Anda di halaman 1dari 16

TELAAH JURNAL

VIGOROUS EXERCISES IN THE MANAGEMENT OF


PRIMARY DYSMENORRHEA: A FEASIBILITY STUDY

Oleh:
Erna Haryanti, S.Ked.

04054821618003

Rizka Ramadhiyah, S.Ked.

04054821618005

Ali Ar Ridha Molahella, S.Ked.

04054821618062

Rannia Hendreka Putri, S.Ked.

04054821618120

Angela Karenina S., S.Ked.

04054821618128

Muhammad Nafil Fauzan, S.Ked

04054881618005

Pembimbing:
dr. Hj. Fatimah Usman, SpOG

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNSRI


RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2016

TELAAH KRITIS JURNAL

1. Judul Jurnal:
Vigorous Exercises in The Management Of Primary Dysmenorrhea: A Feasibility Study
2. Gambaran Umum
a. Latar Belakang
Dismenore yang terkait dengan siklus ovulasi normal dan tidak ada penyakit
panggul dapat diidentifikasi , disebut dismenore primer (PD). Prevalensi PD mencapai
90 % pada wanita berusia 18-45 tahun. Sekitar 90 % dari remaja perempuan dan
lebih dari 50 % dari wanita dewasa laporan di seluruh dunia menderita PD, dengan
10-20 % dari mereka menggambarkan rasa nyeri yang hebat dan menyakitkan.
Disabilitas yang dirasakan penderita seperti gangguan tidur, keterbatasan kegiatan,
akan menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien-pasien penderita PD. Setiap
bulannya 1-3 wanita tidak hadir bekerja atau sekolah dengan alasan rasa sakit yang
dirasakannya akibat PD. Satu studi menyatakan bahwa 51% perempuan tidak hadir
sekolah atau bekerja setidaknya sekali dan 8% dari mereka tidak hadir bekerja atau
sekolah setiap periode menstruasi.
PD biasanya dimulai 6-12 bulan setelah menarche dan ditandai dengan nyeri
kram spasmodik di perut bagian bawah yang dapat menyebar ke punggung bawah dan
anterior atau medial paha. Rasa sakit ini diduga disebabkan oleh produksi berlebihan
dari prostaglandin (PG) saat menstruasi sehingga terjadi hiperkontraktilitas pada otot
uterus yang menyebabkan hipoksia dan iskemia uterus, hal inilah yang menyebabkan
rasa sakit dan kram dari PD. Obat steroid non inflamasi (NSAID) dapat
mempengaruhi mekanisme ini sehingga sering digunakan untuk mengelola PD.
Namun, pengguanaan NSAID masih konvensional terkait dengan risiko efek samping
klinis yang signifikan, terutama toleransi gastrointestinal yang rendah dan gangguan
fungsi trombosit, bahkan dengan penggunaan jangka pendek. Sebuah penelitian
menyatakan bahwa intervensi non-farmakologis seperti panas, TENS dan yoga dapat
mengurangi rasa sakit yang terkait dengan PD secara signifikan, namun terapi
akupunktur dan akupresur dan manipulasi tulang belakang tidak lebih baik dari
plasebo.
Mosler (1914) adalah orang pertama yang berspekulasi bahwa olahraga
panggul menyebabkan bendungan dengan shunting aliran darah uterus. Pendapat lain
menjelaskan terdapat mekanisme lain yang menjelaskan bahwa latihan fisik dapat
2

menginduksi pelepasan opioid endogen seperti endorfin beta; vasodilatasi; penurunan


PG; menfurangi stres dan meningkatkan mood. Latihan fisik yang penuh semanagat
diduga merangsang pelepasan beta-endorfin yang bertindak sebagai analgesik
sistemik yang dapat mengurangi nyeri haid yang berhubungan dengan PD. Meskipun
latihan fisik yang berlebihan dianggap berguna bagi PD, ada bukti empiris yang
terbatas untuk mendukung keberhasilan teknik tersebut. Peneitian yang sistematis
juga melaporkan bahwa kurangnya bukti dari RCT ini untuk mendukung penggunaan
latihan dalam mengurangi gejala terkait dengan PD. Namun, hasil studi observasi
yang mengevaluasi efektivitas latihan terhadap PD masih kontraversi. Pada studi
prospektif observasional ditemukan bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan dalam
menurunkan nyeri pada dismenore. Karena bukti yang terbatas dari RCT dan hasil
dari studi observasional masih kontraversi, dibutuhkan studi untuk mengevaluasi
efektivitas latihan dalam mengelola nyeri haid pada wanita dengan PD dalam
kelompok kontrol yang dipilih secara acak. Oleh karena itu, tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk memeriksa kelayakan menggunakan intervensi untuk
melakukan untuk mengevaluasi efektivitas latihan aerobik dengan intensitas dalam
menurunkan intensitas nyeri haid. Tujuan lain adalah untuk memeroleh hasil awal
yang akan digunakan untuk memperkirakan ukuran sampel untuk penelitian
selanjutnya.
b. Metode Penelitian
Desain Studi dan Pengumpulan Data
Karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang
penelitian selanjutnya, masalah kelayakan dievaluasi dalam kuasi-eksperimental,
menggunakan metode pengukuran berulang satu arah yang dilakukan mulai Maret
sampai Oktober 2013. Objek penelitian adalah perempuan-perempuan dari wilayah
Dunedin Selandia Baru dari Universitas Otago dan di komunitas masyarakatnya.
Komite Penelitian disetujui oleh Komite Kesehatan dan Etika Disabilitas Southern
Komite Selandia Baru (Referensi No. 13 / STH / 12) dan semua wanita memberikan
persetujuan secara tertulis.
Peserta
Peserta penelitian termasuk wanita yang tidak hamil dengan riwayat
dismenore pada kelompok usia 18-45 tahun. Wanita yang dianggap memenuhi syarat
3

jika mereka memiliki siklus menstruasi yang teratur, dan skala nyeri saat menstruasi
setidaknya 4 pada skala analog visual (VAS) dalam setidaknya dua bulan berturutturut dengan kriteria eksklusi adalah: Wanita dengan dismenore sekunder, perempuan
yang mengikuti program latihan rutin, wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
dalam rahim, wanita kontrasepsi oral dan terapi hormonal dan wanita dengan
menstruasi interval siklus melebihi 34 hari. peserta terus minum obat nyeri (analgesik
atau NSAID) jika diperlukan, dan wanita yang mendapatkan obat antinyeri selama
siklus menstruasi.
Intervensi
Peserta

menjalani

latihan

fisik

aerobik

berintensitas

tinggi

dengan

menggunakan treadmill di School of Physiotherapy (SoP), Dunedin selama 30 menit


dalam 70-85% jumlah denyut jantung maksimal mereka, Jumlah denyut jantung
maksimal dihitung dari perkiraan puncak jumlah denyut jantung wanita-wanita sehat
yang dicapai selama latihan fisik. Latihan treadmill didahului dengan latihan
pemanasan selama 10 menit dan dilanjutkan dengan latihan pendinginan selama 10
menit, termasuk peregangan pada otot punggung tengah dan bawah serta penguatan
abdomen. Intervensi di School of Physiotherapy (SoP) tersebut dilakukan selama 3
minggu untuk peserta yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dan selama 4 minggu
untuk peserta dengan siklus menstruasi lebih dari 28 hari dan kurang dari 35 hari.
Intrervensi dari School of Physiotherapy (SoP) tersebut dimulai setelah lengkapnya
siklus menstruasi pertama, dan diakhiri sebelum dimulainya siklus menstruasi kedua.
Pada akhir intervensi di School of Physiotherapy (SoP), peserta kemudian diminta
untuk melakukan program latihan fisik dirumah selama sampai dengan 4 minggu
diantara siklus menstruasi kedua dan ketiga mereka. Kepada mereka diberikan booklet
berisi petunjuk latihan fisik peregangan dan penguatan dan juga diberikan diary
ketaatan latihan fisik.
Intervensi untuk peserta dilakukan untuk investigator utama, seorang
physioterapis teregistrasi dari Selandia Baru, dengan 3 tahun pengalaman spesialistik
di bidang nyeri dan kesehatan perempuan. Dia memiliki kualifikasi sarjana di bidang
fisioterapi dan sedang menempuh pendidikan doktoral di School of Physiotherapy
(SoP), University of Otago, Selandia Baru. Latihan fisik dan aerobik diajarkan dan
disupervisi dengan cara orang per orang.
4

Prosedur
Pada relawan dilakukan skrining kelayakan. Skrining termasuk melengkapi
kuisioner yang diisi sendiri mengenai detail demografi, riwayat nyeri, riwayat medis
umum, riwayat ginekologi dan menstruasi, riwayat obstetric dan juga partisipasi
dalam latihan fisik. Seluruh relawan yang layak diberikan selebaran informasi dan
lembar persetujuan. Wanita-wanita yang telah memberikan persetujuan tertulis
diberikan kuisioner dan diminta untuk mengisinya pada hari dengan nyeri maksimum
saat siklus menstruasi pertama (T1), siklus menstruasi kedua saat intervensi di School
of Physiotherapy (SoP) (2), dan siklus menstruasi ketiga saat program latihan fisik di
rumah berlangsung (T3).
Pengukuran ketaatan
Ukuran ketaatan yang utama adalah (1) ketaatan pada program intervensi di
klinik, di catat sebagai persentasi kehadiran, (2) Ketaatan program intervensi di rumah
yang dimonitor dengan diary latihan fisik , (3) Ketaatan pada petunjuk saat menjalani
program intervensi di klinik, dihitung dengan persentasi menit total dari jalan/jogging
yang mencapi zona target denyut jantung serta total menit berjalan di treadmill, (4)
Keamanan diukur dengan jumlah kejadian buruk selama intervensi di School of
Physiotherapy (SoP), dan/atau selama program latihan fisik di rumah. Hal ini
termasuk perubahan dan keluhan pada siklus menstruasi lalu keseleo (sprain) dan
ketegangan (strain) akibat latihan fisik, (5) Tingkat ketahanan, dihitung sebagai
persentasi peserta yang menyelesaikan studi ini dan (6) Penerimaan dari intervensi
yang dinilai dari feedback yang berasal dari peserta.
Hasil
Hasilnya adalah kualitas dan intensitas nyeri diukur dengan formulir singkat
dari McGill pain quistionaire (SF-MFQ) dan medikasi nyeri.Titik waktu pengukuran
adalah pada siklus menstruasi sebelum memulai intervensi (T1), Siklus menstruasi
kedua pada saat intervensi di School of Physiotherapy (SoP) berjalan (T2) dan siklus
menstruasi ketiga pada saat program latihan fisik di rumah berlangsung (T3). (1) SFMFQ adalah pengukuran kualitas dan intensitas nyeri dengan pelaporan sendiri.
Pengukuran tersebut adalah pengukuran multi dimensi dari nyeri yang dirasakan yang
mengevaluasi aspek sensori, afektif-emosional, evaluative dan sifat sementara dari
5

nyeri kronis. Pengukuran ini memiliki 3 bagian: Pain rating index (PRI), Visual
Analogue Scale (VAS) dan Present Pain Index (PPI). SF-MFQ dilaporkan memiliki
validitas konten yang adekuat dan koefisien reliabilitas 0,87 dan konsistensi internal
yang baik (Cranbachs alpha = 0,92 0,93) pada wanita-wanita dengan penyakit
Parkinson. (2) Medikasi nyeri: Peserta-peserta diminta untuk mencatat tipe dan
jumlah obat nyeri yang dikonsumsi selama partisipasi dalam studi
Analisis Data
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 20.
Analisis ANOVA dilakukan untuk membandingkan skor-skor grup pada titik waktu
pengukursn yang sama. Sebagan indeks dari perubahan pasca intervensi besarnya efek
diukur berdasarkan perbedaan rerata dan pooled variance diantara T1 dan T2 serta T1
dan T3.

c. Hasil
Karakteristik peserta dan data dasar
Ada 14 orang wanita yang bersedia menjadi peserta penelitian; 4 orang wanita tidak
dimasukkan karena tidak memenuhi kriteria inklusi. 10 orang wanita lainnya
dimasukkan dalam penelitian.
Arus peserta dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Sebagian besar peserta
merupakan NZ Eropa (5/10) dan diambil dari universitas (8/10). Karakteristik dasar
peserta penelitian ditampilkan di Table 1.
Kepatuhan terhadap program intervensi
(clinic-based + home-based)
Tujuh dari 10 (70 %) mendapat 18 sesi intervensi dan 3/10 (30 %) peserta mendapat
24 sesi intervensi selama periode penelitian. Jumlah sesi intervensi rata-rata selama
periode penelitian adalah 19.8 SD 2.8, dan sesi intervensi rata-rata yang diikuti oleh
peserta penelitian adalah 19.4 SD 3.2. Persentase rata-rata kepatuhan terhadap
intervensi dirangkum dalam Tabel 2.
Kepatuhan terhadap program intervensi clinic-based dan home-based

Semua peserta mengikuti sesi intervensi clinic-based dan persentase rata-rata


intervensi clinic-based adalah 100 % (Tabel 2). Persentase rata-rata sesi intervensi
home-based adalah 96 % (Tabel 2).
Kepatuhan terhadap program intervensi clinic-based
Kepatuhan terhadap intensitas dan durasi intervensi di SoP (School of Psysiotherapy)
adalah 100 %. Semua peserta dapat menyelesaikan olahraga aerobic selama durasi 30
menit dengan perhitungan denyut nadi yang dalam batas normal.

Gambar 1. Diagram alur peserta dalam penelitan


Keamanan
Tidak ada kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi selama intervensi pada SoP
(School of Psysiotherapy). Tidak ada peserta yang melaporkan kejadian yang tidak
diinginkan selama berolahraga di rumah.

Retensi peserta

Semua peserta mengikuti penelitian sampai selesai. Tidak ada dropouts atau peserta
yang berhenti di tengah periode penelitian. Ini menunjukkan 100 % retension rate.
Penerimaan intervensi
Intervensi diterima oleh 10 peserta dan tidak ada komentar negatif saat ditanyakan
mengenai feedback dan instensitas olahraga. Semua wanita melaporkan bahwa
olahraga dapat dilakukan berdasarkan intensitas dan durasinya. Salah satu peserta
menuliskan intensitas dan durasi treadmill training merupakan keseimbangan yang
baik memotivasi tetapi tidak terlalu melelahkan. Peserta lainnya menuliskan
treadmill training dapat dilakukan, tidak terlalu banyak dalam seminggu, dan
pembagian waktunya sudah baik. Mengenai komitmen untuk berolahraga di rumah,
semua peserta menuliskan bahwa olahraga di rumah mudah dilakukan. Tiga peserta
mengatakan bahwa mereka memilh untuk berjalan ke rumah dari tempat bekerja
daripada naik bus atau menggunakan kendaraan pribadi mereka. Pertanyaan mengenai
keinginan mereka untuk berolahraga secara teratur bahkan setelah penelitian selesai,
lima peserta menuliskan bahwa mereka akan terus berolahraga. Satu peserta
menuliksan perbedaan nyeri sangat dirasakan dan oleh karena itu saya akan terus
berolahraga. Tiga peserta menuliskan bahwa mereka akan pergi ke gym untuk
berolahraga. Satu peserta menuliskan saya ingin terus berolahraga untuk menerapkan
gaya hidup sehat dan saya merasa lebih sehat karena berolahraga.
Tabel 1. Karakteristik dasar peserta

Kualitas dan intensitas nyeri


8

Mengenai kualitas nyeri dalam PRI (Pain Rating Index), dan intensitas nyeri dalam
VAS (Visual Analogue Scale) dan PPI (Present Pain Index) terdapat perubahan positif
dalam skor di T2 dan T3. Pengaruh pada PRI, VAS dan PPI antara T1 dan T2, dan T1
dan T3 menunjukkan perbedaan besar. Pengaruh intervensi dirangkum dalam Tabel 3.
Pengobatan nyeri
Lima peserta melaporkan bahwa mereka tidak pernah minum obat penghilang nyeri
walaupun nyeri tidak bisa ditahan lagi, karena takut pada efek samping penggunaan
NSAIDs. Dari lima peserta lainnya yang minum obat penghilang nyeri, empat di
antaranya lebih sedikit minum obat penghilang nyeri pada T2 dan/atau T3
dibandingkan T1, sedangkan satu peserta meningkatkan obat penghilang nyeri pada
T3. Tipe dan jumlah obat penghilang nyeri yang dikonsumsi lima peserta pada hari
saat nyeri maksimal dirangkum dalam Tabel 4.
Jumlah sampel untuk penelitian selanjutnya
Rumus perkiraan dua-sampel normal digunakan untuk menentukan jumlah sampel
pada penelitian RCT (randomized controlled trial) selanjutnya. Jumlah sampel
diperkirakan adalah 70 (35 dalam tiap grup), menggunakan variasi VAS scores antara
T1-T2 (Tabel 3), dengan tingakt kepercayaan 90 %, tingkat signifikan 0.05, untuk
melihat perbedaan 15 mm pada VAS untuk nyeri.
Tabel 2. Rangkuman kepatuhan terhadap sesi intervensi

Tabel 3. Nilai rata-rata (SD) dan pengaruh (Cohens d) pada PRI, VAS, dan PPI
(n = 10)
9

Tabel 4. Rangkuman pengunaan obat penghilang nyeri pada hari saat nyeri
maksimal

d. Diskusi
Hasil dari penelitian ini menilai kepatuhan, keamanan, dan penerimaan
intervensi yang dilakukan. Penelitian ini mengambil sampel heterogen dengan rentang
usia 18 45 tahun, tingkat nyeri, panjang siklus menstruasi, dan etnis.
Kepatuhan, penerimaan, dan kemanan
Penelitian ini menemukan tingkat kepatuhan yang tinggi pada sesi intervensi
clinic-based dan home-based, dengan persentase rata-rata 98 % dari sesi yang diikuti
peserta. Hasil ini mendukung implementasi program ini dalam skala besar.
Faktor lingkungan seperti tempat berolahraga dan jarak yang dekat ke tempat bekerja
atau rumah dinilai sebagai indikator positif terhadap kepatuhan yang baik. tingkat
kepatuhan yang tinggi pada penelitian ini dapat dihubungkan dengan fakta bahwa
penelitian ini dilakukan di kampus universitas, dan mayoritas (8/10) peserta penelitian
10

diambil dari univeristas. Penelitian RCT yang dilakukan Israel, dkk. untuk
mengevaluasi efikasi program 12 minggu olahraga aerobic menunjukkan 80 %
kepatuhan terhadap program intervensi. Kemungkinan alasan perbedaan tingkat
kepatuhan ini dapat menjadi akses untuk pengaturan penelitian atau durasi program
intervensi.
Penelitian ini juga menemukan bahwa peserta memiliki penerimaan yang baik
terhadap intervensi dan intensitas olahraga. Kurangnya motivasi merupakan
karakteristik personal paling sering ditemukan yang berhubungan langsung terhadap
penurunan tingkat kepatuhan dan peningkatan dropout dari program intervensi.
Semua peserta penelitian sangat termotivasi dan dapat menyelesaikan 30 menit
walking/jogging di treadmill dalam intensitas yang dihitung berdasarkan usia mereka
dan ini mengindikasikan bahwa protokol intervensi dapat diterima. Ini menunjukkan
bahwa tingkat kepatuhan terhadap intervensi yang diberikan pada penelitian RCT
selanjutnya harus tinggi. Mengenai keamaan, kami melihat tidak ada peserta yang
mengalami kejadian yang tidak diinginkan selama program intervensi. Ini mendukung
pernyataan bahwa aktivitas fisik yang banyak aman dilakukan oleh wanita dengan PD
(Primary Dysmenorrhea).

Rekrutmen dan retensi


Terdapat respon yang baik pada iklan melalui brosur dan jumlah peserta yang
dibutuhkan dapat direkrut dalam waktu kurang dari 4 minggu. Kami berharap dapat
merekrut tiga peserta setiap minggu untuk RCT di masa mendatang dan dibutuhkan 6
bulan untuk estimasi ukuran sampel. Universitas adalah tempat yang baik untuk
merekrut peserta dan akan ditargetkan sebagai tempat perekrutan untuk RCT di masa
mendatang. Untuk retensi, tidak ada peserta yang drop outs atau putus follow-up pada
penelitian ini. Pada RCT sebelumnya saat pelatihan aerobik 12 minggu, dismenorea
primer yang putus follow-up sebanyak 39% pada kelompok eksperimen dan 17% pada
kelompok kontrol. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa drop outs disebabkan
karena sakit atau cedera yang bukan disebabkan karena penelitian tersebut. Meskipun
pada penelitian ini tidak ada yang drop outs, untuk mengakomodir alasan tersebut
kami berencana untuk menetapkan tingkat drop outs sebesar 15% untuk RCT di masa
mendatang.

11

Perubahan kualitas nyeri dan intensitas


Hasil awal dari studi kelayakan menunjukkan besar efek pada nilai PRI, VAS
dan PPI antara T1 dan T2, dan T1dan T3. Peningkatan tingkat nyeri ini tidak bisa
sepenuhnya dikaitkan dengan intervensi karena percobaan pada penelitian ini bersifat
non-randomized dan pengurangan nyeri untuk regression to the mean (RTM) dan oleh
karena itu efektivitas intervensi masih belum diketahui. RTM adalah sebuah
fenomena statistik yang dapat membuat variasi alami pada pengukuran ulang terlihat
seperti perubahan nyata. Disarankan bahwa masalah pada RTM dapat diminimalkan
secara random pada kelompok pembanding dan pada kedua kelompok yang tidak
mengikutsertakan RTM. Hal ini menunjukkan perlunya RCT.
Perubahan untuk RCT di masa mendatang
Kriteria usia dan karakteristik awal
Kriteria usia untuk inklusi akan dikurangi menjadi 43 dari 45 untuk
mengeksklusi perempuan dalam masa transisi perimenopause. Rata-rata usia
menopause dilaporkan adalah 51 dan fase perimenopause dimulai 4-8 tahun
sebelumnya. Merokok dianggap menjadi faktor risiko yang signifikan untuk
dismenorea primer. Peserta akan diminta untuk melaporkan riwayat merokok untuk
menetapkan tingkat dasar antar kelompok pada RCT di masa mendatang. Kami juga
akan menggunakan kuesioner kegiatan fisik internasional untuk menetapkan tingkat
aktivitas fisik dasar dimana hal ini tidak dilakukan pada penelitian saat ini. Dalam
penelitian ini, kami mengikutsertakan peserta dengan nilai dasar nyeri 4 atau lebih
pada VAS tetapi Initiative on Methods, Measurement, and Pain Assessment in
Clinical Trials (IMMPACT) 2010 merekomendasikan semua uji klinis pada nyeri
kronis dalam mengikutsertakan peserta yang dilaporkan memiliki tingkat intensitas
nyeri dasar 4 pada Numeric Rating Scale (NRS). Oleh karena itu, untuk RCT di masa
mendatang, kami akan menggunakan NRS dibandingkan VAS.

Intervensi dan hasil tindakan

12

Dalam penelitian ini, ada ketimpangan frekuensi intervensi pada peserta


dengan panjang siklus menstruasi yang berbeda pada School of Physiotherapy (SoP).
Oleh karena itu, untuk membuat frekuensi intervensi homogen untuk semua peserta
pada RCT di masa mendatang, kami menetapkan frekuensi intervensi yaitu 3 minggu
untuk semua peserta pada kelompok eksperimen, terlepas dari panjang siklus
menstruasi mereka.
Wanita dengan dismenorea primer mengalami nyeri pelvik siklik yang
berdampak negatif pada kualitas hidup mereka. Dianjurkan pada penyedia layanan
kesehatan perempuan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mengurangi atau
menghilangkan ketidaknyamanan saat menstruasi. Pengukuran kualitas hidup
dianggap sebagai bagian penting dalam menilai efek dari pengobatan dalam uji klinis,
oleh karena itu kami akan mengikutsertakan kualitas kesehatan yang berhubungan
dengan kehidupan (HRQOL) sebagai pengukuran dalam uji coba di masa depan.
Beberapa intervensi penelitian mengnunakan survei kesehatan SF-36 generik untuk
mengevaluasi hasil pengobatan pada wanita dengan dismenorea primer. Pada RCT di
masa mendatang, kami akan menggunakan survei kesehatan SF-12 yang merupakan
validasi alternatif SF36. Selain berdampak negatif bagi kualitas hidup, dismenorea
primer secara signifikan dapat menyebabkan terbatasnya aktivitas dan menyebabkan
wanita lumpuh selama 1-3 hari setiap bulan. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi
kemampuan fisik dibutuhkan pada wanita dengan dismenorea primer. Alat untuk
mengukur kemampuan fisik akan diikutsertakan pada RCT di masa depan.
Dibutuhkan juga alat untuk mengukur kualitas tidur karena tidur dan nyeri kronis
saling berkaitan. Tidur yang terganggu adalah efek samping dari rasa nyeri, dan
gangguan tidur juga dapat berkontribusi langsung terhadap hiperalgesia. Baker et al.
melaporkan bahwa perempuan dengan rasa nyeri karena dismenorea primer memiliki
gangguan tidur lebih sering selama menstruasi dibandingkan dengan kontrol. Selain
itu IMMPACT 2005 merekomendasikan bahwa uji klinis mengenai nyeri kronis harus
menilai kualitas tidur.

e. Kesimpulan

13

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aerobik dan olahraga dalam


pengelolaan dismenorea primer layak dan aman. Intensitas dan durasi intervensi yang
diuji dapat dicapai dan ditoleransi baik oleh wanita dengan dismenorea primer dan
hasil awal menunjukkan beberapa peningkatan pada wanita dengan dismenorea
primer setelah intervensi ini. Temuan awal ini menunjukkan kebutuhan RCT di masa
depan untuk meningkatkan efikasi aerobik dan olahraga dalam pengelolaan
dismenorea primer. Ini akan memberikan kontribusi untuk literatur tentang potensi
olahraga dan aktivitas fisik untuk pengelolaan nyeri haid. Jika intervensi ini terbukti
efektif, intervensi ini akan memiliki dampak signifikan pada kehidupan perempuan
dengan dismenorea primer.

3. Telaah Kritis
Berdasarkan jurnal yang diakses dari Disability and Rehabilitation; An International,
multidisciplinary Journal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-based
medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan sistematis suatu artikel
penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya dalam praktik klinis.
Komponen utama yang dinilai dalam critical appraisal adalah validity, importancy,
applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat bergantung dari desain
penelitian dimana uji klinis menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua
komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan
diskusi. Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam
menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen
pendahuluan, metodologi, hasil, dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki
kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak
atau tidak digunakan sebagai referensi.
Penilaian VIA (Validity, Importancy, Applicability)
I. Study Validity
Research questions
Is the research question well-defined that can be answered using this study design?

14

Ya. Desain studi pada penelitian ini adalah eksperimental kuasi, yang diulang dalam
satu proses untuk menjawab pertanyaan pada penelitian ini dengann mengukur studi dari
bulan Maret-Oktober 2013.
Does the author use appropriate methods to answer their question?
Ya. Metode yang digunakan penulis adalah analitik statistik, yaitu ANOVA. Metode ini
tepat untuk membandingkan nilai dalam grup pada tiap waktu yang telah ditetapkan pada
penelitian ini, yaitu pada T1, T2, T3.
Is the data collected in accordance with the purpose of the research?
Ya. Data ini diperoleh dari 10 perempuan yang secara sukarela mendaftarkan diri dan
termasuk dalam inklusi penelitian, yaitu perempuan dengan dismenore primer (yang
dilaporkan sendiri), pengisian kuesioner sebanyak 3 kali, dan juga adanya data untuk
pengukuran kesetiaan peserta dalam mengikuti penelitian sehingga sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu, sebagai dasar untuk mengatasi masalah kepatuhan dan jumlah sampel RCT
evaluasi ini di masa depan.
Randomization
Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and researchers?
Randomisasi tidak dijelaskan secara rinci pada jurnal ini.
Interventions and co-interventions
Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed by
others? Other than intervention, were the two groups cared for in similar way of treatment?
Ya, penelitian ini mendeskripsikan intervensi yang dijalankan cukup detil sehingga
dapat dimengerti. Semua peserta dalam penelitian ini menerima intervensi yang sama.

II.

Importance
Is this study important?
Ya. Penelitian ini penting sebagai penelitian pendahulu untuk mengatasi permasalahan

yang ada. Permasalahannya adalah kurangnya data RCT untuk menentukan apakan olahraga
dapat mengurangi nyeri pada dismenore primer, sehingga proses dan hasil penelitian ini dapat
dijadikan dasar untuk penelitian RCT sesungguhnya di masa depan.
15

III.

Applicability
Are your patient so different from these studied that the results may not apply to them?
Tidak. Studi ini juga bisa diaplikasikan pada perempuan di Indonesia, karena kriteria

inklusi yang diharuskan dapat dipenuhi dengan menggunakan perempuan di Indonesia.


Is your environment so different from the one in the study that the methods could not be
use there?
Ya. Secara geografis di Indonesia berbeda dengan New Zealand. Penelitian dengan
metode yang sama persis dapat menyulitkan peneliti terutama dibagian kepatuhan peserta
karena belum ada fasilitas olahraga yang memadai seperti di New Zealand, namun peneliti
dapat mengganti metode tersebut dengan olahraga lain yang setara.
Kesimpulan: Jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini dapat
digunakan sebagai referensi.

16

Anda mungkin juga menyukai