SIS
Oleh:
Oleh:
M. IRWINSYAH : B0216716
Pengajar :
dr. H. Rapiuddin, Sp. Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKAN
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih
merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di
Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita postmenopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau
populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang terdapat
pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu
tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai
sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause.
Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda
yang mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon estrogen setelah
menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap
disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak
dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen.
Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah
dideteksi secara dini.
Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki
risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada
pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga
osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414
persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000
diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Dapat dibayangkan
betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.
Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran
akan ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:
1. Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 1836%,
2. sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.
3. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi
di Asia pada 2050
4. Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun, Satu dari tiga perempuan dan
satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang.
5. Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (depkes,
2006)
Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar
dan merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Masyarakat Indonesia dapat mengetahui dampak bahaya dari penyakit osteoporosis
sehingga dapat dilakukan pencegahan sebelum terjadinya penyakit osteoporosis.
b. Untuk memperkecil angka osteoporosis khususnya di Kab. Majene dan Indonesia
umumnya.
c. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien penyakit Osteoporosis.
d. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien Osteoporosis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menyelesaikan tugas perkuliahan mata ajar Ilmu Penyakit Dalam
b. Untuk menambah nilai di mata ajar Ilmu Penyakit Dalam
BAB II
TINJAUAN TEORITIS MEDIS
A. DEFENISI
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih
besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total.
Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah
fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang
yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
B. KLASIFIKASI
1. Osteoporosis Primer
a. Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause
b. Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
2. Osteoporosis Skunder
Disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
a. Kelainan hepar
b. Kegagalan ginjal kronis
c. Kurang gerak
d. Kebiasaan minum alkohol
e. Pemakai obat-obatan atau corticosteroid
f. Kelebihan kafein
g. Merokok
3. Osteoporosis Idiopatik
Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada
Usia kanak-kanak (juvenil), Usia remaja (adolesen), Pria usia pertengah.
C. ETIOLOGI
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama
pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada
wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa
mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang
sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur
lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan
pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan
oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan
obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan
ini.
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan
fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang
jelas dari rapuhnya tulang.
D. FAKTOR FAKTOR RESIKO PENYEBAB OSTEOPOROSIS
1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah
a. Faktor Mekanis Atau Usia Lanjut
Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan
massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti
bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal.
Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena
massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.
b. Jenis Kelamin
Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria,
perbedaan ini disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.
c. Faktor Genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang.
Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai
contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan
berat dari pada bangsa kulit putih. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat
biasanya jarang terserang osteoporosis.
d. Riwayat Keluarga Atau Keturunan
Riwayat keluarga juga mempengaruhi penyakit osteoporosis, pada keluarga
yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya cenderung
mempunyai penyakit yang sama.
e. Bentuk Tubuh
Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan
penyakit osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60
tahun dengan identitas tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan
tubuh yng tidak ideal.
E. PATOFISIOLOGI
1. Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang
yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada
perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses
pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang
2. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang
bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
3. Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian
korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda
4. Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd
wanita 40-50 %
5. Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum
femoris, dan korpus vertebra
6. Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius
bagian distal.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi
2.
3.
4.
5.
aktivitas
6. Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan non-invasif yaitu ;Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan
untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.
2. Pemeriksaan absorpsiometri
3. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
4. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi
tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
5. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya
dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada
pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama
yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah
yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa
mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa
memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk
mengobati osteoporosis.
punggung.
5. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok, mengurangi
konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).
6. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.
I. PENCEGAHAN
1. Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium
yang cukup.
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum
tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan
tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita
setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua
wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram
kalsium.
2. Melakukan olah raga dengan beban
Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan
tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.
3. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)
Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum
bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6
tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause,
masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang.
Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang
efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek
terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya
alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
4. Mengindari :
a.
b.
c.
d.
e.
BAB III
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a. Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien
osteoporosis. Kadang- kadang keluhan utama mengarahkan ke diagnosa ( mis.,
fraktur colum femoris pada osteoporosis). Faktor lain yang diperhatikan adalah usia,
jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama,
penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan
kalsium, fosfat dan vitamin D, latihan yang teratur dan bersifat weight bearing.
Obat-obatan yang diminum pada jangka panjang harus diperhatikan seperti
kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasid yang mengandung aluminium,
natrium flourida dan etidronat bifosfonat, alkohol dan merokok merupakan faktor
risiko terjadinya osteoporosis.
Penyakit lain yang harus dipertanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis
adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufiensi pankreas.
Riwayat haid, usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga
diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena
ada beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.
b. Pengkajian psikososial. Gambaran klinis pasien dengan osteoporosis adalah wanita
pascamenopause dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor
predisposisi adanya fraktur multiple karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep
diri klien terutama citra diri, khususnya klien dengan kifosis berat. Klien mungkin
membatasi interaksi sosial karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik,
tidak mampu duduk di kursi, dan lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena
harga diri atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis dapat
menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan
takut pada klien.
c. Pola aktifitas sehari-hari. Pola aktifitas dan latihan biasanya berhubungan dengan
olah raga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet.
Olah raga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik.
Selain itu, olah raga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia
memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas
tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskulosekeletal.
Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian
adalah agility (kemampuan gerak cepat dan lancar) menurun, stamina menurun,
koordinasi menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik
halus) menurun.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing).
Inspeksi
: ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.
b. B2 ( Blood).
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah
atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
c. B3 ( Brain).
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
1) Kepala dan wajah: ada sianosis
2) Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
3) Leher: Biasanya JVP dalam normal
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari
dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi
vertebra.
d. B4 (Bladder).
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan.
e. B5 ( Bowel).
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 ( Bone).
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis
sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowagers hump) dan penurunan tinggi
badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length
inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra
torakalis 8 dan lumbalis 3. Adapun data yang mungkin muncul pada pasien
osteoporosis yaitu :
Data subjektif :
- os mengeluh nyeri punggung
- os mengatakan sulit BAB
- os mengatakan mudah lelah
- Adanya riwayat jatuh
Data objektif
- kekuatan otot menurun
- kekakuan sendi
- deformitas
- kifosis
- fraktur baru
- ketidakseimbangan tubuh
- keletihan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)
4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan.
1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan
kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk
menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya
oestoeporosis.
5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan
latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.
6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri
lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada
suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama
makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan
yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap
kanker payudara dan endometrium.
Meredakan Nyeri
1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi
telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
2. Kasur harus padat dan tidak lentur.
3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan
memuntir.
6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu
turun dari tempat tidur,
7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat
serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.
8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu
dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan
mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung.
Setelah beberapa hari, analgetika non opoid dapat mengurangi nyeri.
Memperbaiki Pengosongan Usus.
Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan
dan lansia.
1. Berikan diet tinggi serat.
2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu
atau meminimalkan konstipasi.
3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra
pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.
Mencegah Cedera.
1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk
memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.
2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang
tubuh.
3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.
4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama.
5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah
sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh
menghasilkan vitamin D.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih
besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total.
Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah
fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.
Adapun klasifikasi osteoporosis yaitu :
1. Osteoporosis Primer
a. Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause
b. Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
2. Osteoporosis Skunder
Disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
Cushing's disease
Merokok
Hyperthyroidism
Kelebihan kafein
Hyperparathyroidism
Pemakai obat-obatan/corticosteroid
Hypogonadism
Kelainan hepar
Kurang gerak
3. Osteoporosis Idiopatik
Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada :
a. Usia kanak-kanak (juvenil)
b. Usia remaja (adolesen)
c. Pria usia pertengah
DAFTAR PUSTAKA
http/ wikipedia.com
Potter, Patricia A ( 2005 ). Buku Dasar Fudamental Keperawatan, Keperawatan ; Konsep,
proses, dan praktik, EGC. Jakarta.
K.St Pamoentjak, Dr. Med. Ahmad (2003). Kamus Kedokteran arti dan keterangan
istilah. Jakarta.
Frost HM, Thomas CC. Bone Remodeling Dynamics. Springfield, IL: 1963.