TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kelancaran dalam penyusunan Pedoman Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Tugu Koja Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta.
Pedoman ini merupakan panduan di RSUD Tugu Koja. Panduan Komunikasi Efektif dalam
Pelayanan Kesehatan dibuat didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 11 Tahun
2017 tentang Keselamatan pasien dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 tahun 2019
tentang panduan perilaku interaksi pelayanan publik di lingkungan kementrian kesehatan,
bahwa dalam memberikan pelayanan public di wajibkan bagi Aparatur Sipil Negara atau ASN
memberikan pelayanan yang baik dan profesional.
Penyusunan Pedoman Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan tidak terlepas
dari bantuan semua pihak terkait. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak terkait atas bantuannya dalam rangka penyusunan
pedoman Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan ini.
Kami menyadari bahwa pedoman Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan ini
masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan masukan, kritik dan saran dalam rangka penyusunan pedoman Komunikasi
Efektif dalam Pelayanan Kesehatan sehingga kedepannya mampu memperbaiki kualitas baik
terhadap peningkatan sumber daya manusia maupun terhadap penerapan Komunikasi Efektif
dalam Pelayanan Kesehatan yang berkesinambungan di RSUD Tugu Koja Jakarta Utara. Semoga
Pedoman Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan di RSUD Tugu Koja Jakarta Utara
dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 5
1.2 TUJUAN ......................................................................................................................... 6
1.3 RUANG LINGKUP ........................................................................................................... 6
1.4 BATASAN OPERASIONAL ............................................................................................... 6
1.5 LANDASAN HUKUM ...................................................................................................... 7
1.6 PRINSIP – PRINSIP DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN PUBLIK ................................... 7
BAB II DEFINISI KOMUNIKASI EFEKTIF.......................................................................... 12
2.1 DEFINISI KOMUNIKASI EFEKTIF...................................................................................... 12
2.2 CARA BERKOMUNIKASI EFEKTIF.................................................................................... 12
2.3 JENIS INFORMASI........................................................................................................... 13
2.4 PEMBERI INFORMASI..................................................................................................... 13
BAB III TATA LAKSANA KOMUNIKASI EFEKTIF .............................................................. 14
3.1 PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF ...................................................................................... 14
3.2 TATA LAKSANA KOMUNIKASI EFEKTIF........................................................................... 15
3.2.1 KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PETUGAS DENGAN PASIEN DAN KELUARGA......... 15
3.2.2 KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PETUGAS............................................................... 15
3.3 TEKNIK KOMUNIKASI EFEKTIF........................................................................................ 16
3.3.1 DOKTER IGD DENGAN PASIEN DAN KELUARGA................................................... 16
3.3.2 INFORMASI DPJP DENGAN PASIEN DAN KELUARGA............................................ 16
3.3.3 INFORMASI FRONT OFFICE / LOKET PENDAFTARAN DENGAN PASIEN................ 17
3.3.4 KOMUNIKASI ANTAR PEMBERI LAYANAN............................................................ 19
3.3.5 KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT................................................................. 22
3.4 PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBERIAN ASUHAN DAN EDUKASI....... 23
3.5 PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN..................... 25
3.5.1 KOMUNIKASI EFEKTIF DI RUANG PENDAFTARAN................................................. 25
3.5.2 KOMUNIKASI EFEKTIF DI RAWAT JALAN............................................................... 26
3.5.3 KOMUNIKASI EFEKTIF DI RAWAT INAP................................................................. 26
BAB IV KESELAMATAN PASIEN........................................................................................... 29
4.1 KOMUNIKASI EFEKTIF CODE RED .................................................................................. 29
4.2 KOMUNIKASI EFEKTIF CODE BLUE ................................................................................ 29
4.3 KOMUNIKASI EFEKTIF CODE BLACK............................................................................... 29
3
4.4 KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PEMBERI ASUHAN DENGAN STAF KLINIS ..................... 29
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 31
BAB I
4
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan
dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan
memberikan umpan balik yang sesuai dengan pesan. Umpan balik yang sesuai
dengan pesan tidak selalu berupa persetujuan. Komunikan dapat saja
memberikan umpan balik berupa ketidaksetujuan terhadap pesan, yang
terpenting adalah dimengertinya pesan dengan benar oleh komunikan dan
komunikator memeroleh umpan balik yang menandakan bahwa pesannya telah
dimengerti oleh komunikan.
Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan,
standar, norma, pedoman atau acuan yang diharapkan dapat diketahui,
dipahami, diyakini, dan diimplementasikan oleh komunikan.
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui
teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau
kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri, aktif
memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Hirnle, 1996 dalam
suliha, 2002).
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
Konsumen dalam hal ini dapat berupa konsumen internal dan konsumen
eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang
bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal ataupun hubungan
secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisiplin termasuk
keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur administrasi sebagai provider
merupakan gambaran dari konsumen internal. Konsumen eksternal lebih
mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual,
kelompok, keluarga, maupun masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali
hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diperdiksi penyebabnya
adalah buruknya hubungan komunikasi yang terlibat dalam sitem tersebut.
Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan pengirim informasi akan
menimbulkan kegagalan dalam berkomunikasi.
B. TUJUAN PEDOMAN
5
Secara umum tujuan penyusunan panduan komunikasi efektif ini adalah:
1. Memberikan standar untuk penyebaran berbagai informasi dan edukasi.
2. Mengurangi kesalahan dalam penyampaian dan penerimaan informasi
antar profesional pemberi asuhan (PPA)
3. Meningkatkan keselamatan pasien
4. Meningkatkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya.
5. Meminimalkan terjadinya miskomunikasi pada pasien dan keluarga
pasien.
Pelaksana pedoman ini adalah para tenaga kesehatan yang bertanggung jawab
dalam memberikan pelayanan yaitu dokter spesialis, dokter umum atau dokter
gigi, perawat, bidan, staf laboratorium, staf radiologi, staf farmasi, dan staf
penunjang lainnya yang bekerja di rumah sakit
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik
dalam keadaan sehat maupun sakit.
6
2. Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan
kebutuhan pribadinya, sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam
menjalankan pelayanan kesehatan
4. Dokter adalah, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun
di luar negeri yang di akui pemerintah republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
5. DPJP atau Dokter penanggung jawab pelayanan adalah seorang dokter
yang bertanggung jawab mengelola rangkaian asuhan medis pasien.
E. LANDASAN HUKUM
Kegiatan komunikasi efektif di RS merupakan upaya kesehatan bersama,
sebagai landasan hukum pelayanan komunikasi efektif meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun2014
tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2019
tenang Panduan perilaku ingteraksi pelayanan public di lingkungan
kementrian kesehatan.
7
4. Mengupayakan jawaban/bantuan/solusi/alternatif solusi/saran/informasi
yang berguna bagi penerima layanan, tanpa terlalu cepat mengatakan
tidak tahu/tidak bisa/tidak ada, didukung dengan koordinasi dan
komunikasi yang efektif dan efisien antar bagian;
5. Mendorong konsistensi pelaksanaan kegiatan layanan yang bermutu,
sesuai pedoman yang ada, yang mampu menciptakan kepuasan
penerima layanan dan mencegah keluhan penerima layanan;
6. Selalu memantau pelaksanaan kegiatan layanan serta umpan balik dari
penerima layanan untuk dapat menangkap peluang perbaikan dan
peningkatan mutu layanan, serta mengupayakan peningkatan mutu
layanan secara berkelanjutan;
7. Bersedia untuk memberikan manfaat lebih bagi penerima layanan
walaupun tidak diminta sesuai situasi yang sedang dihadapi penerima
layanan;
8. Menjadikan layanan prima sebagai bagian dari budaya kerja yang perlu
terus ditingkatkan.
8
bagi penerima layanan; i. memberi kesempatan penerima layanan untuk
bertanya atau menyampaikan hal lain sebelum mengakhiri pemberian
pelayanan;
9. Mengetahui peta area dan siapa petugas yang dapat dihubungi atau
ditanya jika ada penerima layanan yang membutuhkan arahan atau
jawaban;
10. Menunjuk dengan telapak tangan terbuka untuk menunjuk ke objek yang
jauh atau objek yang berukuran besar, menunjuk dengan dua jari yaitu
telunjuk dan jari tengah tangan kanan yang saling menempel saat
menunjuk ke tulisan yang detail, atau menunjuk dengan ujung ballpoint
untuk mengarahkan pengisian suatu formulir atau pemberian tanda
tangan;
11. Memberi informasi kepada penerima layanan dengan mengupayakan
posisi sejajar, menunjukkan senyum dan anggukan sejenak,
mencondongkan badan saat berbicara dengan penerima layanan,
berbicara dengan intonasi suara dan kata-kata yang jelas dan bersahabat
dalam memberi salam/informasi/pertanyaan, serta memberi arahan
dengan telapak tangan terbuka ke arah yang dituju; m. meminta ijin ketika
harus memeriksa atau mengambil dokumen, serta menerima atau
menyerahkan dokumen dengan dua tangan;
12. Tidak meminta dan menerima tip atau imbalan dalam bentuk apapun;
13. secara sopan menegur orang yang merokok dan melakukan perbuatan
yang tidak sesuai dengan tata tertib di unit layanan;
14. selalu mengakhiri interaksi dengan senyum, mengucapkan terima kasih,
serta sedikit anggukan kepala dengan kesan yang positif terhadap
penerima layanan;
15. Mengupayakan kondisi yang nyaman bagi penerima layanan selama
pemberian layanan;
16. Berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan pelayanan prima
bagi penerima layanan; dan
17. Melaksanakan pemberian pelayanan publik sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
9
Petugas Security / Door Man :
1. Berada di pintu gerbang, lobby, pintu masuk, atau pada area yang
ditetapkan, dengan posisi berdiri;
2. Sigap dalam mengupayakan keamanan bagi penerima layanan;
3. Mengetahui peta area dan siapa petugas yang dapat dihubungi atau
ditanya jika ada penerima layanan yang membutuhkan arahan atau
jawaban; dan
4. Tanggap dan siap membantu penerima layanan yang memerlukan
bantuan berupa kursi roda atau alat bantu lainnya.
10
4. Memperhatikan urutan kedatangan penerima layanan sehingga dapat
dilayani sesuai urutannya.
Petugas Kasir :
1. Mengkonfirmasi identitas penerima layanan;
2. Tidak membiarkan loket kasir dalam keadaan kosong/tidak ada petugas
3. Mengkonfirmasi harga dan jumlah uang kepada penerima layanan; dan
4. Menerima dan mengembalikan uang tunai atau kartu pembayaran serta
memberikan lembar bukti pembayaran dengan dua tangan.
11
7. Memberi penjelasan/arahan yang mudah dipahami setelah pelayanan
diberikan.
BAB II
KOMUNIKASI EFEKTIF
12
secant ringkas clengan menggunakan kata-kata sehingga dapat
mengekspresikan ide secara sederhana.
b. Perbendaharaan kata. Menyampaikan pesan dan infonnasi serta
istilah-istilah yang mudah dimengerti pasien sesuai dengan tingkat
pendidikan, budaya dan format sehingga pesan menjadi efektif. c.
Intonasi dan kecepatan berbicara. Intonasi dan kecepatan
berbicara juga disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan budaya
masyarakat setempat sehingga apa yang disampaikan menjadi
jelas dan dapat merubah perilaku penerima pesan.
2. Komunikasi non verbal Komunikasi non verbal dapat berupa:
a. Penampilan fisik
b. Sikap tubuh dan cam berjalan
c. Ekspresi wajah dan kontak mata
d. Sentuhan (kasih sayang, dukungan ernosional dan perhatian
diberikan melalui sentuhan dan sesuai dengun norma sosial).
C. JENIS INFORMASI
Informasi yang perlu disampaikan dari staf medis dan non medis kepada pasien
meliputi:
1. Jenis dan akses pelayanan di rumah sakit
2. Biaya perawatan dan tindakan
3. Informasi diagnosis, perneriksaan yang dilakukan dan akan dilakukan,
terapi serta rencana tindakan.
4. Asuhan keperawatan , pendidikan pasien dan keluarga
D. PEMBERI INFORMASI
Semua informasi disampaikan sesuai dengan kewenangan staf rumah sakit yaitu
front office, kasir, staf klinik (dokter dan perawat) dan non klinik.
13
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN KOMUNIKASI EFEKTIF
14
7. Pemberi instruksi harus menandatangani instruksi yang diberikan pada
stempel Read Back
8. Instruksi/Informasi di rumah sakit dapat dilakukan melalui metode verbal
maupun telepon untuk memastikan agar pelayan kesehatan tetap berjalan
meskipun dokter atau pihak pemberi informasi tidak berada ditempat.
15
Perubahan paradigma standar akreditasi baru diaplikasikan pada
pelayanan berfokus pasien. Patient safety atau keselamatan pasien
menjadi standar utama. Kesinambungan pelayanan harus dilakukan baik
saat merujuk keluar maupun serah terima pasien di dalam rumah sakit. Di
rumah sakit perlu adanya koordinasi yang baik antar petugas untuk
mengantisipasi kesalahpahaman atau konflik dengan pasien. Tenaga
kesehatan di rumah sakit seperti perawat dan dokter harus bisa
mempraktikkan komunikasi yang efektif dengan pasien .
16
b. DPJP wajib membuat rencana pelayanan, menuliskan rencana
pelayanan:
1) Dokter menuliskan rencana kerja atau permasalahan medis
yang akan ditangani
Dokter menulis rencana tindakan yang akan
dilaksanakan, dapat berupa rencana pemeriksaan
penunjang, konsul ke bidang lain, dan lain-lain
Dokter menyusun rencana terapi atau intervensi guna
menangani masalah
Dokter membubuhkan tanda tangan dan waktu
penulisan
2) Menginformasikan rencana pelayanan kepada
pasien/keluarga
Dokter sudah menyampaikan pada pasien bahwa
pasien diperiksa dan dibuatkan diagnose kerja
Dokter mennyampaikan pada pasien,
pemeriksaan/tindakan apa yang akan dilakukan
Dokter menyampaikan kemungkinan manfaat dan
resikonya terhadap Tindakan
Dokter memastikan bahwa pasien sudah paham
Dokter mempersilahkan kepada pasien untuk
menanyakan sesuatu apabila belum jelas
Dokter menuliskan pada dokumen rekam medis
bahwa telah menginformasikan rencana pelayanan
dan membubuhkan paraf.
17
maka pengecekan langsung ke IGD untuk memastikan
kesesuaian antara umur dengan fisik pasien.
18
Setiap selesai melaksanakan orientasi harus
tercatat pada check list dan ditandatangani
oleh kedua belah pihak.
Teknik SBAR
Dalam memberikan pelayanan di rumah sakit, antar pemberi layanan
melakukan komunikasi dengan teknik SBAR yang dipergunakan dalam
melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan
kemampuan komunikasi antara perawat dengan dokter, bidan dengan
dokter, dokter umum dengan dokter spesialis dengan komunikasi SBAR
ini, maka pemberi laporan mengenai kondisi pasien lebih informative dan
terstruktur.
Teknik SBAR terdiri dari unsur situation Background assemment
Recommendation
a. Situation (Situasi)
19
Mengawali suatu komunikasi diperlukan pengenalan antara
penyampai berita dan penerima berita dalam halini identitas
petugas dan unit pelayanan kesehatan diinformasikan setelah itu
sampaikan permasalahan yang ada pada pasien diawali dengan
menyebutkan nama pasien, umur, dan lokasi, seteah itu sampaikan
masalah yang ingin disampaikan tanda- tanda vital pasien, dan
kekhawatiran petugas terhdap kondisi pasien.
Teknik TBAK
Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus
melakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan
dengan tulis, baca kembali dan konfirmasi ulang (TBaK), Yaitu:
a. Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan. Komunikasi dapat
dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti
telepon.pemeberi pesan harus memperhatikan kosa kata yang
digunakan, intonasi, kekuatan suara (tidak besar dan tidak kecil),
jelas, singkat dan padat.
20
b. Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut.(TULIS) untuk
menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan
harus mencatat pesan yang diberikan secara jelas.
c. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan.
(BACA KEMBALI) setelah pesan dicatat, penerima pesan harus
membacakan kembali pesan tersebut kepada pemberi pesan agar
tidak terjadi kesalahan dan pesan dapat diterima dengan baik
d. Penerima pesan mengkonfirmasikan kembali isi pesan kepada
pemberi pesan.( KONFIRMASI) pemberi pesan harus
mendengarkan pesan yang dibacakan oleh penerima pesan dan
memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada yang kurang.
e. Proses komunikasi efektif ini harus dicatat dengan akurat pada
rekam medis atau catatan terintegrasi pasien. catatan tersebut
harus dapat dibaca, ditandatangan, diberi tanggal dan waktu.
verifikasi pemberi instruksi
21
R Saya menganjurkan (…………apa rekomendasi yang diberikan
oleh DPJP) Petugas yang melaporkan mencatat, dan membaca
ulang rekomndasi DPJP)
Hand over
Komunikasi lisan dan tertulis yang dilakukan pada saat serah
terima pasien.petugas medis dan non medis menyampaikan
informasi kesehatan pasien pada saat pergantian shift kepada
petugas medis shift berikutnya lalu membubuhkan tanda tangan
pada stempel operan
22
Kegiatan edukasi penyakit dan kesehatan dalam edukasi on
air
Seminar kesehatan
23
Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan
interupsi yang tidak perlu.
Memberikan solusi yang tepat dan cepat bila ada keluhan
yang disampaikan.
Menawarkan kembali bantuan kepada pasien ( “Ada lagi
yang bisa kami bantu bapak/ibu?)
Mengucapkan salam penutup (“terima kasih atas waktunya
bapak/ibu. Jika membutuhkan bantuan kembali, kami siap
melayani.)
25
Setelah pendaftaran selesai, barulah mereka satu demi satu
diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pelayanan yang
dibutuhkan.
Kontak awal dengan rumah sakit ini, perlu disambut dengan 3S
( Senyum, Sapa, Salam) oleh petugas pendaftaran. Sambutan
tersebut berupa salam hangat yang dapat membuat mereka
merasa tentram berada di rumah sakit.
Di tempat tersebut, pasien akan ditanya keperluannya dan akan
diarahkan sesuai dengan keperluan yang dituju.
26
3. Komunikasi Efektif Rawat Inap
Pada saat pasien telah masuk ke ruang rawat inap, umumnya pasien
sangat ingin mengetahui seluk-beluk penyakitnya. Sementara pasien
dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda
seperti apatis, agresif,atau menarik diri. Hal ini disebabkan penyakit kronis
umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak social
kepada penderitanya. Kepada pasien seperti ini, kesabaran dari petugas
rumah sakit sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan
komunikasi pemberdayaan. Beberapa cara komunikasi pemberdayaan
dapat dilakukan melalui konseling sebagai berikut :
27
assesmen pasien maka penyampaian informasi dan edukasi
harus menyesuaikan dengan keadaan pasien, contohnya :
Pasien dalam kondisi baik dan emosional senang,
maka proses komunikasinya mudah disampaikan
secara lisan.
Pasien yang memiliki hambatan fisik (tuna rungu,
tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga
sekandung (istri, anak, ayah, ibu atau saudara
sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
Pasien yang memiliki hambatan emosional (marah
atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan materi edukasi dan menyarankan
membaca leaflet.
3) Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan
memahami edukasi yang diberikan :
Pada pasien dengan kondisi baik dan senang, maka
verifikasi yang dilakukan adalah menanyakan kembali
edukasi yang telah diberikan. Dengan pertanyaan
seperti : “Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bapak/ibu bias pelajari?”
Pada pasien yang mengalami hambatan fisik, maka
verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama : “ Dari materi edukasi
yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak/ibu
bias pelajari?”
Pada pasien yang memiliki hambatan emosional
(marah atau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan menanyakan kembali sejauh mana pasiennya
mengerti tentang materi edukasi (leaflet) yang telah
diberikan sebelumnya.
28
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan
edukasi pasien wajib untuk mengisi formulir edukasi
dan informasi dan ditandatangani kedua belah pihak
antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini
dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga
pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang
benar.
BAB III
KESELAMATAN PASIEN
29
Code Black diaktifkan bila ditemukan adanya informasi ancaman bom dan
benda-benda yang dicurigai dan tidak dikenal, cara komunikasi efektif adalah
sebagai berikut :
1. Melaporkan kepada pos komando keamanan untuk menghidupkan code
black dengan menyebutkan lokasi secara mendetail, jangan di sentuh
serta isolasi area atau benda yang dicurigai.
2. Melaporkan ke coordinator keadaan darurat gedung dan keamanan serta
kemudian menghubungi kepolisian RI, mempertimbangkan untuk
mengevakuasi penghuni gedung.
3. Jika menerima telepon ancaman atau peringatan, bertanya kepada
penelpon informasi sebanyak mungkin.
30
BAB IV
PENUTUP
31