Anda di halaman 1dari 125

1.

1 Perencanaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesrnas) dilakukan


secara terpadu Yang berbasis wilayah kerja Puskesmas bersama
dengan lintas program dan lintas sektor sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan serta dalam pelaksanaan kegiatan
harus memperhatikan kemudahan akses pengguna layanan CLihat
juga UKM 2.1.)
Jenis-jenis pelayanan Yang disediakan dan perencanaan Puskesmas
mempertimbangkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai, analisis kebutuhan dan
harapan masyarakat, analisis peluang pengembangan pelayanan, serta
analisis risiko pelayanan termasuk umpan balik dari Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/ Kota Puskesmas mudah diakses Oleh pengguna
layanan untuk mendapat peloyanan sesuai kebutuhan, mendapat informasi
tentang Sert,a
dukungan dari lintas program dan lintas sektor

1.1.1 Puskesmas wajib menyediakan jenis-jenis pelayanan Yang ditetaÞkan


berdasarkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai, analisås kebutuhan dan
harapan, analisis peluang pengembangan pelayanan, analisis risiko
pelayanan, dan ketentuan peraturan perundang—undangan Yang
dituangkan dalam perencanaan. (lihat juga UKM 2.1; PMP 5.1; dan PMP
5.2 )

Pokok Pikiran:
Puskesmas sebagai VIyrD bidang kesehatan Yang bersifat fungsional dan
unit layanan Yang bekcrja profesional harus memiliki Visi, Misi, Tujuan
dan Tata Nilai Yang sejalan dengan visi, misi Presiden dan Pemerintah
Dacrah . Puskcsmas wajib menyediakan pelayanan sesuai dengan visi,
misi, tujuan dan tata nilai, hasil analisis kebutuhan dan harapan masyarakat,
hasil analisis peluang pengembangan pelayanan, hagil analigig risiko
pelayanan dan peraturan perundang- undangan
Uñtuk mendapatkari hasil analisis kebutuháñ masyarakat dilakukan analisis
situasi data kineria Puskesmas, data status kesehatan masyarakat di wilayah
kerja termasuk hasil pelaksanaan PIS-PK Yang disusun secara terpadu
Yang berbasis wilayah kerja Puskesrnas. (URM : 2.1.1 dan 2.8.3) Jenis
data kinerja Puskesrnas dan Status kesehatan masyarakat di wilayah kerja
serta tahapan analisis dilakukan merujuk pada ketentuan peraturan
perundang-undangan Yang mengatur tentang Manajemen Puskesmas dan
Sistem Informasi Puskesmas_
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan tidak sama antara daerah
Yang satu dengan dacrah Yang Iain, prioritas masalah keschatan dapat
bcrbcda antar dacrah, Olch karcna itu pcrlu dilakukan identifikasi dan
analisis peluang pcngembangan upaya dan kcgiatan Puskesmas, SCrta
perbaikan mutu dan kinerja.
Dalam penyclcnggaraan pclayanan baik UKM, UKP, Kcrarmasian dan
Laboratorium, risiko Yang pernah terjadi maupun berpotensi terjadi perlu
diidentifikasi, dianalisis dan dikelola agar pelayanan Yang disediakan aman
bagi masyarakat, petugas, dan lingkungan.
Hasil analisis risiko harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan,
sehingga upaya pencegahan dan mitigasi risiko sudah direncanakan sejak
awal serta disediakan sumber daya Yang mernadai untuk pencegahan dan
mitigasi risiko.
Hasil identifikasi dan analisis untuk menetapkan jenis pelayanan dan
penyusunan perencanaan Puskesmas terdiri dari : a) kebutuhan dan harapan
masyarakat, b) hasil identifikasi dan analisis peluang pengembangan
pelayanan pada area prioritas, dan c) hasil identifikasi dan analisis risiko
-2-

penyelenggaraan pada unit-unit pelayanan baik dari Sisi KMP, UKM,


maupun UKP, Kefarmasian dan Laboratorium, termasuk risiko terkait
bangunan, prasarana, peralatan Puskesmas.
Agar Puskesmas dapat mengelola upaya kesehatan dengan baik dan
berkesinambungan dAlam mencapai tujuannya, maka Puskegmas harus
menyusun reneana kegiatan untuk periode 5 (lima) tahunan Yang
selanjutnya akan dirinci lagi ke dalam rencana tahunan Puskesmas berupa
Renc.ana Usulan Kegiatan (RUKI dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK) sesuai slklus perencanaan anggaran daerah.
Perencanaan Puskesmas dilakukan secara terpadu baik KMP, upaya
kesehatan masyarakat (UKM), Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP),
Kefarmasian, dan Laboratorium dan disusun bersama dengan sektor terkait
dan masyarakat.
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun secara terintegrasi melalui
penetapan Tim Manajemen Puskesmas, Yang akan dibahas dalam
Musrenbang Desa dan Musrcnbang Kecamatan untuk kemudian diusulkan
ke Dinas Kcsehatan Daerah Kabupaten/ Kota,
Penyusunan rencana pclaksanaan kegiatan (RHO dilakukan berdasarkan :
1) Alokasi angg.aran scsuai Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Yang
disetujui Oleh Dinkes Kabupaten/Kota; 2) Membandingkan alokasi
kegiatan Yang disetujui dengan RUK Yang diusulkan dan situasi pada Saat
penyusunan RPK tahunan
RPK dirinci menjadi RPK Bulanan bersa_ma target pencapalannya dan
direncanakan kegiatan pengawasan darl pengendaliannya. (Lihat juga UKM
2.1.31
Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan bulanan dilakukan berdasar hasil
pet•baikan proses pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil pencapaian terhadap
indikator kinerja Yang ditetapkan.
Perencanaan baik Rencana Lima Tahunan dan RPK dimungkinkan untuk
dirubah/ disesuaikan dengan kebutuhan saat itu apabila dalam hasil analisis
pengawasan dan pengendalian kegiatan dijumpai kondisi tertentu termasuk
perubahan kebijakan sesuai ketentuan peraturan perund.ang-undanga;n,
Revisi terhadap rencana harus dilakukan dengan alasan Yang tepat sebagai
upaya pencapaian y ang optimal dari kinerja Puskesnuas.
Untuk Puskesmas Badan Layanan Urnum Dacrah (BI-UD) penyusunan
rencana lima tahunan dan rencana tahunan sesuai dengan ketentuan
perundangan terkait BLUD.
Elemen Penilaian:
Ditetapkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai Puskesmas Yang menjadi acuan
dalam penyelenggaraan Puskesmas mulai dari perencanaan, pelaksanaan
kegiatan hingga evaluasi kinerja Puskesmas. (R)
2. Ditetapkan jenis-jenis pelayanan Yang disediakan berdasarkan hasil
identifikasi dan analisis sesuai dengan Yang diminta dalam pokok pikiran
pada paragraf terakhir. (R , D, W)
3. Rencana Lima Tahunan Puskesmas disusun dengan melibatkan lintas
program dan lintas sector, berdasarkan pada rencana strategis Dinas
Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota. ( R, D,W)
4. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun dengan melibatkan lintas
program dan lintas sektor, berdasarkan rencana strategis Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/ Kota, Rencana Lima Tahunan Puskesmas dan h.asil
penilaian kineòa. (R, D, W).
5, Rcncana Pclaksanaan Kcgiatan (RPK) puskesmas disusun bersarna lintas
program sesuai dengan alokasi anggaran Yang ditetapkan Oleh Dinas
Keschatan Daerah Kabupaten/ Kota, (R, D, W)
-3-

6. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Bulanan disusun sesuai dengan Rencana


PelRksanaan Kegiatan Tahunan serta hasil pernantauan dan capaian klnerja
bulanan. (R, D. W)
7. Apabila ada perubahan kebijakan Pemerintah dan Pernerintah Daerah
dilakukan revisi perencanaan sesuai kebijakan yang ditetapkan. (D, W).
Kriteria
1.1.2 Masyarakât sebagâi matifâât. layntiàii, lintas program dan lintAS
sektor mendapatkan kernudahan akses informasi tentang hak dan kewaji
ban pasien, j enis-jenis pelayanan, dan kegiatan-kegiatan Puskesmas serta
akses terhadap pelayanan dan penyarnpaian umpan balik (Lihat j uga UKM
: 2.2. I ; 22.2;)

Pokok Pikiran:
Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) wajib
menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dengan memperhatikan kebutuhan dan har€\pan
masyarakat.
Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik
informasi, pelaksana, dan pelayanan hams mudah diakses Oleh masyarakat
ketika masyarakat membutuhkan baik untuk pelayanan promotif,
kuratif maupun rehabilitatif sesuai dengan kemampuan Puskesmas.
Puskesmas harus menyampaikan informasi tentang hak dan kewaiiban
pasicn, jenis-jcnis pelayanan dan kcgiatan yang dilengkapi dengan jadwal
pelaksanaannya.
Pelayanan yang digediakan Oleh Pugkegmag dan jaringannya perlu
diketahui oleh masyarakAt sebagai pengguna layanan. lintas program, dan
sektor terkait untuk meningkatkan kerjasama, saling memberi dukungan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dan upaya lain yang terkait
dengan kesehatan untuk mengupayakan pernbangunan berwawasan
kesehatan. Berbagai strategi komunikasi untuk memudahkan akses
masyarakat terhadap dapat dikembangkan, antara
papan pengumuman, pern berian arah tanda yang jelas, media cetak,
telepon, short message service (sms), media elektronik, ataupun internet.
Mekanisme untuk menerima umpan balik terkait kemudahan akses dan
usulan perbaikan terhadap pelayanan dari pengguna pelayanan diperlukan
untuk perbaikan sistem pelayanan dan penyelenggaraan Upaya Puskesmas
Tcrsedia mekanisme untuk menyelesaikan aduan/kcluhan pcngguna
layanan yang terdokumentasi dengan aturan yang telah di tetapkan dan
dapat diakses oleh publik
Kcpuasan pcngguna pclayanan adalah hasil pendapat dan pcnilaian
pengguna pelayanan terhadap kinerja pelayanan yang diberikan Oleh
Puskesmas. Sedangkan, kepuasan pasien adalah hasil pendapat dan
penilaian pagien terhadap kinerja pelayanan yang diberikan Oleh
Puskesmas. Kepuasan pengguna layanan/ pasien dapat dicapai apabila
pelayanan yang diberikan sesuai atau melampaui harapan pengguna
layanan/pasien. Utituk itu pcrlu dilakukañ pcnilaian kepuasan pengguna
layanan/pasien Secara berkala serta ditindaklanjuti.

l. Ditetapkan kebijakan tentang hak dan kewajiban pasien, jenis-jenis pelayanan


dan kegiatan yang disediakan Oleh Puskesrnas. (R)
2. Dilakukan sosialisasi tentang hak dan kewajiban pasien, jenis-jenis
pelaya:nan dan kegiatan yang disediakan Oleh Puskesmas kepada pengguna
layanan.
3. Dilakukan evaluasi dan tindaklanjut hasil sosialisasi tentang hak darl
kewajiban pasien, jenis-jenis pelayanan dan kegiatan yang disedikan oleh
Puskesrnas kepada pengguna layanan- (D, W).
4. Dilakukan upaya untuk memperoleh umpan balikdan pengukuran
kepuasan pengguna layanan serta penanganan aduan'keluhan dari pengguna
layanan maupun tindak lanjutnya yang didokumentasikan sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan dan dapat akses oleh publik (D, O, W).

Tata kelola organisasi Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan


ketentuan
Tata kelola organisasi Puskesmas meliputi struktur organisasi, pengendalian
dokurnen, pengelolaan jarirtgart dart yejarirtg, serta manqiemert data dan
informasi.

1.2.1 Struktur organisasi ditetapkan dengan kejelasan tugas, wewenang, tangs-


ung jawab, tata hubungan kerja, dan persyaratan jabatan.
Pokok Pikiran;
Puskesmas dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus mengikuti
kode pcrilaku yang ditctapkan olch Kcpala Puskcsmas.
Agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi, perlu
disusun struktur organisasi Pugkesmas yang ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Untuk tiap jabatan yang ada dalam struktur organisasi yang telah
ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota, perlu
ada kejelasan tugas, wewenang, tanggungiawab dan persyaratan jabatan
Perlu dilakukan pengaturan terhadap tata hubungan ked a di dalam
struktur organisasi yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/ Kota. Pengisian jabatan dalarn struktur organisasi tersebut
dilaksanakan berdasarkan persyaratan jabatan oleh Kepala Puskesmas
dengan menetapkan penanggungiawab masing-masing upaya.
Efektivitas struktur dan pengisian jabatan pcrlu dikaji ulang secara
pcriodik oleh Puskesmas untuk menyempurnakan struktur yang ada dan
efektivitas organisasi agar sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.
Sebagai wujud akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan di
Puskesmas, perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur pendelegasian
wewenang dari pimpinan dan/atau penanggung jawab upaya Puskesmas
kepada pelaksana pelayanan apabila meninggalkan tugas atau terdapat
kekosongan pengisian jabatan yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas
sesuai dengan peraturan pertmdang—undangari (pendelegasian weweriang
yang dimaksud adalah pendelegasian manajerial).

Ada struktur organisasi Puskesrnas yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan


Daerah Kabupaten/ Kota dengan kejelasan uraian jabatan yang ada dalarn
struktur organisasi yang memuat uraian tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan persyaratan jabatan. (R, D)
2, Kepala Puskesmas menetapkan Penanggung jawab dao Koordinator
pelayanan Puskesmas. (R, D)
-5-

3. Ditetapkan kode perilaku Pimpinan dan pegawai Yang ada di Puskesmas (R,
4. Terdapat kebijakan dan prosedur Yang jelas dalam pendelegasian wewenang
dari Kepala Puskesmas kepada Penanggung jawab upaya, dari Penanggung ja
wab upaya kepada koordinator pelayanan, dan dari koordinator pelayanan
kepada pelaksana pelayanan kegiatan apabila meninggalkan tugas atau
terdapat kekosongan pengisianjabatan. (R, D)
Kriteria
1.2.2 Kebijakan, pedoman/panduan, prosedur, dan kerangka acuan terkait
pelaksanaan kegiatan, disusun, didokurnentasikan, dan dikendalikan
didasarkan pada ketentuan peraturan perundang—undangan termasuk
pengendalian dokumen bukti pelaksanaan kegiatan.

Pokok Pikiran:
Dalam Menyusun kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan kerangka
acuan didasarkan pada peraturan perundang-undangan Yang berlaku dan
atau berbasis bukti ilmiah terkini.
Berbasis bukti ilmiah terkini dapat dibuktikan dengan mengacu pada
referensi Yang ter-update
Untuk menyusun, mengendalikan dan mendokumentasikan seluruh
dokumen Yang ada di Puskesmas perlu digusun Pedoman Tata Naskah
Puskesmas_
Pedoman Tata Naskah Puskesmas sebagaå acuan dalam penyusunan
dokumen regulasi, Yang meliputi kebi 'akan, pedoman, panduan, kerangka
acuan, dan prosedur, maupun dalam pengendalian dokumen eksternal dan
dokumen bukti rekaman pelaksanaan kegiatan.
Pedoman Tata Naskah Puskesmas mensatur antara Iain:
penyusunan, tinjauan dan pengesahan dokumen regulasi internal
(kebijakan, pedoman, panduan, kerangka acuan, dan prosedur) disetujui
Oleh Yang berwenang proscs tinjauan dokumen regulasi internal
dilakukan secara bcrkala dan selanjutnya dilakukan pengesahan oleh
Kepala Puskesmas
C. pengendalian dokumen dilakukan untuk memastikan dokumen regulasi
internal termuktahir tcrscdia di unit•unit pelayanan
d. perubahan dokurnen harus diidentifikasi, salah satunya melalui riwayat
perubahan dalam dokumen regulasi internal
e. pemeliharaan dokumen meliputi penataan dan penylmpanan sesuai
dengan pengkodean dalam peraturan perundangan untuk memastikan
identitas dan keterbacaan dokumen
f. pengelolaan dokumen eksternal meliputi pencatatan, penataan dan
penyimpanan sesuai dengan pengkodean dalam peraturan perundangan
g. masa penyimpanan (retensi) dokumen Yang kadaluwarsa sesuai
dengan ke tentuan peraturan perundang-undangan, dengan tetap
menjamin agar dokumen tersebut tidak disalahgunakan.
h. tersedia alur penyusunan dan pendistribusian dokumen sesuai dengan
kctcntuan pcraturan pcrundang-undangan)
Penyusunan Pedoman Tata Naskah Puskesmas dapat merujuk pada
kebijakan masing-masing daerah dan atau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan terkait tata naskah dinas.
Untuk memastikan bahwa penyelenggaraan kegiatan terlaksana secara
konsisten, reliabel dan efektif alam mencapai tujuan Yang diharapkan
harus dipandu dengan kebijakan, pedomari/ pariduari/ kerangka dari
prosedur Yang jelas untuk pelaksanaan kegiatan baik KMP, UKM, UKP,
Kefarmasian dan Laboratorium termasuk PMP
Penyusunan kebijakan, pedoman/ panduan/ kerangka acuan dan
prosedur masing-masing pelayanan mengacu pada ketentuan perundang-
undangan dan atau pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi profesi
terkait.
Masing-masirlg pelayanan kesehatan perseorangan harus menyusun
prosedur pelayanan kesehatan perseorangan mengacu pada Pedoman
Pelayanan Kedokteran dan Panduan Praktik Klinis.
Elemen Penilaian:
Ditetapkan Pedoman Tata Naskah Puskesmas sebagaimana diminta dalam
pokok pikiran mulai dari hunxf a sampai huruf g. (R)
Ditetapkan kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan kerangka acuan
untuk KMP, penyelenggaraan UKM serta penyelenggaraan UKP,
Kefarmasian dan Laboratorium termasuk PMP
2, didasarkan pada ketentuan pcraturan perundang-undangan dan bcrbasis
bukti ilmiah terkinl. (R)

Kriteria
1.2.3 Jaringan pelayanan Pugkegmag dan jejaring Puskesmas di wilayAh kerja
Puskesmas dikelola dan dioptimalkan untuk meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kepada masyarakat_

Pokok Pikiran:
Puskesmas perlu mengidentifikasi jaringan dan jejaring yang ada di
wilayah kerja Puskesmas untuk optimalisasi koordinasi dan atau rujukan di
bidang upaya kesehatan
Yang dimaksud jaringan dan jejaring Puskesmas adalah sebagaima.na
yang diatur dalam peraturan yang mengatur tentang Puskesmas
Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Upaya/Kegiatan Puskesmas
mempunyai untuk mclakukan pcmbinaan terhadap jaringan
pelayanan Puskesmas dan jejaring Puskcsmas yang ada di wilayah kerja
Puskesmas. Agar jaringan dan jejaring tersebut dapat memberikan
kontribusi terhadap penyelenggaraan UKM, UKP, Kefarrnasian dan
Laboratorium yang mudah diakses oleh masyarakat.
Jaringan pelayanan Puskesmag terdiri Atas Puskegmas pernbantu,
Puskesmas keliling, dan praktik bidan desa
Jejaring Puskesmas terdiri atas UKBM, UKS, klinik, rumah sakit,
apotek, labora torium, praktik mandiri tenaga kesehatan, dan Fasilitas
kesehatan lainnya.
Puskesmas selain melakukan pembinaan terhadap jaringan Puskesmas
dan UKBM, juga melakukan pembinaan terhadap jejaring fasilitas
kesehatan tingka t per-tama
Program pembinaa.n meliputi aspek KMP, UKM, UKP, Kefarmasian
dan Laboratorium, termasuk pembinaan ketenagaan, sarana prasarana, dan
pembiayaan upaya pembcrian pelayanan yang bcrmutu
-8-

Elemen Penilaian:
Disusun indikator kincrja kcbcrhasilan pernbinaan (R, D)
2. Dilakukan identifikasi jar-ingan pelayanan Puskesrnas dan jejaring
Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas untuk optimalisasi koordinasi dan
atau rujukan di bidang upaya kesehatan. (D)
3. Disusun dan dilaksanakan program pembinaan terhadap jaringan
pelayanan dan jejaring Puskesmas dalam rangka mencapai indikator
kinerja keberhasilan pembinaan, dengan jadwal dan penanggung jawab
yang jelas serta terdapat bukti dilakukan pembinaan sebagaimana diminta
dalatn pokok pikiran. (R, D, W)
4. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap indikator keberhasilan
pembinaan. CD)

Kriteria
1.2.4 Puskesmas menjamin ketersediaan data dan informasi melalui
penyelenggaraan Si stem Informasi Puskesmas

Pokok Pikiran:
Dalâtn upaya meningkatkan Status kesehatan di wilayah kerjanya,
Puskesmas menyediakan data dan informasi sebagai bahan pengambilan
keputusan sesuai de:ngan kebutuhan masyarakat, maupun pengambilan
keputusan pada tingkat kebijakan di Dinas Kesehatan daerah
kabupaten/kota termasuk penyampaian informasi kepada masyarakat dan
pihak terkait
Ketersediaan data dan informasi akan memudahkan Tim Penmgkata_n
Mutu, para penanggung jawab upaya pelayanan, dan masing-masing
pelaksana pelayanan baik IJKM maupun UKP, Kefarmasian dan
Laboratorium dalam merencanakan, melaksanakan, mem.antau, dan
mengevaluasi keberhasilan upaya kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pengguna layanan Penyelenggaraan Sistem Informasi
Puskesmas sesuai dengan ketentuan peraturan pe rundang-undangan
Data dan informasi tergebut meliputi minimal data dagar dan data
program serta data dan informasi Iain yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan daerah kabupaten/kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan
Kementerian Kesehatan.
Data dasar terdiri dari identitas Puskesmas, wilayah kerja Puskesmas,
sumber daya Puskesmas dan sasaran program. Sedangkan data program
meliputi data UKM Esensial, IJKM Pengembangan, UKP, dan program
Iainnya yakni manajemen Puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat, pelayanan laboratorium, dan
kunjungan keluarga (PIS-PK).
Pengumpulan, penyimpanan, analisis data dan pelaporan data yang
masuk ke dalam sistem informasi dilakukan sesuai dengan periodesasi
yang telah ditentukan.
Distribusi informasi baik secara interna I maupun ekstcmal dilakukan
sesuai dengan ketentuan, termasuk akses data dan informasi harus
mcpcrtimbangkan aspck kerahasiaan informasi dan kepcntingan hagi
pcngguna data sesuai dcngan kctcntuan pcrundang-undangan.
Sistem Informasi Puskesmas dapat diselenggarakan secara elektronik
dan/atau non elektronik, serta perlu dilakukan pengawasan/ pemantauan
dan evaluasi secara periodik.

Dilaksanakan pengumpulan, penyimpanan, analisis data dan pelaporan


serta distribusi informasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
terkait Sistem Informasi Puskesmas (R, D , W).
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap penyelenggaraan Sistem
informasi Puskesmas secara periodik. (D, W)
3. Terdapat perbaikan kinerja dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan
berbasis data dan informasi secara periodik. (b,Wj
Kriteria
1.2.5 Penyelenggaraan pelayanan UKM dan UKP dilakganakan dengan
pertimbangan etis dalam pengambilan keputusan pelayanan.
Pokok Pikiran:
Puskesmas menghadapi banyak tantangan dalarn mernberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan berkualitas. Kemajuan dalam bidang teknologi
kedokteran, sumber daya yang terbatas, dan harapan pasien yang terus
meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya pendidikan di
masynrakat serta dilema etis dan kontroversi yang sering terjadi telah
menjadi hal yang dapat dihadapi oleh Puskesmas
Demiklan pula, bila keputusan mengenai pelayanan menimbulkan
pertanyaan, konflik, atau dilema bagi Puskesmas dan pasien, keluarga
atau pembuat keputusan, dan lainnya. Dilema ini dapat timbul dari
masalah akses, etik, pengobatan atau pemulangan pasien, dsb
Pimpinan Puskesmas menetapkan bagaimana pengelolaan dan
mencari solusi terhadap dilema tersebut. Puskesmas mengi.dentifikasi
siapa yang perlu dilibatkan dalam proses, serta bagaimana pasien dan
keluarganya berpartisipasi dalarn penyelesaian dilema etik.
Etik ialah suatu norma atau nilai (value) mengenai sikap batin dan
perilaku manusia. Oleh sebab itu, sifat:nya masih abstrak, belum tertulis.
Kalau sudah tertulis, maka disebut kode etikw
Dilema etik merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana dia
harus membuat keputusan mengenai perilaku yang patut. Contoh, tidak
bersedia divaksinasi dan diimunisasi karena alasan keyakinan, tidak
bersedia bersalin di Fasyankes alasan keyakinan, menagih atau tidak
menagih biaya perawatan pada pasien-pasien yang tidak mampu, tagihan
biaya perawatan dianggap lebih besar oleh pasien, adanya pantangan
hari sehingga tidak datang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
(misalnya hari Posyandul.
-10-

Elemen Penilaian
Puskesmas mempunyai prosedur pelaporan dan solusi bila terjadi dilema etik
dalam asuhan pasien dan dalam pelayanan UKM. (R
2, Dilaksanakan pclaporan apabila tcrjadi dilema etik dalam pelayanan UKP
dan dalam pelayanan UKM, (D, W)
3, Terdapat bukti pimpinan Puskcsmas mendukung pcnyelesaian dilema ctik
dalam pelayanan VKP dan pelayanan UKM telah dilaksanakan sesuai
regula si (D,W)

1.3 Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas dilakukan sesu.ai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan
Ketenagaan Puskesmas hartas dikelota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
-11-

1.3.1 Tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) dengan jenis, jumlah dan
kompetensi seguai kebutuhan pelayanan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pokok Pikiranž
Untuk memenuhi kebutuhan SDM di Puskesmas berdasarkan
jumlah, jenis dan kompetensi maka perlu dilakukan analisis jabatan
dan analisis beban kerja berdasarkan peraturan tentang perencanaan
kebutuhan pegawai dan dapat mempertimbangkan tekomendasi dari
organisasi profesi sebagai dasar pengajuan kebutuhan tenaga
Puskesmas ke Dinas Kesehatan daerah Kabupaten/Kota dan atau
pengadaan sendiri bagi Puskesmas BLUD. Penyusunan analisis
jabatan dan analisis beban kerja mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ana lisis Jabatan yang dimaksud di Puskesmas merujuk pada
jabatan sesuai dengan struktur organisasi Puskesmas, jabatan
fungsional tenaga Puskesmas, dan jabatan pclaksana di Puskesrnas.
Pemenuhan SDM tersebut dimaksudkan untuk memberikan
pelayanan sesuai kebutuhan dan harapan pengguna layanan dan
masyarakat.
Puskesmas betupaya agar pegawainya memiliki pendidikan,
keterampilan dan kompetensi, pengala_man, orientasi dan pelatihan
yang relevan dan terkini.
Puskesmas memfasilitasi penyelenggaraan pendidLkan dan
pelatihan pegawai agar dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan
yang diperlukan.
Agar mutu pelayanan kesehatan berorientasi pada keselamatan
pasien dan masyarakat di Puskesmas lebih terjamin dan terlindungi,
perlu dipastikan bahwa setiap pelayanan kesehatan dilakukan Oleh
dokter dan/ atau dokter dokter layanan primer, dokter gigi, dan
tenaga kesehatan lain yang kompeten melalui proses kredcnsialing_
Puskesmas memiliki mckanisrnc yang mcnjamin pegawai
rnemiliki pendidikan, keterampilan dan kompetensi, pcngalaman,
orientasi dan pelatihan yang relevan dan terkini. Contoh, verifikasi
ijazah tenaga kesehatan, verifikasi STR dan SIP, verifkasi sertifikat
pelatihan, adanya evaluasi setelah melakukan pelatihan, adanya
pedoman dan kerangka acuan orientasi.
Lisensi adalah pem berian izin atau penyerahan hak atau sesuatu
dari satu pihak ke pihak lainnya untuk melakukan produksi atas
suatu produk atau jasa tertentu yang sebelumnya telah dipatenkan
oleh yang menciptakannya pertama kali. Contoh, pemberian STR
dan SIP kepada tenaga kesehatan Sertifikasi adalah suatu proses
dimana suatu Lembaga otoritas, baik pernerintah ataupun non
pernerintah, mengevaluasi dan mengakui, individual atau organisasi,
telah memenuhi persyaratan atau kriteria yang telah ditetapkan.
-12-

Sertifikat Kornpetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap


kompetensi Tenaga Kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di
seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan
praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.

1. Dilakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja sesuai kebutuhan


pelayanan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. (R)
2. Disusun peta jabatan, uraian jabatan dan kebutuhan tenaga berdasar
analisis jaba tan dan analisis beban kerja. (R, D, W)
3. Dilakukan upaya untuk pemenuhan kebutuhan tenaga baik dari jenis,
jumlah clan kompetensi sesuai dengan peta jabatan dan hasil analisis beban
kerja, (D, W)
4. Tersedia mekanisme yang menjamin pegawai memiliki pendidikan,
keterampilan dan kompetensi, pengalaman, orientasi dan pelatihan yang
relevan dan terkini (D, W)
S. Tersedia hasil kredensialing yang meneakup gertifikasi dan lisensi (D,W)

1.3.2 Setiap pegawai Puskesmas mempunyai uraian tugas yang menjadi dasar dalam
pelaksanaan maupun penilaian kinerja pegawai
pok0k
Kepala Puskesmas menetapkan uraian tugas setiap pegawai sebagai acuan
dalam melaksanakan kegiatan pelayanan. Setiap pegawai wajib memahami
uraian tugas masing-masing agar dapat menjalankan pekerjaan sesuai
dengan tugas, tanggung jawab dan kewenangan yang diemban,
Uraian tugas pcgawai bcrisi tugas pokok dan tugas tambahan scrta
kewenangan dan tanggung jawab yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
Uraian tugas Kepala Puskesmas dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha
ditelapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan KabupatanJKota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan_
Kepala Puskesrnas dalam menetapkan tugas pokok memperhatikan .
Jenis-jenis pelayanan yang disediakan di Puskesmas
Jenis-jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya di Puskesmas. Surat
Keputusan pengangkatan sebagai jabatan fungsional sesuai tingkatannya
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
Ragi pegawai non ASN, tugas pokok adalah tugas yang sesuai dengan surat
keputusan pengangkatan sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas
berdasarkan standar kompetensi lulusan
Tugas tambahan adalah tugas yang diberikan kepada pegawai untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan program dan kegiatan.
-13-

Penilaian kinerja pegawai dilakukan untuk melihat capaian sasaran kerja


baik ASN maupun non ASN, mengurangi variasi pelayanan, dan
meningkatkan kepuasan pengguna layanan.
Indikator penilaian kinerja setiap pegawai Pugkesmas disusun dan
ditetapkan berdasarkan:
a. uraian tugas yang menjadi tanggung
jawabnya baik uraian tugas pokok dan tugas
tambahan
b. tata nilai yang disepakati c, kompctcnsi pcgawai
Perlu ditctapkan kebijakan, proscdur dan indikator penilaian kinerja yang
berdasarkan uraian tugas dan tata nilai yang discpakati scrta mcngacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Indikator penilaian kinerja untuk uraian tugas pokok bagi pegawai ASN
dan non ASN dapat menggunakan Sasaran Kinerja Pegawai (SK P).
Dalam upaya peningkatan kompetensi dari tenaga kesehatan yang
memberikan direncanakan, dan diberi kesempatan bagi
tenaga klinis untuk meningkatkan kompetensi melalui Pendidikan dan/ atau
pelatihan.
Hasil penilaian kinerja ditindaklanjuti untuk perbaikan kinerja
masingmasmg pegawau.
Kinerja pegawai dapat dipcngaruhi oleh kesejahteraan (uæll being) dan
tingkat kepuasannya, misalnya kepuasan terhadap kepemimpinan
organisasi, beban kerja, tim kerja, lingkungan kerja, kornpensasi dan
lainlain. Oleh karena itu, per]u dilakukan penilaian tingkat kepuasan
pegawai minimal setahun sekali. Hasil analisis terhadap tingkat kepuasan
pegawai digunakan untuk melakukan upaya perbaikan.
Elemen Penilaian:
Ada penetapan uraian tugas yang berisi tugas pokok dan tugas tambahan
untuk setiap pegawai. (R)
2. Ditetapkan indikator penilaian kinerja pegawai sebagaimana diminta
dalam pokok pikiran. (R)
3. Dilakukan penilaian kinerja pegawai minimal setahun sekali dan tindak
lanjut terhadap hasil penilaian kinerja pegawai untuk upaya perbaikan. (D,
W)
4. Ditetapkan indikator dan mekanisme survei kepuasan pegawai terhadap
penyelenggaraan kepemimpinan dan UKM, UKPP dan kinerja
pelayannn Pugkesm.qs. (R)
5. Dilakukan pengumpulan data. analisis dan upaya perbaikan dalam
rangka meningkatkan kepuasan pegawai. (D, W)

Kriteria
1.3.3 Setiap pegawai mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan ilmu dan
keterampilan yang diperlukan.
-14-

Pokok Pikiran ;
Dalam upaya peningkatan kornpetensi dari semua pegawai yang ada di
Puskesmas, maka Puskesmas perlu merencanakan, dan memberi
kesempatan bagi seluruh pegawai yang ada di Puskesmas untuk
meningkatkan kompetensi melalui Pendidikan dan/ atau pelatihan. Selain
itu pcningkatan kompctcnsi pcgawai dapat dilakukan dcngan cara
mcngikuti workshop/lokakarya, seminar, symposium, dan on thejob
training (OJT) haik secara daring clan/ atau luring
Puskesmas melakukan analisis gap kompetensi untuk mernetakan
kebutuhan peningkatan kompetensi pegawai.
Hasil gap kompetensi dijadikan sebagai dasar dalam mengajukan
peningkatan kompetensi para pegawai sesuai dengan ketentuan yang

Puskesmas memfasilitasi pernenuhan gap kompetensi kompetensi


pegawai sesuai dengan mek.anisme yang telah ditetapkan sebagai bentuk
dukungan dari manajemen bagi semua tenaga Puskesmas.
Puskesmas melakukan pendokumentasian hasil peningkatan kompetensi
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Tersedia informasi mengenai peluang untuk meningkatkan kompetensi bagi


semua tenaga yang ada di Puskesmas (R,D),
2. Ada dukungan dari manajemen bagi sernua tenaga Puskesmas untuk
memanfaatkan peluang tersebut (D,W)
3. Jika ada tenaga yang mengikuti peningkatan kompetensi, dilakukan
evaluasi penerapan terhadap hasil peningkatan kompetensi tersebut di
tempat kerja

4. Dilakukan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan peningkatan


kompetensi yang dilakukan oleh pegawai Puskesmas (D,W)
1.3.4 Setiap pegawai mempunyai dokumen (file) kepegawaian yang lengkap dan
mutakhir

Pokok Pikiran:
Puskesmas wajib menyediakan file kepegawaian untuk tiap pegawai
yang bekerja di Pugkegmng gebagai bukti bahwa pegawAi yang bekerjn
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan dilakukan upaya
pengembangan untuk mementzhi persyaratan tersebüt.
Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus mempunyai Surat
Tanda Registrasi (STR), dan atau Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan
peraturan pe rundang-undangan.
File kepegawaian tiap pegawai berisi antara lain: bukti pen didikan
(ijazah) dan verifikasinya bukti surat tanda registrasi (STR) dan
verifikasinya secara periodik bukti surat izin praktik (SIP) dan
verifikasinya secara penodik uraian tugas pegawai dan/atau rincian
wewenang klinis tenaga kesehatan bukti sertifikat pelatihan bukti
-15-

pengalaman kerja jika dipersyaratkan hasil penilaian kinerja pegawai


bukti kebutuhan pengembangan/ pelatihan bukti evaluasi pcnerapan hasil
pelatihan bukti pclaksaanaan oricntasi_

Elemen Penilaian:
Ditetapkan dan tersedia kelengkapan isi file kepegawaian untuk tiap pegawai
yang bekerja di Pukesmas yang terpelihara sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan. (R, D, O, W)
2. Dila_kukan evaluasi dan tindak lanjut secara periodik terhadap kelengkapan
pemutakhiran data kepegawaiari. (D, W)

1.3.5 Pegawai baru dan alih tugas wajib mengikuti orientasi agar memahami dan
mampu melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.

pokok Pikiran;
Setiap pegawai baru dan alih tugas bail< yang diposisikan sebagai
Pimpinan Puskcsmas, Pcnanggung jawab Upaya Puskcsmas, koordinator
pclayanan, maupun pelaksana kegiatan harus mengikuti orientasi.
Khusus Puskesmas yang menerima mahasigwa dengan tujuan magang
maka pelaksanaan orientasi dilaksanakan sesuai dengan kebijakan
Puskesmas dan kurikulum dari Institusi Pendidikan.
Orientasi dilakukan agar pegawai baru dan alih tugas memahami tugas,
peran, dan tanggung jawab yang akan diemban.
Puskesmas menyusun kerangka acuan pelaksanaan orientasi sebagai
dasar dalam melakukan kegiatan orientasi umum dan orientasi khusus.
Kegiatan orientasi urnurn dilaksanakan untuk rnengenal secara garis
besar visi, misi, tata nilai, tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi
Puskcsrnas, program mutu Puskesmas dan keselamatan pengguna layanan,
serta program pengendalian infeksi.
Kegiatan orientasi khusus difokuskan pada orientasi di tempat tugas
Yang menjadi tanggung jawab dari pegawai Yang bersangkutan dan
tanggung jawab spesifik sesuai dengan penugasan pegawai tersebut,
Pada kegiatan orientasi khusus ini pegawai baru diberi/dijelaskan terkait
apa Yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagairnana melakukan dengan
aman sesuai dengan Panduan Praktik Klinis, panduan asuhan Iainnya dan
pedoman program Iainnya.
Elemen Penilaian:
1. Kegiatan orientasi dilaksanakan sesuai kerangka acuan Yang disusun. (D, W)
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan orientasi
-16-

Puskesmas menyelenggarakan pclayanan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja
Pokok Pikiran:
Pegawai Yang bekerja di Puskesmas mempunyai risiko terpapar infeksi
Yang dapat menitnbulkan penynkit Akibat kerja, terjndinya kecelakAAn
kerja terkait dengan pekerjaan Yang dilakukan dalam pelayanan baik
langsung maupun tidak langsung, Oleh karena itu pegawai mempunyai hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehata:n dan perlindungan terhadap
kesehatannya.
Program pemeriksaan kesehatan secara berkala per-lu dilakukan sesuai
ketentuan Yang ditetapkan Oleh Kepala Puskesmas, demikian juga
pemberian irnunisasi basi pegawai sesuai dengan hasil identifikasi risiko
penyakit infeksi, serta program perlindungan pegawai terhadap penularan
penyakit infeksi, dila_kukan pelaporan jika terjadi paparan, tindak lanjut
pelayanan kesehatan, dan konseling perlu disusun dan diterapkan.
Program K3 juga meliputi promosi kesehatan dan kesejahteraan (well
being) pegawai (misalnya; manajemen stress, pola hidup se-hat, monitoring
beban kerja, keseimbangan kehidupan, kepuasan kerjaJ serta pencegahan
penyakit akibat kerja.
Pegawai juga berhak untuk mendapat perlindungan dari kekerasan Yang
dilakukan Oleh pengguna layanan, keluarga pengguna layanan, maupun
Oleh sesama pegawai. Program perlindungan pegawai terhadap kekerasan
fisik termasuk proses pelaporan, tindak lanjut pelayanan kesehatan, dan
konseling, perlu disusun dan diterapkan. (lihat juga KMP 1.4.2)
Untuk menerapkan program kesehatan dan keselamatan kerja pegawai,
Sernua staf harus memahami bagaimana cara mereka melaporkan, cara
mereka dirawat, dan cara mereka menerima konseling dan tindak lanjut
cedera seperti tertusuk jarum (suntik), paparan terhadap penyakit
menular, mernahami identifikasi risiko dan kondisi Yang berbahaya dalam
fasilitas serta masalah-masalah kesehatan dan keselamatan Iainnya serta
menerapkannya. Program tersebut juga dapat menyediakan pemeriksaan
kesehatan pada awal bekerja, irnunisasi dan pemeriksaan preventif secara
berkala, pengobatan untuk kondisi-kondisi umum Yang berhubungan
dengan pekerjaan, seperti cedera punggung, atau cedera Yang lebih
mendesak.
Puskesmas melakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil
pelaporan program K3 bagi pcgawai. Pclaksanaan tindal< lanjut K3 dapat
tcrintcgrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan Iainnya Yang Saling
berkaitan.
Elemen Penilaian:
Program K3 bagi pegawai disusun, ditetapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi.
-17-

2. Dilakukan perneriksaan kesehatan berkala terhadap pegawai untuk


menjaga kesehatan pegawai sesuai dengan program Yang telah ditetapkan
Oleh Kepala Puskesmas. (D, W)
3. Ada program dan pelaksanaan imunisasi bagi pegawai sesuai dengan
tingkat risiko dalam pelayanan. (D, W)
4. Dilakuknn konseling dan tindak lanjut terhadap pegawni Yang terpapar
penyakit infeksi, kekerasan, atau cedera akibat kerja. (D, W)

1.4 Manajemen sarana (bangu:nan), prasarana, peralatan, keselamatan dan


keamanan lingkungan Puskesmas dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-un dangan.
Sarana (bangunan), prasarana- peralatan, keselamatan dan keama_nan
lingkungan diketo!a dalam Manajemen Fasilitas dan Kese.larnatan (MFK)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangart dan dikaji dengan
memperhatikan manajemen risiko.

Kriteria
1.4.1 Disusun dan diterapkan program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
Yang meliputi manajemen keselamatan dan keamanan fasilitas, manajemen
Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan Limbah B3, manajemen kcadaan
darurat dan bencana, manajemcn pengamanan kebakaran, manajemen alat
kesehatan dan manajernen sistem utilitas.
Pokok Pikiran :
Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat mempunyai kewajiban
untuk mematuhi ketentuan peraturan Ex-rundang-undangan Yang
terkait dengan bangunan, prasarana, peralatan dan menyediakan
lingkungan Yang a man pengguna layanan, pengunjung, petugas,
dan masyarakat termasuk pasien dengan keterbatasan fisik diberikan
akses untuk memperoLeh pelayanan. Pernenuhan akan kernudahan
dan keamanan akses bagi orang dengan keterbatasan tisik ( misalnya
penyediaan ramp, kursi roda, hand rail,dll) Puskesmas perlu
menyusun dan mcnerapkan program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) untúk menyediakan lingkungan Yang aman bagi
pengguna layanan, pengunjung, pctugas dan masyarakat.
Program MFK perlu disusun setiap tahun dan diterapkan, Yang
meliputi:
a) Keselamatan dan keamanan.
Kegelarnatan adalah guatu keadaan tertentu dimana bangunan,
halaman, prasarana, peralatan tidak menimbulkan bahaya atau risiko
bagi pengguna layanan, pengunjung, petugas dan masyarakat
Keamanan adalah perlindungan terhadap kehilangan, pengrusakan dan
-18-

kerusa_kan, atau penggunaan akses oleh mereka Yang tidak


berwenang.
b) Manajernen Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan Limbah Ba Yang
meliputi: penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan
berbahaya. Bahan berbahaya hat-us dikendalikan, dan limbah bahan
berbahaya dib uang secara aman.
Program B3 meliputi:
1) penetapan jenis dan area/lokasi penyimpanan B3 sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
2) pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan B3 sesuai
ketentuan peraturan per-undang-undangan
3) sistem pelabelan 133 sesuai ketentuan peraturan
perundang• undangan
4) sistem pendokumentasian dan perizinan B3 sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
S) penanganan tumpahan dan paparan B3 sesuai ketentuan peraturan
perundnng-undangan
6) sistem pelaporan dan investigasi jika terjadi tumpahan dan
atau paparan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
7) Pembuangan limbah B3 Yang memadai sesuai peraturan perun
dang-undangan
8) penggunaan APD sesuai ketentuan peraturan perundangu ndangan
c) Manajemen Kedaruratan dan Ben cana yaitu tanggap terhadap wabah,
bencana dan keadaan kegawatdaruratan akibat bencana. Manajemen
kedaruratan dan bencana direncanakan dan efektif.
Program manajemen kedaruratan dan bencana perlu disusun dalam
upaya menanggapi bila terjadi bencana internal dan/ atau eksternal
Yang meliputi:
1) identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana Yang
mungkin terjadi (EWA),
2) menentukan peran Puskesmas dalam kejadian bencana
3) strategi komunikasi jika tcrjadi bcncana,
4) manajcmcn Su
5) pcnyediaan pelayanan dan altcmatifnya,
6) identifikasi per-an dan tanggung jawah tiap pegawai serta
manajemen konflik Yang mungkin terjadi pada saat bencana,
7) peran Puskesmas dalam tim terkoordinasi dengan sumber daya
masyarakat Yang terscdia.
Puskesmas juga perlu mercncanakan dan mencrapkan suatu program
kcsiapan mcnghadapi bcncana Yang disimulasikan sctiap tahun Yang
meliputi 2) sampai dengan 6) dari program manajcmcn bcncana.
d) Manajemen Pengamanan Kebakaran: Puskesmas wajib melindungi
properti dan penghuni dari kebakaran dan agap.
Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran secara urnum
meliputi peneegahan terjadinya kebakaran dengan melakukan
identifikasi area berisiko bahaya kebakaran d an ledakan ,
-19-

penyimpanan dan pengelolaan bahan-bahan Yang mudah terbakar,


penyediaan proteksi kebakaran aktif dan pasif. Secara khusus,
program pengamanan kebakaran akan berisi:
inspeksi, dan sistem proteksi
dan penanggulangan kebakaran secara periodic sesuai peraturan
Yang
2) jalur evakuasi Yang aman dari api, asap dan bebas hambatan3)
proses pengujian sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran
dilakukan selama kurun waktu 1 2 bulan
4) edukasi pada staf terkait sistem proteksi dan cara evakuasi
pengguna layanan Yang efektif pada situasi bencana
e) Manajemen Alat kesehatan
Untuk mengurangi risiko, alat kesehatan dipilih, dipelihara dan
digunakan sesuai dengan ketentuan,
t) Manajernen Sistcm utilitas meliputi sistem listrik, sistem air, sistem gas
medis dan sistcm pcndukung Iainnya scpcrti generator (Genset), serta
perpipaan air. Sistem utilitas dipelihara untuk merninimalkan risiko
kegagalan pengoperasian, dan harus dipastikan tersedia 7 (tujuh) hari
24 jam
g) Pendidikan (edukasi) petugas tentang Manajemen
MFK.

Untuk menyediakan lingkungan Yang aman bagi


pengguna layanan, pengunjung, petugas dan
masyarakat dilakukan identifikasi dan
pembuatan Peta terhAdap Area berisiko Yang
meliputi poin a sampai dengan f.
Rencana tersebut dikaji, diperbaharui dan
didokumentasikan Yang merefleksikan keadaan-
keadaan terkini dalam lingkungan Puskesmas
Untuk menjalankan program MFK maka diperlukan
tim dan atau penanggung jawab Yang ditunjuk
Oleh Kepala Puskesmas.
Program MFK perlu dievaluasi minimal per
tri wulan untuk memastikan bahwa Puskesmas
telah melakukan upaya penyediaan lingkungan
Yang aman bagi pengguna layanan, pengunjung,
petugas, dan masyarakat sesuai dengan rcncana.
Elemen Penilaian:
Tcrdapat petugas Yang bertanggung jawab dalam MFK
scrta tersedia program MFK Yang ditetapkan setiap
tahun berdasarkan identifikasi risiko.

2. Puskesmas menyediakan akses Yang mudah dan aman


bagi pengguna layanan dengan keterbatasan fisik.
(D,W)
-20-

3. Dilakukan identifikagi terhndnp area-area berisiko Yang meliputi huruf a


sampai huruf f pada pokok pikiran. (D,W)
4. Dila_kukan evaluasi dan tindak lanjut per tri
wulan terhadap pelaks program MFK meliputi
huruf a sampai huruf f pada pokok pikiran. (D)

1.4.2 Puskesmas merencanakan dan melaksanakan program keselamatan


dan keamanan.

Pok-ok Pikiran:
Program keselamatan dan keamanan dirancang
untuk rnencegah terjadinya cedera pada
layanan, pengunjung, petugas dan masyarakat
seperti tertusuk jarum, tertimpa bangunan,
gedung roboh dan tersengat listrik Program
untuk keamanan dengan menyediakan lingkungan
risik Yang aman bagi pasien, petugas, dan
pengunjung, perlu direncanakan untuk mencegah
terjadinya kejadian kekerasan fisik maupun
cedera akibat lingkungan fisik Yang tidak
aman sepcrti penculikan bayi, pencurian, dan
kckerasan pada pctugas.
Agar dapat berjalan dengan baik, maka program
tersebut juga didukung dengan penycdiaan
anggaran, penycdiaan fasilitas untuk
mendukung kcamanan dan fasilitas scpcrti
pcnycdiaan Closed Circuit Television (ccyrv),
alarm, APAR, jalur evakuasi, titik kumpul,
rambu•rambu mengenai keselamatan dan tanda-
tanda Pintu darurat.
Area Yang berisiko keamanan dan kekerasan
fisik perlu diindentifikasi dan dibuatkan
peta untuk pemantauan dan meminimalkan
terjadinya insiden dan kekerasan fisik pada
pengguna layanan, pengunjung, petugas dan
mesyara kat.
Program keamanan perlu direncanakan untuk
mencegah terjadinya penculikan bayi,
pencurian dan kekerasan pada petugas.
Pemberian tanda pengenal untuk pasien,
pengunjung dan petugas serta pekerja alih
d-'ya merupakan upaya untuk menyediakan
lingkungan Yang aman,
Kode — kode darura t Yang diperlukan
ditetapkan dan diterapkans seperti:
-21-

a) kode merah atau alarm untuk pernberitahuan


darurat kebakaran
b) kode biru untuk pernberitahuan telah terjadi
kegawatdaruratan medik
Dilakukan inspeksi fasilitas untuk menjamin keamanan dan keselamatan.
Apabila terdapat renovasi maka dipastikan tidak mengganggu pelayanan
dan

Dilakukan identifikasi terhadap pengunjung, petugas dan petugas alih daya


(outsourcing) (D,O ,W)
2. Dilakukan inspeksi fasiiitas secara berkala meliputi bangunan, prasarana
dan peralatan (D ,O ,W)
3. Dilakukan simulasi terhadap kode darurat secara berkala. (D, O,W)-
4. Dilakukan pemant.auan terhadap pekerjaan konstruksi terkait
dan pen cesahan penyebaran infeksi_ (D, O,W)

Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya


beracun (B3J, pengendalian dan pembuangan limbah B3 dan sampah
dllakukan berdasarkan perencanaan dan ketentuan perundang-undangan.

Pokok Pikiran:
Bahâii berbáhâÿâ limbah sampah perlu diidentifikasi dan
dikendalikan secara aman.
WHO telah mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun serta
limbahnya dengan katagori sebagai berikut: infeksius; patologis dan
anatomi; farmasi; bahan kimia; logam be-rat; kontainer bertekanan; benda
tajam; genotoksik/sitotoksik; radioaktif-
Puskesmas perlu menginventarisasi B3 meliputi lokasi, jenis, dan
jumlah B3 serta limbahnya yang disimpan, Daftar inventaris ini sclalu
dimutahirkan sesuai dengan pcrubahan yang terjadi di tcrnpat
penyimpanan. Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan
pemilahan, pewadahan dan pcnyimpanan/TPS B3 serta pcngolahan akhir)
Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Sd tujuh
b kriteria 1.4. l) dan sampah (R)
2. Pengolahan limbah Ba dan sampah dilakukan sesuai standar (pemilahan,
pewadahan dan penynmpanan/TPS, transportasi serta pengnla han akhir)

3. Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.


4. Ada laporan, analisis, dan tindak lanjut terhadap penanganan tumpahan
dan paparan/ pajanan B3 dan atau limbah B3. (D,W)
-22-

Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan mengevaluasi program


tanggap darurat bencana internal ekstemal

Pokok Pikiran:
• Potensi terjadinya bencana di daerah berbeda antara daerah yang satu dan
yang lain.
• Puskesrnas sebagai fasilitas kesehatari tingkat per-tama (FKTP) ikut
berperari aktif dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi
bencana baik internal maupun eksternal.
-23-

Strategi untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan potensi


bencana Yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan
bahaya (Hazard Vulnerability Assesment).
• Program kesiapan menghadapi bencana disusun dan disimulasikan
(setiap tahun secara internal atau melibatkan kornunitas secara luas,
terutama ditujukan untuk rnenilai kesiapan sistem 2) sampai dengan
6) Yang telah diuraikan di bagian c kriteria 1.4.1.
• Setiap pegawai wajib rnengikut:i pelatihan/ lokakarya dan simulasi
pelaksanaan program tanggap dar-urat Yang diselenggarakan minimal
setahun sekali agar siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana
• Debriefing adalah sebuah review Yang dilakukan setelah simulasi bersama
peserta simulasi dan observer Yang bertujuan untuk menindaklanjuti hasil
dari simulasi.
• Hasil dari kegiatan debriefing didokumentasikan.

Elemen Penilaian:
Dilakukan identifikasi risiko terjadinya bencana internal dan eksternal geguai
dengan letak geografis Puskesmag dan akibatnya terhadap pelayanan.

2. Dilaksanakannya program manajemen bencana meliputi angka satu


sampai dengan angk.a tujuh huruf e Päda kriteria I -4. l. (D, W).
3. Dilakukan simulasi dan evaluasi tahuna_n meliputi angka dua sampai
dengan angka enam huruf c pada kriteria 1.4.1. terhadap program kesiapan
menghadapi bencana Yang telah disusun, dan dilanjutkan dengan
debriefing setiap selesai simulasi. (D, W)
4. Dilakukan perbaikan terhadap program kesiapan menghadapi bencana
sesuai hasil simulai dan evaluasi tahunan. (D)

Kriteria
1.4.5 Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan , dan melakukan evaluasi
program pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran termasuk
sarana evakuasi.

Pokok Pikiran:
Setiap fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas mempunyai risiko
terhadap terjadinya kebakaran. Program pencegahan dan
penanggulangan kebakaran perlu disusun sebagai wujud kesiagaan
Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran. Jika terjadi kebakaran,
pcngguna layanan, petugas, dan pengunjung harus dievakuasi dan
dijaga keselamatannya.
Yang ditiiñksud dengan Sistern proteksi adalah penyediaâii
proteksi kebakaran baik aktif mau pasif. Proteksi kebakaran aktif,
contohnya APAR, sprinkler, detektor panas, dan detektor asap,
sedangkan proteksi kebakaran secara pasif. contohnya: jalur
evakuasi, Pintu darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman.
-24-

Merokok berdampak negatif terhadap kesehatan , dan dapat


menjadi sumber terjadinya kebakaran. Puskesrnas harus
menetapkan larangan merokok di lingkungan Puskesmas baik bagi
petugas, pengguna layanan, dan pengunjung. Larangan merokok
wajib dipatuhi Oleh petugas, pengguna layanan dan pengunjung,
dan dilakukan pemantauan terhadap pelaksanaannya.

Elemen Penilaian;
1, Dilakukan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran angka satu
sampai angka empat hurufd pada kriteria 1.4. l. (D. O, W)
2. Dilakukan inspeksi, pengujian dan perneliharaan terhadap alat deteksi
dini, alarm, jalur evakuasi, scrta kcberfungsian alat pemadam api. (D, O,
W)
3. Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan terhadap program
pengamanan kebakaran. (D, W)
4. Ditctapkan kebijakan larangan merokok bagi petugas, pengguna
layanan, dan pengunjung di area Puskesmas. (R)
Kriteria
1.4.6 Puskesmas menyusun dan melaksanakan program untuk menłastikan
semua peralatan kesehatan berfungsi dan mencegah terjadinya
ketidaktersediaan, kegagalan, atau kontaminasi.
Pikiran:
Program manajemen peraLatan kesehatan ditujukan untuk:
a. memastikan bahwa semua alat kesehatan tersedia dan dilakukan
kegiatan pemeliharaan dan kalibrasi secara berkala agar sernua
peralatan Kesehatan berfungsi dengan haik
b. memastikan bahwa individu Yang melakukan pengelolaan alat
kesehatan memiliki kualifikasi Yang sesuai dan kompeten,
c. memastikan operator Yang mengoperasikan peralatan kesehatan
tertentu telah terlatih sesuai dengan kompetensi Yang dibutuhkan ,
Penkgunaan Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan
(ASPAK) olch Puskesmas dilakukan untuk memastikan pemenuhan
terhadap standar sarana, prasarana, dan alat kesehatan.
Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas harus diinput
dałam ASPAR dan divalidasi untuk menjamin kebenarannya
Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dałam pelayanan, alat
kesehatan harus tersedia, berfungsi dengan bai", dan siap digunakan saat
diperlukan. Program Yang dirnaksud meliputi kegiatan pemeriksaan dan
kalibrasi secara berkala, sesuai dengan panduan produk tiap alat kesehatan.
Pemeriksaan alat kesehatan Yang dilakukan petugas meliputi kondisi alat,
ada tidaknya kerusakan, kebersihan, status kalibrasi, dan fungsi alat.

Elemen Penilaian;
-25-

Dilakukan inventarisasi alat kesehatan sesuai dengan ASPAK. (R)


2. Dilakukan inspeksi dan pengujian terhadap alat kesehatan secara
periodik
3. Dilakukan pelatihan bagi staf agar kompeten untuk mengoperasikan
peralatan tertcntu (D, W)
4. Dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi terhadap alat kesehatan secara
periodik (D,O,W)

1.4.7 Puskesmas menyusun dan melaksanakan program uniuk memastikan semua


sistem utilitas berfúngsi dan mencegah terjadinya ketidaktersediaan,
kegagalan, atau kontamin asi.
Pokok Pikiran:
• Sistern utilitas meliputi air, listrik, gas medis dan sistem penunjang
lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan air dan lainnya.
• Dałam memberikan pelayanan kesehatan pada pengguna layanan,
dibutuhkan ketersediaan listrik, air dan gas medis, serta prasarana lain,
seperti Genset, panel listrik, perpipaan air, ventilasi, sistem jaringan dan
teknologi informasi, sistem deteksi dini kebakaran Yang sesuai dengan
kebutuhan Puskesmas. Program pengelolaan sistem utilitas perlu disusun
untuk menjamin ketersediaan dan keamanan dałam menunjang kegiatan
pelayanan Puskesrnas.
Sumbcr air adalah sumbcr air bersih dan air minum.
• Sumber zir dan listrik cadangan perlu dişediakan
untuk pengganti jika terjadi kegagalan ait dan/
listrik.
• Penggunaan gas medik dan vakum medik di fasiltas
pelayanan kesehatan dilakukan melaluİ .
a. Sistem İnstala si gas medik dan vakum medik
b. Tabung gas medik
c. Oksigen konsetrator portable
d. Ala t vakum medik portable
Puskesmas harus menyediakan cadangan sumber
air, listrİk dan gas medis selama 7 hari 24
jam sesuaİ kebutuhan.
kasarana air, listrik, dan prasarana
penting lainnya, seperti genset, perpipaan
air, panel listrik, perili dipcriksa dan
dipclihara untuk mcnjaga keterscdiaannya
dalam mendukung kegiatan pclayanan
prasarana air bersih perlu dilakukan
pemeriksaan seperti, uji kualitas air secara
-26-

periodik seguai dengan ketentunn peraturan


perundang-undangan.
Elemen Penilaian:
DilâkukAt•ı inventâtisasi system utilitas sesuai
dengan ASPAK (R)
2. Dilaksanakan program pengelolaan sistem
utİlİtas dan sistem penunjang lainnya sesuaİ huruf
f pada kriterİa 1.4.1. (R)
3. Sumber aİr, listrik dan gas medik tersedİa
selama 7 hari 24 jam untuk pelayanan di Puskesmas.
(D,O)

1 A.8 puskesmas menyusun dan melaksanakan pendİdİkan Manajemen


Fasilİtas dan Kesclamatan (MFK)bagi pctugas

Pokok Pikiran:
Dalam rangka meningkatkan pcmahaman, kcmampuan, dan
kctcrampilan dalam pelaksanaan Manajemen
Fasiljtas Dan Keselamatan (MFK) perlu
dilakukan pendidikan petugas agar dapat
menjalankan peran mereka dalam menyediakan
lingkungan yang aman baği pasicrı, petugaş, dan masyarakat.
Pendldikan petugas dapat berupa edukasİ,
pelatihan, dan İn house traİnİng/ workshop/
lokakarya.
Pendİdİkan petugas sebagaimana dimaksud
tertuang dalam rencana program pendİdikan
manajamen fasİlİtas dan keselamatan.
Elemen
Ada rencana program pendİdİkan Manajemen Fasilitas
dan Keselarnatan bagİ petugas. (R)
2. Dilaksanakan program pendidikan Manajemen
FaşİIİtaş dan Keşchmatan bagİ petugas sesuaİ
rencana. (D, W)
3, DİJakukan evaluaşİ dan tindak lanjut perbaİkan dalam
pelakşanaan program
Manajemcn Fasilitas dan Kcsclamatan bagi pctugas,
(D,W)

Standar
1.5 Puskesmas melaksanakan manajemen keuangan
Kriteria
-27-

1.5.1 Kepala Puskegmas dan Penanaung jawab


keuangan melakganakın manajemen
keuangan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pokok Pikiran:
• Anggaran yang tersedia di Puskesmas harus dikelola secara transparan
akuntabel, efektif dan efigien sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen
keuan gan.
• Agar pengelolâññ dáPât dilakukári transpáfâti, aktiñtñbel, efektif dan efisien,
maka perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur manajemen keuangan yang
meng.acu pada ketentuan perAturaf1 perundAngan.
• Untuk Puskesmas yang menerapkan PPK BLUD hartls mengikuti peraturan
perundangan dalam keuangan BLUD dan menerapkan Standar
Akuntansi Profegi (SAP).
Elemen Penilaian:
l. Ditetapkan Petugas Pengelola Keuangan Puskesmas dengan kejelasan tugas,
tanggung jawab dan wewenang. (R)
2. Ditetapkan kebijakan dan prosedur manajemen keuangan
dalam pelaksanaan pelayanan Puskesmas. (R)

Standar
1.6 Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan
secara

Untuk menilai efektivitas dan epsiensi penyelenggaraan tata kelola,


kesesuaian dengan renca,no, dan dan
harapan mnsyarakat, maka dilakuk:an pengau,asan, pengendalinn dan
penilaian kin_erja puskesrnas dapat berupa pemantauan, supervisi, lokakarya
mini, audit internal, dan rapat tinjauan m,anajemen.

1.6.1 Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja


dengan menggunakan indikator kinerja yang ditctapkan
scsuai dcngan jcnis pclayanan yang discdiakan dan kebijakan
pcmerintah.

Pikiran;
Pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kinerja
dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja yang jelas untuk
memudahkan melakukan perbaikan penyelenggaraan pelayanan
dan perencanaan pada periode berikutnya
-28-

Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja Puskesmas


dapat berupa pemantauan dan evaluasi, supervisi, lokakatya mini,
audit internal, dan rapat tinjauan manajemen.
Indikator kinerja adalah indikator untuk menilai cakupan
kegiatan dan manajemen Puskesmas
Indikator kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan kegiatan perlu
disusun, dipantau dan dianalisis secara periodik sebagai bahan
untuk perbaikan kinerja dan perencanaan periode berikutnya
Indikator-indikator kinerja tersebut meliputi:
a) Indikator kinerja Manajemen Puskesmas
b) Indikator kinerja cakupan pelayanan UKM yang mengacu pada
indikator nasional seperti Program Prioritas Nasional. indikator yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Dacrah Propinsi dan Indikator yang
ditctapkan Olch Dinas Kcschatan Dacrah kabupatcn/Kota
c) Indikator kinerja cakupan pelayanan UKP, Kefarmasian, dan
Laboratorium
Dalam menyusun indikator-indikator terscbut hams mengacu pada Standar
Pelayanan Minimal Kabupaten, Kebijxkan/Pedoman dari Kementerian
Kesehatan, Kebijakan/lledoman darİ Dinas Kesehatan Provinsİ dan
Kebijakan/Pedornan dar* dinas kesehatHn daerah kabupaten/kota
Hasil pengawasan, pengendahan dan penİlaİan terhadap kinerja Puskesmas
diurnpan balİkkan pada lintas program dan lintas sektor untuk
mendapatkan maşukan/ asupan dalam perbaikan kinerja penyelenggaraan
pelayanan dan perencanaan tahunan dan perencanaan lima tahunan.

Elemen Penilaian:
Ditetapkan indikator kinerja Puşkeşmaş şeşuai dengan jeniş-jeniş pelayanan
yang dişcdiakan dan kcbijakan pcmcrintah Pusat dan Dacrah (R)
2. Dilakukan pengawasan, pçngendalian dan penilaian
kinerja seçara periodik sesuai clcngan kebijakan dan
proscdur yang ditctapkan, dan ha silnya diumpanbalikkan
pada lintas program dan lintas sektor (R, D, W)
3, Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pengawasan,
pengendalian dan penilajan kinerja terhadap target yang ditetapkan dan
hasil kaji banding dengan Puskesmas lain (D)
4. Dilakukan analisis terhadap hasil pengawasan, pengendalian dan
pcnilaian kinerja untuk digunakan dalam perencanaan kegiatan masing-
masing upaya Puskesmas, dan untuk perencanaan Puskesmas (Dl
5. Hasil pengawasan, pengendalian dalam benttik perbaikan kinerja
disedıakan dan digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja
pelaksanaan kegiatan M.ıskesmas dan revişi pet•encanaan kegiatan
bulanan
-29-

6. Hasİl pengawasan, pengendahan dan penİlaİan kinerja dalam bentuk


Laporan Penİlaİan Kinerja Puskesmas IPKP), serta tıpaya perbaİkan
kinerja dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota (D)

1.6.2 Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas


sektor dilakukan sesuaİ dengan kebijakan dan prosedür.
Pİkİran :
proses maupun haşil pclakşanaan upaya Puşkcşmaş perlu
dikomunikaşikan Olch Kçpala Puşkcsmas, Penanggung jawab
Upaya baik KMP, UKM, dan UKPP serta kepada lintaş program
lintaş şektQr terkait agar ada kesamaan persepsi untuk efektivitas
pelaksanaan upaya Puskesmas, Komunikasi dan koordinasi
Puskcsrnas melalui imkakarya mini bulanan lintas program dan
Lokakarya mini triwulan lintas sektor dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan.
Lokakarya mini bulanan digunakan untuk : menyusun şecara
lebih terincİ kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama 1
(satu) bulan mendatang, khususnya dalam wâktu, tcmpat, şaşaran,
pelaksana kcgiatan, dukungan (lintas program dan sektorj yang
diperlukan, serta metode dan teknologİ yang digunakan;
menggalang kerjasama dan keterpaduan serta meningkatkan
motivasİ petugas.
Lokakarya mini triwulan digunakan untuk : menetapkan secara
konkrİt dukungan lintas sektor yang akan dilakukan selama 3 (tiga)
bulan mendatang, melaluİ sinkronİsasİ/harmonİsasİ RPK antar-
sektor (antarİnstansi) dan kesatupaduan tujuan; menggalang
kerjasama, komitmen, dan koordinasi lintas sektor dalam
pclaksanaan kegiatan-kcgiatan pembangunan di tingkat
kecamatan•r meningkatkan motivasİ dan rasa kebersamaan dalam
melaksanakan pem bangunan masyarakat kecamatan
Elemen Penilaian
Dilakukan lokakarya mini bulanan dan tribulanan secara konsisten dan
periodik untuík mengkomunikagikan, mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan upaya — upaya Puskesmas CD,W)
2. Dilâktikññ perñbâhásâñ hâlñbátnn dalññi
kegiatan dan rekomendasi tindak lanjut dalam
lokakarya mini (D, W)
3. Dilakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi lokakarya
mini bulanan dan triwulan dalam bentuk perbaikan
pelaksanaan kegiatan. (D,W)
Kriteria
1.6.3 Kepala Puskesmas dan jawab melakukan
pengawasan, pengendalian kinerja, dan kegiatan perbaikan
kinerja melalui audit in ternal dan rapat tinjauan manajemen
-30-

yang terencana sesuai dengan masalah kesehatan prioritas,


masalah kinerja, risiko, maupun rencana pengembangan
pelayanan

Pokok Pikiran:
Kinerja Puskegmas yang dilakukan perlu dipantau apakah
mencapai target yang ditetapkan.
Audit internal merupakan salåh satu mekanisme pengawasan dan
pengefidàliári yárig dilâkt.ikñri Sisternatis Oleh tirii audit internal
yang dibentuk oleh Repala Puskesmas
Hasil temuan audit internal disampaikan kepada Kepala
Puskesmas, Penanggungjawab atau Tim Mutu, Penanggungjawab
atau Tim Keselarnatan Pengguna layanan, dan Penanggung jawab
atau Tim PPI , Penanggung j awab Upaya Puskesmas, dan
pelaksana kegiatan se bagai dasar untuk melakukan perbai kan.
Jika ada permasalahan yang ditemukan dalam audit internal tetapi
tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pimpinan dan pegawai
Puskesmas, maka permasalahan terscbut dap,at dirujuk ke Dinas
Kcschatan daerah Kabupaten/Kota untuk ditindak lanjuti.
Pelaksanaan kinerja dircncanakan dan dipantau scrta
ditindaklanjuti.
Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Mutu secara periodik
melakukan pertemuan tinjauan manajemen untuk membAhAA
utnpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, hasil audit intemal,
hasil penilaian kinetja, perubahan proses penyelenggaraan Upaya
Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas, maupun perubahan
kebijakan mutu jika diperlukan, serta membahas hasil pertemuan
tmjauan manajemen sebelumnya, dan rekomendasi untuk
pcrbaikan-
Pertemuan tinjauan manajemen dipimpin oleh Penanggung jawab
Mutu.
Elemen Penilaian:
Kepala Puskesmas membentuk tim audit internal dengan uraian tugas,
wewenang, dan tanggung jawab yang jelas. (R)
2. Disusun rencana program audit internal tahunan yang
dilengkapi kerangka acuan audit dan dilakukan kegiatan
audit sesuai dengan rencana yang telah disusun. (R)
3, Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada Kepala Puskesmas,
Tim Mutu, pihak yang diaudit dan unit terkait. (D)
4. Tindak lanjut dilakukan terhadap tcmuan dan rckomcndasi dari hasil
audit internal baik oleh kepala Puskesmas, penanggung jawab maupun
pelaksana.
-31-

5. Kepala Puskcsmas bersarna dengan Tim Mutu mercncanakan


perternuan tinjauan manajemen dan pelaksanaan perternuan tinjauan
manajemen dilakukan dengan agenda sebagaimana pokok pikiran. (D, W)
6. Rekomendasi hasil pertemuan tinjauan manajemen ditindaklanjuti dan
dlevaluasi. (D)

1.7 Peran Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/K0ta dalam upaya


perbaikan kinerja termasuk peningkatari mutu pelayanan kesehatan
Puskesmas Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota rnelaksanakan
pernbinaan dan pengawasan terhadap Puskesrnas rnutai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undang

1.7.1 Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan


pembinaan dan pengawasan terhadap Puskesmas daLam
rangka perbaikan kinerja termasuk peningkatan mutu
pelayanan di Puskesmas

Pokok Pikiran :
Dinas Kesehatan Daerah Daerah Kabupaten/ Kota menetapkan
struktur organisasi Puskesmas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Dinas Kesehatan Daerah Daerah Kabupaten/ Kota sebagai Tim
Pernbina Cluster Binaan (TPCB) melakukan pembinaan kepada
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis yane merniliki otonomi
dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi pencapaian tujuan
pembnngunan kešehntan daerah.
Pencapaian tujuan penzbangunan kesehatan daerah merupakan
bagian dari tugas, fungsi dan tanggung jawab Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/ Kota, Dalam rangka menjalankan tugas,
fungsi dan tanggung jawab, Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota melakukan bimbingan teknis dan supervisi,
petnantauan evaluasi, dan pelaporan serta peningkatan mutu
pelayanan kesehatan.
Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/ Kota sebagai TPCB dalam hal penyelenggaraan
Puskesmas mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan hingga
evaluasi kinerja Puskesmas. Pernbinaan olch TPCB meliputi
pcmbinaan dalam rangka pcncapaian target PIS PK, target Standar
Pelayanan Minimal (SPM), Program Prioritas Nasional (PPN), dan
pemenuhan standar pelayanan.
Tugas dari dinas kesehatan sebagai Tim Pembina Cluster Binaan
(TPCB)
a. Melakukan supervisi terhadap penyelenggaraan pelayanan di
Puskesmas secara periodik
b. Memberikan bimbingan teknis, antara lain:
pengisian penilaian mandiri (self assessmenq; penyusunan program
peningkatan mutu; penetapan dan pengukuran indikator mutu; dan
-33-

pelaporan insiden keselamatan pasien. pendampingan persiapan


survei pendampingan penyusunan Perencanaan Perbaikkan Strategi
(PPS)
c. Melakukan pernantauan dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan di
Puskesmag secara berkala, diantaranya:
Pemantauan hasil Penilaian Kinerja Puskesmas;
Pemantauan peng-ukuran Indikator Nasional Mutu IlNM) ; Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP)•,

Elemen.
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota menetapkan struktur organisasi
Puskesmas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan- (R)
2. Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan
pembinaan Puskesmas secara periodik. (R, D)
3. Ada bukti Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan
pembinaan secara terpadu melalui TPCB sesuai ketentuan, kepada
Puskesrnas secara periodik, dengan menggunakan instrumen pembinaan.
4. Adn bukti TPCB menyampaikan hagil pembinann kepada Kepnln Dinas
Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dan memberikan feedback kepada
Puskesmas. (D,W)
5. Ada bukti TPCB rnelakukan pendampingan penyusunan Rencana
Usulan
Kegiatan Puskesmas dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan. (D, W)
6. Ada bukti TPCB menindaklanjuti pelaksanaan lokakarya mini
Puskesmas yang wewenang rangka
kesehatan yang tidak bisa diselesaikan
di tingkat Puskesmas_ (D, W)
7. Ada bukti TPCB melakukan verifikasi dan memberikan urnpan balik
evaluasi kinerja Puskesmas. (D, W)
8. Puskesmas menerima dan menindaklanjuti umpan balik hasil pembinaan
dan evaluasi kinerja oleh TPCB. (D, W)
BAB 2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Yang
berorientasi Pada upaya promotif dan preventif
pelayanan UKM dilaksana.kan secara terpadu
2.1.
Perencanaan pelayanan tJKM Puskesmas disusun secara terpadu berbasis
u.'ilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan lintas program dun lintas
Sektor sesuai dettgan attalisis kebutühatt tttasyarakt:tt, dato hasil pettilaiatt
kitterja (capaian indikator kinerja) Puskesmas termasuk mernperhatikan
hasil pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Ketuarga
(PIS PR) dan capaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) daerah
Kabupaten/Kota.

2.1.1. Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas disusun secara terpadu berbasis


u.'ilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan Eintas program dan lintas
sektor sesuai dengan analisis kebutuhan dan harapan masyarakat, data hasil
penilaian kinerja (capaian indikator kinerja' Puskesmas terrnasuk
memperhatikan hasil pelaksanaan Program Indonesia Sehat denoan
Pendekatnn Keluarga (PIS PK) dan capaian target Standar Pelayanan
Minimal (SPM) daerah Kabupaten/Kota.

pokok Pikiran:
Identifikasi kebutuhan dan harapan rnasyarakat terhadap kegiatan UKM
dilakukan dengan Survei Mawas Diri dan Musyawarah Masyarakat Desa
maupun melalui perternuan pertemuan konsultatif Iainnya dengan
masyarakat seperti jajak pendapat, ternu muka, survei mawas diri, survei
kepuasan masyarakat dan media Iainnya.
Pelaksanaan identifikasi kebutuhan dan harapan ma syarakat mengacu pada
kebijakan dan prosedur Yang berlaku.
Hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat Yang telah dianalisis
dan dibahas bersama lintas program dan Entas sektor (Musyawarah
Masyarakat Desa/Kelurahan, Lokakarya Mini (Bulanan dan Tri Wulan),
selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan rencana usulan
kegiatan UKM.
Data capaian kinerja (capaian indikator kinerjaJ pelayanan UKM dianalisis
dengan memperhatikan hasil pelaksanaan PIS PK dan capaian target SPM
Yang berbasis wilayah kerja Pu skesmas. Hasil analisis tersebut dibahas
secara terpadu bersama lintas program dan lintas sektor sebagai dasar
dalam penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) UKM.
Kegiatan-kegiatan dalam setiap pelayanan UKM di Puskesmas disusun
Oleh pelaksana dan koordinator pelayanan VKM mengacu pada hasil
analisis data kincrja dcngan mempcrhatikan data PIS PK. analisis capaian
SPM dacrah Kabupat.cn/Kota, pedoman atau acuan Yang sudah ditctapkan
Olch Kementcrian Keschatan, Dinas Keschatan Provinsi, maupun Dinas
Keschatan Kabupatcn/ Kota, dengan mcngutamakan program prioritas
-35-

nasional (antara Iain penurunan Stunting, peningkatan cakupan Imunisasi,


Penanggulangan TB, pengendalian Penyakit Tidak Menular, penurunan
jurnlah kernatian ibu dan jumlah kematian bayi dan jumlah Kematian
Neonatus, serta memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan harapan
masyarakat
Dalarii standar ini, kata "pelayanann digunakan untuk menggantikan kata
, contoh: Program Pelayanan promkes.

Elemen Penilaian:
Dilakukan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat, kelornpok
masyarakat, keluarga dan individu Yang merupakan sasaran pelayanan
UKM sesuai dengan kcbijakan dan prosedur Yang telah ditetapkan- (R,D,
W))
2. Hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat dianalisis bersama
dengan lintas program dan lintas sektor sebagai bahan untuk pembahasan
dalam rencana kcgiatan UKM, (D,W)
3. Data capaian kinerja pelayanan UKM Puskesmas dianalisis bersama lintas
program dan lintas sektor dengan memperhatikan hasil pelaksanaan PIS PK
gebagai bahan untuk pembahasan dalam menyusun rencana kegiatan Yang
berbasis wilayah kerja. (D,W)
4. Tersedia Rencana Usulan Kegiatan (RUK) URM Yang disusun secara
terpadu berbasis wilayah kerja Puskesma s berdasarkan hasil analisis kebu
tuhan dan harapan masyarakat, hasil pembahasan analisis data capaian
kinerja pelayanan UKM dengan memperhatikan pelaksana.an kegiatan PIS

2.1.2. Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas memuat kegiatan pemberdayaan


masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat, dirnana proses kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat dllakukan Oleh masyarakat sendiri dengan difasilitasi Oleh
Puskesmas.

Pokok Pikiran;
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan di wilayah kerja, setiap
pelaksana kegiatan, koordinator pelayanan, dan penanggung jawab UKM
Puskesmas waj ib memfasilitasi kegiatan Yang berwawasan kesehatan
melalui pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan Masynraknt Bidnng Kegehatnn Yang gelnnjutnya digebut
Pemberdayaan masyarakat adalah proses untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kemampuan individu, keluarga serta masyarakat untuk
berperan aktif dalam upaya kesehatan Yang dilaksanakan dengan cara
fasilitasi proses pemecahan masalah melalui pendekatan edukatif dan
partisipatif serta memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial budaya
setempat
Strategi Pemberdayaan Masyarakat meliputi :
a. peningkatan pengetahuan dan kernampuan masyarakat dalam
mengenali dan mengatasi permasalahan keschatan Yang dihadapi;
b. peningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat;
pengembangan dan pengorganisasian magyarakat;
d. penguatan dan peningkatan advokasi kepada pernangku kepentingan;
e. peningkatan kernitraan dan partisipasi lintas sektor, lembaga
kemasyaraka tan, organisasi kemasyarakatan,dan swasta; peningkatan
petnanfaatan potcnsi dan surnber daya bcrbasis kcarifan lokal; dan
Penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat dilakukan dengan tahapan
a. pe ngenalan kondisi desa/kelurahan;
b. survei mawas diri;
c. musyawarah di desa/kelurahan;
d. perencanaan partisipatif;
e. pelaksanaan kegiatan; dan pembinaan kelestarian.
g, pcngintcgrasian program, kegiatan, dan/atau kelcmbagaan Pemberdayaan
Masyarakat Yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan
masyaraka
Perencanaan pernberdayaan masyarakat terintegrasi dengan Profil
Kesehatan Keluarga (Prokesga) melalui pelaksanaan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK),
-37-

Pengembangan/pengorganisasian masyarakat (community organization)


dalam pemberdayaan dilakukan dengan mengupaÿ.akan peran dan fungsi
organisasi masyarakat dalam pernbangunan kesehatan. Membangun
kesadaran masyarakat merupakan awal dari kegiatan pengorganisasian
masyarakat yang dilakukan dengan membahas bersama tentang kebutuhan
dan harapan mereka, berdasarkan prioritas masalah kesehatan sesuai
dengan gumber dayn yang dimiliki.
Ben tuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan
melAlui kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya MasyArakAt (UKBM)
seperti Posyandu, Posbindu YTM, Posyandu Lansia, Komunitas Peduli
Kesehatan Remaja, Komunitas Peduli HIV/ AIDS, Peduli TB, Komunitas
peduli kesehatan ibu dan anak, dan seterusnya dan/atau melalui kegiatan di
tatanan-tatanan seperti sekolah, pesantren, pasar, tempat ibadah dan lain-
lain.
Kegiatan fasilitasi berupa:
a. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat, pemangku
kepentingan dan mitra terkait untuk mendukung pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat melakukan pendampingan dan pembinaan
teknis dalam tahapan penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat
c. melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan pemangku kepentingan
di wilayah kerja Puskesmas dalam pelaksanaan Pemberdayaan M
kat;
d. membangun kernitraan dengan organisasi kemasyarakatan dan swasta
di wilayah kerja Puskcsmas dalarn pclaksanaan Pembcrdayaan
Masyarakat
e. mengembangkan media kornunikasi. informasi, dan edukasi kesehatan
terkait Pemberdayaan Masyarakat dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya berbasis kearifan lokal; melakukan pcningkatan
kapasitas Tcnaga Pcndamping Pembcrdayaan
Masyarakat dan Kader•,
g. melakukan dan memfasilitasi edukasi kesehatan kepada masyarakat;
h. menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat;, melakukan pencatatan dan pelaporan
pelaksanaan Pernberdayaan Masyarakat di tingkat kecamatan dan
kabupaten/kota secara berkala;
melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Pemberdayaan
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas secara berkala
K,egiatan rasilitasi yang dimaksud dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, perbaikan dan evaluasi terhadap kegiatan xmberdayaan
masyarakat tersebut.
Pemberdayaan Masyarakat dalarn bidang kesehatan tergarnbar dalarn
Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setiap
Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM puskesmas.
-38-

Elemen Peniiaian:
Terdapat kegiatan fasilitasi pembcrdayaan masyarakat yang dituangkan dalam
RUK dan RPK Puskegmag dan gudah disepakati bergama magyarakat
sesuaİ dengan kebİİakan dan prosedür yang telah ditetapkan- (D, W)
2. Terdapat buktİ keterlibatan masyaxakat dalam kegİatan pemberdayaan
masyarakat mulaİ darİ perencanaan, pelaksanaan, perbaikan dan evaluasİ
untuk mengatasi masalah kesehatan di wüayahnya. (DW)
3. Terdapat kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan pelayanan
UKM Puskesmas yang bersumber darİ swadaya masyarakat dan atau
kontrİbusİ swasta yang tertuang dalam rencana kegİatan pelayanan UKM.

4, Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap kegiatan pembcrdayaan


masyarakat. (D)

2.1.3- Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Pelayanan UKM terintegrasi lintas


program dan mengacu pada Rencana Usulan Kegİatan (RUK) Puşkcşmaş.

Pokok Pikiram
Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas disusun secara terintegrasi
lintas program agar efektif dan cfisicn serta melalui tahapan perencanaan

Penyusunan RPK hams mengacu pada RUK. Jika sebagian kegiatan


yang direncanakan dalam RUK tidnk dapnt dilakganaknn karona
kelerbatngan sumber daya, maka dimungkınkan sebagian kegıatan yang
tercantum dalam RUK tidak dituangkan dalam RPK
RPK pclayanan UKNI menggambarkan kegİatan yang akan
dilaksanakan oleh Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun dan dijabarkan
dalam renc:ana pclaksanaan kcgiatan sctiap bulan,
RPK pclayanan UKNI dimungkinkan unluk diubah/ dişesuaikan dcngan
kebutuhan berdasarkan hasil pemantauan, kebijakan dan kondisi — kendisi
sesuai petâturan petundatigan-üiüdangan.
RPK pclayanan UKM dirinci dalam RPK untuk masing-masing
pclayanan UKM dan disusun Kerangka Acuan Kegİatan (KAK) untuk tiap
kegİatan darİ masing-masing pclayanan UKM

Elemen Penilaian:
Tersedia Rencana Pelaksanaan Kegİatan (RPK) tahunan UKM yang
terintegrasi dalam Rencana Pelaksanaan Kegiğltan (RPK) tahunan
Puskeşmaş sesuaİ dengan ketentuan yang berlaku. (R)
2, Tersedia RPK bulanan unluk masing-masing pelayanan UKM yang disusun
setiap bulan dcngan kcjclasan pclaksana tiap kcgiatan. (R)
3, Tersedia Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) untuk tiap kegiatan dari
masingmasing PeLayanan LIKM sesuai dengan RPK yang disusun (R)
-39-

4. Dilakukan evaluasi terhadap nencana pelaksanaan pelayanan UKM


berdasarkan hasil pemantauan (D.W)
5. Jika terjadi perubahan rencana pelaksanaan pelayanan UKM berdasatkan
hasil pemantauan, kebijakan atau kondisi tertentu maka dilakukan
penyesuaİan rencana pelqkc kegİatan (D)
2.2. Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM memagtikan kemudahan akses sasaran dan masyarakat terhadap
pelakganaan pelayanan UKM
Pelayañãn UKM Puskesmas mudäh diakses blëh dan tñãSyäfä.kãt, untuk
mendapatkan informasi kegiatan serta penyarnpaian urnpan balik dan
keluhan.
Kriteria
2.2. Penjadwalan pelaksanaan pelayanan URM Puskesmas disepakati bersama
dengan memperhatikan masukan sasaran, masyarakat, kelompok
masyarakat, lintas program dan lin tas sektor yang dilaksanakan tepat waktu
sesuai dengan rencana.

Pokok Pikiran:
Jadwal pelaksanaan kegiatan disusun berdasarkan masukan dari sasaran,
masyarakat, kelompok masyarakat, lintas program dan lintas sektor terkait
dan disepakati bersama. Jadwal tersebut memuat waktu, tempat dan sasaran
kegiatan.
Agar sasaran, masyarakat, lintas program dan lintas gektor berperan
aktif dalam kegiatan, maka jadwal pelaksanaan kegiatan LJKM harus
disampaikan kepada sasaran, masyarakat, kelompok masyarakat, lintas
program dan lintas sektor terkait dengan memanfaatkan media komunikasi
yang sudah ditetapkan.
Bilamana dilakukan pcrubahan jadwal, informasi tentang waktu dan
tempat pclaksanaan kcgiatan UXM harus disepakati dan diinrormasikan
dengan jelas dan tempat kegiatan mudah diakses oleh sasaran kegiatan
UKM, masyarakat dan kelornpok masyarakat.

Elemen Penilaian:
Tersedia jadwal pelaksanaan kegiatan UKM yang disusun berdasarkan hasil
kesepakatan dengan sasaran , masyarakat, kelompok masyarakat, lintas
program dan lintas sektor terkait. (D, W)
2. Jadwal pelaksanaan kegiatan UKM diinformasikan kepada sasaran,
masyarakat, kelompok masyarakat, lintas program, dan lintas sektor
melalui media komunikasi yang sudah ditetapkan (D, W).
3. Tersedia bukti penyampaian informasi perubahan jadwal jika terjadi
perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan CD,W)
4. Hasil penyampaian informasi jadwal pelaksanaan kegiatan VKM dievaluasi dan dirindaklanjuti
(D.W)
-40-

2.2.2. Penanggung jawab VKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
memastikan akses sasaran dan masyarakat terhadap informasi, kegiatan
UKM, dan akses untuk menyampaikan umpan balik dan keluhan,

Pokok Pikiran:
Informasi tentang kegiatan UKM Puskesmas, tujuan, pentahapan, dan
jadwal kegiatan, perlu disampaikan pada lintas program dan lintas sektor
terkait agar mereka dapat optimal berkontribusi dalam pencapaian tujuan
kegiatan LJKM.
Masyarakat, kelompok masyarakat, dan individu yang menjadi sasaran
perlu mendapatkan informasi tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan, tujuan, tahapan dan jadwal pelaksanaan, sehingga dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan dan harapan mereka, dan menjamin
pelaksanaan kegiatan tepat sasaran dan tepat waktu.
Kejelasan informasi Yang disampaikan perlu dievaluasi, yaitu evaluasi
terhadap penerimaan informasi oleh sasaran dan pernberian informasi Yang
dila_ksanakan Puskesmas.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan UKM Puskesrnas tergantung pada
peran aktif masyarakat, kelompok masyarakat. keluarga, dan individu Yang
menjadi sasaran-
Agar sasaran berperan aktif dalam kegiatan UKM. maka pelaksanaan
kegiatan URM perLu mempertimbangkan kondisi sosial, tata nilai budaya
masyarakat sebagai dasar untuk menetapkan metodc dan teknologi Yang
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan UKM.
Akses sasaran terhadap kegiatan perlu dievaluasi dan ditindaklanjuti
untuk perbaikan dalam mempermudah akscs dan penycdiaan kegiatan
UKM.
Kemudahan akses bagi sasaran adalah kejelasan prosedur/tahapan dan
tidak berbelit-belit dalarn pelaksanaan kegiatan UKM.
Metode adalah cara Yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan.
Contoh: Ceramah, diskusi, pembinaan, kunjungan rum-ah dan Iain
sebagainya. Teknologi adalah aid Yang digunakan
dalam pelaksanaan kegiatan_ Contoh: Irmbar balik, model, LCD, film dan
Iain sebagainya.
Untuk menmgkatkan pelayanan kepada masya_rakat dan sasaran
kegiatan diperlukan umpan balik dan keluhan dari masyarakat dan sasaran
kegiatan untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan-perbaikan da.lam
pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas _
Umpan balik adalah tanggapan Yang diperoleh dari hasil pela.yanan
Yang diberikan untuk perbaikan dalam tindak lanjut. Umpan balik dapat
diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dari masyarakat,
kelompok masyarakat, dan sasaran kegiatan UKM. Masyarakat, kelompok
masyarakat, dan sasaran program dapat menyampaikan keluhan secara
langsung rnaupun tidak langsung kepada Penanggung jawab UKM,
koordinator pelayanan dan kegiatan UKM.
-41-

Umpan balik dan keluhan ditindak lanjuti dcngan pernbahasan atau


pertemuan konsultatif dengan tokoh masyarakat, kelompok masyarakat,
masyarakat atau individu Yang mcrupakan sasaran melalui Torurn-forum
Yang ada di masyarakat.
Kepala Puskesmas, penanggung jawab UKM, koordmator pelayanan
dan pelaksana kegiatan UKM mernbahas umpan balik dan keluhan sebagai
bahan untuk melakukan perbaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan UKM.

Elemen Penilaian:
Dilakukan penyampaian informasi tentang kegiatan t_JKM Puskesmas, mulai
dari tujuan, pentahapan, dan jadwal kegiatan pada kelompok masyarakat,
masyarakat, sasaran, lintas program dan lintas sektor terkait. (D,W)
2. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode dan teknologi Yang dikenal
01 eh masyarakat atau sasaran. (D,W)
3. Umpan balik/keluhan dari masyarakat , kelompok masyarakat, dan
sasaran diidentifikasi dan ditindaklanjuti. (D,W)
dan dan
dikoordinasikan dengan melibatkan li.ntas program dan lintas sektor
terkait.
Penggerakan dan Petaksanaan Pelayanan tÏRM ditakukan seswai dengan
kebýaka_n, pedoman/ panduan, prosedur, dan kerangka acuan yang disusun
dan dikoordinasikan melaluiforu m lokakarya mini bulanan dan

2.3.1. Dilakukan komunikasi dan koordinasi dalam penyelenggaraan pelayanan UKM


Puskesmas_
Pokok Pikiran:
Keberhasilan pelaksanaan pelayanan UKM hanya dapat dicapai jika
dilakukan komunikasi dan koordinasi baik lingas program maupun lintas
sektor terkait mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, perbaikan dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan UKM.
gerbagai mekanisme komunikasi dan koordinasi dapat dilakukan antara
lain melalui pertemuan-pertemuan, lokakawa mini, dan penggunaan
media / informa si.
Kébijakan, dan prosedur komunikasi dan koordinasi dalam
penyelenggaraan pelayanan UKM perlu ditetapkan dan dijadikan acuan
dalarn pelaksanaan kegiatan UKM.
Evaluasi dan tindak lanjut terhAdap pelaksanaan komunikasi dan
koordinasi dilaksanakan sesuai dengan keten tuan yang ditetapkan

Elemen Penilaian:
-42-

Standar
2,4. Pelayanan UKM dilaksanaka:n dengan metode pembinaan secara
berjenjang agar efisien dan efektif tujua:n yang
diteta pkan.
Pelayanan UKM dilaksanakan dengan metode pembinaan Secara
berjenjang untuk mengidentifikasi masalah dan harnbatan, menganalisis
masalah, merencanakan tindak lanjut sampai dengan evaluasi_
Kriteria
2.4.1. Penanggung jawab URM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM Puskesmas bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan,
pencapaian kinerja, pelaksanaan kegiatan UKM, dan penggunaan sumber
Pokok Pikiran;
Penanggung jawab UKM, koordi nator pelayanan kegiatan UKM
Puskesmas mempunyai kewajiban untuk memberikan arahan dan dukungan
bagi pelaksana kegiatan dalarn melakganakan tugas dan tanggung jawab.
Arahan dapat dilakukan dalam bentuk pembinaan, pendampingan,
pertemuanpertemuan, maupun konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan
tJKM.
Pembinaan penanggung jawab UKM Puskesmas kepada koordinator
pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM meliputi pemahaman pelaksanaan
kegiatan, termasuk pembinaan terhadap masalah dan harnbatan yang
ditemui dalam pelaksanaan kegiatan UKM mulai dari identifikasi, analisis
sampai dengan upaya penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan
UKM.
Penanggung jawab UKM, koordinator dan pelaksana pelayanan UKM
melakukan tindak lanjut dan evaluasi terhadap hasil analisis masalah dan
hambatan dalam pelaksanaan pelayanan UKM.

Elemen Penilaian:
Penanggung jawab UK'M melakukan pembinaan kepada koordinator
pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM secara periodik sesuai dengan
jadwal yang
2. Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM Puskesmas mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan dan
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan UKM, (D,W)
3. Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM melaksanakan tindak lanjut untuk mengatasi masalah dan hambatan
dalam pelaksanaan kegiatan UKM. (D,W)
4. Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
UKM melakukan evaluasi dan tindaklanjut terhadap hasil pelaksanaan pada
elemen penilaian 3 (tiga). (D, W)
-43-

2.5. Pelaksanaan pelayanan VKM diperkuat dengan PIS PK


Pelaksanaan pelayanan UKM diperkuat dengan PIS PK dalam upaya
meuujudkan keluarga sehat dan masyarakat sehat melalui pengorganisasian
masyarakat dengan terbentuknya upaga-upaga kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dan tntanan-tatanan sehat yang merupaknn bentuk
implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM


bersama dengan Tim Pembina Kcluarga mclaksanakan pcmctaan dan
intervensi kesehatan berdasarkan permasalahan keluarga sesuai dengan
jadwal yang sudah disepakati.

Kegiatan Kunjungan Keluarga yang dilaksanakan oleh Tim Pembina


Keluarga digunakan untuk menyampaikan Komunikasi Informasi dan
Edukasi kcpada keluarga sebagai intervensi awal dan didokumentasikan.
Dokurncntasi hasil kunjungan kcluarga dilakukan dengan dicntry pada
aplikasi keluarga sehat dan atau pada profil keluarga sehat (Prokesga).
Dokumentasi hasil kunjungan dapat berupa hasil intervensi awal dan hasil
intervensi lanjut.
Dokurnentasi hasil kunjungan awal dan hasil intervensi
(pemutakhiran /update) dokurnentasi dilakukan oleh tim data Puskesmas
(admin dan surveior).
Tim pembina keluarga menyampaikan informasi dan laporan basil
kunjungan keluarga serta berkoordinasi dengan penanggung jawab UKM
dan koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM agar dapat
dilakukan analisis dan intervensi lanjut
Tim Pembina keluarga adalah tenaga kesehatan Puskesmas yang
dibentuk oleh Kepala Puskesmas melalui Surat Keputusan Kepala
Puskesmas. Kegiatan UKM melalui PIS PK sebagai bentuk intervensi
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disepakati dengan masyarakat
yang menjadi sasaran,

Elemen Penilaian .
Dibentuk Tim Pembina Keluarga, tenaga administrasi dan surveior dengan
uraian tugas yang j elas. (R)
2. Tim Pembina Reluarga melakukan kunjungan keluarga dan interwensi awal
yang telah direncanakan melalui proses persiapan, dan didokumentasikan.

3. Tim Pem bina Keluarga melakukan penghitungan Indeks Keluarga Schat


(IKS) pada tingkat keluarga, RT, RW, desa/kelurahan. dan Puskesmas
secara manual atau secara elektronik (dengan Aplikasi Keluarga Sehat). (D)
4. Tim Pembina Keluarga menyampaikan informasi masalah kesehatan
kepada Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM, koordinator
pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM untuk bersama-sama melakukan
analisis hasil kunjungan keluarga. (D
-44-

5. Tim Pembina Keluarga bersama Penanggung jawab UKM, koordinator


pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM menyusun intervensi lanjut kepada
keluarga sesuai kesebatan pada tingkat
6, Penanggungjawab UKM mengkoordinir pelaksanaan intervensi lanjut,
(D,W)

2.52. Intervensi lanjut ditujukan pada wilayah kerja Puskesmas berdasarkan


permasalaha n yang sudah dipetakan dan dilaksanakan terintegrasi dengan
pelayanan UKM Puskesmas,

Pokok Pikiran:
Untuk melaksanakan intervensi lanjut tingkat wilayah diperlukan
penyusunan rencana berdasarkan pemetaan wilayah kerja Puskesmas, baik
yang spesifik terhadap RT, RW, desa/kelurahan ataupun yang secara
wilayah kerja Puskesmas.
Penyusunan rencana intervensi lanjut terintegrasi dengan lintas program
dan dapat melibatkan lintas sektor terkait, didasarkan pada analisis IKS
awal.
Intervensi sesuai dengan ha sil analisis dan pemetaan an tara lain
dilakukan melalui kegiatan UKM (termasuk yang bersifat inovatit),
pengorganisasian masyarakat dalam bentuk UKBM dan tatanan-tananan
(sekolah, pesantren, pasar tempat ibadah dan lain-lain).
Perlu dilakukan perbaikan dan evaluasi pelaksanaa:n intervensi lanjutan
oleh Penanggung jawab UKM koordinator pelayanan dan pelaksana
kegiatan UKM agar permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan PIS PK
dapat segera ditindaklanjuti. Tindak lanjut dilaksanakan sebagai bagian
terintegrasi dalam kegiatan pelayanan U KM Puskesmas.
Perbaikan dan evaluasi PIS PK di tingkat Puskesmas dilaksanakan
mulai dari tahap persiapan pelaksanaan, pelaksanaan kunjungan keluarga
dan intervensi awal, pelaksanaan analisis Indeks Keluarga Sehat OKS)
awal, pelaksanaan Intervensi lanjut dan analisis perubahan IKS.
Rencana intervensi lanjut terinte grasi d engan rencana pelaksanaan
kegiata_n masing-masing pelayanan UKM Puskesmas.
Dalam perbaikan dan evaluasi dilaksanakan proses verifikasi yang
bertujuan untuk menjamin kebenaran serta keakura tan pelaksanaan PIS PK
sesuai dengan hasn pelatihan serta informasi kondisi kesehatan setiap
keluarga yang ada pada prokesga atau aplikasi dapat
dipertanggungiawabkan.

Elemen Penilaian :
Tim pembina keluarga bersama dengan penanggung jawab UKM melakukan
analisis IKS awal dan pemetaan masalah di tiap tingkatan wilayah, sebagai
dasar dalam menyusun rencana intervensi lanjut secara terintegrasi lintas
program dan dapat melihatkan lintas sektor terkait (D, W)
-45-

2. Rencana intervensi lanjut dikomunikasikan dan dikoordinasikan dalam


lokakarya mini bulanan dan lokakarya triwulan Puskesmas.(D,W)
3. Dilaksanakan intervensi lanjutan sesuai dengan rencana yang disusun
(D,W) 4. Penanggung jawab UKM Puskesmas berkoordinasi dengan
Penanggung ja Wab UKPP, Penanggungiawab Jaringan dan Jejaring
Pelayanan Puskesmas melakukan perbaikan pelaksa_naan intervensi
lanjutan yang dilakukan (D,W)
5. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut perbaikan pada setiap tahapan PIS
PK lain supervisi, laporan, lokakarya mini dan pertemuanpertemuan
penilaian kinerja _ (D,W)
6. Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM melaksanakan
intervensi lanjut dan melaporkan hasil yang telah dilaksanakan kepada tim
Pembina keluarga dan selañjutnÿa. dilakukan pemuktahiran/ update
dokumentasi. (D, W)

2.5.3. Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagai bagian


dari intervensi lanjut dalam bentuk peran serta masyarakat terhadap
masalah-masalah kesehatan

Pokok pikiran
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) adalah suatu tindakan
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh
komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Kegiatan Germas merupakan bagian terintegrasi dari intervensi lanjut
terhadap masalah-masalah kesehatan yang diidcntifikasi dalarn
mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat dilihat dari
perubahan [KS tingkat keluarga dan wilayah yang semakit•l membaik.
Germas bertuiuan agar masyamkat terjaga kesehatan, tetap produktif,
hidup dalam lingkungan yang bersih, ditandai dengan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut : peningkatan edukasi hidup sehat, peningkatan kualitas
lingkungan, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit, penyediaan
pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan perilaku hidup
sehat dan peningkatan aktivitas fisik.
Sasaran Germas adalah sasaran untuk masing-masing kegiatan Germas,
yaitu geluruh lapigan magyarakat, termasuk individu, keluarga dan
rnasyarakat untuk mempraktikkan pola hidup sehat sehari-hari.
Puskesmas berperan dalam mensukseskan Germas antara lain melalui
kegiatan pemberdayaan individu dan keluarga yang diukur melalui Indeks
individu dan keluarga sehatr pemberdayaan masyarakat yang diukur
dengan terbentuknya UKBM dan pembangunan wilayah berwawasan
kesehatan yang diukur dengan Indeks Masya:rakat Sehat dan Indeks
Tatanan Sehat.
KegiAtan-kegiatan tersebut direncanakan dengan kejelasan jenis kegtathn,
indikator untuk tiap kegiatan, dan terintegrasi dalarn kegiatan UKM
-46-

Elemen Penilaian :
Ditetapkannya sasaran Germas dalam pelaksanaan kegiatan VKM Puskesmas
oleh Kepala Puskcsmas. (R)
2. Dilaksanakan perencanaan pembinaan Germas secara terintegrasi dalam
kegiatan UKM Puskesmas.
3. Dilakukan upaya pelaksanaan pembinaan Germas yang melibatkan
lintas program dan lintas sektor terkait untuk mewujudkan perubahan
perilaku sasaran Germas. (D,W)
4. Dilakukan pernberdayaan masyarakat, keluarga dan individu dalam
mewujudkan gerakan masyarakat hidup sehat yang ditandai dengan
semakin mernbaiknya IKS tingkat kcluarga dan wilayah dan terbcntuknya
UKBM. (D,W)
5. Dilakukan evaluagi dan tindak Innjut terhadap pelaksanaan pembinaan
gerakan masyarakat hidup sehat. (D,W)

2.6. Penyelenggaraan URM Esensåal


(Jpaya Keseharnn Masyarakat Esensial direncanakan, dilaksanakan
dipantau dan dievaduasi

2.6.1. Cakupan dan pelaksanaan UKM Escnsial Promosi Kesehatan pokok


Pikiran:
Cakupan UKM Esensial Promosi Kesehatan diukur dengan 3
(tiga) indikator utama berdasarkan prioritas masalah dan
transformasi layanan kesehatan primer di Puskesrnas.
Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Promosi Kesehatan
dilakukan upaya-upaya promotif dan preventif sebagai berikut:
a, melaksanakan advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan
dan masyarakat;
b. pcndampingan dan pcmbinaan teknis dalam tahapan pernbcrdayaan
masyarakat;
C. melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan pemangku kepentingan
di wilayah kerja puskesmas;
d. membangun kernitraan dengan ormas dan swasta di wilayah kerja
puskesmas, mengembangkan media KIE, melakukan peningkatan
kapasitas; mernfasilitasi edukasi kesehatan kepada masyarakat; dan
penggerakan masyarakat.
g. upaya-upaya promotif dan preventif sesuai
dengan indikator tambahan yang ditetapkan oleh
Puskesmas yang mengacu pada pedoman 'panduan
dan atau ketentuan yang berlaku.
-47-

Dilakukan pernantauan dan analisis serta


tindaklanjut terhadap capaian indikator
kinerja pelayanan UKM esensial dan upaya
pencapaian kinerja pelayanan UKM esensial
Promos.i Kesehatan yang telah dilakukan.
Pencatatan dan pelaporan UKM Esensial
Promosi Kesehatan, baik secara manual maupun
elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat,
tepat waktu dan sesuai prosedur. Pelaporan
kepada Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota
dan/atau pihak lainnya mengaeu kepada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM


esensial Promosi Kesehatan sesuai dengan yang diminta dalam
poknk pikiran. (RD).
2. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan
preventif untuk mencapai kinerja pelayanan UKM
esensial Promosi Kesehatan sebagaimana pokok
pikiran, yang sudah tercantum di dalarn RPK sesuai
dengan kebijakan, prosedur dan kerangka kegiatan
yang telah ditetapkan (D.W.O)
3. Dila kukan pemantauan dan penilaian serta
tindak lanjut secara periodik dan berkesinambungan
terhadap capaian indikator dan upaya yang telah
dilakukan (D.w.O)
4, Disusun rencana tindak lanjut
pemantauan dan yang terintegrasi ke dalam
RUK_ (D,W)
5. Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D.w.O)

2.6.2.Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan


Lingkungan

Pokok Pikiran:
Cakupan UKM Escnsial Keschatan Lingkungan diukur
dcngan 3 (tiga) indikator utama berdasarkan
prioritas masalah dan transformasi layanan
kesehatan primer di Puskesmas.
-48-

Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Kesehatan


Lingkungan dilakukan upaya-upaya promotif dan
preventif sebagai berikut:
pemicuan, pendampingan verifikasi desa STBM
serta update data, dan lain-lain melakukan
inspeksi kesehatan lingkungan TFU dan TPP,
pembinaan, update data dan lain-lain upaya-upaya
promotive dan preventif sesuai dengan indikator
tambahan yang ditetapkan oleh Puskesmas yang
mengacu pada pedoman /panduan dan atau ketentuan
yang berlaku.
Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak
lanjut terhadap capalan indikator kinerja
pelayanan UKM esensial dan upaya pencapaian
kinerja pelayanan UKM esensial Kesehatan
Lingkungan yang telah dilakukan,
Pencatatan dan pelaporan UKM Esensial Kesehatan
Lingkungan, baik secara manual maupun elektronik,
dilakukan secara lengkap, akurat, tepat waktu
dan sesuai prosedur• Pelaporan kepada Dinas Kesehatan Daerah
Kàbupaten/Kota dan/atau pihak Iainnya mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Elemen Penilaian :
Tercapainya indikator kinerja pelayanan URM esensial Kesehatan
Lingkunean (RVD)
2. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif untuk mencapai
kinerja pelayanan IJKM esensial Kesehatan Lingkungan se bagaimana
pokok pikiran, yang sudah tercantum di dalam RPK sesuai dengan
kebijakan, prosedur dan kerangka acuan kegiatan yang telah ditetapkan
(D.W.O)
3. Dilakukan pernantauan dan penilaian serta tindak lanjut secara periodik
dan berkesinambungan terhadap capatan indikator dan upaya yang telah
dilakukan (D.W.O)
4. Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil pemantauan dan
penilaian yang terintegrasi ke dalam RUK (D.W .O)
5, Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,
(D.W.O)

dart pelaksanaan IJKM Esensial Kesehatäñ Keluarga.


Pokok Pikiran:
Cakupan URM Esensial Kesehatan Keluarga diukur dengan 3 (tiga)
indikator utama berdasarkan prioritas masalah dan transformasi layanan
kesehatan primer di Puskesrnas.
-49-

Pclayanan Antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprchcnsif dan


berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil serta terpadu dengan
program Iain yang mcrnerlukan int crvcnsi selama kchamilannya.
Sasaran pelayanan antenatal adalah seluruh ibu hamil yang ada di
wilayah kerja Puskesmas.
Pelayanan Kesehatan Balita sebagaimana dalam standar pelayanan
minimal :
a. penimbangan berat badan
b. pengukuran panjang badan/ tinggi badan
c. pemantauan perkembangan
d. imumsasi
e. pemberian vitamin A pelayanan ta sakåt
Sasaran pelayanan balita sehat adalah seluruh balita yang ada di wilayah
kcrja Puskesmas
Kriteria Puskcsmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) jika memenuhi kriteria:
a. ada tenaga terlatih/terorientasi PKPR
b. ada pedoman PKPR menyediakan layanan konseling bagi
remaia
Layanan untuk remaja di Puskesmas PKPR melalui pelayanan dalam
dan luar Gedung, mcliputi layanan medis termasuk pcrncriksaan pcnunjang
dan rujukannya, konseling, pernberian KIE dan Pendidikan Keterarnpilan
Hidup Sehat (PKHS), Pemberdayaan kader remaja baik di sekolah maupun
di masyarakat rnelalui posyandu remaja.
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Puskesrnas PKPR
mengikuti prinsip-prmsip menjamin privasi dan kerahasiaan,
mempromosikan kernandirian remaja tanpa mensyaratkan izin orang tua,
kebebasan berkunjung, biaya terjangkau/gratls, memperhatikan keadilan
dan kesetaraan gender.
Pelayanan kesehatan reproduksi Calon Pengantin (Cati_n) minimal
meliputi: anamnesa
b. pemeriksaan fisik
c. pemeriksaan Status gizi
d. pemeriksaan darah (hl), golongan darah)
e. skrining imunisasi
KIE Kesprocatin
Pelayanan kesehatan lanjut usia meliputi: skrining kesehatan
(pemeriksaan tekanan darah, pengkajian paripurna pengguna layanan
Geriatri, pemeriksaan lab sederhana: gula darah, kolesterol, asam urat.),
Anamnesa perilaku berisiko, pemeriksaan fisik, IMT, pengobatan, rujukan
dan pemberian Buku Kesehatan Iransia)
Untuk mencapai kinerja UKM Esensial KIA dilakukan upaya-upaya
promotif dan preventif berikut:
-50-

a. Pelaksanaan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita, minimal 50% desa
sudah mempunyai kelas ibu har-nil dan kelas ibu balita
b. Puskesmas sudah melakukan orientasi P4R
c. Puskesmas melaksanakan penyeliaan fasilitatif minimal 2 kali dalam
setahun
d. Peningkatan peran masyarakat dalam pemar,faatan buku KIA melalui
pelaksanaan kelas ibu balita, sosialisasi/orientasi kader kesehatan, gut-
u PAUD/KB/TK/RA dan kelompok BKB
e. Puskesmas PKPR menjangkau sasaran remaja di luar Gedung melalui
UKS baik di sekolah umum maupun SLB, pesantren, posyandu
remaja, pramuka, pelayanan ke panti/LKSA dan rutan anak/LPKA
Puskesmas melakukan kerja sama dengan KUA, Lembaga agama lin dan
LS, terkait Iainnya dalam mendorong catin untuk mendapatkan pelayanan
keschatan reproduksi, g, Puskesmas melakukan pelayanan kesehatan
reproduksi bagi catin Yang berkualitas dengan penycdiaan SDM dan sarana
prasarana untuk melakukan KIE dan skrining kesehatan
h. Petiiárifnatñri kohort reproduksi dalam bagi
catin dan pelayanan KB
i. Pelayanan Lansi.a di puskesmas Yang santun Iansia mengkuti
prinsipprinsip:
memberikan pelayanan Yang baik dan berkualitas memberikan
prioritas pclayanan kcpada Iansia dan pcnyediaan sarana Yang aman dan
mudah diakses memberikan dukungan /bimbingan pada Iansia dan
kcluarga seeara berkesinambungan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya melakukan pelayanan secara proaktif melalui kegiatan
pelayanan di luar gedung melakukan koordinasi dengan lintas program
dengan pendekatan siklus hidup dan melakukan kerjasama dengan lintas
sektor, organisasi kernasyarakatan rnaupun dunia usaha dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup Iansia.
Adanya dokumentasi hasil upaya-upaya pelaksanaan S indikator
utama (pelayanan antenatal terpadu, pelayanan kesehatan balita pelayanan
kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan
peduli rema_la, pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin yang
pelayanan kegehatan lanjut usia) beserta laporan kegiatan.
Adanya hasil evaluasi dari permasalahan kesehatan pelaksanaan
URM Esensial Kesehatan Keluarga yang dituangkan atau ditindaklanjuti
melalui RUK Puskesmas.
Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindaklanjut terhadap
capaian indikator kinerja pelayanan IJKM esensial dan upaya pencapaian
kinerja pelayanan UKM esensial KIA yang telah dilakukan.
Pencatatan dan pelaporan UKM Esensial Kesehatan Keluarga,
baik secara manual maupun elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat,
tepat waktu dan sesuai prosedur. Pelaporan kepada Dinas Kesehatan
Daemh Kabupaten/Kota dan/atau pihak lainnya mengacu kepada ketentuan
peraturan petundang-undangan yang berlaku,
-51-

Elemen Penilaian:
Tercapainya indikator kinerja pelayanan VKM Esensial Kesehatan Keluarga

2. Dilaksanakan upaya•upaya promotif dan preventif untuk


mencapai kinerja pelayanan UKM esensial Kesehatan Keluarga
sebageumana pokok pikiran, yang sudah tercantum di dalam
RPK sesuai dengan kebijakan, prosedur dan kerangka acuan
kegiatan yang telah ditetapkan (D.W.O)
3. Dilakukan pemantauan dan penilaian serta tindak lanjut
secara periodik dan berkesinambungan terhadap capaian
indikator dan upaya yang telah dilakukan. (D. W.O)
4, Disusun mncana tindak lanjut bcrdasarkan hasil pemantauan dan pcnilaian
yang terintcgrasi kc dalam RUK
5. Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
(D.W.O)

2.6.4. Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Gizi.

Pokok Pikiran;
Cakupan UKM Esensial Gizi diukur dengan 3 (tiga) indikator
utama berdasarkan prioritas masalah dan transñrmasi layanan
kesehatan primer di Puskesmas,
Ibu harnil KEK apabila tidak ditangani akan berisiko melahirkan
bayi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) yang menjadi salah satu
penyumbang masalah stunting.
ASI Eksklusif merupakan salah satu standar emas Pemberian
Makan Bayi dan Anak yang akan berkontribusi berkurangnya
kejadian Gizi Kurang dan stunting,
Surveilan gizi bcrupaya memantau secara terus mencrus
masalah•rnasalah yang terjadi agar bila ada masalah cepat
tertangani dan menjadi dasar untuk

Untuk mencapai kinerja pelayanan U KM Ésensial Gizi dilakukan


upayaupaya promotif dan preventif sebagai berikut:
a. Melaksanakan Surveilans Gizi, melalui:
-41 _

pengumpulan data dalam EPPGBM (elektronik


pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat)
pengolahan dan analisis data EPPGBM diseminasi
pernanfaatan data EPPGBM pernberian PMT kepada ibu
bamil KEK
pemberian *ITD kepada ibu hamil peniberiâñ 'TTD
pndâ reiiiâjá putri
b. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia kurang dari 6 bulan melalui:
• Pelaksanaan KIE ASI Ek8klu sif kepada ibu hamil dan ibu balita
• Pelaksanaan Langkah Keberhasilan Menyusui
• Pelaksanaan kegiatan Kelompok pendukung Ibu Menyusui dan
ibu balita
c. Pelaksanaan Tata Laksana Gizi Buruk pada balita, melalui:
Tersedianya Tim Asuhan Gizi yang kompeten dala.m
pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada balita
Puskesmas mempunyai Pedoman /NSPK/ SOP dalam Tata
Laksana
Gizi Buruk pada balita
Tersedianya pelayanan Tata Laksana Gizi Buruk (rawat
jalari/rawat inap)
Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak lanjut terhadap
capaian indikator kinerja pelayanan UKM esensial dan upaya
pencapai.an kinerja pelayanan U KM esensial Gizi yang telah
dilakukan meliputi:
a. Pelaksanaan EPPGBM yang memuat;
1) data sasaran scrta pernberian pmt bumil kck
2) pcmbcrian 'ITD pada ibu harnil
3) pemberian 'ITD pada remaja putri
dan
c. Adanya Tim Asuhan Gizi dalam penanganan dan Tata Laksana Gizi
Buruk, adanya pelaporan Gizi buruk yang telah ditindak lanjuti
d. Pelaksanaan KIE ASI Eksklusif pada ibu hamil dan ibu balita
Pclaksanaan konscling Pembcrian Makan Bayi dan Anak
Pencatatan dan pelaporan UKM Escnsial Gizi- baik secara manual maupun
elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat, tepat waktu dan sesuai
progedur. Pelaporari kepada Dinas Kesehatàii Daerah Kota
dan/atau pihak lainnya mengacu kepada ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.

Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM esensial Gizi. (R. D)


-53-
2. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif untuk mencapai
kinerja pelayanan UKM esensial Gizi sebagaimana pokok pikiran, yang
sudah tercantum di dalam RPK sesuai dengan kebijakan, prosedur dan
kerangka acuan kegiatan yang telah ditetapkan (D.W. O)
3. Dilakukan pemantauan dan penilaian serta tindak lanjut secara periodik
dan berkesinambungan terhadap capaian indikator dan upaya yang telah
dilakukan (D.W.O)
4. Dlsusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil pemantauan dan
penilaian yang terintegrasi ke dalam RUK (D.W .O)
5. Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
(D.W.O)
-42-

Kriteria
2.6.5. Cakupan dan pela ksanaan UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit

Pokok Pikiran:
Cakupan UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian Penyakit diukur
dengan 3 (tiga) indikator utama berdasarkan prioritas masalah dan
transformasi layanan kesehatan primer di Puskesmas.
Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit dilakukan upaya-upaya promotif dan preventif sesuai dengan
kebijakan, pedoman dan panduan yang berlaku.
Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindaklanjut terhadap capaian
indikator kinerja pelayanan UKM esensial dan upaya pencapaian kinerja
pelayanan UKM esensial Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang
telah

Pencatatan dan pelaporan UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit, baik sccara manual maupun elektronik, dilakukan sccara
Icngkap, akurat dan tepat waktu. Pelaporan kepada Dinas Kesehatan
Daerah Kàbupaten/Kota dan/atau pihak lainnya mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Elemen penilaian:
Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM esensial Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit. (R. D)
2. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif untuk mencapai kinerja
pelayanan UKM esensial Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagaimana
pokok pikiran, yang sudah tercantum di dalam RPK sesuai dengan kebijakan,
prosedur dan kerangka acuan kegiatan yang telah ditetapkan (D.W.O)
dan
berkesinambungan terhadap capaian indikator dan upaya yang telah dilakukan.
(D.W.O)
4. Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian
yang terintcgrasi ke dalam RVK (D.W.O)
5. Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
(D.w.O)

Standar
2.7. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan
Puskesrnas melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKMJ
Pengembangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.7.1. Cakupan dan pelaksanaan UKM Pengembangan

Pokok Pikiran:
Puskesmas melaksanakan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan berdasarkan permagalahan yang ada di wilayah
kerja.
Cakupan UKM Pengembangan diukur dengan 3 indikator utama
Pengembangan yang ditetapkan oleh Puskesmas.
Untuk mencapai kinerja UKM Pengembangan dilakukan upaya-
upaya promotif dan preventif sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak lanjut terhadap
capaian indikator kinerja pelayanan UKM Pengembangan dan
upaya pencapaian kinerja yang telah dilakukan.
Pencatatan dan pelaporan UKM Pengembangan, baåk secara
manual maupun elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat dan
tepat waktu. Pelaporan kepada Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota dan/atau pihak lainnya mengacu kcpada ketentuan
peraturan pcrundang-undangan yang berlaku.

Ele:men Penilaian:
Ditctapkan jenis - jenis pclayanan UKM Pcngembangan scsuai dcngan hasil
analisa. (R)
2. indikàtor kinerja UKM Pengefiibangan. (R,D) (lihat
juga KMP 1.8.1, URM 2.9.5)
3. Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif untuk mencapai kinerja
pelayanan UKM Pengembangan sebagaimana pokok pikiran (D. W. O)
Dilakukan pemantauan dan penilaian scrta tindak lanjut secara periodik dan
berkesinamhungan tcrhadap capaian indikator dan upaya yang tclah
dilakukan. (D.W.O)
5. Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D.W.O)
-55-
2.8. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja pelayanan UKM
Puskesmas dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja
pelayanan
Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan untuk mennai
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian dengan
rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat.
Pengawasan, pengendalian, penilaian kinerja pelayanan UKM
dilaksanakan dalam berEtuk pernantnuan dan supervisi pelaksanaan
kegiatan pelauanan (JKM dengan menggunakan indik_ator kinerja
pelayanan UKM.

Kriteria
2.8.1. Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM Puskesmas melakukan
supervisi untuk mengendalikan pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas
secara periodik.
Pokok Pikiran:
Perbaikan terhadap pclaksanaan pelayanan UKM Puskesmas perlu
dilakukan melalui pelaksanaan supervisi yang disusun secara periodik
dengan ja. dwal yang jelas.
Rencana dan jadwal kegiatan supervisi perlu diinformasikan kepada
koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM Puskesmas, sehlngga
pelaksana dapat mempersiapkan diri.
Kepala Puskesmas dan Penanggungiawab UKM Puskesmas
melaksanakan kegiatan supervisi dan bersama Koordinator Pelayanan dan
pelaksana kegiatan UKM Puskesmas merencanakan tindak lanjut
perbaikan dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas.
Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab (PJ) URM memberitahukan
kepada Koordinator Pelayanan terhadap rencana
pengawasan dan pengendalian
Supervisi adalah pengawasan terhadap proses, kegiat.an dan pelaksana
kegiatan yang sedang melaksanakan kegiatan , Tahapan pelaksanaan
supervisi sebagai berikut:
a) Penyusunan jadwal kegiatan supervisi diinformasikan kepada
koordinator dan pelaksana kegiatan UKM Puskesmas agar dapat
menyiapkan bahan yang diperlukan_
b) Baha.n persiapan adalah analisis secara mandiri terhadap tugas yang
akan disupetvisi meliputi jadwal, dan SOP kegiatan.
c) Supervisi dilakukan Olch Kcpala Puskcsmas bersama Penanggung
Jawab UKM yang dilaksanakan secara langsung di tempat kegiatan.
d) Jika ditemukan ketidaksesuaian atau hambatan dalam pelaksanaan
keeiatan pelayanan UKM, maka dilakukan pembahasan dan tindak
lanjut perbaikan

Penanggung Jawab UKM menyusun kerangka acuan dan jadwal supervisi


pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas. (R,D)
2. Kerangka acuan dan jadwal supervisi pclaksanaan pelayanan I.JKM
Puskesmas diinformasikan kepada koordinator pelayanan dan pelaksana
kegiatan UKM .
3. Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM Puskesmas
melaksanakan analisis mandiri terhadap proses pelaksanaan kegiatan I-
JKM Puskcsmas scbclum supervisi dilakukan. (D,W)
4. Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM Puskesmas melakukan
supervisi sesuai dengan kerangka acuan kegiatan supervisi dan jadwal
yang disusun. (D,W)
5. Kepala Puskesrnas dan Penanggung jawab UKM Puskesmas
menyampaikan hasil supervisi kepada Koordinator pelayanan dan
pelaksanan kegiatan (D ,W) 6. Koordinator pelayanan dan pelaksana
kegiatan t.JKM menindaklanjuti hasil supewisi dengan tindakan perbaikan
sesuai dengan permasalahan yang ditemukan. (D,W)

2.8.2. Penanggung jawab UKM wajib melakukan pernantauan dalarn upaya


pelaksanaan kegiatan UKM sesuai dengan jadwal yang sudah disusun agar
dapat mengambil langkah tindak lanjut untuk perbaikan.
Pokok Pikirant
Permasalahan atau ketidaksesuaian Yang dihadapi dalam pelaksanaan
kegiatan UKM terkait dengan waktu, tempat, akses sasaran, pelaksana dan
metode serta teknologi Yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan dapat
menyebabkan terjadinya perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan UKM.
Pernantauan terhadap pelaksanaan kegiatan UKM sesuai jadwal Yang
disusun pada bulan sebelumnya digunakan untuk menuntaskan
penyelenggaraan pelayanan UKM Puskesmas sesuai dengan rencana
pelaksanaan kegiatan Yang disusun.
Pelaksanaan pembahasan kesesuaian dilaksanakan dalam Lokakarya
Mini bulanan untuk menghasilkan jadwal pelaksanaan kegiatan pada bulan
berikutnya, dan dalam lokakarya mini triwulan untuk memantau per-an
lintas sektor terkait dalarn pelaksanaan pelayanan UKM.
Rencana pelaksanaan kegiatan Yang sedang dilaks.anakan dapat
direvisi bila perlu, sesuai dengan perubahan kebijakan pcmerintah dan/atau
perubahan kcbutuhan masyarakat atau sasaran, scrta usulan-usulan
pcrbaikan Yang rasional_
Perbâikati terhâdap jadwal kegiàtan dilâkukâii setiâP bulan
dan menjadi bagian dari pembahasan dalam lokakarya mini bulanan
Puskesmas.
Pergeseran jadwal bisa terjadi antar bulan atau dengan melaksanakan
perbaikan terhadap komponcn jadwal seperti tempat, waktu, sasaran
kegiatan, pelaksana, serta metodc dan teknologi.
Perubahan rencana pelaksanaan kegiatan dimungkmkan apabila terjadi
perubahan kebijakan pemerintah dan/atau perubahan kebutuhan
masyarakat dan sasaran, maupun hasil perbaikan dan pencapaian kinerja.
Perubahan rencana kegiatan memperhatikan usulan-usulan dari pelaksana,
lintas program, dan lintas sektor terkait.
Perubahan terhadap rencana tahunan harus dilakukan dengan alasan
Yang tepat sebagai upaya pencapaian Yang optimal dari kinerja.

Elemen Penilaian:
Dilakukan pemantauan kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap kerangka
acuan dan jadwal kegiatan pelayanan UKM. (D, W)
-57-
2. Dilakukan pembahasan terhadap hasil pernantauan dan hasil capaian
kegiatan pelayanan UKM Oleh Kepala Puskesmas, Penanggung jawab
UKM Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
dalam lokakarya mini bulanan dan lokakarya mini triwulan. (D, W)
3. Penanggung jawab UKM Puskesmas, koordinator pelayanan dan
pelaksana melakukan tindak lanjut perbaikan herdasarkan hasil
pernantauan. (D,W)
4. Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM bersama Lintas
Program dan Lintas Sektor terkait melakukan penyeguaian rencana
kegiatan berdasarkan hasil perbaikan dan dengan tetap mempertimbangkan
kebutuhan dan harapan masyarakat atau
5. Penanggung jawab UKM Puskesmas menginformasikan penyesuaian
rencana kegiatan kepada koordinator pelayanan, pelaksanan kegiatan,
Sasaran kegiatan, lintas program dan lintas sektor terkait. (D,W)

Kriteria
-58-

Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM melakukan upaya perbaikan


terhadap hasil penilaian capaian kinena pelayanan UKM

Pokok Pikiran :
Adanya ketetapan tentang indikator capaian kinerja pelayanan UKM
yang disusun berdasar Standar Pelayanan Minimal, Kebijakan/Pedoman
dari Kementerian Kesehatan, Kebijakan/ Pedoman dari Dinas Kesehatan
Provinsi, dan Kebijakan/Pedoman dari Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota dan kebijakan Puskesmas untuk ma sing- ma sing kegiatan
U KM.
Kegiatan pengumpulan hasil data capalan kinerja pelayanan UKM yang
tercantum dalam laporan pelaksanaan pelayanan UKM disampaikan kepada
UKM setiap bulan dengan tetap mexnperhatikan
periodisasL pembuatan dan pengumpulan laporan.
Penanggung jawab UKM dan koordinator pelayanan dan pelaksana
kegiatan UKM melakukan analisis terhadap capalan kinerja berdasarkan
indikator kinerja pelayanan UKM dan indikator mutu pelayanan VKM
yang telah dikumpulkan untuk rnclihat pcncapaian kincrja scsuai dcngan
target yang telah ditetapkan.

Elemen Penilaian:
Ditetapkan indikator kinerja pelayanan UKM. (R)
2. Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan URM melakukan
pengumpulan data capaian indikator kinerja pelayanan UKM sesuai dengan
periodisasi pengumpula_n yang telah ditetapkan. (D,W)
3. Penanggung Jawab UKM dan Koordinator pelayanan serta pelaksana
kegiatan melakukan pcmbahasan tcrhadap capaian kinerja bersama dcngan
lintas program„ (D,W)
4. Disusun rencana tindaklanjut berdasarkan hasil pembahasan capaian
kinerja pelayanan I.JKM_ (D ,W)
5. Dilakukan pelaporan data capaian kinerja beserta kcgåatan URM kepada
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota. (D)
6. Ada bukti umpan balik (feedback) dari Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/kota terhadap laporan upaya perbaikan capaian kinerja
pclayanan UKM Puskcsmas secara pcriodik. (D)
7. Dilakukan tindak lanj ut terhadap umpan balik dari Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/Kota. (D)

Kriteria
2.8.4. Penilaian kinerja terhadap penyelenggaraan pelayanan UKM dilaksanakan
secara periodik untuk menunjukan akuntabilitas dalarn pengelolaan
pelayanan UKM.
-59-

Pokok Pikiran;
• Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan
dan pelakgana kegiatan UKM bertanggung jawab dalam membudayakan
perbaikan kinerja secara berkesinambungan , konsisten dengan VISI, mi si
dan tujuan Puskesmas.
• Kepala Puskesmas bersama Penanggung Jawab UKM , koordinator
pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM menetapkan kebijakan dan
prosedur penilaian kinerja pelayanan UKM
• Kepala Puskesmas bersama Penanggung jawab UKM perdu melakukan
penilaian terhadap kinerja pelayanan t_JKM secara periodik.
• Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menunjukkan akuntabilitas dalam
pengelolaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas dan melakukan perbaikan
jika hasil penilaian kinerja tidak mencapai target yang diharapkan.
• Penilaian tersebut dilakukan dalam rapat Kepala Puskesmas bersama
dengan Penanggung jawab UKM Puskesmas, koordinator pelayanan dan
pelaksana kegiatan UKM.

Elemen Penilaian;
Kepala Puskesrna¶ Penanggung Jawab UKM , Koordinator pelayanan dan
pelaksana kcgiatan UKM mclakukan pembahasan pcnilaian kinerja paling
sedikit dua kali setahun (D,W)
2. Disusun tindak laniut terhadap hasil perñbahasan penilaiäñ kineria
pelayanan UKM (D,W).
3. Hasil penilaian kinerja dilaporkan kepada dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota (D)
Ada bukti umpan balik (feedback:) dari Dinas Kesehatan Daerah
Kahupatcn/kota terhadap laporan hasil penilaian kinerja pelayanan UKM
(D)
5. Hasil umpan balik (feedback) dari dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota ditindaklanjuti- (D)
Bab 3 Upaya Laboratorium
dan Kefarmasian

3.1. Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses penerimaan


pasien sampai dengan pemulangan dilaksanakan dengan
memperhatikan kebutuhan pasien dan mutu pelayanan.
Proses penerimaan danpemulanganpasien memenuhi kebutuhan pasien
dan
Pen
yelenggaraan pelayanan klinis mulai dari penerimaan pasien dilaksanakan
dengan efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pasien, serta
mempertimbangn bab dan hak dan kewajiban pasien dan keluarga.
Pokok Pikiran:
Puskesmas wajib meminta persetujuan urnum (general consent) kepada
pengguna layanan atau keluarganya yang berisi panggilan yang diinginkan,
persetujuan terhadap tindakan yang berisiko rendah, prosedur diagnostik,
pengobatan medis lainnya, batas-batas yang telah ditetapkan„ dan
persetujuan lainnya, termasuk peraturan tata tertib dan penjelasan tentang
hak dan kewajiban pengguna layanan
Persetujuan umum tersebut diminta pada saat pengguna layanan datang
pertama kali untuk rawat jalan dan setiap rawat inap.
Penerimaan pasien meliputi: pendaftaran pasien rawat jalan, pendaftaran
pasien rawat inap, dan menahan pasien untuk observasi atau stabilitasi.
Proses penerimaan pasien rawat inap didahului dengan mengisi formular
tambahan general consent yang berisi penyimpanan barang pribadi,
penggunaan jenis pakaian yang diinginkan, pilihan makanan dan
aktivitas, minat, privasi dan pengunjung.
Pasien dan masyarakat mendapat informasi tentang sarana pelayanan,
antara Jain; tarif, jenis pcJayanan, alur dan proses pcndaftaran, dan proses
pelayan an, rujukan, dan ketersediaan tempat tidur untuk Puskesmas
perawatan/rawat inap. Informasi tersebut tersedia di tempat pendaftaran
maupun menggunakan cara komunikasi massa lainnya dengan jelas, mudah
diakses, dan dipaharni oleh pasien dan masyarakat.
Untuk melindungi secara efektif dan mengedepankan hak pasien
Kepala Puskesmas dan penanggung jawab pelayanan klinis bekerja sarna
dan berusAha memahami tanggung jawab mereka dalam hubungannya
dengan komunitas yang dilayani.
Keselamatan pasien dan petugas sudah harus diperhatikan sejak pertama
pasien mendaftarkan diri ke puskesmas kontak dengan Puskesmas,
terutama dalam hal identifikasi pasien minimal dengan 2 identitas Yang
relatif tidak berubah: nama lengkap, tanggal lahir, atau nomor rekam
medis, dan tidak boleh menggunakan nomor karnar pasien atau lokasi
pasien dirawat.
Informasi tentang rujukan har-us tersedia di pendaftaran termasuk
ketersediaan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan FKRTL Yang memuat
jenis pelayanan Yang disediakan.
Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang
pelayanan Yang diterimany•a adalah dengan cat•a memberikan informed
consent (mengacu pada peraturan perundang-undangan Yang berlaku).
Dalam keadaan pasian adalah anak di bawah umur atau individu Yang
tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan Yang tepat maka Yang
membcri persetujaun mengacu pada peraturan perundangan- Informed
consent dapat diperoleh pada berbagai titik waktu dalam proses pelayanan.
Misalnya, informed consent diperoleh ketika pasien masuk rawat inap dan
sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu Yang berisiko. Informasi
dan penjelasan tentang infomed consent di berikan Oleh dokter Yang
bertanggung jawab Yang akan melakukan tindakan atau dokter Iain
apabila dokter Yang bcrsangkutan berhalangan namun tetap dcngan
sepengctahuan dokter Yang bertangjawab tersebut.
Penjelasan tentang tindakan kedokteran minimal mencakup:
a) Tentang tt&juan dan prospek keberhasilan tindakan medis Yang akan
dilakukan.
b) Tentang tatacara tindak medis Yang akan dilakukan.
c) Tentang risiko
d) Tentang risiko dan komplikasi Yang mungkin terjadi.
Tentang alternative tindakan medis Iain Yang tersedia dan risiko-
t) Tentang prognosis penyakit, bila tindakan dilakukan.
g) Diagnosis
Pasien dan keluarga dijelaskan Oleh petugas Yang berwenang
memberikan penjelasan: tentang tes/tindakan, prosedur, dan pengobatan
mana Yang memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka dapat
memberikan persetujuan (misalnya, diberikan secara lisan, dengan
menandatangani formulir pcrsetujuan, atau dengan cara Iain), Pasicn dan
kcluarga memahami isi penjelasan dan siapa Yang berhak untuk
memberikan persetujuan selain pasien.
Pasien atau mercka Yang membuat keputusan atas nama pasicn, dapat
memutuskan untuk tidak melanjutkan pelayanan atau pengobatan Yang
direncanakan atau meneruskan pelayanan atau pengobatan setelah kegiatan
dimulai, terrnasuk menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan Yang lebih
memadai.
Pemberi pelayanan wajib memberitahukan pagien dan keluarganya
tentang hak mereka untuk metiibuat keputusan, potensi hasil dari
-62-

keputusan tersebut dan tanggungjawab mereka berkenaan dengan


keputusan tersebut. Jika pasien atau keluarga menolak, maka pasien atau
keluarga diberitahu tentang alternatif pelayanan dan pengobatan, yaitu
alternatif tindakan pelayanan atau pengobatan, misalnya pasien diare
menolak diinfus maka pasien diedukasi agar minurn air dan oralit sesuai
kondisi tubuh pasien Puskesmas melayani berbagai populasi masyarakat,
terrnasuk diantaranya pasien dengan kendala Clan/ atau berkebutuhan
khusus, antara Iain: balita, ibu hamil, disabilitas, lanjut usia , kendala
bahas.a, budaya, atau kendala Iain Yang dapat berakibat terjadinya
hambatan atau tidak optimalnya proses asesmen maupun pemberian asuhan
klinis. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi pasien dengan risiko, kendala
dan kebutuhan khusus serta dlupayakan kebutuhannya.
Untuk meneegah terjadinya transmisi infeksi diterapkan protokol
kesehatan yang meliputi: penggunaan masker, jaga jarak antara orang yang
satu dan yang lain, dan pengaturan agar tidak terjadi kerumuan orang,
mulai dari pendaftaran dan di semua area pelayanan.
Elemen Penilaian:
Puskesmas menyediakan informasi yang jelas, mudah diphamai dan mudah
diakses tentang tarif, jenis pelayanan, alur dan proses pendaftaran, alur dan
proses pelayanan, rujukan, dan ketersediaan tempat tidur untuk Puskesmas
perawatan/rawat inap (D,W) _
2. Pendaftaran dilakukan sesuai dengan kebijakan, pedoman, protokol
kesehatan dan prosedur yang ditetapkan dengan menginformasikan hak
dan kewajiban serta memperhatikan keselamatan pasien (R, O, W, S)
3. Persetujua.n umum diminta saat pertama kali pasien masuk rawat jalan
dan setiap kali masuk rawat inap (D ,W)
4. Pasien/keluarga pasien mempemleh informasi mengenai tindakan
medis/pengobatan tertentu yang berisiko yang akan dilakukan sebelum
memberikan persetujuan atau penolakan (informed consent), termasuk
konsekuensi dari keputusan penolakan tersebut, (D)
Tersedia kebýaka.n dan prosedur yang mangatur iden tifikasi dan
pemenuhan kebutuhan pasien dengan risiko, kendala dan kebutuhan
khusus.

Standar
3.2. Pengkajian, Rencana Asuhan, dan Pemberian Asuhan dilaksanakan secara
paripurna.
pelaksannan pelayanan oleh petugas k_esehatan profesionnl dan/atau tim
kesehattxn profesi ÿttttg digunaktiii untak mettÿüSütt kept.ttžstût läÿã*iãtt
klinis. Pelaksanaart astzhan dan pendidikan pasien/keluarga dilaksanakan
sesuai rencana yang disusun, dipandu oleh kebijakan dan prosedur, dan
sesuai dengczn peraturan yang berlaku
-63-

3.2.1. Penapisan (skrining) dan proses kajian awal dilakukan secara paripurna dan
mencakup berbagai kebutuhan dan harapan pasien / keluarga dan mencegah
penularan infeksi. Asuhan pasicn dilaksanakan bcrdasarkan rencana asuhan
medis, keperawatan, dan asuhan klinis yang lain dengan memperhatikan
kebutuhan pasien, dan berpedoman pada panduan praktik klinis.

Pikiran;
Penapisan (skrining) dilakukan sejak awal dari penerimaan pasien untuk
memilah pasien sesuai dengan kernungkinan penularan infeksi kebutuhan
pasicn, dan kondisi kegawatan, yang dipandu dengan proscdur skrining
yang dibakukan.
Proges kajian pasien merupakan proses yang berkeginambungan dan
dinamis, baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap„ Proses
kajian pasien menentukan efektivitas asuhan yang akan dilakukan. Kajian
pasien meliputi:
l) Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisik, psikologis,
status sosial, dan riwayat penyakit. Untuk mendapatkan data dan
informasi tersebut dilakukan anamnesis (data Subjektif — S),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (data Objektif = O).
2) Analisis data dan informasi yang dipemleh yang menghasilkan
masalah, kondisi, dan diagnosis untuk mengidentifikasi kebutuhan
pasien (asesmen a tau analisis A)
3) Membuat reneana asuhan (Pereneanaan asuhan P), yaitu
menyusun solusi untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan
pasien.
Pndá gant pertâriiá kali diteririiâ diláktikñti knjiâri awal, untuk
selanjutnya dilakukan kajian ulang secara berkesinambungan baik pada
pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap sesuai dengan perkembangan
kondisi kesehatannya.
Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis, keperawatan/kebidanan, dan
disiplin yang lain meliputi: statu s fisis/ neurologis/mental,
psikososiospiritual, ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat alergi, asesmen
nyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi tubuh),
asesmen risiko gizi, , kebutuhan edukasi, dan rencana pernulangan„ Pada
Saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah pasicn mengalami
kesakitan atau nyeri. Nye:ri adalah bentuk pengalarnan sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya
kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi kerusakan jaringan atau
suatu keadaan yang menunjukkan ken-lsakan jaringan.
Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan oleh
tenaga professional yang kompeten_ tenaga profesional yang kompeten
adalah tenaga yang dalam rnelakgnnakan profesinya dipandu oleh standar
dan kode etik profesi, dan mempunyai kompetensi sesuai dengan
pendidikan dan pelatihan yang dimiliki, dan dapat dibuktikan dengan
adanya sertifikat kompete nsi.
Proses kajian tersebut dapat dilakukan seca_ra individual atau jika
diperlukan oleh tim kesehatan antar profesi yang terdiri dari dokter, dokter
-64-

gigi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain sesuai
dengan kebutuhan pasien. Jika dalam pernberian asuhan diperlukan tim
kesehatan, maka harus dilakukan koordinasi dalam penyusunan rencana
asuha_n terpadu.
Pasien mernpunyai hak untuk mcngambil kcputusan tcrhadap asuhan
yang diperoleh,
Pasien/kcluarga diberi peluang untuk bckcrjasama dalam menyusun
rencana asuhan klinis yang akan dilakukan.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kaJian yang dinyatakan
dalam bentuk diagnosis dan asuhan yang akan diberikan, dengan
memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, gosial, spiritual, serta
memperhatikan nilainilai budaya yang dimiliki oleh pasien, dan mencakup
komunikasi, informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga.
Perubahan rencana asuhan ditentukan berdasarkan hasil kajian
lanjut sesuai dengan perubahan kebutuhan pasien.
Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang untuk
melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi tertentu kepada
perawat, bidan atau tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain secara
tertuLis- Pelimpahan wewenang tersebut hanya dapat dilakukan dalam
keadaan tenaga medis tidak berada ditempat, dan/atau karena keterbasatan
ketersediaan tenaga medis.
Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis tersebut
dilakukan dengan ketentuan:
1) Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan
keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan
2) Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan
pcmbcri pelimpahan
3) Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang
dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan
yang diberikan
4) Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis
sebagai dasar pelaksanaan tindakan
5) Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
Asuhan Pasien diberikan oleh tenaga sesuai kompetensi
lulusan dengan kejelasan rincian wewenang menurut peraturan
perundangan-undangan. Pada kondisi tertentu misalnya kasus
penyakit niberculosis dengan malnutrisi maka perlu penanganan
secara terpadu dari dokter, nutrisionis dan penanggung jawab
prograrn TB, pasien memerlukan asuhan terpadu yang meliputi
asuhan medis, asuhan keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan
kesehAtan yang lain, sesuai dengan kebutuhan pasien.
Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada
kerjasama antara petugas kesehatan dan pasien/keluarga. Pasien/
keluarga perlu mendapatkan penyuluhan kesehatan dan edukasi
yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien,
dengan pendekatan komunikasi interpersonal antara pasien dan
-65-

petugas kesehatan, dan menggunakan bahasa yang mudah


dipahami, agar mereka dapat berperan aktif dalam proses asuhan
dan memahami konsekuensi asuhan yang diberikan.
Elemen Penilaian:
Dilakukan penapisan (skrining) dan pengkajian awal secara paripurna oleh
tenaga yang kompeten untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan sesuai
panduan praktik klinis, termasuk penangan nyeri-dan dicatat dalam rekam
medik (R, D, O, W)
2. Dalam keadaan tertentu jika tidak tersedia tenaga medis, dapat
dilakukan pelimpahan wewenang tertulis kepada perawat dan/ atau bidan
yang telah mengikuti pelatihan, untuk melakukan kajian awal medis dan
pemberian asuhan media sesuai kewenangan delegatifyang diberikan.
(R,D)
3. Rencana asuhan dibuat berdasarkan hasil pengkajian awal, dilaksanakan
dan di monitor, serta direvisi berdasarkan hasñ kajian lanjut sesuai
perubahan kebutuhan pasien (D ,W).
4. Dila_kukan asuhan pasien termasuk jika diperlukan asuhan secara
kolaboratif sesuai rencana asuhan dan panduan praktik klinis dan/atau
prosedur-prosedur asuhan klinis, agar tidak terjadi pengulangan yang tidak
perlu dan tercatat di rekarn medis. (D, W)
5. Dilakukan penyuluhan/ pendidikan kesehatan dan evaluasi serta
tindaklanjut bagi pasien dan keluarga dengan metode yang dapat dipahami
01 eh pasien dan keluarga. (D,O)

3,3. Pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan segera sebagai prioritas


pclayanan.
Tersedia pelayanan gawat darurat yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan
darurat, mendesak atau segera
Kriteria
3.3.1. Pagien gawat dan.lrat diberikan prioritag untuk agesmen dan pelayanan
segegera mungkin sebagai bentuk pelakganaan triase.
Prosedur penanganan pasien gawat darurat disusun berdAsar panduan
praktik klinis u ntuk penanganan pasien gawat darurat dengan referens i
yang dapat dipertanggungiawabkan
pokok Pikiran:
Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada
pedornan tata laksana triase sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan-
Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas dengan penentuan
atau penyeleksian pasien yang harus didahulukan untuk mendapatkan
penanganan, yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
berdasarkan:
a) ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
-66-

b) dapat meninggal dalam hitungan jam


c) trauma rmgan
d) sudah me ninggai
Pasien-pasien tersebut didahulukan diperiksa dokter sebelum pasien yang
lain, mendapat pelayanan diagnostik sesegera mungkin dan diberikan
perawatan sesuai dengan kebutuhan.
Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk yaitu bila tidak
terscdia pelayanan di Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan pasien
dengan kondisi emergensi dan pasien memerlukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.
Dalam pcnanganan pasicn dengan kcbutuhan darurat, mendesak, atau
segera, termasuk melakukan deteksi dini tanda tanda dan gejala penyakit
menular misalnya infeksi melalui udara/ airborne.

1. Pasien diprioritaskan atas dasar kegawatdaturatan sebagai tahap triase


sesuai dengan kebiiakan, pedoman dan prosedur yang ditetapkan. (W, OS)
2. Pasien gawat darurat yang perlu dirujuk ke FKRTL, diperiksa dan
dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sesuai kemampuan Puskesmas dan
dipastikan dapat di terima di FKRTL sesuai dengan kebijakan,
dan prosedur yang ditetapkan. (DO)

3.4. Pelayanan anastesi lokal dan tindakan di Puskesmas dilaksanakan


sesuai standar-
Tersedia pelayanan anestesi lokal dan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan

Kriteria
3.4.1. Pclayanan anestcsi lokal di Puskesmas dilaksanakan scsuai standar dan
pcraturan pcrundang•undangan yang berlaku.

Pokok Pikiran:
Dalam pelayanan rawat jalan maupun rawat inap di Puskesmas
terutama pelayanan gawat darurat, pclayanan gigi, dan kcluarga
berencana kadangkadang mernerlukan tindakan tindakan yang
membutuhkan lokal anestesi. Pelaksanaan anestesi lokal tersebut
harus memenuhi standar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. serta kebijakan dan prosedur yang berlaku di Puskesmas.
Kebijakan dan prosedur memuat:
a) penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara dewasa,
geriatri dan anak atau pertimbangan khusus
b) dolcumcntasi yang dipcrJukan untuk dapat bckerja dan berkomunikasi
efektif
-67-

c) persyaratan persetujuan khusus


d) kualifikasi, kompetcnsi, dan keterampilan petugas pelaksana
e) ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi
t) teknik melakukan anestesi lokal
g) frekucnsi dan jenis bantuan resusitasi jika diperlukan
h) tata laksana pemberian bantuan resusitasiyang tepat
i) tata lakgana terhadap komplikasi
j) bantuan hidup dasar

l. Pelayanan anestesi lokal dilakukan oleh tenaga kesehatan Yang kompeten


sesuai dengan kebiiakan dan prosedur . (D, O, W)
2. Jenis, dosis dan teknik anestesi lokal dan pernantauan status fisiologi pasien
selama pemberia_n anestesi lokal oleh petugas dan dicatat dalam rekam
medis pasien (D)

Standar
3.5.
peraturan perun dang-undangan
Terapi gizi dtberikan sesuai de ngan status gizi pasien secara regular,
sesua_i dengan rencana asuhem, urnur,. budaya dan bi/a Pasien berperan
serta aalam perencanaan dan seleksi makanan.
Kriteria
3,5, 1. Pemberian terapi makanan dan terapi gizi sesuai dengan status gizi pasien dan
konsisten dengan asuhan klinis tersedia secara reguler.

Pokok Pikiran
Terapi gizi adalah pelayanan gizi Yang diberikan kepada pasien (klien)
berdasarkan pengkajian glzi, Yang meliputi terapi diit, konseling gizi dan
Pemberian makanari khusus dalam rangka penÿembuhan pasien.
Kondisi kesehatan dan proses pemulåhan pasien membutuhkan asupan
makanan dan gizi y ang memadai, oleh karena itu makanan perlu
disediakan secara regular. seguai dengan rencana asuhan, umur, budaya,
dan bila dirnungkinkan pilihan Pasien berperan serta da
perencanaan dan seleksi makanan.
Pemesanan dan pemberian makanan dilakukan sesuai dengan status gizi
dan kebutuhan pasien.
Penycdiaan bahan. Penyiapan, penyimpanan. pcnanganan makanan har-
us dimonitor untuk rncmastikan kcamanan dan scsuai dengan pcraturan
perundangan dan praktik terkini. Risiko kontaminasi dan pembusukan
diminirnalkan dalam proses tersebut.
Setiap pasien har-us mengonsurnsi makanan sesuai dengan standar
angka kecukupan gizi
Angka Kecukupan GiŽi adalah suatu nilai keeukupati rata-rata Žat giŽi
setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin,
ukuran tubuh , aktivitas fisik untuk mencapai derajat kesehatan Yang
optimal Terapi Gizi kepada pasien dengan resiko gangguan gizi di
Puskesmas diberikan secara reguler sesuai dengan rencana asuhan
-69-

berdasarkan hasil penilaian Status gizi dan kebutuhan pasien sesuai Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Yang tercanturn di dalam Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas.
Terapi Gizi kepada pasien rawat inap harus dicatat dan
didokumentasikan didalarn Rekam Medis dengan baik,
Kcluarga pasien dapat berpartisipasi dalam menyediakan makanan bila
sesuai dan konsisten dengan kajian kebutuhan pasien dan rencana asuhan
dengan sepengetahuan dari petugas kcsehatan Yang berkompeten dan
disimpan dalarn kondisi Yang baik untuk mencegah kontaminasi
Elemen Penilaian
Disusun rencana asuhan gizi berdasar kajian kebutuhan gizi pada pasien
sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pasien_ (D)
2. Makanan disiapakan dan digimpan dengan cara Yang baku untuk
mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan (D,W).
3. Distribusi dan pemberian makanan dilakukan sesuai jadwal dan pemesanan
dan didokumentasikan. (D, W)
4. Pasien Clan/ atau keluarga diberi edukasi tenta_ng pembatasan diit pasien
dan keamanan/kebersihan makanan, bila keluarga ikut menyediakan
makanan bagi pasien. (Dj
S. Proses kolaboratif digunakan untuk merencanakan, memberikan dan
memantau terapi gizi. (D,W)
6. Respons pasien terhadap terapi gizi dipantau dan dicatat dalam rekam
medisnya. (D)

3.6. Pemulangan dan tindak Ianjut pasien dilakukan sesuai dengan prosedur
Yang ditetapkan
Pemulangan dan tindak lanjut pasien dilakukan dengan prosedur Yang tepat.
Jika pasien memerlukan ruiukan ke fasüitas kesehatan Yang Iain, rt4jukan
pasien Sarana
dintur dengan hebijak,an dan prosedur gangjeðns.

3.6.1 Pemulangan dan tindak lanjut pasien Yang bertujuan untuk kelangsungan
layanan dipandu Oleh prosedur Yang baku

pokok Pikiran;
Untuk menjamin kesinanvbungan pelayanan, maka perlu ditetapkan
kebijakan dan prosedur pemulangan pasien dan tindak lanjut.
Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan Yang Iain menyusun
rencana pemulangan bersama dengan pasien/keluarga. Rencana
pemulangan tersebut berisi instruksi dan/ atau dukungan Yang perlu
dibcrikan baik Olch Puskcsmas maupun keluarga pasien pada Saat
pemulangan maupun tindak lanjut di rumah, scsuai dcngan hasil kajian
Yang dilakukan.
-70-

Pemulangan pasicn dilakukan bcrdasar kritcria Yang ditctapkan Olch


dokter/dokter gigi Yang bertanggung jawab terhadap pasien untuk
memastikan bahwa kondisi pasien layak untuk dipulangkan dan akan
memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan, misalnya pasien
rawat jalan Yang tidak mernerlukan perawatan rawat inap, pasien rawat
inap tidak lagi memerlukan perawatan rawat inap di Puskesmas, pasien
Yang karena kondisinya memerlukan rujukan ke FKRTL, pasien Yang
karena kondisinya dapat dirawat di rumah atau rumah perawatan, pasien
Yang menolak untuk perawatan rawat inap, pasien/ keluarga Yang meminta
pulang atas permintaan sendiri.
Resume pasien pulang membe:rikan gambaran tentang pasien selama rawat
Inap. Resume ini berisikan :
a) Riwayat keseha tan, hasil perneriksaan fisik, perneriksaan diagnostic
b) Indikasi pasien rawat inap, diagnosis dan kormobiditas Iain
c) Prosedur tindakan dan terapi Yang telah diberikan
Obat Yang sudah diberikan dan Obat untuk pulang
Kondisi kesehatan pasien
t) Instruksi tindak lanjut dan dijelaskan kepada pasien, termasuk nomor
kontak yang dapat dihubungi dalam sima si darurat
Informasi tentang resume pasien pulang yang diberikan kepada pasien/
keluarga pada saat pemulangan atan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lain
diperlukAt1 agar pasien /kell.ıarga memahami tindak lanjut yang perlu
dilakukan untuk mencapai hasil pelayanan yang optimal. Resume Meclis
pasien paling sedİkİt terdirİ darİ :
a) Identitas Pasİen
b) Dİagnosİs Maşuk dan İndikasİ pasien dirawat
c) Ringkasan hasil pemeriksaan fişik dan penunjang, diagnosis akhir,
pengobatan dan rencana tindaklanjut pelayanan kesehatan
d) Nama dan tanda tangan Dokter atau Dokter gigİ yang menıberikan
pelayanan kesehatan
Resume Meclis yang diberİkan kepada pasien saat pulang d.arİ rawat İnap
terdiri çJari
a) Data umum pasicn
b) Anamncsis (riwayat pcnyakit dan pengdbatan)
c) Pemeriksaan
d) Terapi, tindakan dan atau anj uran
Elemen Penilaian:
Dokter/dokter gigİ, perawat/bidan, dan pemberİ asuhan yang lain
melaksanakan pemulangan, rujukan dan asuhan tindak lanjut sesuai dengnn
rencnnn yang digugun dan kriterin pemulnngan. (D)
2. Resume medis dibexikan kepada pasien dan pih.ak yang bekepentingan saat
pemvl•mga" atau rujukan. (D, O, W)
-71-

Rujukan dilaksanakan apabİIa pasien memerlukan penanganan yang bukan


merupakan kompetensi darİJasİIİtas kesehatan tingkat pertama

Kriteri.
3.7. I Pe laksanaan rujukan dilakukan ai dengan ketentuan kebijakan dan prosedür
yang telah ditetapkan dan mengacu pada ketentuan peraturan

Pokok Pikiran:
Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh
Puskesmas, maka pasien hams dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu
menyedinkan pelayanan berdagarkan kebutuhan pagien, baik ke FKTRL
Puskesmas lain, home care dan paliatif.
Untük memastikAii köntİnuİtâS pelAYAitai-i, infötmasi tentang
köhdİSİ pasien dituangkan dalam surat penganiar rujukan, yang melİputİ:
kondİsİ klinis pasien, prosedür, dan pemerİksaan yang telah dilakukan dan
kebutuhan pasien lebih lanjut,
Proses rujukan harus diatur dengan kebijakan dan prosedür termasuk
alternatif rujukan sehingga pasien dijamİn mempcroleh pclayanan yang
dibutuhkan di tempat rujukan pada saat yang tepat.
Komunİkasİ dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu dilakukan
untuk memastikan kemampuan dan ketersediaan pelayanan di FKRTL,
Pasien yang akan dirujuk dilakukan stabilisasi sesuai dengan standar
rujukan
Pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk
memperoleh informasi tentang rencana rujukan,
meliputi: alagan rujukan, fasilitas kesehatan Yang
dituju, termasuk pilihan fasilitas kesehatan
Iainnya, jika ada. sehingga pasien/keluarga dapat
memutuskan fasilitas Yang mana Yang dipilih, serta
kapan rujukAn harus dilakukan.
Jika pasien perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan
Yang Iain, wajib diupayakan proses rujukan
berjalan sesuai dengan kebutuhan dan pilihan
pasien agar pasien memperoleh kepastian mendapat
pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan pilihan
tersebut dengan konsekuensinya_
Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan
pasien (misalnya kebutuhan transportasi, petugas
kompeten Yang mendampingi. sarana medis dan
keluarga Yang menemani termasuk pilihan fasilitas
kesehatan rujukan) selama proses rujukan.
Selama proses rujukan pasien secara langsung,
pernberi asuhan Yang kompeten terus memantau
kondisi pasien, dan fasilitas kesehatan penerima
-72-

rujukan diberi resume tertulis mengenai kondisi


klinis pasien dan tindakan Yang telah dilakukan.
Pada saat serah terima di tempat rujukan, petugas Yang mendampingi
pasien memberikan informasi seeara lengkap (SBAR)
tentang kondisi pasien kepada petugas penerima
transfer pasien.

Pasien/keluarga pasien memperoleh informasi


rujukan dan memberi persetujua.n untuk dilakukan
rujukan berdasarkan kebutuhan pasien dan kriteria
rujukan untuk menjamin kelangsungan layanan ke
fasilitas kesehatan Yang Iain (D, W)
2. Dilakukan komunikasi dengan fasilitas
kesehatan Yang menjadi tujuan rujukan dan tindakan
stabilisasi pasien sebelurn dirujuk sesuai kondisi
pasien, indikasi medis dan kernampuan dan wewenang
Yang dimiliki agar keselamatan pasien selama
pelaksanaan rujukan dapat terjamin. (D,W)
3. Dila_kukan serah terima pasien Yang disertai
dengan informasi Yang lengkap (SBAR) kepada
petugas.

3.7.2 Dilakukan tindak lanjut terhadap rujukan balik dari FKRTL

Pokok Pikiran:
Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, pasien
Yang dirujuk balik dari FKRTL dilaksanakan tindak
lanjut sesuai dengan umpan balik rujukan dan
dicatat dalam rekam medis.
Jika Puskesmas meñerirña balik rüjükÃñ pasien
dari fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut
atau fasilitas kesehatan Iain, maka tindak lanjut
di lakukan sesuai prosedur Yang berlaku melalui
proses kajian dengan memperhatikan rekomendasi
umpan balik rujukan.
Dalam pelaksanaan rujuk balik harus dilakukan
monitoring dan dokumentasi proses pelaksanaan
rujuk balik.
Elemen Penilaian:
1. Dokter/dokter gigi penangggung jawab
pelayanan melakukan kajian ul.ang kondisi medis
sebelum menindaklanjuti umpan balik dari FKRTL
sesuai dengan kebijakan dan prosedur Yang
ditetapkan, (D,O)
-73-

2. Dokter/dokter gigi penanggung jawab


pelayanan rnclakukan tindak lanjut terhadap
rekomendasi umpan balik rujukan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur Yang ditetapkan.
3. Monitoring dalam proses rujukan balik harus di catat dalam form
monitoring. (D)

Standar
3.8 Penyelenggaraan Rekam Medis
Puskesmas wajib menyelenggarakan rekarn medis Yang berisi dato dan
i.ýorm:asi asuhan pasien gang dibutuhkan untu_k pelayanan pasien, dan
dapat di.ákses ölëh ÞëtuOãS kesehattüi pentberiaži astahajt, dan
pihak di Itzar organisasi Yang diberi hak akses terhadap rekom medis untuk
kepentingan pasten, asuransi, sesuat peraturan perundang-undangan.

3.8.1 Tata kelola penyelenwtraan reka.rn medis dilakukan sesuai dengan


ketentuan peraturan peru ndang-undangan_

Rekam medis merupakan sumbcr informasi utarna mengenai


proses asuhan dan perkembangan pasien, sehingga menjadi media
komunikasi Yang penting. Agar informasi ini berguna dan
mendukung asuhan pasien secara berkelanjutan, maka rekam medis
harus tersedia selama asuhan pasien dan setiAp Saat dibutuhkan,
serta dijaga untilk selalu mencatat perkcmbangan terkini d ari
kondisi pasien.
Rekam medis dapat berbentuk manual maupun elektronik. Rekam
medis elektronik adalah rekam medis Yang dibuat dan disimpan
dalam bentuk digital.
Perlu dilakukan standarisasi kode diagnosa, kode
prosedur/tindak.an, simbol dan singkatan Yang digunakan dan tidak
bojeh digunakan, serta dimonitor pelaksanaannya untuk mencegah
kesalahan komunikasi dan pemberian asuha.n pasien serta dapat
mendukung pengumpulan dan analisis data. Standatisasi tersebut
hams konsisten dengan standar lokal dan nasional. Dokter,
perawat, bidan, dan petugas pemberi asuhan Yang Iain bersamasama
menyepakati isi rekam medis sesuai dengan kebutuhan informasi
Yang perlu ada dalarn pelaksanaan asuhan pasien,
Penyelenggaraan Rekam Medis dilakukan secara berurutan dari
sejak pasien masuk sampai pasicn pulang, dirujuk atau meninggal,
meliputi kegiatan .
a. Registrasi pasicn
b. Pendistribusian rekam medis
c. Isi rekam medis dan pengislan informasi klinis
d. Pengolahan data dan pengkodean
-74-

Klaim pernbiayaan
Penyimpanan rekam medis
g. Penjaminan mutu
Pelepasan Lnformasi kesehatan
1. Pemusnahan rekam medis
Efe-k Obat, efek samping Obat, dan kejadian alergi
didokumentasikan dalarn rekam medis.
Jika dijumpai adanya riwayat alergi Obat, maka riwayat
alergi tersebut harus didokumentasikan sebagai informasi
klinis dalam rekam medis.
Rekam medis diisi Oleh setiap Dokter, Dokter gigi,
dan/atau Tenaga Kesehatan Yang melaksanakan pelayanan
kesehatan perseorangan
Apabila terdapat lebih dari satu tenaga Dokter, Dokter gigi
dan/atau Tenaga Kesehatan dalam satu fásilitas kesehatan,
maka rekam medis dibuat secara terintegrasi.
Setiap catatan dalam rekam medis harus lengkap dan jelas
menc:antumkan nama, waktu dan tanda tangan Dokter,
Dokter gigi dan/atau Tenaga Kesehatan yang memberikan
pelayanan secara berurutan sesuai waktu pelayanan
Dalam hal terjadi kesalahan dalam peneatatan Rekam
Medís, Dokter, Dokter gigi, dan/atau Tenaga Kesehatan lain
dapat melakukan koreksi dengan cara mencoret 1 (satu) garis
tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan, diparaf dan
diberi tanggal, dalam hal diperlukan penambahan kata atau
kalimat diperlukan paraf dan tanggal
Isi rek.am medis rawat jalan, paling sedikit meliputi:
Identitas pasien
Tanggal dan waktu
Hasil anamnesis, sekurang-kut•angnya keluhan
dan riwayat penyakit penyaki t.
Hasil perneriksaan fisik dan penunjang medik
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan/ atau tindakan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Persetujuan dan penolakan tindakan jika dipcrlukan
Untuk pasien ka sus gigi dilengkapi dengan odontogram
klinik
Nama dan tanda tangan Dokter, Dokter gigi dan atau
Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
Isi rekam medis pasien rawat inap sekurang-kurangnya
memuat: Identitas pasien
Tanggal dan waktu
-75-

Hasil anamnesis, meneakup sekurang-kurangnya keluhan


dan riwayat kit.
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan/ atau tindakan
Persetujuan tind alcan jika diperlukan
Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
Ringkasan pulang (discharge summary)
Narna dan tanda tangan Dokter, Dokter gigi dan atau
Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
Pelayanan lain yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan
tertentu
Untuk pasicn kasus gigi dilcngkapi dengan odontogram
klinik
Nama dan tanda tangan dokter. Dokter gigi atau tcnaga
keschatan tertentu yang membcrikan pclayana keschatan.
Rekam Medis untuk pasien gawat darurat, ditambahkan :
Identitas pasien
Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kegehatan
Identitas pengantar pasien
Tanggal dan waktu
Hasil anamnesis, meneakup sekurang-kurangnya keluhan
dan riwayat penyakit.
Hasil perneriksaan fisik dan penunjang medik Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan/ atau tindakan
Ringkasan kondisi pasien sebelum menmggalkan
pelayanan di unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut
Nama dan tanda tangan Dokter, Dokter gigi dan atau
Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan Iain
Pelayanan Iain yang telah diberikan kepada pasien
Puskesmas menetapkan dan melaksanakan kebijakan
penyimpanan berkas rekam medis dan data sertA informasi
Iainnya. Jangka waktu penyimpanan rekam medis, data dan
informasi Iainnya terkait pasien sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku guna mendukung asuhan paslen,
manajemen, dokurnentasi yang sab secara hukum, pendidikan
dan penelitian.
Kebijakan tentang penyimpanan (retensi) rekam medis
konsisten dengan kerahasiaan dan keamanan informasi
tersebut. Berkas rekam rnedis, data dan informasi dapat
dimusnahkan setelah melampui periode waktu penyimpanan
-76-

sesuai peraturan perundangan, kecuali ringkasan pulang dan


persetujuan tindakan medik

Penyelenggaraan Rekam Medis dilakukan secara berurutan dari sejak


pasien masuk sampai pasien pulang, dirujuk atau meninggal, meliputi
kegiatan;
Registrasi pasien
b. Pendistribusian rekam medis
Isi rckam medis dan pcngisian informasi klinis
d. Pengolahan data dan pengkodean
e. Klaim pembiayaan
f. Penyimpanan rekam medis
g. Penj aminan mutu
h. Pelepasan informasi kesehatan Pemusnahan rekam medis
termasuk riwayat alergi obat, dilakukan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan. (D, O, W)
2. Rekam Medis diiSi gecara lengkap dan dengati tulisan yang t.erbaca serta
harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan Dokter. Dokter Gigi dan atau
Tenaga Kcsehatan yang melaksanakan pclayanan kesehñtan perseorangari,
serta apabila dalam pencatat_an di rekat•n medis
dilakukan koreksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (D, O,
W)

3.9 penyelenggaraan Pelayanan laboratorium dilaksanakan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayçgnan Laboratoriwm prosedur
yang ditetapRan

3.9.1 Pelayanan laboratorium dikelola sesuai dengan kebijakan dan prosedur


yang ditetapkan.
Pokok Pikiran:
• Puskesmas jenis-jenis pelayarian laboratorium yang tersedia di

• Agar pelaksanaan pelayanan laboratorium dapat menghasilkan hasil


pemeriksaan yang tepat, maka perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur
pelayanan laboratorium mulai dari permintaan, penerimaaan, pengambilan
dan pcnyirnpanan spesimcn, pengelolaan reagen pclaksanaan pemeriksaan,
dan penyampaian hasil pemeriksaan kepada pihak yang membutuhkan,
serta pengelolaan limbah medis dan bahan berbahaya dan beracun (B3).
• Pemeriksaan berisiko tinggi adalah pemeriksaan terhadap spcsimen yang
berisiko infeksi pada petugas, misalnya spesimen sputum dengan
-77-

keeurigaan tuberculosis, darah dari pasien dengan keeurigaan hepatitis B,


HIV/AIDS-
• Regulasi pelayanan laboratorium perlu disusun sebagai acuan, yang
meliputi kebijakan dan pedoman, serta prosedur-prosedur pelayanan
laboratorium yang mengatur ten tang;
a) jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan kernampuan Puskesmas
b) waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium perneriksaan
laboratorium yang berisiko tinggi
d) proses permintaan pemeriksaan, penerimaan specimen, pengambilan,
dan penyimpanan specimen pelayanan pemeriksaan di Juar jam kerja
pada Puskesmas rawat inap atau puskesmas yang menyediakan pelayanan
di luar jam kerja proses perneriksaa.n laboratorium
g) kesehatan dan keselamatan kerja dalam pelayanan laboratorium
h) penggunaan alat pelindung diri
i) pengclolaan reagcn
Untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium maka perlu dilakukan
upaya pcmantapan mutu internal maupun eksternal di Puskcsmas.
Pernantapan mutu dilakukan scsuai dcngan jcnis dan kctcrscdiaan pcralatan
laboratorium yang digunakan dan sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
Puskesmas wajib mengikuti Pernantapan Mutu Eskternal (PME) secara
periodik yang diselenggarakan oleh institusi yang ditetapkan oleh pemerin
tah
Uji silang adalah kegiatan untuk menilai mutu dan kesesuaian hasil
pemeriksaan secara periodik dan berkesinambungan dengan mengirimkan
sampel yang sama ke laboratorium lain/ rujukan.
Jika pemeriksaan laboratorium tidak bisa dilakukan oleh Puskesmas
karena keterbatasan kemampuan, maka dapat dilakukan rujukan
pemeriksaan laboratorium y ang dipandu dengan prosedur yang jelas
Pimpinan Puskesmas perlu menetapkan jangka waktu yang dibutuhkan
untuk meLaporkan hasil tes laboratorium. Hasil dilaporkan dalam kerangka
waktu berdasarkan kcbutuhan pasien, pelayanan yang ditawarkan, dan
kcbutuhan pctugaS pcmbcri pelayanan klinis. Pcmcriksaan pada gawat
darurat dan di luar jam kerja serta pada akhir minggu termasuk dalam
ketentuan ini.
Hngil pemerikgaan yang gegera (urgent), seperti dari unit gawat darurat
diberikan perhatian khusus. Sebagai tambahan, bila pelayanan laboratorium
dilakukan bekerja sama dengan pihak luar, laporan hasil pemeriksaan juga
harus tepat waktu sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan atau yang
tercantum dalam kontrak-
Reagensia dan bahan-bahan lain yang sclalu harus ada untuk pelayanan
laboratorium bagi pasien harus diidentifikasi dan ditetapkan-
Evaluasi periodik dilakukan terhadap ketersediaan dan penyimpanan
semua reagensia untuk mernastikan akurasi dan presisi hasil pemeriksaan.
Ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk mernastikan pernberian label yang
-78-

Icngkap dan akurat untuk reagcnsia dan larutan yang digunakan merujuk pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Scsuai dengan peralatan dan prosedur yang dilaksanakan di
laboratorium, pcrlu ditetapkan rentang nilai normal dan rentang nilai
rujukan untuk setiap pemeriksaan yang dilaksanakan.
Nilai normal dan rentang nilai rujukan harus tercantum dalam catatan
klinis, sebagai bagian dari laporan atau dalam dokumen terpisah
Jika pemeriksaan dilaksanakan oleh laboratorium luar, laporan hasil
pemeriksaan harus dilengkapi dengan rentang nilal. Jika terjadi perubahan
metoda atau peralatan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan, atau
perubahan terkait perkembangan ilmu dan tehnologi, harus dilakukan
evaluasi dan revisi bila perlu terhadap ketentuan tentang rentang nilai
pemeriksaati laboratorium.
Ada prosedur rujukan spesimen dan pasien, jika pemeriksaan
laboratorium tidak dapat dilakukan di Puskesmas
Elemen Penilaian:
Kepala Puskesmas menetapkan nilai normal, rentang nilai rujukan
setiap jenis pemeriksaan yang disediakan, dan nilai kritis pemeriksaan
labora torium. (R)
2. Reagensia esensial dan bahan lain tersedia sesuai dengan jenis
pelayanan yang ditetapkan, pelabelan dan penyimpanannya, termasuk
proses untuk menyatakan jika reagen tidak tersedia. (D, W)
3. Penyelenggaraan pelayanan laboratorium yang meliputi a sampai
dengan i, dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan, (D, O,

4. Dilakukan pemantapan mutu Internal dan pemantapan mutu eksternal


tcrhadap pclayanan laboratoriurn scsuai ketentuan peraturan
pcmndangundangan dan dilakukan perbaikan jika tcrjadi pcnyimpangan

5. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut waktu pelaporan hasil pemeriksaan


laboratorium. (D,W)

Standar
3.10 Penyelenggaraan Pelayanan kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan peru ndang-undangan.
Pelayanan kefarmasian dilaksanak:an sesuai kebüaknn dan prosedur yang
dite tapkan

3. IO. 1 Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan kebijakan dan prosedur


yang dite

Pokok Pikiran:
-79-

Pelayanan kcfarmasian harus tersedia di Puskesmas, Oleh karena itu jcnis


dan jumlah obat, serta bahan medis habis pakai harus tersedia sesuai
dengan kebutu han pelayanan.
Pengclolaan sediaan farrnasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) terdiri
Perencanaan kebutuhan
2. Permintaan
3 Penerimaan
4. Penyimpanan
S. Pendistribusian
6. Pengendalian
Pencatatan, pelaporan dan pengarsiapan
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Pelayanan rarmasi di Puskesmas terdiri dari;
Pengkajian resep dan penyerahan obat
2. Pemberian informasi obat (PIO)
3, Konseling
4. Visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
5, Rekonsiliasi obat
6. Pernantauan terapi 0 bat 00)
7. Evaluasi penggunaan Obat
Obat kadaluarsa/rusak/out of date /substitusi, ditarik dari peredaran
dikelola sesuai kebijakan dan prosedur
Formula rium Oba t yang met-upakan daftar Obat terpilih yang
dibutuhkan dan harus tersedia di Puskesmas perlu disusun sebagai acuan
dalarn pemberian pelayanan pada pasien, mengacu pada formulanurn
nasional dan pernilihan jenis Obat melålui proses kolaboratif antar pemberi
asuhan, dengan mempertimbangkan kebutuhan pasien, kearnanan, dan
efisiensi.
Jika terjadi kehabisan Obat karena terlambatnya pengiriman, kurangnya
stok nasional atau sebab lain yang tidak dapat diantisipasi dalam
pengendalian inventaris yang normal, perlu diatur suatu proses untuk
mengingatkan para dokter/dokter gigi tentang kekurangan Obat tersebut dan
saran untuk penggantinya.
Obat yang disediakan hat-us dapat dijamin keaslian dan keamanan, oleh
karena itu perlu dilakukan pengelolaan rantai pengadaan Obat. Pengelolaan
rantai pengadaan Obat adalah suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
proses perencanaan dan pemilihan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, dan pcnggunaan obat.
Peresepan dilakukan oleh tenaga medis. Dalam pelayanan resep petugas
farmasi wajib melakukan pengkajian/telaah resep yang mel iputi
pemenuhan pergyaratan administratif, pergyaratnn fnrmagetik, dan
pergynratan klinig sesuai peraturan perundang-undangan, antara lain: a)
ketepatan identitas pasien, Obat, dosis, frekuensi, aturan minum/makan
Obat, dan waktu pemberian; b) duplikasi pengobatan; c) potensi alergi atau
-80-

sensitivitas; d) interaksi antara Obat dan Obat lain atau dengan makanan; e)
variasi kriteria penggunaan; berat badan pasien dan atau informasi
fisiologik lainnya; dan g) kontra indikasi.
Dalam pemberian Obat harus juga dilakukan kajian benar, meliputi:
ketepatan identitas pasien, ketepatan Obat, ketepatan dosis, keterpatan rute
pemberian , dan ketepatan waktu pen-Iberian.
Untuk Puskesrnas rawat inap penggunaan Obat oleh pasien/pengobatan
sendiri, haik yang dibawa ke Puskesmas atau yang diresepkan atau dipesan
di Puskesmas, diketahui dan dicatat rekam medis. Harus dilaksanakan
pengawasan penggunaan "bat, terutama obat-obat psikotropika sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangazu Obat yang perlu
diwaspadai adalah Obat yang mengandung risiko yang meningkat bila kita
salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasicn.
Obat yang perlu diwaspadai (high alert) te:rdiri atas :
Obat risiko tinggi, ÿáitu Obat yang bila terjadi kesalahan (erroti
rnenimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau
kernoterapeutik•,
Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan
sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax dan
Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine atau discbut juga nama Obat rupa
ucapan mirip (NORUM);
Agar Obat layak dikonsumsi oleh pasien, maka kebersihan dan
keamanan terhadap Obat yang tersedia harus dilakukan mulai dari proses
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan penyampaian Obat kepada
pasien serta penatalaksanaan Obat kedaluwarsa dan/atau nasak/ out of date/
substitusi.
Puskesmas menetapkan kebijakarù dan prosedur dalam penyampaian
Obat kepada pasien agar pasien memahami indikasi, dosis, cara
penggunaan Obat, dan efek samping yang mungkin terjadi,
Pasien, dokternya, perawat dan petugas kesehatan yang lain bekerja
bersama untuk memantau pasien yang mendapat obat. Tujuan pemantauan
adalah untuk mengevaluasi efek pengobatan terhadap gejala pasien atau
penyakitnya dan untuk mengevaluasi pasien terhadap kejadian efek
samping obat.
Berdasarkan pemantauan, dosis atau jenis Obat bila perlu dapat
disesuaikan dengan memperhatikan pemberian Obat secara rasional-
Pemantauan dimaksudkan untuk mengidentifikagi respons terapetik Yang
diantigipasi maupun reaksi alergik, interaksi Obat Yang tidak diantisipasi.
urztuk mencegah risiko bagi pasien. Memantau efek Obat termasuk
mengobservasi dan mendokumentasikan setiap kejadian Salah Obat
(medication errorj. Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat
terhadap Obat emergensi Yang tepat adalah sangat penting. Perlu
ditetapkan lokasi penyimpanan Obat ernergen si di tempat pelayanan d an
obat-obat emergensi Yang har-us disuplai ke lokasi tersebut.
Untuk memastikan akses ke Obat emergensi bilamana diperlukan, perlu
tersedia prosedur untuk mencegah penyalahgunaan, pencunan atau
kehilangan terhadap Obat dimaksud. Prosedur ini memastikan bahwa Obat
diganti bilamana digunakan, rusak atau kedaluarsa. Keseimbangan antara
akses, kesiapan, dan keamanan dari tempat penyimpanan Obat emergensi
perlu dipenuhi.
Rekonsiliasi Obat mcrupakan proscs mcmbandingkan instruksi
pengobatan dengan Obat Yang telah didapat pasien_ Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan pelayanan Obat
(medication errorj seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis
atau interaksi Obat. Tujuan dilakukannya rekonsñiasi obat adalah:
a. Mernastikan informasi Yang akurat tentang Obat Yang digunakan
b. Meng-identifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter.
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:
a. Pengumpulan data Mencatat data dan memverifikasi Obat Yang
sedang dan akan digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis,
frekuensi, rute, Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan
dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping Obat Yang
pernah tcrjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat,
dicatat tanggal kejadian, Obat Yang menyebabkan terjadinya reaksi
alergi dan efek samping, efek Yang tcrjadi, dan tingkat kcparahan.
Data riwayat penggunaan Obat didapatkan dari pasicn, kcluarga
pasien, daftar Obat pasicn, Obatyang ada pada pasicn, dan rekam
mcdik/ medication chart_ Data Obat Yang dapat digunakan tidak Icbih
dari 3 (tiga) bulan scbclumnya. Scmua Obat Yang digunakan Ole-h
pasien baik Resep maupun Obat bebas termasuk herbal harus
dilakukan proses rekonsiliasi.
b. Komparagi, Petugas kesehatan membandingkan data Obat Yang
pernah, sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan
adalah bilamana diternukan ketidakcocokan/perbedaan di antara data-
data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat Yang
-82-

hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan Yang


didokurnent.asikan Pada rekarñ medik pasien. Ketidakeocokan ini
dapat bersifat disengaja (intentional) Oleh dokter Pada Saat penulisan
Resep maupun tidak disengaja (unintentiona/) di mana dokter tidak
tahu perbedaan Saat Resep.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi. Bila ada ketidak sesuaian , maka dokter
harus dihubungi kurang dari 24 jam- Hal Iain Yang harus dilakukan
Oleh Apoteker adalah:
1. menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja
atau tidak disengaja.
2. mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti.
3. memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu
dilakukannya rekonsilliasi Obat.
d. Komunikasi, melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga
pasien Atrau perAwAt mengenAi perubAhnn terapi yAng terjAdi.
Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi Obat Yang diberikan.

Elemen Penilaian:
Tersedia daftar formularium obat puskesmas_ (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
Oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan pedoman dan prosedur Yang tela_h
ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga
kefarmasian sesuai dengan prosedur Yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian Tesep dan pemberian obat dengan benar pada setiap
pelayanan pemberian obat (D, C), W)
5. Dila_kukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara
penggunaan obat.
6, Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses
untuk memenuhi kebutuhan Yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti
tepat waktu setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan cvaluasi dan tindak lanjut kct.crscdiaan obar, kcscsuaian
peresepan dengan formularium. (D ,W)

BAB 4. Program Prioritas Nasional (PPH)


-83-

Program Prioritas Nasiona/ dilaksanakan melalui integrasi pelayanan URM


dan UKF sesuni dengan prinsip five level prevention

4.1. Pencegahan dan Penurunan Stunting


Puskesmas melaksanakan pencegahan dan penurunan stunting beserta
pemantauan dan evaluasinya sesuai ketentuan peraturan perundang-

4.1.1. Penccgahan dan pcnurunan stunting dircncanakan, dilaksanakan, dipantau dan


dievaluasi dengan melibatkan lintas program, lintas sektor dan
pemberdayaan masyarakat.
Pokok Pikiran:
Pencegahan dan penurunan stunting merupakan salah satu fokus
program Pemerintah Yang bertujuan agar anak-anak Indonesia tumbuh dan
berkembang secara optimal dan maksimal disertai kemampuan emosional,
sosial, dan fisik Yang siap Qintuk belajar serta berinovasi dan berkompetisi
di tingkat glo bal.
Upaya pencegahan dan penurunan stunting tidak
dapat dilakukan oleh sektor kesehatan saja, terapi
perlu dilakukan pemberdayaan lintas sektor dan
masyarakat melalui perbaikan pola makan, pola
asuh, dan ganitasİ serta akses terhadap gir
bersih.
Upaya pencegahan dan penurunan stuntİng
d.İlakukan terİntegrasİ lintas program antara lain
dalam pelayanan pemerİksaan kehamİlan, İmunİsasİ,
kegİatan promosİ dan konseling (menyusui dan
gizi), pemberian suplemen dan kegİatan İnternvesİ
lainnya.
Integrasi lintas sektor dalam upaya pencegahan
dan penurunan stuntİng arıtara lain dilakukan
melalui advokasi, sosialisasi, kepada tokoh
masyarakat, keluarga, masyarakat serta şaşaran
program serta İntervensi la innya.
Dalam pencegahan dan penurunan stunting dilakukan upaya-upaya
promotif dan prcvcntif unUuk meningkalkan l@yanan
dan çakupan intcrvcnşi gizi sensitif (lintas
sektor) dan intervensi gizi spesifik (lintas
program) sesuai dengan pedoman yang berlaku,
Intcrvensi gizi sensitif anlara lain meliputi:
a) perlindungan sosial
b) penguatan pertHnİan
c) perbaikan ait' dan sanitHşi lingkungan
d) ke111Argn berencana
-84-

e) perkembangan anak usia dini kesehatan


mental İbu
g) perlindungan
anak hl pendİdİkan
da lam kelas
Intervensİ gizi spesifik melİputİ:
pembcrİan Ta Tambah Darah pada putCt•İ
2) pemberian Tablet Tambah Darah (TED) pada ibu
hamil
3) pemberian makanan tambahan pada İbu hamil
Kurang Energİ Kronik
(KEK)
4) promosİ/konselİng IMD, ASI Eksklusif dan
Maka.nan Pendamping ASI yang tepat/PMBA
(Pemberian Makanan Bayi dan Anak)
5) pemantauan pertumbuhan dan pcrkcmbangan bahta
6) tata lakşana halita gizi buruk
7) pembcçian vitamin A bayi dan bahta
8) pemberian makanan tambahan untuk bahta kurus
9) pcnganckaragaman makanan
10) pcrilaku pcmbcrian makanan dan situasi
11) suplcmcntasi/foflifikasi gizi mikro
12) manajcmcn dan pcnccgahan pcnyakit
13) intervensi gizi dalam kedaruratan
14) kampanye asupan protein hewani pada ibu hamil,
ASI Eksklusif dan MP ASI pada bayi dan bahta
Dalam pencegahan dan penurunan stunting hams
dapat menjamin terlaksananya pencatAtan dan
pelaporan yang Akurat dan sesuai prosedür terütama
petiğükütari tiriğgİ badan tiietiüt•ut umut'
(TB/U) dan perkembangan bahta.
Pencatatan dan pelaporan pelayanan pencegahan
dan penurunan stuntİng, baİk secara manual maupun
elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat,
tepat waktu dan sesuaİ prosedür. Pelaporan kepada
Dinas Keschatan Daerah Kabupaten/Kota dan/atau
pihak lainnya mcngacu kepada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Puskcsmas melakukan pcngukuran terhadap
indikatör kincrja yang telah ditetapkan dan
dişertai dengan analişğl çapaian, Analişa çapaian
indikator dilakukan dengan metode analisa sesuaİ
dengan pedoman, panduan yang berlaku, misal dengan
merujuk pada metode analisa situasi yang terdapat
di dalam buku pedoman manajemen Puskesmas.
-85-

Reneana program peneegahan dan penurunan


stunting disusun dengan mengutamakan upaya
promotif dan preventif berdasarkan hasil analisis
masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas dengan
melibatkan lintas program, yang terintegrasi
dengan RUK dan RPK pelayanan UKM dan UKPP.
Elemen Penilaian:
Ditetapkannya indikator dan target kinerja stunting
disertai analisis capaiannya
2. Ditetapkan program pencegahan dan penurunan
stunting. (R)
3. Kegiatan pencegahan dan penurunan stunting dalam
bentuk intewensi gizi spesifik dan sensitif
dikoordinasikan dan dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang disusun bersama lintas program dan
lintas sektor sesuai dengan kebijakan,
pedornan/panduan, pmsedur dan kerangka acuan yang
telah ditetapkan. (D, O, W)
4. Dilakukan pemantauan, evaluasi dan tindak
lanjut terhadap pelaksanaan program pencegahan
dan penurunan stunting (D , W).
5, Dila,ksanakan pencatatan, dan dilakukan
pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
(D.W.O)

4.2. Program penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah


kematian bayi
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan ibu
humil, pelay kesehatan ibu bersalin, peloyanan
kesehatan masa sesudah melaheirkan, pelayanan
kesehatan bayi baru Iahir beserta perreantauan dan
evaluasinya sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan.

4.2.1. Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan ibu


hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan
kesehatan masa sesudah melahirkan dan pelayanan
kesehatan bayi baru Iahir.
-86-

pokok Pikiran:
Pelayanan kesehatan ibu hamil adalah setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga
melahirkan.
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil, persalinan,
masa sesudah melahirkan, dan bayi baru Iahir
dilakukan sesuai dengan standar dalam pedoman yang
berlaku.
Upaya pelayanan kesehatan pada ibu hamil
dilaksanakan terintegrasi dengan lintas program
dalam rangka penurunan Stunting,
Pelayanan pada masa kehamilan meliputi pelayanan
sesuai standar kuantitas dan standar kualitas.
1) Standar kuantitas adalah Kunjungan 6 kali
selama periode kehamilan (K6) dengan ketentuan:
a) Satu kali pada trimcster pertarna.
b) Dua kali pada trimester kedua.
c) Tiga kali pa da trimester ketiga
2) Standar Kualitas yaitu pelayanan antenatal Yang memenuhi 10 T,
meliputi:
a) Pengukuran berat badan dan tinggi badan.
b) Pengukuran tekanan darah_
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
e) Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jan tung Janin (DJJ)
f) Pemberian imunigngi seguai dengan Status imunigagi.
g) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
h) Tes Laboratorium.
i) Tatal aksana/ penanganan kasus.
j) Temu wlcara (konseling)
Pelayanan Kesehatan ibu bersalin, Yang selanjutnya disebut persalinan
adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan Yang ditujukan pada
ibu sejak dimulainya persalinan hingga 6 (enam) jam se-sudah melahirkan.
Adapun Pelayanan pada masa persalinan sesuai standar meliputi:
I ) Persalinan normal.
2) Persalinan dcngan komplikasi
Standar persalinan normal adalah Acuan Persalinan Normal (APN) sesuai
standar.
1) Dilakukan di fasilitas kcschatan.
2) Tenaga penolong minimal 2 orang, terdiri dari:
a) Dokter dan bidan, atau
b) 2 (dua) orang bidan, atau
c) Bidan dan perawat.
-87-

Standar persalinan dengan komplikasi mengacu pada Buk-u Saku


Pelayanan Kesehatan lbu di FKTP dan FKRTL.
Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian Yang dilakukan ditujukan pada ibu selama nifas (6
jam — 42 hari sesudah melahirkan).
Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan dilakukan minimal 4 kali:
1) Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6-48 jam setelah persalinan
2) Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari sctclah pcrsalinan
3) Pelayanan ga dilakukan pada waktu 8-28 hari se pe
4) Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari setelah pcrsa linan.
Dengan ruang lingkup meliputi:
1) pcmcriksaan status mental ibu
2) pcmcriksaan tekanan dar-ah, nadi, respirasi dan suhu
3) pemeriksaan tinggi fundus uteri
4) pemeriksanaan lochia dan perdarahan
5) pemeriksanaan jalan lahir
6) pemeriksaan payudara dan anjuran pernberian ASI Eksklusif
7) pemberian kapsul vitamin A
8) pelayanan kontrasepgi pasca pergalinan
9) konseling
10) identifikasi risiko dan komplikasi
11) penanganati risiko tinggi dan komplikasi Pada nifas
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilakukan melalui pelayanan
kesehatan neonatal esensial sesuai standar. Pelayanan kesehatan neonatal
esensial di lakukan pada um ur 0-28 hari.
Pelayanan bayi baru lahir meliputi pelayanan sesuai standar kuantitas
dan standar kualitas.
1) Pelayanan standar kuantitas adalah kunjungan minimal 3 kali selama
periode neonatal, dengan ketentuan:
a) Kunjungan Neonatal I (KN l) 6 - 48 jam
b) Kun]ungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari
c) Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 • 28 hari 2) Standar
kualitas:
a) Pelayanan Neonatal Esensial gaat lahir (0-6 jam).
Perawatan neonatal egensial Saat lahir meliputi:
(1) perawatan neontarus pada 30 detik pertama
(2) menjnga bAyi tetnp hangat
(3) pemotongan dan perawatan tali pusat.
(4) inislasi Menyusu Dini (IMD).
(5) Pemberian identitas
(6) injeksi vitamin K l .
(7) pemberian salep/ tetes rnata antibiotik.
(8) Pernet•iksaan fisik baru
(9) Penentuan usia gesta si
-88-

(10) pernberian imunisasi (injeksi vaksi.n Hepatitis BO).


(11) Pemantauan tanda bahaya
(12) Merujuk kasus Yang tidak dapat ditangani dala_m kondisi
stabil, tepat waktu ke fasilitas kesehatan Yang lebih mampu
b) Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam — 28 hari).
Perawatan neonatal esensial setelah lahir meliputi
(1) menjaga bayi tetap hangat
(2) konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif.
(3) memcriksa kcsçhatan dcngan menggunakan standar
Manajcmen Tcrpadu Balita Sakir (MTBS) dan
(4) pcmberian vitamin Kl hagi Yang lahir tidak di fasilitas
kesehatan atau belum mendapatkan injekai vitamin Kl .
(5) imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia 24 jam Yang
lahir tidak ditolong tenaga kesehatan.
(6) Pcrawatan rnctodc kanguru bagi Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
(7) pcnanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi Pada
kasus emergensi baik maternal maupun neonatal ditetapkan
standar pelayanan sesuai dengan pedoman PONED di
Puskesmas.
nngi Puskesmas Yang memberik.an pelayanan persalinan harus
melakukan pelayanan dan alat, Obat dan prasarana pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir termasuk standar alat kegawatdaruratan
ma ternal sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentu,an peraturan
perundang-undangan
Untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan program penuruan jumlah
kernatian ibu dan jumlah kematian bayi dilakukan upaya-upaya promotif
dan preventif dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor dan
membcrxlayakan masyarakat. Bentuk ketcrlibatan dalarn kegiatan ini bisa
berupa terbentuknya koordinasi dalam tim Yang bertujuan untuk
menurukan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi di tingkat
kecamatan, Desa Siaga dengan pendekatan P4K, Suami Siaga dan kegiatan
pemberdayaan Iainnya.
Puskesmas rnelakukan pengukuran terhadap indikator kinerja Yang
telah ditetapkan dan dilakukan analisis capaian. Analisis capaian indikator
dilakukan dengan metode analisis sesuai dengan pedoman/panduan Yang
berlaku, misal dengan rnerujuk pada metode analisis situasi Yang terdapat
di dalam buku pedoman manajernen Puskesmas.
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan ibu h.amil, ibu bersaliñ,
masa sesudah melahirkan, dan bayi baru lahir, baik secara manual maupun
elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat, tepat waktu dan sesuai
prosedur, meliputi cakupan program kesehatan keluarga, pencatatan kohor,
pelaporan kematian ibu, bayi lahir mati dan kematian neonatal serta
pengisian dan pemanfaatan buku KIA. Pelaporan kepada Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/Kota dan/atau pihak lainnya mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
-89-

Rencana program penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian


bayi disusun dengan mengutAmakAn upaya promotif dan preventif
berdasarkan hasil analisis masalah imunisasi di wilayah kerja Puskesrnas
dengan melibatkan lintas program, yang terintegrasi dengan RUK dan RPK
pelayanan UKM dan UKPP.
Elemen Penilaian:
Dite tapkannya indikator dan target kinerja pelayanan kesehatan ibu, bayi dan
balita yang disertai capaian dan analisisnya_ (R, D)
2. Dite tapkan program penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah
kematian bayi (R, D, W)
3. Tersedia alat, obat, bahan habis pakai dan prasarana pendukung
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru Iahir termasuk standar alat
kegawatdaruratan maternai dan neonatal sesuai dengan standar dan dikelola
sesuai dengan prosedur. (R,D, O, W)
4. Dilakukan pelayanan kesehatan pada masa hamil, masa persalinan, masa
sesudah melahirkan dan bayi baru Iahir sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan, kewajiban penggunaan partograph pada saat pertolongan
persalinan dan upaya pra rujukan pada kasus komplikasi
termasuk pelewanan pada Puskesmas mampu PONED, sesuai dengan
kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan kcrangka acuan yang tclah
diterapkan. (R, D, W)
5. Kegiatan penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi
dikoordinasikan dan dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan yang
disusun bersama lintas program dan lintas scktor_ (D, W)
6. Dilakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan
program penurunan jurnlah kernatian ibu dan jumlah kernatian bayi
termasuk penyanan kesehatan pada masa hamil, persalinan dan bayi baru
Iahir di Puskesmag. (D, W)
7. Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan_
(D.W. O)

4.3. Peningkatan eakupan dan mutu imunisasi


Puskesmas rnelaksanakan program irnunisasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

4.3.1. Program imunisasi direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi dalam


upaya peningkatan capaian cakupan dan mutu imunisasi.

Pokok Pikiran:
-90-

Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari penyakit menular


yang dapat dicegah melalui imunisasi, Puskesmas wajib melaksanakan
kegiatan imunisasi sebagai bagian dari program prioritas nasional.
Pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas perlu direncanakan,
dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi agar dapat mencapai cakupan
imunisasi Optimal.
Perencanaan yang detail (micro planning) meliputi pemetaan wilayah,
identifikasi dan penentuan jumlah sasaran, kebutuhan SDM, penentuan
kebutuhan, jadwal pelaksanaan imunisasi serta jadwal dan mekanisme
distribusi logistik, dan biaya operasional disusun untuk mennastikan
pelaksanaan program imunisasi berj alan dengan baik. Micro planning
disusun dengan melibatkan lintas program terkait
Tindak laojut perbAikan program imunisasi berdAšArkan hasil pemnn
tAUan dan evaluasi dilaksanakan meliputi upaya-upaya promotif dan
preventif dalam rangka penjangkauan sasaran dan meningkatkan cakupan
imunisasi melalui:
l) kegiatan sueeping, drop out fotlow up (DOFU), kegiatan SOS
(Sustainable Outreach Services) untuk daerah geografis sulit, defaulter
tracking, nacklog Fighting, Crash Program dan Catch Up Campaign;
2) upaya peningkatan kualitas imunisasi melalui pengelolaan vaksin
Yang sesuai prosedur, pemberian imunisasi Yang a man dan sesuai
prosedur, kegiatan validasi data sasaran. Data Quality Self assessment
(DQS), Rapid Convenience Assessment (RCA) untuk melakukan
validasi terhadap hasil cakupan irnunisasi dan supervisi berkala; serta
3) upaya penggerakkan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan
sosialisasi melalui berbagai media komunikasi, peningkatan
keterlibatan lintas program dan lintas sektor terkait dan pembentukan
forum komunikasi masyarakat peduli imunisasi.
Puskesmas melakukan pengelolaan ran tai dingin vaksin chain vaccines)
sesuai dengan prosedur Yang telah ditetapkan.
Puskesmas rnelakukan pengukuran terhadap indikator kinerja Yang
telah ditetapkan dan d.isertai dengan analisa capaian. Analisa capaian
indikator dilakukan dengan metode analisa sesuai dengan
pedoman/panduan Yang berlaku, misal dengan merujuk pada metode
Analisis situasi Yang terdapat di dalam bukt.l pedoman manajemen
Puskesmas.
Pencatatan dan pelaporan pelayanan imunlsasi, baik secara manual
maupun elektronik, dilakukan Secara lengkap, akurat, tepat waktu dan
sesuai prosedur dengan format laporan Yang telah ditetapkan meliputi
cakupan indikator kinerja imunisasi, Stok dan pemakaian vaksin dan
logistik Iainnya, kondisi peralatan rantai vaksin dan KIPI. Pelaporan
kepada Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota dan/atau pihak Iainnya
mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan Yang berlaku.
Pernantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkala,
berkesinambungan, berjenjang dan dilakukan analisa serta rencana tindak
lanjut perbaikan program imunisasi,
-91-

Rencana program pcningkatan dan cakupan mutu imunisasi disusun


dengan mengutamakan upaya promotif dan prevcntif berdasarkan hasil
analisis masalah imunisasi di wilayah kcrja Puskesmas dengan melibatkan
lintas program, Yang terin tegrasi dengan RUK dan RPK pelayanan UKM
dan UKPP.

Elemen Penilaian:
Ditetapkannya indikator dan target kinerja imunisasi Yang disertai capaian
dan analisisnya. (R, D)
2. Ditetapkan program Imunisasi. (R, D, W)
3. Tersedia vaksin dan logistik sesuai dengan kebutuhan program imunisai.

4. Dilakukan pcngclolaan vaksin untuk tncmastikan rantai vaksin dikelola


sesuai dengan proseduru (RD. Os W)
5. Kegiatan Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi dikoordinasikan dan
dilaksanakan scsuai dengan rcnCana dan pmscdur Yang telah ditctapkan
bersama lintas program dan lintas sektor sesuai dengan kebijakan,
pedoman/panduan dan kerangka acuan Yang telah ditetapkan. (R,D, W)
6. Dilakukan pernantauan, dan evaluasi serta tindaklanjut upaya pcrbaikan
program imunisasi. (D, W)
7. Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan kepada Dınas
Keschatan Kabupatcn/Kota sesuai dengan prosedür yang telah ditctapkan.
(D.W.O)

4.4. Program Penanggulangan Tüberkülosİs


Puskesrnas memberİkan pengguna TB mulaİ
penemuan kusuş TB kepada orang yang terduga TB, penegakan
dl.ag penetapan klasİftkasİ dan tipe pengguna layanan TB, tatn laksana
kusuş terdİrİ darİ pengobatan pengguna İnyanan beserta pemantauan dan
eualuasİnya untuk memutus mata rantaİ penuraran sesuaİ dengan ketentuan
peraturmn perundang-undangan.

4.4.1. Puskesmas melaksanakan pelayanan kepada pengguna layanan TB mulaİ dari


pencmuan kasus TB kepada orang yang terduga TB, penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pengguna layanan TB, tata laksana kasus
terdirİ darİ pengobatan pengguna layanan beserta pemantauan dan
evaluasinya.

Pokok Pikiram
Penanggulangan Tuberkulosis adalah segala upaya kesehatan yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabnikan
aspck kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi
kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau
kematian, memutuskan penularan, mencegah regigtengi obat dan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis.
-92-

Tüberkülosİs merupakan permasalahan penyakİt menular baİk


global maupun nasİonal. Upaya untuk penanggulangan penularan
tuberkulosis merupakan salah satu program prİorİtas nasional
bidang kesehatan Program penanggulangan tüberkülosis
direnca.nakan, dilaksanakan, dipantau dan ditindak lanjutİ dalam
upaya eliminasi tüberkülosis. Pelayanan pengguna layanan TB
dilaksanakan melaluİ:
a) pelayanan kasus TB Sensİtİf Obat (SO), terdirİ darİ:
(l) pçncmuan kaşuş TB şcçara aktif dan pasif
(2) diagnosiş dilakukan şcsuai standar dcngan pcmcriksaan teş CCpat
moleküler, mikroskopiş, dan biakan
(3) pengobatan TB sesuai standar
(4) pcrbaikan pcngguna layanan TB dilakukan mclalui pcmcriksaan
mikroskopis di akhir bulan 2 (dua), akhir bulan 5 (lima) dan akhir
pcngobatan.
b) pclayanan kasus TB Resisten Obat (RC)) dilakukan dengan:
(I) penemuan kasus TB secara aktif dan pasif
(2) Puskesmas mampu melakukan penjaringan kasus TB RO dan
rnerujuk terduga unluk melakukan ding:nosis jika diperlukan
(3) Puskesmas marnpu melanjutkan pengobatan pengguna layanan TB
RO
(4) Puskesmas mampu melakukan rujukan pemeriksaan laboratorium,
folloıw up bagİ pengguna layanan TB RO.
c) pemberİan pengobatan pencegahan TB pada anak dan ODHA
d) pemberİan edukasİ tentang penularan, pencegahan penyakİt TB dan
ctİka batuk kcpada pengguna layanan dan keluarga.
e) Puskesmas memberİkan pelayanan pengawasan menelan obat İPMOj
bagİ pengguna layanan TBC SO dan TBC RC).
t) kewajiban melaporkan kasus TBC kepada Program
Nasional Penanggulangan TBC.
g) mengikuti pemantapan mutu laboratorium
mikroskopis TBC sesuai ketentuan Program TBC-
DilAkukAn upaya-upaya promotif dan preventif dalAm
rangka penanggulangan program TB sesuai dengan
pedoman yang telah ditetapkan. Program
pengendalian tuberkulosis perlu disusun dan
dikoordinasikan baik dalam upaya preventif maupun
upaya kuratif di Puskesmas melalui strategi DOTS
(Directly Observed Treatment, Short-course) atau
strategi pengawasan langsung pengobatan jangka
pendek. Untuk menjalankan strategi ini, Puskesmas
membentuk tim DOTS.
Untuk tercapainya target program Penanggulangan TB
Nasional, Pemerintah Daerah provinsi dan
kabupaten/kota harus menetapkan target indikator
kinerja Penanggulangan TB tingkat daerah
-93-

berdasarkan target nasional dan mempcrhatikan strategi


nasional, yang selanjutnya dijadlkan dasar bagi Puskesmas dalam
menetapkan sasaran serta indikator kincrja yang dipantau setiap
tahunnya.
Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator
kinerja yang telah ditctapkan dan discrtai dcngan
analisa capaian. Analisa capaian indikator
dilakukan dengan metode analisa sesuai dengan
pedoman/panduan yang berlaku, misal dengan
rnerujuk pada metode analisis situasi yang
terdapat di dalarn buku pedoman manajemen
Puskesmas.
Rencana program penanggulangan tuberkulosis
disusun dengan mengutamakan upaya promotif dan
preventif berdasarkan hasil analisis masalah
pengendalian tuberkulosis di wilayah kerja
Puskesmas dengan melibatkan lintas program, yang
terintegrasi dengan RUR dan RPK pelayanan UKM dan
UKPP.
Pencatatan dan pelaporan pelayanan
tuberkulosis_ haik secara manual maupun
elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat,
tepat waktu dan sesuai prosedur. Pelaporan kepada
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dan/atau
pihak lainnya mengacu kepada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Elemen Penilaian:
Ditetapkannya indikator d an target kinerja pengendalian tuberkulosis yang
disertai capaian dan analisisnyav (RD)
2. Ditctapkan rcncana program pcnanggulangan
tuberkulosis. (R)
3. Ditctapkan tim TB DOTS di Puskcsmas yang tcrdiri
dari doktcr, perawat. analis laboratorium dan
petugas pencatatan pelaporan terlatih (R)
4. Logistik baik OAT maupun non OAT disediakan sesuai
dengan kebutuhan program serta dikelola sesuai
dengan prosedur (R,D, O, W)
5. Dilakukan tata laksana kasus tuberkulosis mulai
dari diagnosis, pengobatan, pernantauan, evaluagi,
dan tindak lanjut seguai dengan, kebijakan,
pedoman/panduan dan prosedur yang telah
ditetapkan. ( RD,

6. Program penanggulangan tuberkulosis


dikoordinasikan dan dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang disusun bersarna lintas program dan
lintas sektor. (D, W)
-94-

7. Dilakukan pernantauan, dan evaluasi ser-ta


tindaklanjut upaya perbaikan program
penanggulangan tuberculosis. (D, W)
8. Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesu ai
dengan prose-dur yang telah ditetapkan. (D.W.O)
4,5, Pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya
Puskesmas me\aksanakan pengendalian penyakit tidak menular litama
Yang meliputi hipertensi, diabetes mellitus, Ranker pauudara dan leher
rahim, Pengguna layanan Rujuk Balik (PRB) Penya_kit Tidak Menular
(PTM) dan penyakit katastropik Iainnya sesuai kompetensi di tingkat
primer, serta penangananfaktor risiko PTM.

4.5.1. Program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular serta faktor
resikonya direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan ditindaklanjuti.
Pokok Pikiran:
Meningkatnya faktor risiko dan penyakit tidak menular berdntnpak pada
terjadinya peningkatan angka morbiditas, mortalitas dan disablilitas, namun
juga berdampak kehilangan produktivitas Yang berdampak pada beban
ekonomi baik tingkat individu, keluarga, dan masyarakat
Upaya pengendalian penyakit tidak menular dilakukan melalui berbagai
kegiatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan tindakan kuratif
dan rehabilitatif.
Deteksi dini atau penapisan (screening) perlu dilakukan untuk mencegah
terhadinya peningkatan kasus In-M.
Dalam upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, antara
Iain: pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, merokok, dan faktor
risiko Yang Iain, dilakukan secara terintegrasi melalui pendekatan keluarga
dengan
PIS-PK dan Germas
Kegiat.an promotif dan preventif dilakukan melalui upaya: Promoti f
memberikan informa si dan edukasi seluas—luasnya kepada masyarakat
agar tumbuh kesadaran untuk ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan
diri dan lingkungannya, antara Iain:
(1) Melaksanakan promosi kesehatan/ KIE tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular kepada masyarakat minimal
sebulan sekali, antara Iain pola konsumsi makanan s Chat dan
gizi scimbang, obcsitas, rncrokok, aktifitas fisik, faktor risiko
kanker leher rahim dan kanker payudara, faktor risiko Iainnya,
pemanfaatan teknologo infomrasi dan komunikasi dan materi
VTM Iainnya
(2) Menycdiakan media KIE YTh'1 dalam bcntuk cctakan, tautan
Yang bsia diunduh atau dalam bentuk media Iainnya
b) Preventif
-95-

1) Penyelenggaraan UKBM melalui Pos Pembinaan Terpadu


(Posbindu) VISM
1.1 Penyelenggaraan posbindu dilakukan secara tertib 1
kali/bulan dengan kader terlätih Yang melakt.ikan deteksi
dini faktor risiko PPM
-96-

1.1. l . ukur Tekanan Darah OD)


l . 1.2. Gula Darah Sewaktu (GDs)
1.1.3. Indeks Masa Tubuh (IM T) dan Lingkar Perut (LP)
1.1.4. memberikan edukasi sesuai indikasi
1.1.5. menyelenggarakan konseling upaya berhenti
merokok (UBMI dengan tenaga terlatih
1.1.6. menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di
lingkungan Puskesmas. bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan daerah Kabupaten/Kota dan
instansi terkait mendorong dan mengawasi penerapatan
KTR di 7 tatanan (fasyankes, sekolah, tempat kerja,
tempat ibadah, angkutan urnum, fasilitas umum, dan
tempat bermain anak)
1.2 Tahapan kegiatan posyandu terdiri atas 5 tahap:
(1) Pendaftaran Peserta
(2) Wawancaran FR
(3) Pengtlkuran FR, terdiri dari pengukuran berat badan,
pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar perut,
penghitungan IMT.
(4) Perneriksaan FR PTM, terdiri dari pengukuran Tekanan
Darah dan pemeriksaan Kadar Gula Darah,
(5) Identifikasi FR TM, Edukasi dan Tindaklanjut Dini
gangguan _yaitu
taiam penglihatan dan tajam pendengaran menggunakan
Etumbling atau hitung jari dan tes suara
1.4 Melaksanakan pemeliharaan sarana pendukung Pos bindu PPM
dengan kalibrasi terhadap alat ukur tekana_n darah
(tensimeter', alat ukur gula darah (glukorneter) dan
timbangan Berat Badan_
2) Preventif di FKTP dilakukan melalui deteksi dini kanker payudara
dan kanker leher rahim dengan Pemeriksaan Payudara Klinis
(SADANIS) dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada
perempuan usia 30-50 tahunw
Kegiatan kuratif dan rehabilitatif dilakukan antara Iain melalui upaya::
a) menguatkan akses Pelayanan terpadu PTM di Puskesmas dengan
menguatkan keterampilan pctugas keschatan dalam penanganan FTM dan
faktor risiko FrrM sesuai wcwenang dan kompetensi di FKTP.
b) menguatkan sistem ruiukan dari UKBM ke FKTP
c) menindaklanjuti Program Rujuk Balik (PRB)
d) menindaklanjuti pelayanan paliatif berbasis komunitas sesuai standar
e) penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan panduan praktik klinis bagi
dokter di Puskesmas dan algoritma penyakit antara Iain pelayanan
hipertensi, DM, deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
Penyelenggaraan FrM Oleh Puskesmas dilakukan rnelalui kegiatan:
a) Mernanfaatkan charta obesitas di Puskesmas dan di luar Puskesmas
b) Puskesmas melakukan pembinaan ke pada Posbindu PTM minimal 2 kali
per tahun.
c) Menyediakan charta prediks.i Faktor Risiko PTM bagi Puskesmsa Yang
sudah melaksanakan Pandu VTM
d) Penguatan keterampilan penanganan kasus PrM terut.ama pada dokter dan
tenaga kesehatan, dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
-97-

melalui pelatihan/workshop/peningkatan kemampuan tekhnis penanganan


kasus VPM
Puskesmas melakukan pengukuran dan analisis terhadap indikator kinerja
Yang telah ditetapkan, Analisa capaian indikator dilakukan dengan metode
analisa sesuai dengan pedoman, panduan Yang berlaku, misal dengan
merujuk Pada metode analisis situasi Yang terdapat di dalam buku pedoman
manajernen Puskesrnas
Pencatatan dan pelaporan pelayanan pengendalian penyakit tidak menular
dan faktor risikonya, baik secara manual maupun elektronik, dilakukan secara
lengkap, akurat, tepat waktu dan sesuai prosedur. Pelaporan kepada Dinas
Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dan/atau pihak Iainnya mengacu kepada
ketentuan peraturan perundang-undangan Yang berlaku.
Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan tindaklanjut dilakukan secara
terintegrasi lintas program dan lintas sektor.
Rencana program penanggulangan penyakit tidak menular dan faktor
risikonya disusun dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif
berdasarkan hasil analisis masalah penyakit tidak menular di wilayah kerja
Puskesmas dengan melibatkan lintas program, Yang terintegrasi dengan RUK
dan RPK pelayanan UKM dan UKPP.
Elemen Penilaian:
Ditetapkan indikator kinerja Pengendalian Penyakit Tidak Menular Yang
disertai capaian dan analisisnya-
2. Ditetapkan program pengendalian Penyakit Tidak Menular terrnasuk
rencana peningkatan kapasitas tenaga terkait P'2YI'M. (R, D, W)
3. Kegiatan peng-endalian penyakit tidak menular dikoordinasikan dan
dilaksanakan sesuai dengan rencana Yang telah disusun bersama Lintas
program dan Lintas Sektor sesuai dengan kebijakan, pedoman/panduan dan
kerangka acuan Yang telAh ditetapkan. (D, O, W)
4. Diselenggarakan tahapan kegiatan dan pemeriksaan di posbindu sesuai
dengan ketentua_n Yang berlaku. (R, D, Ö, W)
5. Dilakukan tata laksana Penyakit Tidak Menular secara terpadu mulai dari
diagnosis, pengobatan, pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut sesuai dengan
panduan praktik klinis dan algoritma pclayanan PTM Olch tenaga kesehatan
Yang berkompeten. ( RD. O. W)
6. Dilakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan
program pengendalian penyakit tidak menular. (D, W)
7. Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan prosedur Yang telah ditetapkan.
(D.W.O)
BAB 5. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)

Peningkatan Mutu dilaksanakan secara berkesinambungan


Peningkatan mutu dilakukan melalui upaya perbaikan berkesinambungan,
upaya keselamutan pusien, upaya Manajemen risiko dan upaya peneegahan
dati pengettdalian infeksi untuk metttinitnalkatt "isiko bagi pasien,
keltžaŤga, masyarakat, dan lingkungan.
Kriteria
s.l.l. Kepala Puskesmas menetapkan Tim dan Program Peningkatan Mutu
Puskesmas
-99-

Pakok Piklran:
Penyelenggaraan pelayanan baik pelayanan manajemen, pelayanan
upaya kesehatan masyarakat, maupun upaya kesehata,n perseorangan harus
dapat menjamin mutu dan keselamatan pasien, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan, Yang dimaksud dengan pasien adalah individu Yang menerima
manfaat layanan baik layanan kesehatan perseorangan maupun layanan
kesehatan masyarakat.
Agar upaya peningkatan mutu di Puskesmas dapat dikelola dengan baik
dan konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai, maka ditetapkan PJ
Mutu, Yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Tim Mutu
Puskesmas (TMP). Tim Mutu Puskesmas terdiri dari koordinatol-
koordinator mutu sepertl koordinator KP, PPI, K3 , dst Yang dalam
penetapannya disesuaikan dengan kemampuan SDM yang tersedia di
Puskesmas sesuai dengan yang diuraikan di dalam buku Pedoman TKM di
Puskesmas.
Jika sumber daya tersedia maka dapat dibentuk Tim Peningkatan Mutu,
Tim Manajemen Risiko, Tim Keselamatan Pasien, dan Tim PPI sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, namun jika tidak tersedia
sumber daya maka cukup dengan penunjukan Penanggung Jawab Mutu,
Keselamatan Pasien, PPI, dan Manajemen Risiko
Pcnunjukan dan pcrsyaratan kompetensi Penanggungiawab Mutu
ditentukan oleh Kepala Puskesmas. Persyaratan kompetensi tersebut antara
lain adalah: Minimal D3 Kesehatan, rnempt.tnyai kapasitag untuk
mengelola keselamatan pasien, manajemen risiko, dan serta
mempunyai pengalaman kerja di Puskesmas minimal dua tahun dan pernah
mengikuti unrkshop tentang Tata Kelola Mutu.
Para Tim atau pctugas yang bertanggung jawab terscbut, rncrnpunyai
tugas untuk menyusun program, melakukan fasilitasi, koordinasi,
pernantauan, dan membudayakan kcgiatan pcningkatan mutu, keselamatan
pasicn, manajemen risiko, dan pencegahan dan pengendalian infeksi. Para
tim tersebut juga harus menjamin pelaksanaan kegiatan dilakukan secara
konsisten dan berkelanjutan.
Perlu ditetapkan kebijakan, prosedur, pedoman dan program
peningkatan mutu Puskesmas sebagai acuan bagi Kepala Puskesmas,
Penanggung Jawab Upaya Pelayanan Puskesmas dan Koordinator, serta
pelaksana kegiatan Puskesmas dalarn hal 1) peningkatan mutu, 2)
keselarnatan pasien, 3) manajemen rigiko, 4) dan peneegahan dan
pengendalian infeksi.
Program peningkatan mutu yang dibuat harus mencakup minimal
tujuan, target, pernbagian tanggung jawab Yang jelas serta kegiatan-
kegiatan Yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan target tersebut.
Program peningkatan m utu perlu diperbaharui secara berkala. Program
peningkatan mutu dikomunikasikan kepada lintas program dan lintas sektor
terkait, Kepala Puskesmas perlu rnemfasilitasi, mengalokasikan, dan
menyediakan sumber daya Yang dibutuhkan untuk program mutu, sesuai
dengan ketersediaan anggat•an dan sumber daya yang ada di Puskesmas
-100-

Program peningkatan mutu, program keselamatan pasien, program


manajemen rigiko, dan program P'PI digusun secara kolaboratif mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendal:ian, sampai dengan
penilaian dan tindak lanjut
Program peningkatan mutu, keselamatan pasien, program manajemen
risiko, dan program PP' disusun sesuai dengan perkembangan kebutuhan
dan harapan masyarakat, ketentuan perundang•undangan, perkembangan
teknologi dan pedoman Yang berlaku dalam rangka upaya-upaya perbaikan
berkesinambungan untuk memperbaiki perencanaan, pelaksanaan dan
capaian kegiatan peltvyanan
Proses, hasil kegiatan, penilaian dan tindak lanjut program peningkatan
mutu, keselamatan pasien, program manajemen risiko, dan program PPI
didokumentasikan, disosialisasikan, dan dikomunikasikan kepada semua
petugas kesehatan Yang memberikan pelayanan,

Elemen Penilaian:
Kepala Puškesmas menetnpkAn program peningkatan mutu dan tim atau
petugas diberi tanggung jawab untuk peningkatan mutu, keselamatan
pasien, manajemen risiko, dan PPI Yang memenuhi persyaratan
kompetensi Yang dilengkapi dengan uraian tugas masing-masing. (R, D,
W)
Tim Mutu menyusu n dan memperbaharui program peningkatan mutu secara
berkala, mengimplementasikan, mengevaluasi dan melakukan upaya
perbaikan mutu. (D, W)
3. Program peningkatan mutu dikomunikasikan kepada lintas program dan
lintas gektor. (D, W)
4. Dilakukan pengawasan, pengendalian, penilaian, tindak lanjut, dan
upaya perbaikan berkesinambungan terhadap pelaksanaan program
peningkatan mutu, keselamatan pasien, program manajemen risiko, dan
program PPI.

5.1.2. Kepala Puskesmas dan tim atau petugas Yang diberi tanggung jawab untuk
peningkatan mutu dan keselamatan pasien berkomitmen untuk
membudayakan peningkatan mutu secara berkesinambungan melalui
pengelolaan indikator mutu.
Pokok Pikiran:
Kepala Puskesmas bertanggung jawab menetapkan prioritas program
dan kegiatan Yang perlu diperbaiki, dengan mempertirnbangkan proses-
proses Yang berimpllkasi risiko tinggi (high risk), melibatkan populasi
dalam volume besar (high volume), membutuhkan biaya bcsar bila tidak
dikclola dcngan baik (high costl, capaian kinerja rendah (bad performance),
atau cenderung menimbulkan masalah (problem prone)
Area prioritas perbaikan untuk tingkat Puskesmas ditetapkan setiap
tahun berdasarkan masalah kesehatan Yang ada di wilayah kerja sebagai
-101-

hasil analisis kebutuhan dan harapan masyarakat Yang menjadi fokus untuk
melakukan inovasi. Upaya tersebut harus didukung semua bagian mulai
dari Kepemimpinan dan Manajemen Puskesrnas (KMP), Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP),
Kefarmasian, dan Laboratorium.
Keberhasilan perbaikan terhadap area prioritas diukur dengan indikator
area prioritas.
Dalam rangka upaya perbaikan mutu yang berkesinambungan, Kepala
Puskesmas memberlakukan Indikator Mutu -terdiri dari:
a. Indikator Nasional Mutu (NM)
Indikator ini merupakan indikator yang bersifat mandatori yang wajib
dilakukan pengukuran dan pelaporan oleh seluruh Puskesmas.
b. Indikator Mutu Prioritas Puskesmas (IMPP)
Indikator ini dirumuskan berdasarkan prioritas masalah kesehatan yang
ada di wilayah kerja yang akan dilakukan perbaikan,
Indikator mutu yang diprioritaskan berdasarkan permasalahan
kesehatan di wilayah kerja disebut dengan Indikator Mutu Prioritas
Puskesmas (IMPP) yang upaya perbaikannya harus didukung oleh
KMP, UKM dan UKPP.
Contoh: masalah tingkat Puskesrnas yang ditetapkan sesuai dengan
permasalahan kesehatan di wilayah kerja adalah tingginya prevalensi
tuberkulosis, maka dilakukan upaya perbaikan pada kegiatan UKP yang
terkait dengan penyediaan pelayanan klinis untuk mengatasi masalah
tuberkulosis, dilakukan upaya perbaikan kinerja pelayanan UKM untuk
menurunkan prevalensi tuberkulosis, dan dukungan manajemen untuk
mengatasi masalah tuberkulosis.

c. Indikator Mutu Prioritas Unit Layanan/ layanan (IMPU)


Indikator ini dirumuskan berdasarkan prioritas masalah kesehatan yang
ada di unit l,ayanan masing-masing atau upaya kesehatan yang akan
dilakukan perbaikan.
Jenis indikator ini meliputi indikator mutu area manajemen, indiaktor
mutu area UKM dan Indikator mutu area klinis (UKP), dan Indikator
Sasaran Keselamatan Pasicn

Indikator Sagaran Keselamatan pasien (SKP) untuk masing-masing


sasaran meliputi ketepatan identifikasi pasien, efektif
pelayanan, pengelolaan Obat dengan kewaspadaan tinggi, upaya untuk
memastikan benar pasien, benar prosedur, dan benar Sisi pada pasien yang
menjalani tindakan medis, kebersihan tangan, dan proses untuk mengurangi
risiko jatuh. Indikator Sasaran Kcsclamatan Pasicn bcrtujuan untuk
mcngukur kepatuhan staf terhadap dalam penerapan sasaran keselamatan
pasien dan budaya kcsclamatan

Dalam p emilihan indikator perlu memperhatikan:


-102-

Jika indikator yang dipilih sama di beberapa unit pelayanan (contoh:


indikator kepatuhan cuci tangan) maka tim atau petugas yang diberi
tanggung jawab mutu, melakukan koordinasi dalam pengumpulan data.
Jika prioritas indikator yang dipilih terkait dengan beberapa unit pelayanan
(contoh: pengukuran waktu tunggu rawat jalan dan waktu tunggu rekam
medis), maka tim atau petugas yang diberi tanggung jawab mutu
melakukan integrasi dalarn pengumpulan data.
K00Tdinasi dan integrasi sistem pengukuran akan memberikan kesempatan
adanya penyelesaian dan perbaikan yang terintegras i.
Kepala Puskesmas dan Petugas yang diberi tanggung jawab dalam
perencanaan dan penerapan peningkatan mutu mendapatkan pelatihan
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan peran
masing masing melalui pelatihan, lokakarya, kaji banding, on thejob
training atau in house training
Indikator mutu yang sudah tercapai dan dapat dipertahankan selama tahun
berjalan dapat diganti dengan indikator mutu Yang baru. Indikator mutu
yang belum mencapai target dapat tetap rnenjadi prioritas untuk tahun
berikutnya.

Elemen Penilaian;
Terdapat kebijakan tentang prioritas peningkatan mutu pelayanan, dan
pencapaian gasaran keselamatan pasien, dan PPI. (R)
2. Dilakukan pengumpulan dan analisis c apaian Indikator Mutu (D ,W)
3. Dilakukan evaluasi efektivitas upaya peningkatan mutu Puskesmas
berdasarkan hasil analisis capaian Indikator Mutu Puskesmas. (D ,W)
4. Terdapat rencana peningkatan pengetahuan dan keterampilan staf Yang
terlibat dalam perncanaan dan perbaikan mutu sesuai dengan peran
masingmasing. (D,W)

5.1.3 Dila.kukan analisis dan validasi hasil pengumpulan data indikator mutu sebagai
informasi yang menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
untuk peningkatan mutu Puskesmas dan untuk penyampaian informasi
tentang kinerja kepada masyarakat,

Pokok Pikiran:
Manfaat dan keberhasilan program perbaikan mutu hanya bisa
ditunjukkan jika didukung oleh ketersediaan data Yang sahih. Öleh sebab
itu sangat penting untuk melakukan pengukura.n yang sahih terhadap
indikatorindikator yang ditetapkan_
Untuk menjamin bahwa data dari masing-masing indikator mutu Yang
dikumpulkan sahih dan dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan
dalam pcningkatan mutu dan mcnyampaikan informasi tentang mutu
pelayanan Puskesmas kepada masyarakat maka perlu dilakukan validasi
data.
-103-

Validasi data dilakukan ketika ada indikator baru yang digunakan;


data akan ditampilkan kepada masyarakat melalui media informasi yang
telah ditetapkan oleh Puskesmas; ada perubahan profil indikator,
misalnya: perubahan alat pengurnpulan data, perubahan numerator atau
denominator, perubahan metode pengumpulan , perubahan s umber data,
perubahan subjek E*ngumpulan data, perubahan definisi operasional dari
indikator ada perubahan data pengukuran yang tidak diketahui sebabnya;
o sumber data berubah, misalnya jika ada bagian dari catatan pasien Yang
diubah ke format elektronik sehingga sumber datanya menjadi elektronik
dan kertas; atau subjek pengumpulan data berubah. misalnya perubahan
dalam urnur pasien rata•rata, penerapan pedoman praktik baru, atau
pemakaian teknologi dan metodologi perawatan baru.
Pelaksanaan validasi data hasil pengukuran indikator mutu dilakukan
oleh petugas Yang diberikan tanggungiawab untuk melakukan validasi.
Akan tetapi dalam hal keterbatasan tenaga, maka petugas yang diberi
tanggung jawab untuk validasi data dapat dirangkap oleh petugas
penanggung jawab indika tor.
Dalam rangka mencapai scbuah kesirnpulan dan membuat keputusan maka
data harus digabungkan, dianalisis dan diubah menjadi informagi yang
berguna.
Analisis data melibatkan individü di dalam tim PMP yang memahami
manajemen İnformasi, mempunyaİ keterampilan dalam metode
pengumpulan data, dan mengçtahui çara menggunakan bçrbagai alat
Statistik. Hasil analisis data hanıs dilaporkan kepada Kepala Puskesmas
oleh penanggung jawab data yang bertanggung jawab terhadap proses dan
basil yang diukur sebagai dasar untuk melakukan tindak lanjut perbaikan.
Teknik statİstİk dapat berguna dalam proses analisis data, khususnya
dalam menafsirkan varİasİ dan memutuskan arca yang paling
membutuhkan perbaikan. Run charts, dıagram kontToI, histogram, dan
diagram Paneto adalah contoh metode s tatistik yang sangat berguna untuk
memahamİ pola dan variaşi kincrja pçlayanan keşehatan
Dalam menetapkan frckucnsi pcngumpulan data dan analisisnya hams
mempertimbangkan kebutuhan unluk perbaikan mutu kegiatan pelayanan,
sebagai Cöntöh penğllmpulan dan analisis data indikatör mutil pelayğnâtl
laboratorİum cukup dilakukan mingguan, sedangkan kepatuhan melakukan
asesmen pasien jatuh perlu dilakukan tiap hafi, dan dianalisis tiap minggu.
Ketepatan waktu pengumpulan dan analisis data akan dapat digunakan
untuk mengukur konsistensi pelaksanaan kegiatan pelayanan dan dapat
digunakan untuk memprediksi kecenderungan pada waktu mendatang.
Analisis data dapat dilakukan membandingkan data-data Puskesmas
melalui kaji banding dalam empat hal:
a) membandİngkan data di Puskesmas darİ waktu ke waktu untuk
melihat kecenderungan (trend) misalnya data PİS PK darİ bulan ke
bulan atau darİ tahun ke tahun;
b) membandingkan dengan Puskesmas lain bila memungkinkan dengan
Puskcsmas yang scjçnis sepcrti rnclalui database ckstcrnal nasional ten
tang data PİS PK;
-104-

c) membandingkan dengan standar seperti yang ditentukan oleh


peraturan pcrundang-undangan.
d) jika memungkİnkan, memb andingkan dengan praktİk yang
dİİngİnkan yang dalam literatür digolongkan sebagai best practİce
(praktik terbaik) atau betler practİce (praktİk yang lebih baİk) atau
practİce guİdelİnes (panduan praktik klinik),
Sebagai badan publik, Puskegmng wajib menyediaknn informagi publik
yang akurat, benar dan faktual. Informasİ tentang kinerja Puskesmas adalah
İnformasi publİk, untuk İtü perlu disampaikan kepada pubIİk/ masyarakat.
Penyampaian İnformasi tentang kinerja Puskesmas dapat mendorong
partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas.
Kinerja mutu adalah İndikator-İndİkator mutu yang merupakan tolak
ukur yang digun.akan untuk mengukur keberhaşilan program mutu

Elemen Penilaian:
I. Dilakukan pengumpulan data hasil pengukuran indikator mutu menggunakan
metode dan teknik statistik seguai kebutuhan (D,W)
2. Dilakukan validasi data hasil pengumpulan pengukuran indikatör
sebagaimana diminta pada pokok pikiran. (D, O, W)
-105-

3. Terdapat analisis data yang dilakukan melalui kaji banding seperti yang
dise butkan dalam pokok pikiran dan hasilnya dlsampałkan kepada Kepala
Puskesmas untuk tindak lanjut perbaikan. (D. W)
4. Dilakukan penyampaian informasi 'tentang kinerja mutu kepada
masyarakat.

5.1 A. Peningkatan Mutu dicapai dan dipertahankan.

Informasi dari analisis data digunakan untuk mensidentifikasi potensi


perbaikan dan mengurangi atau mencegah kejadian yang menngikan.
Informasi tersebut menjadi dasar dalam mengenal masalah dan potensi
perbaikan, terutama untuk indikator-mdikator mutu prioritas yang sudah
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
Metode untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu dan keselamatan
pasien/masyarakat antara lain dapat menggunakan siklus Plan (merencanakan
perbaikan), Do (uji coba perbaikan), Study (mempelajari/menganalisis hasil
uji coba perbaikan), Action (menindak lanjuti hasii analisis uji coba
perbaikan).
Setelah perbaikan direncanakan, dilakukan uji coba perubahan dan
dipelajari hasilnya dengan mengumpulkan data sclama kegiatan uji coba, dan
dilakukan penilaian kembali untuk membuktikan bahwa perubahan yang
dilakukan benar-benar menghasilkan perbaikan.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa dilakukan proses pet•baikan
berkelanjutan berdasarkan pengumpulan dan analisis data secara berkesin
ambungkan.
Perubahan yang efektifyang dapat dilakukan antara lain adalah: perbaikan
kebijakan, perbaikan alur pelayanan, perbaikan standar operasional prosedur,
pendidikan staf, ketepatan waktu ketersediaan peralatan, dan berbagai bentuk
perubahan yang lain. Jika perubahan tersebut dinilai efektif, maka dapat
dilakukan replikasi ke unit keria Yang lain.
Perbaikan-perbaikan tersebut baik Yang bersifat mernpertahankan capaian,
maupun upaya peningkatan didokumentasikan sebagai bagian dari manajcmcn
peningkatan mutu dan keselamatan pasien dan program

Program peningkatan mutu Puskesmas dilaporkan kepada dinas kesehatan


daerah kabupaten/ kota minimal setahun sekali.

Elemen
Terdapat bukti Puskesmas telah membuat rencana perbaikan mutu dan
keselamatan pasien dan telah diuji cobakan berdasarkan hasil capaian
indikator mutu. W)
2. Terdapat bukti Puskesmas telah melakukan evaluasi dan tindak lanjut
terhadap hasil uji coba perbaikan. (D.W)
3. Keberhasilan•keberhasilan telah didokumentasikan, dikomunikasikan serta
digosialisasikan dan dijadikan laporan PMP. (D,W)
4. Dilakukan pelaporan program peningkatan mutu kepada dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota minimal setahun sekali. (D, W)
Program manajemen risiko digunakan untuk melakukan identiflkasi, analisa
dan penatalaksanaan risiko untuk mengurangi cedera, dan mengurangi
risiko Iain terhadap keselamatan pasien, staf dan sasaran pelayanan
UKM serta masyarakat.
Upaya mang/emen risiko dilaksã'iãkãñ titelalüi sebüãh kerangka kerjä
manajemen rtsiko Yang dilaksanukan dalam Proses manajemen risiko Yang
mencakup : identifikasi, analisis, penatalaksanaan risiko dan pemarttauan
Yang

Kriteria
5.2.1 Risiko dalarn penyelenggaraan berbagai upaya Puskesmas terhadap pengguna
layanan, keluarga, masyarakat, petugas, dan lingkungan diidentifikasi ,
dianalisis dan dilakukan penatalaksanaannya
Pokok Pikiran;
Pelaksanaan setiap kegiatan Puskesmas dapat menimbulkan risiko terhadap
pengguna layanan, keluarga, masyarakat, petugas, dan lingkungan.
Risikorisiko terschut pcrlu dikclola Olch pcnanqgung jawab dan pclaksana
untuk mengupayakan langkah-langkah pencegahan dan/ atau minimalisasi
risiko, sehingga tidak menimbulkan akibat negatif atau kerugian.
Manajemen risiko merupakan pendekatan proaktif Yang
komponenkomponen pentingnya meliputi:
a. identifikasi risiko,
b. prioritas risiko,
c. pelaporan risiko ,
d. manajemen risiko
e. investigasi terhadap insiden Yang terjadi baik pada layanan,
petugas keluarga dan pengunjung
f. manajemen terkait tuntutan (klaiml
Identifikasi Risiko Yang dapat terjadi didokurncnt:asikan dalam Register
Risiko.
Kategori risiko di Puskesmas adalah Risiko Yang mungkin ataupun telah
terjadi terkait dengan KMP, UKPP, dan UKM.
Register Risiko harus dibuat sebagai dasar penyusunan Program
Manajemen risiko, dan untuk membantu petugas Puskcsmas mengenal dan
mewaspadai kemungkinan risiko dan akibatnya, sehingga dapat melakukan
perlindungan tcrhadap sasaran program, pasicn, keluarga, masyarakat,
petugas, lingkungan, dan fasilitas pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian:
l. Dilakukan identifikasi, anal:isis dan upaya untuk merninimalkan dan atau
memitigasi risiko Yang dapat terjadi dalam area KMP, UKM, dan UKPP. (D,W)
2. Hasil identifikasi, analisis dan upaya untuk rneminimalkan dan atau memitågasi
risiko Yang dapat terjadå didokurnentasikan dalarn register risiko. (D)

5.2.2 Risiko dalarn penyelenggaraan berbagai upaya Puskesmas terhadap pengguna


layanan, keluarga, rnasyarakat, petugas, dan lingkungan Yang telah
diidentifikasi dianalisis dan ditindak lanjuti.
Pokok Pikiran;
Program Manajemen Risiko (MR) yang berisi strategi dan kegiatan untuk
mereduksi atau memitigagi risiko, disusun setiap tahun, terintegrasi dalarn
perencanaan Puskesmas, berdasarkan identifikasi dan analisis risiko baik yang
-107-

sudah berakibat terjadinya kejadian/ insiden maupun yang berpotensi


menyebabkan terjadinya kejadian/ insiden. Program manajemen risiko terdiri
dari;
a) Komunikasi dan Konsultasi
b) Risk Assesment yang meliputi identifikasi, analisis dan evaluasi risiko
untuk menentukan strategi reduksi dan mitigasi risiko
c) Penatalaksanaaan risiko/ Penanganan råsiko
d) Monitoring dan review perbaikannya
c) Pelaporan kepada Kepala Puskcsmas dan Dinas Keschatan Dacrah
Kabupaten/ Kota
Strategi reduksi dan mitigáSi dapat berup.ä kontrol r-1Sikö (Risk control)
pembiayaan risiko (Risk Financing)
Kontrol risiko—terdiri dari : Menghindari risiko (risk avoidance), Mencegah
kerugian (Loss Prevention - Frequency), Mereduksi kerugian / dampak (Loss
Reduction — Severity), Segregasi dan Transfer Kontraktual yang bukan
Asuransi (Contractual non Insurance) misalnya dengan konsinyasi.
Pembiayaan risiko (Risk Financing) adalah memindahkan risiko kepada pihak
lain melalui pembiayaan, misalnya : asuransi kebakaran.
Satu alat/metode analisis proaktif terhadap proses la-itis dan berisiko tinggi
adalah failure mode effect analysis (analisis efek modus kegagalan) untuk
menganalisis minimal satu proses kritis atau berisiko tinggi yang dipilih setiap
tahun.
Untuk menggunakan metode/ alat ini atau alat-alat lainnya yang serupa
secara efektif, Kepala Puskesmas harus mengetahui dan mempelajari
pendekatan tersebut, menyepakati daftar proses yang berisiko tinggi dari segi
keselamatan pasien , pengguna layanan dan staf, dan kemudian menera
alat tersebut untuk menganalisis proses tersebut. Pimpinan Puskesmas
mengambil tindakan untuk mendesain Lilang proses atau me:ngambil
tindakan untuk mengurangi risiko pada tahapan-tahapan proses yang
dianalisis.

Elemen Peniiaian:
Program risiko disusun berdasar ana lisis kejadian yang sudah terjadi
dan hasil identifikasi proses berisiko tinggi dan menjadi bagian terintegrasi
dalam perencanaan Puskesmas (D, W)
2. Dilakukan penatalaksanaan risiko berupa strategi reduksi dan mitigasi
risiko dan pemantauan pelaksanaan tata laksana terkait kesehatan dan
keselamatan kerja, sarana prasarana, dan infeksi (D,W)
3. Dilakukan pelaporan kepada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/ Kota serta dikomunikasikan kepada pemangku
kepentingan tentang hasil program manajemen risiko, dan rencana tindak
lanjut risiko yang telah diidentifikasi. (D, W)
4. Ada bukti Puskesmas telah melakukan dan menindak lanjuti failure mode
effect analysis (analisis efek modus kegagalan) setahun sekali pada proses
berisiko tinggi yang diprioritaskan (D,W)
Standar
5.3 Sasaran Keselamatan pasien diterapkan dalam Upaya Keselamatan
Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran keselamatan pasien
sebaoai Suntu upaya untuk meninokatkan mutu pelayanan.
s.3.1 Proses Identifikasi pasien dilakukan dengan benar.
Salah identifikasi pasien dapat teriadi di Puskesmas baik pada
proses pelayanan sebagai akibat dari kelalaian petugas, kondisi
kesadaran pasien, perpindahan tempat tidur, dan kondisi lain yang
menyebabkan terjadinya salah identitas-
Kebijakan dan prosedur identifikasi pasien perlu disusun termasuk
identifikasi pasien pada kondisi tertentu, misalnya pasien tidak dapat
menyebutkan identitas, penurunan kesadaran, koma, gangguan jiwa ,
datang tanpa identitas yang jetas, dua atau lebih pasien mempunyai
nama yang sama atau mirip.
Identifikasi harus dilakukan minimal dengan dua cara yang relatif
tidak berubah, antara lain: nama lengkap tanggal Iahir, nomor rekam
medis, dan nomor induk kependudukan, dan tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pagien dirawat.
Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai dari
skrining, pada Saat pendaftaran_ setiap akan melakukan prosedur
diagnostik, prosedur tindakan, Obat, dan diit.
Elemen Penilaian:
Dila kukan identifikasi pasien sebelum dilakukan prosedur diagnostik, tindakan,
pemberian obat, pemberian imunisasi, dan pemberian diit, sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. (D,O,W)
2. Dilakukan prosedur tepat identifikasi pada kondisi khusus seperti disebutkan
pada pokok pikiran (D ,O,W)
Kriteria
5.3.2 Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dalam pemberian asuhan
ditetapkan dan dilaksanakan
Pokok Pikiran:
Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan pengobatan dapat
terjadi akibat komunikasi yang tidak efektif dalam proses asuhan pasien
Komunikasi yang efekt:if, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat
keselamatan pasien
Komunlkasi yang rentan terjadi kesálahan antara lain : l) terjadi pada saat
pernberian perintah secara verbal, 2) pernberi.an verbal melalui telpon, 3)
penyampaian hasil kritis pemeriksaan pcnunjang diagnosis, 4) serah terima
antar shift, dan 5) pemindahan pasien dari unit yang satu ke unit yan g lain.
Kebijakan dan prosedur komunikasi efektif perlu disusun dan diterapkan
dalam penyampaian pesan verbal, pesan verbal lewat telpon, penyampaian
nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, serah terima pasien pada
serah terima jaga maupun serah terima dari unit yang satu ke unit yang Jain,
misalnya untuk pemeriksaan penunjang, dan pemindahan pasien kc unit
Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewal telpon antara
lain dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik SBAR (Situation,
Background, Asessrnent, Recommendation)
Pelaksanaan serah teritna pasieri dilakukan dengan tektiik SBAR,
memperhatikÃñ kesempataxi tintuk bertanya dan memberi penjelasan
(readback, repeat back), menggunakan formulir yang baku, dan berisi
-109-

informasi kritikal yang harus disampaikan antara lain: tentang status/kondisi


pasien, pengobatan, rencana asuhan, tindak lanjut yang harus dilakukan,
adanya perubahan status/kondisi pasicn yang signifikan, dan keterbatasan
maupun risiko yang mungkin dialami oleh pasien_
Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telpon ditulis lengkap
(T), dibaca ulang oleh penerima perintah dan dikonfirmasi kepada pemberi
perintah
Nilai kritis hasil perneriksaan penunjang yang berada di luar rentang
angka normal secara mencolok harus ditetapkan dan segera dilaporkan oleh
tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam pelayanan penunjang
kepada dokter penanggung jawab pasien sesuai dengan ketentuan waktu
yang ditetapkan oleh Puskesrnas-
Vntuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan komunikasi efektif
maka perlu dilakukan edukasi kepada karyawan, Edukasi dapat dilakukan
dalam bentuk pelatihan, lokakarya, on thejoþ training atau bentuk lain yang
dianggap efektif transfer skill dan pengetahuan terhadap peningkatan
kompetensi karyawan dalam melakukan komunikasi efektif

Elemen Penilaian:
Pemberian perintah secara verbal ditulis lengkap dan dibaca ulang oleh
penerima perin tah serta dikonfirrnasi oleh pemberi perintah. (D,W)
2. Pelaporan kondisi pasien, dan pelaporan nilai kritis hasil pemeriksaan
laboratorium ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, dan
di.konfirrnasi oleh pemberi pesan dilakukan sesuai prosedur, dan dicatat
dalam rekam medis termasuk identifikasi kepada siapa nilai kritis hasil
pemeriksaan laboratoriurn dilaporkan. (D,O ,W, S)
3. Proses komunikasi serah terirna pasien yang memuat hal-hal kritial
dilakukan secara konsisten sesuai dengan prosedur, metoda, dan
menggunakan form yang dibakukan (D

5.3.3 Proses untuk menin.gkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu


diwaspadai ditetapkan dan dilaksR na
Pikiran;
Pemberian obat pada pasien perlu dikelola dengan baik dalam upaya
keselamatan pasien. Kesalahan penggunaan obat•obat yang perlu
diwaspadai dapat rncnimbulkan cedcra pada pasicn.
Obat yang perlu diwaspadai (high alert) adalah obat-obat yang dalam
penggunaannya sering menyeba bkan kesalahan dan/ atau keiadian
obat-Obatan
dengan rentang terapi yang sempit, insulin, anti koagulañ, kerñoterapi,
obatobatan psikoterapi, narkotika, dan obat-obatan dengan nama dan rupa
mirip Kesalahan pernberian abat dapat juga terjadi akibat adanya obat
dengan nama dan rupa obat mirip (look alike sound alike)
-110-

Perlu ditetapkan dan dilaksanakan kebijakan dan prosedur pengelolaan


obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama dan rupa mirip,
meliputi: penyimpanan, penataan, peresepan, pelabelan, penyiapan,
penggunaan, evaluasi penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai
termasuk obat psikotropika, n arkotika, dan oba t dcngan nama atau rupa
mirip
Elemen Pcnilaian;
1. Disusun daftar Obat yang pcrlu diwaspadai dan Obat dengan nama atau
rupa mirip serta dilakukan pelabelan dan penataan obat yang perlu
diwaspadai dan obat dengan nama atau rupa mirip sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang
2. Dilakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-obatan
psikotropika/narkotika dan obat-obatan lain yang perlu diwaspadai (high
atero. (D, W)

Kriteria
5.3.4 Proses untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur, tepat sisi pada
pnsieri yang operasi/tindâkan medis ditetapkâii dan dilaksanakan.

Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat diakibatkan oleh


salah orang, salah prosedur, salah sisi pada pemberian tindakan invasifatau
tindakan pada pasien.
Puskesmas harus menetapkan tindakan operatif, tindakan invasif dan
proscdurnya, yang meliputi semua tindakan yang mcliputi sayatan/ insisi
atau tusukan, pengambilan jaringan, pencabutan gigi, pemasangan implan,
dan tindakan atau prosedur invasif yang lain yang menjadi kewenangan
puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertarna.
Puskesmas harus mengembangkan suatu sistim untuk memastikan benar
pasien, benar prosedur, benar sisi jika melakukan tindakan dengan
menerapkan Protokol Umum (Universal Protocol), yang meliputi:
a) Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;
b) Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan
c) Time out yang dilakukan segera se belum dimulainya prosedur
Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan bertujuan untuk verifikasi
benar orang, bena.r prosedur, benar sisi, memastikan semua dokumen,
persetujuan tindakan medis, rekam medis, hasil pemeriksaan penunjang
tersedia dan diberi label, memastikan obat-obatan, cairan intravena, jika
ada ada produk darah yang diperlukan, peralatan medis atau implant
tersedia dan siap digunakan.
Penandaan sisi yang akan dila.kukan tindakan/ prosedur melibatkan
pasien jika mernungkinkan dan dilakukan dengan tanda yang langsung
dapat dikenali dan tidak membingungkan. Tanda harus dilakukan secara
seragam dan konsisten. Penandaan dilakukan pada semua organ yang
mempunyai lateralitas (kanan lawan kiri, seperti salah satu dari dua
-111-

anggota badan, satu dari sepasang organ). beberapa struktur (seperti jari
jari kaki. lesi), atau beberapa tingkat (tulang bclakang). Untuk tindakan di
poli gigi. scpcrti pencabutan gigi, penandaannya bila pcrlu, menggunakan
hasil rontgcn gigi atau odontogram. Penandaaan harus dilakukan
oleh-.Qper.atQrLQI.ang-y.ang akan melakukan tindakan yang akan
melakukan seluruh prosedur dan tetap bersama pasien selama prosedur
berlangsung
Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja sebelum prosedur dimulai
selama paslen terlibat secara aktif dalam penandaan sisi dan tanda.
Adakalanya pasien tidak mcmungkinkan untuk berpartisipasi, misalnya:
pasien anak, atau ketika pasien tidak kompeten membuat keputusan
tentang perawatan kesehatan.
Jeda / time out merupakan peluang untuk menjawab semua pertanyaan
yang belum terjawab atau meluruskan kerancuan. Jeda dilakukan di lokasi
tempat prosedur akan dilakukan. tepat sebelurn mernulai prosedur, dan
melibatkan seluruh tim yang akan melakukan tindakan operasi atau invasif.

Elemen Penilaian:
Dilakukan penandaan sisi operasi/ tindakan medis secara konsisten oleh
pemberi pelayanan yang akan melakukan tindakan sesuai kcbijakan dan
prosedür yang ditetapkan_ (O,W)
2. Dilakukan verifikasi sebelum operasi/tindakan medis untuk memastikan
prosedür telah dilakukan dengan benar. (D, O, W)
3. Dilakukan time-out sebelum operasi/ tindakan meclis, untuk
memastikan semua pertanyaan sudah terjawab atau meluruskan kerancuan.
(D, W)
Kriteria
5.3.5 Proses untuk mengurangİ rİsİko pasİen jatuh disusun dan dilaksanakan
Pokok Pikiran:
Cedera pada pasien dapat terjadİ karena jatllh di fasilitaş kesehatAn.
Risiko jatuh dapat terjadİ pada pasien dengan riwayat jatuh, penggunaan
obat, minum minuman beralkohol, gangguan keseimbang,an, gangguan
visus, gangguan mental, dan şebab yang lain.
Penapisan dilakukan sesuai dengan kebiJakan dan prosedür yang
disusun unluk meminimalkan tcrjadinya risiko jatuh pada pasicn rawat
jalan dan rawat İnap di P•uşkcşmaş.
Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat jalan dengan
mempertimbangkan
l) kondisi pasien, contoh : pagien geriatri, dizziness, vertigo, gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaa_n abat, sedasi,
status kesadartii'i dan ata u kejİwaAiü, köiişumsİ alköhöl
2) diagnösis, contöh pasien dengan diagnösis penyakit Parkinson
3) situasİ : Pasicn yang mcndapatkan sedasİ atau pasien dengan riwayat
tirah barİng lama yang akan dİpİndahkan untuk pemerİksaan
-112-

penunjang darİ aınbulans, perubahan posİsİ akan meningkatkan rİsİko


jatuh
4) lokasİ : hasil İdentİfikasİ area-area di Puskesmas yang berİsİko terjadİ
pasİen j atuh, antara lain lokasİ yang dengan kendala penerangan atau
mempunyaİ btxrrier/pcnghalang yang lain, misalnya tcmpat pclayanan
fisİoterapİ, tangga.
Kriteria untuk melakukan penapisan kemungkınan terjadinya risİko
jatuh harus ditetapkan baİk unluk pasicn rawat İnap maupun rawat jalan,
dan dilakukan upaya untuk mencegah atau meminirnalkan kejadİan jatuh
di fasilitaş kesehata.n,
Contoh alat unluk mclakukan pcnapisan pada pasicn rawat inap adalah
skala Morse untuk pasien dewasa, dan skala Humpty Dumpty untuk anak,
sedangkan untuk rawat jalan dengan menggunakan get up and go test, atau
dengan mcnanyakan liga pcrlanyaan :
a. apakah dalam enam bulan tcrakhir pcrnah jatuh
b. apakah menggunakan obat yang mengganggu keseimbangan
c. apakah jika berdiri dan/ atau berjalan membutuhkan bantuan orang
lain. Jika satu dari pertanyaan tersebut mendapat jawaban ya, maka
pasien tersebut dikategorikan berisiko jatuh
Elemen Penilaian:
Dilakukan penapİsan pasİen dengan rİsİko jaİuh sesuaİ dengan kebijâkan dan
prosedür serta diLakukan upaya untuk mengurangi risiko tersebut
2. Dilakukan evaluasİ dan tindak lanjut untuk mengurangİ risİko terhadap
sİtuasİ dan lokasİ yang dİİdentİfikasİ berİsİko terjadİ pasİen jatuh (D, O,
W).
Puskesmas menetapkan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien dan
pengembangan budaya keselamatan
Pel,aporan insiden keselamatan pasien berhubungan dengan budaya
keselamatan di Puskesrnas dan diperlukan untuk mencegah insiden lebih
lanjut atau berulang di masa mendatang yang akan membawa dampak
kerugian yang lebih besar bagi Puskesmas

5.4.1 Dilakukan pelaporan, dokumentasi, analisis, dan penyusunan rencana


penyelesaian masalah, upaya perbaikan, dan pencegahan insiden keselamatan
pasien.

Pokok Pikirant
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkao cedera.
yang dapat dicegah pada pasien. Insiden keselarnatan pasien terdiri atas ; l)
Kejadian tidak diharapkan (KTD), 2) Kejadian nyaris cedera (KNC), 3)
Kejadian tidak cedera, 4) kondisi potensial cedera (KPC), dan 5) Kejadian
sentinel (KS)
-113-

Insiden keselamatan pasien terdiri atas : l) Kondisi Potensial Cedera


(KPC),
2) KejAdinn Cedera (KNC); 3) Kejntlian TidAk cedera (KTC): 4) Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD) dan 5) Kejadian Sentinel (KS)
Upaya keselamatan pasien dilakukan untuk mencegah teriadinya
insiden. Jenis Insiden terdiri dari :
l) Kejadian 'Tidak Diharapkan (KTD), yaitu inslden yang mengakibatkan
cedera pada pasien. Misalnya pasien jatuh dari tempat tidur dan
menimbulkan luka pada pergelangan kaki.
2) Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden yang sudah mengenai /
terpapar pada pasien tapi tidak terjadi cedera.
Misalnya Perawat salah mernberikan obat pada pasien, obat telah
diminum tapi pasien tidak mengalami cedera.
3) KondisiPo tensia1Cedera (KPC) adalah semua situasi atau kondisi
terkait perawatan pasien yang sangat berpo tensi cedera pada pasi en.
Misalnya alat pengukur tekanan darah rusak di letakkan di ruang
pemeriksaan, tim bangan bayi yang tusak dan di letakkan di ruang gizi
4) Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah insiden yang terjadi tapi belum
mengenai / terpapar pada pasien karena dapat dicegah, Misalnya;
perawat mau memberikan obat kepada pasien, ketika di cek ternyata
obat yang dibcrikan oleh farmasi rnilik pasicn yang lain yang
namanya mirip. schingga obat terscbut tidak jadi dibcrikan.
5) Sentinel suatu kejadian yang tidak diinginkan (unexpected
occurrence) yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.
Kejadian sentinel dapat berupa:
a) Kematian yang tidak diduga, termasuk dan tidak terbatas hanya
pada :
kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit
atau kondisi pasien (contoh: kematian akibat proses transfer yang
terlambat) kematian bayi aterm bunuh diri
b) Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait penyakit atau kon
disi pasien
c) Tindakan salah tempat, salah prosedur, salah pasien
d) Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bay•i dikirim
ke rumah bukan rumah orang tuanya
e) Perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan
(berakibat kematian atau kehilangan fungsi secara permanen) atau
pembunuhan Orang disengaja) atas pasien, anggota keluarga, staf,
dokter, pengunjung atau vendor / pihak ketiga ketika berada dalam
lingkungan Puskesmas
Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut
pelaporan insiden adalah suatu sistern untuk mendokumentasikan laporan
insiden keselamatan pasien. Pelaporan insiden terdiri dari Laporan Insiden
Internal dan Laporan Insiden Eksternal.
Sistem pelaporan diharapkan dapat mendorong individu di dalam
Puskesmas untuk peduli akan bahaya atau potensi bahaya yang dapat
terjadi pada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memantau
-114-

upaya pencegahan terjadinya kesalahan (error) sehingga dapat mendorong


dilakukan investigasi. Di Sisi lain pelaporan akan menjadi awal proses
pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
Puskesmas perlu melakukan analisis dengan menggunakan matriks grading
risiko yang akan menentukan jenis investigasi insiden yang dilakukan
setelah Laporan insiden internal. Investigasi terdiri dari Investigasi
sederhana Root Cause Analysis (RCA)
Puskesmas perlu menetapkan sistem pelaporan insiden yang meliputi:
kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan, prosedur pelaporan, insiden
yang harus dilaporkan internal yaitu semua jenis ingiden termasuk kejadian
sentinel, kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera maupun
kejAdian sangnt potensial cedera. Sednngkan lapomn ekšternal yang
dilaporkan adalah IKP yang menunjukkan grading kuning dan merah
berdasarkan hasil analisis. Ditentukan juga slapa Saja yang membuat
laporan, batas waktu pelaporan, investigasi dan tindak lanjutnya
Pelaporan insiden keselamatan pasien dilaporkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
Elemen Penilaian:
Dilakukan pelaporan jika terjadi insiden sesuai kebijakan dan prosedur Yang
ditetapkan kepada tim keselamatan pasłen yang disertai dengan analisis,
investigasi insiden, dan tindak lanjut terhadap insiden. (D,W)
2. Dilakukan pelaporan ke Kornite Nasional Keselamatan pasi en (KNKP)
terhadap insiden, dan tindak Janjut sesuai kerangka waktu ditctapkan, (D)

5.4.2 Tenaga kesehatan pernberi asuhan berpcran penting dalam memperbaiki


perllaku dalam pemberian pelayanan yang mencerminkan budaya mutu dan
budaya keselamatan.

Pakok Pikiran:
Upaya peningkatan mutu layanan klinis. dan keselamatan pasien rnenjadi
tanggung jawab seluruh tenaga kesehatan Yang rnemberikan asuhan
pasien. Tenaga kesehatan adalah tenaga medis, perawat, bidan, dan
tenaga kesehatan lain yang diberi wewenang dan bertanggung jawab
melaksanakan asuhan pasien.
Perilaku terkait budaya berupa;
a) penyedłaan layanan yang baik, termasuk pengambilan keputusan
be rsama;
b) bckcrjasarna dengan pasien atau klien
c) bekerjasarna dengan tenaga kesehatan lain
d) bekerjasarna dalam sistem layanan kesehatan
e) merninimalisir risiko
t) mempertahankan kinerja profesional
g) perilaku profesional dan beretika memastikan pelaksanaan
proses pelayanan yang terstandar
-115-

i) upaya peningkatan mutu dan keselamatan termasuk keterlibatan dalam


pelaporan dan tindak lanjut insiden
Perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan seperti:
a) Perilaku yang tidak layak (Inappropriate), seperti kata-kata at,au bahasa
tubuh yang merendahkan atau menyinggung staf,
misalnya mengumpat, memaki;
b) Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku tidak layak
yang dilakukan secara berulang, bentuk tindakan verbal atau non verbal
yang membahayakan atau mengintimidasi star lain, adalah komentar
sembrono di depan pasien yang berdampak menurunkan kredibilitas
staf klinis laiñ, contoh mengomentari negatif hasil tindakan at.at.i
pengobatan staf lain di depan pasien, misalnya —obatnya ini salah,
tarnatan mana dia„ rnelarang perawat untuk membuat laporan insiden,
memarahi staf klinis lainnya di depan pasicn, kcmarahan yang
ditunjukkan dcngan melempar membuang reka_m medis di ruang
rawat;
c) peril.aku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras, agama,
suku termasuk gender;
d) pelecehan seksual.
Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh sistem pelayanan yang
ada, tetapi juga perilaku dalam pemberian pelayanan- Tenaga kesehatan
perlu melakukan evaluasi terhadap perila_ku dalam pemberian pelayanan
dan melakukan upaya perbaikan baik pada sistem pelayanan maupun
perilaku pelayanan yang mencerminkan budaya keselamatan, dan budaya
perbaikan pelayanan klinis yang berkelanjutan.

1. Dilakukan identifikasi dan pelaporan perilaku yang tidak mendukung


budaya keselamatan/ "tidak dapat diterima- dan upaya perbaikannya
2. Dilakukan edukasi tentang mutu klinis dan keselamatan pasien pada
semua tenaga kesehatan pemberi asuhan. (D, W)

5.5 Program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan untuk


mencegah dan meninimalkan terjadinya infeksi terkait dengan
pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI
adalah upaya lintuk mencegah dan meminima/kan terjadinua infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.

5.5.1 Regulasi dan program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh
seluruh karyawan Puskesmas secara komprehensif untuk mencegah dan
merninimalkan risiko terjadinya infeksi yang terkait dengan pelayanan
kesehatan-
Pokok
-116-

• Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanju tnya disingkat PPI


adalah upaya untuk mencegah dan meminirnalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.
• Tujuan PP] adalah meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas
pelayanan kesehatan, sehingga melindungi sumber daya manusia
kesehatan, pasien dan masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
• Risiko infeksi yang didapat dan/ atau ditularkan di antara pasien, staf,
profesional
mahasiswa dan pengunjung diidentifikasi dan dicegah atau diminimalkan
melalui kegiatan PA.
• Puskesmas perlu menyusun program PPI yang meliputi irnplementasi
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasar transmisi, pendidikan dan pelatihan PPI Cdapat
berupa pelatihan atau workshop) baik bagi petugas maupun pasien dan
keluarga, serta masy•arakat. penyusunan dan penerapan bundles infeksi
terkait pelayanan kesehatan, monitoring pelaksanaan kewaspadaan isolasi,
surveilans penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan, serta penggunaan
anti mikroba secara bijak dan dilakukan pelaporan sesuai peraturan
petundang-undangan.
• Kegiatan yang tercantum dalam program PPI tergantung pada
kompleksitas kegiatan klinis dan pclayanan Puskesmas, besar kccilnya arca
Puskesmas, tingkat risiko dan cakupan populasi yang dilayani, geografis,
jumlah pasicn, dan jumlah pegawai dan merupakan bagian terintegrasi
dengan Program Peningkatan Mutu
• Agar peneegnhnn dan pengendalian infeksi dapat dilaksanakan dengan
optimal perlu ditetapkan staf yang terlatih untuk mengkoordinasikan,
memantau, dan menilai pelaksanaan prinsip-prinsip dan program ppl dalam
pelayanan berdasarkan kebijakan dan pedoman yang mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Untuk memantau dan menilai pelaksanaan program disusun
indikatorindikator sebagai bukti dilaksanakannya kegiatan-kegiatan yang
direncanakan.

Elemen Penilaian:
l. Puskesmas menyu.sun rencana dan melaksanakan program PPL secara
komprehensif dalam penyelenggaraan pelayanan di puskesmas. (R, D, O)
2. Dila.kukan pernantauan, evaluasi , indak lanjut dan pelaporan terhadap
pelaksanaan program PH dengan menggunakan indikator yang ditetapkan.

5.5.2 Dilakukan identifikasi risiko-risiko infeksi dalam penyelenggaraan pelayanan


sebagai dasar untuk menyusun dan menerapkan strategi untuk mengurangi
risiko-risiko tersebut.
-117-

Pokok Pikiran:
Puskesmas rnelakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi baik dalarn
penyelenggaraan pelayanan upaya kesehatan perseorangan maupun upaya
kesehatan masyarakat yang mungkin atau pernah terjadi terhadap pasien,
pengunjung, petugas, keluarga, dan masyarakat. Pelaksanaan identifikasi
dan kajian pernberian asuhan harus sesuai prinsip-prinsip PPI.
Berdasarkan hasil kajian tersebut disusun strategi dalam pencegahan
dan pengendalian infeksi mela]ui kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua
lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasar transmisi,
penggunaan antimikroba secara bijak, dan pclaksanaan bundlcs infcksi
terkait pelayanan kesehatan, antara lain infeksi aliran darah primer, infeksi
daerah operasi, infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter, dan
infeksi-infeksi Lain yang mungkin terjadi akibat pelayanan kesehatan,
Untuk penerapan kewaspadaan isolasi perlu dipastikan :
a. ketersediaan Alat Pelindung Diri (API)) : sarung tangan, kacamata
pelindung, masker, sepatu dan gaun pelindung:
b. ketersediaan linen Yang benar;
C. ketersediaan Alat medis sesuai ketentuan;
d. ketersediaan peralatan penyuntikan Yang aman•,
e. penyimpanan dan penanganan produk makanan dan nutrisi Yang
sesuai standar.
pengelolaan limbah melalui penempatan Yang aman dan pembuangan
limbah klinis dan limbah Yang berpotensi menular Yang memerlukan
pembuangan khusus seperti benda tajam / jarum dan peralatan sekali
pakai Iainnya ya ng mungkin bersentuhan dengan tubuh cairan;
Renovasi bangunan di Area Puskesmas dapat merl-apakan sumber
infeksi. Pemaparan debu dan kotoran konstruksi, kebisingan, getaran,
kotoran dan bahaya Iain dapat merupakan bahaya potensial terhadap fungsi
paru dan keamanan karyawan dan pengunjung. Oleh karena itu Puskesmas
harus menetapkan kriteria risiko untuk menangani dampak tersebut Yang
dituangkan dalam bentuk regulasi tentang penilaian risiko dan
pengendalian inrcksi (infection control risk assessment/ICRA),

Elemen Pcnilaian:
1. Dilakukan idcntifikasi dan kajian risiko infeksi terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas_ (O,W)
2. Disusun dan dilaksanakan strategi untuk meminimalkan risiko infeksi
terkait dengan penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas dan dipastikan
ketersediaan a) sampai g) di dalam pokok pikiran. (D
Kriteria
5.5.3 Puskesmas mengurangi risiko infeksi Yang terkait dengan pelayanan kesehatan
perlu melaksanakan dan mengimplernentasikan program ppl, untuk
mengurangi risiko infeksi baik bagi pasien, petugas, keluarga pasien,
masyarakat, dan lingkungan.
-118-

Pokok Pikiran:
Program pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesrnas adalah
untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko tertular dan menularkan
infeksi di antara pasien, pctugas, keluarga dan masyarakat dan lingkungan
melalui penerapan kewaspadaan isolasi Yang terdiri dari kewaspadaan
standar kewaspadaan berdasar transmisi, penggunaan antimikroba
secara bijak, dan bundles untuk infcksi tcrkait pclayanan kcschatan.
Pelaksanaan program tersebut perlu dipantau secara terus menerus
untuk rncnjamin pcncrapan Yang konsisten-
Kewaspadaan standar dilaksanakan gesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, melalui Kebersihan tangan:
Kebersihan tangan merupakan salah Satu cara Yang sangat efektif
dalam pencegahan infeksi Yang wajib dilakukan baik Olch petugas
kesehatan, pasien, pengunjung, dan masyarakat luas. Penerapan dan
edukasi tentang kebersihan tangan perlu dilakukan secara terus
menerus agar dapat dilaksanakan secara konsisten
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APO) seeara benar dan sesuai indikasi
Alat Pelindung Diri (APD) digunakan dengan benar untuk mencegah
dan mengendalikan infeksi Alat Pelindung Diri (APD) digunakan
dengan benar untuk mencegah dan mengendalikan infeksi Alat
Pelindung Diri (APD) digunákan dengan benar untuk mencegah dan
mengendalikan infeksi, API) Yang dimaksud meliputi tutup kepala
(topi), masker, google (perisai wajah), sarung tangan, gaun pelindung,
sepatu pelindung dlgunakan secara tepat dan benar oleh petugas
Puskesmas, dan digunakan sesuai dengan indikasi dalam pernberian
asuhan pasien
C. Etika batuk dan bergin
Etika batuk dan bergin diterapkan untuk semua orang untuk kasus
infeksi dengan transmisi droplet atau airborne. Ketika batuk atau
bergin tutup hidung dan mulut dengan menggunaknn tisu ntau lengan
dalam baju, segera buang tisu yang sudah dipakai ke dalam tempat
sampah, kernudlan cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan
sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol. dan wajib menggunakan
masker.
d. Penernpatan pasien dengan benar
Pasien harus terpisah dengan
pasien bukan penyakti infeksi_ Penempatan pasien harus disesuaikan
dengan pola transmisi infeksi dan sebaiknya ditempatkan di ruangan
tersendiri. Bila tidåk tersedia ruangan tersendiri dapat dilakukan
kohorting. Jarak antara tempat tidur pasien yang satu dengan yang lain
minimal satu meter.
e. Penyuntikan yang aman
Tin dakan penyuntikan yang aman perlu memperhatikan kesterilan
alat yang digunakan dan prosedur penyuntikannya. Pernakaian spuit
dan jarum suntik steril harus sekali pakai, dan berlaku juga pada
pcnggunaan multi dosis untuk mencegah timbulnya kontaminasi
mikroba Saat Obat dipakai pada pasicn, yang aman
berdasarkan prinsip PPI mcliputi
(1) mencrapkan tcknik aseptik untuk mcnccgah kontaminasi alat inj
eksi.
(2) semua alat suntik yang dipergunakan harus sekali pakai untuk
satu pasicn dan satu proscdur walaupun jarurn suntiknya
berbcda.
(3) gunakan single dose untuk Obat injcksi dan Cairan pelarut/
flushing.
(4) proses pencampuran obat dilaLrqanaLran sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) pengelolaan limbah tajam bekas pakai perlu dikelola dengan
benar sesuai perundang-undangan yang berlaku.
Dekontarninasi peralatan perawatan pasien dengan benar.
Menurunkan risiko infeksi merlalui kegiatan dekontaminasi melalui
proses pembersihan awal (pre cleanning), pembersihan, disinfeksi dan
/ atau sterilisasi dengan mengacu pada kategori Spautding. meliputi .
(1) kritikal berkaitan dengan alat kesehatan yang digunakan pada
jaringan steril atau sistim pcmbuluh darah dengan menggunakan
Tehnik Sterilisasi, seperti instrumen bedah, partus set.
(2) semi kritikal, peralatan yang digunakan pada selaput mukosa dan
area kecil dikulit yang lecet dengan menggunakan Disinfeksi
-120-

Tingkat Tingi (DTTb seperti oropharyngeal airu.ay


(OPA)/GuedeJ, pcnckan Jidab, kaca gigi,
(3) non kritikal peralatan yang digunakan pada permukaan tubuh
yang berhubungan dengan kulit yang utuh dilakukan Disinfeksi
Tinckat Rendah, scperti tensimctcr atau termometcr. Proses
dekontaminasi tersebut meliputi:
• pembersihan awal dilakukan oleh petugas di tempat keTja
dengan menggunakan APD dengan cara membersihkan
dari sernua ko toran, darAh dan cairan tubuh dengan air
mengalir, untuk kemudian dilakukan transportasi ke
tempat pembersihan, disiñfeksi dan sterilisasi.
• pembersihan merupakan proses secara fisik membuang
semua kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari
permukaan peralatan seeara manual atau mekanis dengan
meneuei bersih dengan detergen (go ongan disinfenktan
dan klorin dengan komposisi sesuai dengan standar yang
berlAku) AtAU IArutan enzymatic, dan ditiriskan
sebelum dilakukan disinfeksi atau sterilisasi.
• disinfeksi tingkat tinggi dilakukan untuk peralatan semi
kritikal untuk menghilangkan semua mikroorganisme
kecuali beberapa endospore bacterial dengan cara
merebus, menguapkan atau menggunakan disinfektan
kimiawi.
• sterilisasi merupakan proses menshilangkan semua
mikroorganisme terrnasuk endospore menggunakan uap
bertekanan tinwi (autoclave), panas kering (oven),
sterilisasi kimiawi, atau cara sterilisasi yang lain.
Dekontaminasi lingkungan yaitu pembersihan permukaan lingkungan
yang berada di sckirar pasien dari kernungkinan kontaminasi darah,
produk darah atau cairan tubuh. Pernbersihan dilakukan dengan
menggunakan cairan desinfektan seperti klorin 0.05% untuk
permukaan lingkungan dan pada lingkungan yang terkontaminasi
darah dan produk darah. Selain klorin dapat digunakan dcsinfcktan
lain scsuai kctcntuan.
g. Pengelolaan linen dengan benar
Pengelolan linen yang baik dan benar adalah galah satu upaya untuk
menurunkan resiko infeksi. Linen terbagi menjadi linen kotor non
infeksius dan linen kotor infeksius. Linen kotor infeksius adalah linen
yang terkena darah atnu cairan tubuh lainnya. Penatnlakganaan linen
yang sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati_ Kehatihatian
ini mencakup penggunaarl APD petugas yang mengelola linen, dan
kebersihan tangan sesuai prinsip PPI terutama pada linen infeksius.
Pasilitas kesehatan harus membuat regulasi pengelolaan.
Penatalaksanaan linen meliputi penatalaksanaan linen di ruangan,
transportasi linen ke ruang laundry, dan linen di
-121-

ruang cuci/ laundry. Eh-insip yang harus diperhatikan dalam


penatalaksanaan linen adalah selalu memisahkan antara linen bersih,
linen kotor dan steril atau dengan kata lain setiap kelompok linen
tersebut harus ditempatkan pada tempat yang terpisah
h. Pengelolaan limbah dengan benar dan sesuai peraturan perundangan.
Puskesmas setiap harinya menghasilkan limbah, terutama limbah
infeksius, benda tajam dan jar-um yang apabila pengelolaan
pembuangan dilakukan dengan tidak benar dapat menimbulkan risiko
infeksi. Pengelolaan limbah infeksius meliputi pengelolaan limbah
cairan tubuh infeksius, darah, sampcl laboratorium, benda tajam
(seperti jar-um) dalam safety box (penyimpanan khusus), dan Limbah
B3. Proses edukasi kepada karyawan mengenai pengelolaan yang
aman, ketersediaan ternpat penyimpanan khusus dan pelaporan
pajanan limbah infeksius atau tertusuk jarum dan benda tajam.
Pengclolaan limbah mcliputi
(1) limbah infeksius adalah lirnbah yang terkontaminasi darah dan
cairan tubuh, sample laboratorium, produk darah dan lain-lain,
yang dimasukan kedalam kantong plastik berwarna kuning dan
dilakukan proses sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
(2) limbah benda tajam adalah sernua limbah yang merniliki
permukaan tajam yang dimasukkan ke dalam safety box
(penyimpanan khusus tahan tusukan dan tahan air).
Penyimpanan tidak boleh melebihi Y. isi safety box.
(3) limbah cair infeksius segera dibuang ketempat pembuangan
limbah cair (spoel hoek)
(4) pengelolaan limbah dimaksud meliputi identifikasi,
penampungan, pengangkutan, tempat penampungan sementara,
pengolahan akhir limbah
Pembuangan benda tajam (seperti jarum) yang tidak benar merupakan
salah satu penyebab bahaya luka tusuk jarum yang berisiko pada
penularnn penyAkit infekgi melalui dArah sehingga diperlukan
pengelolaan risiko pasca pajanan.
1. Perlindung petugas terhadap infeksi.
Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas pelayanan perlu
dilindungi terhadap terpapar infeksi. Perlindungan petugas dilakukan
pemeriksaan berkala, pernberian perlindungan
serta tindak lanjut jika terjadi pajanan_
Penerapan kewaspadaan standar perlu dipantau oleh tim PPI atau petugas
Yang diberi tanggung javab agar dilaksanakan secara periodik dalam
penyelenggaraan kegiatan pelayanan Puskesmas.

Elemen Penilaian;
Terdapat bukti pcnerapan dan pemantauan prinsip-prinsip kewaspadaan
standar sesuai pokok pikiran huruf a sampai dengan huruf i sesuai prosedur
yang ditetapkan . (D,O,W)
-122-

2. Bila ada pengelolaan pada pokok pikiran huruf f sampai dengan huruf h
Yang dilaksanakan oleh pihak ketiga, Puskesmas harus memastikan
standar mutu diterapkan olch pihak ketiga sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan. (D,W)
Kriteria
s.s.4 Kebersihat'i tan gan diterapkati untuk tnenurunkan risiko infeksi Yang
tefkait dengan pelayanan kesehatan.

Puskesmas harus menerapkan kebersihan tangan Yang terbukti


menurunkan risiko infeksi Yang terjadi pada fasilitas kesehatan.
Prosedur kebersihan tangan perlu disusun dan disosialisasikan,
serta ditempcl pada ternpat yang rnudah dibaca. Tenaga medis,
tenaga kesehatan, dan karyawan Puskesmas perlu diedukasi
tentang kebersihan tangan, Sosialisasi kebersihan tangan perlu juga
dilakukan untuk pasien, dan keluarga pasien,
Kebersihan tangan merupakan kunci efektif pencegahan dan
pengendalian infcksi schingga PuSkcsmas harus menetapkan
kcbijakan dan proscdur mengenai kebcrsihan tangan.
Setiap karyawan Puskesmas harus memahami 6 (enam) langkah
dan 5 (lima) kesempatan melakukan kebersihan tangan dengan
benar.
Puskesmas wajib menyediakan perlengkapan dan peralatan untuk
melakukan kebersihan tangan antara lain:
(1) fasilitas cuci tangan meliputi air mengalir, sabun, tisu pengering
tangan/handuk sekali pakai; dan/atau
(2) hand rubs berbasis alkohol yang ketersediaannya harus terjamin di
puskesmas
Elemen penilaian:
I , Dilakukan edukasi kebersihan tangan pada tenaga medis , tenaga kesehatan,
seluruh kanyawan Puskesmas, pasien dan keluargą pasien. (D,W)
2. Perlengkapan dan peralatan untuk kebersihan tangan tersedia di tempat
pelayanan- (D,O)
3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan kebersihan
tangan. (D, W)
Kriteria
s.s.s Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi dengan penerapan
kewagpadãâñ berdâšnr trnnsmigi dalatii proses penyelenggaraan pelaÿanan
pasien yang dapat ditularkan melalui transmisi air borne.

Program PPI dalam kewaspadaan isolasi terdiri dari


kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmigi.
KewAspadaan berdasar transmisi meliputi kewaspadaan terhadap
penularan rnelalui kontak, droplet dan air
-123-

Penularan penyakit air borne disease termasuk penularan yang


diakibatkan oleh prosedur atau tindakan yang menimbulkan
aerosolisasi merupakan salah satu risiko yang perlu diwaspadai dan
mendapat pcrhatian khusus di Puskcsmas.
Untuk mengurangi risiko penularan air borne disease diantaranya
dengan menggunakan APD, penataan mang perikga, penempatan
pagien, maupun transfer pasien dilakukan sesuai dengan prinsip
PPI. Upaya pencegahan juga perlu ditujukan untuk memberikan
perlindungan kepada staf, pengunjung serta lingkungan pasien.
Pembersihan kamar dengan benar setiap hari selama pasien tinggal
di puskesmas dan pembersihan kembali setelah pasien pulang
harus dilakukan sesual standar atau pedoman pengendalian infeksi.
Untuk mencegah penularan airborne disease perlu melakukan
identifikasi pasien yang berisiko dengan memberikan ma sker,
menempatkan pasien di tempat tersendiri atau kohorting dan
mengajarkan etika batuk.
Untuk pencegahan penularan transmisi airborne ditetapkan alur
dan SOP pengelolaan pa sien sesuai ketentuan.

Elemen Penilaian:
Dilakukan identifikasi penyakit infeksi yang ditularkan melalui transmisi
airborne dan prosedur atau tindakan yang menimbulkan aerosolisasi yang
dilayani di Puskesmas serta upaya pencegahan penularan infeksi melalui
transmisi airbome dengan pemakaian APD, penataan ruang periksa,
penernpatan pagien, maupun transfer pasien, sesuai dengan regulasi yang
disusun_
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pemantauan terhadap
pelaksanaan penataaan ruang periksa. penggunaan APD, penempatan
pasietù, transfer pasien untuk meneegah transmisi infeksi (DOW)
Kriteria
5.5.6 Ditetapkan dan dilakukan proses untuk menangani outbreak infeksi baik di
Puskesmas ata u di wilayah kerja Puskesmas
Pokok Pikiran:
Puskesmas menetapkan kebijakan tentang outbreak bagairnana
penanggulangan sesuai dengan untuk menjamin
perlindungan kepada petugas, pengunjung dan lingkungan pasien.
Kriteria outbreak infeksi terkait pelayanan kesehatan di Puskesmas
adalah:
(l ) terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak ada atau sejak lama
tidak pernah muncul yang diakibatkan oleh kegiatan pelayanan
kesehatan Yang berdampak risiko infeksi baik di Puskesmas atau di
wilayah kerja Puskesmas-
(2) peningkatan kejadian 2 kali lipat atau lebih dibanding periode
sebelumnya _
(3) kejadian dapat meningkat gecara luas dalam kurun waktu Yang sama
-124-

(4) kejadian infeksi Yang ditetapkan sebagai outbreak Oleh pernerintah.


Dalam keadaan outbreak disusun dan diterapkan panduan, protokolprotokol
kesehatan dan prosedur Yang sesuai untuk mencegah penularan penyakit
infeksi

1. Dila_kukan identifikasi kernungkinan terjadinya outbreak infeksi baik


Yang terjadi di Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas. (D,W)
2. Jika terjadi outbreak infeksi, dilakukan penanggulangan sesuai dengan
kebijakan, panduan, protokol kesehatan, dan prosedur Yang disusun serta
dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan penangulangan
sesuaL dengan regulasi Yang disusun (D.W)

Anda mungkin juga menyukai