Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

“OSTEOATRITIS”

DISUSUN OLEH :

NANI CAHYA NN

NIM 20200305010

DOSEN PEMBIMBING

Ns. RATNA DEWI, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB

PROGRAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2020
A.    DEFINISI

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah
atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di


Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas
jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan
tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah


kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan
dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang
merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang
(Junaidi, 2007).

Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan


mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun
2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis
sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength
sehingga tulang mudah patah ( Sudoyo, 2009 ).

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca
menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan perbandingan 68:1
pada usia rata-rata 53-57 tahun.Osteoporosis primer adalah kehilangan massa
tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan, sedangkan osteoporisis
sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal
tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama
karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses
ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari
osteoporosis primer.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang.
Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu
termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada
osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk
menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid,
artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis
sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-
lain.

B. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

1. Determinan Massa Tulang


a. Faktor genetic
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang.
Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil.
Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang
lebih kuat/berat dari pada bangsa Kaukasia. Jadi seseorang yang mempunyai
tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur
karena osteoporosis.
b. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban
akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut
menunjukkan respons terhadap kerja mekanik beban mekanik yang berat akan
mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai
contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya
hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau
tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai
pada pasien yang harus istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,
poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan
berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik.
c. Faktor makanan dan hormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup
(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai
dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang
berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi
kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan
kemampuan genetiknya.

2. Determinan penurunan Massa Tulang


a. Faktor genetic
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko
fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak
ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap
individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta
beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang
besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis)
sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih
mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yang sama.
b. Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan
massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah
terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor
nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan
bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban
mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya
usia.
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan
massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita
post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-
wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan
absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya
menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan
absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari
keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang
erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya.
Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta ekskresi melalui urin
yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa
menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah
25 mg kalsium sehari
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan
massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam
amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan
ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri,
tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor,
maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin.
Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja.
Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang
negative.
e. Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena
menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya
konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan
massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi
kalsium melalui urin maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan.
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium
rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang
jelas belum diketahui dengan pasti.

Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:

1. Osteoporosis pascamenopause
terjadi karena kurngnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala
timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul
lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun
sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini
berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun
pertama setelah menopause.
2. Osteoporosis senilis
kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan
dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblast). Senilis berati bahwa
keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada
orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering
kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Osteoporosis sekunder
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder
yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti
kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan
dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik
merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang
normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari
rapuhnya tulang.

C.    PATOFISIOLOGI
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor
genetic dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis kelamin, ras
keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor mekanis meliputi, merokok,
alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa
dan pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya
daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran
kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi
tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih
banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang
total yang disebut osteoporosis.

Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi
suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu
proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling). Setiap perubahan
dalam keseimbangan ini, misalnya apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses
pembentukan tulang, maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah
yang kita jumpai pada osteoporosis.

Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis,


pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan peride
konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau
penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara maksimal
akan dicapai pada usia kuarang lebih antara 30-45 tahun untuk tulang bagian korteks
dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang bagian trabekula.

Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun pria
akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% setiap
tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada usia
lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut pada awalnya
sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause, proses ini akan
berlangsung lebiuh cepat. Pada pria seusia wanita menopause massa tulang akan
menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita penurunan massa tulang
berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini berbagai bagian tubuh ternyata
tidak sama.

Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan mengikuti


pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks serta
pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal. Titik kritis
proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang tersebut sudah sedemikian
berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka terhadap trauma mekanis dan
akan mengakibatkan terjadinya fraktur. Bagian-bagian tubuh yang sering mengalami
fraktur pada kasus osteoporosis adalah vertebra, paha bagian prosimal dan radius
bagian distal. Osteoporosis dapat terjadi oleh karena berbagai sebab, akan tetapi yang
paling sering dan paling banyak dijumpai adalah osteoporosis oleh karena
bertambahnya usia.
PATHWAY :

Usia lanjut ( Menopause )

Def vit D, penurunan Penuruanan sekresi


Penurunan aktifitas fisik
aktivitas, resistensi vit D esterpgen

Penurunan kalsium Bone marrow stroma


diginjal, penurunan cell dan sel
reabbsorpsi kalsium di mononuclear
usus Penurunan sekresi GH
dan IGF-1
Hipokalsemia

Gg fungsi osteoblast
Peningkatan PTH

Hiperparatiroidisme sekunder

Reabsorpsi tulang

osteoporosis

fraktur Kurang informasi Gg keseimbangan,


penurunan aktivitas
dan kekuatan otot
Pergeseran fragmen tlg Deficit pengetahuan :
ansietas
Resiko jatuh

Nyeri akut deformitas

gg. fungsi ekstremitas


Hambatan mobilitas
fisik

D.    MANIFESTASI KLINIS

Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya tidak


mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur.
Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala
pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat
tekanan (tulang vertebra dan kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukan adanya
perubahan bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat
badan pasien menurun dan terdapat lengkung vertebra abnormal (kiposis).
Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur
patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien usia
lanjut.

Masa total tulang yang terkena mengalami penurunaan dan menunjukan


penipisan korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan
karena adanya variasi ketebalan trabekular pada individu ”normal” yang berbeda.

Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologist


jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara
analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien osteoporosis
mempunyai kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.

Manifestasi osteoporosis :

1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata


2. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak
3. Nyeri timbul mendadak
4. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang. Bagian-bagian tubuh
yang sering fraktur adalah pergelangan tangan, panggul dan vertebra
5. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
6. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas
atau karena suatu pergerakan yang salah
7. Deformitas vertebra thorakalis menyebabkan penurunan tinggi badan, Hal ini
terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang asimtomatis pada vertebrata
8. Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang ringan
atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang
panggul. Selain itu, yang juga sering terjadi karena adalah patah tulang lengan di
daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles,
Pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung mengalami secara perlahan.

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Radiologis

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula
transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam
ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.

3. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyao nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan
mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang
mengalami fraktur.

4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata
b. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun
d. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

F.     PENATALAKSANAAN

Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup,
dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat
melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim
atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus,
salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium
yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).

Pada menopause, terapi pergantian hormone (HRT=hormone replacemenet therapy)


dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan
tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah
mengalami pengangkatan ovarium atau telah menjalani menopause prematur dapat
mengalami osteoporosis pada usia yang cukup muda;penggantian hormon perlu
dipikirkan pada pasien ini estrogen menurunkan resorpsi tulang tapi tidak
meningkatkan massa tulang. Penggunaan hormon dalam jangka panjang masih
dievaluasi. Estrogen tidak akan mengurangi kecepatan kehilangan tulang dengan
pasti. Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit pengingkatan insidensi
kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa
payudaranya setiap bulan dan diperiksa panggulnya termasuk masukan papanicolaou
dan biopsi endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua kali setahun.
Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk
kalsitonin, natrium fluorida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan
kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intra muscular. Efek
samping ( mis gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin) biasanya ringan
dan kadang-kadang dialami. Natrium fluoride memperbaiki aktifitas osteoblastik dan
pembentukan tulang ; namun,kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian.
Natrium etidronat, yang menghalangi resorpsi tulang osteoklastik, sedang dalam
penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis.

G.    KOMPLIKASI

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter,
dan fraktur colles pada pergelangan tangan.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan
riwayat psikososial.

1. Anamnese
1). Identitas
a). Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.

b). Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan
Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya :
1). Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
2). Berat badan menurun
3). Biasanya diatas 45 tahun
4). Jenis kelamin sering pada wanita
5). Pola latihan dan aktivitas ,pola aktivitas sehari-hari, pola aktivitas dan latihan
biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi,
berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi yang
baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olahraga dapat
mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang
adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan
interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal. Beberapa perubahan
yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility
( kemampuan gerak cepat dan lancar ) menurun, dan stamina menurun.

3. Pemeriksaan Fisik
Tanda – tanda Vital
Head To Toe
Pemeriksaan Fokus :
a. B1 (Breathing)
I : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
P : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
P : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru
A : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki
b. B2 ( Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh
darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
c. B3 ( Brain )
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
1). Kepala dan wajah : ada sianosis
2). Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemi
3). Leher : Biasanya JVP dalam normal
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan
halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi
vertebra
d. B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan.
e. B5 ( Bowel)
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 ( Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis
sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan
tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang,
leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi
adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.

4. Pemeriksaan penunjang
a). Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun
yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra
biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya
trabekula transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya
korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus
pulposus kedalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.

b). CT-Scan

Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai


penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan,
sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3  ada pada hampir semua klien
yang mengalami fraktur.

c). Laboratorium

1). Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata

2). Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)

3). Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun

4). Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra spasme otot,
deformitas tulang.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.
4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang
berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra, spasme otot,
deformitas tulang.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkannyeri
berkurang.
b. Kriteria Hasil : Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang dan
istirahat yang cukup, klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya
secara sederhana.

Intervensi Rasional

Pantau tingkat nyeri pada punggung, nyeri Tulang dalam peningkatan jumlah
terlokalisasi atau menyebar pada abdomen trabekular, pembatasan gerak spinal.
atau pinggang. Skala nyeri 7-9 yaitu nyeri
berat.

Ajarkan pada klien tentang alternative lain Alternatif lain untuk mengatasi nyeri,
untuk mengatasi dan mengurangi rasa pengaturan posisi, kompres hangat dan
nyerinya. sebagainya.

      Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri : - Keyakinan klien tidak dapat
- Aspirin menoleransi obat yang adekuat atau
tidak adekuat untuk mengatasi
- Ibuprofen nyerinya.
- Diclofenac

- Piroxicam

Rencanakan pada klien tentang periode Kelelahan dan keletihan dapat


istirahat adekuat dengan berbaring dalam menurunkan minat untuk aktivitas
posisi telentang selama kurang lebih 15 sehari-hari.
menit

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan


skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
a). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, diharapkan klien
mampu melakukan mobilitas fisik.
b). Kriteria hasil : Klien dapat meningkatan mobilitas fisik ; klien mampu melakukan
aktivitas hidup sehari hari secara mandiri.

Intervensi Rasional

Kaji tingkat kemampuan klien yang Dasar untuk memberikan alternative dan
masih ada. latihan gerak yang sesuai dengan
kemapuannya.

Rencanakan tentang pemberian Latihan akan meningkatkan pergerakan


program latihan : otot dan stimulasi sirkulasi darah

- Bantu klien jika diperlukan


latihan
- Ajarkan klien tentang aktivitas
hidup sehari hari yang dapat
dikerjakan
- Ajarkan pentingnya latihan.

Bantu kebutuhan untuk beradaptasi Aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri


dan melakukan aktivitas hidup sehari
hari.

Peningkatan latihan fisik secara Dengan latihan fisik :


adekuat :
- Masa otot lebih besar sehingga
- Dorong latihan dan hindari memberikan perlindungan pada
tekanan pada tulang seperti osteoporosis
berjalan - Program latihan merangsang
- Instruksikan klien untuk pembentukan tulang
latihan selama kurang lebih - Gerakan menimbulkan kompresi
30menit dan selingi dengan vertical dan fraktur vertebra.
istirahat dengan berbaring
selama 15 menit
- Hindari latihan fleksi,
membungkuk tiba– tiba,dan
penangkatan beban berat

3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan


ketidakseimbangan tubuh.
a). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Cedera tidak terjadi
b). Kreteria Hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi, Klien dapat
menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur

Intervensi Rasional

Ciptakan lingkungan yang nyaman : Menciptakan lingkungan yang aman dan


mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.
- Tempatkan klien pada tempat
tidur rendah
- Amati lantai yang
membahayakan klien
- Berikan penerangan yang
cukup
- Tempatkan klien pada ruangan
yang tertutup dan mudah
untuk diobservasi
- Ajarkan klien tentang
pentingnya menggunakan alat
pengaman di ruangan.

Berikan dukungan ambulasi sesuai Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa


dengan kebutuhan : dapat menyebabkan mudah jatuh.

- Kaji kebutuhan untuk berjalan


- Konsultasi dengan ahli
therapist
- Ajarkan klien untuk meminta
bantuan bila diperlukan
- Ajarkan klien untuk berjalan
dan keluar ruangan

Bantu klien untuk melakukan Penarikan yang terlalu keras akan


aktivitas hidup sehari-hari secara hati- menyebabkan terjadinya fraktur.
hati.

Ajarkan pada klien untuk berhenti Pergerakan yang cepat akan lebih
secara perlahan, tidak naik tanggga, memudahkan terjadinya fraktur kompresi
dan mengangkat beban berat. vertebra pada klien osteoporosis.

Ajarkan pentingnya diet untuk Diet kalsium dibutuhkan untuk


mencegah osteoporosis : mempertahankan kalsium serum,
mencegah bertambahnya kehilangan
- Rujuk klien pada ahli gizi tulang. Kelebihan kafein akan
- Ajarkan diet yang meningkatkan kalsium dalam urine.
mengandung banyak kalsium Alcohol akan meningkatkan asidosis yang
- Ajarkan klien untuk meningkatkan resorpsi tulang
mengurangi atau berhenti
menggunakan rokok atau kopi

Ajarkan tentang efek rokok terhadap Rokok dapat meningkatkan terjadinya


pemulihan tulang asidosis

Observasi efek samping obat-obatan Obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin


yang digunakan dapat menyebabkan pusing, megantuk, dan
lemah yang merupakan predisposisi klien
untuk jatuh

4. Kurangnya pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang


berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi.
a). Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan klien
memahami tentang penyakit osteoporosis dan program terapi.
b). Kriteria hasil : Klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, mampu
menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang.

Intervensi Rasional

Kaji ulang proses penyakit dan Memberikan dasar pengetahuan dimana


harapan yang akan datang klien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.

Ajarkan pada klien tentang faktor- Informasi yang diberikan akan membuat
faktor yang mempengaruhi terjadinya klien lebih memahami tentang penyakitnya
osteoporosis

Berikan pendidikan kepada klien Suplemen kalsium ssering mengakibatkan


mengenai efek samping penggunaan nyeri lambung dan distensi abdomen maka
obat klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium
bersama makanan untuk mengurangi
terjadinya efek samping tersebut dan
memperhatikan asupan cairan yang
memadai untuk menurunkan resiko
pembentukan batu ginjal

DISCHARGE PLANNING :

1. Berolahraga secara teratur


2. Pertahankan BB yang sehat dan gaya hidup aktif
3. Makan makanan yang kaya kalsium seperti susu, keju, yoghurt, sardine salmon,
kerrang, tahu, brokoli, kembang tahu, dan sayuran hijau
4. Hindari defisiensi vitamin D
5. Jaga asupan kalsium 1000 – 1500 mg/hr, baik melalui makanan sehari – hari maupun
suplementasi
6. Makan suplemen yang mengandung kalsium tetapi tidak boleh bersamaan dengan
makanan yang berserat tinggi atau laksatif pembentuk masa karena dapat mengurangi
absorb kalsium
7. Berhenti merokok, kurangi konsumsi kopi, garam, atau minuman beralkohol
8. Kenali berbagai penyakit dan obat – obatan yang dapat menimbulkan osteoporosis
9. Hindari mengangkat benda berat
10. Hindari jatuh
11. Berjemur pada pagi hari 5 – 30 mnt dua kali seminggu.
CASE :

Ny. A berusia 58 tahun di bawa oleh anaknya ke RSUD Tugu Koja pada hari Rabu,
10 Februari 2021 karena sudah sejak tiga minggu yang lalu sering mengeluh mengalami ngilu
pada bagian tulang belakang sehingga pasien saat ini mengalami kesulitan untuk mobilisasi
berjalan atau berpindah. Ketika memeriksakan diri kedokter Ny. A di anjurkan untuk tes
darah dan rongen kaki. Hasil rongen menunjukkan bahwa Ny.A menderita osteopoosis di
perkuat lagi dengan hasil BMD T-scoe -3. Klien mengalami menopouse sejak 5 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan tidak mamapu berjalan dan berpindah dengan sendiri dan harus
dengan alat bantu berupa tongkat atau bantuan orang lain karena masih mengalami ngilu
sampai saat ini. Pasien menyatakan dirinya tidak suka minum susu sejak usia muda dan juga
tidak menyukai makanan laut. Klien beranggapan bahwa keluhan yang diasakannya karena
usianya yang bertambah tua. Pasien mengatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini
karena tidak mengetahui penyebab dari penyakit yang ia alami saat ini.

Pemeriksaan TB: 160 cm BB: 70 kg.

TTV : TD : 130/ 80 mmHg, N :110x/menit, S : 36,8°C, RR : 24 x/ menit.

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
Nama :Ny. A
Usia :58 Th
Jenins kelamin :Perempuan
Amalat : Rawa Badak Rt 02 Rw 06 Koja, Jakarta Utara
Suku : Jawa
Status pernikahan : Kawin
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Diagnosa medik : osteoporosis
No medical record : 002220
Tanggal masuk : Rabu, 10 Februari 2021
Tanggal pengkajian : Senin , 15 Februari 2021

Penanggung Jawab:
Nama :Tn. F
Usia :59 Th
Jenis kelamin :Laki-laki
Pekerjaan :PNS
Hubungan :Suami
Amalat :Rawa Badak Rt 02 Rw 06 Koja, Jakarta Utara

Keluhan Utama :

Klien menyatakan sudah sejak tiga minggu yang lalu sering mengeluh
mengalami ngilu pada bagian tulang belakang.

Riwayat kesehatan sekarang:


Pasien mengatakan tidak mamapu berjalan dan berpindah dengan sendiri dan
harus dengan alat bantu berupa tongkat atau bantuan orang lain karena pasien
masih mengalami ngilu sampai saat ini. Klien merasa cemas dengan
kondisinya saat ini karena semakin lama semakin parah. Pengkajian nyeri
( P : pada bagian tulang belakang ketika akan beraktivitas, Q : ngilu, R : pada
bagian tulang belakang menyebar hingga ke pinggang, S : skala nyeri 5, T :
nyeri terus menerus 5 -10 menit.)

Riwayat kesehatan masa lalu:


Sebelumnya pasien menyatakan belum pernah mengalami sakit seperti
ini. Namun Klien pernah pernah di rawat selama 6 hari di RS karena terkena
demam berdarah sudah sejak satu setengah tahun yang lalu.
- Imunisasi: pasien menyatakan semasa kecil orang tua nya selalu
rutin membawanya imunisasi
- Kecelakaan yang pernah di alami: pasien menyatakan belum
pernah mangalami kecelakan sama sekali.
- Alergi: pasien menyatakan tidak ada riwayat alergi makanan, obat-
obatan maupun alergi zat.
- Pengobatan dini: pasien menyatakan jarang mengkonsumsi obat –
obatan yang di beli dari warung, karena jika sakit selalu memilih
untuk berobat ke puskesmas atau klinik pengobatan terdekat.

Riwayat kesehatan keluarga:

Klien menyatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang


mempunyai penyakit menular maupun penyakit keturunan, sedangkan anggota
keluarganya saat ini tidak ada yang mengalami keluahan serupa dengan
pasien.

Genogram :

Keterangan :

:laki – laki : Klien

: perempuan : Tinggal serumah


:garis pernikahan

: meninggal

RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

Pola aktivitas sehari hari (ADL)

ADL DI RUMAH DI RUMAH SAKIT


Pola pemenuhan Makan : Makan :
nutrisi dan cairan  Makan sehari 3 kali  Makan sehari 3 kali
(makan dan minum  Jenis : nasi putih  Jenis : nasi putih
 Lauk : telur, ayam,  Lauk : telur, ayam.
daging.  Sayur : bayam, sup.
 Sayur : bayam,  Pantangan : tidak ada
kangkung, slada, sup  Minum :
 Pantangan : tidak ada  Jenis : air putih
Minum :  Sehari minum air
 Jenis : air putih, teh, putih 6-7 gelas.
jus  Kesulitan makan /
 Sehari minum air minum : tidak
putih 6-7 gelas. mengalami kesulitan.
 Kesulitan makan /  Usaha untuk
minum : tidak mengalami
mengalami kesulitan. kesulitan : tidak ada.
 Usaha untuk
mengalami
kesulitan : tidak ada.
Pola eliminasi BAK : BAK :
BAK:  Frekuensi : BAK 3-  Frekuensi : BAK 3-
BAB : 4 kali 4 kali
 Bau : khas  Bau : khas
 Warna : kuning  Warna : kuning
bening bening
 Masalah : tidak ada  Masalah : tidak ada
 Cara mengatasi ;  Cara mengatasi ;
tidak ada tidak ada
BAB : BAB :
 Frekuensi : BAB  Frekuensi : BAB
sehari satu kali setiap sehari satu kali setiap
pagi. pagi.
 Warna : kuning  Warna : kuning
 Bau : khas  Bau : khas
 Konsistensi : padat –  Konsistensi : padat –
lembek lembek
 Masalah : tidak  Masalah : tidak
adamasalah adamasalah
 Cara mengatasi :  Cara mengatasi :
tidak ada. tidak ada.
Pola istirahat tidur Pola istirahat tidur : Pola istirahat tidur :
 Jumlah / waktu : 8  Jumlah / waktu : 8
jam /hari. jam /hari.
 Gangguan tidur :  Gangguan tidur :
tidak ada tidak ada
 Cara mengatasi  Cara mengatasi
ganguan : tidak ada ganguan : tidak ada
 Hal - hal yang  Hal - hal yang
mempermudah mempermudah
tidur : mendengarkan tidur : mendengarkan
musik musik

Pola kebersihan diri Personal hygine : Personal hygine :


(PH)  Mandi : 2 kali sehari  Mandi : 2 kali sehari
 Mencuci rambut: 3  Mencuci rambut: 3
kali dalam satu kali dalam satu
minggu. minggu.
 Frekuensi gosok gigi  Frekuensi gosok gigi
: sehari 2 kali. : sehari 2 kali.
 Potong kuku : satu  Potong kuku : satu
kali dalam seminggu. kali dalam seminggu.
Aktivitas lain Menonton Tv, senam, Berbaring di temat tidur,
berkebun. berdzikir.

POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

KEMAMPUAN DIRI 0 1 2 3 4
Makan √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
KETERANGAN :

1 : Mandiri total
2 : memerlukan penggunaaan peralatan atau alat bantu
3 : membutuhkan bantuan dari orang lain untuk pertolongan, pengawasan, atau
pengajaran.
4 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat bantu
5 : ketergantungan; tidak berartisispasi dalam aktivitas.

RIWAYAT PSIKOLOGI

a. Status emosi
Pasien menyatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini karena tidak tau
penyebab dari penyakitnya saat ini yang semakin lama semakin parah.
b. Gaya komunikasi
Klien tampak berhati hati dalam berbicara, klien berbicara secara
spontan,klien berbicara jelas dan terbuka, dan selama berkomunikasi pasien
menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar, pasien tampak sering
melamun.
c. Pola pertahanan
Pasien menyatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini, pasien hanya
dapat berdoa dan berharap supaya segera sembuh dengan pengobatan yang
dijalaninya saat ini.
d. Dampak dirawat di RS
Pasien menyatakan saat di rawat rumah sakit merasa bahwa ada perubahan,
yaitu nyeri mulai berkurang.
e. Kondisi emosi / perasaan klien.
Kondisi pasien terlihat cemas karena ingn segera sembuh dari penyakitnya.
Perasaan klien saat ini sedih karena karenaharus menjalani perawatan dirumah
sakit sampai benar benar sembuh.

RIWAYAT SOSIAL

Pasien menyatakan menjalain hubungan baik dengan seluruh anggota


keluaraganya dan juga lingkungan sekitar rumahnya maupun lingkungan
dimana ia bekerja. Pernah mengikuti kegiatan bakti sosial, maupun sosialisasi
yang bersangkutan dengan pekerjaannya, selain itu di lingkungan rumahnya
sering mengikuti kegiatan senam, dan perkumpulan organisasi ibu ibu PKK.
Pasien menyatakan menjalin hubungan yang sangat erat dengan lingkungan
masyarakat sekitar rumahnya. Klien menyatakan merasa puas dengan
pekerjaan yang ia jalani setiap hari sebagai penjaga toko baju. Pasien
mempunyai kebanggan tersendiri dalam melayani konsumen dengan cara ini
ia mendapatkan penghasilan dengan sendirinnya untuk memenuhi
kebutuhannya.

RIWAYAT SPIRITUAL

Pasien menyatakan rajin menjalan kewajiban dalm beribadah setiap hari,


menjalankan sholat 5 waktu dan menjalankan puasa, baik puasa wajib maupun
puas sunah senin dan kamis. Selain itu klien rutin mengikuti pengajian di
lingkungan masyarakat sekitarnya. Saat sakit pasien menyataka masih
menjalankan kewajiban sholat 5 waktu da kadang dibantu oleh anggota
keluarganya. Pasien yakin akan kesembuhan penyakitnya saat ini, denga cara
berihtiar menjalani perawatan rutin pasti allah SWT membri kesembuhan pada
penyakitnya.

PEMERIKSAAN FISIK

A. KEADAAN UMUM
Keadaan umum klien : sedang
Kesadaran : composmentis
GCS :
Respon eye :4
Respon Motorik :5
Respon verbal :5
Total :14
Status gizi
TB : 160 cm
BB : 50 kg
IMT : 19,53

B. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL


- TD : 130 / 80 mmHg
- N :1100 x/m
- S :36,8 oC
- RR : 24 x /m

C. PEMERIKSAAN WAJAH
a. Mata
Inspeksi : posisi mata simetris, tidak terdapat oedema pada pelpebra mata kanan
dan kiri, conjungtiva pada kedua matanyatidak anemis, reaksi pupil terhadap
cahaya mengecil, bentuk pupil isokor, gerakan bola mata kanan dan kiri baik
kesegala arah, terdapat gerak reflek pada penutupan klopak mata, keadaan bulu
mata tidak rontok, warna iris hitam, wajah pasien tampak tegang, pasien tampak
gelisah, dan pasieen tampak sering melamun.
Palpasi : tidak mengalami nyeri tekan, dan tidak terdapat benjolan.
b. Hidung
Inspeksi: posisi hidung simetris, bentuk hidung mancung, tidak terdapat secret,
tidak ada pembengkakan sinus, tidak terdapat pernafasan mengunakan cuping
hidung.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan.
c. Mulut
Tidak terdapat kelainan kongenital pada mulut, warna bibir tidak pucat, tidak ada
lesi, membran mukosa lembab, gigi tidak caries, menggunakan gigi palsu, warna
lidah pink, lidah tidak mengalami perdarahan dan abses, tidak terdapat benda
asing pada rongga mulut, tidak terdapat radang pada gusi.
d. Telinga
Inspeksi: posisi telinga simetris, telinga bersih tidak terdapat serumen, tidak
terdapat peradangan, serta tidak meggunakan alat bantu pendengaran.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat benjoalan.

D. PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER


a. Kepala
Inspeksi: rambut tampak bersih warna rambut sebagian mulai memutih, tidak ada
lesi, penyebaran tumbuh rambut merata, rambut tidak rontok.
Palpasi: tidak terdapat benjolan maupun nyeri tekan pada bagian kepala, tekstur
rambut halus.
b. Leher
Inspeksi: tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada lesi.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembengkakan maupun
pembesaran kelenjar thyroid.

E. PEMERIKSAAN THORAKS / DADA


a. Pemeriksaan paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, irama pernafasan teratur,
menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x/ menit.
Pengembangan peru kanan kiri seirama.
Palpasi : tidak erdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan, fokal fremitus
teraba.
Perkusi : suara redup di atas organ jantung dan sonor pada organ paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdapat bunyi tamabahan.

b. Pemeriksaan jantung
Inspeksi: bentuk simetris, tidak terdapat lesi
Palpasi: iktus kordis teraba, tidak terdapat nyeri tekan maupun benjolan
Perkusi: redup
Auskultasi: bunyi jantung I lub, bunyi jantung II dup jarak antar bunyi jantung
satu dan bunyi jantung dua kurang dari 1 detik, tidak terdapat bunyi jantung
tambahan.

F. PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN


Inspeksi : tidak ada lesi, bentuk simetris, tidak terdapat asites.
Auskultasi : bising usus 10 x / menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan pemebngkakan pada bagian hepar, ginjal
maupun limfa, tidak terdapat distensi abdomen.
Perkusi : hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.

G. PEMERIKSAAN GENETALIA DAN REKTAL


Rambut pubis bersih, tidak terdapat pembesaran klitoris, tidak terdapat lesi maupun
benjolan serta tidak terdpat nyeri tekan pada rektum. Pasien menyatakan sudah
mengalami menopouse sejak 5 tahun yang lalu.

H. PEMERIKSAAN PUNGGUNG DAN TULANG BELAKANG


Pada bagian kulit punggung tidak terdapat lesi, bentuk tulang belakang mengalami
kelainan bentuk (kifosis), terdapat nyeri tekan pada tulang belakang, Pengkajian nyeri
( P : pada bagian tulang belakang ketika akan beraktivitas, Q : ngilu, R : pada bagian
tulang belakang menyebar hingga ke pinggang, S : skala nyeri 5, T : nyeri terus
menerus 5 -10 menit.). terdapat kekakuan / tonus otot pada punggung.

I. PEMERIKSAAN EKSTERMITAS / MUSKULOSKELETAL


-inspeksi
Otot antar sisi kiri dan sisi kanan simetris, tidak terjadi deformitas, tidak terjadi
fraktur, dan tidak ada traksi.
- Palpasi
Oedema :

- Kekuatan otot
5 5

5 5

Keterangan :

0 : tidak ada kontaksi sama sekali

1 : gerakan kontraksi

2 : tidak kuat melawan tahanan atau gravitasi

3 : cukup kuat untuk mengatasi gravitasi

4 : cukup kuat tapi bukan kekuatan penuh

5 : kekuaran kontraksi yang penuh

J. PEMERIKSAAN FUNGSI PENDENGARAN/ PENGHIDU/TENGGOROKAN


- Pendengaran
Tes bisik dengan arloji terdengar jelas, uji weber seimbang, uji rinne hantaran tulang
sama dibandingkan dengan hantaran udara, uji swabch : sama
- Penciuman : dapat mencium / mengenali bau bauan (sabun, kopi, alkohol)
- Pemeriksaan tenggorokan : tidak terdapat nyeri tekan.

K. PEMERIKSAAN FUNGSI PENEGLIHATAN


- Pemeriksaan visus dengan snellen’s card : tidak di lakukan pemeriksaan
- Tapa snellen card : keajaman pengelihatan baik, mampumelihat tanpa menggunakan alat
bantu pengelihatan.
- Pemeriksaan lapang pandang : pandangan klien baik.
- Pemeriksaan tekanan bola mata : tidak terdapat nyeri tekan.

L. PEMERIKSAAN FUNGSI NEUROLOGIS


a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
- E = 4 (spontan membuka mata)
- M = 5 ( menurut perintah)
- V = 5 (berorientasi baik)
Setelah di lakukan pemeriksaan skoring didapatkanhasil 14 : composmentis
b. Pemeriksaan tanda – tanda rangsangan otak.
Peningkatan suhu tubuh dalam batas normal, ada nyeri kepala, tidak ada kaku kuduk,
tidak mengalami mual muntah, tidak mengalami kejang, tidak mengalami penurunan
kesadaran.
c. Pemeriksaan nervus kranialis
- Nervus I (olfactory)
Fungsi penciuman bagus, klien dapat mengenali bau yang diciumnya melalui hidung
bagian kiri maupun kanan.
- Nervus II (optikus)
Aktivitas visual dan lapang pandang pasien baik.
- Nervus III (oculomotorius)
Respon pupil terhadap raangsangan cahaya yaitu mengecil
- Nevus IV(trochlear)
Tidak ada devisiasi bola mata, displopia serta nistagmus.
- Nervus V (trigenimus)
Reflek kornea langsung gerakan mengedip ipsilateral
- Nervus VI (abducens)
Klien mampu melihat kearah kiri dan kanan tanpa menengok.
- Nervus VII (faialis)
Ekspesi muka sesuai dengan sensasi rasa yang di berikan.
- Nervus VIII (acustikus)
Fungsi pendengaran serta keseimbngan klien bagus.
- Nervus IX (glossophringeal )
Fungsi saraf terhadap perasaan mengecap baik.
- Nervus X (Vagus)
Pergerakan ovula simetris dan tertarik keatas, terjadi reflek menelan ketika poterior
dinding pharynk di tekan dengan tongspatel.
- Nervus XI (Accessorius)
Tidak ada tropi, kekuatan otot terhadap beban baik
- Nervus XII (Hypoglosus)
Posisi lidah normal, klien mampu menggerakkan lidah dengan cepat dan baik.
d. Pemeriksaan fungsi motorik
Ukuran otot simetris, tidak ada atropi, tidak terdapat gerakan gerakan yang tidak di sadari
oleh klien.
e. Pemeriksaan fungsi sensori
Kepekaan saraf perifer : peka terhadap benda tajam, peka terhadap sensasi panas maupun
dingin, peka terhadap bau bauan.
f. Pemeriksaan reflek kedalaman tendon.
- Reflek fisiologis
Reflek bisep : adanya konraksi otot bisep yaitu fleksi sebagian dangerakan pronasi, reflek
trisep : ada kontraksi otot trisep yaitu timbul gerakan ekstensi, reflek achilles : adanya
respon berupa gerakan plantar fleksi kaki, reflek patella : adanya kontraksi otot
quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
- Reflek pathologis
Reflek babinski : adanya respon berupa fleksi plantar pada semua jari kaki.

M. PEMERIKSAAN KULIT / INTEGUMEN


a. Integumen atau kulit
- Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak terdapat jaringan parut, tidak terjadi perubahan warna
kulit, tidak terdapat luka bakar, terdapat diaforesis saat mengalami nyeri.
- Palpasi : terkstur kulit halus, turgor kulit elastis,struktur kulit tegang, tidak terdapat nyeri
tekan.
b. Pemeriksaan rambut
- Inspeksi : rambut penyebarannya merata, frekuensi rambut banyak, rambut tidak rontok,
rambut berwarna hitam, dan sedikit beruban.
- Palpasi : tekstur rambut halus, tidak terdapat nyeri tekan maupun benjolan.
c. Pemeriksaan kuku
Inspeksi : tidak terdapat sianosis, kuku bersih dan rapi.
Palpasi : capilarireffil tes +

Hasil pemeriksaan penunjang :

 Foto polos sendi (roentgen) : terdapat pembengkokann pada daerah T- L2


 Pemeriksaan cairan sendi : Dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
 Pemeriksaan BMD (Bone Mineral Density) : T- score - 3 ( Penyusutan massa tulang)

ANALISA DATA

ANALISA DATA CLINICAL PROBLEM ETIOLOGI


PATHWAY
DS: pasien Post menopouse Nyeri akut Agen cedera
biologis
mengatakan “ merasa
ngilu di bagian Reabsorbsi tulang
meningkat
tulang belakang
ngilu sudah selama 3 Frakur vertebra
minggu yang lalu
mulai di rasakan. Diskontinuitas jaringan
Tl
P : nyeri pada tulang
belakanng saat akan
Merangsang nor
beraktivitas. resptor nyeri di
hipotalamus
Q : ngilu
R : pada bagian
Nyeri
tulang belakang dan
meyebar hingga ke
bagian punggung.
S : skalanyeri 5
T:secara terus
menerus selama 5-
10 menit
DO : - terdapat
kekakuan tonus otot
pada bagian
punggung.
-Diaforesis
Td :130/80 mmHg
N : 110 x/mnt
-skala nyeri 5
-nyeri terus menerus
selama 5-10 menit.
-pasien tampak
menahan kesakitan
saat berjalan.
- T score -3
DS : pasien Frakur vertebra Hambatan Gangguan
menyatakan jika mobilitas fisik muskulosekeletal
akan berpindah Reabsorbsi tulang dan
darisuatu tempat formasi tl meningkat
ketempat lain
Kekuatan tulang
menggunakan alat menurun
bantu berupa
tongkat, selain itu Hambatan mobilitas
fisik
terkadang
membutuhkan
bantuan keluarganya.
DO:
-ADL : tingkat 3
-pasien berjalan
menggunakan alat
bantu berupa
tongkat.

- berjalan pelan
pelan sambil
menahan ngilu dan
langkah kecil kecil.
- melambatya
pergerakan saat
berjalan.
- postur tubuh pasien
mengalami
perubahan pada
tulang belakang.

DS: Pasien Post menopouse Ansietas Ancaman status


kesehatan
mengatakan merasa
cemas dengan
Reabsorbsi tulang
kondisi meningkat
punggungnya saat
ini karena tidak
Fraktur vertebra
mengetahui
penyebab dari
penyakitnya saat ini Penutunan fungsi fisik
dan semakin lama
semakin parah.
Nyeri
DO:
-Pasien wajahnya Kurang informasi
tampak tegang.
-pasien tampak
gelisah dengan Ansietas
kondisinya
-TTV: TD: 130/80
mmHg
RR: 24 x/ menit
N: 110 x/ menit
T: 36,8 °C
-Pasien tampak
melamun.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubunngan dengan agen cedera biologis.


2. Hambatan mobilias fisik berhubunngan dengan gangguan muskuloskeletal.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan.

INTERVENSI KEPERAWATAN

DK TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN
KOD NOC KOD NIC
E E
Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Managemen
berhubunngan tindakan keperawatan  Lakukan
dengan agen selama 3 x 24 jam, Nyeri pengkajian nyeri
cedera biologis. berkurang / hilang secara
Dengan kriteria hasil : komprehensif
 Mampu 1410 termasuk lokasi,
mengontrol nyeri karakteristik,
 Melaporkan durasi, frekuensi,
bahwa nyeri kualitas dan
berkurang dengan
faktor prespitasi
menggunakan
 Observasi reaksi
managemen nyeri
nonverbal dari
 Mampu mengenali
nyeri ketidaknyamana
 Menyatakan rasa n
aman setelah nyeri  Gunakan teknik
2101 berkurang komunikasi
2102 Domain 5 terapetik untuk
2109 Kondisi kesehatan yang mengetahui
diterima pengalaman
Kelas V nyeri pasien
Status gejala  Kaji kultur yang
Nyeri : efek yang yang
mengganggu mempengaruhi
Tingkat nyeri respon nyeri
Tingkat ketidaknyamanan  Evaluasi
pengalaman
nyero masa
lampau
 Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
control nyeri
masa lampau
 Bantu pasien
dan keluarga
untuk mencari
dan menemukan
dukungan
 Control
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan
dan kebisingan
 Kurangi faktor
prspitasi nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan
nyeri
( farmakologi,
non farmakologi
dan
interpersonal )
 Kaji tipe dan
sunber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
 Ajarkan teknik
non farmakologi
 Berikan analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
 Evaluasi
keefektifan
control nyeri
 Tingkatkan
istirahat
 Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil
 Monitor
penerimaan
pasien tentang
managemen
nyeri

Hambatan Setelah dilakukan Domain I


tindakan keperawatan Fisiologis Dasar
mobilias fisik
selama 3 x 24 jam, Kelas A
berhubunngan hambatan mobilitas fisik Managemen aktivitas
teratasi 0221 dan latihan
dengan
Dengan kriteria hasil : Terapi latihan :
gangguan  Klien meningkat Ambulasi
dalam aktivitas  Monitor vital
muskuloskeletal
fisik sign sebelum dan
.  Mengerti tujuan sesudah latihan
dari peningkatan dan lihat respon
mobilitas pasien
 Memverbalisasika  Konsultasikan
n perasaan dalam dengan terpi fisik
meningkatkan tentang rencana
kekuatan dan ambulasi sesuai
kemampuan dengan
berpindah kebutuhan
 Memperagakan  Bantu klien
penggunaan alat untuk
19300 bantu untuk menggunakan
2 mobilisasi tongkat saat
Domain IV berjalan dan
19300 Pengetahuan tentang cegah terhadap
3 kesehatan dan perilaku cedera
19300 Kelas T  Ajarkan pasien
4 Kontrol Resiko dan tentang Teknik
keamanan ambulasi
Mengidentifikasi factor  Kaji kemampuan
resiko osteoporosis pasien dalam
Mengenali factor resiko mobilisasi
osteoporosis  Latih pasien
Memonitor factor resiko dalam
osteoporosis pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai
kemampuan
 Damping dan
bantu pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan ADLs
pasien
 Berikan alat
bantu jika klien
memerlukan
 Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
Ansietas Setelah dilakukan Domain 3
tindakan keperawatan Perilaku
berhubungan
selama 3 x 24 jam, Kelas T
dengan ansietas pasien teratasi Peningkatan
Dengan kriteria hasil : kenyamanan psikologis
ancaman status
 Klien mampu 5820 Pengurangan kecemasan
kesehatan. mengidentifikasi  Gunakan
dan pendekatan yang
mengungkapkan menenangkan
gejala cemas  Naytakan dengan
 Mengidentifikasi, jelas harapan
mengungkapkan terhadap pelaku
dan menunjukan pasien
Teknik untuk  Jelaskan semua
mengontrol cemas prosedur dan apa
 Vital sign dbn yang dirasakan
 Postur tubuh, selama prosedur
ekspresi wajah,  Pahami
Bahasa tubuh dan perspektif pasien
1211 tingkat aktivitas terhadap situasi
menunjukkan stress
berkurangnya  Temani pasien
kecemasan untuk
Domain III memberikan
Kesehatan Psikososial keamanan dan
Kelas M mengurangi takut
Kesejahteraan psikologis  Dorong keluarga
Tingkat kecemasan untuk menemani
pasien
 Lakukan back /
neck rub
 Dengarkan
dengan penuh
perhatian
 Identifikasi
tingkat
kecemasan
 Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
 Instruksikan
pasien
menggunakan
Teknik relaksasi
 Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
obat mengurangi
kecemasan

Anda mungkin juga menyukai