Anda di halaman 1dari 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Jurusan/Prodi : Bidan pendidik/D.IV Bidan pendidik


Mata Kuliah : ASKEB II (Persalinan)
Kode Mata Kuliah : KEB 30244
Beban Studi : 4 SKS
Semester : III (Tiga)
Pokok Bahasan : Memberikan asuhan kebidanan pada kala IV persalinan
Sub Pokok bahasan : Pemantauan kala IV
Alokasi/Waktu : 1 x 15 Menit
Hari/ Tanggal : Selasa, 10 Juli 2018
Tempat : Ruang Arafah

A. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan memberikan Asuhan
Persalinan dengan topik pemantauan kala IV.

B. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan kala IV pada pemantauan
kala IV .

C. INDIKATOR
Pada akhir pembelajaran mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pemantauan kala IV pada tanda vital
2. Menjelaskan pemantauan kala IV pada kontraksi uterus
3. Menjelaskan pemantauan kala IV pada tinggi fundus uteri
4. Menjelaskan pemantauan kala IV pada kandung kemih
5. Menjelaskan pemantauan kala IV pada laserasi
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mahasiswa menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan
dapat :
1. Menjelaskan pemantauan kala IV pada tanda vital
2. Menjelaskan pemantauan kala IV pada kontraksi uterus
3. Menjelaskan pemantauan kala IV pada tinggi fundus uteri
4. Menjelaskan pemantauan kala IV pada kandung kemih
5. Menjelaskan pemantauan kala IV pada laserasi

E. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pemantauan kala IV pada tanda vital
2. Pemantauan kala IV pada kontraksi uterus
3. Pemantauan kala IV pada tinggi fundus uteri
4. Pemantauan kala IV pada kandung kemih
5. Pemantauan kala IV pada laserasi

F. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab

G. MEDIA DAN ALAT


1. Power point bahan ajar
2. LCD dan Laptop

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Tahapan Alokasi Kegiatan pembelajaran
Kegiatan waktu Dosen Mahasiswa
1 Pendahuluan 2 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
2. Menginformasikan salam
pokok materi yang 2. Memperhatikan
akan disampaikan 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan
pembelajaran
4. Melakukan apersepsi
berkaitan dengan
materi yang akan
disampaikan
2. Inti 10 menit 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan
pemantauan kala IV dan
pada tanda vital mendengarkan
2. Menjelaskan 2. Memperhatikan
pemantauan kala IV dan
pada kontraksi uterus mendengarkan
3. Menjelaskan 3. Memperhatikan
pemantauan kala IV dan
pada tinggi fundus mendengarkan
uteri 4. Memperhatikan
4. Menjelaskan dan
pemantauan kala IV mendengarkan
pada kandung kemih 5. Memperhatikan
5. Menjelaskan dan
pemantauan kala IV mendengarkan
pada laserasi
3 Penutup 3 Menit 1. Memberikan pertany 1. Menjawab
aan kepada mahasiwa pertanyaan
secara tulisan
2. Memberi klarifikasi 2. Mendengarkan
atas jawaban yang dan
diberikan memperhatika
3. Menyimpulkan secara n
singkat materi yang 3. Mendengarkan
telah disampaikan dan
4. Menutup perkuliahan memperhatika
dan mengucapkan n
salam 4. Menjawab
salam

I. PENILAIAN PERKULIAHAN
1. Prosedur : Post Test
2. Jenis : Tes Tertulis
3. Alat tes : Tes yang dibuat dosen
4. Soal : Terlampir

J. LAMPIRAN
1. Lampiran 1 materi
2. Lampiran 2 evaluasi
3. Lampiran 3 lembar kerja siswa

K. Sumber Belajar
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini: Buku Acuan
dan Panduan. Jakarta: JNPK-KR, Maternal dan Neonatal Care, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Marmi. 2016. Intranatal Cara Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mutmainnah, A.U., Johan, H. & Liyod, S.S. 2017. Asuhan persalinan normal dan
bayi baru lahir, Yogyakarta, ANDI.
Rofi’ah, S., Yuniyanti, B. & Isworo, A. 2015. Faktor - faktor yang berhubungan
dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Nifas 6 jam Post Partum.
Jurnal Riset Kesehatan, Vol. 4 No. 2, 738.
Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika
Varney, H., Kriebs J.M., Carolyn, L.G. 2007. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Edisi
bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.
Lampiran I (Materi)

A. Pemantauan Kala IV
1. Tanda Vital
a. Tekanan darah dan nadi
Selama satu jam pertama lakukan pemantauan pada tekanan darah dan nadi
setiap 15 menit dan pada satu jam kedua lakukan setiap 30 menit. Tekanan darah
normal < 140/90 mmHg, bila TD < 90/60 mmHg, Nadi > 100x/menit (terjadi
masalah), masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
b. Respirasi dan suhu
Lakukan pemantauan respirasi dan suhu setiap jam selama dua jam
persalinan. Suhu normal yaitu 36°C-37°C (Marmi, 2016).
2. Kontraksi uterus
Pemantauan kontraksi uterus dilakukan setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua. Pemantauan ini dilakukan
bersamaan dengan masase fundus uterus secara sirkular. Masase fundus yang
efektif mencakup lebih dari lekuk anterior fundus. Seluruh fundus anterior, lateral,
dan posterior harus tercapai oleh tangan seluruhnya. Kontraksi dikatakan baik
apabila uterus teraba keras, padat dan darah biasanya tidak terlalu banyak, dan
dikatakan kontraksi lembek apabila uterus tidak teraba keras dan darah keluar
banyak.
Prosedur ini dilakukan secara cepat dengan sentuhan yang tegas dan lembut.
Sewaktu bidan memulai prosedur ini, jangan lupa jelaskan kepada pasien bahwa
mungkin ini akan sangat menyakitkan namun dengan penjelasan yang detil
mengenai apa tujuan tindakan ini, pasien biasanya akan paham dan kooperatif Jika
bidan tidak dapat berada disamping pasien secara terus-menerus untuk melakukan
masase, maka kondisi pasien saat ini sangat kondusif jika dilibatkan dalam
tindakan. Bimbingan cara melakukan masase dari bidan akan mendorong
partisipasi aktif pasien dalam mengatur perawatan dirinya sendiri dan lebih
mengetahui tentang tubuhnya (JNPK-KR, 2008).
3. Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Evaluasi TFU dilakukan dengan meletakkan jari tangan secara melintang
dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uterus setinggi atau beberapa jari
dibawah pusat (Sulistyawati, 2010). Penurunan ukuran uterus yang cepat
direfleksikan dengan perubahan lokasi uterus yaitu uterus turun dari abdomen dan
kembali menjadi organ panggul. Segera setelah pelahiran, TFU terletak sekitar dua
pertiga hingga tiga perempat bagian atas antara simfisis pubis dan umbilikus.
Walaupun terdapat variasi lokasi umbilikus terhadap simfisis pubis pada setiap
individu dan variasi ukuran ruas jari di antara pemeriksa dengan pemeriksa lain
sehingga membuat adanya rentang normal dalam penurunan dan lokasi TFU.
Tinggi fundus uteri setelah plasenta lahir pada ibu nifas yang kategori baik dan
kurang baik jumlahnya hampir sama. Rata-rata tinggi fundus uteri setelah kelahiran
plasenta adalah 14,13 cm. Hal ini masuk dalam kategori baik. Tinggi fundus uteri
terkecil 10 cm dan paling tinggi adalah 20 cm (Rofi’ah et al., 2015).
4. Kandung kemih
Pada kala IV bidan memastikan bahwa kandung kemih selalu dalam keadaan
kosong setiap 15 menit sekali dalam satu jam pertama pascapersalinan dan setiap
30 menit dalam satu jam kedua. Kandung kemih dikatakan penuh apabila dilakukan
palpasi dibagian atas suprapubis akan teraba keras kemudian ibu merasakan ada
keinginan untuk BAK, kemudian dikatakan kandung kemih kosong apabila saat
dilakukan palpasi pada suprapubis teraba kosong atau tidak ada tahanan dan ibu
tidak merasakan ingin BAK. Ini sangat penting untuk dilakukan untuk mencegah
beberapa penyulit akibat penuhnya kandung kemih, seperti :
a. Kandung kemih yang penuh akan menyebabkan atonia uterus dan
menyebabkan perubahan posisi uterus.
b. Urine yang terlalu lama berada dalam kandung kemih akan berpotensi
menyebabkan infeksi saluran kemih
c. Secara psikologis akan menyebabkan kekhawatiran yang berpengaruh
terhadap penerimaan pasien berkaitan dengan perubahan perannya.
Kandung kemih harus diusahakan kosong agar uterus dapat berkontraksi
dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya perdarahan lebih lanjut
yang berakibat fatal bagi ibu. Jika kandung kemih ibu penuh, bantu ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu
mengosongkannya jika diperlukan, dan ingatkan kemungkinan keinginan berkemih
berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih, bantu
dengan menyiramkan air bersih dan hangat keperineumnya atau masukan jari-jari
ibu ke dalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan.
Kalau upaya tersebut tidak berhasil dan ibu tidak dapat berkemih secara spontan
maka perlu dilakukan kateterisasi secara aseptik dengan memasukan kateter nelaton
DTT atau steril untuk mengosongkan kandung kemih ibu. Setelah kosong segera
lakukan masasse pada fundus untuk membantu uterus berkontraksi dengan baik
(Marmi, 2016).
5. Pemeriksaan Laserasi
Laserasi bisa terjadi pada serviks, vagina, dan perineum. Pemeriksaan laserasi
dapat dilakukan menggunakan kassa steril, apabila di deep menggunakan kassa
mengalir darah maka terdapat laserasi dan apabila darah berasal dari dalam vagina
maka harus dilakukan pengkajian lebih lanjut.
a. Serviks
Indikasi pemeriksaan serviks :
1) Aliran perdarahan per vagina berwarna merah terang dari bagian atas tiap
laserasi yang diamati, jumlahnya menetap atau sedikit setelah kontraksi
uterus dipastikan
2) Persalinan cepat atau presipitatus
3) Manipulasi serviks selama persalinan, misalnya untuk mengurangi tepi
anterior.
4) Dorongan maternal (meneran) sebelum dilatasi maksimal
5) Kelahiran per vagina dengan tindakan, misalnya ekstrasi vakum atau forsep
6) Kelahiran traumatik, misalnya distosia bahu
Adanya salah satu dari faktor di atas mengindikasikan kebutuhan untuk
pemeriksaan serviks secara spesifik untuk menentukan langkah perbaikan. Inspeksi
serviks tanpa adanya perdarahan persisten pada persalinan spontan normal tidak
perlu secara rutin dilakukan (Varney, 2007).
b. Vagina
Pengkajian kemungkinan robekan atau laserasi pada vagina dilakukan setelah
pemeriksaan robekan pada serviks. Penentuan derajat laserasi dilakukan pada saat
ini untuk menentukan langkah penjahitan (JNPK-KR, 2008).
c. Perineum
Berat ringannya robekan perineum terbagi dalam 4 derajat. Derajat I: Mukosa
vagina, komisura posterior, dan kulit. Derajat II: derajat I dan otot perineum.
Derajat III: derajat II dan otot spingter ani externa. Derajat IV: derajat III dan
dinding depan rektum (Mutmainnah et al., 2017). Setelah pengkajian derajat
robekan, perineum kembali dikaji dengan melihat adanya edema, memar, dan
pembentukan hematom yang dilakukan bersamaan saat mengkaji lochea.
Pengkajian ini termasuk juga untuk mengetahui apakah terjadi hemoroid atau tidak
(JNPK-KR, 2008).
Jika terjadi, lakukan tindakan untuk mengurangi ketidaknyamanan yang
ditimbulkan dengan memberikan kantong es yang ditempelkan di area hemoroid.
Selain itu dapat juga diberikan zat yang bersifat menciutkan, misalnya witch
hazel atau tucks pads, atau sprai dan krim anestesi, analgesik yang digunakan
secara lokal (Sulistyawati, 2010).
Lampiran 2 (Evaluasi)

Pertanyaan
1. Jelaskan pemantauan tanda vital pada kala IV!
2. Jelaskan pemantauan uterus pada kala IV!

Jawaban yang benar


1. Pemantauan tanda vital pada kala IV
a. Tekanan darah dan nadi
Selama satu jam pertama lakukan pemantauan pada tekanan darah dan nadi
setiap 15 menit dan pada satu jam kedua lakukan setiap 30 menit. Tekanan darah
normal < 140/90 mmHg, bila TD < 90/60 mmHg, Nadi > 100x/menit (terjadi
masalah), masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
b. Respirasi dan suhu
Lakukan pemantauan respirasi dan suhu setiap jam selama dua jam
persalinan. Suhu normal yaitu 36°C-37°C
2. Kontraksi uterus
Pemantauan kontraksi uterus dilakukan setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua. Pemantauan ini dilakukan
bersamaan dengan masase fundus uterus secara sirkular. Kontraksi dikatakan baik
apabila uterus teraba keras, padat dan darah biasanya tidak terlalu banyak, dan
dikatakan kontraksi lembek apabila uterus tidak teraba keras dan darah keluar
banyak.
Lampiran 3 (Lembar kerja siswa)

Soal
1. Jelaskan pemantauan tanda vital pada kala IV!
2. Jelaskan pemantauan uterus pada kala IV!

Jawaban

Anda mungkin juga menyukai