“OSTEOATRITIS”
DISUSUN OLEH :
NANI CAHYA NN
NIM 20200305010
DOSEN PEMBIMBING
2020
A. DEFINISI
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah
atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca
menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan perbandingan 68:1
pada usia rata-rata 53-57 tahun.Osteoporosis primer adalah kehilangan massa
tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan, sedangkan osteoporisis
sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal
tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama
karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses
ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari
osteoporosis primer.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang.
Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu
termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada
osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk
menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid,
artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis
sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-
lain.
B. ETIOLOGI
1. Osteoporosis pascamenopause
terjadi karena kurngnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala
timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul
lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun
sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini
berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun
pertama setelah menopause.
2. Osteoporosis senilis
kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan
dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblast). Senilis berati bahwa
keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada
orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering
kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Osteoporosis sekunder
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder
yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti
kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan
dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik
merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang
normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari
rapuhnya tulang.
C. PATOFISIOLOGI
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor
genetic dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis kelamin, ras
keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor mekanis meliputi, merokok,
alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa
dan pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya
daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran
kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi
tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih
banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang
total yang disebut osteoporosis.
Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi
suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu
proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling). Setiap perubahan
dalam keseimbangan ini, misalnya apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses
pembentukan tulang, maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah
yang kita jumpai pada osteoporosis.
Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun pria
akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% setiap
tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada usia
lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut pada awalnya
sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause, proses ini akan
berlangsung lebiuh cepat. Pada pria seusia wanita menopause massa tulang akan
menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita penurunan massa tulang
berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini berbagai bagian tubuh ternyata
tidak sama.
Gg fungsi osteoblast
Peningkatan PTH
Hiperparatiroidisme sekunder
Reabsorpsi tulang
osteoporosis
Manifestasi osteoporosis :
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula
transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam
ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
3. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyao nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan
mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang
mengalami fraktur.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata
b. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun
d. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
F. PENATALAKSANAAN
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup,
dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat
melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim
atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus,
salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium
yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
G. KOMPLIKASI
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter,
dan fraktur colles pada pergelangan tangan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan
riwayat psikososial.
1. Anamnese
1). Identitas
a). Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya :
1). Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
2). Berat badan menurun
3). Biasanya diatas 45 tahun
4). Jenis kelamin sering pada wanita
5). Pola latihan dan aktivitas ,pola aktivitas sehari-hari, pola aktivitas dan latihan
biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi,
berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi yang
baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olahraga dapat
mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang
adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan
interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal. Beberapa perubahan
yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility
( kemampuan gerak cepat dan lancar ) menurun, dan stamina menurun.
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda – tanda Vital
Head To Toe
Pemeriksaan Fokus :
a. B1 (Breathing)
I : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
P : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
P : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru
A : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki
b. B2 ( Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh
darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
c. B3 ( Brain )
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
1). Kepala dan wajah : ada sianosis
2). Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemi
3). Leher : Biasanya JVP dalam normal
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan
halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi
vertebra
d. B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan.
e. B5 ( Bowel)
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 ( Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis
sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan
tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang,
leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi
adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
4. Pemeriksaan penunjang
a). Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun
yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra
biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya
trabekula transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya
korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus
pulposus kedalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
b). CT-Scan
c). Laboratorium
1). Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata
2). Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra spasme otot,
deformitas tulang.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.
4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang
berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra, spasme otot,
deformitas tulang.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkannyeri
berkurang.
b. Kriteria Hasil : Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang dan
istirahat yang cukup, klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya
secara sederhana.
Intervensi Rasional
Pantau tingkat nyeri pada punggung, nyeri Tulang dalam peningkatan jumlah
terlokalisasi atau menyebar pada abdomen trabekular, pembatasan gerak spinal.
atau pinggang. Skala nyeri 7-9 yaitu nyeri
berat.
Ajarkan pada klien tentang alternative lain Alternatif lain untuk mengatasi nyeri,
untuk mengatasi dan mengurangi rasa pengaturan posisi, kompres hangat dan
nyerinya. sebagainya.
Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri : - Keyakinan klien tidak dapat
- Aspirin menoleransi obat yang adekuat atau
tidak adekuat untuk mengatasi
- Ibuprofen nyerinya.
- Diclofenac
- Piroxicam
Intervensi Rasional
Kaji tingkat kemampuan klien yang Dasar untuk memberikan alternative dan
masih ada. latihan gerak yang sesuai dengan
kemapuannya.
Intervensi Rasional
Ajarkan pada klien untuk berhenti Pergerakan yang cepat akan lebih
secara perlahan, tidak naik tanggga, memudahkan terjadinya fraktur kompresi
dan mengangkat beban berat. vertebra pada klien osteoporosis.
Intervensi Rasional
Ajarkan pada klien tentang faktor- Informasi yang diberikan akan membuat
faktor yang mempengaruhi terjadinya klien lebih memahami tentang penyakitnya
osteoporosis
DISCHARGE PLANNING :
Ny. A berusia 58 tahun di bawa oleh anaknya ke RSUD Tugu Koja pada hari Rabu,
10 Februari 2021 karena sudah sejak tiga minggu yang lalu sering mengeluh mengalami ngilu
pada bagian tulang belakang sehingga pasien saat ini mengalami kesulitan untuk mobilisasi
berjalan atau berpindah. Ketika memeriksakan diri kedokter Ny. A di anjurkan untuk tes
darah dan rongen kaki. Hasil rongen menunjukkan bahwa Ny.A menderita osteopoosis di
perkuat lagi dengan hasil BMD T-scoe -3. Klien mengalami menopouse sejak 5 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan tidak mamapu berjalan dan berpindah dengan sendiri dan harus
dengan alat bantu berupa tongkat atau bantuan orang lain karena masih mengalami ngilu
sampai saat ini. Pasien menyatakan dirinya tidak suka minum susu sejak usia muda dan juga
tidak menyukai makanan laut. Klien beranggapan bahwa keluhan yang diasakannya karena
usianya yang bertambah tua. Pasien mengatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini
karena tidak mengetahui penyebab dari penyakit yang ia alami saat ini.
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
Nama :Ny. A
Usia :58 Th
Jenins kelamin :Perempuan
Amalat : Rawa Badak Rt 02 Rw 06 Koja, Jakarta Utara
Suku : Jawa
Status pernikahan : Kawin
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Diagnosa medik : osteoporosis
No medical record : 002220
Tanggal masuk : Rabu, 10 Februari 2021
Tanggal pengkajian : Senin , 15 Februari 2021
Penanggung Jawab:
Nama :Tn. F
Usia :59 Th
Jenis kelamin :Laki-laki
Pekerjaan :PNS
Hubungan :Suami
Amalat :Rawa Badak Rt 02 Rw 06 Koja, Jakarta Utara
Keluhan Utama :
Klien menyatakan sudah sejak tiga minggu yang lalu sering mengeluh
mengalami ngilu pada bagian tulang belakang.
Genogram :
Keterangan :
: meninggal
KEMAMPUAN DIRI 0 1 2 3 4
Makan √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
KETERANGAN :
1 : Mandiri total
2 : memerlukan penggunaaan peralatan atau alat bantu
3 : membutuhkan bantuan dari orang lain untuk pertolongan, pengawasan, atau
pengajaran.
4 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat bantu
5 : ketergantungan; tidak berartisispasi dalam aktivitas.
RIWAYAT PSIKOLOGI
a. Status emosi
Pasien menyatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini karena tidak tau
penyebab dari penyakitnya saat ini yang semakin lama semakin parah.
b. Gaya komunikasi
Klien tampak berhati hati dalam berbicara, klien berbicara secara
spontan,klien berbicara jelas dan terbuka, dan selama berkomunikasi pasien
menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar, pasien tampak sering
melamun.
c. Pola pertahanan
Pasien menyatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini, pasien hanya
dapat berdoa dan berharap supaya segera sembuh dengan pengobatan yang
dijalaninya saat ini.
d. Dampak dirawat di RS
Pasien menyatakan saat di rawat rumah sakit merasa bahwa ada perubahan,
yaitu nyeri mulai berkurang.
e. Kondisi emosi / perasaan klien.
Kondisi pasien terlihat cemas karena ingn segera sembuh dari penyakitnya.
Perasaan klien saat ini sedih karena karenaharus menjalani perawatan dirumah
sakit sampai benar benar sembuh.
RIWAYAT SOSIAL
RIWAYAT SPIRITUAL
PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN UMUM
Keadaan umum klien : sedang
Kesadaran : composmentis
GCS :
Respon eye :4
Respon Motorik :5
Respon verbal :5
Total :14
Status gizi
TB : 160 cm
BB : 50 kg
IMT : 19,53
C. PEMERIKSAAN WAJAH
a. Mata
Inspeksi : posisi mata simetris, tidak terdapat oedema pada pelpebra mata kanan
dan kiri, conjungtiva pada kedua matanyatidak anemis, reaksi pupil terhadap
cahaya mengecil, bentuk pupil isokor, gerakan bola mata kanan dan kiri baik
kesegala arah, terdapat gerak reflek pada penutupan klopak mata, keadaan bulu
mata tidak rontok, warna iris hitam, wajah pasien tampak tegang, pasien tampak
gelisah, dan pasieen tampak sering melamun.
Palpasi : tidak mengalami nyeri tekan, dan tidak terdapat benjolan.
b. Hidung
Inspeksi: posisi hidung simetris, bentuk hidung mancung, tidak terdapat secret,
tidak ada pembengkakan sinus, tidak terdapat pernafasan mengunakan cuping
hidung.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan.
c. Mulut
Tidak terdapat kelainan kongenital pada mulut, warna bibir tidak pucat, tidak ada
lesi, membran mukosa lembab, gigi tidak caries, menggunakan gigi palsu, warna
lidah pink, lidah tidak mengalami perdarahan dan abses, tidak terdapat benda
asing pada rongga mulut, tidak terdapat radang pada gusi.
d. Telinga
Inspeksi: posisi telinga simetris, telinga bersih tidak terdapat serumen, tidak
terdapat peradangan, serta tidak meggunakan alat bantu pendengaran.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat benjoalan.
b. Pemeriksaan jantung
Inspeksi: bentuk simetris, tidak terdapat lesi
Palpasi: iktus kordis teraba, tidak terdapat nyeri tekan maupun benjolan
Perkusi: redup
Auskultasi: bunyi jantung I lub, bunyi jantung II dup jarak antar bunyi jantung
satu dan bunyi jantung dua kurang dari 1 detik, tidak terdapat bunyi jantung
tambahan.
- Kekuatan otot
5 5
5 5
Keterangan :
1 : gerakan kontraksi
ANALISA DATA
- berjalan pelan
pelan sambil
menahan ngilu dan
langkah kecil kecil.
- melambatya
pergerakan saat
berjalan.
- postur tubuh pasien
mengalami
perubahan pada
tulang belakang.
INTERVENSI KEPERAWATAN