Anda di halaman 1dari 15

Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

MODUL 6
PELAYANAN IMUNISASI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Keberhasilan program imunisasi sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan
imunisasi oleh petugas imunisasi di puskesmas. Modul ini menjelaskan tugas-
tugas yang harus dilaksanakan oleh petugas imunisasi puskesmas pada saat
pelayanan imunisasi.
Modul ini diawali dengan persiapan yang harus dilakukan sebelum pelayanan
imunisasi, persiapan di tempat pelayanan imunisasi sebelum sasaran datang,
dan rincian pelaksanaan pelayanan imunisasi. Modul ini juga menjelaskan
tentang pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Modul ini dirancang dalam empat bagian sebagai berikut:

Penyiapan Pelaksanaa Pemantauan Keja-


Penyiapan tem-
pelayanan n pelayanan dian Ikutan Pasca
pat pelayanan
imunisasi imunisasi Imunisasi (KIPI)
imunisasi

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


Tujuan Pembelajaran Umum
Pada akhir sesi, peserta mampu menyelenggarakan pelayanan Imunisasi di
wilayah puskesmas
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pada akhir sesi, peserta mampu:
1. Menyiapkan pelayanan imunisasi
2. Menyiapkan tempat pelayanan imunisasi
3. Melaksanakan pelayanan imunisasi
4. Melakukan pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1. Penyiapan pelayanan imunisasi
2. Penyiapan tempat pelayanan imunisasi
3. Pelaksanaan pelayanan imunisasi
4. Pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
84
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

IV. BAHAN BELAJAR


1. Indonesia, Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 1611/ Menkes /SK / XI/ 2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi. Ditjen PP & PL Depkes RI : Jakarta.
2. Indonesia, Ditjen PP & PL, Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis
Imunisasi Tingkat Puskesmas. Ditjen PP & PL Depkes RI : Jakarta.
3. Indonesia, Departemen Kesehatan RI. Indonesia, Ditjen PP &
PL Depkes RI dan PATH. 2005. Modul 1,2,3,4,5 & 6 Pelatihan Safe Injection.
Ditjen PPM & PL Depkes RI : Jakarta
V. URAIAN MATERI
A. Penyiapan Pelayanan Imunisasi
1. Logistik
Jumlah peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan
imunisasi tergantung pada perkiraan jumlah sasaran yang akan
diimunisasi. Perkiraan dasar untuk vaksin, alat suntik, alat suntik untuk
mencampur, dan kotak pengaman (safety box) terdapat pada modul
sebelumnya.
Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan:
a. Vaksin carrier
b. Cool Pack/ kotak dingin cair
c. Vaksin, Pelarut dan penetes (dropper)
d. Alat suntik
e. Safety box
f. Pemotong/ kikir ampul pelarut
g. Formulir KIPI
h. Kapas dan wadah
i. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dll)
j. Alat tulis (kertas, pensil, dan pena)
k. Catatan imunisasi (buku KIA, KMS, kartu TT)
l. Buku register (kohort) bayi dan ibu
m. Tempat sampah
n. Sabun dan wadah air mengalir untuk cuci tangan
o. Anafilaktik kit
p. Pinset

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
85
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

2. Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari lemari es


a. Sebelum membuka pintu lemari es, tentukan berapa banyak vial
vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan.
b. Buka lemari es, periksa freeze tag atau Frigde Tag dan termometer
untuk mengetahui keadaan vaksin sebelumnya.
c. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai kondisi VVM, tanggal kadaluarsa/
early expired first out (EEFO), yang masuk duluan dikeluarkan lebih
dulu/ first in first out (FIFO). Prioritas dalam mengeluarkan vaksin
mengacu kepada kondisi VVM.
3. Memeriksa apakah vaksin aman diberikan
Sebelum memberikan vaksin, harus dipastikan bahwa vaksin yang akan
diberikan masih baik, dengan melakukan langkah-langkah berikut.
a. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunakan
vaksin atau pelarut tersebut.
b. Periksa alat pemantau vaksin (Vaccine Vial Monitor/ VVM). Jika
kondisi VVM sudah berada pada kondisi C atau D, vaksin jangan
digunakan (Gambar 1).

Gambar 1: Alat pemantau vaksin (VVM) yang menunjukkan


menunjukkan kondisi yang berbeda

Kondisi A : Vaksin dapat digunakan

Kondisi B : Vaksin segera digunakan

Kondisi C : Vaksin tidak boleh digunakan

Kondisi D : Vaksin tidak boleh digunakan

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
86
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

c. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika


telah melewati tanggal kadaluarsa.
d. Periksa alat pemantau suhu beku (freeze tag) dalam lemari es. Jika
freeze tag menunjukkan tanda silang, berarti pernah terjadi
penyimpangan suhu (dibawah 2C) selama lebih dari 60 menit.
e. Pada kondisi tersebut, diduga pernah terjadi pembekuan pada vaksin
yang sensitif beku seperti DT, TT, Td, Hepatitis B, DPT/HB,
DPT/HB/Hib dan IPV. Untuk memastikan vaksin dalam kondisi baik
atau rusak, maka sebaiknya dilakukan shake test (uji kocok).

Langkah-Langkah uji kocok:


1) Pilih satu dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku,
utamakan yang dekat dengan evaporator atau bagian lemari es yang paling
dingin. Beri label Tersangka Beku. Bandingkan dengan vaksin dari tipe
dan batch yang sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat
seluruhnya dan beri label Dibekukan.
2) Biarkan contoh vaksin Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku sampai
mencair seluruhnya.
3) Kocok contoh vaksin Dibekukan dan vaksin Tersangka beku secara
bersamaan.
4) Kemudian taruh berdekatan, dan diamkan.
5) Amati contoh vaksin Dibekukan dan vaksin Tersangka beku, untuk
membandingkan lamanya waktu pengendapan (biasanya 5 s.d 30 menit).
6) Jika:
Pengendapan vaksin Tersangka beku lebih lambat dari contoh vaksin
Dibekukan, maka vaksin boleh digunakan.
Pengendapan vaksin Tersangka beku sama atau lebih cepat dari
pada contoh vaksin Dibekukan, maka vaksin tidak boleh digunakan
(vaksin sudah rusak).
7) Anda harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan
jenis vaksinnya dengan kontrol Dibekukan yang sesuai.

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
87
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

Gambar 2
Uji kocok untuk vaksin Hepatitis B kemasan PID dan vial

4. Pemeliharaan vaksin dan rantai vaksin selama


pelaksanaan imunisasi
a. Hindari vaccine carrier yang berisi vaksin dari sinar matahari
langsung.
b. Sebelum sasaran datang, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier yang tertutup rapat.
c. Jika sasaran imunisasi sudah datang, maka vaksin dilarutkan dengan
jenis pelarut yang sesuai.
d. Pada saat melarutkan vaksin, suhu vaksin dan pelarut harus sama.
e. Vaksin yang sudah dilarutkan diberi label yang berisikan waktu
pelarutan. Setelah dilarutkan, vaksin BCG hanya boleh digunakan
selama 3 jam, dan vaksin campak selama 6 jam.
f. Vaksin yang lainnya, setelah dibuka harus diberi label yang ditulis
tanggal dan waktu vaksin dibuka. Penggunaannya mengikuti standar
penggunaan vaksin multidose.
g. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan
dalam vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu
vaksin dan pelarut tetap terjaga.
h. Tidak diperkenankan mebuka vial baru sebelum vial yang sudah
dibuka habis.
Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas
Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
88
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

i. Apabila sasaran selanjutnya belum datang, vaksin yang sudah


dilarutkan harus diletakkan di lubang busa yang terdapat di bagian
atas vaccine carrier (lihat gambar di bawah), dan dilindungi agar tidak
terkena sinar matahari langsung.
j. Setiap vaccine carrier sebaiknya dilengkapi dengan empat buah cool
pack.
k. Apabila vaksin yang sudah dilarutkan habis, pelarutan selanjutnya
dilakukan jika sasaran berikutnya telah datang.

Gambar 3
Penyimpanan vaksin selama pelayanan imunisasi di lapangan

Gambar 4
Penyimpanan vaksin selama pelayanan imunisasi di lapangan

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
89
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

B. Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi


1. Pelayanan imunisasi di fasilitas kesehatan
Ruangan yang ditetapkan untuk pelayanan imunisasi harus:
Mudah dijangkau oleh sasaran
Tidak terkena sinar matahari, hujan atau debu;
Cukup luas, terang, cukup ventilasi, dan tenang.
2. Pelayanan imunisasi di lapangan
Mudah dijangkau oleh sasaran
Jika di dalam gedung maka harus cukup luas, terang, cukup ventilasi
dan tenang.
Jika di tempat terbuka, upayakan tempat itu terlindung sinar matahari
langsung.
Dalam mengatur tempat imunisasi, pastikan bahwa:
Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat
masuk dan keluar tempat pelayanan dengan lebih cepat dan mudah;
Tempat menunggu haruslah bersih dan nyaman.
Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
Melaksanakan kegiatan dengan sistem 5 meja yaitu pelayanan
terpadu yang lengkap yang memberikan pelayanan 5 program (KB,
KIA, Diare, Imunisasi, dan Gizi);
Jumlah orang yang ada di tempat pelayanan imunisasi diatur
sehingga tidak penuh sesak.
Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau
dekat dengan meja imunisasi anda.
C. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
1. Penyuluhan sebelum dan sesudah pelayanan imunisasi
Penyuluhan yang diberikan tentang manfaat imunisasi, konseling, keluhan
yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan cara penanggulangannya
serta jadual pelayanan imunisasi berikutnya.
2. Skrining dan pemeriksaan sasaran
a. Skrining
Setiap petugas yang melaksanakan imunisasi, harus melakukan
skrining mengenai kondisi sasaran, riwayat penyakit, dan kontra
indikasi sebelum pemberian tiap dosis vaksin. Seleksi yang efektif

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
90
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

tidaklah sulit dan dapat dilaksanakan dengan menanyakan


beberapa pertanyaan berikut ini:

1) Bagaimana keadaan anda dan anak anda hari ini ?


Pertanyaan ini bertujuan untuk menyaring penyakit yang
sedang diderita. Jika anak-anak itu telah diperiksa, maka
pertanyaan mungkin tidak diperlukan lagi.
2) Apakah anak anda alergi terhadap makanan atau obat tertentu
?
Alergi yang serius terhadap komponen vaksin merupakan
kontra indikasi untuk imunisasi, karena itu pertanyaan ini
penting untuk diajukan. Akan lebih efisien menanyakan alergi
dengan cara yang umum (seperti makanan atau obat) dari pada
menanyakan alergi terhadap komponen vaksin. Hampir semua
orang tua tidak tahu tentang alergi terhadap komponen vaksin,
tetapi mereka dapat dengan mudah mengetahui alergi terhadap
makanan atau obat.
3) Apakah ada masalah pada anak anda setelah pemberian
imunisasi yang lalu ?
Pertanyaan ini akan membuktikan ada tidaknya reaksi setelah
pemberian imunisasi yang lalu, dan untuk mengetahui kondisi
setelah suntikan pertusis yang mungkin menjadikan perhatian
kita untuk pemberian dosis lanjutan, misalnya demam tinggi
atau episode Hypotonic Hyporesponsive. Bila terdapat reaksi
berat terhadap imunisasi tertentu jangan diberikan imunisasi
tersebut.
4) Apakah anak mempunyai riwayat penyakit keganasan atau
mendapat pengobatan steroid dalam waktu lama ?
Pertanyaan ini akan membantu kita untuk menemukan anak-
anak dengan immunodefisiensi yang umumnya tidak boleh
menerima vaksin hidup, terutama OPV.
5) Apakah ada orang-orang di rumah anda yang bermasalah
dengan sistem kekebalan ?
OPV tidak boleh diberikan pada anak sehat bila tinggal
serumah dengan orang-orang dengan immunodefisiensi.
6) Apakah anak anda pernah menerima produk darah dalam
tahun terakhir, seperti transfusi darah atau gammaglobulin ?
Pertanyaan ini akan mengidentifikasi precaution untuk
pemberian vaksin yang hidup seperti MMR atau vaksin
varicella, yang tidak harus diberikan pada orang yang telah

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
91
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

menerima antibodi pasif dalam 3 bulan terakhir. Pertanyaan ini


dapat juga menemukan penyakit yang diderita sebelumnya,
yang tidak ditemukan melalui pertanyaan sebelumnya.
7) Apakah anda hamil atau berencana hamil ?
Pertanyaan ini harus ditanyakan kepada semua wanita dewasa.
MMR/ campak dan vaksin varicella, yang tidak harus diberikan
pada wanita hamil atau 3 bulan sebelum kehamilan. Tidak perlu
menanyakan tentang kehamilan pada kontak serumah, karena
kontak serumah dengan wanita hamil tidak merupakan kontra
indikasi.
b. Pemeriksaan sasaran
Setiap sasaran yang datang ke tempat pelayanan imunisasi,
sebaiknya diperiksa sebelum diberikan pelayanan imunisasi.
Tentukan usia dan status imunisasi terdahulu sebelum diputuskan
vaksin mana yang akan diberikan, dengan langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi usia bayi
2) Mengidentifikasi vaksin-vaksin mana yang telah diterima oleh
bayi
3) Menentukan jenis vaksin yang harus diberikan
4) Kontra indikasi terhadap imunisasi
a) Pada umumnya tidak terdapat kontra indikasi terhadap
imunisasi. Semua bayi sebaiknya diimunisasi kecuali
dalam tiga situasi yang jarang terjadi berikut ini:
Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat,
merupakan kontra indikasi mutlak terhadap dosis
vaksin berikutnya.
Reaksi berlebihan, seperti suhu tinggi diatas 38,5C
dengan kejang, penurunan kesadaran, shock atau
reaksi anafilaktik lainnya setelah imunisasi DPT/HB1,
DPT/HB/Hib1merupakan kontra indikasi untuk
pemberian DPT/HB2, DPT/HB/Hib2 atau DPT/HB3,
DPT/HB/Hib3.
Dalam keadaan kejang demam dan panas diatas
38,5C merupakan kontra indikasi sementara
pemberian sampai anak sudah sembuh.
b) Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian
imunisasi kepada bayi yang sedang sakit, jangan berikan
imunisasi. Mintalah ibu untuk kembali lagi jika bayinya
sudah sehat.

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
92
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

Beberapa kondisi berikut bukan merupakan kontra indikasi.:

alergi atau asma (kecuali tanda-tanda dan gejala


jika diketahui ada alergi AIDS, kecuali seperti yang
terhadap komponen khusus disebutkan di atas;
dari vaksin yang disebutkan
anak diberi ASI;
di atas);
sakit kronis seperti
sakit ringan seperti infeksi
penyakit jantung kronis, paru-
saluran pernafasan atau
paru, ginjal atau liver;
diare dengan suhu dibawah
38,50C; kondisi syaraf labil
seperti kelumpuhan otak,
riwayat keluarga tentang
karena luka atau Downs
peristiwa-peristiwa yang
Syndrome;
membahayakan setelah
imunisasi; prematur atau berat
lahir rendah (vaksinasi
pengobatan antibiotik;
sebaiknya tidak ditunda);
dugaan infeksi HIV atau
pembedahan baru atau
positif terinfeksi HIV dengan
direncanakan dengan segera
tidak menunjukkan tanda-
tanda dan gejala AIDS; kurang gizi; dan
riwayat sakit kuning
pada kelahiran.

Tidak terdapat bukti tentang resiko terhadap janin akibat


pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) kepada perempuan
hamil.
5) Mengimunisasi bayi sakit
Imunisasi untuk bayi yang sakit atau mempunyai riwayat kejang
demam sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter spesialis
anak.
c. Pemeriksaan sasaran WUS
Ketentuan WUS untuk menerima imunisasi TT:

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
93
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

Jika sasaran memiliki kartu TT, berikan imunisasi lanjutan


berdasarkan status yang tercantum, sesuai dengan jadual
pemberian.
Jika sasaran tidak memiliki kartu TT, lakukan skrining untuk
menentukan statusnya. Kemudian berikan imunisasi sesuai
ketentuan.

d. Pengisian Buku Register


Buku register ini membantu para pelaksana imunisasi untuk
memonitor pelayanan imunisasi yang mereka berikan kepada
sasaran.
3. Memberikan vaksin yang tepat secara aman
a. Melarutkan vaksin dengan pelarut
Beberapa ketentuan yang harus dilakukan dalam melarutkan vaksin.
1) Cuci tangan anda
2) Amati VVM dan masa kadaluarsa yang tertera pada vial vaksin
3) Goyang vial vaksin, pastikan semua bubuk berada pada dasar vial
4) Pastikan suhu vaksin dan pelarut sama (2-80 C) saat pelarutan
5) Amati botol pelarut, dan pastikan tidak retak
6) Baca label pada botol pelarut, pastikan berasal dari pabrik yang
sama dengan vaksin dan tidak kadaluarsa
7) Jika terjadi luka saat membuka botol pelarut, buang botol karena
ada kemungkinan isi botol telah terkontaminasi. Balut luka sebelum
membuka botol pelarut yang baru.
8) Sedot cairan pelarut dengan menggunakan semprit pencampur
9) Gunakan semprit pencampur sekali buang (disposable mixing
syringe) yang baru, setiap kali melarutkan vaksin
10) Melarutkan vaksin
Untuk mencampur pelarut dan vaksin, suntikkan cairan pelarut
ke dalam vial vaksin dengan menggunakan ADS, kemudian
disedot pelan-pelan sehingga masuk ke dalam semprit dan
suntikkan lagi ke dalam vial. Ulangi beberapa kali.
Buang semprit dan jarum pencampur yang telah digunakan ke
dalam safety box.

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
94
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

Sebelum vaksin digunakan, putar vial vaksin untuk mencegah


abses drug stone.
11) Selama pelayanan, vaksin yang telah dilarutkan, disimpan di atas
bantalan busa yang terdapat pada vaccine carrier

Ingat :
Pelarut tidak bisa saling ditukar, vaksin yang berbeda memiliki
pelarut yang tidak sama; pencampuran dan pemberian pelarut
yang salah dapat menyebabkan peristiwa yang sangat
membahayakan termasuk kematian.
Selalu gunakan pelarut dari pabrik yang sama dengan vaksin.
Sebelum dicampur, suhu vaksin dan pelarut harus sama.
Jangan mencampur vaksin dengan pelarut sebelum ada sasaran
Vaksin yang sudah dilarutkan mempunyai batas masa pakai,
misalnya campak 6 jam, BCG 3 jam.

a. Menggunakan alat suntik auto-disable (AD)


Alat suntik auto-disable adalah alat suntik yang setelah satu kali
digunakan secara otomatis menjadi rusak dan tidak dapat digunakan
lagi.
b. Memberikan vaksin kepada bayi
DPT-HB-Hib,
Vaksin BCG Campak Polio
Hep B

Lengan Paha tengah


Lokasi Lengan
kanan luar Mulut
Penyuntikan kiri atas
atas luar (untuk bayi)

Cara Suntikan
Suntikan Suntikan Diteteskan
Intra-
Penyuntikan Intramuskular Subkutan di mulut
dermal

Dosis 0,05 cc 0,5 ml 0,5 ml 2 tetes

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
95
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

SOAL LATIHAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas.

1. Jelaskan cara pengaturan tempat pelayanan di lapangan (out reach)

2. Sebutkan berbagai peralatan yang dibutuhkan dalam pelayanan imunisasi

3. Sebutkan apa saja yang menjadi pertimbangan untuk penundaan pemberian


imunisasi kepada seorang anak ?

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
96
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
97
Modul 6: Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi

REFERENSI

1. Indonesia, Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan


Menteri Kesehatan RI No. 1611/ Menkes/ SK/ XI/ 2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi. Ditjen PP & PL Depkes RI : Jakarta.

2. Indonesia, Ditjen PP & PL, Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis


Imunisasi Tingkat Puskesmas. Ditjen PP & PL Depkes RI : Jakarta.

3. Indonesia, Departemen Kesehatan RI. Indonesia, Ditjen PP &


PL Depkes RI dan PATH. 2005. Modul 1,2,3,4,5 & 6 Pelatihan Safe Injection.
Ditjen PPM & PL Depkes RI : Jakarta.

4. World Health Organization. 2004. Imunization in Practice : A


Practical Guide for Health Staff -- 2004 Update. World Health Organization :
Geneva, Switzerland.

Modul Basic Health Workers bagi Petugas Puskesmas


Direktorat Simkar dan Kesma, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
98

Anda mungkin juga menyukai