Anda di halaman 1dari 144

VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

VISI

Menjadi Program Studi Pendidikan Profesi Bidan yang mewujudkan bidan profesional
dalam bidang pelayanan kebidanan holistik dengan keunggulan “Gentle Birth” untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia pada tahun 2029

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan profesi bidan yang berkualitas dan berkarakter


unggul dalam“Gentle Birth” dan dapat bersaing ditingkat global.
2. Melaksanakan kegiatan penelitian bidang kebidanan yang mampu
meningkatkan kualitas hidup manusia melalui kebidanan holistik pelayanan
persalinan“Gentle Birth” .
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang mampu meningkatkan
kualitas hidup manusia melalui kebidanan holistik.
4. Mengembangkan sumber daya manusia sesuai bidang keahlian dengan
memanfaatkan teknologi terkini berdasarkkan evidence based kebidanan.
5. Melaksanakan tata kelola program studi yang baik dan benar dengan
menyediakan sarana prasarana yang memadai untuk mengupayakan
pertumbuhan yang berkesinambungan.

ii
CORE VALUE

I-CARE

Integrity

Mendahulukan kejujuran, etika dan rasa percaya dalam berperilaku dan menjalin
hubungan dengan orang lain

Compassionate to costumer

Sikap rendah hati dan peduli berdasarkan kasih dan keadilan dalam memberikan
pelayanan terhadap pelanggan, baik internal maupun eksternal

Alignment for Result

Semangat untuk bersinergi dan berselaras dengan tujuan mendapatkan hasil yang
terbaik

Responsive to Changes

Bersikap terbuka dan peka terhadap perubahan, serta mengambil tindakan yang
diperlukan secara cepat dan tepat untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan

Excellence through innovation

Semangat dalam melakukan perbaikan dan inovasi secara terus menerus

iii
TIM PENYUSUN

KETUA

Tia Nurhanifah, S.ST., M.Keb

ANGGOTA

Nella Valen IP, S.ST.,MPH

Triana Widiastuti, S.SiT.,M.Kes

KONTRIBUTOR

Desi Soraya, S.Tr.Keb.,M.Keb

Kristina Maharani, S.ST.Keb.,M.Tr.Keb

iv
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Holistik Bayi, Balita
dan Anak Prasekolah

Edisi 1
Penulis :
Tia Nurhanifah, S.ST., M.Keb
Nella Vallen Ika P, S.ST, M.P.H
Triana Widiastuti, S.SiT.,M.Kes

E- ISBN :

Penerbit :
STIKES Telogorejo Semarang

Redaksi :
Jl.Yos Sudarso/Jl. Puri Anjasmoro-Semarang
Telp. (024) 26632823, 76632824, 76632825, Fax. (024) 76632939
E-mail: humas@stikestelogorejo.ac.id- Website:www.stikestelogorejo.ac.id

Cetakan kesatu , 2021

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari
penerbit

v
P
R
A
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas perkenan Nya Buku Ajar Asuhan
K
Kebidanan Bayi Balita dan Anak PraSekolah, A dapat diselesaikan sesuai pada waktunya.
Buku ajar ini merupakan pedoman pembelajaranT bagi mahasiswa semester VII Progam
A
studi S-1 Kebidanan, tutor dan pengajar yang bertindak sebagai narasumber.
Buku Ajar ini sebagai ilmu lanjutan dalam pengembangan profesi kebidanan yang
membahas tentang dasar dari Asuhan Kebidanan bayi, Balita, Anak Prasekolah sesuai
dengan aturan yang ada.
Semoga bermanfaat bagi mahasiswa, tutor dan pengajar serta civitas akademika
dalam proses pembelajaran Prodi S-1 Kebidanan STIKES Telogorejo Semarang.

September 2021

Tim Buku Ajar

vi
D
A
Cover ..................................................................................................................................... i
F
Visi Misi .............................................................................................................................. ii
T
Core Value ......................................................................................................................... iii
A
Tim Penyusun .................................................................................................................... vi
R
Halaman ISBN ................................................................................................................... v
IS
Prakata ............................................................................................................................... vi
I
Daftar Isi ............................................................................................................................ vii
Peta Kurikulum .................................................................................................................. viii
Kalender Akademik ........................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Diskripsi Mata Kuliah.. ......................................................................................... 1
B. Metode Pembelajaran ............................................................................................ 1
C. Evaluasi Pembelajaran ........................................................................................... 3
D. Disiplin Ilmu Terkait .............................................................................................. 3
E. Prasyarat Buku Ajar ................................................................................................4

F. Hubungan dengan Mata Kuliah Lain ......................................................................4


BAB II
A. Overview .................................................................................................................5
B. Topic Tree ...............................................................................................................6
C. Blue Print Assesment ..............................................................................................7
D. Tujuan ......................................................................................................................8
E. Materi Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Anak Prasekolah ...................................9
F. Jadwal Harian ......................................................................................................... 102
BAB III
EVALUASI ...........................................................................................................................115
PENUTUP .......................................................................................................................... 116
Daftar Pustaka

vii
PETA KURIKULUM
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
Semester-8 As.Keb. Laboratorium Skripsi
Holistik Klinik
Menopause & Kebidanan
Gangrep Holistik
3 sks 3 sks 4 sks
Semester-7 As. Keb. Ilmu Kesehatan As.Keb. Pendidikan Kegawatdaruratan Pelayanan Holistik
Holistik Bayi, Anak Komunitas Anti Korupsi Maternal & Balita dan anak
Balita dan Neonatal Prasekolah
Anak
Prasekolah
2 sks 2 sks 4 sks 2 sks 4 sks 2 sks
Semester-6 Penulisan Current Issue As.Keb.KB As.Keb.Holis Pelayanan Holistik
Ilmiah Midwifery tik Nifas
. Neonatus
2 sks 2 sks 4 sks 2 sks 2 sks
Semester-5 Metlit 3 sks Biostat B.Inggris Health As.Keb.Holistik. As.Keb.Holistik. Pelayanan
General Promotion DD. Persalinan Nifas & Menyusui Holistik
Patologi Peralinan
3 sks 3 sks 2 sks 2 sks 4 sks 4 sks 2 sks
Semester-4 QAMS Gizi Kulinery 2 KDK II Epidemiologi As.Keb.Holistik DD As. Keb. Holistik
sks dalam Kehamilan Patologis Persalinan Normal
Kebidanan
3 sks 2 sks 3 sks 2 sks 3 sks 6 sks
Semester-3 Etikolegal Dokeb & SIK As.Keb. As.Keb. As.Keb. Kehamilan Pelayanan Holistik Public Health
Holistik Holistik Kehamilan
Remaja & Prakonsepsi
Pranikah
3 sks 3 sks 2 sks 2 sks 6 sks 2 sks 2 sks
Semester-2 Bhs.Ind Konsep Keb Pem. Fisik & Farmakologi Komunikasi & Kebidanan Holistik Psikologi KDK I - Pathofisiologi
Diagnostik Konseling Kesehatan
2 sks 3 sks 2 sks 2 sks 2 sks 2 sks 2 sks 3 sks 2 sks
Semester -1 AGAMA KWN Pancasila Humaniora ISBD Anatomi dasar Fisiologi dasar Biokimia Fiskes Mikro &
Parasitologi
2 sks 2 sks 2 sks 2 sks 2 sks 2 sks 2 sks 2 sks 2 sks 2 sks

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. DISKRIPSI MATA KULIAH


Buku ajar ini mahasiswa akan mempelajari asuhan kebidanan holistik bayi balita
dan anak prasekolah yang memiliki bobot 3 sks, terdiri dari 2 sks teori dan 1 sks
skil lab. Buku ajar ini membahas tentang konsep asuhan kebidanan holistik bayi,
balita, dan anak prasekolah untuk kebidanan holistik yang meliputi :
konsep bayi baru lahir, balita, dan anak pra sekolah, konsep psikologi bayi
perkembangan bayi , balita dan anak pra sekolah, konsep masalah lazim pada
bayi, balita dan anak pra sekolah, nutrisi pada neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah, perkembangan pada bayi, balita dan anak pra sekolah, pertumbuhan
bayi, balita dan anak pra sekolah, peran petugas kesehatan dalam kesehatan bayi,
balita dan anak pra sekolah, Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
balita, pengasuhan pada bayi, balita dan anak pra sekolah, imunisasi dasar dan
tambahan pada bayi, balita dan anak pra sekolah, Sibling rivalry, Social support
pada bayi, balita dan anak pra sekolah
B. METODE PEMBELAJARAN
Kurikulum berbasis outcome merupakan strategi belajar paradigma baru bagi
pendidikan Bidan, dengan pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah atau
problem-based-learning (PBL).
1. Kuliah
Adalah pembelajaran yang dilaksanakan untuk memperjelas konsep atau teori
yang sulit atau khusus sehingga membutuhkan pakar untuk meningkatkan
pemahaman, Kuliah dilaksanakan secara terjadwal, maupun atas permintaan
mahasiswa bila diperlukan. Selama masa pandemi Covid 19 pembelajaran
teori dilakukan secara online dengan menggunakan LMS (Learning
Management System).

11
2. Skil lab
Skil lab merupakan pembelajaran praktik yang bertujuan untuk meningkatkan
atau memperjelas pemahaman suatu materi serta menambah ketrampilan
bekerja. Beberapa materi akan lebih mudah dipahami dengan melakukan
praktik laboratorium sehingga konsep atau teori menjadi lebih mudah.
Pembelajaran di laboratorium menggunakan metode Self directed Learning
(SDL). Metode ini terdiri dari :
a. Self Study
Mahasiswa belajar mengidentifikasi cheklist dan mencatat hal-hal yang
dianggap sulit serta membuat daftar pertanyaan yang akan di tanyakan dan
melakukan observasi terhadap alat-alat ketrampilan yang akan digunakan.
Tutor mengamati kegiatan yang dilakukan mahasiswa.
b. Demonstration
Tutor melakukan demonstrasi ke mahasiswa, dan mahasiswa mengamati
tutor, mencocokan cheklist, mencatat hal-hal yang sulit dan perlu
ditanyakan.
c. Exercise
Tutor membagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-4
mahasiswa, dan membagi kelompok dengan tugas-tugas: 1) Menjadi
pasien, 2) Menjadi Bidan, 3) Menjadi observer. Mahasiswa yang menjadi
bidan memperagakan ketrampilan pada pasien seperti yang telah
didemonstrasikan sebelumnya, dan yang menjadi observer mengamati
praktik yang dilakukan temannya. Hal ini dilakukan secara bergantian,
sehingga semua mahasiswa dapat berlatih. Tutor berperan mengamati
kelompok-kelompok yang sedang berlatih.
d. Discussion
Mahasiswa kembali bergabung dalam kelompok besar, dan melakukan
diskusi dengan tutor, dengan pertanyaan-pertanyaan serta kesulitan yang

12
dihadapi mahasiswa. Peran tutor memberikan umpan-balik pada
mahasiswa.
e. Simulation
Mahasiswa melakukan kegiatan role play dengan sebuah skenario kasus
nyata yang diberikan tutor. Kemudian mahasiswa memerankan : 1) Pasien,
2) Bidan, dan mahasiswa yang lainnya menjadi observer. Mahasiswa
mendiskusikan dan memberikan masukan bersama dengan tutor, dan dapat
diulangi lagi dengan memperagakan tindakan ketrampilan tersebut.
f. Evaluation (second simulation)
Mahasiswa mendiskusikan kesulitan dengan Tutor, dan mencari
pemecahan masalah, serta mahasiswa membuat rencana belajar mandiri.
g. Presentation before Clinical Exposure
(Mahasiswa berlatih mandiri di Laborat, setelah mengikuti kegiatan
perkuliahan skill). Dalam Buku ajarini tidak ada ketrampilan laboratorium
yang harus di praktekkan
3. Penugasan
Adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan tutor memberikan
penugasan baik secara mandiri maupun berkelompok, sesuai kebutuhan. Hal
ini bertujuan agar mahasiswa mempunyai minat untuk berlatih sehingga
mempermudah pemahaman pada ketrampilan yang harus dicapai. Penugasan
dikumpulkan menggunakan LMS. Penugasan yang diberikan ada 2 yaitu
penugasan individu dan kelompok. Tugas individu adalah mahasiswa diminta
melakukan screaning pada anak dengan menggunakan metode KPSP dan
DDST. Tugas kelompok adalah mahasiswa diminta untuk menggisi Kohort
PWS KIA. Penilaian dilakukan berdasarkan ceklist yang ada.
4. Belajar Mandiri
Pembelajaran yang dilaksanakan dengan Belajar mandiri dalam rangka
menggali informasi yang lebih luas atau lebih dalam tentang suatu materi

13
yang terkait dengan masalah yang sedang dipelajari sehingga dapat
memahami kasus secara interdisiplin ilmu.

C. KOMPETENSI
1. Pengetahuan Umum

Mahasiswa mampu menguasai konsep dan penatalaksanaan tentang asuhan

kebidanan holistik bayi, balita dan anak prasekolah

2. Pengetahuan Khusus

Mampu menguasai konsep teoritis asuhan, Bayi, Balita dan anak prasekolah

yang meliputi adaptasi Fisiologis Konsep Tumbuh kembang, Bayi, Balita dan

anak Prasekolah, Kebutuhan dasar bayi, balita dan anak Prasekolah, Imunisasi

dan Nutrisi pada Bayi, Balita dan anak Prasekolah, Masalah yang lazim

timbul pada Bayi Baru Lahir, pendokumentasian asuhan Bayi, Balita dan

Anak Prasekolah.

1. Ketrampilan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan prosedur dasar ketrampilan asuhan,

Bayi, Balita dan anak Prasekolah, melakukan pengkajian pasien secara

lengkap baik data subjektif atau objektif sehingga mampu menegakkan

diagnosa kebidanan dan melakukan pendokumentasian asuhan pada

Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.

2. Ketrampilan Khusus

a. Mampu memberikan konseling dan penyelesaian masalah dalam

14
asuhan kebidanan ada bayi, balita dan anak pra seolah

b. Melakukan advokasi, edukasi dan penyuluhan, serta konsultasi terkait

dengan tumbuh kembang bayi dan balita

c. Mampu melakukan deteksi pertumbuhan bayi dan balita menggunakan

DDST dan KPSP.

3. Tujuan Sikap

Mahasiswa mampu menunjukkan perubahan perilaku yang benar


dalam menerapkan prinsip ketrampilan yaitu sikap jujur, disiplin,
teliti, sistematis, sabar, komunikatif dan bertanggung jawab dalam
bertindak.
D. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi dilaksanakan pada minggu ketiga dengan mempertimbangkan
proses selama mengikuti kegiatan pembelajaran, etika dan penguasaan
pengetahuan. Nilai batas lulus dalam buku ajar ini adalah 64.
Bobot masing-masing komponen nilai dalam modul ini adalah sebagai berikut:
1. Teori (60%) : Metode CBT
2. Penugasan (20%)
3. Ujian Praktikum lab (20%)
Nilai akhir buku ajar berupa angka 0-100 dengan jenjang seperti matriks
berikut:
Nilai Absolut Nilai Mutu Huruf
80-100 A 4.00
77-79 A- 3.75
74-76 B+ 3.50
70-73 B 3.00
67-69 B- 2.75

15
64-66 C+ 2.50
61-61 C 2.00
56-60 C- 1.75
50-55 D 1.50
<55 E 1.00

Persyaratan Ujian:
1. Kehadiran kuliah minimal 75%
2. Absensi skill laboratorium 100%, KECUALI jika sakit dengan
surat keterangan dokter.
3. Telah mengumpulkan semua tugas yang
diberikan.
E. Disiplin Ilmu Terkait
Untuk dapat menguasai kompetensi buku ajar ini, peserta didik memerlukan
pengetahuan dari beberapa disiplin ilmu yang terkait ilmu kesehatan anak, asuhan
kebidanan holistik komunitas, pendidikan budaya anti korupsi, kegawatdaruratan
maternal dan neonatal holistik, pelayanan holistik bayi, balita dan anak pra
sekolah.
F. Prasyarat Buku Ajar
Buku ajar ini ditempatkan pada tahun pertama dan menjadi buku ajar blok 13
semester 7. Buku ajar ini merupakan buku ajar teori dan skill lab untuk
mahasiswa akan memasuki semester berikutnya.
G. Hubungan dengan Mata Kuliah Lain
Dalam mempelajari penulisan ilmiah, mahasiswa juga harus memperhatikan
keterkaitannya dengan materi dari buku ajar lain yang berhubungan. Buku ajar
yang terkait dengan buku ajar ini adalah :
1. Ilmu kesehatan anak,
2. Asuhan kebidanan holistik komunitas,

16
3. Pendidikan budaya anti korupsi,
4. Kegawatdaruratan maternal dan neonatal holistik,
5. Pelayanan holistik bayi, balita dan anak pra sekolah

BAB II

ISI BUKU AJAR

A. Overview
Asuhan kebidanan holistik bayi, balita dan anak prasekolah merupakan
asuhan dasar yang wajib dikuasai sebagai kompetensi seorang bidan dalam
memberikan asuhan kepada bayi, balita dan anak prasekolah. Pada buku ajar
ini mahasiswa akan mempelajari bagaimana asuhan kebidanan hoistik yang
ada yang sesuai dengan kewenangan dan kode etik praktik kebidanan.
Buku ajar ini adalah buku ajar asuhan kebidanan holistik bayi, balita
dan anak prasekolah yang memiliki bobot 3 sks 2 sks teori dan 1 sks skill lab.
Buku ajar ini membahas tentang asuhan pada adaptasi bayi baru lahir, konsep
dasar pencegahan infeksi pada bayi, konsep dasar rawat gabung, hukum dan
perundang-undagan, konsep pertumbuhan dan perkembangan, deteksi dini
Pertumbuhan dan Perkembangan, kebutuhan asuh (fisik biomedis), kebutuhan
Asiih (psikologi), kebutuhan Asah (kebutuhan akan Stimulasi Mental),
Imunisasi Dasar, Nutrisi pada Bayi, Balita dan Anak Prasekolah, Konsep
dasar bayi dengan masalah yang timbul, dan social support.

17
B. POHON TOPIK

konsep bayi baru lahir, Pengertian, Perawatan sehari – hari, Boundi


balita, dan anak pra sekolah attacement, Perlindungan bayi

Psikologi bayi,
Bayi 0-3 bulan, 3-12 bulan, 1-2 tahun, 2-4 tahun
perkembangan bayi, balita
dan anak pra sekolah
Menjelaskan tentang Obstipasi, SIDS, Kejang,
Diaper rush, Fimosis, Hydrosefalus, Hypotermia,
Masalah lazim pada bayi, Hyperterm
balita dan anak pra sekolah Minggu I

Definisi nutrisi dan zat gizi, Nutrisi bayi 0-6 bulan,


nutrisi pada bayi, balita dan Nutrisi bayi 6-12 bulan, 12 – 24 Bulan, Frekuensi
anak pra sekoah MPASI, Jenis MPASI, Takaran PMASI, Tekstur
MPASI
i. Kesulitan makan pada anak dan cara
Perkembangan pada anak Pengertian, Faktor yang mempengaruhi, KPSP,
DDST

pertumbuhan bayi, balita dan


anak pra sekolah Pengertian, Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan, Penilaian pertumbuhan fisik

peran petugas kesehatan dalam


kesehatan bayi, balita dan anak Pemberi layanan, Edukator, Fasilitator, Motivator,
pra sekolah Manajemen dan perencana program,
Pemberdayaan masyarakar

Stimulasi pertumbuhan dan


Pola asuh, Motori asar, Motorik halus, Nutrisi
perkembangan bayi dan balita

Minggu II

18
Pengertian, Jenis pola asuh, Faktor yang
mempengaruhi pola asuh, Kebutuhan kasih sayang
pengasuhan pada bayi, balita
dan anak pra sekolah

Pengertian, Faktor penyebab, Tanda, Dampak,


Adaptasi sibling rivalry, Cara mengatasi, Peran
Sibling rivalry bidan

Arti keuarga sebagai sosial support, Bentuk social


C. BLUE
Social support dalam PRINT
pengasuhan support, Dampak socia support bai keuarga
bayi

Learning Spesifik Objektif Dimensi Pengetahuan Metode Domain Jumlah


Outcome (kompetensi dasar Soal
1 Mampu konsep bayi baru lahir, Pengertian MCQ C3:1 6
menjelaskan balita, dan anak pra Perawatan sehari – hari C4:2
konsep bayi sekolah Boundi attacement C4:2
baru lahir, Perlindungan bayi C4:1
balita, dan anak
pra sekolah
2 mampu psikologi bayi Bayi 0-3 bulan MCQ C4:2 8
menjelaskan perkembangan bayi , 3-12 bulan C4:2
mampu balita dan anak pra 1-2 tahun C4:2
psikologi bayi sekolah 2-4 tahun C4:2
perkembangan
bayi , balita dan
anak pra
sekolah
3 mampu Masalah lazim pada bayi, Diare MCQ C4:1 9
menjelaskan balita dan anak pra Obstipasi C4:1
masalah lazim sekolah SIDS C4:1
pada bayi, Kejang C4:1
balita dan anak Diaper rush C4:1
pra sekolah Fimosis C4:1
Hydrosefalus C4:1
Hypotermia C4:1
Hypertermia C4:1
4 mampu nutrisi pada bayi, balita Definisi nutrisi dan zat gizi MCQ C4:1 9
menjelaskan dan anak pra sekoah Nutrisi bayi 0-6 bulan C4:1
Nutrisi bayi 6-12 bulan C4:1
12 – 24 Bulan C4:1
Frekuensi MPASI C4:1
Jenis MPASI C4:1
Takaran PMASI C4:1

19
Tekstur MPASI C4:1
Kesulitan makan pada anak C4:1
dan cara mengatasi
5 mampu perkembangan pada anak Pengertian C3:1 4
menjelaskan Faktor yang mempengaruhi C5:1
perkembangan KPSP C5:1
pada anak DDST C5:1
mampu menjelaskan Pengertian C3:1 6
menjelaskan pertumbuhan bayi, balita Faktor yang mempengaruhi C5:1
pertumbuhan dan anak pra sekolah pertumbuhan
bayi, balita dan Penilaian pertumbuhan fisik C5:1
anak pra
sekolah
menjelaskan peran petugas kesehatan Pemberi layanan C4:1 6
peran petugas dalam kesehatan bayi, Edukator C4:1
kesehatan balita dan anak pra Fasilitator C4:1
dalam sekolah Motivator C4:1
kesehatan bayi, Manajemen dan perencan a C4:1
balita dan anak program
pra sekolah Pemberdayaan masyarakar C4:1
mampu Stimulasi pertumbuhan Motorik kasar C4:3 8
menjelaskan dan perkembangan bayi Motorik halus C4:3
Stimulasi dan balita Nutrisi C4:2
pertumbuhan
dan
perkembangan
bayi dan balita
mahasiswa Pengasuhan pada bayi, Pengertian C3:1 6
mampu balita dan anak pra
menjelaskan sekolah Jenis pola asuh C4:1
pengasuhan Faktor yang mempengaruhi C4:2
pada bayi, pola asuh
balita dan anak Kebutuhan kasih sayang C5:1
pra sekolah
mampu imunisasi dasar dan Jenis imunisasi dasar C4:1 5
menjelaskan tambahan pada bayi, Jenis Imunisasi lanjutan C4:1
imunisasi dasar balita dan anak pra Manfaat imunisasi C4:1
dan tambahan sekolah Jadwal imunisasi C4:1
pada bayi, Efek samping imunisasi C4:1
balita dan anak
pra sekolah
Mampu Sibling rivalry Pengertian C3:1 7
menjelaskan Faktor penyebab C4:1
Sibling rivalry Tanda sibling rivalry C4:1
Dampak C4:1
Adaptasi sibling rivalry C4:1
Cara mengatasi C5:1
Peran bidan C5:1
mampu Social support dalam Arti keuarga sebagai sosial C4:2 6

20
menjeaskan pengasuhan bayi support
Social support Bentuk social support C4:2
dalam Dampak socia support bai C4:2
pengasuhan keuarga
bayi
Total 80

D. Topik Perkuliahan
Topik Bahan Kajian Dosen Waktu

1 Mampu menjelaskan konsep  Pengertian Kristina Maharani, 1 x 100 menit


bayi baru lahir, balita, dan Perawatan sehari – hari S.ST.Keb., M.Tr.Keb
anak pra sekolah  Boundi attacement
 Perlindungan bayi
2 mampu menjelaskan mampu  Bayi 0-3 bulan Cinta Kartika Lidia Br. 1 x 100 menit
psikologi bayi perkembangan  3-12 bulan Hutabarat, M.Psi
bayi , balita dan anak pra  1-2 tahun
sekolah  2-4 tahun
3 mampu menjelaskan masalah  Diare Dr Vira Ari Nindia 1 x 100 menit
lazim pada bayi, balita dan  Obstipasi
anak pra sekolah  SIDS
 Kejang
 Diaper rush
 Fimosis
 Hydrosefalus
 Hypotermia
 Hypertermia

4 mampu menjelaskan  Definisi nutrisi dan zat Desi Soraya, S.Tr. Keb., 2 x 100 menit
gizi M.Keb.
 Nutrisi bayi 0-6 bulan
 Nutrisi bayi 6-12 bulan
 12 – 24 Bulan
 Frekuensi MPASI
 Jenis MPASI
 Takaran PMASI
 Tekstur MPASI
 Kesulitan makan pada anak
dan cara mengatasi

21
5 mampu menjelaskan  Pengertian Desi Soraya, S.Tr. Keb., 2 x 100 menit
perkembangan pada anak  Faktor yang mempengaruhi M.Keb.
 KPSP
 DDST
6 mampu menjelaskan  Pengertian Kristina Maharani, 1 x 100 menit
pertumbuhan bayi, balita dan  Faktor yang mempengaruhi S.ST.Keb., M.Tr.Keb
anak pra sekolah pertumbuhan
 Penilaian pertumbuhan fisik
7 menjelaskan peran petugas  Pemberi layanan Kristina Maharani, 1 x 100 menit
kesehatan dalam kesehatan  Edukator S.ST.Keb., M.Tr.Keb
bayi, balita dan anak pra  Fasilitator
sekolah  Motivator
 Manajemen dan perencan a
program
 Pemberdayaan masyarakar
8 mampu menjelaskan Stimulasi  Motorik kasar Desi Soraya, S.Tr. Keb., 1 x 100 menit
pertumbuhan dan  Motorik halus M.Keb
perkembangan bayi dan balita  Nutrisi
9 mahasiswa mampu  Pengertian Kristina Maharani, 1 x 100 menit
menjelaskan pengasuhan pada  Jenis pola asuh S.ST.Keb., M.Tr.Keb
bayi, balita dan anak pra  Faktor yang mempengaruhi
sekolah pola asuh
 Kebutuhan kasih sayang
10 mampu menjelaskan  Jenis imunisasi dasar Desi Soraya, S.Tr. Keb., 1 x 100 menit
imunisasi dasar dan tambahan  Jenis Imunisasi lanjutan M.Keb
pada bayi, balita dan anak pra  Manfaat imunisasi
sekolah  Jadwal imunisasi
 Efek samping imunisasi
11 Mampu menjelaskan Sibling  Pengertian Kristina Maharani, 1 x 100 menit
rivalry  Faktor penyebab S.ST.Keb., M.Tr.Keb
 Tanda sibling rivalry
 Dampak
 Adaptasi sibling rivalry
 Cara mengatasi
 Peran bidan
12 mampu menjeaskan Social  Arti keuarga sebagai sosial Desi Soraya, S.Tr. Keb., 1 x 100 menit
support dalam pengasuhan support M.Keb
bayi  Bentuk social support
 Dampak socia support bai
keuarga

E. Tujuan Pembelajaran
MINGGU I
1. Mampu menjelaskan konsep bayi baru lahir, balita, dan anak pra sekolah

22
2. Mampu menjelaskan konsep psikologi bayi perkembangan bayi , balita dan
anak pra sekolah
3. Mampu menjelaskan konsep masalah lazim pada bayi, balita dan anak pra
sekolah
4. Mampu menjelaskan nutrisi pada neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
5. Mampu menjelaskan perkembangan pada bayi, balita dan anak pra sekolah
MINGGU II
6. Mampu menjelaskan pertumbuhan bayi, balita dan anak pra sekolah
7. Mampu menjelaskan peran petugas kesehatan dalam kesehatan bayi, balita
dan anak pra sekolah
8. Mampu menjelaskan Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
balita
9. Mampu menjelaskan pengasuhan pada bayi, balita dan anak pra sekolah
10. Mampu menjelaskan imunisasi dasar dan tambahan pada bayi, balita dan anak
pra sekolah
11. Mampu menjelaskan Sibling rivalry
12. Mampu menjelaskan Social support pada bayi, balita dan anak pra sekolah.

F. Materi Asuhan Kebidanan Holistik bayi, Balita dan Pra Sekolah


1. Konsep bayi baru lahir, balita, dan anak pra sekolah
a. Pengertian
Konsep psikologi bayi perkembangan bayi , balita dan anak pra sekolah
Perkembangan anak (khususnya usia dini) penting dijadikan perhatian khusus bagi
orangtua dan guru. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi
kehidupan mereka pada masa mendatang. Anak usia dini sendiri merupakan
kelompok yang berada dalam proses perkembangan unik. Dikatakan unik, karena
proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersamaan dengan golden
age (masa peka/masa keemasan). Begitu pentingnya sehingga sangat
mempengaruhi apa dan bagaimana mereka di masa yang akan dating (Setiawan,

23
2010).
Menurut Fabiola Priscilla Setiawan (2010) Adapun tahap-tahap tumbuh kembang
manusia adalah sebagai berikut:
1. Neonatus (lahir – 28 hari)
2. Bayi (1 bulan – 1 tahun)
3. Toddler (1-3 tahun)
4. Pra sekolah (3-6 tahun)
Keempat tahapan perkembangan anak usia dini tersebut (neonates sampai
pra sekolah) dapat diuraikan menjadi:
1. Neonatus (lahir-28 hari)
Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk
dikembangkan sesuai keinginan. Implikasinya adalah membantu orang tua untuk
mengidentifikasi dan menemukan kebutuhan yang tidak ditemukan.
2. Bayi (1 bulan-1 tahun)
Pada tahap ini, tumbuh kembang terbagi menjadi 4 tahap perkembangan,
yaitu bayi usia 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, dan 9-12 bulan. Uraiannya
adalah:
a. Bayi usia 0-3 bulan
1) Mengangkat kepala
2) Mengikuti obyek dengan mata
3) Melihat dengan tersenyum
4) Bereaksi terhadap suara atau bunyi
5) Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
6) Menahan barang yang dipegangnya
7) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
b. Bayi usia 3-6 bulan
1) Mengangkat kepala sampai 90°
2) Mengangkat dada dengan bertopang tangan
3) Belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar

24
4) jangkauannya
5) Menaruh benda-benda di mulutnya
6) Berusaha memperluas lapang pandang
7) Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
8) Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
c. Bayi usia 6-9 bulan
1) Duduk tanpa dibantu
2) Tengkurap dan berbalik sendiri
3) Merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
4) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
5) Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
6) Bergembira dengan melempar benda-benda
7) Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
8) Mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
9) Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
d. Bayi usia 9-12 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa dibantu
2) Berjalan dengan dituntun
3) Menirukan suara
4) Mengulang bunyi yang didengarnya
5) Belajar menyatakan satu atau dua kata
6) Mengerti perintah sederhana atau larangan
7) Minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
8) Ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
9) Berpartisipasi dalam permainan
e. Toddler (1-3 tahun)
Pada usia ini terjadi peningkatan kemampuan psikososial dan
perkembangan motorik, baik motorik halus maupun kasar. Tahap ini terbagi
menjadi 3 tahap perkembangan, yaitu:

25
1) Usia 12-18 bulan
a) Mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling
rumah
b) Menyusun 2 atau 3 kotak
c) Dapat mengatakan 5-10 kata
d) Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
2) Usia 18-24 bulan
a) Mampu naik turun tangga
b) Menyusun 6 kotak
c) Menunjuk mata dan hidungnya
d) Menyusun dua kata
e) Belajar makan sendiri
f) Menggambar garis di kertas atau pasir
g) Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
h) Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
i) Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan
mereka
3) Usia 2-3 tahun
a) Anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
b) Membuat jembatan dengan 3 kotak
c) Mampu menyusun kalimat
d) Mempergunakan kata-kata saya
e) Bertanya
f) Mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
g) Menggambar lingkaran
h) Bermain dengan anak lain
i) Menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
f. Pra sekolah (3-6 tahun)

26
Pada masa pra sekolah pertumbuhan fisik lebih lambat. Ketika sedang
bermain anak mencoba pengalaman baru dan peran sosial. Tahap ini terbagi
menjadi 3 tahapan, yaitu:
1) Anak usia 3-4 tahun
a) Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
b) Berjalan pada jari kaki
c) Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
d) Menggambar garis silang
e) Menggambar orang (hanya kepala dan badan)
f) Mengenal 2 atau 3 warna
g) Bicara dengan baik
h) Bertanya bagaimana anak dilahirkan
i) Mendengarkan cerita-cerita
j) Bermain dengan anak lain
k) Menunjukkan rasa sayang kepada saudara saudaranya
l) Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
5) Anak usia 4-5 tahun
a) Mampu melompat dan menari
b) Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
c) Dapat menghitung jari-jarinya
d) Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
e) Minat kepada kata baru dan artinya
f) Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
g) Membedakan besar dan kecil
h) Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa
6) Anak usia 6 tahun
a) Ketangkasan meningkat
b) Melompat tali
c) Bermain sepeda

27
d) Menguraikan objek-objek dengan gambar
e) Mengetahui kanan dan kiri
f) Memperlihatkan tempertantrum
g) Mungkin menentang dan tidak sopan
3. konsep masalah lazim pada bayi, balita dan anak pra sekolah
a. Diare
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung dari satu minggu (Subagyo, Bambang dan
Nurtjahjo, 2012).
Tinja bayi normal atau sehat berbentuk lembut dan tidak padat. Bayi
buang air besar lebih sering pada 1 - 2 bulan pertama, karena itu sulit untuk
mengatakan apakah bayi menderita diare atau tidak. Kebanyakan bayi
memiliki pola feses yang khas. Pola ini dapat berubah perlahan-lahan dari
waktu ke waktu. Berikut ini beberapa tanda bayi mengalami diare
diantaranya seperti frekuensi secara tiba-tiba seperti lebih dari satu kali BAB
per sekali makan, kotoran menjadi lebih encer, nafsu makan bayi memburuk
dan mengalami hidung tersumbat atau demam juga menunjukkan
kecenderungan diare (Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012).
b. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh infeksi baik itu oleh virus, bakteri dan
parasit merupakan penyebab diare tersering. Virus, terutama Rotavirus
merupakan penyebab utama (60-70%) diare infeksi pada anak, sedangkan
sekitar 10-20% adalah bakteri dan kurang dari 10% adalah parasit.
c. Konstipasi
Kata konstipasi atau constipation berasal dari bahasa Latin constipare
yang mempunyai arti bergerombol bersama. Konstipasi adalah
ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna yang tercermin
dari berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja lebih keras, lebih

28
besar dan nyeri dibandingkan sebelumnya serta pada perabaan perut teraba
massa tinja (skibala). Secara umum definisi konstipasi menurut the North
American Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition
(NASPHGAN) adalah kesulitan atau keterlambatan melakukan defekasi
selama dua minggu atau lebih, dan mampu menyebabkan stres pada pasien
(Oktaviana, 2013).
Konstipasi merupakan masalah kesehatan pada anak yang masih cukup
tinggi. Kalau kita merujuk pada definisi NASPGHAN yang longgar, maka
kejadian konstipasi pada anak bisa mencapai 30% lebih. Konstipasi dapat
menyebabkan 3% kunjungan pasien ke dokter anak umum dan 15-25%
kunjungan ke konsultan gastroenterologi anak. Sebagian besar konstipasi
pada anak (>90%) adalah fungsional yang bila dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut biasanya tidak ditemukan kelainan organik, 40% diantaranya diawali
sejak usia satu sampai empat tahun (Oktaviana, 2013).
1. Penyebab Konstipasi
Sebab utama konstipasi fungsional sebenarnya adalah adanya
riwayat trauma sebelumnya saat berhajat, bisa karena nyeri karena tinja
yang keras, atau karena toilet fobia yaitu ketakutan ke toilet akibat toilet
yang jorok, ada kecoa, bau, dan lain lain. Akibat trauma tersebut anak
menahan tinjanya dan tidak mau berhajat. Karena ditahan tinja akan
semakin keras karena air diserap oleh dinding usus, sehingga saat anak
berusaha berhajat semakin terasa sakit, karena sakit semakin ditahan oleh
si anak, sehingga keadaan tersebut menjadi seperti lingkaran setan.
Lingkaran setan ini harus diputus dengan cara menghilangkan trauma
pada anak tersebut, dan membuat kondisi supaya anak merasa nyaman
saat berhajat, tidak sakit, tidak takut dan tidak menahan tinjanya
(Oktaviana, 2013).
2. Cara Menangani Konstipasi?

29
Ada 3 hal yang harus diperhatikan bila menghadapi anak dengan
konstipasi yaitu:
a. Pada tahap awal kita harus mengevakuasi tinja yang sudah
menumpuk berhari-hari di dalam usus besarnya. Evakuasi biasanya
dilakukan dengan cara klisma atau enema dengan gliserin yang
dilakukan di rumah sakit. Bila tinja yang menumpuk tidak terlalu
banyak, evakuasi juga bisa dilakukan dirumah dengan cara
pemberian obat supositoria (obat yang dimasukkan lewat anus)
(Oktaviana, 2013).
b. Tahap kedua adalah pengobatan rumatan yang harus diberikan paling
sedikit 2 minggu, bahkan kadang - kadang sampai 1 sampai 3 bulan.
Pengobatan rumatan ini bertujuan mencegah tinja supaya tidak keras
dan memutuskan lingkaran setan yang membuat anak menahan
tinjanya. Pengobatan rumatan dilakukan dengan cara memberikan
cairan yang cukup paling tidak 1 liter sehari, pemberian serat yang
cukup, pijatan di perut searah dengan jarum jam untuk merangsang
gerakan usus besar, toilet training serta obat pencahar yang aman
diberikan jangka panjang. Berikanlah buah buahan selain pisang dan
apel, berikanlah susu dengan takaran yang sesuai, sambil dilakukan
massage diperut dengan minyak telon atau baby oil dari arah kanan
bawah ke kanan atas dilanjutkan ke kiri atas lalu kiri bawah, secara
rutin 15 kali sehari. Toilet training akan mengembangkan refleks
gastrokolik dan selanjutnya akan membangkitkan refleks defekasi.
Sebagian besar anak telah siap memulai toilet training pada usia 18
bulan hingga 3 tahun. Toilet training dilakukan dengan cara anak
diminta duduk sebentar sekitar 3- 5 menit di toilet atau mainan yang
berbentuk tolit, 15 menit setelah makan pagi atau siang. Pada
awalnya anak tidak ditargetkan untuk berhajat saat toilet training,
karena hal itu malah akan membuat stres si anak, yang penting

30
adalah anak bisa duduk dulu sebentar, dan dilakukan secara teratur
setiap hari. Salah satu cara untuk tetap mejaga kepatuhan terapi
adalah menstimulasi anak yang telah berhasil dalam kegiatan ini
dengan pemberian hadiah (Oktaviana, 2013).
c. Tahap ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah mencari penyebab
dari konstipasi tersebut (Oktaviana, 2013).
d. SIDS
Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome
atau disingkat SIDS) adalah istilah untuk menyebut keadaan di mana bayi
(dari usia satu bulan sampai satu tahun) yang tampak sehat secara tiba-
tiba dan tak dapat dijelaskan meninggal. Tidak ada tindakan yang dapat
100% menekan SIDS, tapi yang dapat dilakukan adalah mengurangi
resiko. Berdasarkan penelitian, SIDS mengakibatkan 40 kematian per
100.000 bayi. Kebanyakan kasus SIDS disebabkan karena bayi tidur
tengkurap atau karena pola tidur atau jantung yang tidak normal (Darwis,
2016).
e. Kejang
Kejang merupakan keadaan darurat atau tanda bahaya yang sering terjadi
pada neonatus karena kejang dapat mengakibatkan hipoksia otak yang
cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan
sekuele di kemudian hari. Selain itu kejang dapat merupakan tanda atau
gejala dari satu masalah atau lebih dan memiliki efek jangka panjang
berupa penurunan ambang kejang, gangguan belajar dan gangguan daya
ingat. Aktivitas kejang yang terjadi pada waktu diferensiasi neuron,
mielinisasi, dan proliferasi glia pada neonates dianggap sebagai penyebab
kerusakan otak. kejang berulang akan menyebabkan berkurangnya
oksigenasi, ventilasi, dan nutrisi di otak.
Patofisiologi Kejang

31
Konsep epileptogenesis pada otak imatur sangat kompleks dan
cepat berkembang. Terdapat faktor khusus dalam perkembangan otak
yang membuat otak imatur lebih sensitif dalam menghasilkan kejang.
Faktor tersebut meliputi karakteristik dari neuron, neurotransmitter,
sinaps, reseptor, mielinisasi, glia, dan sirkuit neuron seluler maupun
regional.
Fungsi dasar neuron adalah depolarisasi dan hiperpolarisasi
membran yang menghasilkan aliran ion yang melintasi membran melalui
voltage dependent and transmitter-gated channel. Depolarisasi membran
mengawali potensial aksi yang menyebabkan lepasnya neurotransmitter
dari regio presinaps di akson terminal. Transmitter berkaitan dengan
reseptor post-sinap untuk mengawali eksitasi potensial post-sinap atau
inhibisi potensial post-sinaps. Fungsi otak secara normal didasarkan pada
keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi.
Kejang timbul akibat timbulnya muatan listrik (depolarisasi)
berlebihan pada susunan saraf pusat sehingga terbentul gelombang listrik
yang berlebihan. Neuron dalam sistem saraf pusat mengalami depolarisasi
sebagai hasil dari perpindahan natrium ke arah dalam, sedangkan
repolarisasi terjadi akibat keluarnya kalium. Untuk mempertahankan
potensial membran memerlukan energi yang berasal dari ATP dan
bergantung pada mekanisme pompa yaitu keluarnya natrium dan
masuknya kalium.
Meskipun mekanisme dasar kejang pada neonatus tidak sepenuhnya
dipahami, data terbaru menunjukkan bahwa depolarisasi berlebihan dapat
diakibatkan oleh:
1. Gangguan dalam produksi energi dapat mengakibatkan kegagalan
2. pompa natrium dan kalium
3. Rangsang berlebihan dari neurotransmitter di susunan saraf pusat
4. Adanya kekurangan relatif dari inhibitor neurotransmitter

32
5. dibanding eksitatorik dapat menyebabkan depolarisasi berlebihan
6. Perubahan membran neuron menyebabkan inhibisi dari pergerakan
Natrium
Perubahan fisiologis pada saat kejang berupa penurunan kadar
glukosa otak yang tajam dibandingkan kadar glukosa darah yang tetap
normal atau meningkat disertai peningkatan laktat. Hal ini merupakan
refleksi dari kebutuhan otak yang tidak dapat dipenuhi secara adekuat.
Kebutuhan oksigen dan aliran darah ke otak sangat esensial untuk
mencukup kebutuhan oksigen dan glukosa otak. Laktat terkumpul dan
berakumulasi selama terjadikejang, sehingga PH arteri menurun dengan
cepat. Hal inimenyebabkan tekanan darah sistemik meningkat dan aliran
darah ke otak naik.
Perkembangan otak anak terjadi sangat cepat mulai dari sejak lahir
hingga usia dua tahun yang disebut sebagai periode emas dan
pembentukan sinaps serta kepadatan dendrit pada sumsum tulang
belakang terjadi sangat aktif pada sekitar kehamilan sampai bulan
pertama setelah kelahiran. Pada saat bayi baru lahir, merupakan periode
tertinggi dari aktifitas eksitasi sinaps fisiologis. Menurut penelitian, pada
periode ini keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi pada sinaps
cenderung mengarah pada eksitasi untuk memberi jalan pada
pembentukan sinaps yang bergantung pada aktivitasnya.
f. Diaper rash (dermatitis Popok/ Ruam Popok)
Dermatitis popok (eksim popok, napkin dermatitis, diaper
dermatitis) merupakan kelainan kulit yang timbul di daerah kulit yang
tertutup popok, terjadi setelah penggunaan popok. Kelainan kulit terjadi
di daerah yang tertutup popok yaitu pada bokong sekitar anus, paha
sebelah dalam, daerah kelamin dan perut bagian bawah (Heni, 2016).
Sering terjadi pada bayi dan anak yang menggunakan popok, lebih
dari 50 persen berusia 3-20 bulan, paling banyak pada usia 7-15 bulan.

33
Angka kejadiannya antara laki-laki dan perempuan sama. Pada satu
penelitian di Inggris, ditemukan 25 persen dari 12.000 orang tua
mendapati ruam popok pada bayi mereka yang berusia 4 minggu.
Kehadiran superabsorbant disposable diapers (popok sekali pakai yang
mempunyai daya serap tinggi) dalam dekade terakhir menyebabkan
insiden dermatitis popok berkurang (Heni, 2016).
Penyebab dermatitis popok bersifat multifaktorial. Kelembaban
yang tinggi dan penggunaan popok yang lama mengawali terjadinya
dermatitis popok. Diantara berbagai faktor penyebab seperti faktor fisik,
kimiawi, enzimatik dan biologik (kuman dalam feses, urin); popok itu
sendiri perlu dipertimbangkan.Peningkatan kelembaban kulit
mempermudah kerusakan kulit akibat gesekan kulit dengan popok.
Kelainan yang paling banyak ditemukan pada individu yang
menggunakan popok adalah dermatitis popok iritan dan dermatitis popok
kandida (jamur) (Heni,2016).
Pengobatan dermatitis popok dapat dilakukan sesuai dengan urutan
ABCDE yaitu Air (udara), Barrier oitment (salap pelindung), Cleansing
and anticandidal treatment (pembersih dan pengobatan antikandida),
Diaper (popok) dan Education (pendidikan/pengarahan) (Puspitasari,
2017).
Upaya yang paling penting agar tidak terjadi dermatitis popok
adalah dengan menjaga kebersihan kulit dan sawar kulit, mengurangi
kelembaban dan iritasi pada kulit dengan cara segera mengganti popok
bila basah atau tidak tertampung lagi, bila mengganti bersihkan daerah
popok, mengoleskan salap mengandung seng atau titanium dioksida,
menghindari penggunaan popok yang ketat, jangan menggunakan cairan
antiseptik untuk mencuci pada popok kain; dan pilih popok yang baik
(Puspitasari, 2017).
g. Fimosis

34
Fimosis (Phimosis) merupakan salah satu gangguan yang timbul
pada organ kelamin bayi laki-laki, yang dimaksud dengan fimosis adalah
keadaan dimana kulit kepala penis (preputium) melekat pada bagian
kepala (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang di bagian air seni,
sehingga bayi dan anak kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini
memicu timbulnya infeksi kepala penis (balantis). Jika keadaan ini
dibiarkan dimana muara saluran kencing di ujung penis tersumbat maka
dokter menganjurkan untuk disunat. Tindakan ini dilakukan dengan
membuka dan memotong kulit penis agar ujungnya terbuka
(Rukiyah,2010)
Fimosis bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital)
maupun didapat. Fimosis kongenital (true phimosis) terjadi apabila kulit
preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke
belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta
diproduksinya hormone dan faktor pertumbuhan, terjadi proses
keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis
bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari
glans penis. (Muslihatun, 2010)
Gejala Pada Fimosis Gejala yang sering terjadi pada fimosis menurut
(Rukiyah,2010) diantaranya:
1) Bayi atau anak sukar berkemih
2) Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit preputium
menggelembung seperti balon
3) Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal
4) Penis mengejang pada saat buang air kecil
5) Bayi atau anak sering menangis sebelum urin keluar/Air seni keluar
tidak lancer
6) Timbul infeksi

35
Patofisiologi Fimosis
Menurut (Muslihatun,2010) Fimosis dialami oleh sebagian besar
bayi baru lahir, karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan
glans penis. Sampai usia 3-4 tahun, penis tumbuh dan berkembang.
Debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul di
dalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium dengan
glans penis. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa preputium dan glans
penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya.
Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium
terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat
ditarik ke arah proksimal. Pada usia 3 tahun, 90% preputium sudah dapat
diretraksi. Pada sebagian anak, preputium tetap lengket pada glans penis,
sehingga ujung preputium mengalami penyimpangan dan akhirnya dapat
mengganggu fungsi miksi.
Biasanya anak menangis dan pada ujung penis tampak
menggelembung. Air kemih yang tidak lancar, kadang-kadang menetes
dan memancar dengan arah yang tidak dapat diduga. Kalau sampai terjadi
infeksi, anak akan menangis setiap buang air kecil dan dapat pula disertai
demam. Ujung penis yang tampak menggelembung disebabkan oleh
adanya penyempitan pada ujung preputium karena terjadi perlengketan
dengan glans penis yang tidak dapat ditarik ke arah proksimal. Adanya
penyempitan tersebut menyebabkan terjadi gangguan aliran urin pada saat
miksi. Urine terkumpul di ruang antara preputium dan glans penis,
sehingga ujung penis tampak menggelembung.

36
h. Hydrosefalus
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik
oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau
pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis
(Sivagnanam dan Jha, 2012).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan
dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF
berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh viliarachnoid.

37
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat
mengalirnya liquor (Mualim, 2010).
Hidrocephalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara
aktiv yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak,walaupun pada
kasus hidrocephalus eksternal pada anak-anak cairan akan berakumulasi
di dalam rongga araknoid (Satyanegara, 2010).
1) Klasifikasi Hidrosepalus
a) Waktu Pembentukan
1. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami
sejak dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan
2. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi
setelah bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah
bayi dilahirkan (Sivagnanam dan Jha, 2012).

b) Proses Terbentuknya Hidrosefalus


1. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara
mendadak yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS
(Cairan Serebrospinal)
2. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah
cairan CSS mengalami obstruksi beberapa minggu
(Sivagnanam dan Jha, 2012)
c) Sirkulasi Cairan Serebrospinal
1. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS
masih biaskeluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat
setelah itu.

38
2. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana
sumbatanaliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur
sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak
(Sivagnanam dan Jha, 2012).
d) Proses Penyakit
1. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi
yangmengenai otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput
pembungkusotak (meninges).
2. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh
stroke atau cederatraumatis yang mungkin
menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy
(Sivagnanam dan Jha, 2012)
2) Patofisiologi
Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi akibat dari tiga
mekanisme yaitu produksi cairan serebro spinal yang berlebihan,
peningkatan resistensi aliran cairan serebro spinal dan peningkatan
tekanan sinus vena.sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme di atas
adalah peningkatan tekanan intrakranial ( TIK) sebagai upaya
mempertahankan keseimbanagan sekresi dan absorbsi. Mekanisme
terjadinya dilatasi ventrikel masih belum dapat dipahami secara
terperinci,namun hal ini bukanlah hal yang sederhana sebagaimana
akumulasi akibat dari ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan
berlangsunng berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
a) Kompresi sistem serebrovaskuler;
b) Redistribusi dari cairan srebro spinal atau cairan ekstraseluler
atau keduanya di dalam sistem susunan saraf pusat;

39
c) Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas
tak,gangguan viskoelastisitas otak,kelainan turgor otak);
d) Efek tekanan denyut cairan serebro spinal (masih
diperdebatkan)
e) Hilangnya jaringan otak
f) Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda)
g) Akibat adanya regangan abnormal pada sutura kranial.
i. Hypotermia
1) Pengertian
Pengaturan suhu tubuh hampir seluruhnya dilakukan oleh
mekanisme umpan balik saraf, dan hampir semua mekanisme ini
bekerja melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada
hipotalamus. Mekanisme umpan balik ini akan bekerja
membutuhkan detector suhu, untuk menentukan bila suhu tubuh
terlalu panas atau dingin. Panas akan terus menerus dihasilkan
dalam tubuh sebagai hasil sampingan metabolisme dan panas tubuh
juga secara terus menerus dibuang ke lingkungan sekitar (Harahap,
2014).
Hipotermi terjadi karena terpapar dengan lingkungan yang
dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau
basah) (Depkes RI, 2009). Hipotermi adalah suatu keadaan suhu
tubuh dibawah 36.6 0C (Majid, Judha & Istianah, 2011). Hipotermi
juga terjadi karena kombinasi dari tindakan anestesi dan tindakan
operasi yang dapat menyebabkan gangguan fungsi dari pengaturan
suhu tubuh yang akan menyebabkan penurunan suhu inti tubuh
(care temperature) (Yulianto & Budiono, 2011).
2) Klasifikasi Hipotermi
Menurut O’Connel et al. (2011), hipotermi dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

40
a) Ringan
Suhu antara 32-35°C, kebanyakan orang bila berada pada
suhu ini akan menggigil secara hebat, terutama di seluruh
ekstremitas. Bila suhu lebih turun lagi, pasien mungkin akan
mengalami amnesia dan disartria. Peningkatan kecepatan nafas
juga mungkin terjadi.
b) Sedang
Suhu antara 28–32°C, terjadi penurunan konsumsi oksigen
oleh sistem saraf secara besar yang mengakibatkan terjadinya
hiporefleks, hipoventilasi, dan penurunan aliran darah ke ginjal.
Bila suhu tubuh semakin menurun, kesadaran pasien bisa
menjadi stupor, tubuh kehilangan kemampuannya untuk menjaga
suhu tubuh, dan adanya risiko timbul aritmia.
c) Berat
Suhu <28°C, pasien rentan mengalami fibrilasi ventrikular,
dan penurunan kontraksi miokardium, pasien juga rentan untuk
menjadi koma, nadi sulit ditemukan, tidak ada refleks, apnea dan
oliguria.

j. Hipertermia
1) Pengertian
Hipertermia adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi
yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu
tubuh normal (>37,5°C). Hipertermia adalah proses alami tubuh
untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam
terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan ,
ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).

41
Hipertermia merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas
normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Sebagian besar hipertermia pada anak merupakan
akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya
hipertermia dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas
spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau
pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Akan tetapi hipertermi pada anak sangat berpengaruh
terhadap fisiologis organ tubuhnya. Apabila tidak ditangani, anak
akan mengalami letargi, mudah mengantuk, depresi dan dehidrasi
yang dapat menyebabkan mual, muntah, pusing serta penurunan
nafsu makan. Peningkatan suhu tubuh juga dapat menyebabkan
kejang. Kejang pada anak ini dapat mengakibatkan kehilangan
kesadaran bahkan kematian pada anak. Terutama pada anak usia
prasekolah yang merupakan usia keemasan atau “golden age“ hal
ini dapat mengakibatkan terganggunya proses tumbuh kembang
pada anak, dan berpengaruh pada masa depannya (Maryunani,
2010).

4. Nutrisi pada bayi, balita, dan anak Prasekolah


a. Definisi nutrisi dan zat gizi
Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme
untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan. Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara
makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya
dalam menentukan diet yang optimal. Dahulu, penelitian mengenai nutrisi
hanya terbatas pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan

42
kebutuhan dasar (standar) nutrisi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan
nutrisi (zat gizi) dasar ini dikenal di dunia internasional dengan istilah
Recommended Daily Allowance (RDA).
Gizi berasal dari kata bahasa Arab "Ghidza" yang berarti makanan. llmu
gizi berkaitan dengan makanan dan berkaitan pula dengan tubuh manusia.
Kata gizi selain berkaitan dengan kesehatan juga berkaitan dengan potensi
ekoncmi seseorang, yaitu berhubungan dengan perkembangan otak,
kemampuan belajar dan produktifitas kerja. Dengan memahami gizi maka
akan memudahkan mahasiswa untuk memahami fungsi masing-masing
zat gizi bagi metabolisme tubuh.
b. Nutrisi bayi 0-6 bulan
1) Kebutuhan zat gizi makro harian bayi:
Energi: 550 kkal
Protein: 12 gram (gr)
Lemak: 34 gr
Karbohidrat: 58 gr
Kebutuhan zat gizi mikro harian bayi:
2) Vitamin
Vitamin A: 375 mikrogram (mcg)
Vitamin D: 5 mcg
Vitamin E: 4 miligram (mg)
Vitamin K: 5 mcg
3) Mineral
Kalsium: 200 mg
Fosfor: 100 mg
Magnesium: 30 mg
Natrium: 120 mg
Kalium: 500 mg
c. Nutrisi bayi 6-12 bulan

43
1) Kebutuhan zat gizi makro harian bayi:
Energi: 725 kkal
Protein: 18 gr
Lemak 36 gr
Karbohidrat 82 gr
Serat: 10 gr
Air: 800 mililiter (ml)
2) Kebutuhan zat gizi mikro harian bayi:
a) Vitamin
Vitamin A: 400 mikrogram (mcg)
Vitamin D: 5 mcg
Vitamin E: 5 miligram (mg)
Vitamin K: 10 mcg
b) Mineral
Kalsium: 250 mg
Fosfor: 250 mg
Magnesium: 55 mg
Natrium: 200 mg
Kalium: 700 mg
Besi: 7 mg

d. 12 – 24 Bulan
Mulai memperkenalkan makanan yang berbentuk padat atau biasa
disebut dengan makanan keluarga, tetapi tetap mempertahankan rasa.
Menghindari memberikan makanan yang dapat mengganggu organ
pencernaan, seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam
atau berlemak. Finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti
cookies, nugget atau potongan sayuran rebus atau buah baik diberikan
untuk melatih keterampilan dalam memegang makanan dan merangsang

44
pertumbuhan giginya. Pemberian ASI masih tetap diteruskan sampai anak
berumur dua tahun.
Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan keluarga + 1-2 kali
sehari makanan selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi +
Pemberian ASI. Jumlah setiap kali makan : semangkuk penuh berukuran
250 ml
e. Frekuensi MPASI
Makanan pendamping ASI (MPASI) merupakan makanan peralihan dari
ASI ke makanan keluarga yang mengandung zat gizi, diberikan pada anak
berumur 6–24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya selain dari ASI.
Peranan makanan tambahan sama sekali bukan untuk menggantikan ASI,
melainkan untuk melengkapi ASI. Pengenalan dan pemberian MP-ASI
harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai
dengan kemampuan pencernaan bayi/anak.
f. Jenis MPASI
1) Usia 0-6 Bulan
Makanan yang diberikan hanya berupa ASI
Tanpa ada pemberian makanan atau minuman lain selain ASI (ASI
eksklusif)
ASI diberikan setiap kali bayi menginginkan
Sedikitnya 8 kali sehari, pagi siang, sore maupun malam.
2) Usia 6-9 Bulan
Memperkenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk makanan
lumat (tekstur makanan cair dan lembut)
Contoh : bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran yang
dihaluskan, bubur sumsum, nasi tim saring
ASI tetap diberikan dimana ASI diberikan terlebih dahulu kemudian
makanan pendamping ASI.
Frekuensi pemberian : 2-3 kali sehari makanan lumat

45
ASI sesering mungkin. Jumlah setiap kali makan : 2-3 sendok makan
penuh setiap kali makan, secara bertahap ditingkatkan sampai 1/2
mangkuk berukuran 250 ml setiap kali makan img1
3) Usia 6 Bulan :
Mulai dengan pemberian satu jenis buah yang dihaluskan. Seperti
pisang yang dihaluskan
Pada waktu awal MP ASI diberikan, pastikan tekstur MP ASI tidak
terlalu cair atau encer. Hal ini dapat dilihat ketika sendok
dimiringkan bubur tidak langsung tumpah
Pemberian ASI di sela-sela waktu makan utama
img2
4) Usia 7-8 Bulan :
Bisa diperkenalkan dengan tekstur makanan yang lebih kasar, yaitu
bubur tim saring
Makanan sumber protein contohnya seperti ikan bisa diperkenalkan
pula pada usia ini
Setelah secara bertahap diberikan tim saring, bayi bisa dikenalkan
dengan nasi tim tanpa disaring
5) Usia 9-12 Bulan
Memberikan makanan pendamping ASI dalam bentuk makanan
lunak atau lembik (dimasak dengan banyak air dan tampak berair )
atau dicincang yang mudah ditelan anak
Contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri
Untuk makanan selingan yang dapat dipegang anak diberikan di
antara waktu makan lengkap
ASI masih tetap diberikan.
Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan lembek + 1-2 kali
sehari makanan selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi +

46
Pemberian ASI. Jumlah setiap kali makan : ½ sampai dengan ¾
mangkuk berukuran 250 ml img3
6) Usia 9-10 bulan :
Pemberian pure dan jus buah bisa diberikan seperti pada usia 6-8
bulan
Bisa dengan kombinasi sampai dengan tiga jenis buah
Bayi juga sudah bisa diberikan bubur saring
7) Usia 11-12 Bulan :
Menu untuk usia 6-10 bulan bisa diberikan
Bayi sudah bisa diberikan nasi tim
Pada usia 12 bulan bisa diperkenalkan makanan dewasa tanpa
pemberian penguat rasa tambahan
8) Usia 12-24 Bulan
Mulai memperkenalkan makanan yang berbentuk padat atau biasa
disebut dengan makanan keluarga, tetapi tetap mempertahankan rasa
Menghindari memberikan makanan yang dapat mengganggu organ
pencernaan, seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu
asam atau berlemak.
Finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies,
nugget atau potongan sayuran rebus atau buah baik diberikan untuk
melatih keterampilan dalam memegang makanan dan merangsang
pertumbuhan giginya
Pemberian ASI masih tetap diteruskan sampai anak berumur dua
tahun.
Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan keluarga + 1-2 kali
sehari makanan selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi +
Pemberian ASI. Jumlah setiap kali makan : semangkuk penuh
berukuran 250 ml
5. Perkembangan pada anak

47
a. Pengertian
Perkembangan anak dapat didefinisikan sebagai proses di mana Si
Kecil mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Bisa dikatakan,
perkembangan mengacu pada urutan perubahan fisik, bahasa, emosi, dan
pemikiran, yang terjadi pada anak sejak lahir hingga awal masa dewasa.
Selama proses ini, anak berkembang dari yang awalnya bergantung pada
orangtua, menjadi pribadi yang mandiri.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor genetika (gen
yang diturunkan orang tua) serta peristiwa-peristiwa yang terjadi selama
kehidupan prenatal. Meski begitu, peran eksternal juga berpengaruh pada
perkembangan anak. Misalnya, lingkungan keluarga, faktor sosial,
ekonomi, dan budaya. Dengan demikian, tumbuh kembang berhubungan
langsung dengan gizi anak, kesejahteraan, pola pengasuhan, pendidikan
serta interaksi mereka dengan teman sebayanya.
Jenis – Jenis Perkembangan Anak
Anak tumbuh secara fisik, mereka juga mengalami perkembangan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Berikut merupakan lima area
dalam perkembangan anak:
Perkembangan kognitif Ini meliputi kemampuan berpikir, belajar,
memahami, menyelesaikan masalah, dan mengingat.
Perkembangan bahasa. Bagaimana anak belajar mengenal suara,
kata, dan kalimat, menggunakan bahasa isyarat dan tubuh untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Ini juga meliputi bagaimana mereka
belajar memahami komunikasi dari orang lain.
Perkembangan fisik.
Bagaimana anak-anak belajar bergerak dan menggunakan otot-otot
mereka. Ini dapat dipisahkan menjadi keterampilan motorik besar (seperti
menggunakan otot untuk berdiri, berjalan, berlari) serta keterampilan

48
motorik kecil (yang menggunakan otot untuk makan, menggambar, dan
menulis).
Perkembangan sosial dan emosional.
Perkembangan sosial adalah bagaimana anak-anak belajar
mengembangkan hubungannya dan kerja sama dengan anggota keluarga,
teman, serta para guru.Sementara itu, perkembangan emosional meliputi
bagaimana Si Kecil belajar mengekspresikan sesuatu, memahami, dan
menangani emosi mereka. Ini juga termasuk bagaimana mereka
memimpin sebuah kegiatan serta menunjukkan kepercayaan diri,
keingintahuan dan kreativitasnya.Bisa dibilang, perkembangan sosial dan
emosional merupakan elaborasi dari identitas dan citra diri anak.
Bagaimana Si Kecil mengenali perasaan dirinya sendiri serta mempelajari
perasaan orang lain agar dapat hidup bersama dalam masyarakat.
b. Faktor yang mempengaruhi
1) Faktor pola asuh orangtua
Hal utama yang bisa memengaruhi anak dalam tumbuh kembangnya
adalah pola asuh orangtua sendiri. Mereka sangat membutuhkan
tuntunan dan sering menjadikan orangtua sebagai role model dalam
keseharian mereka .
2) Lingkungan sekitar anak
Selain faktor pola asuh orangtua, ada yang tidak kalah penting, yakni
faktor lingkungan. Mulai dari lingkungan pertemanan atau pun
lingkungan tempat tinggal. Sebagai contoh, kalau anak sering
bermain dengan temannya yang suka main game sampai lupa waktu.
3) Nutrisi dan gizi yang diberikan
4) Permainan dan tontonan yang mendidik
c. KPSP
Anak mempunyai ciri yang khas yang berbeda dengan dewasa
adalah mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Dalam upaya

49
meningkatkan kualitas anak untuk tercapainya tumbuh kembang yang
optimal maka terpenuhi: (1) kebutuhan dasar anak tersebut (2) deteksi
dini adanya keterlambatan perkembangan.(3) intervensi dini.
Monitoring perkembangan secara rutin dapat mendeteksi adanya
keterlambatan perkembangan secara dini pada anak. IDAI bersama
DEPKES menyusun penggunaaan KPSP sebagai alat praskrening
perkembangan sampai anak usia 6 tahun, pemeriksaan dilakukan setiap 3
bulan untuk di bawah 2 tahun dan setiap 6 bulan hingga anak usia 6
tahun.Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal/sesuai umur
atau ada penyimpangan. Pemeriksaan KPSP adalah penilian
perkembangan anak dalam 4 sektor perkembangan yaitu : motorik kasar,
motorik halus, bicara/bahasa dan sosialisasi /kemandirian.
d. DDST
Tes Denver II adalah alat bantu untuk menilai tingkat
perkembangan anak usia sesuai dengan tugas untuk kelompok umurnya
pada saat melakukan tes. Denver II dapat digunakan untuk memonitor
dan memantau perkembangan bayi atau anak dengan resiko tinggi
terjadinya penyimpangan atau kelainan perkembangan secara berkala. Tes
ini juga tidak untuk mendiagnosa ketidakmampuan dan kesukaran belajar,
gangguan bahasa atau gangguan emosional, subtitusi evaluasi diagnostik
atau pemeriksaan fisik anak. Tes ini lebih mengarah pada perbandingan
kemampuan atau perkembangan anak dengan kemampuan anak lain yang
seumurnya.
Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai
dengan usia anak yang terbagi menjadi empat sektor yang dinilai, yaitu :
Personal Social, Fine Motor Adaptive, Language, Gross Motor. Pada
setiap item soal, pemeriksa wajib memasukan skor nilai di setiap soal
pada semua sektor. Dimana Nilai P = Pass/Lulus, Nilai F = Fail/Gagal,
Nilai R = Refusal/Menolak, Nilai NO = No Opportunity/Tak Ada

50
Kesempatan. Interpretasi hasil dalam tes Denver II terdiri dari dua tahap,
yaitu penilaian individual dan penilaian tes secara keseluruahan.
Penilaian Individual
a. Penilaian Lebih

b. Penilaian Normal

c. Penilaian Keterlambatan (D)

51
d. Penilaian Peringatan (C)

e. Penilaian Tak Ada Kesempatan

52
6. Pertumbuhan bayi, balita dan anak pra sekolah
a. Pengertian
Pertumbuhan berkaitan dengan adanya perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, bersifat
kuantitatif sehingga bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), dan dapat diukur dalam ukuran panjang (cm, meter) (Sulistyo,
2011).
Menurut Soetjiningsih dan Ranuh (2015) pertumbuhan juga perubahan
yang bersifat kuantitatif karena bertambah banyak jumlah, ukuran,
dimensi pada tingkat sel, organ, sistem organ maupun individu. Misalnya,
anak bertambah besar bukan saja secara fisik, melainkan juga ukuran dan
struktur organ tubuh dan otak. Otak anak semakin tumbuh terlihat dari
kapasitasnya untuk belajar lebih besar, mengingat, dan mempergunakan
akalnya semakin meningkat. Anak tumbuh baik secara fisik maupun
mental.
b. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Menurut Cahyaningsih (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan secara umum terdapat dua faktor utama,
yaitu:
1) Faktor genetik
Faktor genetik atau keturunan adalah modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui genetik yang
terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat menentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Faktor genetik antara lain adalah
jenis kelamin, suku bangsa, keluarga, umur, dan kelainan genetik.
2) Faktor lingkungan
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-fisik-psiko-sosial yang

53
mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir
hayat.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih
didalam kandungan (faktor prenatal). Faktor lingkungan prenatal
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari
konsepsi sampai lahir, antara lain adalah:
a) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang kurang terpenuhi sebelum terjadinya kehamilan
maupun pada saat hamil, akan beresiko melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR), tidak sedikit juga beresiko
lahirnya janin dengan cacat bawaan bahkan kematian bayi.
Disamping itu dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak
janin, anemia pada bayi baru lahir, infeksi dan abortus pada
kehamilan.
b) Toksin atau zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-
zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti obat-obatan
antikanker. Demikian pula dengan ibu hamil perokok berat atau
peminum alkohol akan menyebabkan bayi lahir dengan BBLR,
lahir mati, cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat
pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan yang
terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan gangguan pada
pusat syaraf bayi sehingga mengganggu perkembangannya.
c) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan
janin adalah somatotropin, hormone tiroid, dan insulin. Cacat
bawaan sering terjadi pada ibu dengan diabetes yang hamil dan
tidak mendapatkan pengobatan pada trimester 1 kehamilan dan
kekurangan yodium pada waktu hamil.

54
d) Infeksi
Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat bawaan
adalah TOURCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus,
Herves, Simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat
menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio,
campak, dan HIV.
e) Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi
tumbuh kembang janin yang dapat menyebabkan cacat
bawaan,dan kelainan kejiwaan.
b) Faktor fisik
c) Cuaca dan keadaan geografis suatu daerah
Musim kemarau yang panjang atau adanya bencana alam
lainnya, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak
contohnya sebagai akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak
yang kekurangan gizi.
d) Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam
penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan
tumbuh kembangnya. Apabila kebersihan kurang terjaga dapat
mengakibatkan diare dan deman berdarah pada anak. Apabila
anak mengalami sakit, maka dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangannya.
c) Faktor psikososial
1. Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh
kembang
anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur
akan

55
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang
atau tidak mendapatkan stimulus.
2. Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan
memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar,
misalnya adanya sekolah yang tidak terlau jauh, buku-buku,
suasana yang tenang serta sarana lainnya.
3. Penghargaan atau hukuman yang wajar
Apabila anak berbuat baik, maka seharusnya diberi pujian
atau reward, misalnya juga dengan ciuman, belaian, tepuk
tangan dan sebagainya. Pujian tersebut akan menimbulkan
motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah
lakunya. Dan memberikan nasihat atau ganjaran yang wajar
apabila anak melakukan hal yang tidak baik. Sehingga anak
tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik
d) Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak
memerlukan teman sebaya. Namun, perhatian orang tua tetap
dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul.
e) Stress
Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, rendah diri,
terlambat bicara dan nafsu makan menurun.
f) Sekolah
Pendidikan yang baik dapat meningkatkan pertumbuhan
perkembangan anak.
g) Cinta dan kasih sayang

56
Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari
orangtuanya, agar kemudian hari menjadi anak yang tidak
sombong dan dapat memberikan kasih sayangnya pula kepada
sesama. Sebaliknya kasih sayang yang diberikan secara
berlebihan yang menjurus kearah memanjakan, akan
menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian
anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri,
boros, angkuh, dan kurang bisa menerima kenyataan.
h) Kualitas interaksi anak orang tua
Interaksi timbal balik antara anak dan orangtua, akan
menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka
kepada orangtuanya, sehingga komunikasi bisa dua arah dan
segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya
kedekatan dan kepercayaan antara orangtua dan anak.
e) Faktor keluarga dan adat istiadat
a) Pekerjaan atau pendapatan keluarga Pendapatan keluarga yang
memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena
orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak, baik yang
primer maupun yang sekunder.
b) Pendidikan ayah dan ibu Pendidikan orangtua merupakan salah
satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena
dengan pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima
segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,
pendidikannya dan sebagainya.
c) Stabilitas rumah tangga
Keharmonisan rumah tangga mempengaruhi tumbuh kembang
anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang
harmonis dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.

57
d) Kepribadian ayah dan ibu
Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka tentu pengaruhnya
berbeda
terhadap tumbuh kembang anak, bila dibandingkan dengan
mereka
yang berkepribadian tertutup.
c. Penilaian pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan
ukuran
antropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi:
1) Tergantung umur yaitu berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan
(TB) terhadap umur, lingkaran kepala (LK) terhadap umur dan
lingkaran lengan atas (LILA) terhadap umur. Untuk dapat memberikan
pemaknaan secara klinis pada parameter tersebut diperlukan
keterangan yang akurat mengenai tanggal lahir anak. Kesulitannya
adalah di daerah-daerah tertentu, penetapan umur anak kurang tepat
karena orang tua tidak ingat bahkan tidak ada catatan mengenai
tanggal lahirnya.
2) Tidak tergantung umur yaitu berat badan terhadap tinggi badan
(BB/TB), lingkaran lengan atas (LILA) dan tebal lipatan kulit (TLK).
Hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan dengan suatu
baku tertentu misalnya NCHS dari Harvard atau standar baku nasional
(Indonesia) seperti yang terekam pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
Dengan melihat perbandingan hasil penilaian dengan standar baku
tersebut maka dapat diketahui status gizi anak. Nilai perbandingan ini
dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan fisik anak karena
menunjukkan posisi anak tersebut pada persentil (%) keberapa untuk
suatu ukuran antropometrik pertumbuhannya, sehingga dapat
disimpulkan apakah anak tersebut terletak pada variasi normal, kurang

58
atau lebih. Selain itu juga dapat diamati trend (pergeseran)
pertumbuhan anak dari waktu ke waktu.
7. Peran petugas kesehatan dalam kesehatan bayi, balita dan anak pra sekolah
a. Pemberi layanan
Sebagai pengelola bidan memiliki dua tugas yaitu pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas dalam partisipasi dalam tim.
Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di
wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat atau pelayan.
b. Edukator
Pada dasarnya, tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan adalah
memberdayakan orang tua dan mahasiswa agar mereka memiliki
keterampilan dan dalat menerapkan keterampilan tersebut secara mandiri
sehingga terciptanya autonomi pribadi.
c. Fasilitator
Sebagai fasilitator, bidan berupaya mendampingi atau menfasilitasi kader
dan masyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan Desa Siaga dan
sebagai mediator, dilakukan bidan dengan membantu masyarakat untuk
mengidentifikasi masalah atau kebutuhan kesehatan serta memberi
kemudahan kepada masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan.
d. Motivator
Peran motivator adalah peran untuk menyadarkan dan mendorong
kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat
mengembangkan potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan
potensinya untuk memecahkan masalah tersebut.
e. Manajemen dan perencana program
1) Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan
terutama yang berhubungan dengan ibu dan anak untuk

59
meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya.
2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan
masyarakat.
3) Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader,dukun atau
petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program atau kegiatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB.
4) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya ibu dan anak serta KB.
5) Mengerjakan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan
memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi
yang ada.
6) Menggerakan kemampuan masyarakat dan memelihara kesehatannya
dengan memanfaatkan potensi potensi yang ada.
7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik
professional melalui pendidikan, pelatihan, magang dan kegiatan-
kegiatan dalam kelompok profesi.
8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
f. Pemberdayaan masyarakat
Tugas utama Bidan adalah membina peran serta masyarakat melalui
pembinaan Posyandu dan pembinaan kelompok Dasa Wisma, di samping
memberi pelayanan langsung di Posyandu dan pertolongan persalinan.
Sedangkan tugas pokok bidan di desa adalah melaksanakan kegiatan
Puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah
kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan
diberikan. Selain itu Bidan di desa mempunyai tugas menggerakkan dan
membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya
untuk dapat berperilaku hidup sehat (Wijono, 1997). Mengacu tugas

60
pokok dan fungsi bidan di desa, maka program Desa Siaga tentulah
sangat bergantung peran aktif dari bidan
8. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
a. Motorik kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar,
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh, yang dipengaruhi oleh usia,
berat badan dan perkembangan anak secara fisik. Contohnya kemampuan
duduk, menendang, berlari, atau naik turun tangga.
Perkembangan motorik ini beriringan dengan proses kematangan fisik
anak. Dan kemampuan motorik ini merupakan hasil dari banyak faktor,
yaitu perkembangan sistem saraf, kemampuan fisik yang
memungkinkannya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung
perkembangan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan
jika sistem sarafnya sudah matang, proporsi kakinya cukup kuat untuk
menopang tubuhnya, dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil
mainannya.
b. Motorik halus
motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan
keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-
tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui
kegiatan dan rangsangan secara rutin, seperti bermain puzzle, menyusun
balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya dan
sebagainya.
Kemampuan motorik halus setiap anak berbeda-beda, baik dalam hal
kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh
pembawaan anak dan stimulai yang didapatnya.
Setiap anak bisa mencapai tahap perkembangan motorik halus yang
optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Anak justru bisa menjadi bosan

61
dan malas mengembangkan kemampuan motorik halusnya jika ia kurang
mendapatkan rangsangan.
9. Pengasuhan pada bayi, balita dan anak pra sekolah
a. Pegertian
Pola asuh dalam pandangan Singgih D Gunarsa dalam Tridhonanto dan
Agency, (2014) mengemukakan bahwa sebagai gambaran yang dipakai
orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga, mendidik) anak.
Sedangkan Chabib Thoha dalam Tridhonanto dan Agency (2014)
mengemukakan bahwa pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat
ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa
tanggung jawab kepada anak. Tetapi ahli lain memeberikan pandangan
lain, seperti Sam Vaknin dalam Tridhonanto dan Agency, (2014)
mengutarakan bahwa pola asuh sebagai “parenting is interaction between
parent’s and children during their care”.
Atas pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua
adalah suatu keseluruhan interaksi orang tua dan anak, dimana orang tua
dan anak, dimana orang tua yang memberikan dorongan bagi anak
dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang
dianggap paling tepat bagi orang tua agar anak bisa mandiri, tumbuh serta
berkembang secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri,
memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat, dan berorietasi untuk sukses.
b. Jenis pola asuh
Dalam gaya pendisiplinan terdapat para ahli berpendapat dan atas jenis
pola asuh, diantaranya: Elizabeth B Hurluck dalam Tridhonanto dan
Agency (2014) sebagai ahli psikologi perkembangan mengemukakan
bahwa ada 3 pola asuh, yaitu pola asuh Otoriter, pola asuh Demokratis,
dan pola asuh Laisses Fire. Sedangkan Diana Baumrind dalam
Tridhonanto dan Agency (2014), seorang psikologi klinis dan

62
perkembangan mengemukakan bawa ada empat tipe pola asuh yang dapat
dikembangkan dalam pengasuhan, yaitu Pola asuh Demokratis, Pola asuh
Otoriter, Pola asuh Permisif, dan Pola asuh penelantar. Adapun menurut
Stewart dan Koch dalam Tridhonanto dan Agency (2014) mengemukakan
bahwa Pola asuh terdiri dari tiga kecenderungan dari pola asuh orang tua
yaitu: Pola asuh Otoriter, Pola asuh Demokratis, dan Pola asuh Permisif.
1) Pola asuh Otoriter (Authoritarian Parenting)
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang menggunakan pendekatan
yang memaksakan kehendak, suatu peraturan yang dicanangkan orang
tua dan harus dituruti oleh anak. Pendekatan seperti ini biasanya
kurang responsif pada hak dan keinginan anak. Anak lebih dianggap
sebagai objek yang harus patuh dan menjalankan aturan, dan ketidak
berhasilan kemampuan dianggap ketidak mampuan.
2) Pola asuh Permisif (Permissive Parenting)
Pola asuh permisif adalah pola asuh yang bertolak belakang dengan
otoriter, permisif dapat diartikan orang tua yang serba membolehkan
atau suka mengijinkan. Pola asuh ini menggunakan pendekatan yang
sangat responsif (bersedia mendengarkan) tetapi cenderung terlalu
longgar. Pola asuh yang sangat toleran membuat orang tua memiliki
sikap yang relatif hangat dan menerima sang anak apa adanya.
Kehangatan kadang cendrung memanjakan, beberapa anak terlalu
dijaga dan dituruti keinginannya, sedangkan sikap menerima anak apa
adanya akan memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan apa
saja yang dia inginkan. Tetapi kebebasan tidak diikuti dengan tindakan
mengontrol atau menuntut anak untuk menampilkan perilaku tertentu.
Dengan kata lain anak menerima bimbingan yang terlampau sedikit,
terlalu dibiarkan, sehingga anak menjadi bingung mengenai apa yang
harus dilakukan
3) Pola asuh Demokratis (Authoritative Parenting)

63
Pola asuh demokratis menggunakan pendekatan yang rasional dan
demokratis. Orang tua sangat memperhatikan faktor kepentingan anak
dan mencukupinya dengan pertimbangan yang realistis. Tipe pola asuh
ini tidak sematamata menuruti keinginan anak tetapi sekaligus
mengajarkan kepada mereka mengenai kebutuhan yang penting bagi
kehidupannya. Anak diberi kebebasan dalam beraktivitas dan bergaul
dengan teman-temannya disertai rasa tanggung jawab, bahwa anak
bisa melakukan kegiatan dan bersosialisasi dengan yang lainnya.
c. Faktor yang mempengaruhi pola asuh
Menurut Horlock (1999) , terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pola asuh orang tua, yaitu:
3) Tingkat Sosial Ekonomi
Orang tua yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah lebih
bersikap hangat dibandingkan orang tua yang berasal dari sosial
ekonomi yang rendah.
4) Tingkat Pendidikan
Latar belakang pendidikan orang tua yang lebih tinggi dalam praktek
asuhannya terlihat lebih sering membaca artikel ataupun mengikuti
perkembangan pengetahuan mengenai perkembangan anak. Dalam
mengasuh anaknya mereka menjadi lebih siap karena memiliki
pemahaman yang lebih luas, sedangkan orang tua yang memiliki latar
belakang pendidikan terbatas, memiliki pengetahuan dan pengertian
yang terbatas mengenai kebutuhan dan perkembangan anak sehingga
kurang menunjukan pengertian dan cenderung akan memperlakukan
anaknya dengan ketat dan otoriter.
5) Kepribadian
Kepribadian orang tua dapat mempengaruhi penggunaan pola asuh.
Orang tua yang konservatif cenderung akan memperlakukan anaknya
dengan ketat dan otoriter.

64
6) Jumlah Anak
Orang tua yang memiliki anak hanya 2-3 orang (keluarga kecil)
cenderung lebih intensif pengasuhannya, dimana interaksi antara
orang tua dan anak lebih menekankan pada perkembangan pribadi
dan kerja sama antar anggota keluarga lebih dperhatikan. Sedangakan
orang tua yang memiliki anak berjumlah lebih dari lima orang
(keluarga besar) sangat kurang memperoleh kesempatan untuk
mengadakan kontrol secara intensif antara orang tua dan anak, karena
orang tua secara otomatis berkurang perhatiannya pada setiap anak.
d. Kebutuhan kasih sayang
Sama halnya dengan kebutuhan fisik material, setiap anak membutuhkan
makanan apabila lapar. Anak memerlukan minum tatkala haus, butuh
perlindungan dari kedinginan. Masih banyak lagi kebutuhan anak yang
tidak mungkin dikupas semuanya. Untuk memenuhi kebutuhan fisik anak
tersebut dibutuhkan usaha orang tua. Demikian pula dengan kebutuhan
mental spritual, pada setiap anak berbeda-beda. Perbedaan tersebut
didasarkan pada konsep fitrah. Secara fitri anak memerlukan kasih sayang
dari orang tuanya secara bersama-sama.
Kecendrungan terhadap kasih sayang merupakan suatu naluri. Seorang
anak dibesarkan dengan kasih sayang dari kedua orang tuanya, akan
memberi pengaruh yang luar biasa terhadap pembentukan kepribadiannya
ketika dewasa. Naluri seorang anak yang pertama muncul adalah naluri
aktual. Naluri ini dapat terbentuk melalui reaksinya pada masa awal dari
kelahirannya. Seorang anak pada masa bayi dalam pencariannya terhadap
makanan, menyebabkan anak mencari tempat air susu ibunya agar dapat
memuaskan rasa lapar dan dahaganya. Naluri aktual Pada tahap
selanjutnya memiliki kecendrungan untuk belajar atau menerima
pengetahuan.
10. Imunisasi dasar dan tambahan pada bayi, balita dan anak pra sekolah

65
a. Jenis imunisasi dasar
Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi
dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi
Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan
(DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3,
Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak
atau MR).
b. Jenis Imunisasi lanjutan
Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan
diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1
SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan
c. Manfaat imunisasi
Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung
dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik,
kakak dan teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan
kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang
dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah diimunisasi bila
terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan menularkan ke adik,
kakak, atau teman-teman disekitarnya. Jadi, imunisasi selain bermanfaat
untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran ke adik,
kakak dan anak-anak lain disekitarnya.

66
d. Jadwal imunisasi

Berdasarkan anjuran IDAI terbaru, berikut daftar imunisasi dasar lengkap


pada bayi usia 0-9 bulan.
1) Pada bayi baru lahir (usia kurang dari 24 jam) imunisasi yang
didapatkan adalah imunisasi hepatitis B (HB-1) dan polio-0
2) Pada bayi Usia 1 bulan imunisasi yang didapatkan adalah imunisasi
Polio 0 dan BCG
3) Pada bayi usia 2 bulan imunisasi yang didapatkan adalah imunisasi
DP-HiB 1, polio 1, hepatitis 2, rotavirus, PCV
4) Pada bayi usia 3 bulan imunisasi yang didapatkan adalah imunisasi
DPT-HiB 2, polio 2, hepatitis 3

67
5) Pada bayi usia 4 bulan imunisasi yang didapatkan adalah imunisasi
DPT-HiB 3, Polio 3 (IPV atau polio suntik), hepatitis 4, dan rotavirus
2
6) Pada bayi usia 6 bulan imunisasi yang didapatkan adalah imunisasi
PCV 3, influenza 1, rotavirus 3 (petavalen)
7) Pada bayi usia 9 bulan imunisasi yang didapatkan adalah imunisasi
Campak atau MR
e. Efek samping imunisasi
1) Nyeri pada bekas suntikan
2) Timbul kemerahan dan bengkak pada lokasi suntikan
3) Gejala seperti mau sakit flu Setelah diberikan imunisasi.
Gejalanya antara lain: Demam ringan, Sakit maag, Muntah, Nafsu
makan menurun, Sakit kepala, Lemas dan pegal-pegal
11. Sibling rivalry
a. Pengertian
Sibling rivalry bisa diartikan sebagai kompetisi antar saudara kandung,
baik antar saudara kandung yang berjenis kelamin sama ataupun berbeda.
Kompetisi ini diwarnai oleh rasa iri, cemburu, dan persaingan. Bersaing
untuk mendapatkan sesuatu, seperti perhatian ibu, mainan baru, dan lain-
lain. Bersaing bisa pula untuk membuktikan sesuatu, seperti menjadi yang
paling berprestasi, paling disayang orangtua, paling banyak teman, dan
lain-lain.
b. Faktor penyebab
1) Perbedaan jenis kelamin
Anak laki- laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap
saudara laki- laki dan perempuannya. Misalnya, dalam kombinasi
perempuan- perempuan, terdapat lebih banyak iri hati dari pada
kombinasi laki- perempuan atau laki- laki dengan laki- laki. Seorang
kakak perempuan kemungkinan lebih cerewet dan suka mengatur

68
terhadap adik perempuannya dibanding dengan adik laki- lakinya.
Anak laki- laki lebih banyak berkelahi dengan kakak laki lakinya dari
pada kakak perempuannya, untuk sebagian karena orang tua tidak
akan membiarkan agresivitas yang berlebihan terhadap kakak
perempuan
Berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian yang di lakukan
oleh Rahmawati (2012), didapatkan bahwa persentase anak yang
mengalami sibling yang memiliki jenis kelamin yang sama (69,1%)
di bandingkan dengan anak yang tidak memiliki persamaan jenis
kelamin (30,9%).
2) Perbedaan usia
Perbedaan usia di antara saudara kandung dapat mempengaruhi
lingkungan pada masa kanak- kanak, tetapi lebih sedikit pengaruhnya
jika di bandingkan dengan perbedaan jenis kelamin saudara kandung.
Hadirnya seorang anggota keluarga baru berpengaruh terhadap anak
yang lebih tua, bila perbedaan usia antara 2 sampai 4 tahun bisa
dikatakan merupakan suatu ancaman bagi anak yang lebih tua. Pada
saat usia anak paling tua masih kecil, konsep diri belum matang
sehingga muncul perasaan terancam. Seorang anak yang lebih tua
mempunyai tingkat pemahaman yang lebih baik terhadap situasi yang
terjadi dan tidak lagi memandang kehadiran anggota baru sebagai
suatu ancaman walupun dia mengalami kehilangan kedudukannya
sebagai anak semata wayang. Berbagai studi telah dilakukan dan
menunjukkan bahwa terdapat kasih sayang yang lebih besar dan lebih
sedikit persaingan atau perasaan kesepian pada anak yang
mempunyai adik baru dengan perbedaan usia sekitar 3 tahun atau
lebih. Namun, temuan tersebut tidak konsisten (Kamilah, 2015).
3) Urutan kelahiran

69
Needlman dalam Kalimah (2015) mengatakan meskipun anak- anak
tersebut dibesarkan dalam satu rumah, mereka memiliki pengalaman
dengan keluarga yang berbeda- beda. Perbedaan itu diduga
mempengaruhi perkembangan kepribadian dan tingkah laku anak,
selain faktor keturunan. Kamilah (2015) mengatakan yang dimaksud
dengan istilah urutan kelahiran adalah peringkat seseorang
(berdasarkan usia) diantara saudarasaudara kandungnya.
Urutan kelahiran merupakan peranan yang penting bagi anak untuk
memainkan peran di dalam keluarga dan menentukan pola
berinteraksi dengan saudara sekandungnya dan juga orang tuanya.
Interaksi ini dapat mempengaruhi
bagaimana dia berinteraksi dengan orang sekitar.
4) Pola asuh orang tua
Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah
gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Berikut beberapa
jenis pola asuh :
a) Pola asuh Otoritatif gaya pengasuhan yang bersikap responsive,
menghargai dan mengikut sertakan anak dalam mengambil
keputusan. Dan orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif
cenderung lebih percaya diri dan mampu bergaul dengan teman
sebayanya.
b) Pola asuh otoriter gaya pengasuhan yang menuntut anak
mengikuti perintah- perintah orang tuanya. Memberi batasan-
batasan tegas dan tidak memberi kesempatan anak untuk
berpendapat. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini
menjadikan anak bersifat curiga, anak tidak merasa bahagia, dan
canggung bila berhubungan dengan teman sebayanya.
c) Pola asuh Pemanja gaya pengasuhan yang cenderung
membiarkan anak mereka melakukan apa aja yang mereka

70
inginkan (Diana Baumrind, 1972 dalam Lerner dan Hultsch,
1983).
Dalam mendidik anak, orang tua juga harus memperhatikan peran
anak itu sendiri, dimana anak di rangsang untuk menghadapi dan
mengatasi suatu masalah. Komunikasi yang terjalin antara orang tua
dan anak akan membentuk kepribadian anak terhadap kesadaran dan
tanggung jawab. Semakin orang tua menerapkan pola asuh otoriter
semakin anak merasa terkekang, dan di sisi lain pola asuh otoriter
dapat membentuk anak untuk bersikap disiplin.
c. Dampak
1) Dampak Terhadap Diri Sendiri
Dampak pada diri sendiri yaitu dampak yang terjadi pada anak yang
mengalami sibling rivalry. Dalam hal ini yang mengalami perasaan
rival yaitu dari pihak kakak atau yang lebih tua.
a) Regresi
Dampak yang terjadi pada diri sendiri yang dialami oleh anak yaitu
yang pertama adalah regresi atau kemunduran. Regresi merupakan
adanya perilaku yang kembali pada taraf perkembangan yang lebih
dahulu
b) Self Efficacy
Dampak Sibling rivalry pada diri sendiri yang kedua yaitu adanya
pengaruh pada self efficacy. Pengaruh yang terjadi yaitu self
efficacy. Self efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan
individu mengenai kemampuan dirinya untuk untuk
mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan,
menghasilkan sesuatu dan mengimplementasikan tindakan untuk
menampilkan kecakapan tertentu.
c) Temper Tantrum

71
Temper tantrum merupakan suatu ledakan emosi yang kuat sekali,
disertai rasa marah, serangan agresif, ,menangis, menjerit-jerit,
menghentak-hentakkan kedua kaki dan tangan pada lantai atau
tanah. Menurut Hasan (2011) faktor penyebab anak mengalami
temper tantrum yaitu adanya halangan dalam keinginannya namun
tidak dapat tersampaikan dan muncul stress.
d) Perasaan Dendam pada Saudara
Perasaan dendam pada adik terlihat ketika adik sudah mampu untuk
membalas apa yang kakaknya pernah lakukan. Namun hal tersebut
diikuti juga dengan punishment yang ibu tegakkan untuk
mengurangi perilaku negatif yang terjadi pada kakak. Perilaku
agresif balasan dari adek tidak dapat kakak balas karena ia juga
memiliki ketakutan jika mendapat hukuman dari ibu. Hal tersebut
menjadikan perasaan dendam terhadap adik, karena adik merasa
bahwa kakaknya dalam posisi yang lemah.
2) Dampak Terhadap Saudara Kandung
Dampak terhadap saudara kandung yaitu dampak yang ditujukan dan
merugikan saudara kandung baik saudara yang di rival kan atau saudara
kandung lainnya.
a) Agresif
Agresif adalah satu serangan atau serbuan tindakan permusuhan
yang ditujukan pada seseorang atau benda. Agresifitas yang
dilakukan oleh kakak yaitu agresi fisik dan verbal yang
dimunculkan pada orang-orang yang dekat, namun jika diluar
rumah misalnya sekolah hal tersebut tidak muncul. Agresi fisik
tersebut seperti memukul, menendang, meludah, mencakar
terhadap adiknya.
b) Tidak mau berbagi dengan saudara

72
Dampak pada saudara yang kedua yaitu tidak mau berbagi dengan
saudara kandung. Pada kakak hal ini terjadi dimana kakak
memegang dominasi pemilihan mainan yang dibeli serta
pemakaian mainan. Dominasi yang diperlihatkan kakak seperti
harus memilih permainan yang ia inginkan. Hal tersebut terlihat
pada saat observasi berlangsung dimana mereka bermain bersama.
Kakak yang memilihkan jenis permainan yang dimainkan adiknya.
Ketika adiknya ingin memainkan mainan kakaknya, hal tersebut
membuat kakak marah dan muncullah sikap agresif.
c) Tidak mau membantu saudara
Dampak pada saudara yang ketiga yaitu tidak mau membantu
saudara. Pada hal ini, kakak tidak mau membantu adiknya. kakak
tidak mau saat harus membereskan mainan yang ia mainkan
bersama adik, atau ia tidak mau memasangkan pampers karena
adiknya tidak mau diam, hal tersebut diikuti dengan perilaku
agresif pula.
d) Dominasi pada Saudara
Sebagai anak yang diperlakukan istimewa oleh ayah, kakak
terbiasa dengan pemenuhan kebutuhan. Ayah memberikan kakak
mainan, pakaian, makanan dan kebutuhan lain lebih banyak
daripada saudara lain. Hal tersebut membuat sebagian keputusan
untuk adek diatur oleh kakak. Saat adik menolak keputusan yang
sudah diberikan oleh kakak, maka kakak akan murka dan
menunjukkan perilaku-perilaku agresifnya. Dominasi yang
dilakukan oleh kakak membuat adik tidak memiliki kebebasan
untuk berpendapat dalam hal apapun.
d. Adaptasi sibling rivalry
e. Cara mengatasi
1) Beri setiap anak perhatian dan cinta yang khusus dan istimewa.

73
2) Jangan membanding-bandingkan anak.
3) Jangan menjadikan anak sebagai pengasuh adiknya.
4) Buatlah pembagian tugas rumah masing-masing anak.
5) Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua
orang.
6) Kembangkan dan ajarkan anak bersikap empati dan memperhatikan
saudaranya yang lain.
7) Luangkan waktu untuk mendengar keluh kesah masing-masing anak
dan pujilah bila mereka akur satu sama lain.
8) Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan
anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
f. Peran bidan
12. Social support dalam pengasuhan bayi
a. Arti keluarga sebagai sosial support
(social support) adalah dukungan yang diperoleh dari hubungan
interpersonal yang mengacu pada kesenangan, ketenangan, bantuan
bermanfaat, yang berupa informasi verbal yang diterima seseorang dari
orang lain atau kelompok lain yang membawa efek perilaku bagi
penerimaannya (Farida dkk., 2014).
b. Bentuk social support
Terdapat dua jenis dukungan sosial (social support),
1. Received social support adalah dukungan sosial yang mengacu kepada
perilaku yang secara nyata dilakukan oleh seseorang, selanjutnya
perceived social support adalah dukungan sosial yang merujuk pada
persepsi seseorang bahwa kenyamanan, perhatian, dan bantuan selalu
tersedia jika dibutuhkan (Aprianti, 2012).
2. Perceived social support atau dukungan sosial yang dipersepsi
merupakan model dukungan sosial yang paling berkaitan dengan

74
kesehatan, model dukungan sosial ini paling sering ditemukan
bertindak sebagai pelindung stress (Aprianti, 2012) .
Terdapat empat dimensi perceived social support menurut Taylor
(2006) yaitu pertama adalah dukungan emosional, dukungan
emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan.
c. Dampak socia support bagi keuarga
Keluarga/ orangtua berfungsi untuk memastikan bahwa anaknya
sehat dan aman, memberikan sarana dan prasana untuk mengembangkan
kemampuan sebagai bekal di kehidupan sosial, serta sebagai media dalam
menanamkan nilai sosial dan budaya sedini mungkin. Orangtua
memberikan kasih sayang, penerimaan, penghargaan, pengakuan, dan
arahan kepada anaknya.
Hubungan antara orangtua dan anak sangat penting untuk
membangun kepercayaan terhadap orang lain dan diri sendiri. Selain itu
juga dapat membantu perkembangan sosial, emosional, dan kognitif pada
anak. Penelitian menyebutkan bahwa hubungan antara orangtua dan anak
yang hangat, terbuka, dan komunikatif; terdapat batas yang wajar antar
usia; menyampaikan alasan terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan
anak, akan meningkatkan rasa percaya diri dan juga performa di sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Selain itu anak akan lebih terhindar dari
hal-hal negatif seperti, depresi dan penggunaan narkoba.
Keberhasilan tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat luas.
Peran keluarga utamanya orangtua sangat penting dalam membentuk
lingkungan keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan pengertian.
Mengapa peran keluarga utamanya orangtua sangat penting? Lingkungan
paparan pertama dan tersering bagi anak-anak adalah keluarga.
Pembentukan karakter dan proses tumbuh kembang pertama kali dimulai

75
dari sini. Anak-anak harus dipersiapkan sedini mungkin untuk menjadi
penentu kehidupannya nanti. Harus dipersiapkan untuk bisa membuat
keputusan sendiri dan tumbuh menjadi pribadi yang kompeten di
masyarakat. Proses ini dapat didapatkan sedini mungkin tergantung pada
lingkungan tempat tinggal anak dibesarkan.
Kondisi yang optimal di rumah, pemenuhan nutrisi yang cukup, dan
interaksi antar orangtua maupun dengan anak sangat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak. Orangtua bertanggungjawab untuk
menyediakan lingkungan yang aman, memantau aktivitas anak,
membantu mengembangkan emosi sosial dan kognitif, serta menyediakan
arahan dan panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyediakan
lingkungan rumah yang aman dan kondusif, anak akan senang bermain,
mengeksplorasi hingga menemukan berbagai hal baru yang dapat
meningkatkan level perkembangan kognitif, sosial, dan emosional.
Harapannya kelak dapat menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan
produktif.

Jadwal Buku Ajar Bayi, Balita dan Anak Prasekolah


Tahun 2021/2022

HARI/ JAM NAMA


NO MATERI
TANGGAL MENGAJAR DOSEN

Kristina
Jumat, 8 Maharani, konsep bayi baru lahir, balita, dan anak pra
15.00-1640
1. oktober 2021 S.ST.Keb., sekolah
M.Tr.Keb

Cinta Kartika
Sabtu, 9 psikologi bayi perkembangan bayi , balita dan
2 17.00-18.40 Lidia Br.
Oktober 2021 anak pra sekolah
Hutabarat,
M.Psi

76
Jumat, 15 15.00-1640 Dr Vira Ari masalah lazim pada bayi, balita dan anak pra
3
oktober 2021 Nindia sekolah

Sabtu, 16 17.00-18.40 Desi Soraya,


4 Oktober 2021 S.Tr. Keb., nutrisi pada bayi, balita dan anak pra sekoah
M.Keb

Jumat, 22 15.00-16.40 Desi Soraya,


5 oktober 2021 S.Tr. Keb., nutrisi pada bayi, balita dan anak pra sekoah
M.Keb

Sabtu, 23 17.00-18.40 Desi Soraya,


6 Oktober 2021 S.Tr. Keb., menjelaskan perkembangan pada anak
M.Keb

Jumat, 29 15.00-16.40 Desi Soraya,


7 oktober 2021 S.Tr. Keb., menjelaskan perkembangan pada anak
M.Keb

Sabtu, 30 17.00-18.40 Kristina


Oktober 2021 Maharani,
8 pertumbuhan bayi, balita dan anak pra sekolah
S.ST.Keb.,
M.Tr.Keb

Jumat, 5 15.00-1640 Kristina


November 2021 Maharani, peran petugas kesehatan dalam kesehatan bayi,
9
S.ST.Keb., balita dan anak pra sekolah
M.Tr.Keb

Sabtu, 6 17.00-18.40 Desi Soraya,


Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi
10 November 2021 S.Tr. Keb.,
dan balita
M.Keb

Jumat, 12 15.00-1640 Kristina


November 2021 Maharani,
11 pengasuhan pada bayi, balita dan anak pra sekolah
S.ST.Keb.,
M.Tr.Keb

Sabtu, 13 17.00-18.40 Desi Soraya,


imunisasi dasar dan tambahan pada bayi, balita dan
12 November 2021 S.Tr. Keb.,
anak pra sekolah
M.Keb

Jumat, 12 Kristina
November Maharani,
13 Sibling rivalry
S.ST.Keb.,
2021
M.Tr.Keb

77
Sabtu, 13 Kristina
November Maharani,
14 Social support dalam pengasuhan bayi
S.ST.Keb.,
2021
M.Tr.Keb

78
BAB III
PRAKTIK LABORATORIUM

Standart Kompetensi
1. Penanganan oral trash
2. Penanganan Diaper rush
3. Pembuatan MPASI
4. Menerapkan KPSP
5. Menerapkan SDIDTK
6. Menerapan kohort Bayi n Balita
7. Deteksi mental emosional balita
KOMPETENSI PATOLOGI KEBIDANAN
Mahasiswa kebidanan perlu belajar dan berlatih ketrampilan klinis agar dapat
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Mahasiswa kebidanan
selain menguasai ketrampilan fisiologi, harus juga memahami tentang keterampilan
asuhan holistik pada bayi, balita dan anak prasekolah karena sebagai seorang bidan
harus mampu melakukan deteksi tumbuh kembang pada anak.
A. Kompetensi Umum
Mahasiswa mampu melakukan prosedur asuhan yang baik dan benar pada bayi,
balita dan anak prasekolah sesuai dengan proses tumbuh kembang yang dilewati.
B. Kompetensi Khusus
1. Mampu melakukan prosedur penanganan oral trash
2. Mampu melakukan prosedur penanganan Diaper rush
3. Mampu melakukan prosedur pembuatan MPASI
4. Mampu melakukan prosedur menerapkan KPSP
5. Mampu melakukan prosedur menerapkan SDIDTK
6. Mampu melakukan prosedur menerapan kohort Bayi n Balita
7. Mampu melakukan prosedur deteksi mental emosional balita

79
C. TINGKAT KOMPETENSI
Tingkat Kompetensi Keterampilan Klinis :
1. Tingkat Kompetensi 1 : Memahami dan menjelaskan
Para lulusan dari Prodi S-1 Kebidanan memiliki pengetahuan teoritis
mengenai keterampilan ini, sehingga mereka mampu menjelaskan konsep,
teori, prinsip atau indikasi, prosedur melakukan, komplikasi yang muncul
dari orang lain untuk rekan- rekan mereka.
2. Tingkat Kompetensi 2 : Setelah melihat atau setelah dibuktikan
Para lulusan dari Prodi S-1 Kebidanan ini memiliki pengetahuan teoritis
mengenai ketrampilan ini (konsep, teori, prinsip atau indikasi, prosedur
melakukan, komplikasi dll). Selain itu, selama percobaan, mereka telah
melihat keterampilan ini dan telah ditunjukkan kepada mereka.
3. Tingkat Kompetensi 3 : Setelah melakukan atau setelah diterapkan dibawah
pengawasan.
Para lulusan dari Prodi S-1 Kebidanan ini memiliki pengetahuan teoritis
mengenai keterampilan ini (konsep, teori, prinsip atau indikasi, prosedur
melakukan, komplikasi dll). Selain itu, selama percobaan, mereka telah
melihat keterampilan ini dan menunjukkannya atau telah menerapkan
beberapa kali dibawah pengawasan.
4. Tingkat Kompetensi 4 : Mampu melakukan secara mandiri
Para lulusan dari Prodi S-1 Kebidanan ini memiliki pengetahuan teoritis
mengenai keterampilan ini (konsep, teori, prinsip atau indikasi, prosedur
melakukan, komplikasi dll). Selain itu, selama percobaan mereka, telah melihat
keterampilan ini dan telah dibuktikan serta telah menerapkan beberapa kali
dibawah pengawasan, disamping itu, mereka memiliki pengalaman untuk
menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik
asuhan kebidanan secara mandiri.

80
D. DESAIN AKTIVITAS PEMBELAJARAN

1 2 3

Self Study Tutor :


Pembentukan
Mahasiswa mendemonstrasikan ke
mahasiswa kelompok kecil untuk
mengidentifikasi
berlatih dengan
checklist, membuat daftar Mahasiswa : mengamati
pertanyaan, observasi diamati oleh Tutor
checklist dan mencatat
alat- alat.

6 5 4

Evaluasi : tutor diskusi


dengan mahasiswa Mahasiswa
Mahasiswa :
tentang kesulitan- melakukan mendiskusikan dengan
kesulitan Mahasiswa : kegiatan role play tutor, kesulitan
Membuat rencana mahasiswa
belajar mandiri

Belajar
mandiri di Lab

81
E. Tahap Pembelajaran

WAKTU KEGIATAN MAHASISWA TUTOR


10 menit Self Study Identifikasi, checklist, Melakukan observasi
alat-alat
10 menit Demontrasi Observasi Memberikan demontrasi
langkah demi langkah
30 menit Membentuk kelompok Exercise/ berlatih Melakukan observasi
kecil untuk berlatih
10 menit Diskusi Mahasiswa Memberikan feedback/
mendiskusikan umpan balik
dengan tutor,
kesulitan mahasiswa
ditanyakan
20 menit Simulasi ke 2 Mahasiswa Melakukan observasi
melakukan role memberikan umpan balik
play dengan scenario
kasus
20 menit Evaluasi Mahasiswa membuat Tutor diskusi dengan
rencana belajar mahasiswa tentang
mandiri kesulitan-kesulitan

F. Evaluasi
Buku ajar skill laboratorium, dengan ujian skill laborat. Nilai batas lulus dalam
buku ajar ini adalah 75. Bobot komponen nilai skill laboratorium pada buku ajar
blok 13 ini sebesar 20%.
Kriteria nilai ketrampilan yang dilakukan, sudah tergabung dengan nilai sikap.
NILAI KRITERIA KETRAMPILAN YANG DICAPAI
Tidak Perlu Perbaikan a. Lagkah atau tugas yang tidak dikerjakan
dengan benar atau dihilangkan
b. Langkah besar dan berurutan, tetapi kurang
tepat atau pelatih perlu membantu/
meningkatkan hal-hal kecil yang
terlewatkan
Ya Mahir Langkah yang dikerjakan dengan benar, tepat
tanpa ragu-ragu, tanpa perlu bantuan dan sesuai
dengan urutan

82
G. Prosedur Tindakan
1. PENANGANAN DIAPER RASH
c. Standar Kompetensi
Mahasiswa terampil dalam melakukan ketrampilan perawatan diaper rash
b. Kompetensi Dasar
1) Mampu memahami manfaat penanganan diaper rash
2) Mampu mengetahui tujuan penanganan diaper rash
3) Mampu melakukan penanganan diaper rash
c. Metode
Small Group Practice
d. Alat
 Korentang dalam tempatnya.
 Handuk lembut dan lap tangan.
 Kasa dan kapas pada tempatnya.
 Obat diaper rush.
 Popok dan pakaian bayi.
 Model Bay
1) Definisi
Diaper rash merupakan kelainan kulit yang timbul di daerah kulit yang
tertutup popok, terjadi setelah penggunaan popok. Kelainan kulit
terjadi di daerah yang tertutup popok yaitu pada bokong sekitar anus,
paha sebelah dalam, daerah kelamin dan perut bagian bawah
Tujuan
a) Menyampaikan informasi kepada klien tentang manfaat / tujuan
pemeriksaan fisik pada bayi normal
b) Menyampaikan kepada orang tua bayi tentang hasil pemeriksaan
agar orang tua tahu tentang kondisi kesehatan bayinya.
2) Prosedur
a) Salam terapeutik dan memperkenalkan diri

83
b) Menjelaskan tujuan
c) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
d) Menanyakan kesiapan klien
e) Menjaga privacy
f) Siapkan alat-alat dan bahan (alat disusun secara ergonomis).
g) Mencuci tangan
h) Lepaskan popok dan biarkan kulit bayi kena angin.
i) Ganti popok bayi dan basuh bokong bayi dengan
mengeringkannya sebelum memakaikan popok baru.
j) Bersihkan bokong bayi, alirkan air ke arah bokong dan jangan
menggosok bokongnya yang kemerahan.
k) Keringkan dengan handuk lembut dengan menepukkan handuk
ke permukaan kulit secara lembut.
l) Angin-anginkan bokong bayi sebentar hingga mengering
sendiri.
m) Oleskan krem khusus ruam popok yang mengandung zinc
oxide seperti krem ruam popok untuk membantu
menghilangkan iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok.
n) Biarkan agak mengering terlebih dahulu sebelum ditutup
dengan popok baru.
o) Ganti merk popok bayi, jika bayi alergi dengan merk popok
tertentu.
p) Segera konsultasi ke dokter, bila ruam popok tidak hilang
dalam waktu 3 hari atau bila kondisinya tambah parah seperti
bintik merah, melepuh atau keluar nanah.
q) Melakukan evaluasi tindakan
r) Membereskan alat
s) Mencuci tangan
t) Dokumentasi

84
Skenario
Seorang ibu datang ke bidan ingin memeriksakan keadaan bayinya. Ibu
mengatakan bayinya usia 5 bulan dan ibu mengatakan pada pantat bayi
terdapat ruam kemerahan. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
bidan RR : 20x/menit Suhu : 36,5 oC dan terdapat ruam kemerahan pada
pantat bayi. Bidan menyarankan untuk melakukan perawatan diapers rash

2. PERAWATAN ORAL TRUSH


a. Standar Kompetensi
Mahasiswa terampil dalam melakukan ketrampilan perawatan oral trush
b. Kompetensi Dasar
1) Mampu memahami manfaat penanganan oral trush
2) Mampu mengetahui tujuan penanganan oral trush
3) Mampu melakukan penanganan oral trush
c. Metode
Small Group Practice
d. Alat
 Korentang dalam tempatnya.
 Handuk lembut dan lap tangan.
 Kasa dan kapas pada tempatnya.
 Larutan garam fisiologis.
 Obat oral trush (Gention Violet 0,25% atau 1 ml Suspensi Nistatin).
 Model Bayi.
1) Definisi
Oral Trush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya
mukosa dan lidah, danVkadang-kadang palatum, gusi serta lantai
mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut
menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan
permukaan perdarahan merah. Penyakit ini biasanya menyerang bayi

85
yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi kesehatan buruk,
pasien dengan tanggap imun lemah, pasien yang telah menjalani
pengobatan dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi jamur di mulut)
disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda
awal dari adanya gangguan sistem kekebalan.
Tujuan
a) Menyampaikan informasi kepada klien tentang manfaat / tujuan
perawatan oral trush
b) Menyampaikan kepada orang tua bayi tentang hasil pemeriksaan
agar orang tua tahu tentang kondisi kesehatan bayinya.
2) Prosedur
a) Salam terapeutik dan memperkenalkan diri
b) Menjelaskan tujuan
c) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
d) Menanyakan kesiapan klien
e) Menjaga privacy
f) Siapkan alat-alat dan bahan (alat disusun secara ergonomis).
g) Mencuci tangan
h) Bersihakan lebih dulu dengan jari yang dibungkus kain bersih
yang telah dibasahi dengan larutan garam.
i) Olesi mulut dengan gentian violet 0,25% atau 1 ml suspensi
nistatin.
j) Bereskan alat-lat
k) Buang kain sehabis dipakai, dan buang di tempat sampah
l) Segera konsultasi ke dokter, bila oral trush bertambah parah
seperti (mukosa mulut kelihatan putih bertambah, bertambah
merah)
m) Melakukan evaluasi tindakan
n) Membereskan alat

86
o) Mencuci tangan
p) Dokumentasi
Skenario

Seorang ibu datang ke bidan ingin memeriksakan keadaan bayinya. Ibu


mengatakan bayinya usia 5 bulan dan ibu mengatakan pada mulut terdapat
putih-putih. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan RR :
20x/menit Suhu : 36,5 oC dan terdapat putih-putih pada lidah anak. Bidan
menyarankan untuk melakukan perawatan oral trush

a. PEMBERIAN MPASI
3. Standar Kompetensi
Mahasiswa terampil dalam melakukan ketrampilan pembuatan MPASI
4. Kompetensi Dasar
1) Mampu memahami manfaat penanganan oral trush
2) Mampu mengetahui tujuan penanganan oral trush
3) Mampu melakukan penanganan oral trush
5. Metode
Small Group Practice
d. Alat
1) 15 gram (1.5 sdm) tepung beras
2) 10 gram (1 sdm) kacang hijau, rebus, haluskan
3) 75 cc(1/3 gelas belimbing) santan kental
4) 20 gram daun bayam, iris halus
5) Panci
6) Saringan atau blender
7) Kompor
1) Definisi
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi
diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI

87
merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan
bayi/anak.
Tujuan
a) Menyampaikan informasi kepada klien tentang manfaat / tujuan
pemberin MPASI
b) Menyampaikan kepada orang tua bayi tentang hasil pemeriksaan agar
orang tua cara membuat MPASI yang benar
2) Prosedur
a) Menjelaskan tujuan
b) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Siapkan alat-alat dan bahan (alat disusun secara ergonomis).
d) Mencuci tangan
e) Ambil 10 gram (1 sdm) kacang hijau dan 20 gr dan bayam yang
sudah diiris halus
f) Rebus kacang hijau dan daun bayam
g) Saring rebusan kacang hijau dan daun bayam dengan saringan
atau belnder halus, sisihkan
h) Campurkan sedikit air dengan tepung beras hingga larut,
tambahkan santan, masak di atas api kecil hingga matang
i) Tambahkan hasil saringan kacang hijau dan aduk rata.
j) Membereskan alat
k) Mencuci tangan

Seorang ibu datang ke bidan ingin memeriksakan keadaan bayinya. Ibu


mengatakan bayinya usia 6 bulan dan ibu ingin mengetahui tata cara
pembuatan MPASI. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan RR
: 20x/menit Suhu : 36,5 oC dan bayi terlihat sehat. Bidan memberikan
pengetahuan tentang pembuatan MPASI

88
a. PEMBERIAN MPASI
a. Standar Kompetensi
Mahasiswa terampil dalam melakukan ketrampilan pembuatan MPASI
b. Kompetensi Dasar
1) Mampu memahami manfaat penanganan MPASI
2) Mampu mengetahui tujuan penanganan MPASI
3) Mampu melakukan penanganan MPASI
c. Metode
Small Group Practice
d. Alat
1) Beras 20 gr ( 2 sdm)
2) Ikan / daging 25 gr (1 potong)
3) Tempe / tahu 10 gr ( 1 potong)
4) Sayur ( misal: bayam, wortel, labu kuning ) 25 gr (0,5 gelas)
5) Air 800 ml ( 3 – 4 gelas )
6) Panci
7) Sendok pengaduk
8) Pisau
9) Kompor
1) Definisi
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi
diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI
merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan
bayi/anak.
Tujuan

89
a) Menyampaikan informasi kepada klien tentang manfaat / tujuan
pemberin MPASI
b) Menyampaikan kepada orang tua bayi tentang hasil pemeriksaan agar
orang tua cara membuat MPASI yang benar
2) Prosedur
a) Menjelaskan tujuan
b) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Siapkan alat-alat dan bahan (alat disusun secara ergonomis).
d) Mencuci tangan
e) Beras dicuci dan dimasak di atas panci.
f) Bahan yang lain dicuci.
g) Ikan/daging/tempe/tahu dipotong kecil atau dicincang dan masukan
ke dalam rebusan beras tadi.
h) Sayuran (bayam, wortel, labu kuning dan lainnya) dipotong pendek-
pendek lalu
i) dimasukan ke dalam rebusan beras dan ikan/daging/tempe/tahu yang
sudah lunak.
j) Sesudah mendidih diaduk dan dimasak terus hingga kental dan
matang.
k) Setelah matang diangkat dan didinginkan nasi tim siap dihidangkan.
l) Mencuci tangan

Seorang ibu datang ke bidan ingin memeriksakan keadaan bayinya. Ibu


mengatakan bayinya usia 9 bulan dan ibu ingin mengetahui tata cara
pembuatan MPASI untuk anak usia 9 bulan. Dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh bidan RR : 20x/menit Suhu : 36,5 oC dan bayi terlihat
sehat. Bidan memberikan pengetahuan tentang pembuatan MPASI

b. KPSP

90
a. Standar Kompetensi
Mahasiswa terampil dalam melakukan ketrampilan screning tumbuh
kembang anak menggunakan KPSP
b. Kompetensi Dasar
4) Mampu memahami manfaat sceaning menggunakanj KPSP
5) Mampu melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak dengan
menggunakan KPSP
c. Metode
Small Group Practice
d. Alat
1) Formulir KPSP
2) Pensil pencatat
6) Definisi
Skrining/pemeriksaan Perkembangan anak menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
Tujuan
Menyampaikan manfaat screaning dengan menggunakan KPSP
Mengetahui perkembangan anak yang sudah dilakukan screaning
dengan KPSP
2) Prosedur
a) Menjelaskan tujuan
b) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Siapkan alat-alat dan bahan (alat disusun secara ergonomis).
d) Melakukan pemeriksaan sesuai dengan formulir pemeriksaan
KPSP
e) Memberitahukan kepada orang tua hasil pemeriksaan KPSP

Seorang ibu datang ke bidan ingin memeriksakan keadaan bayinya. Ibu


mengatakan bayinya usia 10 bulan dan ibu ingin mengetahui tumbuh
kembang anaknya. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan RR :
20x/menit Suhu : 36,5 oC dan 91 bayi terlihat sehat. Bidan melakukan
screaning tumbuh kembang bayinya dengan menggunakan KPSP
c. SDIDTK
a. Standar Kompetensi
Mahasiswa terampil dalam melakukan ketrampilan screning tumbuh
kembang anak menggunakan SDIDTK
b. Kompetensi Dasar
1) Mampu memahami manfaat sceaning menggunakan SDIDTK
2) Mampu melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak dengan
menggunakan SDIDTK
c. Metode
Small Group Practice
d. Alat
1) Formulir SDIDTK (Tinggi badan, Berat badan, lingkar kepala, DDST)
1. Pensil pencatat
1) Definisi
SDIDTK adalah Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan
terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara
keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya),
masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga
swadaya masyarakat, dan sebagainya) dengan tenaga profesional
(kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan kualitas
tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang
pendidikan formal.

Tujuan

92
Menyampaikan manfaat screaning dengan menggunakan SDIDT
Mengetahui perkembangan anak yang sudah dilakukan screaning
dengan SDIDTK
2) Prosedur
f) Menjelaskan tujuan
g) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
h) Siapkan alat-alat dan bahan (alat disusun secara ergonomis).
i) Mengukur berat badan
j) Mengukur tinggi badan
k) Mengukur lingkar kepala
l) Mengukur tumbuh kembang
m) Menjelaskan hasil
n) Merapikan alat
o) Dokumentasi

Seorang ibu datang ke Posyandu ingin memeriksakan keadaan bayinya.


Ibu mengatakan bayinya usia 6 bulan dan ibu ingin melihat pertumbuhan
anaknya. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan RR :
20x/menit Suhu : 36,5 oC dan bayi terlihat sehat. Bidan melakukan
pemeriksaan SDIDTK.

d. Pemeriksaan mental emosional


a. Standar Kompetensi
Mahasiswa terampil dalam melakukan ketrampilan screaning
pemeriksaan mental emosional anak.
b. Kompetensi Dasar
1) Mampu memahami manfaat screaning pemeriksaan mental
emosional anak
2) Mampu melakukan screaning pemeriksaan mental emosional anak.
b) Metode
Small Group Practice

93
a) Alat
1) Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36
bulan sampai 72 buIan.
2) Pensil pencatat
1) Definisi
Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional adalah
kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah
perilaku emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian
danvhiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan
intervensi. Bila penyimpangan perilakuvemoslonal terlambat
diketahui, maka lntervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Tujuan
Menyampaikan manfaat pemeriksaan mental dan emosional anak
Mengetahui perkembangan emosional anak.
2) Prosedur
a) Menjelaskan tujuan
b) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Siapkan alat-alat dan bahan.
d) Mengisi kuesioner
e) Menjelaskan hasil pemeriksaan
f) dokumentasi

Seorang ibu datang ke Posyandu ingin memeriksakan keadaan bayinya.


Ibu mengatakan bayinya usia 3 tahun dan ibu ingin melihat perkembangan
emosional anaknya. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan RR
: 20x/menit Suhu : 36,5 oC dan bayi terlihat sehat. Bidan melakukan
pemeriksaan KMME

94
Jadwal Laboratorium Buku Ajar Asuhan Holistik Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah
Tahun Ajaran 2021/2022

No Hari, Tanggal Topik Skill Lab Waktu Dosen


1 Jumat, 29 Penanganan oral trash 1x170 Desy Soraya,
2 Oktober 2021 Penanganan Diaper rush 1x170 S.Tr.Keb.,M.Keb

3 Sabtu, 30 Pembuatan MPASI 1x170 Kristina Maharani, S.ST.,


4 Oktober 2021 Pembuatan MPASI 1x170 M.Kes
5 Pembuatan MPASI 1x170
6 Sabtu, 30 Menerapkan KPSP 1x170 Sri Lestari, S.SiT,M.Kes
7 Oktober 2021 Menerapkan KPSP 1x170
8 Menerapkan KPSP 1x170
9 Jumat, 5 Menerapkan SDIDTK 1x170 Sri Lestari, S.SiT.,MKes
10 November Menerapkan SDIDTK 1x170
2021
11 Jumat, 5 Menerapan kohort Bayi n 1x170 Sri Lestari, S.SiT.,MKes
November Balita
12 2021 Menerapan kohort Bayi n 1x170
Balita
13 Jumat, 12 Deteksi mental emosional 1x170 Desy Soraya,
November balita S.Tr.Keb.,M.Keb
14 2021 Deteksi mental emosional 1x170
balita
Penanganan oral trash 5x170
Penanganan Diaper rush
29, 30 Pembuatan MPASI
November Menerapkan KPSP
15 2021 dan Menerapkan SDIDTK Belajar mandiri
5,6,12 Oktober Menerapan kohort Bayi n
2021 Balita
Deteksi mental emosional
balita

95
BAB IV
EVALUASI

Assessment merupakan tahapan evaluasi dari keseluruhan mata kuliah bayi,


balita dan anak pra sekolah. Assessment ini terdiri dari ujian tulis, penugasan
invidu dan kelompok.
Jenis evaluasi dijabarkan sebagai berikut :

NO JENIS EVALUASI JUMLAH DOMAIN


Kognitif Psikomotor Afektif
1 Ujian Tulis MCQ (80) √
2 Penugasan 2 √ √
a. Tugas Individu
b. Tugas Kelompok √ √

Ujian Tulis
Ujian tulis atau disebut Ujian Akhir adalah bentuk evaluasi pembelajaran yang
dinilai dari segi kognitif. Ujian tulis dilaksanakan dengan menggunakan CBT
dengan soal berbentuk Multiple Choice Question (MCQ), dengan bobot 60%.
Jumlah soal sebanyak 80 butir dan dikerjakan dalam waktu 100 menit.
Penetapan kelulusan berdasarkan nilai akhir mata kuliah minimal 64 untuk
teori dan Lab sebanyak 75. Syarat mengikuti ujian akhir blok ini adalah
kehadiran minimal 75%.

Penugasan
Penugasan dibagi menjadi 2, yaitu penugasan kelompok. Penugasan kelompok
yaitu berupa pembuatan makalah laporan pengimplementasian denver dan
KPSP pada anak ..

96
P
E
N
U
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
T Esa telah terselesaikannya Buku
Ajar bayi, balita dan anak prasekolah Udengan sistem perkuliahan berbasis
kompetensi. Maksud dari buku ajar ini Padalah mahasiswa dapat belajar tata
bahasa asing yang baik dan benar. Tujuan dari buku ajar ini adalah untuk
memfasilitasi mahasiswa sebagai seorang bidan untuk dapat menggunakan bahasa
dengan baik dan benar.
Semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa, tutor
maupun dosen pengampu, sebagai tuntunan proses pembelajaran di STIKES
Telogorejo ini.

97
SENERAI

SDISTK : Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh


kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan
dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan
anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat,
organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya) dengan
tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan
kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang
pendidikan formal.

KPSP : Merupakan suatu instrumen deteksi dini dalam perkembangan anak usia 0
sampai 6 tahun.
DDST (Denver Developmental Screening Test) : merupakan suatu metode pengkajian
yang digunakan untuk menilai perkembangan anak usia 0-6 tahun.

98
DAFTAR PUSTAKA

Armini, Sriarsih, Marheni, (2017) , Yogyakarta: ANDI

Auziah, Sudarti,.(2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan anak pra
Sekolah, Yogyakarta:Nuha Medika

Harahap, A. M. (2014). Angka Kejadian Hipotermia dan Lama Perawatan di IBS


pada Pasien Geriatri Pascaoperasi Elektif Bulan Oktober 2011- Maret 2012 di
Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif. 2 (1).
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Terdapat di
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/jap/article/view/236 (Diakses pada
tanggal 25 November 2018)

Heni, F. (2016). Derajat Diaper Rash Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di RUSDWahidin
Sudiro Husodo Kota Mojokerto , 16-20

IDAI (2021) ‘jadwal imunisasi IDAI 2020’, idai.or.id, 29 January.

Kamilah. (2015, 27 Mei). Dampak Buruk Sibling Rivalry. Diunduh dari


http://www.vemale.com/topik/parenting-dan-bayi/81944-dampakburuk-sibling-
rivalry.html

Lusiana A, Ariana. (2016). Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan anak pra Sekolah,
Yogyakarta : Trans Medika

Maryunani, Anik,( 2010), Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, TIM, Jakarta

Oktaviana. 2013. Hubungan Asupan Serat dan Faktor-faktor Lain dengan Konstipasi
Fungsional Pada Mahasiswi Reguler Gizi [skripsi]. Depok.

Puspitasari, H.A. (2017) ‘5 Langkah Mengatasi Ruam Popok Pada Bayi’,


https://www.idai.or.id, 10 July.

Sivagnanam, M., & Jha, N. K. (2012). Hydrocephalus: An Overview,


Hydrocephalus, Dr Sadip Pant and Iype Cherian. doi:10.5772/32502

99
LAMPIRAN

100
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
PENANGANAN DIAPER RASH

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!


UTAMA ULANG
NO ASPEK YANG DINILAI BOBO INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
T
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 2 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 3
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 4
akan dilakukan kesiapan klien
d. Menanyakan 1
e. Menjaga privacy 2
f. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
a. Melepaskan popok dan biarkan kulit 3
bayi
b. Mengganti popok bayi dan basuh 4
bokong bayi
c. Mengeringkan bokong bayi sebelum
6
memakaikan popok baru
d. Membersihkan bokong bayi, alirkan air
ke arah bokong dan jangan menggosok 7
bokongnya yang kemerahan
e. Mengeringkan dengan handuk lembut 7
dengan menepukkan handuk ke
permukaan kulit secara lembut
f. Mengangin-anginkan bokong sebentar
7
hingga mengering sendiri
g. Mengoleskan krem khusus ruam popok
yang mengandung zinc oxide 10
h. Membiarkan agak mengering terlebih
6
dahulu sebelum ditutup dengan popok
baru
101
i. Mengganti merk popok bayi, jika bayi 5
alergi dengan merk popok tertentu
j. Melakukan konsultasi ke dokter, bila 5
ruam popok tidak hilang dalam waktu 3
hari atau bila kondisinya tambah parah
seperti bintik merah, melepuh atau
keluar nanah
3 FASE TERMINASI
a. Merapikan pasien 1
b. Melakukan evaluasi tindakan 3
c. Membereskan alat 2
d. Berpamitan 2 SKP NO 2
e. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
f. Dokumentasi 4
4 PENAMPILAN KERJA
a. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
b. Terciptanya hubungan terapeutik 3
c. Keamanan 4
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai :
( )

102
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
PENANGANAN ORAL TRUSH

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!


UTAMA ULANG
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 2 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 3
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 4
akan dilakukan kesiapan klien
d. Menanyakan 1
e. Menjaga privacy 2
f. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
a. Membersihkan lebih dulu dengan jari 30
yang dibungkus kain bersih yang telah
dibasahi dengan larutan garam.
a. Mengolesi mulut dengan gentian 30
violet 0,25% atau 1 ml suspensi
3 FASE TERMINASI
a. Merapikan pasien 1
b. Melakukan evaluasi tindakan 3
c. Membereskan alat 2
d. Berpamitan 2 SKP NO 2
e. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
f. Dokumentasi 4
PENAMPILAN KERJA
4 a. Ketenangan selama melakukan 3
tindakan
b. Terciptanya hubungan terapeutik 3
c. Keamanan 4
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai :
( )
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
PENGUKURAN BB DAN TB ANAK

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!

UTAMA ULANG
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 2 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 3
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 4
akan dilakukan
d. Menanyakan kesiapan klien 1
e. Menjaga privacy 2
f. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
Tinggi Badan Anak
a. Memilih alat pengukur yang sesuai 3
b. Mengatur posisi berdiri anak (anak 8
posisi berdiri tegak, sehingga tumit
rapat, sedangkan bokong, punggung,
dan bagian belakang kepala berada
dalam satu garis vertikal dan
menempel pada alat pengukur).
c. Mengukur tinggi badan anak 10
d. Menentukan hasil mengukur tinggi 5
badan
e. Mencatat hasil pengukuran 3
Berat badan anak
a. Memilih timbangan yang sesuai 3
b. Mengatur posisi jarum atau angka 4
menunjuk ke angka 0
c. Melepas pakaian yang tebal pada 4
anak saat pengukuran. Bila perlu,
cukup pakaian dalam saja
d. Mengajak anak untuk berdiri di atas 10
timbangan injak tanpa dipegangi (bila
menggunakan timbangan injak)
e. Meletakkan tangan di samping tubuh 4
anak (tidak menempel) untuk
mencegah anak jatuh saat ditimbang.
f. Tentukan hasil timbangan sesuai 3
dengan jarum penunjuk pada
timbangan
g. Mencatat hasil pengukuran 3
3 FASE TERMINASI
a. Merapikan pasien 1
b. Melakukan evaluasi tindakan 2
c. Membereskan alat 2
d. Berpamitan 2 SKP NO 2
e. Mencuci tangan 2 IMUN NO 7
f. Dokumentasi 3
4 PENAMPILAN KERJA
a. Ketenangan selama melakukan 3
tindakan
b. Terciptanya hubungan terapeutik 3
c. Keamanan 4
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai : ( )
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
PENGUKURAN TB dan BB BAYI
NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!

UTAMA ULANG
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 2 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 3
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 4
akan dilakukan kesiapan klien
d. Menanyakan 1
e. Menjaga privacy 2
f. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
Mengukur tinggi badan bayi
g. Memilih alat pengukur yang sesuai 5
(meja pengukur panjang badan atau
metelin)
h. Membaringkan anak terlentang tanpa 10
bantal (supinasi) dan meluruskan
lutut sampai menepel meja ( posisi
ekstensi).
i. Meluruskan bagian puncak kepala 10
dan bagian kaki (telapak kaki lurus
dengan meja pengukur), lalu ukur
sesuai dengan skala yang tertera.
j. Tentukan hasil pengukuran panjang 5
badan bayi sesuai dengan angka yang
tertera pada pita pengukur
Menimbang bayi
k. Memilih timbangan yang sesuai dan 3
meletakkan di atas meja
l. Mengatur posisi jarum atau angka 3
menunjuk ke angka 0.
m. Melepas pakaian bayi (bayi telanjang, 8
tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan)
n. Menempatkan bayi/menidurkan bayi 5
pada timbangan dengan hati-hati.

o. Meletakkan tangan petugas di atas 8


tubuh bayi (tidak menempel) untuk
mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
p. Menentukan hasil timbangan sesuai 3
dengan jarum penunjuk pada
timbangan
3 FASE TERMINASI
a. Merapikan pasien 1
b. Melakukan evaluasi tindakan 3
c. Membereskan alat 2
d. Berpamitan 2 SKP NO 2
e. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
f. Dokumentasi 4
4 PENAMPILAN KERJA
a. Ketenangan selama melakukan 3
tindakan
b. Terciptanya hubungan terapeutik 3
c. Keamanan 4
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai : ( )
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
PENGUKURAN LINGKAR KEPALA

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!


UTAMA ULANG
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 4 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 5
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 6
akan
d. dilakukan kesiapan klien
Menanyakan 3
e. Menjaga privacy 4
f. Mencuci tangan 5 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
g. Memilih alat pengukur yang sesuai 9
(meja pengukur panjang badan atau
metelin)
h. Melingkarkan pita pengukur pada 18
kepala anak melewati dahi (daerah
glabela/frontalis),menutupi alis mata,
diatas telinga dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak
kencang.
j. Menentukan hasil pengukuran lingkar 9
kepala sesuai dengan angka
pertemuan dengan angka 0 pada pita
pengukur.
3 FASE TERMINASI
a. Merapikan pasien 3
b. Melakukan evaluasi tindakan 5
c. Membereskan alat 4
d. Berpamitan 4 SKP NO 2
e. Mencuci tangan 5 IMUN NO 7
f. Dokumentasi 6
4 PENAMPILAN KERJA
a. Ketenangan selama melakukan 5
tindakan
b. Terciptanya hubungan terapeutik 5
c. Keamanan 6
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai :
( )
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
DDST

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!


UTAMA ULANG
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 2 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 3
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 4
akan dilakukan kesiapan klien
d. Menanyakan 1
e. Menjaga privacy 2
f. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
g. Tentukan usia anak 13
h. Beri garis vertical pada form DDST 10
sesuai usia anak (memotong semua
kotak-kotak tugas perkembangan
pada semua sector )
i. Penilaian sector motorik kasar, 10
bahasa, motorik halus dan personal
social pada sebelah kiri garis vertical
secara bergantian
j. tanda P (Passed) didepan kotak tugas 12
perkembangan bila anak mampu
melaksanakan. Beri tanda F (Fail)
bila anak tidak mampu dan R
(Refused) bila anak menolak
k. Lakukan penilaian selesai 15
pemeriksaan
3 FASE TERMINASI
a. Merapikan pasien 1
b. Melakukan evaluasi tindakan 3
c. Membereskan alat 2
d. Berpamitan 2 SKP NO 2
e. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
f. Dokumentasi 4
4 PENAMPILAN KERJA
a. Ketenangan selama melakukan 3
tindakan
b. Terciptanya hubungan terapeutik 2
c. Keamanan 4
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai :
( )
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
KPSP USIA 3 BULAN

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!


UTAMA ULANG
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 2 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 3
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 4
akan dilakukan kesiapan klien
d. Menanyakan 1
e. Menjaga privacy 2
f. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
k. Gerak kasar dan sosialisai 7
kemandirian
l. Bicara dan bahasa 7
m. Gerak halus 7
n. Gerak halus 6
o. Sosialisasi dan kemandirian 7
p. Gerak kasar 6
q. Gerak kasar 7
r. Gerak kasar 6
s. Bicara dan bahasa 7
3 FASE TERMINASI
a. Merapikan pasien 1
b. Melakukan evaluasi tindakan 3
c. Membereskan alat 2
d. Berpamitan 2 SKP NO 2
e. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
f. Dokumentasi 4
4 PENAMPILAN KERJA
a. Ketenangan selama melakukan 3
tindakan
b. Terciptanya hubungan terapeutik 2
c. Keamanan 4
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai :
( )
KPSP USIA 3 BULAN

Tindakan Pemeriksaan Aspek Jawaban


Perkembangan
Ya Tidak
1. Pada waktu bayi terlentang, apakah masing-masing Gerak Kasar
lengan dan tungkai bergerak dengan mudah? Jawab
“TIDAK” bila salah satu atau kedua tungkai atau
lengan bayi bergerak tak terarah/tak terkendali?
Sosialisasi dan
2. Pada waktu bayi terlentang apakah ia melihat atau
kemandirian
menatap wajah anda?
3. Apakah bayi dapat mengeluarkan suara-suara lain Bicara dan
Bahasa
4. Pada waktu bayi terlentang, apakah apakah ia dapat Gerak halus
mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan
kepalanya dari kanan/kiri ke tengah?

5. Pada waktu bayi terlentang, apakah ia dapat Gerak halus


mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan
kepalanya dari satu sisi hampIr sampai pada sisi
yang lain ?

6. Pada waktu anda mengajak bayi berbicara dan Sosialisasi dan


tersenyum, apakah ia tersenyum kembali kepada kemandirian
anda ?
7. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, Gerak kasar
apakah ia dapat mengangkat kepalanya 15˚?
8. Pada waktu bayi telungkup di alas datar apakah ia Gerak kasar
dapat mengangkat kepalanya sehingga membentuk
sudut 45˚?
9. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, Gerak kasar
apakah ia dapat mengangkat kepalanya 90˚?
10. Apakah bayi suka tertawa keras walau tidak digelitik Bicara dan
atau diraba-raba? Bahasa
Jumlah
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
KPSP USIA 6 BULAN

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!


UTAMA ULANG
N ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
O
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 2 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 3
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 4
akan dilakukan
d. Menanyakan kesiapan klien 1
e. Menjaga privacy 2
f. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
g. Gerak halus 6
h. Gerak kasar 6
i. Gerak halus 6
j. Gerak kasar 6
k. Bicara dan bahasa 6
l. Gerak kasar 6
m. Sosialisasi dan kemandirian 6
n. Gerak halus 6
o. Gerak halus 6
p. Gerak kasar 6
3 FASE TERMINASI
a. Merapikan pasien 1
b. Melakukan evaluasi tindakan 3
c. Membereskan alat 2
d. Berpamitan 2 SKP NO 2
e. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
f. Dokumentasi 4
4 PENAMPILAN KERJA
a. Ketenangan selama melakukan 3
tindakan
b. Terciptanya hubungan terapeutik 2
c. Keamanan 4
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai :
( )
KPSP USIA 6 BULAN

Tindakan Pemeriksaan Aspek Jawaban


Perkembangan
Ya Tidak
1. Pada waktu bayi terlentang, apakah ia dapat Gerak halus
mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan
kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang lain ?

2. Dapatkah bayi menpertahankan posisi kepala dalam Gerak kasar


keadaan tegak dan stabil ? jawab TIDAK bila kepala
bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri atau ke dadanya.
3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari Gerak halus
bayi (jangan meletakkan di atas telapak tangan bayi).
Apakah bayi dapat menggenggam pensil itu selama
beberapa detik ?

4. Ketika bayi telungkup di alas datar apakah ia dapat Gerak kasar


mengangkat dada dengan kedua tangan lengannya
sebagai penyangga seperti pada gambar ?

5. Pernahkan bayi mengeluarkan suara gembira Bicara &


bernada tinggi atau memekik tetapi bukan bahasa
menangis ?
6. Pernahkan bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari Gerak kasar
terlentang ke telungkup atau sebaliknya ?
7. Pernahkah anda bayi melihat bayi tersenyum ketika Sosialisasi &
melihat mainan yang lucu, gambar atau binatang kemandirian
peliharaan pada saat ia bermain sendiri ?
8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda Gerak halus
kecil sebesar kacang, kismis, atau uang logam?
Jawab TIDAK jika ia tidak dapat mengarahkan
matannya.
9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak Gerak halus
jauh namun masih berada dalam jangkauan
rangannya?
10. Pada posisi bayi terlentang, pegang kedua tangannya Gerak kasar
lalu tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah
bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti
gambar di sebelah kiri ? jawab TIDAK bila kepala
bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan.

Jumlah
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
KPSP USIA 9 BULAN

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!


UTAMA ULANG
N ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
O
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 2 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 3
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 4
akan dilakukan
d. Menanyakan kesiapan klien 1
e. Menjaga privacy 2
f. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
Gerak kasar 6
Gerak halus 6
Gerak halus 6
Gerak halus 6
Gerak kasar 6
Gerak halus 6
Gerak kasar 6
Sosialisasi dan kemandirian 6
Bicara dan bahasa 6
Sosialisasi dan kemandirian 6
3 FASE TERMINASI
a. Merapikan pasien 1
b. Melakukan evaluasi tindakan 3
c. Membereskan alat 2
d. Berpamitan 2 SKP NO 2
e. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
f. Dokumentasi 4
4 PENAMPILAN KERJA
a. Ketenangan selama melakukan 3
tindakan
b. Terciptanya hubungan terapeutik 2
c. Keamanan 4
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai :
( )
KPSP USIA 9 BULAN

Tindakan Pemeriksaan Aspek Jawaban


Perkembangan
Ya Tidak
1. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya Gerak kasar
lalu tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah
bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti
gambar di sebelah kiri ? jawab TIDAK bila kepala
bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan

2. Pernahkah anda melihat bayi memindahkan mainan Gerak halus


atau kue kering dari satu tangan ke tangan yang lain?
Benda-benda panjang seperti sendok atau
kerincingan bertangkai tidak ikut dinilai..
3. Tarik perhatian bayi dengan memperlihatkan Gerak halus
selendang, sapu tangan atau serbet, kemudian
jatuhkan ke lantai.
Apakah bayi mencoba mencarinya ? Misalnya
mencari di bawah meja atau di belakang kursi ?
4. Apakah bayi dapat memungut dua benda seperti Gerak halus
mainan/kue kering, dan masing-masing tangan
memegang satu benda pada saat yang sama? Jawab
TIDAK bila bayi tidak pernah melakukan perbuatan
ini.
5. Jika anda mengangkat bayi melalui ketiaknya ke Gerak kasar
posisi berdiri, dapatkah ia menyangga sebagian berat
badan dengan kedua kakinya? Jawab YA bila ia
mencoba berdiri dan sebagian berat badan tertumpu
pada kedua kakinya
6. Dapatkah bayi memungut dengan tangannya benda Gerak halus
benda kecil seperti kismis, kacang-kacangan,
potongan biskuit, dengan gerakan miring atau
menggerapai seperti gambar?
7. Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding, Gerak kasar
dapatkah bayi duduk sendiri selama 60 detik ?

8. Apakah bayi dapat makan kue kering sendiri ?. Sosialisasi dan


kemandirian
9. Pada waktu bayi bermain sendiri dan anda diam- Bicara dan
diam datang berdiri di belakangnya, apakah ia bahasa
menengok ke belakang seperti mendengar
kedatangan anda ? Suara keras tidak ikut dihitung.
Jawab YA hanya jika anda melihat reaksinya
terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
10. Letakkan suatu mainan yang diinginkannnya di luar Sosialisasi dan
jangkauan bayi, apakah ia mencoba mendapatkannya kemandirian
dengan mengulurkan lengan atau badannya ?
Jumlah
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
KUESIONER MP-ASI

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!


UTAMA ULANG
N ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
O
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 5 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 6
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 6
akan dilakukan
d. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
e. Ambil 10 gram (1 sdm) kacang hijau 10
dan 20 gr dan bayam yang sudah diiris
halus kacang hijau dan daun bayam
f. Rebus 10
g. Saring rebusan kacang hijau dan daun 13
bayam dengan saringan atau belnder
halus, sisihkan
i. Campurkan sedikit air dengan tepung 10
beras hingga larut, tambahkan santan,
masak di atas api kecil hingga matang
j. Tambahkan hasil saringan kacang hijau 12
dan aduk rata.
3 FASE TERMINASI
a. Membereskan alat 5 SKP NO 2
b. Mencuci tangan 5 IMUN NO 7
4 PENAMPILAN KERJA
a. Ketenangan selama melakukan tindakan 5
b. Terciptanya hubungan terapeutik 4
c. Keamanan 6
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai :
( )
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
KUESIONER MASALAH MENTAL EMOSIONAL (KMME)

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!


UTAMA ULANG
N ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
O
1 FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik dan memperkenalkan 5 SKP NO 2
diri
b. Menjelaskan tujuan 6
c. Menjelaskan prosedur tindakan yang 6
akan dilakukan
d. Menanyakan kesiapan klien 5
e. Menjaga privacy 5
d. Mencuci tangan 3 IMUN NO 7
2 FASE KERJA
Melakukan pertanyaan no 1- 12 secara 45
teliti dan berurutan
3 FASE TERMINASI
a. Membereskan alat 5 SKP NO 2
b. Mencuci tangan 5 IMUN NO 7
4 PENAMPILAN KERJA
a. Ketenangan selama melakukan tindakan 5
b. Terciptanya hubungan terapeutik 4
c. Keamanan 6
JUMLAH 100

Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai : ( )
Kuesioner Masalah Mental Emosional
Kuesioner Masalah Mental Emosional pada anak umur 36 bulan sampai dengan 72 bulan.

Interpretasi:
 Jika ada jawaban ya 1:
Lakukan konseling kepada orang tua dengan menggunakan buku pedoman pola asuh
yang mendukung perkembangan anak (Depkes R.I). Evaluasi setelah 3 bulan bila tdk ada
perubahan rujuk ke Psikiater.
 Jika ya lebih 2 atau lebih:
Maka rujuk ke psikiater utamanya yang ada fasilitas tumbuh kembang anak yaitu di
rumah sakit.

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anak anda sering kali terlihat marah tanpa sebab yang jelas ?
(Seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau bereaksi berlebihan
terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)

2 Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman atau anggota


keluarganya ?
(Seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau merasa sedih
sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa sangat
dinikmati)
3 Apakah anak anda terlihat berperilaku merusak dan menentang
terhadap lingkungan di sekitarnya ?
(Seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, sering kali melakukan
perbuatan yang berbahaya bagi dirinya atau menyiksa binatang atau
anak-anak lainnya) dan tampak tidak peduli dengan nasihat-nasihat
yang sudah diberikan kepadanya ?
4 Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau
kecemasan berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya dan tidak
sebanding dengan anak lain seusianya ?
5 Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena adanya
konsentrasi yang buruk atau mudah teralih perhatiannya, sehingga
mengalami penurunan dalam aktivitas sehari-hari atau prestasi
belajarnya ?
6 Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan sehingga
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan membuat keputusan?
7 Apakah anak anda menunjukkan adanya perubahan pola tidur ?
(Seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang hari, sering
terbangun di waktu tidur malam oleh karena mimpi buruk, mengigau)
8 Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan ?
(Seperti kehilangan nafsu makan, makan berlebihan atau tidak mau
makan sama sekali)
9 Apakah anak anda sering kali mengeluh sakit kepala, sakit perut atau
keluhan-keluhan fisik lainnya ?
10 Apakah anak anda sering kali mengeluh putus asa atau berkeinginan
untuk mengakhiri hidupnya ?
11 Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran perilaku atau
kemampuan yang sudah dimilikinya ?
(Seperti mengompol kembali, menghisap jempol atau tidak mau
berpisah dengan orangtua/pengasuhnya)
12 Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang-ulang tanpa
alasan yang jelas ?
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN KETERAMPILAN
PENGISIAN KOHORT BAYI dan BALITA

NAMA MAHASISWA :
NIM :
TINGKAT / SEMESTER :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom, sesuai yang dilakukan teruji!


UTAMA ULANG
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT INDIKATOR
YA TIDAK YA TIDAK
1 Kolom 1-13 25
Tanggal dan bulan saat bayi diperiksa SKP NO 2

S jika sehat,diisi klasifikas/diagnosa


penyakit jika sakitdan tulis penyebab
+ jika meninggal
kematiannya
2 Kolom 14-37 25
tanggal periksa
N jika berat badan sesuai garis IMUN NO 7
Tpertumbuhan
jika tidak naik berat badannya,tetap,atau
kenaikan berat badannya tidak dapat
mengikuti garis pertumbuhannya
O jika tidak ditimbang pada bulan lalu
B jika baru pertama kali di timbang
E 1/2/3/4/5/6 jika bayi diberi asi ekslusif SKP NO 2
Ds jika dilakukan KPSP dan hasilnya sesuai IMUN NO 7
Dm jika dilakukan KPSP dan hasilnya
Dp jika dilakukan KPSP dan hasilnya ada
3 penyimpangan
Kolom 38-44 25
Tanggal dan bulan pelayanan
4 Kolom 45 25
Tanggal dan penyebab kematian (Pnemoni,
5 Diare,
KolomDBD,
46 Tetanus, Difteri) 25
Keterangan baru atau pindah domisili
JUMLAH 100
Semarang, ................................
Rekomendasi Observer
Tidak
Kompeten
Kompeten

Nilai : ( )
KARTU BAYI
PEMERIKSAAN NEONATUS (6 Jam - 28 Hari) KN-1 : 6-48 Jam KN-2 : 3 -7 Hari KN-3 : 8-14 Hari Lembar
KIA - 3
Integrasi Keadaan Keada
Pemeriksaan Pencegahan Diagnosis Klasifikasi MTBM Dirujuk ke
Program Pulang an

KBBR &/ MP ASI


Pemberian Susu

Pulang (H/M)
Kontrimoksasol
Nakes (D/B/P)

Tdk ditemuka

Tdk diperiksa

Tiba (H/M)
Asi Eksklusif
Umur (hari)

Hematologi

RSIA/RSB
Puskesmas
Puskesmas :

Profilaksis

R.Bersalin
Pneumoni
Hipotermi

KPSB / IB

Lain-lain
No Tanggal

Lain-lain

Lain-lain
Formula

Tetanus

Dirujuk
Ikterus

Ikterus
Hep. B

Infeksi
Vit. K1

Hidup
Diare

Diare
BCG

Mati
KN

RS
Bidan : 1 2 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

2
NO. BAYI ------------------------------------------------------------- 3

5
NAMA :
6
NAMA IBU :
7
NAMA AYAH :
8
ALAMAT : RT/RW

DESA :

KECAMATAN :

KABUPATEN :

PROPINSI :

D/ : Dokter/Bidan/Perawat KPSB/IB : Kemungkinan penyakit sangat berat atau infkesi bakteri


B/P
KBBR &/ : Kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah
MP ASI pemberian air susu ibu

a. Tanggal Lahir : / / c. Jenis Kelamin gram


b. Jam Lahir : : :
: Laki-laki /
e. Panjang
j. Komplikasi :
Perempuan
:
d. Berat Badan cm
:
Pemeriksaan Gizi Pencegahan Integrasi Program

Badan
Tinggi

Sorologi HIV
Berat Badan
Asi Ekslusif
Umur (He)
Umur (Th)

Mendapat
Umur (Bl)

DPT HB 1
DPT HB 2
DPT HB 3

Kelambu
SDI DTK

Campak
MP ASI
No Tanggal

Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
Keterangan

Vit. A
BCG

CD4
Status
1. Asfiksi 3. Infeksi 5. BBLR
2. Hipotermi 4. Tetanus 6. Lain-lain
PEMERIKSAAN BAYI (29 hari - 1 tahun)
1 2 6 6 6 11 12 13 14 15 15 a 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 27 28 29 30

f. Golongan darah : A / B / AB / O k. Resusitasi : Ya / Tidak 2

3
g. Buku KIA/KMS : Memiliki / Tidak memiliki l. IMD : <1 Jam / >1 4Jam
i. Keadaan Lahir : Hidup / Mati m. Pencegahan : Vit. K1 5

6
Hep. 7

B0 8

9
Salep 10

11
mata
12

n. Keadaan Pulang : Hidup / Mati / Dirujuk


Dirujuk ke : 1. Puskesmas Keadaan Tiba : Hidup / Mati
2. Rumah Bersalin
3. RSIA / RSB Keadaan Pulang : Hidup / Mati
4. Rumah Sakit
5. Lain-lain
PEMERIKSAAN BALITA (>1 - 5 Tahun)

Umur Pemeriksaan Gizi Integrasi Program

Tanggal
No Keterangan
Periksa

Tinggi
Berat

Vit. A anak

Serologi HIV
SDI DTK
MP ASI
Tahun

(gram)
Badan

Mendapa
Bulan
Status

Kelambu
t
Hari

(cm)
Badan
ASI

CD4
(L,B,S,K)

1 2 6 7 8 11 12 13 14 15 15a 15b 26 27 28 29 30

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48
REGISTER KOHORT BAYI

POSYANDU : Desa /Kelurahan : : Kecamatan :

MASA NEONATAL KUNJUNGAN BAYI

Berat Lahir
Punya Vit. A
No Alamat RT/RW (Gram)/ Kunjungan Neonatal BCG DPT/HB 1
NIK Nama Bayi Tgl. Lahir L/P Nama Ibu Buku 6
Urut No. Telp/HP Panjang Saat lahir HB 0-7
KIA Tahun.............. Tahun.............. Bulan
Lahir (Cm) s/d 5 jam hari
(Pertama) 6 (Kedua) hari (Ketiga) hari Polio
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Polio 2
s/d 48 jam ke 3 s/d 7 ke 8 s/d 28 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
IMUNISASI

DPT/HB 3 Kematian
DPT/HB 2 Imunisasi
Post Ket
Polio 4 Dasar Neonatal
Campak
Lengkap
(IDL)
Polio 3 IPV

42 43 44 45 46 47
REGISTER KOHORT ANAK BALITA DAN PRASEKOLAH

IMUNISASI PELAYANAN ANAK BALITA


LANJUTAN
Punya

Septembe r

Septembe r
Septembe r

November
November

November
No Alamat RT/RW

Desember

Desember
Februari

Februari
Februari

Oktober
Oktober

Oktober
Agustus

Agustus

Agustus
NIK Nama Anak Tgl. Lahir L/P Nama Ibu Buku

Januari

Januari

Januari
April

April
April
Maret

Maret

Maret
Mei

Mei

Mei
Juni

Juni

Juni
Urut No. Telp/HP

Juli

Juli

Juli
KIA DPT-HB-
Campak
Hib
Tahun .............................................. Tahun .............................................. Tahun ..............................................
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Pelayanan Anak
Meninggal
Prasekolah

Septembe r

Septembe r
November

November
Ket
Desember

Desember

Desember
Februari

Februari
Oktober

Oktober
Agustus

Agustus
Januari

Januari
April

April
Maret

Maret
Mei

Mei

Juni
Juni

Juli

Juli
66 Bulan 72 Bulan Tanggal dan
Penyebab
Kamatian
Tahun .............................................. Tahun .............................................. Tahun...............
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74
LAPORAN KEMATIAN BAYI

Pemeriksaan
Tempat Kematian Pen
Kelahiran Kematian

No No.Bayi Nama Bayi Nama Ibu/Ayah

> 1 Minggu

Hematologi
<1 Minggu

Puskesmas
> 1 Tahun

Gangguan
> 1 Bulan

pemberia
RS Odha
Polindes

Tetanus
Asfiksia
Rumah

n ASI
Pustu

BBLR
Jalan

RSIA

RSU
RB
Tanggal Jam Tanggal

1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Anda mungkin juga menyukai