Oleh:
Impian Delillah Jazmine
151910413031
Fakultas Vokasi
D3 Pengobat Tradisional
Universitas Airlangga
Surabaya
Tahun Ajaran 2019 – 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan
masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat
osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih
dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan
terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun,
terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis.
Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini
akan semakin cepat pada masa menopause.
Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang
mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon estrogen setelah menopause
meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit
keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri
penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala
baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.
Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki
risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria
juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga
osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414
persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000
diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Dapat dibayangkan betapa
besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.
Kenitu atau yang memiliki nama ilmiah Chrysophyllum cainito diketahui mengandung
senyawa polifenol, flavonoid, tanin, katekin, gallokatekin, kuersetin, kuersetrin, isokuersetrin,
mirisitrin dan asam galat (Luo et al, 2002; D'Archivio et al, 2007). Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh Fatimatuz, Zuhro (2015) ekstrak daun C cainito dengan pelarut etanol 70 %
memiliki total flavonoid paling tinggi daripada etanol 50 % dan 96 %. Adanya total flavonoid
yang tinggi tersebut, daun C cainito diperkirakan mengandung scnyawa isoflavon. Senyawa
isoflavon merupakansalah satu fitoestrogen yang memiliki cincin fenolik sebagai binding site
dan memiliki inti dengan 2 gugus-OH yang berjarak 1,0-11,5 A' yang menjadi struktur pokok
suatu substrat agar mempunyai efek estrogenik yakni afinitas berikatan dengan reseptor estrogen
schingga mampu meningkatkan aktivitas osicoblas dalam pembentukan tulang dan menghambat
resorbsi tulang oleh osteoklas pada osteoporosis wanita pascamenopause atau akibat induksi
deksametason jangka
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Pengertian Osteoporosis
1. Osteoporosis lokal dapat terjadi karena kelainan primer di tulang atau sekunder seperti
akibat imobilisasi anggota gerak dalam waktu lama, dll .
2. Osteoporosis umum primer tipe I : pasca menopause, terjadi pada usia 50-75 tahun,
wanita 6-8 kali beresiko dr pd laki-laki , penyebabnya adalah menurunnya kadar hormon
estrogen dan menurunnya penyerapan kalsium.
Osteoporosis umum primer tipe II terjadi pada usia 75-85 tahun, wanita 2 kali lebih
banyak daripada pria, penyebabnya adalah proses penuaan dan menurunnya penyerapan
kalsium.
Osteoporosis umum sekunder dihubungkan dengan pelbagai penyakit yang
mengakibatkan kelainan pada tulang, akibat penggunaan obat tertentu dan lain-lain.
Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada
interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya
aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang
merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
b. Jenis Kelamin
Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, perbedaan ini
disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.
c. Faktor Genetik
e. Bentuk Tubuh
Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan penyakit
osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan
identitas tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh yng tidak
ideal.
a. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa
tulang sehubungan dengan bertambahnya uisia, terutama pada wanita post menopause.
Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting, wanita-wanita pada masa
pascamenopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi berkurang maka kemungkinan
terjadinya osteoporosis ada, pada wanita dalam masa menopause keseimbangan
kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang dan ekskresi
melalui urin yang bertambah dapat menyebabkan kekurangan atau kehilangan estrogen
serta pergeseran keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada masa
menopause.
b. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa
tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada
umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila
makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi
kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif.
c. Estrogen
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan
penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah.
Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan
tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
e. Alkohol
Alkoholi merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan pengguna alkohol
mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin
yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti tentang pengguna
alkohol.
f. Gaya hidup.
Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan
merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi
merupakan penentu dari puncak massa tulang.
5. Pencegahan
Hindari :
6. Klasinkasi C cainito
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi :Spermatophyta
Subdivisi :Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dileniidae
Ordo : Ebenales
Famili : Sapotaceae
Genus :Chrysophyllum L.
Spesies :Chrysophylum cainito L (USDA, 2003) 222
7. Morfologi C. cainito
Pohon C. cainito memiliki tinggi 25-100 kaki (8-30 meter) dengan batang pendek 3 kaki
(1 meter), tebal dan padat. Isi buah berwarna putih dan bergetah Lateks. Buah berbentuk bulat
atau elips yang berbentuk seperti buah pir dengan diameter 5-10 cm, berwarna merah-ungu,
hitam-ungu atau hijau pucat, tekstur buah halus dan mengkilap. Bijinya 3-10 butir, keras,
mengkilap, pipih agak bulattelur dengan panjang 1 cm berwarna coklat sampai hitam keunguan
(Morton, 1987). C. cainito memiliki daun tunggal dengan permukaan atas berwarna hijau dan
bawah coklat atau coklat keemasan karena ada bulu-bulu halus yang tumbuh terutama disisi
bawah daun dan rerantingan. Umumnya panjang daun kenitu N4 cm dan lebar 3-5 cm. Helaian
daun kenitu agak tebal, kaku, bentuk lonjong (elliptica), ujung runcing (acutus), pangkal
meruncing (acuminatus), tepi rata dan pertulangan menyirip (pinnate). Duduk daun berseling,
memencar, bentuk lonjong sampai bundar telur terbalik dengan luas 3-6 x 5-16 dan panjang
tangkai daun 0,6- 1,7 cm (Zulaikhah, 2015).
8. Kandungan Kimia
C cainito berisi 67,2 kalori dengan kandungan protein 0,72-233 E karbohidrat 14,7 g dan
serat 0,55-3,33 e Vitamin yang terkandung dalam C cainito yaitu karoten 0,004-0,039 mg. tiamin
0,018-0,08 mg. niboflavin 0,013- 0,04 mg. niacin 0,935-1340 mg dan asam askorbat 3,0-15.2 mg
Sedangkan asam amino yang terkandung dalam C. cainito yaitu triptofan 4 mg. metonin 2 mg
dan Isin 22 mg (Morton. 1987) Daun C. cainito telah didentifikasi mengandung beta amirin
asetat dan asam gentisat sedangkan untik buahnya telah diidentifikasi mengandung sembilanm
polifenol yaitu katekin, eoikatekin, galokatekin, epigalokatekin, kuerstin, kuersitrin, isokiersitrin,
mirisitrin, dan asam galat. selain itu, kenitu juga mengandung alkaloid, fenol, falovonoid, sterol,
dan triterpen.
9. Aktivitas C. cainito
C. cainito olch masyarakat banyak dikonsumsi sebagai buah segar, meski juga dapat digunakan
sebagai bahan baku es krim atau serbat. Pohon C. cainito umumnya digunakan sebagai tanaman
hias dan peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Kayunya cukup baik sebagai bahan bangunan
dan cabang-cabangnya yng tua dimanfaatkan untuk menumbuhkan anggrek (Zulaikhah, 2015
dalam Nur Imamah Utaminingtyas, 2017). Di samping itu, banyak bagian pohon yang berkhasiat
obat misalnya kulit kayunya, getah, buah dan biji. Buah C cainito segar yang dikonsumsi dapat
mengurangi peradangan pada tenggorokan dan paru-paru. Di Venezuela buah sctengah masak
digunakan untuk mengobati ganguan usus, namun bila berlebihan dapat menyebabkan sembelit.
Sedangkan infus kulit buah kaya akan zat tannin yang dapat digunakan untuk tonik, stimulant,
obat diare, disentri, menghentikan pendarahan, radang dan obat ginirhoe. Biji C cainito yang
rasanya pahitdan dimanfaatkan sebagai obat penurun panas, tonik, dan diuretik dengan cara
ditumbuk.
Dapat diketahui bahwa suspensi yang diberikan pada kelompok 1 dengan ekstrak etanol 70 %
daun C. calnito dosis 2 mg tidak memberikan efek farmakologis sehingga tidak bisa digunakan
untuk terapi. Pada kelompok 2 dengan ekstrak etanol 70 % daun C. cainito dosis 4 mg telah
memberikan efek farmakologis dengan meningkatkan kepadatan tulang. Pada kelompok 3
dengan ekstrak etanol 70 % daun C. cainito dosis 8 mg memiliki efek farmakologis yang hampir
sama dengan alendronat yang diberikan pada kelompok 4 sebagai kontrol positif dalam
meningkatkan kepadatan tulang. Jadi, apabila ketiganya dibandingkan maka suspensi ekstrak
etanol 70 % daun C. cainito dosis mg merupakan sediaan obat terapis yang paling baik daripada
sediaan dengan dosis 2 mg atau 4 mg. (Nur Imamah Utaminingtyas, 2017).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume,
sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap
trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya
ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula
tulang .
2. Ekstrak etanol 70 % daun C. cainito memiliki aktivitas meningkatkan kepadatan
tulang traberkular vertebra pada mencit betina yang diinduksi deksametason
3. Dosis optimum ckstrak etanol 70% daun C. cainito untuk meningkatkan
kepadatan tulang traberkular vertebra pada mencit betina yang diinduksi
deksametason adalah 8 mg.
B. Saran
Diharapkan untuk Diharapkan untuk penulis berikutnya, jika makalah ini dijadikan bahan
acuan untuk menulis makalah selanjutnya dapat dicari atau digali lagi informasi terbaru
dari tanaman anti osteoporosis lainnya yang terbaru dari jurnal atau buku-buku pendukung
lainnya.
Daftar Pustaka
Frost HM, Thomas CC. Bone Remodeling Dynamics. Springfield, IL: 1963.
Tandra, H. 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal,
Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Tyashinta, Ayu Danitha dan Nabila. 2014. Makalah Osteoporosis. Jawa Tengah: Akademi
Keperawatan.