Oleh:
Erna Haryanti, S.Ked.
04054821618003
04054821618005
04054821618062
04054821618120
04054821618128
04054881618005
Pembimbing:
dr. Hj. Fatimah Usman, SpOG
1. Judul Jurnal:
Vigorous Exercises in The Management Of Primary Dysmenorrhea: A Feasibility Study
2. Gambaran Umum
a. Latar Belakang
Dismenore yang terkait dengan siklus ovulasi normal dan tidak ada penyakit
panggul dapat diidentifikasi , disebut dismenore primer (PD). Prevalensi PD mencapai
90 % pada wanita berusia 18-45 tahun. Sekitar 90 % dari remaja perempuan dan
lebih dari 50 % dari wanita dewasa laporan di seluruh dunia menderita PD, dengan
10-20 % dari mereka menggambarkan rasa nyeri yang hebat dan menyakitkan.
Disabilitas yang dirasakan penderita seperti gangguan tidur, keterbatasan kegiatan,
akan menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien-pasien penderita PD. Setiap
bulannya 1-3 wanita tidak hadir bekerja atau sekolah dengan alasan rasa sakit yang
dirasakannya akibat PD. Satu studi menyatakan bahwa 51% perempuan tidak hadir
sekolah atau bekerja setidaknya sekali dan 8% dari mereka tidak hadir bekerja atau
sekolah setiap periode menstruasi.
PD biasanya dimulai 6-12 bulan setelah menarche dan ditandai dengan nyeri
kram spasmodik di perut bagian bawah yang dapat menyebar ke punggung bawah dan
anterior atau medial paha. Rasa sakit ini diduga disebabkan oleh produksi berlebihan
dari prostaglandin (PG) saat menstruasi sehingga terjadi hiperkontraktilitas pada otot
uterus yang menyebabkan hipoksia dan iskemia uterus, hal inilah yang menyebabkan
rasa sakit dan kram dari PD. Obat steroid non inflamasi (NSAID) dapat
mempengaruhi mekanisme ini sehingga sering digunakan untuk mengelola PD.
Namun, pengguanaan NSAID masih konvensional terkait dengan risiko efek samping
klinis yang signifikan, terutama toleransi gastrointestinal yang rendah dan gangguan
fungsi trombosit, bahkan dengan penggunaan jangka pendek. Sebuah penelitian
menyatakan bahwa intervensi non-farmakologis seperti panas, TENS dan yoga dapat
mengurangi rasa sakit yang terkait dengan PD secara signifikan, namun terapi
akupunktur dan akupresur dan manipulasi tulang belakang tidak lebih baik dari
plasebo.
Mosler (1914) adalah orang pertama yang berspekulasi bahwa olahraga
panggul menyebabkan bendungan dengan shunting aliran darah uterus. Pendapat lain
menjelaskan terdapat mekanisme lain yang menjelaskan bahwa latihan fisik dapat
2
jika mereka memiliki siklus menstruasi yang teratur, dan skala nyeri saat menstruasi
setidaknya 4 pada skala analog visual (VAS) dalam setidaknya dua bulan berturutturut dengan kriteria eksklusi adalah: Wanita dengan dismenore sekunder, perempuan
yang mengikuti program latihan rutin, wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
dalam rahim, wanita kontrasepsi oral dan terapi hormonal dan wanita dengan
menstruasi interval siklus melebihi 34 hari. peserta terus minum obat nyeri (analgesik
atau NSAID) jika diperlukan, dan wanita yang mendapatkan obat antinyeri selama
siklus menstruasi.
Intervensi
Peserta
menjalani
latihan
fisik
aerobik
berintensitas
tinggi
dengan
Prosedur
Pada relawan dilakukan skrining kelayakan. Skrining termasuk melengkapi
kuisioner yang diisi sendiri mengenai detail demografi, riwayat nyeri, riwayat medis
umum, riwayat ginekologi dan menstruasi, riwayat obstetric dan juga partisipasi
dalam latihan fisik. Seluruh relawan yang layak diberikan selebaran informasi dan
lembar persetujuan. Wanita-wanita yang telah memberikan persetujuan tertulis
diberikan kuisioner dan diminta untuk mengisinya pada hari dengan nyeri maksimum
saat siklus menstruasi pertama (T1), siklus menstruasi kedua saat intervensi di School
of Physiotherapy (SoP) (2), dan siklus menstruasi ketiga saat program latihan fisik di
rumah berlangsung (T3).
Pengukuran ketaatan
Ukuran ketaatan yang utama adalah (1) ketaatan pada program intervensi di
klinik, di catat sebagai persentasi kehadiran, (2) Ketaatan program intervensi di rumah
yang dimonitor dengan diary latihan fisik , (3) Ketaatan pada petunjuk saat menjalani
program intervensi di klinik, dihitung dengan persentasi menit total dari jalan/jogging
yang mencapi zona target denyut jantung serta total menit berjalan di treadmill, (4)
Keamanan diukur dengan jumlah kejadian buruk selama intervensi di School of
Physiotherapy (SoP), dan/atau selama program latihan fisik di rumah. Hal ini
termasuk perubahan dan keluhan pada siklus menstruasi lalu keseleo (sprain) dan
ketegangan (strain) akibat latihan fisik, (5) Tingkat ketahanan, dihitung sebagai
persentasi peserta yang menyelesaikan studi ini dan (6) Penerimaan dari intervensi
yang dinilai dari feedback yang berasal dari peserta.
Hasil
Hasilnya adalah kualitas dan intensitas nyeri diukur dengan formulir singkat
dari McGill pain quistionaire (SF-MFQ) dan medikasi nyeri.Titik waktu pengukuran
adalah pada siklus menstruasi sebelum memulai intervensi (T1), Siklus menstruasi
kedua pada saat intervensi di School of Physiotherapy (SoP) berjalan (T2) dan siklus
menstruasi ketiga pada saat program latihan fisik di rumah berlangsung (T3). (1) SFMFQ adalah pengukuran kualitas dan intensitas nyeri dengan pelaporan sendiri.
Pengukuran tersebut adalah pengukuran multi dimensi dari nyeri yang dirasakan yang
mengevaluasi aspek sensori, afektif-emosional, evaluative dan sifat sementara dari
5
nyeri kronis. Pengukuran ini memiliki 3 bagian: Pain rating index (PRI), Visual
Analogue Scale (VAS) dan Present Pain Index (PPI). SF-MFQ dilaporkan memiliki
validitas konten yang adekuat dan koefisien reliabilitas 0,87 dan konsistensi internal
yang baik (Cranbachs alpha = 0,92 0,93) pada wanita-wanita dengan penyakit
Parkinson. (2) Medikasi nyeri: Peserta-peserta diminta untuk mencatat tipe dan
jumlah obat nyeri yang dikonsumsi selama partisipasi dalam studi
Analisis Data
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 20.
Analisis ANOVA dilakukan untuk membandingkan skor-skor grup pada titik waktu
pengukursn yang sama. Sebagan indeks dari perubahan pasca intervensi besarnya efek
diukur berdasarkan perbedaan rerata dan pooled variance diantara T1 dan T2 serta T1
dan T3.
c. Hasil
Karakteristik peserta dan data dasar
Ada 14 orang wanita yang bersedia menjadi peserta penelitian; 4 orang wanita tidak
dimasukkan karena tidak memenuhi kriteria inklusi. 10 orang wanita lainnya
dimasukkan dalam penelitian.
Arus peserta dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Sebagian besar peserta
merupakan NZ Eropa (5/10) dan diambil dari universitas (8/10). Karakteristik dasar
peserta penelitian ditampilkan di Table 1.
Kepatuhan terhadap program intervensi
(clinic-based + home-based)
Tujuh dari 10 (70 %) mendapat 18 sesi intervensi dan 3/10 (30 %) peserta mendapat
24 sesi intervensi selama periode penelitian. Jumlah sesi intervensi rata-rata selama
periode penelitian adalah 19.8 SD 2.8, dan sesi intervensi rata-rata yang diikuti oleh
peserta penelitian adalah 19.4 SD 3.2. Persentase rata-rata kepatuhan terhadap
intervensi dirangkum dalam Tabel 2.
Kepatuhan terhadap program intervensi clinic-based dan home-based
Retensi peserta
Semua peserta mengikuti penelitian sampai selesai. Tidak ada dropouts atau peserta
yang berhenti di tengah periode penelitian. Ini menunjukkan 100 % retension rate.
Penerimaan intervensi
Intervensi diterima oleh 10 peserta dan tidak ada komentar negatif saat ditanyakan
mengenai feedback dan instensitas olahraga. Semua wanita melaporkan bahwa
olahraga dapat dilakukan berdasarkan intensitas dan durasinya. Salah satu peserta
menuliskan intensitas dan durasi treadmill training merupakan keseimbangan yang
baik memotivasi tetapi tidak terlalu melelahkan. Peserta lainnya menuliskan
treadmill training dapat dilakukan, tidak terlalu banyak dalam seminggu, dan
pembagian waktunya sudah baik. Mengenai komitmen untuk berolahraga di rumah,
semua peserta menuliskan bahwa olahraga di rumah mudah dilakukan. Tiga peserta
mengatakan bahwa mereka memilh untuk berjalan ke rumah dari tempat bekerja
daripada naik bus atau menggunakan kendaraan pribadi mereka. Pertanyaan mengenai
keinginan mereka untuk berolahraga secara teratur bahkan setelah penelitian selesai,
lima peserta menuliskan bahwa mereka akan terus berolahraga. Satu peserta
menuliksan perbedaan nyeri sangat dirasakan dan oleh karena itu saya akan terus
berolahraga. Tiga peserta menuliskan bahwa mereka akan pergi ke gym untuk
berolahraga. Satu peserta menuliskan saya ingin terus berolahraga untuk menerapkan
gaya hidup sehat dan saya merasa lebih sehat karena berolahraga.
Tabel 1. Karakteristik dasar peserta
Mengenai kualitas nyeri dalam PRI (Pain Rating Index), dan intensitas nyeri dalam
VAS (Visual Analogue Scale) dan PPI (Present Pain Index) terdapat perubahan positif
dalam skor di T2 dan T3. Pengaruh pada PRI, VAS dan PPI antara T1 dan T2, dan T1
dan T3 menunjukkan perbedaan besar. Pengaruh intervensi dirangkum dalam Tabel 3.
Pengobatan nyeri
Lima peserta melaporkan bahwa mereka tidak pernah minum obat penghilang nyeri
walaupun nyeri tidak bisa ditahan lagi, karena takut pada efek samping penggunaan
NSAIDs. Dari lima peserta lainnya yang minum obat penghilang nyeri, empat di
antaranya lebih sedikit minum obat penghilang nyeri pada T2 dan/atau T3
dibandingkan T1, sedangkan satu peserta meningkatkan obat penghilang nyeri pada
T3. Tipe dan jumlah obat penghilang nyeri yang dikonsumsi lima peserta pada hari
saat nyeri maksimal dirangkum dalam Tabel 4.
Jumlah sampel untuk penelitian selanjutnya
Rumus perkiraan dua-sampel normal digunakan untuk menentukan jumlah sampel
pada penelitian RCT (randomized controlled trial) selanjutnya. Jumlah sampel
diperkirakan adalah 70 (35 dalam tiap grup), menggunakan variasi VAS scores antara
T1-T2 (Tabel 3), dengan tingakt kepercayaan 90 %, tingkat signifikan 0.05, untuk
melihat perbedaan 15 mm pada VAS untuk nyeri.
Tabel 2. Rangkuman kepatuhan terhadap sesi intervensi
Tabel 3. Nilai rata-rata (SD) dan pengaruh (Cohens d) pada PRI, VAS, dan PPI
(n = 10)
9
Tabel 4. Rangkuman pengunaan obat penghilang nyeri pada hari saat nyeri
maksimal
d. Diskusi
Hasil dari penelitian ini menilai kepatuhan, keamanan, dan penerimaan
intervensi yang dilakukan. Penelitian ini mengambil sampel heterogen dengan rentang
usia 18 45 tahun, tingkat nyeri, panjang siklus menstruasi, dan etnis.
Kepatuhan, penerimaan, dan kemanan
Penelitian ini menemukan tingkat kepatuhan yang tinggi pada sesi intervensi
clinic-based dan home-based, dengan persentase rata-rata 98 % dari sesi yang diikuti
peserta. Hasil ini mendukung implementasi program ini dalam skala besar.
Faktor lingkungan seperti tempat berolahraga dan jarak yang dekat ke tempat bekerja
atau rumah dinilai sebagai indikator positif terhadap kepatuhan yang baik. tingkat
kepatuhan yang tinggi pada penelitian ini dapat dihubungkan dengan fakta bahwa
penelitian ini dilakukan di kampus universitas, dan mayoritas (8/10) peserta penelitian
10
diambil dari univeristas. Penelitian RCT yang dilakukan Israel, dkk. untuk
mengevaluasi efikasi program 12 minggu olahraga aerobic menunjukkan 80 %
kepatuhan terhadap program intervensi. Kemungkinan alasan perbedaan tingkat
kepatuhan ini dapat menjadi akses untuk pengaturan penelitian atau durasi program
intervensi.
Penelitian ini juga menemukan bahwa peserta memiliki penerimaan yang baik
terhadap intervensi dan intensitas olahraga. Kurangnya motivasi merupakan
karakteristik personal paling sering ditemukan yang berhubungan langsung terhadap
penurunan tingkat kepatuhan dan peningkatan dropout dari program intervensi.
Semua peserta penelitian sangat termotivasi dan dapat menyelesaikan 30 menit
walking/jogging di treadmill dalam intensitas yang dihitung berdasarkan usia mereka
dan ini mengindikasikan bahwa protokol intervensi dapat diterima. Ini menunjukkan
bahwa tingkat kepatuhan terhadap intervensi yang diberikan pada penelitian RCT
selanjutnya harus tinggi. Mengenai keamaan, kami melihat tidak ada peserta yang
mengalami kejadian yang tidak diinginkan selama program intervensi. Ini mendukung
pernyataan bahwa aktivitas fisik yang banyak aman dilakukan oleh wanita dengan PD
(Primary Dysmenorrhea).
11
12
e. Kesimpulan
13
3. Telaah Kritis
Berdasarkan jurnal yang diakses dari Disability and Rehabilitation; An International,
multidisciplinary Journal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-based
medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan sistematis suatu artikel
penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya dalam praktik klinis.
Komponen utama yang dinilai dalam critical appraisal adalah validity, importancy,
applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat bergantung dari desain
penelitian dimana uji klinis menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua
komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan
diskusi. Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam
menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen
pendahuluan, metodologi, hasil, dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki
kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak
atau tidak digunakan sebagai referensi.
Penilaian VIA (Validity, Importancy, Applicability)
I. Study Validity
Research questions
Is the research question well-defined that can be answered using this study design?
14
Ya. Desain studi pada penelitian ini adalah eksperimental kuasi, yang diulang dalam
satu proses untuk menjawab pertanyaan pada penelitian ini dengann mengukur studi dari
bulan Maret-Oktober 2013.
Does the author use appropriate methods to answer their question?
Ya. Metode yang digunakan penulis adalah analitik statistik, yaitu ANOVA. Metode ini
tepat untuk membandingkan nilai dalam grup pada tiap waktu yang telah ditetapkan pada
penelitian ini, yaitu pada T1, T2, T3.
Is the data collected in accordance with the purpose of the research?
Ya. Data ini diperoleh dari 10 perempuan yang secara sukarela mendaftarkan diri dan
termasuk dalam inklusi penelitian, yaitu perempuan dengan dismenore primer (yang
dilaporkan sendiri), pengisian kuesioner sebanyak 3 kali, dan juga adanya data untuk
pengukuran kesetiaan peserta dalam mengikuti penelitian sehingga sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu, sebagai dasar untuk mengatasi masalah kepatuhan dan jumlah sampel RCT
evaluasi ini di masa depan.
Randomization
Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and researchers?
Randomisasi tidak dijelaskan secara rinci pada jurnal ini.
Interventions and co-interventions
Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed by
others? Other than intervention, were the two groups cared for in similar way of treatment?
Ya, penelitian ini mendeskripsikan intervensi yang dijalankan cukup detil sehingga
dapat dimengerti. Semua peserta dalam penelitian ini menerima intervensi yang sama.
II.
Importance
Is this study important?
Ya. Penelitian ini penting sebagai penelitian pendahulu untuk mengatasi permasalahan
yang ada. Permasalahannya adalah kurangnya data RCT untuk menentukan apakan olahraga
dapat mengurangi nyeri pada dismenore primer, sehingga proses dan hasil penelitian ini dapat
dijadikan dasar untuk penelitian RCT sesungguhnya di masa depan.
15
III.
Applicability
Are your patient so different from these studied that the results may not apply to them?
Tidak. Studi ini juga bisa diaplikasikan pada perempuan di Indonesia, karena kriteria
16