Anda di halaman 1dari 108

MODUL ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DAN PWS-KIA

A. DESKRIPSI MODUL

Modul Asuhan Kebidanan Komunitas dengan kode mata kuliah BD.306 ini
merupakan modul ini membekali mahasiswa agar mampu memberikan Asuhan
Kebidanan di komunitas dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep-
konsep, sikap dna keterampilan serta hasil evidence base dikaitkan dengan nilai-nilai dari
sudut pandang Islam dan kebutuhan klien di komunitas.
Kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan di komunitas merupakan salah
satu komponen utama yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Elemen kompetensinya
meliputi penguasaan ilmu dan keterampilan, kemampuan berkarya, sikap dan perilaku
dalam berkarya. Modul Asuhan Kebidanan Komunitas di semester IV dengan beban 4
SKS (2 SKS Teori dan 2 SKS Praktikum).

B. STANDAR KOMPETENSI

Pada akhir mata ajaran ini Mahasiswa Diploma III Kebidanan „Aisyiyah Pontianak
mampu menerapkan Asuhan Kebidanan di komunitas secara komprehensif dengan
memperhatikan budaya setempat berdasarkan konsep, keterampilan serta sikap
professional bidan dengan pendekatan manajemen kebidanan, strategi pelayanan
kebidanan, pengelola program KIA/KB di wilayah kerja, serta meningkatkan peran serta
masyarakat. Mahasiswa mampu mengembangkan potensi diri terkait dengan
kepemimpinan dalam berorganisasi, mampu membangun kecerdasan emosional, dan
mampu mendokumentasikan asuhan

C. KOMPETENSI DASAR

1. Menjelaskan konsep dasar kebidanan Komunitas


2. Menjelaskan tugas, wewenang dan tanggung jawab Bidan di komunitas
3. Menjelaskan dan memecahkan masalah kebidanan di komunitas
4. Melakukan Asuhan kebidanan di komunitas di rumah, posyandu dan polindes dengan
focus making pregnancy safer

1|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas


5. Menjelaskan Sistem rujukan kebidanan
6. Menjelaskan Strategi Pelayanan Kebidanan di Komunitas
7. Menjelaskan Peran serta masyarakat
8. Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
9. Melakukan Pemantauan kegiatan menggunakan PWS- KIA
10. Menjelaskan Pelayanan kesehatan pada wanita sepanjang daur kehidupannya
11. Menelaskan Sistem Jaminan Kesehatan Yang ada di Indonesia
12. Melakukan Pencatatan, pendokumentasian dan pelaporan

D. INDIKATOR

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kebidanan Komunitas


2. Mahasiswa mampu menjelaskan tugas, wewenang dan tanggung jawab Bidan
di komunitas
3. Mahasiswa mampu Menjelaskan dan memecahkan masalah kebidanan di komunitas
4. Mahasiswa mampu melakukan Asuhan kebidanan di komunitas di rumah, posyandu
dan polindes dengan focus making pregnancy safer
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Sistem rujukan kebidanan
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Strategi Pelayanan Kebidanan di Komunitas
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Peran serta masyarakat
8. Mahasiswa mampu melakukan Pencatatan dan Pelaporan Pusat Kesehatan
Masyarakat (PUSKESMAS)
9. Mahasiswa mampu melakukan Pemantauan kegiatan menggunakan PWS- KIA
10. Mahasiswa mampu menjelaskan Pelayanan kesehatan pada wanita sepanjang daur
kehidupannya
11. Mahasiswa mampu ,enjelaskan Sistem Jaminan Kesehatan Yang ada di Indonesia
12. Mahasiswa mampu melakukan Pencatatan, pendokumentasian dan pelaporan

E. KARAKTERISTIK MAHASISWA

Mata kuliah ini diperuntukan bagi mahasiswa pendidikan DIII kebidanan dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. Mahasiswa semester IV

2|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas


b. Telah menyelesaikan mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas
dan Patologi
c. Telah menyelesaikan praktik klinik kebidanan I

F. PRASYARAT

Kegiatan pembelajaran khusus harus diikuti mahasiswa sebagai pra syarat untuk
mengikuti ujian akhir. Minimal keikutsertaan dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Perkuliahan : 80%
b. Praktikum Lab : 100%

3|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas


G. RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Perte Kemampuan Bentuk Waktu Penilaian
Akhir Yang Bahan Kajian (Materi Pokok) Belajar Kriteria Dosen
muan Pembelajaran
Diharapkan (Menit) (Indikator)
1 Penjelasan RPS dan Pembagian Ceramah dan 100 menit Nurhasanah, M.Kes
tugas diskusi

2 Mahasiswa 1. Konsep Kebidanan Komunitas Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Nurhasanah, M.Kes
mampu a. Pengertian/definisi komunitas diskusi kebenaran
menjelaskan dan masyarakat Brainstorming, penjelasan,
konsep dasar b. Sejarah Kebidanan komunitas tugas makalah komunikasi dan
c. Tujuan Asuhan Kebidanan presentsai
kebidanan
Komunitas
Komunitas
d. Ruang lingkup dan jaringan
kerja pelayanan bidan di
komunitas
e. Sasaran kebidanan komunitas
f. Perilaku masyarakat
g. Pelayanan Kesehatan bermutu
2. SDG‟s sebagai landasan berpikir
bidan
3 Mahasiswa 1. Tugas dan Peran Bidan Di Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Nevi Khojinayati, S.ST.,
mampu Komunitas diskusi kebenaran M.Keb
menjelaskan a. Tugas Utama Bidan di Brainstorming, penjelasan,
tugas, tanggung Komunitas tugas makalah komunikasi dan
b. Tugas Tambahan Bidan di presentsai
jawab, dan
Komunitas
perlindungan c. Bidan Praktik Mandiri
hukum Bidan di d. Program Bidan Delima
komunitas 2. Tanggung Jawab Bidan di
Komunitas
a. Kepmenkes NOMOR

4|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas


369/MENKES/SK/III/ 2007
tentang Standar Profesi
Bidan
b. Standar kompetensi lulusan
4 3. Aspek Perlindungan Hukum Bagi Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Nevi Khojinayati, S.ST.,
Bidan di Komunitas diskusi kebenaran M.Keb
a. Standar Pelayanan Brainstorming, penjelasan,
Kebidanan tugas makalah komunikasi dan
b. Kode Etik Bidan presentsai
c. Standar Asuhan Kebidanan
d. Registrasi Praktik Bidan
e. Kewenangan Bidan di
Komunitas
5 Mahasiswa 1. Kematian ibu dan bayi Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Eka Riana, S.ST., M.Keb
mampu 2. Kehamilan Remaja diskusi kebenaran
mengidentifikasi 3. Unsafe Abortion Brainstorming, penjelasan,
masalah 4. BBLR tugas makalah komunikasi dan
presentsai
kebidanan di
6 komunitas 5. Tingkat Kesuburan Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Eka Riana, S.ST., M.Keb
6. Pertolongan Persalinan oleh diskusi kebenaran
tenaga non Medis Brainstorming, penjelasan,
7. Penyakit Menular Seksual ( tugas makalah komunikasi dan
presentsai
PMS)
8. Perilaku dan sosial budaya
yang berpengaruh pada
pelayanan kebidanan
komunitas
7 Roleplay Praktikum 100 menit Mampu Eka Riana, S.ST., M.Keb
memecahkan
masalah
kebidanan
8 Roleplay Praktikum 100 menit Mampu Eka Riana, S.ST., M.Keb

5|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas


memecahkan
masalah
kebidanan
9 Mahasiswa 1. Asuhan Antenatal Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Nurhasanah, M.Kes
mampu a. Manajemen Antenatal care diskusi kebenaran
menerapkan b. Standar asuhan Brainstorming, penjelasan,
asuhan kebidanan c. Standar alat tugas makalah komunikasi dan
presentsai
di komunitas di 2. Asuhan Intranatal
rumah, posyandu a. Persiapan Bidan
dan polindes b. Persiapan rumah dan
dengan focus lingkungan
making pregnancy c. Persiapan alat/bidan kit
safer d. Manajemen Intranatal care
3. Asuhan Ibu Postpartum di
rumah
a. Tujuan Asuhan Masa
Nifas
b. Peran dan tanggung jawab
bidan pada masa nifas
c. Kebijakan program
nasional masa nifas
d. Pelaksanaan asuhan masa
nifas di rumah
10 Role play pelayanan ANC Praktikum 100 menit Mampu Nurhasanah, M.Kes
memberikan
pelayanan ANC
11 Role play pelayanan INC Praktikum 100 menit Mampu Nurhasanah, M.Kes
memberikan
pelayanan INC
12 Role play Pelayanan PNC Praktikum 100 menit Mampu Nurhasanah, M.Kes
memberikan

6|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas


4. Pelayanan Kesehatan Bayi dan 13
Balita
5. Pelayanan kontrasepsi

Roleplay Pelayanan Kesehatan 14


bayi dan balita

Roleplay pelayanan kontrasepsi 15

6. Pertolongan Pertama 16
Kegawatdarutaran Obstetrik
dan Neonatus di Komunitas
a. Kegawatdaruratan
obstetrik
a) Abortus
b) Mola hidatidosa
c) Kehamilan ektopik
(terganggu)
d) Plasenta previa
e) Solusio plasenta
f) Ruptura uteri
g) Retensio plasenta-
plasenta
inkompletus
h) Perdarahan Post

7 |Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas


partum
i) Syok
j) PEB/Eklamsia

17 b. Kegawatdaruratan Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Yetty Yuniarty, M.Kes
Neonatus diskusi kebenaran
a) Asfiksia Brainstorming, penjelasan,
b) Hipotermi tugas makalah komunikasi dan
presentsai
c) BBLR
d) Prematur
18 Roleplay Praktikum 100 menit Mampu Eka Riana, S.ST., M.Keb
memberikan
pelayanan
kedaruratan
obstetri
19 Roleplay Praktikum 100 menit Mampu Yetty Yuniarty, M.Kes
memberikan
pelayanan
kedaruratan
neonatus
20 Mahasiswa 1. Pengertian dan Jenis rujukan Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Nevi Khojinayati, S.ST.,
mampu a. Pengertian diskusi kebenaran M.Keb
menjelaskan b. Jenis Rujukan Brainstorming, penjelasan,
sistem rujukan 1) Rujukan Medik tugas makalah komunikasi dan
presentsai
kebidanan 2) Rujukan Kesehatan
2. Persiapan dan mekanisme
rujukan
3. Hirarki pelayanan kesehatan
a. Pelayanan Kesehatan
Tingkat Primer
b. Pelayanan Kesehatan
8| Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas
Tingkat Sekunder
c. Pelayanan Kesehatan
Tingkat Tersier
4. PONED & PONEK
5. Rujukan pasien pada kasus
patologis
6. Konsep rujukan neonatus

21 Persiapan UTS Diskusi 100 menit Nurhasanah, M.Kes


22 Mahasiswa 1. Peran Serta Masyarakat Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Yetty Yuniarty, M.Kes
mampu a. Pengertian PSM diskusi kebenaran
menjelaskan b. Pendekatan edukatif dalam Brainstorming, penjelasan,
tentang Strategi PSM tugas makalah komunikasi dan
c. Pelayanan yang berorientasi presentsai
Pelayanan
pada kebutuhan
Kebidanan di
masyarakat
Komunitas d. Memanfaatkan fasilitas dan
potensi yang ada di
masyarakat
23 2. Gerakan Sayang Ibu (GSI) Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Nevi Khojinayati, S.ST.,
a. Landasan filosofis GSI diskusi kebenaran M.Keb
b. Tujuan GSI Brainstorming, penjelasan,
c. Sasaran GSI tugas makalah komunikasi dan
d. Ruang lingkup GSI presentsai
e. Strategi GSI
f. Perencanaan dan
pelaksanaan GSI
g. Tugas pokok Satgas GSI
h. Memantau keberhasilan GSI
i. Indikator Keberhasilan
sebelum dan sesudah GSI
24 3. Forum Masyarakat Desa Ceramah & 100 menit pemahaman Tim Dinkes
4. Usaha Kesehatan Berbasis diskusi

9| Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas


Masyarakat Brainstorming,
a. Pengertian UKBM
b. Ciri- ciri UKBM
c. Prinsip UKBM
d. Bentuk UKBM
25 5. Desa/ Kelurahan Siaga  Ceramah & 100 menit pemahaman TIM Dinkes
a. Pengertian Desa/ Kelurahan diskusi
b. Siaga  Brainstorming
Tujuan Desa/Kelurahan
Siaga
c. Kriteria Desa/Kelurahan
Siaga
d. Manfaat Desa/ Kelurahan
Siaga
e. Komponen yang berperan
f. Tahap pengembangan
Desa/Kelurahan Siaga
g. Indikator keberhasilan
Desa/Kelurahan Siaga
26 Mahasiswa 1. Pembinaan dukun bayi Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Eka Riana, S.ST., M.Keb
mampu a. Pemberiahuan ibu hamil diskusi kebenaran
menggerakkan untuk bersalin di Brainstorming, penjelasan,
dan meningkatkan tenaga kesehatan tugas makalah komunikasi dan
presentsai
peran serta (Promosi bidan siaga)
masyarakat b. Pengenalan tanda bahaya
kehamilan, persalinan
dan nifas serta rujukan
c. Pengenalan dini tetanus
neonaturum, BBL,
serta rujukannya
d. Penyuluhan Gizi dan KB
e. Pencatatan kelahiran dan
kematian bayi atau ibu
10 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
2. Pembinaan Kader
a. Pemberiahuan ibu hamil
untuk bersalin di
tenaga kesehatan
(Promosi bidan siaga)
b. Pengenalan tanda bahaya
kehamilan, persalinan
dan nifas serta rujukan
c. Pengenalan dini tetanus
neonaturum, BBL,
serta rujukannya
d. Penyuluhan Gizi dan KB
e. Pencatatan kelahiran dan
kematian bayi atau ibu
f. Promosi Tabulin, donor
darah berjalan,
ambulan desa, suami
siaga
27 3. Pengembangan Wahana atau Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Eka Riana, S.ST., M.Keb
Forum PSM diskusi kebenaran
a. POSYANDU Brainstorming, penjelasan,
b. POSKESDES tugas makalah komunikasi dan
presentsai
c. KB-KIA
d. Dasa Wisma
e. Tabulin
f. Donor darah berjalan
g. Ambulan Desa
28 Mahasiswa 1. Puskesmas Ceramah & 100 menit Mampu Tim Dinkes
mampu 2. Pencatatan dan pelaporan diskusi menjelaskan
melakukan Puskesmas Brainstorming materi pokok
pencatatan dan 3. Sistem Informasi Puskesmas

11 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
29 pelaporan Praktik pencatatan dan pelaporan Praktikum 100 menit Mampu Tim Dinkes
puskesmas melakukan
pencatatan dan
pelaporan
Puskesmas
30 Melakukan 1. Tujuan dan prinsip PWS-KIA  Ceramah & 100 menit Mampu Tim Dinkes
pemantauan 2. Batasan dan indikator diskusi menjelaskan
kegiatan pemantauan  Brainstorming materi pokok
menggunakan 3. Pengumpulan, pencatatan dan
PWS- KIA pengolahan data dasar PWS
4. Cara membuat grafik PWS
KIA
5. Analisis dan tindak lanjut
PWS-KIA
6. Pelembagaan , sistem
pencatatan dan pelaporan
PWS-KIA
31 Praktik pengisian PWS-KIA Praktikum 100 menit Mampu Tim Dinkes
melakukan
pengisisan PWS-
KIA
32 Praktik pengisian PWS-KIA Praktikum 100 menit Mampu Nevi Khojinayati, S.ST.,
melakukan M.Keb
pengisisan PWS-
KIA
33 Mahasiswa 1. Skrinning Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Nurhasanah, M.Kes
mampu a. Pada bayi perempuan diskusi kebenaran
menjelaskan b. Masa kanak-kanak Brainstorming, penjelasan,
pelayanan c. Masa pubertas tugas makalah komunikasi dan
presentsai
kesehatan pada d. Masa reproduksi
wanita sepanjang e. Masa klimakterium
12 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
daur 2. Deteksi dini
kehidupannya a. Pada ibu hamil
b. Bayi, balita
c. Pubertas
d. Klimakterium, menopause
dan senium
34 Mahasiswa 1. Konsep Keluarga Ceramah & 100 menit Kelengkapan dan Yetty Yuniarty, M.Kes
mampu a. Pengertian diskusi kebenaran
menjelaskan b. Tipe-tipe keluarga Brainstorming, penjelasan,
tentang asuhan c. Tahap perkembangan tugas makalah komunikasi dan
kebidanan di keluarga presentsai
keluarga d. Tugas perkembangan
keluarga
e. Struktur keluarga
2. Konsep Keluarga Qorriyah
Toyyibah
3. Hubungan antar kerabat,
tetangga dan antar sesama
muslim
35 4. Konsep dasar asuhan Ceramah & 100 menit Mampu Eka Riana, S.ST., M.Keb
berkelanjutan di rumah diskusi menjelaskan
(Home Care) Brainstorming materi pokok
36 Mahasiswa Program Pemerintah terkait  Ceramah & 100 menit Mampu Tim BPJS Kes
mampu asuhan kebidanan di komunitas diskusi menjelaskan
menjelaskan - Jaminan Kesehatan di Brainstorming materi pokok
sistem jaminan Indonesia
kesehatan yang
ada di Indonesia
37 Melakukan 5. Kohort Ibu dan Balita  Ceramah & 100 menit Mampu Tim Dinkes
pencatatan, a. Kohort Ibu diskusi menjelaskan
pendokumentasian b. Kohort Balita  Brainstorming materi pokok
13 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
dan pelaporan
38 Praktikum pengisian kohort ibu Praktikum 100 menit Mampu Tim Dinkes
dan balita melakukan
pengisian kohort
39 6. Pendokumentasian ASKEB  Ceramah & 100 menit Mampu Nevi Khojinayati, S.ST.,
diskusi menjelaskan M.Keb
 Brainstorming materi pokok

40 Praktik pendokumentasian Praktikum 100 menit Mampu Nevi Khojinayati, S.ST.,


ASKEB membuat M.Keb
dokumentasi
Askeb
41 Praktikum inovasi 100 menit Yetty Yuniarty, M.Kes
Inovasi dalam pelayanan Eka Riana, S.ST., M.Keb
kebidanan di komunitas
- Smart Village
- Pengembangan Bank
Darah
42 Persiapan UAS 100 menit Nurhasanah, M.Kes
Ujian Akhir Semester

14 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
H. EVALUASI
1. Tugas kelompok dan Seminar ( Bobot 10%)
2. Tugas Mandiri (Bobot 20%)
3. UTS (Bobot 20%)
4. UAS (Bobot 25%)
5. Praktikum (Bobot 25%)

I. SARANA PENUNJANG
1. LCD
2. Alat Peraga
3. Laptop

J. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Linda V. Walsh, 2001, Midwifery Community-Based Care, W.B Saundrers
Company : Philadelphia (BA5)
2. Permenkes 900/2002, DEPKES RI, Jakarta (BA6)
3. Modul MPS (BA7)
4. Modul MTBS (BA8)
5. Siwi, Walyani Elishabet, 2014. Materi Ajar Lengkap Kebidanan Komunitas.
Pustakabarupress : Yogyakarta (BA9)
6. Standar Pelayanan Kebidanan Depkes RI (BA10)
7. Yulifah, Rita dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta
8. IBI, 1997, Kompetensi Bidan Indonesia, Jakarta (BA11)
9. Karwati, dkk. 2010.Asuhan Kebidanan V kebidanan komunitas. Trans Info Medika :
Jakarta
10. Walyani, Elisabeth Dewi. 2014. Materi Ajar Lengkap Kebidanan Komunitas. Pustaka
Bru Press: Yogyakarta.

K. MATERI
Terlampir.

15 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Konsep Kebidanan Komunitas

1. Definisi

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan
lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku (Kepmenkes
no.900/Menkes/SK/VII/2002).

Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia,


maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi
profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi
untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan
praktik kebidanan.

Bidan di Komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di
wilayah tertentu. Bidan yg bekerja di komunitas harus mengenal kondisi kesehatan di
masyarakat yangg selalu mengalami perubahan, sehingga bidan harus tanggap terhadap
perubahan tersebut.

2. Sejarah Kebidanan Komunitas di Indonesia

Pelayanan kebidanan di komunitas dikembangkan di Indonesia di mana Bidan


sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan di komunitas. Secara lazim, “bidan
komunitas” di kenal sebagai bidan desa atau bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit.

Hingga saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasikan tenaga bidan yang
bekerja di komunitas. Pendidikan tersebut adalah program pendidikan khusus untuk
menghasilkan tenaga bidan yang bekerja di Komunitas. Pendidikan yang ada sekarang
ini diarahkan untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di Desa.

16 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Pendidikan tersebut adalah program pendidikan Bidan A (PPB A), B (PPB B), C
(PPB C) dan Diploma III Kebidanan. Kurikulum pendidikan bidan tersebut di atas,
disiapkan sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan mampu memberikan
pelayanan kepada ibu dan balita di masyarakat terutama di desa.

3. Sasaran Utama

Komunitas merupakan pelayanan kebidanan komunitas. Di dalam komunitas,


terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat.
Sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah Ibu dan Anak. Menurut UU No.23
tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak
dan anggota keluarga yang lain.

a. Ibu : prakehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval

b. Anak : meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, prasekolah dan
sekolah.

c. Keluarga : pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak,


pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi

d. Masyarakat : remaja, calon ibu dan kelompok ibu

e. Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan mayarakat


baik yang sehat, sakit maupun mempunyai masalah kesehatan secara umum.

4. Tujuan Kebidanan Komunitas

Komunitas merupakan pelayanan kebidanan komunitas. Di dalam komunitas,


terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat.
Sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah Ibu dan Anak. Menurut UU No.23
tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak
dan anggota keluarga yang lain.

Tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalahmeningkatkan kesejahteraan ibu


dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahter dalam suatu
komunitas.

17 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
5. Ruang Lingkup dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas

Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas, yaitu Puskesmas/ pustu, polindes,


posyandu, BPM, Rumah pasien, dasawisma, PKK. Di Puskesmas, bidan sebagai anggota
tim yang diharapkan dapat mengenali kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan
menguasai fungsi dan tugas masing-masing, selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan
anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas
keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.

Di Polindes, posyandu, BPM dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim di
mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan
kebidanan komunitas.

18 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS

A. Tugas dan Peran Bidan di Komunitas


1. Tugas Utama Bidan di Komunitas
1) Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan
2) Pengelola pelayanan KIA/KB
3) Pendidik klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan
4) Penelitian dalam asuhan kebidanan

2. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas


1) Upaya Perbaikan Kesehatan Lingkungan.
2) Mengelola dan memberikan obat- obatan sederhana sesuai dgn kewenangannya.
3) Survaliance penyakit yg timbul di masyarakat.
4) Menggunakan teknologi tepat guna kebidanan.

3. Bidan Praktik Mandiri


1) Ruang Lingkup Profesi.
a) Diagnostik (klinik, laboratorik),
b) Terapi (Promotif, preventif),
c) Merujuk,
d) Kemampuan Komunikasi interpersonal.
2) Mutu Pelayanan.
a) Pemeriksaan seefesien mungkin,
b) Internal review,
c) Pelayanan sesuai standar pelayanan kebidanan dan etika profesi,
d) Humanis (tidak diskriminatif).
3) Kemitraan.
a) Sejawat/ Kolaborasi,
b) Dokter, perawat, petugas kesehatan yang lain, psikolog, sosiolog.
c) Pasien, komunitas.

19 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
4) Manajemen.
a) Waktu
b) Alat
c) Informasi/MR
d) Obat
e) Jasa
f) Administrasi/Regulasi/Undang-undang.
5) Pengembangan diri.
a) CME ( Continue Midwifery Education),
b) Information search.

4. Program Bidan Delima


1) Definisi
a) Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.
b) Merk Dagang/Brand.
c) Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap
dan memiliki hak paten.
d) Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system dan proses
baku yang harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.
e) Menganut prinsip pengembangan diri dan semangat tumbuh bersama melalui
dorongan dari diri sendiri, mempertahankan dan meningkatkan kualitas,
dapat memuaskan klien beserta keluarganya.
f) Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktik Swasta dalam pelayanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

2) Tujuan
a) Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
b) Meningkatkan profesionalitas bidan.
c) Mengembangkan kepemimpinan Bidan di masyarakat.
d) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluaga
berencana.
e) Mempercepat penurunan angka kesakitan reproduksi dan keluarga berencana.
3) Logo

20 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Bidan delima melambangkan :
Pelayanan berkualitas dalam kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah tamah, sentuhan
yang manusiawi, terjangkau, dengan kebidanan sesuai standar dan kode etik
profesi.
Logo/branding/merk bidan delima menandakan bahwa BPS tersebut telah
memberikan pelayanan yang berkualitas yang telah diuji/diakreditasi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, memberikan pelayanan yang berorientasi
pada kebutuhan dan kepuasan pelanggannya (Service exellence).
4) Landasan
a) UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
rumah tangga IBI Bab III b) Anggaran
dasar IBI, Bab
II Pasal 8 dan
Anggaran
Pasal 4.
Praktik Bidan. c) Permenkes
No.900/VI/200
2 tentang
Registrasi dan
d) SPK (Standar Pelayanan Kebidanan).

B. Tanggung Jawab Bidan di Komunitas


1) Tugas Utama Bidan di Komunitas
a) Pelaksana asuhan atau pelayanan KIA/KB
b) Pengelola pelayanan KIA/KB
c) Pendidik pasien, keluarga, masyarakat, mahasiswa dan teman sejawat
d) Peneliti asuhan kebidanan
2) Tugas Tambahan
a) Upaya Perbaikan Kesehatan Lingkungan.
b) Mengelola dan memberikan obat- obatan sederhana sesuai dgn
kewenangannya.
c) Survaliance penyakit yg timbul di masyarakat.
d) Menggunakan teknologi tepat guna kebidanan.

C. Aspek Perlindungan Hukum Bagi Bidan di Komunitas


Dalam menjalankan praktiknya, seorang bidan telah diatur dalam Pancasila sebagai
landasan idiil, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional Permenkes
No.1464/Menkes/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

21 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
1. Standar Pelayanan Kebidanan

Standar I : Falsafah dan Tujuan

Pengelolaan pelayanan kebidanan memliki visi, misi filosofi dan tujuan pelayanan
serta organisasi pelayanan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas pelayanan yang
efektif dan afisien.

Definisi Operasional

a. Pengelola pelayana kebidana memiliki visi, misi dan filosofi pelayanan


kebidana yang mengacu pada visi, misi dan filosofi masing-masing.
b. Ada bagian struktur organisasi yang menggambarkan komando, fungsi dan
tanggung jawab serta kewenanagn dalam pelayanan kebidanan dab hubungan
dengan unit lain dan disahkan oleh pemimpin.
c. Ada uraian tertulis untuk setiap tenaga yang ada pada organisasi yang disahkan
oleh pemimpin.
d. Ada bukti tertulis tentang persyaratan tenaga yang menduduki jabatan pada
organisasi yang disahkan oleh pemimpin.

Standar II : Administrasi dan Pengelolaan

Pengelolaan pelayanan kebidana memiliki pedoman pengelolaan pelayanan, standar


pelayanan, prosedur tetap dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan pelayanan yang
kondusif yang memunhkinkan terjadinya praktek pelayanan kebidanan akurat.

Definisi Opersional

a. Ada pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan mekanisme kerja di


unit pelayanan tersebut yang disahkan oleh pemimpin.
b. Ada standar pelayanan yang dibuat mengacu pada pedoman standar alat, standar
ruangan, standar ketenanagn yang disahkan oleh pemimpin.
c. Ada prosedur tetap untuk setiap jenis kegiata/tindakan kebidanan yang disahkan
oleh pemimpin.
d. Ada rencana/progran kerja di setiap institusipengelolaan yang mengacu ke
institusi induk.
22 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
e. Ada bukti tertulis terselenggaranyapertemuan berkala secara teratur dilengkapi
dengan daftar hadir dan notulen rapat.
f. Ada naskah kerja sama, program praktekdari institusi yang menggunakan
latihan praktek, program, pengajaran klinik dan penilaian klinik. Ada bukti
administrasi yang meliputi buku registrasi.

Standar III : Staf dan pemimpin

Pengelolaan pelayanan kebidanan mempunyai program pengelolaan Sumber Daya


manusia, agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien.

Definisi Operasional

a. Ada program kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan


b. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian
c. Ada jadwal dinas yang menggambarkan kemampuan tiap-tiap per uint yang
menduduki tanggung jawab dan kemampuan yang dimiliki pleh bidan.
d. Ada seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi yang jelas dan kualifikasi
minimal selaku kepala ruangan bila kepala ruangan berhalangan bertugas.
e. Ada data personil yang bertugas di ruanagn tersebut.

Standar IV : Fasilitas dan Peralatan

Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan pelayanan


kebidanan sesuai dengan tugasnya dan fungsi institusi pelayanan.

Definisi Opersional

a. Tersedia peralatan yang sesuai dengan standar dan ada mekanisme keterlibatan
bidan dalam perencanaan dan pengembangan sarana dan prasarana.
b. Ada buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan kualitas
barang.
c. Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu.
d. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat tertentu.

Standar V : Kebijakan dan Prosedur

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki k ebijakan dalam penyelenggaraan


pelayanan dan pembinaan personil menuju pelayanan yang berkualaitas.
23 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Definisi Operasional

a. Ada kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar pelayanan yang
disahkan oleh pemimpin.
b. Ada prosedur personalia: penerimaan pegawai kontrak kerja, hak dan kewajiban
personalia.
c. Ada personalia pengajuan cutipersonil, istirahat, sakit dan lain-lain.
d. Ada prosedur pembinaan personal.

Standar VI : Pengembangan staf dan Program Pendidikan

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan staf dan


perencanaan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

Definisi Operasional

a. Ada program pembinaan staf dan program pendidikan secara


berkesinambungan.
b. Ada program pelatihan dan orientasi bagi tenaga bidan/personil baru dan lama
agar dapat beradaftasi dengan pekerjaan
c. Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil pelatihan

Standar VII : Standar Asuhan

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/ manajemen kebidanan yang


diterapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Definisi operasional :

a. Ada standar manajemen kebidanan (SMK) sebagai pedoman dalam memberikan


pelayanan kebidanan.
b. Ada format manajemen kebidanan yang terdaftar pada catatan medik.
c. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
d. Ada diagnosa kebidanan.
e. Ada rencana asuhan kebidanan.

24 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
f. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.
g. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
h. Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.

Standar VIII : Evaluasi dan Pengendalian mutu

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksana dalam evaluasi dan
pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang dilaksanakan secara
berkesinambungan.

Definisi Operasional :

a. Ada program atau rencana tetulis peningkatan mutu pelayanan kebidanan.


b. Ada program atau rencana tetulis untuk melakukan penilaian terhadap standar
asuhan kebidanan
c. Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari kegiatan/pengendalian
mutu asuhan dan pelayanan kebidanan.
d. Ada bukti tertulis tentang pelaksana evaluasi pelayanan dan rencana tindak
lnjut,
e. Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan sacara teratur kepada semua staf
pelayanan kebidanan.

2. Kode Etik Bidan


a. Definisi Kode Etik
Kode etik merupakan suatu ciri prifesional yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan konprehansif
suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi.
b. Kode Etik Bidan
Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan
dalam kongres nasional ikatan bidan Indonesia X tahun 1988, sedangkan petunjuk
pelaksanaannya disahkan dalam rapat nasional IBI tahun 1991, kemudian
disempurnakan dan disahkan pada kongres nasional IBI ke XII tahun 1989.
Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan Indonesia mengandung

25 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah dan tujuan dan
BAB.

Secara umum kode etik tersebut berisi 7 BAB. Ke 7 BAB dapat dibedakan atas 7
bagian yaitu:

a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat


b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
d. Kewajiban bidan terhadap profesinya
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
f. Kewajiban nidan terhadap pemerintah,bangsa dan tanah air
g. penutup

Beberapa kewajiban bidan yang diatur dalam pengabdian profesinya adalah :

a. Kewajiban terhadap klien dan masyarakat

1) setiap bidan senantiasa menjungjung tinggi,menghayati dan mengamalkan sumpah


jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,keluarga dan masyrakat.
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan
klien,menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
kien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang di milikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciftakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya secara optimal.

b. kewajiban terhadap tugasnya

26 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang di nilikinya berdasarkan
kebutuhan klien , keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai wewenang dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk termasuk keputusan mengadakan
konsultasi atau rujukan.
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan padanya, kecuali bila dminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan kepentingan klien.

c. kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya.

1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciftakan
suasana kerja yang serasi.
2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya.

d. kewajiban bidan terhadap profesinya.

1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.
2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

e. kewajiban bidan terhadap diri sendiri

1) Setiap bidan harus memelihara kesejahteraannya agar dapat melaksanakan tugas


profesinya dengan baik.
2) Setiap bidan harus berusaha terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

f. kewajiban bidan terhadap pemerintah nusa, bangsa dan tanah air.

27 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB
dan kesehatahan keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pikirannya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

g. penutup

setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan


mengamalkan kode etik bidan indonesia.

3. Standar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan dapat dilihat dari ruang lingkup standar pelayanan
kebidanan yang meliputi 25 standar dan dikelompokan sebagai berikut :

1) Standar pelayanan umum

Standar 1 : persiapan untuk kehidupan keluarga sehat

Standar2I : Pencatatan dan pelaporan

2) Standar pelayanan antenatal

Standar 3 : Identifikasi ibu

hamil

Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Standar 5 : Palpasi Abdomen

Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan

Standar 7 : Pengelolaa dini hipertensi pada kehamilan

Standar 8 : persiapan persalinan

3) Standar pertolongan persalinan

Standar 9 : Asuhan saat persalinan

Standar 10 : Persalinan yang aman


28 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Standar 11 : Pengeluaran plasenta dan peregangan tali pusat

Standar 12 : Penangan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi

.Standar 13 : perawatan bayi baru lahir

4) Standar pelayanan nifas

Standar 14 : penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan.

Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

5) Standar penanganan kegawat daruratan obstetric nonatal.

Standar 16 : penanganan perdarahan pada kehamilan Standar

17 : Penangan kegawatan pada eklampsi

Standar 18 : Penangan kegawatan pada partus lama atau macet

Standar 19 : persalinan dengan forcep rendah

Standar 20 : Persalinan dengan menggunakan vakum ekstraktor

Standar 21 : Penanganan retensio plasenta

Standar 22 : Penanganan perdarahan post partum primer

Standar 23 : Penangnanan perdarahan post partum sekunder

Standar 24 : Penanganan sepsis peuerperalis

Standar 25 : Penanganan asfiksia

4. Registrasi Praktik Bidan

Registrasi praktek bidan dapat dilihat dan berpedoman pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.

29 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

IDENTIFIKASI MASALAH DI KOMUNITAS

Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya


mengemukakan bahwa peran determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi dan
menjadi penyebab langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu dan bayi,
kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR, tingkat kesuburan, ANC yang kurang ada di
komunitas. Factor determinan tersebut adalah :

1. Determinan proksi/ dekat / outcome


a. Kejadian kehamilan
b. Komplikasi kehamilan dan persalinan (perdarahan, infeksi,eklamsi, partus
macet,rupture uteri)
c. Kematian, kecatatan.

2. Determinan antara / intermediate determinants


a. Status kesehatan (gizi, infeksi penyakit kronik, riwayat komplikasi)
b. Status reproduksi (umur paritas, status perkawinan)
c. Akses terhadap pelayanan kesehatan (lokasi pelayanan kesehatan KB, ANC,
pelayanan obstetric, jangkauan pelayanan, kualitas pelayanan, akses informasi
pelayanan kesehatan)
d. Perilaku sehat (penggunaan KB, pemeriksaan ANC, dan penolong persalinan)
e. Factor-faktor yang tidak diketahui / tidak diduga

3. Determinan kontekstual / jauh / distant determinan


a. Status wanita dalam keluarga dan masyarakat (pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, keberdayaan)
b. Status keluarga dan maasyarakat (penghasilan, kepemilikan, pendidikan, dan
pekerjaan anggota rumah tangga)
c. Status masyarakat (kesejahteraan, sumberdaya seperti dokter klinik)

30 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
A. Kematian Ibu dan Bayi

Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau
dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan,
oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan) (Depkes
RI, 2009).

Penyebab kematian ibu antara lain Perdarahan 42%, Eklampsi 13%, Komplikasi
Aborsi 11% , Infeksi 10% , Partus lama 9% dan Tidak diketahui 15%.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003, AKB sebesar
35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar
27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada MDG‟s 2015 sebesar 17/1000
kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi : Gangguan perinatal (34,7%), Sistem
pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%), Sistim pencernaan (4,3%) dan Tetanus (3,4%).

Penyebab kematian natara yaitu :


1. Kesanggupan dalam memberikan pelayanan gawat darurat
2. Keadaan gizi ibu hamil laktasi yang berkaitan dengan status social ekonomi
3. Kebodohan dan kemiskinan sehingga masih tetap beriorentasi pada pelayanan
tradisional
4. Penerimaan gerakan keluarga berencana, masih kuarang yang nyata dapat
menurukan AKI AKP
5. Masalah perilaku seksual terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki sehingga
mencari jalan pintas terminasi unadekuat

Penyebab kematian tidak langsung yaitu :


1. Rendahnya status perempuan Indonesia secara umum
2. Pekerjaan yang berat sekalipun sedang hamil tua karena harus ikut serta
menunjang kebutuhan social ekonomi keluarga.
3. Budaya komunal sehingga saat yang kritis masih memerlukan persetujuan
kepala keluarga, kepala desa, mereka yang disegani, sehingga terlambat untuk
mengambil keputusan.

31 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Upaya untuk dapat menurunkan AKI dan AKP adalah :
1. Mendekatkan pelayanan di tengah masyarakat dengan menempatkan bidan di
desa
2. Meningkatkan penerimaan KB sehingga ibu hamil makin berkurang serta
diikuti komplikasi yang makin menurun.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat umumnya.
4. Menyebarkan keberadaan ahli Obgin yang beriontrasi pada aspek sosialnya
5. Meningkatkan upaya rujukan, sehingga diterima di pusat pelayanan kesehatan
dalam keadaan masih optimal.

Untuk mencegah terjadinya kematian bayi, maka beberapa upaya yang dapat
dilakukan yaitu :

1. Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi.


2. Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh kembang.
3. Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.
4. Program manajemen tumbuh kembang balita sakit dan manajemen tumbuh kembang
balita muda.
5. Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan BBL dengan tepat.
6. Program asuh.
7. Keberadaan bidan desa.
8. Perawatan neonatal dasar, meliputi perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi
dengan metode kanguru, menyusui dini, usaha bernafas spontan, pencegahan infeksi,
penanganan neonatal sakit, audit kematian neonatal.

B. Kehamilan Remaja

Arus informasi menuju globalisasi mengakibatkan perubahan perilaku remaja yang


makin dapat menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya
meningkatnya kehamilan yang belum dikehendaki atau terjadi penyakit hubungan
seksual. Adapun dampak dari kehamilan remaja yaitu :
1. Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan sehingga dapat
menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.

32 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
2. Remaja berusia muda sedang menuntut ilmu akan mengalami sekolah sementara
atau seterusnya, dan dapat putus kerjaan yang baru dirintisnya.
3. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan
masyarakat.
4. Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri.
Langkah-langkah untuk mengendalikan sebelum terjadinya kehamilan pada remaja
adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kesehatan reproduksi dengan jalan melakukan hubungan seksual yang
bersih dan aman.
2. Menghindari multipartner (umumnya sulit dihindari)
3. Mempergunakan KB remaja, diantaranya kondom, pil, dan suntikan sehingga
terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan.
4. Memberikan pendidikan seksual sejak dini.
5. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan YME sesuai ajaran agama masing-
masing.
6. Segera setelah hubungan seksual mempergunakan KB darurat penginduksi haid
atau misoprostol dan lainnya.

C. Unsafe Abortion

Unsafe Abortion adalah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan tindakan


yang tidak steril serta tidak aman, secara medis. Di Indonesia diperkirakan sekitar 2-2,5
juta kasus gugur kandung terjadi setiap tahunnya. Sebagian besar masih dilakukan secara
sembunyi sehingga menimbulkan berbagai bentuk komplikasi ringan sampai meninggal
dunia. Sekalipun UU kesehatan No. 23 tahun 1992 telah ada tetapi masih sulit untuk
dapat memenuhi syaratnya. Pelaksanaan gugur kandung yang lebih liberal akan dapat
meningkatkan sumber daya manusia karena setiap keluarga dapat merencanakan
kehamilan pada saat yang optimal.

Akibat beratnya syarat yang harus dipenuhi dari UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992,
masyarakat yang memerlukan terminasi kehamilan akhirnya mencari jalan pintas dengan
minta bantuan dukun dengan risiko tidak bersih dan tidak aman. Pertolongan terminasi
kehamilan yang dilakukan secara illegal/sembunyi dengan fasilitas terbatas, dan

33 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
komplikasinya sangat besar (yaitu perdarahan-infeksi-trauma) dan menimbulkan
mortalitas yang tinggi. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari Aborsi adalah :
1. Gangguan psikis
2. Perporasi
3. Infeksi
4. Syok

Peran bidan dalam menangani Unsafe Abortion adalah memberikan penyuluhan


pada klien tentang efek-efek yang ditimbulkan dari tindakan unsafe abortion. Untuk
bidan atau nakes perlu disadari bahwa siapa saja yang melakukan tindakan aborsi tanpa
indikasi (ilegal) akan dijerat hukum denda dan hukuman kurungan serta perjanjian
kepada Tuhan yang Maha Esa.

D. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang diukur dalam
1 jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan (Depkes
RI, 2009). BBLR merupakan penyebab terjadinya peningkatan angka mortalitas
(kematian) dan morbiditas (kesakitan) pada bayi.

Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah
diantaranya: Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian
ASI, Infeksi, Ikterus dan Masalah perdarahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya BBLR adalah :

1. Upayakan ANC yang berkualitas, segera lakukan rujukan apabila ditemukan kelainan
2. Meningkatkan gizi masyarakat
3. Tingkatkan penerimaan gerakan KB
4. Tingkatkan kerjasama dengan dukun paraji

E. Tingkat Kesuburan

Tingkat fertilitas / tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (Pasangan
Usia Subur) merupakan salah satu masalah kebidanan komunitas yang perlu
mendapatkan perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh

34 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB. Peran
bidan adalah memberikan penyuluhan pada PUS tentang sistem reproduksi dalam
kehidupan suami-istri.

Tabel 1. Penyebab Infertilitas


Disengaja Tidak disengaja

Istri - cara-cara rakyat seperti irigasi air garam - Gangguan ovulasi misalnya karena kelainan
jenuh ovarium atau gangguan hormonal
- istibta berkala - Kelainan mekanis yang menghalangi pembuahan
- cara kimiawi berupa salep atau tablet seperti kelainan tuba , endometriosis ,stenosis
- cara-cara mekanik kanalis cervikalis atau hymen , flouralbus.
- KB

Suami - coitus interuptus - infeksi (prostatitis,epididimis,parotitis)


- kondom - ejakulasi retrogad
- sterilisasi - varikokel
- obat-obatan dan alcohol - panas dan radiasi
- kelainan congenital dan kromosom
- antibody antispermia
- disfungsi seksual
- gangguan sperma togenesis (aspermia,
hypospermia,necrospermia): misalnya karena
kelainan.penyakit testes,kelainan endokrin
- kelainan mekanis sehingga sperma tidak dapat
dikeluarkan ke dalam puncak vagina

Evaluasi pasangan interfile

Evaluasi pada pasangan infertile diarahkan kepada mengidentifikasi penyebab


infertilitas.riwayat yang bias di teliti bias membantu mengarahkan evaluasi, tetapi penting
mengatur hitung sperma, ada tidaknya evolasi dan patensi dari tuba fallopi sebelum memulai
sembarangan pengobatan.

Pada istri beberapa aspek yang perlu dievaluasi adalah:

- Riwayat mensturasi penting untuk menilai ovulasi.


- Pertumbuhan rambut yang abnormal menunjuk pada kemungkinan anovulasi sekunder
yang disebabkan kelainan androgen.
- Galaktorea menjadi indikasi produksi prolaktin berlebih
- Dispareunia dan nyeri panggul merupakan gejala infeksi dalam panggul atau
indometriosis
- Sembarang kontrasepsi yang pernah diterima

35 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
- Riwayat seksual meliputi persetubuhan dengan penis dalam vagina, dokumentasi tentang
ejakulasi, pemakaian sembarang obat pelican
- Pemeriksaan payudara untuk galaktorea dan mencari hersustisme.
- Menilai status estrogen wanita
- Mengukur suhu basal wanita untuk mengetahui ovulasi.
Yang perlu dievaluasi pada suami adalah :

- Analisa semen. Analisa semen yang normal harus memperlihatkan hitung sperma lebih
dari 20 juta/ml, yang bergerak lebih dari 60%. Volume sperma pria 3 -5 ml.pria tersebut
harus abstinentia selama 48 – 72 jam sebelum pengambilan specimen sperma dilakukan.
- Specimen dapat di tampung ke dalam sebuah bejana kaca atau kedalam mangkok
specimen khusus. Specimen dipertahankan pada suhu tubuh dan harus sudah dianalisa
dalam waktu 2 jam.
Untuk penilaian yang lebih jelas biasanya digunakan uji – coba pasca sanggama yang
dilakukan pada hari yang diperkirakan 2 -3 hari sebelum akan terjadi ovulasi. Lender servik
diperiksa dalam masa 8jam setelah persetubuhan.

Penanganan pada wanita dapat di bagi dalam 7langkah yang di gambarkan


sebagai berikut:

Langkah 1 : anamnesis

Adalah cara yang terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Banyak factor-
faktor penting berkaitan dengan inferilitas yang dapat ditanyakan pada pasiaen.

Anamnesis meliputi:

 Lama fertilitas
 Riwayat haid, evolusi dan dismenorhoe
 Riwayat sanggama, frekwensi sanggama, disperenia
 Riwayat komplikasi postpartum, abortus, KET, kehamilan terakhir
 Kontarsepsi yang pernah digunakan
 Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya
 Riwayat penyakit sistemik (TBC, DM, Troid)
 Pengobatan radiasi, sistostika, alkoholisme
 Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi

36 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
 Riwayat PID, PHS, Likorea
 Riwayat keluar ASI
 Pengetahuan kesuburan

Langkah II : analisis hormonal

Dilakukan bila dari hasil anamnese diketemukan riwayat, atau sedang mengalami gangguan
haid. Atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi.
Hiperprolaktinemia penyebab gangguan sekresi GnRH dengan akibatnya terjadi anovulasi.
Kadar normal prolaktin adalah 5 -25 ng/ml. pemeriksaan di lakukan pada antara jam 7 sampai
10 pagi. Bila di temukan kadar prolaktin >50 ng/ml disertai gangguan haid perlu dipikirkan
ada tumor di hipopisis.

Pemeriksaan gonadotropin dapat memberikan informasi tentang penyebab tidak terjadinya


haid.

Langkah III : Uji pasca sanggama

Tes ini dapat memberi informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks.

Untuk pelaksanaan uji pasca sanggama telah dijelaskan sebelumnya. Bila hasil UPS negatife,
maka perlu melakukan evaluasi kembali terhadap sperma. Hasil UPS yang normal dapat
menyingkirkan sebab infertilitas dari suami.

Langkah IV : Penilaian ovulasi

Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). SBB dikerjakan
setiap hari pada saat terjaga pada pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur ataupun makan
minum. Jika wanita siklus haidnya berovulasi, maka grafik akan memperlihatkan gambaran
bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran grafiknya monofasik.

Pada gangguan ovulasi indiopatik, yang menyebabkan tidak diketahui, indukasi ovulasi dapat
dicoba dengan memberikan estrogen ( fredback positif ) atau antistrogen ( fredback negative ).
Untuk fredback negative diberikan klomifen sitrat dosis 50 -100 ml, mulai hari ke-5 sampai hari
ke-9 siklus haid. Bila dengan pemberian estrogen dan klomifen sitrat tidak juga terjadi sekresi
gonadotropin, maka untuk pematangan polikel terpaksa diberikan gonodrofin dari

37 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
luar. Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan USG . bila diameter folikel mencapai 18
– 25 mm, berarti menunjukan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi.

Langkah V : pemeriksaan bakteriologi

Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan vorsio. Infeksi akibay clamydia
trachomatis dan gonokok sering menyebabkan sumbatan tuba. Bila di temukan riwayat
abrotsu terulang atau kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap TORCH.

Langkah VI : analisis fase luteal

Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat impalantasi dan keadaan
seperti inisering ditemukan pada unexplained infertility. Pengobatan insufisiensi korpus
luteum adalah dengan pemberian sediaan progesterone alamiah. Lebih diutamakan
progesterone intravagina dengan dosis 50 – 200 ml dari pada pemberian oral.

Langkah VII : Diagnosis tuba fallofi

Karena mungkin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, maka pemeriksaan tuba
menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormone dan anovulasi merupakan
penyebab tersering infertilitas. Untuk mengetahui kelainan pada tuba tersedia berbagai cara,
yaitu : uji insuflasi, histerosalpingografi, gambaran tuba fallopi secara sonografi, hidrotubasi
dan laparoskopi .penanganan pada tiap predisposisi infertilitas regantung pada penyebabnya.
Termasuk pemberian antibiotic untuk infertilitas yang di sebabkan oleh infeksi.

F. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Non Medis

Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih
memegang peranan yang sangat penting. Pertolongan persalinan oleh tenaga non
kesehatan yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa
disebut dukun paraji. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun
mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan
oleh tenaga non kesehatan.
Biasanya disebabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat kepada dukun masih
tinggi, rendahnya profesionalisme bidan dalam menolong persalinan, kurangnya

38 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
pendekatan personal antara bidan dan bumi, peran bidan dalam hal ini adalah lebih
meningkatkan kebersamaan dengan anggota masyarakat meningkatkan profesionalisme
dalam bidang pertolongan persalinan / ilmu kebidanan .
Penyebab masih banyaknya pertolongan persalinan oleh dukun adalah otonomi
daerah sangat bervariasi, sarana yang tersedia belum sesuai standar, belum semua
petugas kompeten, sistem rujukan belum berjalan dengan baik, belum semua kab/kota
melaksanakan Audit Maternal Perinatal (AMP) non-medis, dan belum semua desa
mempunyai tenaga bidan.

G. Penyakit Menular Seksual (PMS)

PMS adalah infeksi yang ditularkan melalaui hubungan seksual. Umumnya mata
rantai penularan PMS adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian
kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS yang banyak ditemui
Gonorrhoe, Sifilis, Trikomoniasis, Herpes simplek, HIV / AIDS.

Peran bidan adalah memberikan penyuluhan tentang resiko yang ditimbulkan akibat
seks bebas yang dilakukan bukan dengan pasangan yang sah terutama dengan PSK,
penyuluhan tentang penggunaan kondom dalam kondisi tertentu. Perilaku dan sosial
budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan di komunitas.

H. Perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada Pelayanan Kebidanan


Komunitas

Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor determinan pada derajat kesehatan.
Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di
komunitas diantaranya adalah sebagi berikut :

a. Health Believe, tradisi-trasisi yang diberlakuakn secara turun temurun


dalampemberian makanan bayi.
b. Life style, gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan.
c. Health seeking behavior, salah satu bentuk perilaku social budaya yang memercayai
apabila seseorang sakit tidak perlu kepelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan
membeli obat warung,atau mendatangi dukun.

39 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

ASUHAN KEBIDANAN DI MONUNITAS DENGAN FOKUS MAKING


PREGNANCY SAFER

A. Asuhan Antenatal
1. Manajemen Antenatal Care
Manajemen asuhan antenatal merupakan langkah alamiah dan sistematis dengan tujuan
mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat sesuai dengan standar yang berlaku.
2. Standar Asuhan
Pelayanan atau asuhan standar meliputi 14T antara lain
a) Timbang berat badan,
b) Ukur tekanan darah,
c) Ukur tinggi fundus uteri,
d) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan,
e) Pemberian imunisasi TT,
f) Pemeriksaan Hb,
g) Pemeriksaan VDRL,
h) Perawatan payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara,
i) Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil,
j) Temui wicara dalam rangka persiapan rujukan,
k) Pemeriksaan protein urine atas indikasi ,
l) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi,
m) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok,
n) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria.
3. Standar Alat
Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi peralatan steril dan tidak steril,
bahan-bahan habis pakai, formulir yang disediakan, dan obat-obatan.
1) Peralatan tidak steril
a. Timbangan dewasa
b. Pengukuran tinggi badan
c. Sphygmomanometer (tensi meter)

40 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
d. Stetoskop
e. Funandoskop
f. Termometer aksila
g. Pengukur waktu
h. Senter
i. Reflek hammer
j. Pita pengukur lingkar lengan atas
k. Pengukur Hb
l. Medline
m. Bengkok
n. Handuk kering
o. Tabung urine
p. Lampu spiritus
q. Reagen untuk pemeriksaan urine
r. Tempat sampat
2) Peralatan Steril
a. Bak Instrumen
b. Spatel lidah
c. Sarung tangan (handescoen)
d. Spuit atau jarum
3) Bahan-bahan habis pakai
a. Kassa bersih
b. Kapas
c. Alkohol 70%
d. Larutan klorin
4) Formulir yang disediakan
a. Buku KIA
b. Kartu status
c. Formulir rujukan
d. Buku register
e. Alat tulis kantor
f. Kartu penapisan dini
g. Kohort ibu atau bayi

41 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
5) Obat-obatan
a. Golangan roborantia (vitamin B6 dan B complek)
b. Tablet zat besi
c. Vaksin TT
d. Kapsul yodium
e. Obat KB

B. Asuhan Intranatal
1. Persiapan Bidan
Meliputi Kemanpuan, keterampilan dan Kepribadian.
2. Persiapan Rumah dan Lingkungan
. 1) Situasi dan kondisi yang perlu diketahui oleh keluarga, yaitu:
a. Apakah rumah cukup aman dan hangat?
b. Apakah tersedia ruangan yang akan digunakan untuk menolong persalinan?
c. Apakah tersedia air mengalir?
d. Apakah kebersihannya terjaga?
e. Apakah tersedia telepon atau media komunikasi lainnya?
2) Apabila persalinan akan dilakukan dirumah, tugas bidan adalah mengecek
rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu. Rumah harus memenuhi
persyaratan diantarannya:

a. Ruangan sebaiknya cukup luas;


b. Adanya penerangan yang cukup;
c. Tempat nyaman;
d. Tempat tidur yang layak untuk pertolongan persalinan.
3. Persiapan Alat/bidan Kit
Perlengkapan peralatan yang harus disiapkan oleh keluarga untuk melakukan persalinan
di rumah meliputi komponen-komponen berikut ini.
1. Persiapan untuk pertolongan persalinan:
a. Waskom;
b. Handuk kering dan bersih;
c. Selimut;
d. Pakaian ganti;

42 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
e. Pembalut;
f. Kain pel;
2. Persiapan untuk bayi:
a. Handuk bayi;
b. Tempat tidur bayi;
c. Botol air panas untuk menghangatkan alas;
d. Pakaian bayi;
e. Selimut bayi.
3. Jika akan melahirkan dirumah, pasien dianjurkan untuk memilih kamar yang terbaik
untuk bersalin.
4. Sediakan perlak berukuran sekitar 1,5 M sebagai alas tempat tidur bersalin.
5. Lampu yang cukup terang jika ternyata melahirkan dimalam hari..
6. Dua baskom, 1 untuk cuci tangan dan lainnya berisi air hangat untuk memandikan
bayi.
7. Sabun cuci tangan dan sabun bayi.
8. Minyak adas, minyak kelapa, untuk membersihkan lemak-lemak yang melekat pada
tubuh bayi.
4. Manajemen Intranatal Care
Manajemen asuhan intranatal di rumah di bagi dalam empat tahap sesuai dengan
tahap yang ada dalam persalinan, yaitu kala I, II, III, dan IV
Pemberian asuhan persalinan kala I bertujuan untuk memberikan pelayanan
kebidanan yang memadai dalam pertolongan persalinan yang bersih dan aman.
Manajemen asuhan persalinan kala II bertujuan untuk memastikan proses persalinan
aman, baik utuk ibu maupun bayi
Asuhan persalinan pada kala III merupakan hal penting, menginngat salah satu
penyebab kematian iu adalah perdarahan. Oleh karena itu, dalam asuhan kala III ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu bidan sebagai penolong persalinan harus
terlatih dan terampil melakukan manajemen aktif kala III, Asuhan persalianan kala III
diberikan dengan tujuan untuk membantu mengeluarkan plasenta dan selaput janin secara
lengkap, mengurangi kejadian perdarahan pasca-salin, memperpendek kala III, mencegah
terjadinya komplikasi, dan mencegah terjadinya retensio plasenta

43 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Asuhan persalinan kala IV merupakan asuhan yang mencakup pada pengawasan satu
sampai dua jam setelah plasenta lahir. Pada kala ini tidak menutup kemungkinan terjadi
perdarahan dan antonia uteri.

Persalinan merupakan proses alamiah, akan tetapi dalam prosesnya tidak


menutup kemungkinan terjadi komplikasi-komplikasi atau kegawatdaruratan.
Beberapa tindakan yang harus dilakukan bidan apabila menghadapi kasusu
kegawatdaruratan persalinan adalah sebagai berikut:

a. Jangan menunda-nunda untuk melakukan rujukan


b. Mengenali masalah dan memberikan intruksi dengan tepat
c. Selama proses merujuk atau menunggu kedatangan dokter, lakukan pendampingan
secara terus-menerus. Tetap berada disamping ibu dan berikan pertolongan
kegawatdaruratan secara tepat
d. Lakukan observasi dan catat denyut nadi setiap 5 menit dan tekanan darah setiap 15
menit
e. Rujuk dengan segera apabila terjadi fetal distress atau persalinan memanjang
f. Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat kasus dengan
singkat.

C. Asuhan Post Partum di Rumah


1. Tujuan Asuhan Masa Nifas antara lain :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatandiri, nutrisi, KB, cara
dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.
2. Peran dan Tanggung jawab bidan pada masa nifas :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.

44 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan
mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkkan
diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
priodenifas.
8. Memberikan asuhan secara professional.
3. Kebijakan Program Nasional pada masa nifas
Kebijakan program nasional pada post partum yaitu paling sedikit empatkali melakukan
kunjungan pada post partum
1. Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu
melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca
salin keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian
ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal
pada saat 24 jam pasca salin.
2. Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa
melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala,
3. Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca dimana untuk teknis
pemeriksaannya sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua.
4. Untuk kunjungan yang ke empat dilakukan setelah 4-6 minggu pasca persalinan dan
lebih difokuskan pada penyulit dan juga keadaan laktasinya.
4. Pelaksanaan asuhan masa nifas dirumah
1. Kebersihan diri
2. Istirahat
3. Gizi
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang

45 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
e. Buah 1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter perhari (8 gelas sehari)
i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j. Minum kapsul vitamin A

4. Menyusui
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah 1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter perhari (8 gelas sehari)
i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j. Minum kapsul vitamin A
5. Lochea
Pembagian lochea antara lain:
a. Lochea rubra (1-3 hari pospartum): warna merah segar dan berisi gumpalan
darah, sisa selaput ketuban, sisa vernik, lanugo.
b. Lochea sanguolenta (3-7 hari postpartum): berwarna kekuning-kuningan, berisi
serum.
c. Lochea alba (14-40 hari postpartum): berwarna putih.
6. Involusi uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi
dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat
dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil
sehingga akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
7. Senggama

46 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti,
ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Memulai hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.

8. Keluarga berencana.

D. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita


Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan bayi, sehingga cepat
mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan
stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan
kesehatan dapat terpenuhi.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :


a. Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1 s.d 4, Hepatitis B1 s/d 3, dan Campak).
b. Stimulasi deteksi intervensi tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
c. Pemberian vitamin A 100.000 IU 6-11 bulan).
d. Konseling ASI Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI.
e. Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di rumah.
f. Penanganan dan rujukan kasus.
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan terhadap anak yang
berumur 12-59 bulan yang sesuai dengan standar oleh tenaga keshatan, ahli gizi,
penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sector lain, yang meliputi :
a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam buku KIA/KMS,
dan pelayanan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) serta
mendapat Vitamin A 2 kali dalam setahun.
b. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus,
bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali per tahun (setiap 6 bulan).
c. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak balita minimal
2 kali per tahun.
d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.

E. Pelayanan Kontrasepsi

47 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta
menghentikan kesuburan.

Pelayanan kontrasepsi mempunyai tujuan pemberian dukungan dan pemantapan


penerimaan gagasan KB dan penurunan angka kelahiran yang bermakna.
Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain:
1. Metode sederhana
a. Tanpa alat
 Pantang berkala
 Metode kalender
 Metode suhu badan basal
 Metode lendir serviks
 Metode simpto-termal
 Coitus interruptus
b. Dengan alat
 Mekanis (barrier)
· Kondom pria
· Barier intra vaginal antara lain : diafragma, kap serviks, spons, dan kondom wanita.
 Kimiawi
· Spermisid antara lain: vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria,
vaginal tablet, dan vaginal soluble film.
2. Metode modern
a. Kontrasepsi hormonal
 Pil KB
 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) / IUD (Intra Uterine Devices)
 Suntikan KB
 Susuk KB
b. Kontrasepsi mantap
 Medis Operatif Pria (MOP)
 Medis Operatif Wanita (MOW).

 MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori


ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.

48 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
 Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam
kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode
yang termasuk dalam MKJP.

F. Pertolongan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatus di Komunitas

Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap semua pasien yang
memerlukan perawatan yang tidak direncanakan dan mendadak atau terhadap pasien
dengan penyakit atau cidera akut untuk menekan angka kesakitan dan kematian pasien.
Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal
yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya. membahas tentang fenomena dan
penatalaksanaan kehamilian, persalinan, peurperium baik dalam keadaan normal maupun
abnormal.
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4 minggu atau
28 hari setelah lahir).
1. Macam macam Kegawatdaruratan obstetrik :
a) Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan, Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia
kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya
amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan
plasenta dan kemungkinan kematian janin.
b) Mola hidatidosa
Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam
rahim yang terjadi pada awal kehamilan. Mola Hidatidosa adalah kehamilan
abnormal, dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Mola
hidatidosa juga dihubungkan dengan edema vesikular dari vili khorialis plasenta dan
biasanya tidak disertai fetus yang intak.
Penyebab gangguan ini adalah pembengkakan/edematosa pada villi (degenerasi
hidrofik) dan proliferasi trofoblast.

49 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Terapi pada gangguan ini adalah segera merawat pasien di rumah sakit, dan pasien
diberi terapi oksitosin dosis tinggi, pembersihan uterus dengan hati-hati, atau
histerektomi untuk wanita tua atau yang tidak menginginkan menambah anak lagi,
transfusi darah dan anti biotika.
c) Kehamilan ektopik (terganggu).
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar
endometrium kavum uteri.
Penyebab gangguan ini adalah terlambatnya transport ovum karena obstruksi mekanis
pada jalan yang melewati tuba uteri. Kehamilan tuba terutama di ampula, jarang
terjadi kehamilan di ovarium.

d) Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada atau di dekat
serviks. Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan
antepartum sebelum tersedia persiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo
secara hati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis servisis
atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi, atau trauma). Meskipun
demikian, adanya kelainan di atas tidak menyingkirkan diagnosis plasenta previa.
e) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal pada
uterus sebelum janin dilahirkan.
f) Ruptura uteri
Perdarahan dapat terjadi intra abdominal atau melalui vagina kecuali jika kepala janin
menutupi rongga panggul. Perdarahan dari rupture uteri pada ligamentum latum tidak
akan menyebabkan perdarahan intraabdominal.
g) Retensio plasenta- plasenta inkompletus
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir, jadi bisa kita simpulkan, Retensio plasenta
adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit atau lebih setelah
bayi lahir. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya plasenta tidak lahir spontan dan
tidak yakin apakah plasenta lengkap atau tidak.
h) Perdarahan Post partum

50 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Perdarahan pasca salin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan,
sementara pasca salin sekunder adalah perdarahan pervagina yang lebih banyak dari
normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan. Perdarahan pascasalin
adalah perdarahan >500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi mempengaruhi
hemodiamika ibu.
i) Syok
Syok adalah suatu kondisi dimana terjadi kegagalan pada system sirkulasi untuk
mempertahankan perkusi yang adekuat ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu
kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif.
Penyebab syok pada kasus gawat darurat obstetric biasanya adalah perdarahan (syok
hipovolemik), sepsis (syok seotik), gagal jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri (syok
neurogenik), alergi (syok anafilaktik).

j) PEB/Eklamsia
PreEklampsia sering juga disebut toksemia, adalah ketika seorang wanita hamil
mengembangkan tekanan darah tinggi dan adanya proteinuria selama kehamilan.
Sedangkan Eklamsia adalah merupakan penyakit akut dengan kejang-kejang dan
koma pada wanita hamil dan wanita dalam masa nifas disertai dengan hipertensi,
edema, dan proteinuria.
Setidaknya Mempengaruhi 5 persen dari seluruh kehamilan, itu merupakan kondisi
yang kompleks ditandai dengan tekanan darah tinggi, pembengkakan pada tungkai
atau wajah, dan adanya protein dalam urin. Penanganan preeklampsia berat dan
eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah
timbulnya kejang pada eklampsia.

2. Macam macam kegawatdaruratan Neonatus :


a) Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.

51 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir.
b) Hipotermi
0
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 36 C atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer
0
ukuran rendah (low reading termometer) sampai 25 C. Disamping sebagai suatu
gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi
hipoksia).
c) BBLR
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gr.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ; Faktor ibu (Toksemia
gravidarum, Pendarahan antepartum, Trauma fisik dan psikologis, Nefritis aktif,
Diabetes melitus), Faktor usia (Usia < 16 tahun , Usia > 35 tahun , Multigravida yang
jarak lahirnya terlalu dekat), Keadaan sosial (Golongan sosial ekonomi rendah,
Perkawinan yang tidak sah), Sebab lain (Ibu yang perokok, Ibu peminum alkohol, Ibu
pecandu narkotika), Faktor janin (Hidramnion, Kehamilan ganda, Kelainan
kromosom), Faktor lingkungan (Tempat tinggal daratan tinggi, Radiasi dan zat zat
racun).
d) Prematur
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan
37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir.
Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama
diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan
terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.

52 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

SISTEM RUJUKAN KEBIDANAN

A. Pengertian dan Jenis Rujukan

Rujukan Kebidanan adalah pemindahan tanggung jawab terhadap kondisi pasien ke


fasilitas pelayanan yg lebih memadai (tenaga, pengetahuan, obat, ataupun peralatan).

Rujukan Kebidanan adalah suatu pelimpahan tanggug jawab timbal balik atas
kasus/masalah kebidanan yg timbul baik secara vertikal maupun horizontal.

Jenis Rujukan antara lain Rujukan medik dan rujukan kesehatan.

Rujukan Medik :

• Rujukan suatu kasus baik horizontal maupun vertikal

• Jenisnya antara lain

- Transfer of patient yaitu konsultasi penderita utk keperluan diagnostik,


pengobatan, dll.
- Transfer of specimen yaitu pengiriman specimen utk pemeriksaan lab.
- Transfer of knwoledge/ personal yaitu pengiriman tenaga yg lbh kompeten utk
peningkatan mutu layanan.

Rujukan Kesehatan :

• Hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan/ specimen ke fasilitas kesehatan


yang lebih berkompeten.

• Rujukan yang sifatnya preventif dan promotif.

• Mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

B. Persiapan dan Mekanisme Rujukan

Persiapan Rujukan antara lain :

53 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
• B (Bidan) dalam arti seharusnya didampingi oleh bidan,

• A (Alat), membawa peralatan,

• K (Keluarga), keluarga harus diberitahu tentang kondisi pasien,

• S (Surat), memberikan surat ke tempat rujukan, meliputi uraian rujukan,

• O (Obat), bawa obat-obat esensial,

• K (Kendaraan), gunakan kendaraan yg memungkinkan,

• U (Uang), ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup,

• Do‟a (Do‟a), bersama keluarga untuk terus berdo‟a.

Mekanisme rujukan antara lain :

1) Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan Puskesmas,

2) Menentukan tempat tujuan rujukan,

3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga,

4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan,

5) Persiapan penderita meliputi stabilisasi & surat rujukan,

6) Pengiriman penderita dengan transportasi yg memadai,

7) Tindak lanjut penderita jika penderita telah dikembalikan.

C. Hirarki Pelayanan Kesehatan

1) Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer, Contohnya : Puskesmas & jaringannya, Bidan


Praktik Mandiri, Klinik Bersalin.

2) Pelayanan Kesehatan Tingkat Sekunder, Contohnya : RSU Pemerintah/Swasta setara


dengan RSU kls D, C, dan B Non Pendidikan, termasuk RS Bersalin, serta Rumah
Sakit Ibu dan Anak (RSIA).

3) Pelayanan Kesehatan Tingkat Tersier, Contohnya : RSU Pemerintah/Swasta setara


dengan RS Khusus tipe A, kelas B pendidikan.

54 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
D. PONED & PONEK

Pengertian Puskesmas PONED ) Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri & Neonatal


Emergensi Dasar ).

 Puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk melakukan


penanganan kegawat daruratan obstetri dan neonatal dasar.
 Puskesmas PONED merupakan Puskesmas yang siap 24 jam.
 Sebagai tempat rujukan atau rujukan antara kasus kegawat daruratan obstetri &
neonatal dari Polindes dan Puskesmas.
 Memiliki tenaga kesehatan / tim PONED yang terdiri dari Dokter, Bidan, Perawat
terlatih.

Rumah Sakit PONEK (Rumah Sakit dengan Pelayanan Obstetri & Neonatal
Emergensi Komprehensif ) memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Pelayanan Obstetri Komprehensif.

• Pelayanan obstetri emergensi dasar,

• Tranfusi darah,

• Bedah Caesar.

• Pelayanan neonatal emergensi dasar,

• Pelayanan neonatal intensif.

E. Rujukan Pasien Pada Kasus Patologis

Indikasi Rujukan antara lain :

1. Riwayat SC
2. Perdarahan pervaginam
3. Persalinan kurang bulan (UK < 37 mg)
55 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
4. Ketuban pecah dgn mekonium kental
5. Ketuban pecah lama (> 24 jam)
6. Ketuban pecah pd persalinan krg bulan
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Preeklamsia/ hipertensi dlm kehamilan
11. TFU > 39 cm
12. Primipara pd fase aktif kepala masih 5/5
13. Presentasi bkn belkep
14. Gemelli
15. Presentasi majemuk
16. Tali Pusat menumbung
17. Syok.

F. Konsep Rujukan Neonatus

Bayi Dengan Resiko Tinggi :

1. Prematur / BBLR
2. Umur kehamilan < 37 minggu
3. Bayi dgn riwayat apneu
4. Bayi dgn kejang berulang
5. Sepsis
6. Asfiksia berat
7. Bayi dgn gangguan perdarahan
8. Bayi dgn gangguan nafas

Identifikasi Ibu Dengan Kehamilan Berisiko :

1. KPD
2. Amnion tercemar mekonium
3. Kelahiran prematur < 37 minggu
4. Kelahiran postmatur > 42 minggu
5. Toksemia
56 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
6. Sungsang
7. Primigravida muda (< 17 th)
8. Primigravida tua (>35 th)
9. Kehamilan kembar
10. Ketidakcocokan golda
11. Hipertensi
12. Penyakit jantung
13. Penyakit ginjal pada ibu
14. Dicurigai ada kelainan bawaan
15. Ibu demam/ sakit
16. Perdarahan ibu
17. Kecanduan obat – obatan
18. Penyakit epilepsi pada ibu
19. Komplikasi obstetri lain.

57 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS

A. Peran Serta masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan merupakan proses dimana


individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta ikut mengambil tanggung
jawab atas kesehatan diri, keluarga dan masyarakat (DepKes RI, 1991).

Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan


berdasarkan gotongroyong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka
sendiri mereka sendiri mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan
masyarakat,baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan
kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan
mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat (Rita, 2009).

Prinsipnya : mengutamakan masyarakat, berbasis pengetahuan masyarakat, dan


melibatkan seluruh anggota masyarakat dengan memperhatikan tipologi PSM.

Pendekatan Edukatif dalam PSM secara umum adalah rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu,
kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan
masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat.

Pendekatan edukatif secara khusus merupakan model dari pelaksanaan organisasi


dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan pokok penekanan pada
hal-hal berikut:

1) Pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah


2) Pengembangan provider merupakan bagian dari proses perkembangan
masyarakat secara keseluruhan (Syafrudin, 2009).

B. Gerakan Sayang Ibu

Gerakan sayang ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas


perempuan ,khususnya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang
58 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya
manusia dengan meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian dalam upaya
integratif dan sinergis.

GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (white ribbon alliance) yaitu suatu
aliiance yang ditunjukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal karena
kehamilan dan melahirkan. Pita Putih merupakan simbol kepedulian terhadap
keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi, dan masyarakat yang
bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan yang aman bagi setiap
wanita (Syafrudin, 2009).

Tujuan Gerakan Sayang Ibu, yaitu :

a. Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan nifas serta
menurunkan angka kematian ibu.
b. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai infeksi menular
seksual (IMS).
c. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan
kehamilan, proses melahirkan yang sehat, pemberian ASI eksklusif, dan perawatan
bayi
d. Memantapkan komitmen dan dukungan terhadap gerakan sayang ibu.
e. Meningkatkan kepedulian dan dukungan sektor terkait terhadap upaya-upaya
penanggulangan penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.
f. Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakatan dalam mengembangkan dan
membangun mekanisme rujukan, sesuai dengan kondisi daerah.
g. Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta (LSM,
organisasi kemasyarakatan, organisasi dan profesi) dalam perencanaan, dan
pelaksanaan di tingkat kelurahan dan kecamatan.
h. Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
dalam pelayanan kesehatan yang aman, ramah, dan nyaman bagi ibu dan bayi.

C. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

59 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
UKBM merupakan Upaya Kesehatan yang direncanakan, dibentuk dikelola dari,
oleh dan untuk masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan. Prinsip dari
UKBM adalah :
1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat
2) Mengembangkan gotong royong masyarakat.
3) Menggali kontribusi masyarakat.
4) Menjalin kemitraan
5) Desentralisasi

Jenis-jenis UKBM yaitu :


1) Posyandu
2) Polindes
3) Pos Obat Desa (POD)
4) Pos Gizi
5) Pos Penyuluhan KB
6) Pos Kesehatan Pesantren
7) Saka Bakti Husada
8) Dana Sehat.

D. Desa/Kelurahan Siaga

1. Pengertian Desa Siaga


Desa siaga adalah desa yg penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
Desa yang dimaksud disini dapat berarti kelurahan atau istilah – istilah lain bagi
kesatuan masyarakat hokum yang memilki batas- batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negeri
Kesatuan Republik Indonesia.
SI = SIAP, yaitu : pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi
ibu dan siap donor darah, siap memberikan bantuan kendaraan untuk rujukan, siap
membantu pendanaan, dan bidan wilayah kelurahan selalu sipa memberikan pelayanan.

60 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
A = ANTAR, yaitu : warga desa, bidan wilayah dan komponen lainnya dengan cepat
dan sigap mendampingi dan mengantar ibu yang akan melahirkan bila memerlukan
tindakan gawat darurat.
GA = JAGA, yaitu : menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan dan menjaga
kesehatan bayi yang baru dilahirkan.
Penduduknya dapat mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan
perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan shg masy menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Tujuan Desa Siaga

Tujuan umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya.
Tujuan khusus
a) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan.
b) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.(bencana, wabah,
kegawat-daruratan dan senagainya)
c) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih
dan sehat.
d) Meningkanya kesehatan lingkungan di desa.
e) Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri
sendiri di bidang kesehatan

3. Kriteria Desa Siaga Aktif

a. Kepedulian Pemerintahan Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap


Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan
Forum Desa dan Kelurahan.
b. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.

61 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
c. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka
atau memberikan pelayanan setiap hari .
d. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan, (b) survailans berbasis masyarakat, (c) penyehatan
lingkungan.
e. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta
dari masyarakat dan Dunia Usaha
f. Peran serta aktif masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
g. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
h. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) rumah tangga di desa atau
kelurahan.
Desa siaga aktif merupakan desa yang sudah dibentuk dan dikembangkan
mewujudkan desa siaga dan sudah mengarah ke pentahapan pengembangan desa
dan kelurahan siaga aktif (sesuai ketentuan Kep.Menkes
No.1529/Menkes/SK/X/2010 ttg pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
4. Komponen Yang Berperan
a. Bidan dikelurahan

b. Fasilitator masyarakat

c. Puskesmas

d. Perangkat desa

e. Tokoh masyarakat

f. Tokoh agama

5. Tahapan Desa Siaga

Agar sebuah desa menjadi Desa Siaga maka desa tersebut harus memiliki forum
desa/lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana/ akses pelayanan
kesehatan dasar. Dalam pengembangannya Desa Siaga akan meningkat dengan
membagi menjadi 4 Kriteria Desa Siaga :

62 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
 Tahap bina
 Tahap Tumbuh
 Tahap Kembang
 Tahap Paripurna

6. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan upaya pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari


empat kelompok indikatornya,yaitu :

 Indikator Masukan
 Indikator Proses
 Indikator Keluaran dan
 Indikator dampak

Adapun uraian untuk masing-masing indicator adalah sebagai berikut :

1.Indikator Masukan.
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan
telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga ,indictor masukan terdiri atas
hal-hal berikut :
a. Ada/tidaknya forum Masyarakat Desa
b. Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan peralatannya.
c. Ada/tidaknya UKBM Yang di butuhkan masyarakat.
d. Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)
e. Ada /tidaknya kader aktif
f. Ada /tidaknya sarana bangunan /poskesdes sebagian pusat pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
g. Ada/tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai maasyarakat yang di
manfaatkan untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis masyarakat
missal :kentongan ,bedug.dll

2.Indikator Proses

63 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga indikator proses
terdiri atas hal-hal sebagai berikut :
a. Frekkuensi pertumuan forum Masyarakat Desa
b. Berfungsi tidaknya UKBM poskesdes
c. Ada tidaknya pembinaan dari puskesmas PONED
d. Berfungsi /tidaknya UKBM yang ada
e. Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan
kegawatdaruratanya dan bencana
f. Berfungsi/tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat
g. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarzi dan PHBS
h. Ada/tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga

3.Indikator keluaran
Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan
yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembanganDesa Siaga Indikator
Keluaran terdiri atas hal-hal berikut :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar (utamanya KIA )
b. Cakupan pelayanan UKBM –UKBM lain
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan dilporkan
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan
PHBS
e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat.

4.Indikator Dampak.
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seeberapa besar dampak dari
hasil kegiatan desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga .Indikator proses terdiri
dari atas hal-hal sebagai berikut.
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
d. Jumlah balita dengan gizi buruk
e. Tidak terjadinya KLB penyakit
f. Respon cepat masalah kesehatan

64 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
65 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

MENGGERAKKAN DAN MENINGKATKAN PERAN SERTA MASYARAKAT

A. Pembinaan Dukun Bayi

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat
untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat
(Dep Kes RI. 1994 : 2).
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita
yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara
tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar
secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta
melalui petugas kesehatan.

Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh
tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
2. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Peran Dukun Bayi

1. Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan


oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan diantaranya bersalin dengan bidan karena bidan :
a. Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat memberikan
pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu
selama proses persalinan berlangsung.
b. Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.
c. Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat dengan
benar
d. Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya dalam
persalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara tepat.
2. Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya
66 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
3. Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya.

Program pembinaan dukun bayi meliputi :


1. Fase I : Pendaftaran dukun
a) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar.
b) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka
dalam penanganan kehamilan dan persalinan.
2. Fase II : Pelatihan
a) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assesment.
b) Diberikan sertifikat.
c) Dilakukan penataan kembali tugas dan wewenang dukun dalam pelayanan
kesehatan ibu.
d) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek.
3. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
a) Persalinan hanya boleh ditolong oleh tenaga terlatih.
b) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak/keluarga dukun.

B. Pembinaan Kader

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat
departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan
anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan
menghitung secara sedarhana.

Pembinaan kader di komunitas meliputi :


1) Pemberitahuan Ibu Hamil Untuk Bersalin Ditenaga Kesehatan ( Promosi Bidan Siaga)
2) Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas Serta Rujukan
3) Penyuluhan Gzi Dan Keluarga Berencana

67 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
4) Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu/ Bayi
5) Promosi Kesehatan, Tabulin, Donor Darah Berjalan, Ambulan Desa, Suami Siaga

C. Pengembangan Wahana dan Forum PSM

1) Posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan
masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas
kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategi untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini ( Eny Retna, 2009).
2) Polindes
Polindes merupakan salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat )
yang didirkan masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai
kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA
– KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kemampuan Bidan.

3) KB / KIA
KB/KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang anggotanya
meliputi ibu hamil dan menyusui.
4) Dasa Wisma
Dasawisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang bertetangga.
Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga. Bentuk kegiatannya
seperti arisan, pembuatan jamban, sumur, kembangkan dana sehat [ PMT, pengobatan
ringan, membangun sarana sampah dan kotoran ]
Dasawisma atau kelompok persepuluh merupakan salah satu pembinaan wahana
peran serta masyarakat dibidang kesehatan secara swadaya di tingkat keluarga. Salah
satu dari anggota keluarga pada kelompok persepuluh dipilih untuk dijadikan ketua
kelompok atau penghubung/Pembina. Bidan desa dijadikan sebagai Pembina yang
bertugas melakukan pembinaan secara berkala dan menerima rujukan masalah
kesehatan.
5) Tabulin

68 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Tabulin adalah tabungan social yang dilakukan oleh calon pengantin, ibu hamil dan
ibu yang akan hamil maupun oleh masyarakat untuk biaya pemeriksaankehamilan dan
persalinan serta pemeliharaan kesehatan selama nifas. Penyetoran tabulin dilakukan
sekali untuk satu masa kehamilan dan persalinan ke dalam rekening tabulin.
6) Donor Darah Berjalan
Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakuakan Departemen
Kesehatan dalam hal ini derektorat Bina Kesehatan ibu. Melalui program
pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat
penurunan AKI.
Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bias dipanggil.
Termasuk kerja mobil dan swasta terkait sediaan darah lewat program yang mereka
buat (Retna, 2009).
7) Ambulan Desa
Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling
peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan
yang berbentuk alat transportasi.
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat di gunakan untuk
menghatarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat
pelayanan kesehatan (Retna, 2009).

69 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

PEMANTAUAN KEGIATAN MENGGUNAKAN PWS-KIA

PWS-KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.

Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita.

Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk
tindak lanjut.

A. Tujuan dan Prinsip PWS-KIA


Tujuan dari PWS-KIA yaitu :
1)Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di setiap
wilayah kerja.
2)Memantau pelayanan KIA secara Individu Via Kohort
3)Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator
4)Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA
5)Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang
ditetapkan.
6)Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas.
7)Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya
8)Meningkatkan peran LPLS dalam penggerakan sasaran
9)Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat
Prinsip pengelolaan PWS-KIA yaitu :
1) Peningkatan pelayanan ANC standar
2) Peningkatan pertolongan persalinan oleh Nakes kompeten diarahkan ke fasilitas
kesehatan.
3) Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.

70 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
4) Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5) Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6) Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
8) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
9) Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

B. Batasan dan Indikator Pemantauan


1) Cakupan K1/ K4
2) Cakupan pertolongan persalinan oleh Nakes
3) Cakupan ibu nifas
4) Cakupan neonatus
5) Cakupan neonatus (KN lengkap)
6) Cakupan ibu hamil, bersalin dan nifas dengan factor risiko/komplikasi dideteksi oleh
masyarakat
7) Cakupan kasus komplikasi obstetri yang ditangani
8) Cakupan neonatus dengan komplikasi ditangani
9) Cakupan bayi 29 hari – 12 bulan 4 kali
10) Cakupan anak balita (12 – 59 bulan) 8 kali
11) Cakupan anak balita sakit r
12) Cakupan peserta KB aktif

C. Pengumpulan, Pencatatan dan Pengolahan Data Dasar PWS

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS KIA .
Data yang dicatat per desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat puskesmas
akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi . Data yang diperlukan dalam

71 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan. Proses pengumpulan data sasaran
sebagai berikut :

a) Jenis data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah Data sasaran :
 Jumlah seluruh ibu hamil
 Jumlah seluruh ibu bersalin
 Jumlah ibu nifas
 Jumlah seluruh bayi
 Jumlah seluruh anak balita
 Jumlah seluruh PUS

 Jumlah K1
 Jumlah K4
 Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
 Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
 Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 6 – 48
jam
 Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap (KN
lengkap)
 Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan fa ctor risiko/komplikasi yang
dideteksi oleh masyarakat
 Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
 Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
 Jumlah bayi 29 hari – 12 bulan yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sedikitnya 4 kali
 Jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sedikitnya 8 kali
 Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar
 Jumlah peserta KB aktif

72 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
b) Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang dihitung
berdasarkan rumus yang diuraikan dalam BAB III. Berdasarkan data tersebut, Bidan
di Desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan pencatatan
sasaran di wilayah kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
 Register kohort ibu
 Register kohort bayi
 Register kohort anak balita
 Register kohort KB

2. Pencatatan
a) Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan.
Seorang Bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun bersalin/bayi,
membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan, rumah serta setiap
waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya ibu yang hamil,
neonatus dan anak balita.
Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi
yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan
anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil
dipasang stiker P4K di depan rumahnya. Selain itu data sasaran juga dapat
diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran yang berasal dari lintas program dan
fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.
b) Data pelayanan
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di dalam kartu
ibu, kohort Ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku
KIA. Pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan.
Pencatatan tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus
kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan anak di
desa/kelurahan tersebut, antara lain nama dan alamat ibu yang tidak datang
memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang belum
diterima para ibu, penimbangan anak dan lain lain.
73 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayanan yang
berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah
kerjanya.

3. Pengolahan Data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan
dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas
menerima laporan bulanan tersebut dari semua BdD dan mengolahnya menjadi
laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA.
Informasi per desa/kelurahan dan per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk
grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator.
Langkah pengolahan data adalah : Pembersihan data, Validasi dan
Pengelompokan.
1. Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang
tersedia.
2. Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.
3. Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.
Contoh :
 Pembersihan data : Melakukan koreksi terhadap laporan yang masuk dari Bidan di
desa/kelurahan mengenai duplikasi nama, duplikasi alamat, catatan ibu langsung di
K4 tanpa melewati K1.
 Validasi : Mecocokkan apabila ternyata K4 & K1 lebih besar daripada jumlah ibu
hamil, jumlah ibu bersalin lebih besar daripada ibu hamil.
 Pengelompokan : Mengelompokkan ibu hamil anemi berdasarkan desa/kelurahan
untuk persiapan intervensi, ibu hamil dengan KEK untuk persiapan intervensi.

D. Grafik PWS-KIA

PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai, yang juga
menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap bulan.
Dengan demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik, yaitu :
1. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1).
2. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4).

74 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
3. Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn).
4. Grafik cakupan kunjungan nifas (KF).
5. Grafik deteksi faktor risiko/komplikasi oleh masyarakat.
6. Grafik penanganan komplikasi obsetrik (PK).
7. Grafik cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1).
8. Grafik cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL).
9. Grafik penanganan komplikasi neonatal (NK).
10.Grafik cakupan kunjungan bayi (KBy).
11. Grafik cakupan pelayanan anak balita (KBal).
12.Grafik cakupan pelayanan anak balita sakit (BS).
13.Grafik cakupan pelayanan KB (CPR).

E. Analisis dan Tindak Lanjut

Analisis adalah suatu pemeriksaan dan eval uasi dari suatu informasi yang sesuai
dan relevant dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai macam
alternatif variasi . Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana hingga
analisis lanjut sesuai dengan tingkatan penggunaannya. Data yang di analisis adalah data
register kohort ibu, bayi dan anak balita serta cakupan.

Bagi kepentingan program, analisis PWS KIA ditujukan untuk menghasilkan suatu
keputusan tindak lanjut teknis dan non-teknis bagi puskesmas. Keputusan tersebut harus
dijabarkan dalam bentuk rencana operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi sesuai dengan spesifikasi daerah.
1. Rencana tindak lanjut tingkat bidan di desa
Setelah menganalisa data yang didapatkan di wilayah kerjanya, setiap bulan bidan di
desa membuat perencanaan berdasarkan hasil analisanya masing-masing yang akan
didiskusikan pada acara minilokakarya tiap bulan. Rencana tersebut termasuk juga
rencana logistic.
2. Kepala Puskesmas dan bidan koordinator harus mampu melihat masalah dan
membuat perencanaan tindak lanjut berdasarkan masalah yang ada. Tabel di bawah
adalah contoh intervensi yang dilakukan Puskesmas yang didiskusikan pada saat
pertemuan bulanan dengan bidan di desa dengan melihat jumlah cakupan di desa.

75 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
F. Pelembagaan, Sistem Pencatatan dan Pelaporan PWS-KIA

Adalah pemanfaatan PWS KIA secara teratur dan terus menerus pada semua siklus
pengambilan keputusan untuk memantau penyelenggaraan program KIA, di semua
tingkatan administrasi pemerintah, baik yang bersifat teknis program maupun yang
bersifat koordinatif nonteknis dan lintas sektoral.

G. Batasan Dan Indikator Pemantauan


Dalan penerapan PWS-KIA diunakan batasan oprasional dan indiktor
pemantauan seperti di uraikan berikut ini.

Batasan

1) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal (ANC) merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang di lakukan sesuai dengan
setandar pelayanan antenatal yang di tetapkan.

Standar oprasional yang di tetapkan unyuk ANC adalah „‟5T‟‟, yaitu :

a) Timbang berat badan tinggi badan


b) (ukur) tekanan darah
c) (pemberian imunisasi) Tetanus Toxsoid (TT) lengkap.
d) (ukur)Tinggi Fundus Uteri.
e) (pemberian) tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Penjaringan (Deteksi) Dini Kehamilan Beresiko
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan nibu nhamil beresiko yang dapat di
lakukan oleh kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan.

2) Kunjungan Ibu Hamil


Maksudnya adalah kontak kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang di tetapkan.

76 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
3) Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.

4) Kunjungan Ulang
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya
untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode
kehamilan berlangsung.

5) K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih
utuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dengan syarat :

1. Minimal 1 kali kontak pada trimester I


2. Minimal 1 kali kontak pada trimester II
3. Minimal 2 kali kontak pada trimester III
6) Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal denan tenaga kesehatan minimal dua kali.

KN1=kontak neonatal dengan tenaga profesional pada umur 0-7 hari.

KN2= kontak neonatal dengan tenaga profesional pada umur 8-28 hari.

7) Cakupan Akses
Adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu,
yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit satu kali
selama kehamilan.

8) Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)


Pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, yaitu minimal
satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan ke dua, dan dua kali pada
trimester ketiga.

9) Sasaran Ibu Hamil


Adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu satu tahun.

10) Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


Adalah persentase ibu bersalin di sutu wilayah dalam kurun waktu
tertentu,yang di tolonh persalinannya oleh tenakes.

77 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
11) Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Beresiko Oleh Masyarakat
Adalah persentasi ibu hamil beresiko yang di temukan oleh kader dan dukun
bayi, dan kemudian di rujuk kepuskesmas atau tenakes, dalam kurun waktu tertentu.

12) Cakupan Ibu Hamil Beresiko Oleh Tenaga Kesehatan


Adalah persentase ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan, maupun oleh
kader/dukun bayi yang telah di pastikan oleh tenakes, yang kemudian di tindak lanjuti
(dipantau secara intensif dan di tangani sesuai dengan kewenangan dan di rujuk ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi),dalam kurun waktu tertentu.

13) Ibu Hamil Bresiko


Adalah ibu hamil yang punya faktor resiko dan resiko tinggi,kecuali ibu hamil
normal.

14) Cakupan Kunjungan Neonatal (KN)


Adalah persentase neonatal yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2
kali dari tenakes 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.

Indikator Pemantauan

Indikator pemantauan program KIA yang di pakai untuk PWS-KIA meliputi indikator
yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.

Ditetapkan 6 indikator OWS-KIA yaitu:

1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)


Indikator akses ini di gunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta,kemampuan program dalam manggerakan masyarakat

RUMUS:

Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil x 100%

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

2. cakupan ibu hamil ( cakupan K4)


dengan indikator ini daoat di ketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap.
78 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
RUMUS:

Jumlah kunjungan (K4) x 100%

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan


dengan indikator ini dapat di perkirakan proporsi persalinan yang di tangani oleh
tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajmen progam KIA.

RUMUS:

Jumlah persalian oleh tenakes x 100%

Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam stu tahun

4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat


Dengan indikator ini dapat di ukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat
dalam melakukan deteksi ibu hamil yang beresiko dalam satu wilayah.

RUMUS:

Jumlah ibu hamil beresiko yang dii rujuk oleh dukun

Bayi/kader ke tenakes x 100%

Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun

5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan


Dengan indikator ini dapat di perkirakan besarnya masalah yang di hadapi oleh
program KIA dan harus di tindak lanjuti dengan interverensi secara intensif.

RUMUS:

Jumlah ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenakes

Dan atau di rujuk oleh dukun bayi atau kader x 100%

Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun

79 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat di ketahui jangkauan dan kualitas pelayanan neonatal.

RUMUS:

Jumlah kunjungan neonatal yang dapat pelayanan

Kesehatan minimal dua kali oleh tenakes x 100%

Jumlah seluruh sasaran bayi dalam satu tahun

Keenam indikator ini merupakan indikator yang di gunakan oleh para program
KIA, sehingga di sesuaikan dengan kebutuhan program. Karenaitu disebut indikator
pemantauan teknik.

80 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

PELAYANAN KESEHATAN PADA WANITA SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN

A. Skrining
1. Skrining Pada Bayi Perempuan
Pada bayi perempuan telah memiliki folikel primordial sebanyak 750000,yang kelak
akan dikeluarkan ketika ovulasi. Genetalia interna dan eksterna sudah
terbentuk,sehingga sudah dapat dibedakan dengan bayi laki-laki. Pada usia 10
pertama,masih terpengaruh oleh hormone estrogen sehingga kadang ditemukan pada
bayi terjadi pembengkakan payudara(kadang disertai sekresi cairan seperti air
susu),kadang juga ditemukan perdarahan pervaginam seperti menstruasi.Tujuan
skrining emeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP(kuesioner pra skrining
perkembangan)adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.

2. Skrining Masa Kanak-Kanak

Pada periode ini merupakan periode penting dalam tumbuh kembang


anak.perkembangan otak sangat cepat,sehingga pada masa ini disebut fase pertumbuhan
dasar. Pada periode ini juga merupakan masa kritis dimana anak memerlukan ransangan
atau stimulasi untuk mengembangkan otak kanan dan otak kirinya. Bentuk skrining
terhadap tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan menggunakan DDST(denver
developmental screening test),sehingga bisa diketahui atau dinilai perkembangan anak
sesuai usia nya.

3. Skrining Masa Pubertas


Merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.Masa
pubertas ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder(pembesaran
payudara,tumbuhnya rambut di pubis,ketiak)sampai kemampuan bereproduksi.Cepat
lambat seorang anak memasuki masa pubertas dipengaruhi bangsa
iklim,gizi,kebudayaan.Semakin baik gizi seseorang semakin cepat akan memasuki
masa pubertas.

81 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Adapun skrining yang di lakukan pada masa puberitas yaitu :
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terbukti 95% wanita yang
terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari
lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan
agar para wanita menjalani „sadari‟ (periksa payudara sendiri – saat menstruasi –
pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah
secara rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk
mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat
dilakukan pada usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun
dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri maupun ke bidan atau dokter
untuk setiap tahunnya. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan
melihat perubahan di hadapan cermin dan
melihatperubahan bentuk payudara dengan cara berbaring.

a. Melihat Perubahan dihadapan Cermin. Lihat pada cermin , bentuk dan


keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan :
1) Tahap 1
Melihatperubahanbentukdan besarnya payudara, perubahanputing susu,
serta kulitpayudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin,
posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan.
2) Tahap 2
Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud
untuk melihatretraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia
dibawahnya.
3) Tahap 3
Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.
Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahanpada payudara.

4) Tahap 4
Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan
menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot didaerah axilla.
b. Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.

82 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
1) Tahap 1. Persiapan
Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan
membengkokkan kedua lutut Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi
yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian
yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di
bawahkepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan
.Gunakan telapak jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau
penebalan. Periksapayudara Anda dengan menggunakan Vertical Strip dan
Circular
2) Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip
Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical,
dari tulang selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis
tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan
tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan
kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan ke
bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di
bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah
atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke
atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang
ditunjuk.
3) Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.
Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar.
Bergeraklah sekelilingpayudara dengan memperhatikan benjolan yang luar
biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke
puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan
dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola
mammae.
4) Tahap 4. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat
adanya cairanabnormal dari puting payudara.
5) Tahap 5. Memeriksa Ketiak
Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan
teliti, apakah terababenjolan abnormal atau tidak.

83 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
4. Skrining Masa Reproduksi
Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita(biasanya seorang wanita
memasuki masa ini selama 33 tahun).Pada masa ini seorang wanita telah mampu
mencetak generasi baru dengan hamil,melahirkan,dan menyusui.
Seorang wanita yang dalam keadaan hamil apabila mendapatkan kebutuhan gizi
sesuai maka akan melahirkan bayi yang sehat yang kelak akan tumbuh
dewasa.Demikian pula pada saat wanita tersebut menyusui,apabila terpenuhi gizinya
kemungkinan terjadi keterlambatan tumbuh kembang pada bayinya akan kecil.
Bentuk screening pada masa ini bisa diawali saat ibu melakukan kunjungan awal
antenatal care.Pada saat ini bidan melakukan pemeriksaan terhadap ibu,dari hasil
pemeriksaan dapat diperoleh hasil yang akan menentukan keadaan ibu dan janin.Bidan
dapat melakukan screening terhadap ibu hamil yang mempunyai resiko.
1) Pap smear
Pemeriksaan ''Pap Smear''KINI cara terbaik untuk mencegah kanker serviks adalah
bentuk skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap
Smear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya keganasan
(kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak
sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan
kanker serviks ini biasanyajustru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah
memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini.
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan paling tidak setahun sekali bagi wanita
yang sudah menikah atau yang telah melakukan hubungan seksual. Para wanita
sebaiknya memeriksakan diri sampai usia 70 tahun. Pap Smear dapat dilakukan
kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien untuk melakukan Pap Smear
adalah tidak sedang haid, tidak coitus 1 - 3 hari sebelum pemeriksaan dilakukan dan
tidak sedang menggunakan obat-obatan vaginal.

Jenis-Jenis Tes Pap Smear:


a) Tes Pap Smear konvensional
Thin prep Pap. Biasanya dilakukan bila hasil tes Pap Smear konvensional
kurang baik/kabur. Sampel lendir diambil dengan alat khusus (cervix brush),
bukan dengan spatula kayu dan hasilnya tidak disapukan ke object-glass,

84 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
melainkan disemprot cairan khusus untuk memisahkan kontaminan, seperti
darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih akurat
Thin prep plus test HPV DNA. Dilakukan bila hasil tes Pap smear kurang
baik. Sampel diperiksa apakah mengandung DNA virus HPV.
Pemeriksaan pap smear disarankan untuk dilakukan oleh para wanita secara
teratur sekali setahun berturut-turut dalam waktu tiga tahun bila sudah aktif
berhubungan seksual dan berusia minimal 21 tahun. Bila hasil pemeriksaan tiga
tahun berturut-turut normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap tiga
tahun. Serviks adalah organ khusus yang mudah diketahui melalui pap smear,
biopsy, laser dan langsung bisa dilihat, tidak seperti halnya paru-paru yang
berada tersembunyi di dalam tubuh. Sehingga jika pap smear sudah cukup
mendunia, dalam arti semua wanita di dunia sudah sadar akan pentingnya
pemeriksaan ini, berarti tidak ada alasan lagi untuk kanker serviks di kemudian
hari. (pusdat/berbagai sumber.
Setelah mengenal lebih dekat pada bahasan lalu tentang pentingnya pap smear
bagi wanita, kini berikut ini hanya menambahkan fakta penting yang harus
dilakukan berhubungan dengan pemeriksaanPap Smear.;
I. Perempuan yang termasuk faktor resiko tinggi tetap hanya dianjurkan
melakukan pap smearsatu tahun sekali. Kecuali bila pernah Pap smear dan
didapatkan hasil sebelumnya ada pemeriksaan abnormal, maka dianjurkan
untuk melakukan pap smear lebih sering atau sesuai petunjuk dokter
II. Wanita yang sudah diangkat kandungannya tanpa disetai pengangkatan mulut
rahim tetap disarankan melakukan pap smear setahun sekali.
III.Wanita yang menopause tetap beresiko menderita kanker serviks/leher rahim,
sedangkan mereka yang menopause masih memiliki leher rahim di haruskan
tetap melakukan papsmear seperti wanita lainnya.
IV. Mereka yang sudah berusia diatas 67 tahun baru boleh berhenti pap smear jika
dalam 2 test sebelumnya berturut- turut hasilnya normal.
b) TES IVA
Ada jenis tes lain yang bisa digunakan untuk mendeteksi keabnormalan sel-sel
pada mulut rahim yang terangkum pada pernyataan dibawah ini;
I. Test IVA menyerupai tes pap smear, namanya yaitu tes IVA ( Inspeksi Visual
dengan Asam Asetat).

85 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
II. Tujuanya sama; Pemeriksaan penpisan/skrining terhadap kelainan prakanker
dimulut rahim. perbedaanya terletal pada metode yang lebih sederhana dan
keakuratannya. Pemeriksaan IVA bisa dilakukan kapan saja, dalam keadaan
haid ataupun sedang minum obat-obat tertentu.
III. Tes IVA dapat dilakukan oleh bidan terlatih. Pemeriksaan dilakukan dengan
memoles mulut rahum menggunakan asam cuka, kemudian dilihat apakah ada
kelainan seperti perubahan warna yang berwarna pink berunah menjadi putih.
Perubahan warna seperti ini bisa dilihat dengan kasat mata.
IV. Umumnya Tes IVA dilakukan dinegara yang sedang berkembang atau didaerah
terpencil yang jauh dari laboratorium (m&k)

5. Skrining Masa Klimakterium


Masa klimakterium adalah suatu masa peralihan antara masa reproduksi dengan masa
senium(pasca menopause).Pada masa ini ibu mengalami perubahan-perubahan tertentu
yakni timbulnya gangguan dari gangguan yang bersifat ringan sampai gangguan yang
bersifat berat seperti timbul rasa panas pada wajah,jantung berdebar,uterus
mengecil,dan berkeringat,dll.
Kadangkala pada masa ini seorang wanita membutuhkan bidan atau tenaga kesehatan
untuk membantu mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakannya.

B. Deteksi Dini
1. Deteksi Dini Pada Ibu Hamil
a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir.

c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, BBLR,
kurang gizi (malnutrisi).
d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Deteksi Dini Bayi, Blita
Pada bayi dan balita deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan DDST
(denver devolopmental screening test).
a. ASI Eksklusif dan penyapihan yang laya
b. Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang

86 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, sunat
perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan dan kematian BBLR, penyakit lain
disemua usia dan kekerasan.
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan, postnatal,
menyusui serta pemberian suplemen,

Asuhan yang diberikan oleh bidan kepada bayi adalah:

a. ASI Eksklusif
b. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.

Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang pada bayi

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan yaitu untuk mengetahui atau


menemukan status gizi kurang atau buruk.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan bayi dan balita(keterlambatan),gangguan daya lihat,gangguan daya
dengar
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional ,autism dan gangguan pemusatan perhatian.
3. Deteksi Dini Pubertas
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan
peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi
pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Secara
tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya
dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa,
dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis,

87 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
karena mulai memproduksi hormon-hormon seksual yang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi.
Asuhan yang diberikan oleh bidan kepada remaja adalah:
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan pertahanan terhadap
godaan dan ancaman.

Gangguan pada masa puberitas sering kali diakibatkan oleh pola hidup remaja,
dengan pola hidup yang sehat, akan mendapatkan tubuh yang sehat rohani dan jasmani.

Gangguan menstrasi yang dialami pada remaja putri dapat merupakan indikasi
adanya gangguan pada organ reproduksi wanita.Bidan dapat melakukan penyuluhan-
penyuluhan, bimbingan pada remaja putri dalam konteks kesehatan reproduksi.

4. Deteksi Dini Klimakterium, Menopause dan Senium


a. Gangguan yang sering dialami pada masa ini adalah osteoporosis atau
pengeroposan tulang, hipertensi dan lain-lain.
b. Untuk melakukan deteksi dini pada masa ini salah satu program pemerintah yaitu
posyandu lansia dapat merupakan solusinya. Pada masa ini seorang wanita secara
reproduksi sudah tidak dapat berperan, namun bukan berarti terbebas dari resiko
gangguan reproduksi. Salah satunya penyakit kangker serviks atau mulut rahim
biasanya terjadi pada masa ini. Pap smear merupakan salah satu cara untuk
mendeteksi adanya kangker mulut rahim.

Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa
yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya.
Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur.
Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola
makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh. Selain itu olahraga
ringan dan tetap aktif secara intelektual.

88 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Asuhan apa yang diberikan oleh bidan kepada usia lanjut adalah:

a. Perhatian pada problem menopause


b. Perhatian pada penyakit utama degenerative, termasuk rabun, gangguan mobilitas
dan osteoporosis.

Berkurangnya hormone estrogen pada wanita menopause mungkin menyebabkan


berbagai keluhan sebagai berikut :

a. Penyakit jantung koroner


b. Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung
koroner. Berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik
( HDL ) dan meningkatnya kadar kolesterol tidak baik ( LDL ) yang meningkatkan
kejadian penyakit jantung koroner.
c. Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan
kadar hormone estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
d. Gangguan mata
e. Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang.
f. kepikunan ( demensia tipe Alzeimer ).
g. Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat dan otak.
Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur,
gelisah, depresi sampai pada kepikunan tipe Alzeimer. Penyakit kepikunan tipe
Alzeimer dapat terjadi bilam kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama
dan berat, yang dipengaruhi factor keturunan.
h. Deteksi dini kanker rahim.

89 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

PENCATATAN, PENDOKUMENTASIAN DAN PELAPORAN

A. Kohort Ibu dan Balita

Kohort Ibu merupakan pemantauan individu terhadap ibu yang dapat dianalisis
secara berjenjang dari tingkat desa dengan pendekatan individu, tingkat Puskesmas,
Kabupaten, Provinsi dan Nasional dengan pendekatan analisis kohort.

Kohort bayi dan balita merupakan pemantauan individu terhadap bayi dan balita
yang dapat dianalisis secara berjenjang dari tingkat desa dengan pendekatan individu,
tingkat Puskesmas, Kabupaten, Provinsi dan Nasional dengan pendekatan analisis
kohort.

B. Pendokumentasian

Secara umum dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli yang
dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi kebidanan
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat
dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna
untuk kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan sendiri.

Pendokumentasian dari asuhan kebidanan di Rumah sakit dikenal dengan istilah


rekam medik. Dokumentasi kebidanan menurut SK MenKes RI No 749 a adalah berkas
yang berisi catatan dan dokumen yang berisi tentang isentitas: Anamnesa, pemeriksaan,
tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang kepada seorang pasien
selama dirawat di Rumah Sakit yang dilakukan di unit-unit rawat termasuk UGD dan
unit rawat inap.

Penyampaian berita/informasi/laporan tentang kesehatan/perkembangan pasien


dilakukan dengan dua cara yaitu pencatatan dan pelaporan.
 Pencatatan
Pencatatan adalah data tertulis dan merupakan data resmi tentang kondisi kesehatan
pasien dan perkembangannya.

90 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
 Pelaporan
Pelaporan adalah penyampaian informasi tentang kondisi dan perkembangan pasien
secara lisan kepada bidan/perawat lain atau kepada dokter atau tim kesehatan lainnya.
Manfaat atau fungsi dari dokumentasi adalah:
1. Sebagai dokumen yang sah
2. Sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan
3. Sebagai dokumen yang berharga untuk mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien
4. Sebagai sumber data yang penting untuk penelitian dan pendidikan
5. Sebagai suatu sarana bagi bidan dalam pernanannya sebgai pembela (advocate)
pasien,misalnya dengan catatan yang teliti pada penkajian dan pemeriksaan awal
dapat membantu pasien misalnya pada kasus pengamiayaan, pemerkosaan, yang
dapt membantu polisi dalam pengusutan dan pembuktian

Report yaitu laporan atau melapor

Rocord (rekaman)

1. Kata benda (catatan)


2. Kata kerja (mencatatat)
Penyampaian informasi tentang kesehatan atau kondisi pasien dilakukan dengan 3 cara :

1. Pencatatan, yaitu data tertulis dan merupakan data resmi tentang kesehatan klien dan
perkenbangannya

2. Pelaporan (report), yaitu penyampaian informasi tentanng kondisi dan perkembangan


pasien, secara lisan atau tulisan kepada bidan atau tenega kesehatan lain atau
sebaliknya. Informasi yang di sampaikan merupakan suatu pernyataan apa yang di
lihat, di dengar atau pun yang telah di lakukan atau di pertimbangkan.

3. Rekaman record, yaitu suatu yang di simpan dalam bentuk yang mantap (tulisan,
catatan, pita rekaman, vidio dll) semua pernyataan dalam bentuk tertulis atau bentuk
buku lainnya yang dapat digunakan sebagai bukti yang sah dari suatu fakta dan
kejadian, tidakan maupun pernyataan.

4. ICD = inernational clafications of diseases, yaitu sistem pecatatan untuk memberi


kode yang komleks berdasarkan pengelompokan diagnosa medik yang rumit (AS =

91 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Amerika Serikat). Laporan kebidanan di indonesia bervariasi karena di setiap
pelayanan memberikan atau membutuhkan data yang berbeda karena kebutuhan
yang berbeda. Laporan kebidanan lisan atau tertulis merupakan suatu pencatatan
kebutuhan atau perkembangan pasien.

C. Pencatatan
Pencatatan adalah proses kegiatan menulis/ mencatat secara tertib untuk penata usaha
antara pengelolaan kegiatan .
1. Jenis Data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok PWS KIA
 Jenis data
a. Data sasaran
- Jumlah seluruh ibu hamil
- Ibu bersalin
- Bayi umur < 1 bulan (neonatal)
- Ibu nifas
- Bayi
b. Data pelayanan
- Jumlah K1
- Jumlah K4
- Jumlah ibu hamil resiko yang dirujuk masyarakat
- Jumlah ibu hamil resiko yang ditangani oleh tenaga kesehatan
- Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan
- Jumlah ibu nifas yang dilayani tenaga kesehatan
- Jumlah bayi berusia kurang dari 1 bulan yang dilayani tenaga kesehatan
minimal 2 kali
Data sasaran sebaiknya berasal dari hasil pendataan setempat. Bila angka tersebut
tak tersedia, atau diragukan, maka perkiraan jumlah sasaran dapat dihitung menurut
rumus.
Data pelayanan umumnya berasal dari :
a. Register kohort ibu dan bayi
b. Laporan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan dan dukun bayi

92 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
c. Laporan dari dokter/bidan praktek swasta
d. Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesmas yang berada di wilayah
puskesmas
2. Pelaporan
Pelaporan adalah proses kegiatan membuat dan mengirimkan laporan mengenai
pengelolaan kegiatan. Pencatatan dan pelaporan ini berpedoman kepada Sistem
Pencatatan dan pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
a. Data dari tingkat puskesmas dikumpulkan, di olah, hasilnya dimasukkan ke format 1
b. Format 1 rekapitulasi cakupan (indicator PWS KIA) dari tiap desa, juga berfungsi
sebagai laporan yang dikirim ke dinas kabupaten/kota (dikirim paling lambat tanggal
10 tiap bulan
c. Dinas kabupaten/kota membuat rekapitulasi laporan puskesmas (format 1) dengan
mengggunakan format 2 untuk dikirimkan ke propinsi paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya
d. Propinsi membuat rekapitulasi laporan kabupaten/kota dalam format 3, dikirimkan
ke pusat setiap 3 bulan, paling lambat 1 bulan setelah triwulan tersebut berakhir.
Manfaat Pencatatan dan Pelaporan:
1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat pusat provinsi dan
kab/kota
2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka
pengembangan tenaga kesehatan
3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan
4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.
Tujuan umum:
Sistem pencatatan dan pelaporan bertujuan agar semua hasil kegiatan puskesmas
(didalam dan diluar gedung) dapat di catat dan di laporkan ke jenjang selanjutnya
sesuai dengan kebutuhan secara benar, berkala, dan teratur, guna menunjang
pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.
Tujuan khusus :
1. Tercatatnya semua data hasil kegiatan puskesmas sesuai kebutuhan secara benar,
berkelanjutan dan teratur.
2. Terlapornya data ke jenjang administrasi berikutnya sesuai kebutuhan dengan
menggunakan format yang telah di tetapkan secara benar berkelanjutan dan teratur.

93 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
3. Menciptakan kondisi yang efektif dan efisien sehingga tidak terjadi tumpang tindi
dan kesenjangan .
Ruang lingkup pencatatan dan pelaporan
Ruang lingkup pencatatan dan pelaporan, meliputi jenis data yang di kumpulkan, di
catat, di laporkan puskesmas. Jenis data tersebut mencangkup :
1. Data umum dan demografi
2. Data sarana fisik
3. Data ketenagaan
4. Data kegiatan pokok yang di lakukan di dalam dan di luar gedung.
Macam-macam pencatatan
Model naratif atau narasi, Sering di sebut tehnik pencatatan yang berorientasi pada
sumber data.
Keuntungan:
1. Sudah di kenal
2. Sudah di kombinasikan dengan cara dokumentasi lain
3. Jika di tulis dengan tepat bisa mencakup seluruh keadaan pasien
4. Sudah di tulis
Kekurangan:
1. Tidak terstruktur dan simpangsiur datanya
2. Perlu banyak waktu
3. Terbatas dengan kemampuan pelayanan kesehatan
4. Informasi sulit untuk jangkat panjang
Naratif adalah model paling lama, tradisional paling fleksibel sistem pencatatan
naratif cara penulisannya mengikuti dengan ketat dengan urutan kejadian atau
kronologis. Dengan cara naratif tiap institusi mempunyai kebijakan sendiri dalam sistim
pencatatan.

1. Gunakan istilah umum sehingga dapat di mengerti tim kesehatan


2. Masukan data tentang:
a. Pengkajian yaitu antara lain identifikasi masalah
b. Rencana tindakan
c. Implementasi untuk di jadikan evaluasi
3. Catat refisi yang sesuaikan dengan perkembangan pasien

94 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
4. Masukan data secara periodik tentang keadaan fisik emosional pasien dan
kebutuhan.

FLOW SHEET DAN CHECK LIST


Yaitu memperlihatkan perkembangan klien yang spesifik menurut para meter yang
telah di tetapkan sebelumnya.
Keuntungan :
1. Lebih berkualitas dalam pendokumentasian
2. Mudah dibaca
3. Lebih cepat (waktu)
4. Data mudah di peroleh.
Frekuensi Pencatatan dan Pelaporan
Laporan bervariasi berdasarkan kebutuhan :
1. Laporan sift.
2. Laporan harian.
3. Laporan mingguan

95 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
MATERI

ASUHAN KEBIDANAN DI KELUARGA

A. Konsep Dasar Keluarga

Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan


yang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah
pendidikan kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan
perilaku sehat dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga memiliki posisi yang
strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada
akhirnya juga akan mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya.

1. Definisi Keluarga

Keluarga dapat didefinisikan dari berbagai macam orientasi dan sudut pandang yang
berbeda-beda. Adapun beberapa definisi keluarga sesuai waktu perkembangan konsep atau
teori tentang keluarga adalah sebagai berikut:

1. Bussard dan Ball (1966)


Keluarga merupakan lingkungan sosial yang mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan seseorang. Dalam keluarga itulah seseorang dibesarkan, bertempat
tinggal, berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, terbentuk nilai-nilai dan
kebiasaan yang berfunsi sebagai saksi segenap budaya dari luar dan
mengakomodir hubungan anak dengan lingkungannya.

2. WHO (1969)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

3. BKKBN (1999)
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil

96 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaran dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

2. Ciri-ciri Keluarga Indonesia

Pada umumnya keluarga Indonesia memiliki ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong
2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
3. Umumnya suami sebagi pengambil keputusan
4. Berbentuk monogram

3. Tipe atau Bentuk Keluarga

Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beraneka ragam, tergantung pada
konsteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun secara umum pembagian
tipe keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pengelompokan secara tradisional


Secara tradisional tipe keluarga dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu:

a. Nuclear Family (Keluarga Inti)


Nuclear family adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b. Family of Origin (Keluarga Asal)


Family of origin merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan

c. Extended Family (Keluarga besar)


Extended family adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman,
bibi, dsb.

2. Pengelompokan secara modern

97 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan meningkatnya
rasa individualism, maka tipe keluarga modern dapat dikelompokkan menjadi
beberapa macam, diantaranya:

a. Traditional Nuclear
Traditional nuclear adalah keluarga inti (ayah, ibu dan anak) yang
tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan,dimana salah satu atau keduanya dapat bekerja
di luar rumah.

b. Neddle Age (aging Couple)


Neddle Age adalah suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang,
dan istri di rumah atau keduanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah/menikah/meniti karir.

c. Dyadic Nuclear
Dyadic Nuclear adalah suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur
dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya bekerja di
luar rumah.

d. Single Parent
Single Parent adalah keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua
sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannnya dan anak-
anaknya dapat tinggal di luar ataupun di rumah.

e. Dual Career
Dual Career adalah keluarga dengan suami-istri yang keduanya orang
karir dan tanpa memiliki anak.

f. Three Generation
Three generation adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi atau
lebih yang tinggal dalam satu rumah.

g. Comunal
Comunal adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua
pasangan suami istri atau lebih yang monogamy berikut anak-anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

98 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
h. Cohibing Couple (Keluarga Kabitas)
Cohibing Couple adalah keluarga dengan dua orang atau satu pasangan
yang tinggal bersama tanpa ikatan perkawinan.

i. Composite (Keluarga Berkomposisi)


Composite adalah keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup atau
tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah.

j. Incest Family (Keluarga Insest)


Seiring dengan maksudnya nilai-nilai global dan pengaruh informasi
yang sangat dahsyat, ditemukan bentuk keluarga yang tidak lazim,
misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ayah
menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan
melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga insest semakin hari
semakin besar.

k. Gay and Lesbian Family


Gay and Lesbian Family adalah keluarga yang dibentuk dari pasangan
yang berjenis kelamin sama.

Gambaran tentang tipe atau bentuk keluarga tersebut menunjukkan


banyaknya jenis atau tipe keluarga yang ada di sekitar kita, dan hal ini
menggaruskan kepada pada para profesionalis, khususnya dalam bidang
kesehatan untuk dapat memahami konteksnya masing-masing dan lebih
bersikap toleran dan sensitive terhadap perbedaan gaya hidup dalam
memberikan pelayanan.

4. Peran Keluarga (Friedman,

1998) a. Peran Formal

1. Peran Parenteral dan Perkawinan


Nys dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk
posisi sosial sebagai suami – ayah dan ibu – istri :

 Peran sebagai provider


 Peran sebagai pengatur rumah tangga
 Peran perawatan anak

99 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
 Peran sosialisasi anak
 Peran rekreasi

 Peran persaudaraan (lainship) membina hubungan keluarga paternal
dan maternal

 Peran terapeutik memelihara kebutuhan afektif pasangan
 Peran seksual
2. Peran Perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan perkawinan
yang kokoh. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi hubungan
perkawinan yang memuaskan menciptakan situasi dimana suami – istri
membentuk koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan
merupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.

b. Peran Informal

1. Pengharmonis menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
anggota, menghibur dan menyatukan kembali pendapat

2. Inisiater – kontributor mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru
atau cara-cara mengingat masalah atau tujuan-tujuan kelompok

3. Pendamai (Compromiser) merupakan salah satu bagian dari konflik
dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan
mengakui kesalahannya atau menawarkan penyelesaian „setengah jalan‟

4. Perawat keluarga orang-orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya

5. Koordinator keluarga mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-
kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan atau keakraban.
5. Fungsi Keluarga

Terdapat berbagai fungsi keluarga, diantaranya:

1. Fungsi Agama
a. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang kurang diperolehnya di sekolah maupun di masyarakat.
b. Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai
pondasi menuju keluarga kecil, bahagia sejahtera.

100 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
2. Fungsi Budaya
a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan
norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan.
b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma
dan budaya asing yang tidak sesuai.
c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya
mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negative globalisasi
dunia.
d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat
berperilaku baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan
budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma
keluarga kecil bahagia sejahtera.
3. Fungsi Cinta Kasih
a. Menumbuhkembangkan potensi kasih saying yang telah ada antar
anggota keluarga ke dalam symbol-symbol nyata secara optimal dan
terus menerus.
b. Membina sikap dan tingkah laku saling menyayangi antar anggota
keluarga.
c. Membina rasa, sikap, dan praktek hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih saying sebagai pola hidup ideal
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
4. Fungsi Perlindungan
a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak
aman yang timbul dari dalam meupun luar keluarga.
b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.
c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai
modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
5. Fungsi Reproduksi

101 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi
sehat, baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga di sekitarnya.
b. Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga
dalam hal usia,pendewasaan fisik maupun mental.
c. Mengamalkan kaidah-kaidh reproduksi sehat, baik yang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak, dn jumlah ideal anak
yang diinginkan dalam keluarga.
d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
bkondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
6. Fungsi Keperawatan Kesehatan
Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari 5
tugas kesehatan keluarga, yaitu:

a. Keluarga mengenal masalah kesehatan


b. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
masalah kesehatan
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan
d. Memodifikasi lingkungan, menciptakan, dan mempertahankan suasana
rumah yang sehat
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tepat.
7. Fungsi Sosialisasi
a. Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai
wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama.
b. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai
tempat bagi anak untuk dapat mencari pemecahan atau solusi dari
berbagai konflik dan permasalahan yang di jumpainya baik di
lingkungan sekolah maupun masyarakat.
c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi sanak tentang hal-hal yang
diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan baik fisik
maupun mental yang tidak/kurang di berikan oleh lingkungan sekolah
ataupun masyarakat.

102 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
8. Fungsi Ekonomi
a. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan
keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan
kehidupan keluarga.
b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan
dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.
c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras
dan seimbang.
d. Membina kegiatan dan hail ekonomi keluarga sebagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
9. Fungsi Pelestarian Lingkungan
a. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal
keluarga.
b. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan di luar dan
di sekitar keluarga.
c. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestraian lingkungan yang
serasi, selaras, dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan
lingkungan hidup masyarakat di sekitarnya
d. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup
sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil, bahagia, sejahtera.

6. Fungsi Pokok Keluarga (Menurut Effendy (1998) )

Terdapat tiga fungsi keluarga terhadap anggota keluarganya, diantaranya:

a. ASIH
Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada
anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang
sesuai dengan usia dan kebutuhannya.

b. ASUH
Asuh yaitu memenuhi kebutuhan akan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga mampu menjadikan mereka anak-anak
yang sehat, baik fisik maupun mental, sosial dan spiritual.
103 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s
HASA

.c

Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi


.manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya

Tugas .7
Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Menurut Freeman (1981), sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga


,mempunyai tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan
:yaitu

.1 Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya


.2 Mengambil keputusan untuk ,elakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
.3 Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu
membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda

Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan


perkembangan kepriobadian anggota keluarga
Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan .5
.dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

B. Konsep Keluarga Qorriyah Toyyib


Pengertian .1
Qoryah Thoyyibah = Kampung ya
kepada Allah)
Dasar .2
I.QS. AL-A`RAF (7) : 96
‫ي‬ ‫ي‬
‫ث عييييممٍِْ ىفتَيحىما اُُتيوقما آ ومَوىما ياُُىوقمس أ او أن يو‬
Jikalau sekiranya ” ‫ى‬ ‫َيينْوسبون مَما ووواُُ بمَما فَممأخيرواُُاومٌُْ مَوروبما ىينْمهْ اُُألميزض اُُىسممَاء مَمهْ بسممَا ي‬
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
.”itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya ( ayat-ayat Kami )

II. QS AN NAHL (16) : 18


‫َو‬ ُُ‫وَ اوَاُُ إَّن ا‬ ‫َ َاُُلل اُُل‬

ٍِْ‫ىغَوفز زحيم‬ ‫َيإَّن تعداُُ وعمَت‬


‫اَ ا‬ ‫َل‬ َ ‫تيح و‬
‫ص‬ َ ‫وَّ ي‬ َ
‫ل‬

M o d u l T e o r i | 104 Asuhan Kebidanan Komunitas


Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat “
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
.”Maha Penyayang

III.QS ALI IMRON (3) : 103


َ َ‫ي‬ َ‫و‬ َ‫َ و‬ َ‫َّ و‬ َ َ‫يَ يوو‬ ‫َو‬

َ‫و‬ َ‫و‬ َ‫و‬


َ‫َيوعم‬ ‫َاُُ يعتَ و‬
‫صومَا ب يحبو اُُلل جمَيءعا اُُل تفسوقا اُُذومَسا‬ ‫صبيحيتَمٍِْ بيىعمَءت‬
‫َيبيهْ قيوبينْمٍِْ فَأ ي‬ ‫فَأىف‬ ‫يييينْمٍِْ إَّذ مَىيتَمٍِْ أ يعداُُءء‬ ‫َاُُلل‬
‫ت‬ ‫ع‬
َ َ‫و‬ َ َ‫ي‬ َ َ‫ي‬ َ َ َ‫يوو‬ ‫يَ ء‬ َّ
َ‫و‬ ‫ي‬ ‫و‬ َّ
‫ي شفا وحفيسةٍ مَهْ اُُىىاز فَأوقرمَمٍِْ مَيىا مَرىل ويّبيهْ اُُلول ىنْمٍِْ آيا ء‬
‫ته‬ ّ ‫َ يتيتَودنإَوخاواُُ مَىتَمٍِْ ع‬ َ‫و‬
ٍِْ‫ع نم‬
‫ي‬
َ‫ي‬ َ َ َ‫ي‬ َ َ َ‫ي‬ َ َ َ‫ي‬

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah “
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah , orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
.”mendapat petunjuk

IV. Janji Allah kepada orang yang berta


Tholaq (65) : 2-4

‫ى مَ يخسءجا‬
‫َيمَهيتَق اُُلل ي يجيعو ءو‬

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya ..… ”
.jalan keluar

َ َ َّ‫ي‬ َ‫وَ ي‬ َ‫ي‬ َ‫يو‬ َ ‫شيييء‬ َ‫َ و‬ َ‫و‬ َّ


‫ب مَهْ ي وتَمَو عّي اُُلل ءو‬
‫ف‬ ‫يقءدزاُُييسش ءوق مَهْ يحيث اُُل ي يحتَس و‬ ‫َ حيوس ءوب إَّن اُُلل باىغِ يأمَسي يقد جعو اُُلول ىنْوو‬

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan


barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (keperluan )
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
.sesuatu

‫ى يمَهْ يأمَسي وييءسسا‬


‫َيمَهيتَق اُُلل ي يجيعو ءو‬
M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s | 105
Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan ……”
”kemudahan dalam urusannya

,V.Syukur nikmat dab shalat

Sudahkah kita sekalian berterima kasih dan bersyukur kepada Allah atas karunia-
Nya yang tidak terhingga nilainya, seperti yang diperintahkan Allah dalam QS. Al
: Kautsar (108) : 1-2 sbb
َ‫ي‬

‫ك اُُىنْيوثسإَواُُ أيع ي‬
‫طيىا‬ Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang )
(banyak

‫( فَصوو ىوسبل اُُيو يحس‬Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah )

: VI.QS Ibrahim (14) : 40 – 41yaitu

َ‫و‬ َ‫قيمٍِْ اُُلصالةٍ ي‬ ّ ‫ي وَدعاء ر‬


َ‫ب اُُيج ي‬ َ
‫ومَن ذريتَي‬ ‫علنْي‬ ‫ربنْا وتقبل‬
َّ َ َ ٌُْ‫وَم‬ َ َ َ َّ

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap “


.”mendirikan shalat, ya Tuhankami, perkenankanlah doaku
M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s | 106

Anda mungkin juga menyukai