Anda di halaman 1dari 36

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SELATAN

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. YULIDDIN
AWAY TAPAKTUAN

PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF


BLUD RSUD dr. H. YULIDDIN AWAY
TAPAKTUAN

TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah Nya
penyusunan “Pedoman Komunikasi Efektif” dapat diselesaikan. Pedoman
Komunikasi Efektif ini berisikan informasi mengenai Komunikasi
dilingkungan maupun diluar BLUD RSUD dr. H. YULIDDDIN AWAY
TAPAKTUAN.

Disadari bahwa Pedoman Komunikasi Efektif belum sempurna,


karena beberapa kendala yang dihadapi, namun kami berharap Pedoman
Komunikasi Efektif ini dapat memberikan informasi yang memadai dan
konstruktif bagi rumah sakit , Kegiatan penyusunan dan implementasi
Pedoman Komunikasi Efektif yang telah dicapai selama ini adalah Berkat
Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan hasil kerja keras dari semua pihak.
Adanya kerjasama dengan komitmen yang tinggi merupakan pendukung yang
telah berkontribusi dalam perkembangan pelayanan kepada pasien dan
keluarga serta masyarakat di Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sumedang

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh


jajaran pimpinan dan pokja yang telah bekerja dan menjalankan tugas yang
dibebankan serta kepercayaan dan kerja sama yang telah diberikan oleh
seluruh pihak dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat

Tapaktuan , Desember 2019

2
3
DAFTAR ISI
Hal
Kata pengantar…………………………………………………………………….... 1
Daftar isi…………………………………………………………………………..... 2
BAB I PENDAHULUAN..…………………………………………………….... 4
A. Latar belakang……………………………………………………………......... 4
B. Definisi……………………………………………………………………........ 5
C. Tujuan…………………………………………………………........................ 6
BAB II RUANG LINGKUP……………………………………………............... 8
A. Komunikasi petugas rumah sakit dengan masyarakat.
A. ………………………………………………………................. 8
Komunikasi petugas rumah sakit kepada pasien dan atau keluarga
B. 8
pasien………………………………………………………….....................
Komunikasi antar Profesional Pemberi
C. 8
Asuhan………………………………………………..................................
BAB III TATALAKSANA 9
A. Komunikasi petugas rumah sakit dengan
masyarakat………………………………………….…………………..…..... 9
B. Komunikasi petugas rumah sakit kepada pasien dan atau keluarga
pasien……………………………………………………............................... 14
C. Komunikasi antar Profesional Pemberi Asuhan…………………..
……………………………..……......................... 20
BAB IV DOKUMEN TERKAIT........................................................................... 30
BAB V PENUTUP …………………………………..………….......................... 31

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Memberikan asuhan pasien merupakan upaya yang kompleks dan sangat


bergantung pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada
dan dengan komunitas, pasien dan keluarganya, serta antarstaf klinis, terutama
Profesional Pemberi Asuhan (PPA). Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan
salah satu akar masalah yang paling sering menyebabkan insiden keselamatan
pasien. Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan/komunikator, pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan/komunikan, dan tidak ada hambatan
untuk hal itu.
Komunikasi efektif sebagai dasar untuk memberikan informasi dan edukasi
kepada pasien dan keluarga agar mereka memahami kondisi kesehatannya
sehingga pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan
mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya serta
mendapat informasi lain mengenai rumah sakit.
Edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan oleh staf klinis terutama PPA
yang sudah terlatih (dokter, perawat, nutrisionis, apoteker, dll.). Mengingat banyak
profesi yang terlibat dalam edukasi pasien dan keluarganya maka perlu koordinasi
kegiatan dan fokus pada kebutuhan edukasi pasien.
Edukasi yang efektif diawali dengan asesmen kebutuhan edukasi pasien dan
keluarganya. Asesmen ini menentukan bukan hanya kebutuhan akan pembelajaran,
tetapi juga proses edukasi dapat dilaksanakan dengan baik. Edukasi paling efektif
apabila sesuai dengan pilihan pembelajaran yang tepat dan mempertimbangkan
agama, nilai budaya, juga kemampuan membaca serta bahasa. Edukasi akan
berdampak positif bila diberikan selama proses asuhan.
Edukasi termasuk pengetahuan yang diperlukan selama proses asuhan
maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan (discharged) ke
pelayanan kesehatan lain atau ke rumah. Dengan demikian, edukasi dapat

5
mencakup informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan
tindak lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan
emergensi bila dibutuhkan. Edukasi yang efektif dalam suatu rumah sakit
hendaknya menggunakan format visual dan elektronik, serta berbagai edukasi jarak
jauh dan teknik lainnya.

B. Definisi
Adapun beberapa pengertian lain adalah sebagai berikut
1. Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran
atau informasi. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994 ;
Koontz & Weihrich, 1988).
2. Komunikasi Efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau
informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh
penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn,
Hunt & Osborn, 1994 ; Koontz & Weihrich, 1988).
3. Sumber/Pemberi Pesan/Komunikator adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima pesan/komunikan. Hal-hal yang menjadi
tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih
media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah
diterima dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal 8).
4. Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si
penerima pesan (komunikan).
5. Isi Pesan adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan.
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi , media penyampaian, penerimanya.

6
6. Media/Saluran Pesan (Elektronik, Lisan, Tulisan) adalah sarana
komunikasi dari komunikator kepada komunikan. Media berperan sebagai
jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau
umpan balik yang disampaikan penerima.Pesan dapat berupa berita lisan,
tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak
digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka
dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap (konsil kedokteran
Indonesia, hal 8).
7. Penerima Pesan/Komunikan adalah pihak/orang yang menerima pesan.
Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima berita bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung
jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik
dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting
sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah (konsil kedokteran
Indonesia, hal 8).
8. Umpan balik adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon pesan
yang diterimanya.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan pedoman terselenggaranya komunikasi efektif di BLUD
RSUD dr. H. YULIDDDIN AWAY TAPAKTUAN.
2. Tujuan khusus
a. Terselenggaranya pelaksanaan komunikasi efektif dengan komunitas
masyarakat di BLUD RSUD dr. H. YULIDDDIN AWAY
TAPAKTUAN
b. Terselenggaranya pelaksanaan komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga di BLUD RSUD dr. H. YULIDDDIN AWAY
TAPAKTUAN
c. Terselenggaranya pelaksanaan komunikasi efektif antar tenaga
kesehatan pemberi asuhan di dalam dan luar BLUD RSUD dr. H.
YULIDDDIN AWAY TAPAKTUAN

7
d. Sebagai pedoman pelaksanaan Edukasi pasien dan keluarga di BLUD
RSUD dr. H. YULIDDDIN AWAY TAPAKTUAN
e. Menyelenggarakan informasi yang diterima pasien dan keluarga
adalah komprehensif, konsisten, dan efektif
f. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di BLUD RSUD dr. H.
YULIDDDIN AWAY TAPAKTUAN

8
BAB II
RUANG LINGKUP
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat
bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi
berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi,perasaan,
dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara
penyampai pesan dan penerima pesan. Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap
gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan
mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk
dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara
verbal maupun non verbal ( bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku
bangsa).
Komunikasi efektif di BLUD RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dilakukan pada saat:
B. Komunikasi petugas rumah sakit dengan masyarakat
1. Rawat jalan
Poli klinik Poli Gigi, Penyakit Dalam, Anak, Saraf, Bedah Saraf, Bedah, Spesialis
Obgyn, Spesialis Jantung, Paru, Mata, THT, Kulit dan Kelamin, jiwa, Rehab
Medik, Haemodialisa.
2. Rawat Inap
VIP, Kelas 1, 2 dan 3, ICU, NICU dan PICU, IGD, dan Ruang Bersalin
C. Komunikasi petugas rumah sakit kepada pasien dan atau keluarga pasien
a. Rawat jalan
Poli klinik Poli Gigi, Penyakit Dalam, Anak, Saraf, Bedah Saraf, Bedah, Spesialis
Obgyn, Spesialis Jantung, Paru, Mata, THT, Kulit dan Kelamin, jiwa, Rehab
Medik, Haemodialisa.
b. Rawat Inap
VIP, Kelas 1, 2 dan 3, ICU, NICU dan PICU, IGD, dan Ruang Bersalin
D. Komunikasi antar Profesional Pemberi Asuhan
Petugas Medis (Dokter), Perawat, Nutrisionis, Apoteker, dan lain - lain.

9
BAB III
TATALAKSANA

A. Komunikasi Dengan Komunitas Masyarakat


Komunikasi yang dilakukan rumah sakit terhadap masyarakat merupakan hal penting yang
harus dilakukan. Selain untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada rumah sakit,
dari komunikasi yang dilakukan tersebut dapat terjalin kerja sama sehingga dari rumah sakit
akan mendapatkan banyak masukan terkait dalam pemberian pelayanan kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.
Selain itu, bahasa yang digunakan oleh rumah sakit juga harus diperhatikan. Dalam hal ini
rumah sakit menentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, namun karena rumah sakit
terletak di kawasan Aceh Selatan yang yang mayoritas penduduknya Suku Aceh, tetapi
memiliki bahasa sehari-hari yang beragam, di Aceh Selatan memiliki tiga bahasa yang sering
digunaka oleh masayarakat setempat, bahasa Aceh, bahasa aneuk Jame, dan bahasa Kluet.
maka seyogyanya proses komunikasi menggunakan tiga bahasa tersebut. Penggunaan bahasa
Aceh, Aneuk jame dan Kluet disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan usia lawan bicara, dan
untuk menagtasi hambatan dalam berkomunikasi tersebut, rumah sakit telah menyediakan
penerjemah untuk bahasa tersebut.
Rumah sakit melakukan komunikasi dengan masyarakat pada :
1. Rawat Jalan
a) Dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan pada pasien, keluarga sesuai kebutuhan
pasien/penyakit terbanyak saat itu merupakan program dari tim PKRS, pokja
MKE dan diklit.
b) Tujuan komunikasi efektif dengan masyarakat adalah memfasilitasi akses
masyarakat ke pelayanan di rumah sakit. Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan
di rumah sakit maka rumah sakit juga harus mengembangkan pendekatan untuk
meningkatkan komunikasi efektif pada masyarakat. Komunikasi efektif harus
tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima.
c) Komunikasi dapat dilakukan kepada individu secara langsung atau melalui media
publik dan agen yang ada di komunitas atau pihak ketiga melalui komunikasi
efektif.

10
d) Rumah sakit menetapkan populasi yang dilayani berdasar atas demografi yang
diuraikan menurut usia, etnis, agama, tingkat pendidikan, serta bahasa yang
digunakan termasuk hambatan komunikasi.
e) Informasi tentang kualitas pelayanan yang diberikan kepada publik dan kepada
sumber rujukan.
f) Bentuk dan Strategi komunikasi :
Edukasi Kesehatan Rumah Sakit melalui individu maupun kelompok di
lingkungan di BLUD RSUD dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN mengenai
penyakit (berdasar pada 10 besar penyakit atau penyakit KLB), pencegahan
penyakit dll. Seminar seminar, talkshow atau mini seminar
Hal yang harus disampaikan oleh rumah sakit kepada masyarakat dalam proses
komunikasi ini minimal meliputi:
a. Info layanan dan jam pelayanan BLUD RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan
Info layanan rumah diberikan dengan media leaflet, spanduk atau poster,
dimana isi dari media tersebut adalah mengenai seluruh layanan yang ada di rumah
sakit seperti :
1) PELAYANAN KAMAR OPERASI :
a) Bedah Umum : Setiap Hari
b) Bedah Saraf : Setiap Hari
c) Bedah Obgyn/Kandungan : Setiap Hari
Khusus pasien kecelakaan Lalu Lintas biaya akan dibantu oleh jasa Raharja
max 10 juta rupiah syarat ketentuan berlaku

2) PELAYANAN 24 jam
a) IGD dan Dokter Jaga 24 Jam
b) Apotek / Farmasi 24 Jam
c) Laboratorium 24 jam
d) Ambulance 24 Jam
e) Rontgen 24 Jam
f) Laboratorium 24 jam
g) Pelayanan kamar bersalin

11
3) PELAYANAN INSTALASI RAWAT INAP
a. Pelayanan rawat inap Kelas 1, kelas 2, kelas 3
b. NICU dan PICU (Kamar Perawatan bayi sehat dan sakit )
c. ICU
4) RAWAT JALAN /POLIKLINIK
a) Poli Gigi ( Spesialis orthodontic dan Spesialis Konservasi)
b) Spesialis Penyakit Dalam
c) Spesialis Anak
d) Spesialis Bedah Saraf
e) Spesialis Bedah
f) Spesialis Obgyn
g) Spesialis Jantung
h) Spesialis Paru
i) Spesialis Mata
j) Spesialis THT
k) Spesialis Kulit dan Kelamin
l) Spesialis jiwa
m) Spesialis Rehab Medik
n) Poli Haemodialisa
o) Poli Ongkologi
Hari
N Keteranga
Nama Poli Nama Dokter
Selasa

Jumat
Kamis

Sabtu
Senin

o n
Rabu

dr. Yensuari, Sp.PD √ √ √


Penyakit
1 dr.Safrian,Sp.PD √ √ √ setiap hari
Dalam
dr. Syahmahdi, Sp.PD √ √ √
dr. Dedi Gumilang, Sp.A √ √
2 Anak dr. Mauyana, Sp.A √ √ setiap hari
dr. Nelly, M.Ked (Ped), Sp.A √
dr. Reza Fadhilah Yudhatama
4 Bedah Saraf
dr. Reza akbar Bastian √ √
setiap hari,
5 Bedah dr. Amriansyah Miga, Sp. B √ √ √ kecuali hari
jumat doker

12
spesialis
yang
memeriksa
dr. Marwazi Sofyan, Sp.B √ √ √
bergantian
setiap
bulannya

dr. Erizaldi, Sp.Og √ √


6 Obgyn dr. M.Shabri, Sp.Og √ √ setiap hari
dr. Citra Lestari Hasibuan,

Sp.Og
7 Jantung dr. Marwan Nasri, Sp.J.P √ √ √ √ √ setiap hari
8 Paru dr. Risa Fitria, Sp.P √ √ √ √ √ setiap hari
dr. Erma Dardallena
9 Mata √ √ √ √ √ setiap hari
Nasution,Sp.M
dr. Susi Mulyana, M.Ked,
10 THT √ √ √ √ √ setiap hari
(ORL-HNS),Sp.THT.KL
Kulit dan
11 dr.Ade Sri Wahyuni, Sp.DV √ √
Kelamin
dr. Agussyah Putra, M.Ked
12 Jiwa √ √ √ √ √ setiap hari
(KJ), SpKJ
dr.Ahmad Alamsyah Syahrul, setiap
13 Rehab Medik √
Sp.KFR minggunya
setiap hari
kecuali hari
sabtu
Haemodialis diperiksa
14 dr. Safrian, Sp.PD √ √ √ √ √ √
a oleh dokter
umum
(dokter
pelaksana)

jumat,
dr. Noer Faisal Darmi, Sp.B(K) minggu
15 Ongkologi √
Onk terakir setiap
bulannya

drg. Fahrial √ √ √ √ √
drg. Putri Hanum √ √ √ √ √
16 Poli Gigi setiap Hari
drg. Retno Sari √ √ √ √ √
drg. Aziz Naini √ √ √ √ √

13
Spesialis
konservasi,
drg. Profilia Shinta, Sp.Konver √ minggu
terakir setiap
bulannya

Spesialis
Ortho,
drg. M.Nasich Aminudin,
√ minggu
Sp.Ortho terakir setiap
bulannya

Spesialis
dr. Zulfadli, M.Ked patologi
√ √ √ √ √
(Clin.Path)SpPK Kliniksetiap
Hari

Spesialis
dr. Adil Dinata Patologi
√ √ √ √ √
Simangunsong, SpPK Klinik setiap
Laboratoriu
17 Hari
m
Spesialis
Patologi
Anatomik,
dr. Ren Astrid Allail Siregar √ minggu
pertama dan
ketiga setiap
bulannya

18 saraf dr. Rohmania, Sp.N √ √ √ √ √


Setiap hari

5) LAYANAN PENUNJANG LAINNYA


a) Fisioterapi
b) EEG
c) EKG
d) USG 3D
e) CT Scan
6) Cara bagaimana masyarakat dapat mengakses layanan tersebut
Rumah sakit menginformasikan bagaimana cara masyarakat dapat mengakses
layanan tersebut, meliputi :
a) Layanan watshap (WA) 085260530052
b) Layanan Telpon (0656) 21013

14
c) Layanan email BLUD RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan :
rsudya_ttun@yahoo.com
d) Langsung datag ke Alamat BLUD RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan
JL. T. Ben Mahmud no 86 A
Masyarakat perlu mengetahui tentang perkembangan rumah sakit,
sehingga akan timbul rasa yakin dan percaya atas pelayanan yang diberikan
oleh rumah sakit jika masyarakat datang berkunjung dan atau berobat.
Informasi tersebut disampaikan melalui beberapa media, seperti : spanduk,
leaflet dan poster.

2. Rawat Inap
Selain pada rawat jalan, komunikasi efektif dengan masyarakat juga
dilakukan pada rawat inap, kelas VIP, 1, 2, 3 ICU, NICU dan PICU.
Informasi ketersedian Tempat Tidur Ruang Rawat Inap
RUANGAN KAPASITAS TERISI TERSEDIA
VIP 6 TT
Kls I 32 TT
Kls II 43 TT
Kls III 129 TT
Isolasi 5 TT
ICU 8 TT
NICU/PICU 11 TT

B. Komunikasi petugas rumah sakit kepada pasien dan atau keluarga pasien
Selain komunikasi yang dilakukan rumah sakit kepada masyarakat, komunikasi
efektif dilakukan didalam rumah sakit salah satunya adalah komunikasi antara petugas
rumah sakit dengan pasien dan atau keluarga pasien. Salah satu tujuannya adalah untuk
membangun komunikasi yang terbuka dan terpercaya antara pasien dan atau keluarga
dengan rumah sakit.

15
Jenis informasi yang dikomunikasikan kepada Pasien dan keluarga meliputi:
a. Rumah Sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang asuhan dan
pelayanan yang akan diberikan, serta tatacara bagaimana pasien dan keluarga dapat
mengakses pelayanan di rumah sakit.
b. Pasien dan keluarga akan diberi informasi mengenai sumber rujukan atau alternatif,
apabila rumah sakit tidak dapat melakukan atau menyediakan asuhan dan
pelayanan.
c. Komunikasi dan edukasi menggunakan bahasa Indonesia yang baku atau dengan
bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pasien dan keluarga. Bahasa
daerah, bahasa asing dan bahasa isyarat dimungkinkan untuk digunakan apabila
dipandang efektif dalam berkomunikasi dengan pasien.
d. Format dokumen untuk kepentingan komunikasi, informasi dan edukasi kepada
pasien menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
e. Rumah Sakit memberikan kewenangan kepada keluarga atau wali pasien untuk
menjadi penerjemah, apabila pasien mengalami kesulitan dalam berkomunikasi atau
menerima informasi.
f. Rumah Sakit memberikan hak kepada pasien dan keluarga untuk bertanya jawab
ataupun berdiskusi setelah mendapatkan informasi.
g. Rumah sakit menyediakan penerjemah sesuai dengan kebutuhan dan bila di rumah
sakit tidak ada petugas penerjemah maka diperlukan kerja sama dengan pihak
terkait
h. Bentuk dan Strategi komunikasi :
1) Edukasi Kesehatan Rumah Sakit melalui individu terintegrasi maupun
kelompok di lingkungan di BLUD RSUD dr. H. YULIDDIN AWAY
TAPAKTUAN mengenai penyakit (berdasar pada 10 besar penyakit atau
penyakit KLB), pencegahan penyakit dll.
2) Seminar seminar, talkshow atau mini seminar

Rumah sakit melaksanakan edukasi terhadap pasien dan keluarganya sehingga


mereka mendapat pengetahuan serta keterampilan untuk berpartisipasi dalam proses
dan pengambilan keputusan asuhan pasien. Rumah sakit mengembangkan/
memasukkan edukasi ke dalam proses asuhan sesuai dengan misi, jenis pelayanan

16
yang diberikan, dan populasi pasien. Edukasi direncanakan untuk menjamin bahwa
setiap pasien diberikan edukasi sesuai dengan kebutuhannya.
Agar edukasi pasien dan keluarga berjalan dengan baik maka :
1. Rumah sakit menetapkan pengorganisasian sumber daya edukasi secara efektif
dan efisien. Oleh karena itu, rumah sakit perlu menetapkan organisasi Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), menciptakan pelayanan edukasi, dan mengatur
penugasan seluruh staf yang memberikan edukasi secara terkoordinasi.
2. Profesional pemberi asuhan (PPA) yang dapat dibantu oleh staf klinis lainnya
yang memberi asuhan memahami kontribusinya masing-masing dalam pemberian
edukasi pasien. Informasi yang diterima pasien dan keluarga adalah komprehensif,
konsisten, dan efektif.
3. Agar profesional pemberi asuhan (PPA) mampu memberikan edukasi secara
efektif dilakukan pelatihan sehingga terampil melaksanakan komunikasi efektif.
Pengetahuan tentang materi yang diberikan dan kemampuan berkomunikasi
secara efektif adalah pertimbangan penting dalam edukasi yang efektif.
4. Agar edukasi pasien dan keluarga dapat efektif maka staf harus melakukan
asesmen kemampuan, kemauan belajar, dan kebutuhan edukasi yang dicatat di
dalam rekam medis.
5. Pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kekuatan dan kekurangan
diidentifikasi serta digunakan untuk membuat rencana edukasi. Dengan demikian,
untuk merencanakan edukasi dilakukan asesmen:
a. Assessment dilakukan diawal dan selama proses (evaluasi)
b. Kaji kebutuhan edukasi pasien dan keluarga sesuai yang tertuang dalam
formulir assesmen
c. Perawat melakukan Asesmen kebutuhan edukasi pasien dan keluarga guna
mengumpulkan data dan informasi untuk menilai dan mendapatkan informasi
kebutuhan edukasi dan keluarga ketika pasien diterima di rawat jalan dan ruang
rawat inap antara lain tentang :
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2) Kemampuan membaca.
3) Tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan serta hambatan bahasa.

17
4) Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan
marah).
5) Keterbatasan fisik dan kognitif.
6) Kesediaan pasien untuk menerima informasi
d. Assesmen kebutuhan edukasi pasien dan keluarga dilakukan oleh tenaga
keperawatan dan dokter.
e. Catat hasil asesmen dalam lembar rekam medis pasien
f. Tentukan rencana pemberian edukasi pasien dan keluarga.
g. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu, tuna
wicara, buta), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada
pasien dan keluarga (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka; dan jika pada tahap asesmen pasien ditemukan
hambatan emosional pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi
yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien
membaca leaflet pada saat setelah pasien merasa nyaman.
h. Lakukan assesmen sesuai dengan juknis tentang pengisian assesmen kebutuhan
edukasi
i. Kolaborasikan dengan bagian terkait untuk memberikan edukasi pada pasien
dan keluarga
j. Assesmen Kebutuhan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait tentang
tatacara/prosedur diatur dalam SPO Assesmen kebutuhan Edukasi pasien dan
keluarga tersendiri.
Implementasi Pemberian Edukasi Pasien Dan Keluarga.
Edukasi difokuskan pada pengetahuan dan keterampilan spesifik yang
dibutuhkan pasien dalam rangka memberdayakan pasien dalam proses asuhan
dengan memahami diagnosis dan perkembangan kondisi kesehatannya, ikut
terlibat dalam pembuatan keputusan dan berpartisipasi dalam asuhannya, serta
dapat melanjutkan asuhan di rumah.
Edukasi yang diberikan sebagai bagian dari proses memperoleh informed
consent untuk pengobatan (misalnya pembedahan dan anestesi) didokumentasikan
di rekam medis pasien. Sebagai tambahan, bila pasien atau keluarganya secara

18
langsung berpartisipasi dalam pemberian pelayanan (contoh: mengganti balutan,
menyuapi pasien, memberikan obat, dan tindakan pengobatan) maka mereka perlu
diberi edukasi.
a. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga harus dengan format dan
bahasa yang mudah dimengerti baik secara verbal maupun materi tertulis
(brosur, leaflet, poster, lembar balik atau media eloktronik)
b. Pemberian informasi dan edukasi verbal harus diperkuat secara tertulis.(leaflet,
poster)
c. Pemberian edukasi dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlibat langsung
dalam asuhan pelayanan pasien.
d. DPJP memberikan edukasi kepada pasien sesuai kebutuhan atau melakukan
edukasi kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan pasien
e. Jika pasien tidak mau diberitahu tentang diagnosis atau berpartisipasi dalam
keputusan tentang pelayanannya mereka diberi kesempatan dan dapat memilih
berpartisipasi melalui keluarganya, teman atau wakil yang dapat mengambil
keputusan.
f. Bila dilakukan tindakan medik yang memerlukan persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent), pasien dan keluarga belajar tentang risiko dan
komplikasi yang dapat terjadi untuk dapat memberikan persetujuan.
g. Topik informasi dan edukasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
keluarga. Topik-topik edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga
meliputi:
1) mengenai hak dan tanggung jawab mereka untuk berpartisipasi pada
proses asuhan
2) Kondisi pasien, diagnosa, rencana asuhan yang akan diberikan dan hasil
yang diharapkan, termasuk komplikasi/hasil yang tidak
diharapkan/terduga, adanya penundaan pemeriksaan bila ada, termasuk
alasan penundaan pemeriksaan tersebut
3) Penggunaan obat-obatan yang didapat pasien secara efektif dan aman
(bukan hanya obat yang diresepkan untuk dibawa pulang)
4) Potensi efek samping obat;

19
5) Potensi interaksi obat antarobat konvensional, obat bebas, serta suplemen
atau makanan.
6) Penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman;
7) Diet dan nutrisi;
8) Manajemen nyeri;
9) Teknik rehabilitasi;
10) Cara cuci tangan yang benar.
11) DPJP
12) Risiko jatuh
13) Cuci tangan yang benar.
14) Cara membuang sampah
h. Profesional pemberi asuhan (PPA) harus menyediakan waktu yang adekuat
dalam memberikan edukasi.
i. Lakukan verifikasi untuk memastikan bahwa pasien dan keluarga menerima
dan memahami edukasi yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien.
j. Lakukan re-edukasi bila essensi imformasi atau edukasi yang disampaikan
belum diapahami.
k. Isi serta tandatangani formulir verifikasi pemberian edukasi dan mintalah
tandatangan pasien atau keluarga pasien sebagai bukti bahwa sudah diberikan
edukasi dan informasi yang benar.
l. Dokumentasikan /Catat dalam formulir pemberian edukasi , kemudian simpan
dalam berkas rekam medis pasien .
m.Pemberian edukasi terkait tentang tatacara/prosoder diatur dalam SPO
Pemberian Edukasi tersendiri.
n. Rumah sakit mengidentifikasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk
mendukung promosi kesehatan berkelanjutan dan edukasi untuk menunjang
asuhan pasien yang berkelanjutan
o. Pasien dan keluarga dirujuk agar mendapatkan edukasi dan pelatihan yang
diperlukan untuk menunjang asuhan pasien berkelanjutan, agar mencapai hasil
asuhan yang optimal setelah meninggalkan rumah sakit

20
p. Edukasi berkelanjutan tersebut diberikan kepada pasien yang rencana
pemulangannya kompleks
1. Rawat Jalan
Komunikasi dengan pasien dan keluarga dilakukan di poli klinik Poli Gigi,
Penyakit Dalam, Anak, Ongkologi, Bedah Saraf, Bedah, Spesialis Obgyn, Spesialis
Jantung, Paru, Mata, THT, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Rehab Medik, Haemodialisa.
Komunikasi dengan pasien dan keluarga di rawat jalan dapat dilaksanakan saat
melakukan asesmen awal pasien pertama kali datang meliputi data demografi, riwayat
penyakit yang lalu dan obat yang sedang digunakan serta keluhan saat ini / alasan datang
ke rumah sakit dan didokumenasikan dalam form Rekam Medis asesmen awal.
2. Rawat Inap
Komunikasi dengan pasien dan keluarga dilakukan juga pada rawat inap VIP,
Kelas I, Kelas II, dan Kelas III, ICU, NICU dan PICU
Komunikasi dengan pasien dan keluarga di Rawat inap dilakukan saat melakukan
asesmen awal pasien pertama kali datang meliputi data demografi, riwayat penyakit
yang lalu dan obat yang sedang digunakan serta keluhan saat ini / alasan datang ke
rumah sakit dan didokumenasikan dalam form Rekam Medis, CPPT.
C. Komunikasi antar tenaga kesehatan pemberi asuhan
Komunikasi antar tenaga kesehatan pemberi asuhan di lingkungan BLUD RSUD
dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan terdiri dari :
a. Komunikasi secara lisan
Terdiri dari :
1) Pre Conference
2) Post conference
3) Ronde keperawatan
4) Operan shift jaga
b. Komunikasi secara tulisan
Terdiri dari :
1) Konsultasi dokter umum kepada dokter spesialis
2) Konsultasi perawat atau bidan kepada dokter spesialis
3) Konsultasi perawat atau bidan kepada dokter umum

21
4) Komunikasi dalam pengelolaan hasil pemeriksaan penunjang

Komunikasi antar tenaga kesehatan pemberi asuhan adalah koordinasi dan


kolaborasi antara perawat dan dokter, perawat dengan perawat, perawat dengan bidan,
perawat dengan farmasis, perawat dengan nutrisionis, perawat dengan petugas
laboratoriun dan petugas lain atau sebaliknya.
Informasi asuhan pasien dan hasil asuhan dikomunikasikan antarstaf klinis selama
bekerja dalam sif atau antarsif.
Komunikasi dan pertukaran informasi di antara dan antar staf klinis selama
bekerja dalam sif atau antar sif penting untuk berjalan mulusnya proses asuhan. Informasi
penting dapat dikomunikasikan dengan cara lisan, tertulis, atau elektronik.
Dalam rangka mendukung terjadinya komunikasi yang efektif antar pemberi
pelayanan di rumah sakit, maka secara kolaboratif rumah sakit perlu mengembangkan
suatu kebijakan dan/atau prosedur terkait perintah lisan dan melalui telepon. Perintah
lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh
penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut juga tertuang dalam kebijakan.
a) Komunikasi secara lisan
Preconference dan Post conference perawat dan bidan merupakan pertemuan
tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan
operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan.
konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
1) Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya
satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim
Waktu : sebelum operan dinas malam dan dinas pagi
Tempat : Meja masing-masing Tim
Penanggung Jawab : Kepala Ruangan

22
2) Post conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
Waktu : Sebelum operan dinas pagi dan dinas siang.
Tempat : Meja masing – masing tim.
Penanggung jawab : Kepala ruangan
3) Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan
teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.
4) Operan shift jaga
Selain kegiatan komunikasi yang dilakukan diatas, proses komunikasi antar
pemberi layanan yang dilakukan dapat dalam bentuk rapat pergantian shift.
Pergantian shift jaga yang dilakukan oleh setiap petugas harus dilakukan adanya
operan jaga, yaitu menginformasikan hal terkait keadaan pasien, meliputi :
a. Status kesehatan pasien
b. Ringkasan asuhan yang sudah diberikan kepada pasien
c. Respon pasien terhadap asuhan yang sudah diberikan
d. Perencanaan asuhan keperawatan berikutnya
Prinsip dalam penerapan Hand over:
a. Perlu adanya kontinuitas pelayanan pasien
b. Ada form SBAR yang digunakan dalam hand over (untuk hand over secara tidak
langsung)
c. Ada waktu yang jelas selama pelaksanaan hand over
d. Setiap PPA memahami peran yang dijalankan selama melaksanakan hand over

23
e. Minimal interupsi
f. Seluruh PPA terkait harus hadir selama hand over
g. Ada feedback yang diberikan dari penerima hand over

b) Komunikasi secara Verbal/ Tulisan


1) Konsultasi dokter umum kepada dokter spesialis
Dalam melakuan pelayanan, seringkali didapatkan keadaan dimana dokter
umum mendapatkan perintah penatalaksanaan pasien secara lisan baik dengan
beertemu langsung maupun via telepon.Hal ini dapat menimbulkan kecelakaan
kepada pasien karena sangat mungkin terjadi kesalahan dari pihak pemberi perintah
maupun dari penerima perintah. Oleh karena itu harus diciptakan sistem yang dapat
meminimalkan terjadinya kesalahan tersebut.
Untuk mengurangi kesalahan tersebut, maka sistem yang dikembangkan
adalah TBaK yaitu Tulis (write), Baca ulang (read back), Konfirmasi (confirm)
dan konfirmasi ulang setelah dokter spesialis melakukan visit.
1) Penerimaan perintah lisan bertemu langsung
Dokter umum bertemu langsung dengan dokter spesialis, apabila dokter
umum tidak membawa status pasien, dokter umum mencatat (T) dalam kertas
atau fasilitas lainnya kemudian membacakan ulang (B) perintah dan melakukan
konfirmasi (K) kemudian tulis (T) di rekam medis yang akan dimintakan tanda
tangan atau paraf dokter spesialis tersebut.Dalam keadaan dimana dokter
menerima perintah lisan bertemu langung memegang rekam medis pasien
maka TBaK dilakukan persis seperti konsultasi via telepon seperti dibawah ini.
Berikut hal yang harus dilakukan oleh Dokter Umum ketika melakukan
konsultasi via telepon kepada dokter spesialis:
a) Dokter umum memperkenalkan identitas diri kepada dokter spesialis dan
menyampaikan maksud dan tujuan
b) Bahasa yang digunakan pada saat melakukan konsultasi adalah bahasa
Indonesia, atau dalam kondisi tertentu dapat menggunakan bahasa Daerah
yang dipahami oleh keduanya dengan intonasi bahasa yang jelas dan sopan

24
c) Dokter Umum menginformasikan keadaan pasien dengan menggunakan S-
BAR, meliputi :
(1) SITUATION : bagaimana kondisi pasien saat ini ?
 Identitas pasien ( nama, tanggal lahir, alamat, nomor rekam medis
pasien, ruang perawatan pasien, lama perawatan
 Diagnosa medis
 Keluhan utama yang saat ini dirasakan data keadaan umum dan
vital sign terakhir
(2) BAGROUND
 Riwayat alergi, riwayat pengobatan
 Hasil pemeriksaan penunjang : Lab , USG, Rongten atau Scan
 Tindakan atau pengobatan yang sudah diberikan
 Obat yang sudah diberikan
(3) ASSESMENT
Dokter umum menyampaikan pendapat mengenai analisa
permasalahan (kesimpulan dari Situation dan Baground) yang terjadi
pada pasien saat ini
(4) RECOMENDATIONS
Dokter umum menyampaikan usulan pengobatan / tindakan yang
harus dilakukan ke pasien
d) Dokter umum mencatat informasi yang disampaikan dalam bentuk S-BAR
di atas dan memberikan stempel S-BAR di bawahnya.
e) Saat dokter spesialis menanggapi informasi yang diasampaikan maka
Dokter Umum mencatat lengkap (write/ tulis/T) pada dokumen rekam
medis pasien sesuai dengan advis Dokter Spesialis yang diberikan dengan
tulisan jelas dan mudah dibaca
f) Hasil pencatatan yang dilakukan oleh Dokter Umum dibaca ulang (read
back/baca ulang/Ba) kepada Dokter Spesialis untuk memvalidasi hasil
catatan yang telah ditulis sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dalam
maksud dan tujuan. Untuk obat-obatan yang masuk dalam daftar LASA
atau NORUM, maka petugas membacakan ulang kembali nama obat yang

25
dimaksud dengan mengeja obat-obatan tersebut sehingga tidak terjadi
kesalahan pemberian obat dan menulis di Rekam medik : sudah di bacakan
kembali.
daftar kata yang digunakan untuk mengeja tersebut di bawah ini :
HURUF TELEPHONY PADANAN
A Alfa
B Bravo Beta
C Charlie
D Delta
E Echo Esa
F Fox
G Golf Gama
H Hotel
I Indonesia
J Juliet
K Kilo
L Lima
M Mike Maret
N November
O Oscar
P Papa
Q Queen
R Romeo
S Sierra Saturnus
T Tango
U Uniform Uranus
V Victor
W Whiskey Windows
X X-ray
Y Yankee Yupiter
Z Zulu Zorro

g) Petugas melakukan konfirmasi (K) kepada dokter atas penulisan dan


pembacaan yang dilakukannya dan dinyatakan benar oleh dokter.
h) Jika terdapat kesalahan pencatatan dan atau salah pemahaman dalam
menerimaan advis, maka catatan dibenarkan, dibacakan ulang dan
dikonfirmasi ulang (reconfirm /konfirmasi ulang/K) pada Dokter Spesialis
i) Pencatatan pada rekam medis kemudian di stempel TbaK dan advis
ditandatangani oleh Dokter Umum yang kemudian dimintakan tanda

26
tangan atau paraf kepada Dokter Spesialis pada saat Dokter Spesialis
tersebut visit Apabila dokter spesialis tidak mau memberikan paraf atau
tanda tangan, maka di bawah stempel di tulis : dokter spesialis (......) tidak
bersedia tanda tangan
j) Dalam keadaan darurat, pembacaan ulang catatan pesan tidak harus
dilakukan
2) Konsultasi perawat atau bidan kepada dokter spesialis berdasarkan delegasi
dokter umum
Konsultasi dilakukan oleh dokter umum, namun di suatu kondisi dimana
dokter umum mendelegasikan konsultasi kepada perawat atau bidan, maka perawat
atau bidan juga dapat melakukan konsultasi kepada dokter spesialis.
Hal yang harus dilakukan oleh perawat apabila melakukan konsultasi
secara lisan atau telepon sama dengan konsultasi dokter umum kepada dokter
spesialis, hanya saja apabila dokter umum mendelegasikan perintah konsultasi
kepada perawat maka setelah melakukan TBaK, perawat / bidan memintakan tanda
tangan atau paraf dokter umum. Setelah dokter umum membubuhkan paraf atau
tanda tangan, petugas dapat memintakan tanda tangan kepada dokter spesialis pada
saat dokter spesialis melakukan visit.
3) Konsultasi perawat atau bidan kepada dokter umum
Hal yang harus dilakukan oleh perawat apabila melakukan konsultasi
secara lisan atau telepon sama dengan konsultasi dokter umum kepada dokter
spesialis
4) Komunikasi dalam pengelolaan hasil pemeriksaan penunjang
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien petugas penunjang medis
seperti farmasi, laboratorium, radiologi juga melakukan komunikasi dengan petugas
pelayanan medis baik itu dokter, perawat, bidan maupun petugas lainnya.
Umumnya hasil pemeriksaan penunjang laboratorium atau radiologi dalam
bentuk laporan tertulis yang kemudian akan ditempel dalam lembar yang sudah
disediakan di rekam medis pasien.Namun hasil pemeriksaan penunjang yang
abnormal harus segera disampaikan kepada petugas terkait melalui lisan atau telepon,
tidak harus menunggu hasil pemeriksaan tertulisnya jadi terlebih dahulu. Karena

27
itulah maka petugas penunjang medis juga harus melakukan komunikasi efektif jika
melakukan perintah atau menerima perintah secara lisan atau melalui telepon untuk
menyampaikan hasil pemeriksaan penunjang kepada disiplin klinis lain di rumah
sakit.
Petugas penerima hasil pemeriksaan penunjang secara lisan atau telepon
harus mencatat (T) di lembar catatan perkembangan pasien dalam rekam medis atau
dicatat di kertas atau media lain apabila tidak memungkinkan untuk mencatatnya
dalam rekam medis pasien, membaca ulang (Ba) , melakukan konfirmasi (K) kepada
pemberi informasi dan membubuhkan stempel nama, paraf atau tanda tangan pada
catatannya. Khusus untuk obat-obatan yang masuk dalam daftar NORUM/LASA
(nama obat rupa mirip), pada saat petugas membacakan ulang perintah pengobatan,
petugas harus mengeja kembali nama obat yang ditulisnya ketika menerima perintah
secara lisan atau telepon.Jika hasil pemeriksaan penunjang sudah jadi, maka petugas
menempel di lembar yang sudah disediakan di rekam medis pasien.
Selain hal tersebut diatas setiap rumah sakit menentukan informasi yang akan
dikomunikasikan dengan cara dan informasi tersebut sering dikomunikasikan dari
satu staf klinis kepada staf klinis lainnya, meliputi:
1. status kesehatan pasien antara lain catatan perkembangan pasien terintegrasi
(CPPT);
2. Setiap pasien setelah rawat inap dibuat ringkasan pulang
3. Setiap pasien rawat jalan dengan diagnosis kompleks dibuat profil ringkas
medis rawat jalan
4. Informasi yang dikomunikasikan termasuk ringkasan asuhan dan pelayanan
yang telah diberikan pada proses transfer dan rujukan; Transfer pasien didalam
rumah sakit adalah transfer antara unit / instalasi yang ada di lingkungan di
BLUD RSUD dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN terdiri dari :
a. Transfer pasien dari Instalasi Gawat Darurat/PONEK ke Instalasi Rawat
Inap , ICU, Kamar Operasi
b. Transfer pasien dari Instalasi Rawat Jalan ke Instalasi Gawat Darurat,
Unit PONEK, Instalasi Rawat Inap , Kamar Operasi
c. Transfer pasien dari Instalasi Rawat Inap ke ICU ,Kamar Operasi

28
d. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke Instalasi Rawat Inap, ICU
e. Transfer pasien dari Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap ke
Ruang Radiologi
c. Transfer Antar Rumah Sakit
Mentransfer pasien antar rumah sakit terutama yang sakit kritis membutuhkan
koordinasi dengan banyak pihak. Hal tersebut menyangkut kerjasama antar rumah
sakit / instalasi / unit pelayanan, ketersediaan SDM yang berkompeten / terlatih,
ketersediaan peralatan utama sampai pada alat transportasi seperti brankar / kursi
roda atau ambulance ( untuk transfer antar rumah sakit ) yang memadai dan sesuai
standar dan perundang – undangan yang berlaku. Koordinasi ini semua bertujuan
untuk menyediakan proses transfer pasien dengan standar terbaik seperti yang
ditampilkan pada tabel ini.
Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari :
1) Transfer pasien dari di BLUD RSUD dr. H. YULIDDIN AWAY
TAPAKTUAN ke Rumah Sakit yang lain atau sebaliknya.
2) Transfer pasien dari di BLUD RSUD dr. H. YULIDDIN AWAY
TAPAKTUAN ke rumah pasien atau sebaliknya.
3) Transfer pasien dari kejadian kecelakaan lalu lintas, musibah masal / bencana
dan sebagainya.
4) Apabila keputusan transfer telah diambil, lakukan komunikasi dengan
instalasi / unit penerima.
5) Berikan informasi yang sejelas – jelasnya kepada pasien dan keluarga
mengenai alasan dilakukannya transfer.
6) Tidak menganggap remeh resiko yang akan dialami pasien selama proses
transfer berlangsung. Pastikan tim transfer telah siap dan semua peralatan
medis dan obat obatan tersedia lengkap dan tidak kadaluarsa.
7) Keputusan mentransfer pasien harus didokumentasikan dalam rekam medis
pasien berikut kriteria kondisi umum pasien.

29
d. Informasi Urgen
Penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit sangatlah
perlu mendapat perhatian yang serius. Sebagai konsekuensi dari fungsi rumah sakit
maka potensi munculnya bahaya kesehatan dan keselamatan kerja tidak dapat
dihindari, seperti bahaya pemajanan radiasi, bahan kimia toksik, bahaya biologis,
temperatur ekstrim, bising, debu, termasuk juga bahaya kebakaran.
Rumah Sakit adalah salah satu tempat yang tidak terlepas dari bahaya diantaranya
kebakaran, gempa, ancaman bom selain itu juga kejadian yang tidak diharapkan
seperti pengunjung aatu petugas dalam kondisi gawat. untuk mengurangi dan
mencegah kerugian materil dan korban jiwa maka diperlukan suatu komunikasi
efektif untuk menyampaikan informasi yang akurat dan tepat waktu di seluruh
rumah sakit.

Penyampaian informasi yang akurat dan tepat waktu, khususnya keadaan yang
urgent seperti
1) Code blue adalah kode yang di informasikan bila terjadi kasus kegawat
daruratan pra henti nafas dan pra henti jantung yang terjadi dilingkungan
rumah sakit, baik pasien yang sedang mendapatkan perawatan atau orang
yang berada dilingkungan rumah sakit sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan
2) Code red kode yang di informasikan bila terjadi kebakaran yang berada
dilingkungan rumah sakit
3) Code black kode yang di informasikan bila terjadi ancaman terhadap rumah
sakit
4) Perintah evakuasi yaitu upaya penyelamatan pada pasien di BLUD RSUD
dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN dari ancaman bahaya kebakaran,
gempa atau lainnya.

30
e. Gambaran Komunikasi di BLUD RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan
1. populasi
Rumah sakit menetapkan populasi yang dilayani berdasar atas demografi yang
diuraikan menurut usia, etnis, agama, tingkat pendidikan, serta bahasa yang
digunakan termasuk hambatan komunikasi. Berdasar atas analisis data populasi
yang dilayani, rumah sakit menetapkan strategi komunikasi dengan masyarakat
menggunakan pedoman komunikasi efektif.
Populasi adalah sekelompok orang di suatu tempat tertentu yang mempunyai ciri
– ciri tertentu. Pasal 1 Undang-undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran menjelaskan definisi pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter
gigi. Populasi Pasien di BLUD RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan
menggambarkan bagaimana pola kunjungan pasien selama kurun waktu tertentu di
rumah sakit yang dikelompokan menurut jenis kelamin, umur, ras/etnis, agama dan
bahasa yang digunakan dll.
Yang dimaksud dengan jenis kelamin adalah keadaan seseorang yang menunjukan
gender wanita atau pria. Umur adalah usia pada saat pasien masuk. Ras/etnis adalah
golongan bangsa yang berdasarkan ciri-ciri fisik atau rumpun. Agama adalah ajaran
atau system yang mengatur tata keimanan ( kepercayaan ) dan kepribadian kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah seperti Islam, Kristen atau Budha. Bahasa
yang digunakan adalah percakapan / kata-kata yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk berinteraksi dan untuk mengidentifikasikan diri.

31
Sebagai gambaran mengenai keadaan umum wilayah Kabupaten Aceh Selatan,
kami uraikan sebagai berikut :

Kabupaten Aceh Selatan memiliki luas wilayah 4.005,10 km 2dengan jumlah penduduk
sebanyak 193.545 jiwa, terdiri dari 16 Kecamatan, 43 Mukim, dan 247 Desa/ Kelurahan,
sebahagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian (80 %) disamping usaha-
usaha lainnya (20 %).
Kabupaten Aceh Selatan dengan beribukota Tapak Tuan, secara geografis terletak pada
posisi 02o22‘36”– 04o– 06‘Lintang Utara ( LU ) dan 90o35‘40o– 96o35‘340”Bujur Timur ( BT )
dengan batasan wilayah sebagai berikut :
– Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil
– Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya
– Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil
– Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara

32
Populasi pasien BLUD RSUD dr. H. YULIDDIN Away Tapaktuan sebagian besar adalah
penduduk kabupaten Aceh Selatan dan dari data yang ada bahwa pengunjung ada pula yang
datang dari luar kabupaten sumedang yaitu Kota Subulusalam, Aceh Singkil, dan Aceh Barat
Daya.
Berikut jumlah kunjungan pasien rawat inap RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan
pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 terlihat pada tabel 6 dan grafik 2 di bawah ini.

RSUD dr. H.Yuliddin Away TapaktuanTahun 2015– 2019

TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN

51.750
2015
72.218
2016
78.593
2017
66.471
2018
74.993
2019

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2015–2019

KUNJUNGAN RAWAT JALAN TAHUN


2015– 2019

90,000
78,593 74,993
80,000 72,218
70,000 66,471
60,000 51,750
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
2015 2016 2017 2018 2019

33
Jumlah kunjungan pasien rawat inap RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan pada tahun
2015 sampai dengan tahun 2019 terlihat pada tabel 6 dan grafik 2 di bawah ini

RSUD dr. H.Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2015–2019

TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN

12.769
2015
14.278
2016
17.059
2017
13.597
2018
13.985
2019

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2015–2019

KUNJUNGAN RAWAT INAP TAHUN


2015– 2019

18,000 17,059
16,000 14,278 13,597 13,985
14,000 12,769
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
2015 2016 2017 2018 2019

Tingkat pemanfaatan rawat inap dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai mutu
dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator pelayanan RSUD dr. H. Yuliddin Away
Tapaktuan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel diatas.

34
BAB IV
DOKUMEN TERKAIT

Dokumen yang terkait dengan pelaksanaan komunikasi efektif adalah sebagai berikut :
1. Form SBAR
2. Form CPPT
3. Form edukasi terintegrasi
4. Form verifikasi
5. Form rujukan
6. Form rujuk balik
7. Form serah terima
8. Form transfer antar ruangan
9. Form jawaban rujukan
10. Form resume medis rawat jalan dan rawat inap
11. Form monitoring selama transfer
12. Form implementasi keperawatan
13. Materi edukasi, leaflet, brosur, jadwal

35
BAB V
PENUTUP

Buku pedoman komunikasi efektif di di BLUD RSUD dr. H. YULIDDIN AWAY


TAPAKTUAN disusun untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan proses komunikasi yang terjadi
di di BLUD RSUD dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN, sehingga dapat tercipta
komunikasi yang efektif dan tepat sesuai kebutuhan pasien di di BLUD RSUD dr. H.
YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN.
Buku pedoman komunikasi efektif ini merupakan panduan bagi seluruh staf rumah sakit,
dan bukan buku standar yang bersifat mutlak oleh karena itu untuk pelaksanaan dilapangan dapat
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing – masing di rumah sakit.

DITETAPKAN DI : TAPAKTUAN
PADA TANGGAL : DESEMBER 2019

36

Anda mungkin juga menyukai