesic 3x tiap 8 jam
 Ranitidine 2x tiap 12 jam Kelemahan otot
 MTP 62,5mg 3x tiap 8 jam
per 1.V
DS :
Pasien mengatakan lutut kanan sakit
untuk di tekuk atau digerakan Hambatan
DO : mobilitas fisik
Pasien dalam berpindah tempat
menggunakan kursi roda ADL
dibantu keluarga
DS :
Pasien mengatakan tidak mengerti
tentang penyakitnya
DO : Kurang
Kurang informasi tentang pengetahuan
Pasien mengatakan belum tahu
kesehatan tentang kesehatan
tentang sakitnya
DO :
Terpasang infus RL 20 tpm,di tangan
kanan,sejak hari selasa 3 juli 2019.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen injuri d.d hambatan mobilitas fisik


2. Hambatan fisik b.d kelemahan otot d.d berpindah tempat dengan menggunakan kursi
roda
3. Kurang pengetahuan tentang kesehatan b.d kurangnya informasi tentang penyakitnya
d.d belum mengerti tentang penyakit yang sedang di derita

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Hari/ Diagnose Perencanaan


tgl/ keperawatan Tujuan Definisi dan Kriteria Definisi dan Tindakan
jam Hasil Keperawatan
Selasa,3 Nyeri akut Setelah Tingkat Nyeri (L.08066) Pemantauan Nyeri
juli dilakukan Setelah dilakukan (I.08242)
2019 asuhan intervensin keperawataan Observasi :
Jam keperawatan selama 3 X 24 Jam, maka -identifikasi factor
14:00 selama 3x24 jam tingkat nyeri menurun pencetus dan pereda nyeri
WIB nyeri pasien dengan kriteria hasil : -monitor kualitas nyeri
berkurang -Keluhan nyeri cukup (terasa
dengan kriteria menurun (5) tajam,tumpul,diremas
hasil : -meringis cukup menurun remas,ditimpa beban berat)
-TTV dalam (5) -monitor lokasi dan
batas normal penyebab nyeri
-nyeri berkurang -monitor intensitas nyeri
-wajah rileks dengan menggunakan
skala

Terapeutik :
-atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
-dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi :
-jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
-informasikan hasil
pemantauan,jika perlu

Rabu,4 Hambatan Setelah Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan mobilisasi


juli mobilitas fisik dilakukan Setelah dilakukan (I.05173)
2019 asuhan intervensin keperawataan Observasi :
Jam keperawatan selama 2 X 24 Jam, maka -identifikasi adanya nyeri
10:30 selama 2x24 jam mobilitas fisik meningkat, atau keluhan fisik
tidak terjadi dengan kriteria hasil: -identifikasi toleransi fisik
hambatan -Gerakan terbatas melakukan pergerakan
mobilitas fisik menurun -monitor frekuensi jantung
-Pergerakan ekstremitas dan tekanan darah sebelum
meningkat memulai mobilisasi
-Kekuatan otot meningkat -monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi

Terapeutik :
-fasilisasi aktivitas
mobilisasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (misalnya,pagar
tempat tidur)
-fasilitasi melakukan
pergerakan,jika perlu
-libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

Edukasi :
-jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
-anjurkan melakukan
mobilisasi dini
-ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (misalnya,duduk
di tempat tidur,duduk di
sisi tempat tidur,pindah
dari tempat tidur ke kursi)
Kamis Kurang Setelah Tingkat Pengetahuan Deficit pengetahuan
pengetahuan dilakukan (L.12111) Intervensi utama :
asuhan Setelah di lakukan -edukasi kesehatan
keperawatan pemeriksaan 1x24 jam
selama 1x24 jam maka pasien pasam Intervensi pendukung :
pasien paham dengan -bimbingan system
dengan penyakitnya,dengan kesehatan
penyakitnya kriteria hasil : -edukasi aktivitas/istirahat
-perilaku sesuai anjuran -edukasi efek samping
meningkat obat
-perilaku sesuai dengan -edukasi manajemen nyeri
pengetahuan meningkat -edukasi mobilisasi
-edukasi perawatan diri

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama pasien : Ny.A

Diagnose Keperawatan : nyeri akut

Ruang : kirana

Hari/tg/jam Pelaksanaan Evaluasi


Selasa 3/7/2019 1. Mengukur TTV dan S:
Jam 11:30 WIB Observasi tingkat Pasien mengatakan nyeri
nyeri pada lutut kanan terasa pegel
pegel,bisa beraktivitas jalan
terasa sakit
O,KU,Cm
TTV
-TD : 130/80
-Nadi : 88x/menit
-Suhu : 36,5
-RR : 22x/menit
Wajah pasien tegang
menahan nyeri
A:
Nyeri akut belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

2. Mengukur TTV dan S:


observasi hambatan Pasien mengatakan lutut sakit
fisik kalau ditekuk
O:
Pasien dalam berjalan
menggunakan kursi roda
A:
Rasa sakit pada lutut belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Rabu 4/7/2019 1. Mengukur TTV S:
Jam 13:40 WIB dan observasi Pasien mengatakan nyeri
tingkat nyeri pada lutut kanan mulai
berkembang
TTV
-TD : 120/80
-Nadi : 92x/menit
-Suhu : 37
-RR : 24x/menit
Wajah pasien sudah tidak
tampak tegang
A:
Nyeri berkurang
P:
Lanjutkan intervensi
2. Mengukur TTV S:
dan observasi Pasien mengatakan lutut
hambatan phisik sudah berkurang sakitnya
O:
Pasien dalam berjalan masih
menggunakan kursi roda
A:
Rasa nyeri pada lutut sudah
berkurang
P:
Lanjut intervensi

Kamis 5/7/2019 1. Mengukur TTV dan S:


Jam 14 :00 WIB observasi tingkat nyeri Pasien mengatakan nyeri
pada lutut kanan berkurang
O:
Pasien dalam berjalan sudah
bisa sendiri tanpa bantuan
kursi roda
TTV
2. Mengukur TTV dan TD : 120/80
observasi hambatan fisik Nadi : 92x/menit
Suhu ; 36,5
RR : 22x/menit
A:
Pasien mengatakan bisa
berjalan pelan pelan tanpa
kursi roda ADL dibantu
P:
Lanjutkan intervensi
S:
Pasien mengatakan lutut
sudah berkurang sakitnya
3. Mengukur TTV dan sudah bisa ditekuk dan tidak
sakit
Observasi tentang O:
kurangnya pengetahuan Pasien dalam berjalan sudah
tidak menggunakan kursi
roda,ADL dibantu
A:
Rasa nyeri pada lutut sudah
berkurang
P:
Lanjutkan intervensi
S:
pasien mengatakan tidak
tahu tentang penyakitnya
O:
Pasien mengatakan sakit
pada lutut kanan
A:
Pasien mengatakan belum
tahu informasi kesehatan
P:
Lanjutkan intervensi

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan :

Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas /matriks/massa tulang.peningkatan


tulang,dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan
tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah
patah

Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif,sehingga tulang


menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral mineral seperti kalsium dan
fosfat ,sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur
kandungan mineral dalam tulang,maka tulang menjadi kurang padat dan rapuh,sehingga
terjadilah osteoporosis.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi Nasrul ( 1998 ) Dasar – Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat Edisi,

EGC : Jakarta

Hertman. Heather ( 2009 – 2011 ), Diagnosa Keperawatan dan Klasifikasi (

NANDA ). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Kurnia, Syamsudin, 2009. “Osteoarthritis Diagnosis, Penananganan dan Perawatan

di Rumah”. Yogyakarta : Fitramaya.

Moeleak, A. Faried ( 1990 ) Menuju Indonesia Sehat 2010, Depkes RI : Jakarta

Suprajitno ( 2004 ). Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC : Jakarta

Willkison. M, Judith ( 2002 ), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan

Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai