Anda di halaman 1dari 25

TUGAS TERSTRUKTUR METODIK KHUSUS

MACAM METODE PEMBELAJARAN KLINIK


“OBSERVASI (RONDE KEPERAWATAN),
MODELING, COACHING”

Dosen Pembimbing :
1. Dini Fitri Damayanti, M.Kes
2. Diana, M.Keb

Disusun Oleh : Kelompok 7

1. Eny Aprianti
2. Eny Rusmiyati
3. Rosidah
4. Nurhayati
5. Amrina Rosyada
6. Margavita Marlina Elin
7. Katarina Heni
8. Novi Narmasari

KELAS B
SEMESTER VII

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV ALIH JENJANG
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya lah maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai tugas terstruktur
yang diberikan dosen mata kuliah Metodik Khusus sebagai sarana untuk
memberikan pengetahuan kepada mahasiswi lainnya. Makalah ini berisikan
penjelasan mengenai macam metode pembelajaran klinik yang meliputi metode
observasi (system rounde keperawatan), modeling, coaching.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dalam


menyelesaikan makalah ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak perpustakaan yang telah membantu menyediakan referensi bagi
penulis, dosen pembimbing mata kuliah Metodik khusus.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi maupun segi teknik
penulisan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat


bagi kita semua. Amin.

Pontianak, September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………….….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang…………………………………………………………….….1

2. Tujuan …………………………………………………………………….….1

BAB II PEMBAHASAN

Macam Metode Pembelajaran Klinik

1. Metode Observasi (Sistem Rounde Keperawatan) ....................................... 3


2. Metode Modeling .......................................................................................... 8
3. Metode Coaching ..................................................................................... ...14

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan………………………………………………………………….21
2. Saran………………………………………………………………………...21

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….…..…..22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan kebidanan merupakan tingkatan pendidikan yang mampu
menghasilkan bidan professional. Proses pendidikan ini dilaksanakan melalui
pendidikan belajar mengajar di kampus dan di lapangan. Proses pembelajaran
klinik atau lapangan bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menerapkan ilmu yang dipelajari dikelas ke praktik klinik. Peserta didik
dengan perilaku awal sebagai mahasiswa setelah memperoleh proses
pembelajaran klinik diharapkan mampu beradaptasi dengan perannya sebagai
bidan professional dalam melakukan praktik kebidanan di situasi nyata pada
pelayanan kesehatan klinik.
Setelah mempelajari mata kuliah ini diharapkan mampu menggunakan metode
pembelajaran klinik dalam praktik kebidanan sesuai dengan metod based learning
serta metode interaktif yang mendorong mahasiswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Antara lain menggunakan macam metode pembelajaran klinik
sistem rounde keperawatan, modeling, dan coaching.

2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
a. Untuk mengetahui definisi dalam sistem observasi (rounde keperawatan),
modeling, coaching.
b. Untuk mengetahui kelemahan dalam sistem observasi (rounde
keperawatan), modeling, coaching.
c. Untuk mengetahui keuntungan dalam sistem observasi (rounde
keperawatan), modeling, coaching.
d. Untuk mengetahui hambatan dalam sistem observasi (rounde
keperawatan), modeling, coaching.

4
e. Untuk mengetahui proses pelaksanaan dalam sistem observasi (rounde
keperawatan), modeling, coaching.
f. Untuk mengetahui peran pembimbing dalam sistem observasi (rounde
keperawatan), modeling, coaching.
g. Untuk mengetahui SOP dalam sistem observasi (rounde keperawatan),
modeling, coaching.
h. Untuk mengetahui instrument penilaian dalam sistem observasi (rounde
keperawatan), modeling, coaching.

5
BAB II
PEMBAHASAN

MACAM METODE PEMBELAJARAN KLINIK

Metode pembelajaran klinik adalah suatu metode yang sesuai dengan


kerangka konsep pembelajaran, digunakan untuk mendidik peserta didik di klinik
yang memungkinkan pendidik untuk dapat diterapkan kepada peserta didik sesuai
dengan kualifikasi dan karakteristiknya (Nursalam & Ferry, 2008).
Pembelajaran Praktik klinik adalah suatu proses transformasi mahasiswa
menjadi seorang bidan professional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk
beradaptasi dengan perannya sebagai bidan profesional di situasi nyata pada
pelayanan kesehatan klinik atau komunitas (Nursalam & Ferry , 2009).
Adapun beberapa metode dalam pembelajaran klinik yaitu observasi
(system rounde keperawatan), modeling dan coaching.
1. Observasi (Ronde Keperawatan)
a. Definisi
Observasi (Ronde Keperawatan) merupakan bentuk pembelajaran yang
memberikan penugasan kepada mahasiswa melalui kegiatan observasi
yang bertujuan untuk menambah pengalaman mahasiswa terhadap suatu
fenomena yang nyata dengan mengembangkan perilaku baru yang akan
dijadikan pembelajaran dimasa mendatang. Ronde merupakan suatu
metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik
menstransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis kedalam praktik
langsung.

b. Keuntungan
1. Mendapatkan pengalaman atau contohnya.
2. Mengembangkan perilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang.
3. Kegiatan meliputi : observasi lapangan, fieldrip, demonstrasi dan
ronde keperawatan.

6
4. Menumbuhkan cara berpikir kritis.
5. Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan berasal dari masalah klien.
6. Meningkatkan pola pikir sistematis`
7. Meningkatkan validitas data klien.
8. Menilai kemampuan menentukan diagnosa.
9. Meningkatkan kemampuan membuat jastifikasi, menilai hasil kerja,
dan memodifikasi Renpra.

c. Kelemahan
Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa kurang nyaman
dan privacy terganggu.

d. Hambatan
Hambatan dalam metode ini adalah
1. Berorientasi pada prosedur.
2. Persiapan sebelum praktik kurang memadai.
3. Belum ada keseragaman tentang hasil ronde.
4. Belum ada kesepakatan tentang model ronde.

e. Proses pelaksanaan
1. Peran pembimbing
a) Membantu peserta didik untuk belajar.
b) Mendukung dalam proses pembelajaran.
c) Memberikan justifikasi.
d) Memberikan Reinforcement
e) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi serta rasional
tindakan.
f) Mengarahkan dan mengoreksi.
g) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

7
2. SOP (Standar Operasional Prosedur)
Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :
a) Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning
(perencanaan), orientation (orientasi).
b) Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction
(interaksi), observation (pengamatan), instruction (pengajaran),
summarizing (kesimpulan).
c) Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi), preparation (persiapan).
Langkah-langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
 Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
 Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
2. Pelaksanaan
 Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan/ telah dilaksanakan dan memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.
 Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
 Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/
kepala ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan
dilakukan.
 Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan
yang akan ditetapkan.
3. Pasca Ronde
 Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
4. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah
sebagai berikut.
1) Struktur

8
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2) Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
3) Hasil
a. Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
b. Masalah klien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
 Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
 Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
 Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan.
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berorientasi pada masalah klien.
 Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
 Meningkatkan kemampuan justifikasi.
 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

9
3. Instrument Penilaian
Berikut ini adalah contoh dari instrument penilaian/format penilaian
dalam ronde keperawatan :

FORMAT PENILAIAN RONDE KEPERAWATAN


KET
N KRITERIA PENILAIAN
ASPEK YANG DINILAI
O
1 2 3 4
A PERSIAPAN PRA RONDE
1. Menentukan kasus dan topik
2. Menentukan Tim Ronde
3. Inform consent
4. Meyusun Pre Planning
a. Waktu dan pelaksanaan
b. Menyusun proposal ronde
5. Mendiskusikan dengan Kepala Ruang dan
atau Perawat Konsulen
6. Mencari Literatur
B PELAKSANAAN
1. Mengecek persiapan pelaksaanan ronde
2. Menyampaikan masalah masalah pasien (
bukan penyakitnya ).
3. Menyampaikan dischange planning sesuai
topic.
4. Mengikutsertakan pasien dan keluarga dlm
ronde
5. Mengikutsertan tim untuk memvalidasi yang
disampaikan dalam ronde.
6. Menyampaikan ronde dengan jelas dan mudah
diterima pasien.
C EVALUASI
1. Ronde dilaksanakan sesuai waktu yang
ditentukan.
2. Mendokumentasikan
Kriteria:
Nilai 1 : sebagian kecil penampilan didemonstrasikan
Nilai 2 : beberapa penampilan ada, tetapi ada yang
kurang adekuat
Nilai 3 : sebagian besar penampilan adekuat
Nilai 4 : semua penampilan didemonstrasikan

10
2. Modeling
a. Definisi Modeling
Modeling sebagai proses belajar melalui observasi di mana tingkah laku
dari seseorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan
sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku
sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang
ditampilkan.

b. Tujuan Modeling
1. Untuk memperoleh tingkah laku social yang lebih adaptif
2. Agar konseli bias belajar sendiri menunjukan perbuatan yang
dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error.
3. Membantu konseli untuk merespon hal-hal yang baru.
4. Melaksanakan tekun respon-respon yang semula terhambat /
terhalang
5. Mengurangi respon-respon yang tidak layak

c. Jenis Modeling
1. Modeling tingkah laku baru
Melalui teknik modeling ini orang dapat memperoleh tingkah laku
baru. Ini di mungkinkan karena adanya kemampuan kognitif.
Stimulasi tingkah laku model di transformasi menjadi gambaran
mental dan symbol verbal yang dapat diingat di kemudian hari.
Keterampilan kognitif simbolik ini membuat orang
mentransformasi apa yang didapat menjadi tingkah laku baru.
2. Modeling mengubah tingkah laku lama
Dua macam dampak modeling terhadap tingkah laku lama.
Pertama tingkah laku model yang diterima secara social
memperkuat respon yang sudah dimiliki. Kedua, tingkah laku
model yang tidak diterima secara social dapat memperkuat atau
memperlemah tingkah laku yang tidak dapat diterima itu.

11
3. Modeling simbolik
Modeling yang berbentuk simbolik biasanya didapat dari model
film atau televise yang menyajikan contoh tingkah laku yang dapat
mempengaruhi pengamatnya.
4. Modeling kondisioning
Modeling ini dapat dipakai untuk mempelajari respon emosional.
Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat, dan
respon itu ditunjukan ke obyek yang ada didekatnya saat dia
mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan
dengan obyak yang menjadi sasaran emosional model yang
diamati.

d. Unsur Utama Teknik Modeling


1. Attention (perhatian)
Perlu adanya perhatian yang dipersiapkan lebih dulu, jika model
kurang menarik perhatian, tidak disukai, atau klien/individu sedang
mengantuk, lapar dan tidak nyaman, proses modeling terganggu
karena kelemahan perhatian.
2. Retention (mengingat)
Kita perlu menyimpan informasi dalam ingatan dengan lebih dulu
memberikan tanda dalam bentuk gambar atau bahasa sebagai bagian
perilaku kita.
3. Reproduction (reproduksi bergerak)
Kemampuan mengingat kembali dan memanggil materi ingatan dari
dan menterjemahkannya dalam perilaku yang nyata.
4. Motivasi dan penguatan
Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh menguatan
pada saat meniru tindakan suatu model, maka dia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian, mengingat dan memproduksi
perilaku tersebut. Disamping itu, penguatan penting dalam
mempertahankan pembelajaran.

12
e. Keuntungan Modeling
1. Memberikan pengalaman belajar yang bias dicontoh oleh konseli
2. Menghapus hasil belajar yang tidak adaptif
3. Memperoleh tingkah laku yang lebih efektif
4. Mengatasi gangguan-gangguan keterampilan social, gangguan
reaksi emosional dan pengendalian diri

f. Kelemahan Modeling
1. Ketidaksesuaian karakteristik dan permasalahan yang dihadapi
siswa menghambat proses interaksi belajar mengajar
2. Terkadang tingkah laku model tidak bisa dikontrol atau diulang

g. Hambatan Modeling
1. Keberhasilan teknik modeling tergantung persepsi konseli terhadap
model. Jika konseli tidak menaruh kepercayaan pada model, maka
konseli akan kurang mencontoh tingkah laku model tersebut.
2. Jika model kurang bias memerankan tingkah laku yang diharapkan,
maka tujuan tingkah laku yang didapat konseli bias jadi kurang
tepat.
3. Bias jadi konseli menganggap modeling ini sebagai keputusan
tingkah laku yang harus ia lakukan, sehingga konseli akhirnya
kurang begitu bisa mengadaptasi model tersebut sesuai dengan
gayanya sendiri.

h. Proses pelaksanaan
1. Peran pembimbing
Beberapa peran pembimbing, diantaranya:
a. Sebagai Pamong Belajar
Pamong belajar berarti orientasi pembelajaran berpusat pada
peserta didik (learner centered), akan tetapi ini tidak berarti
bahwa di dalam penerapan proses pembelajaran sesuai dengan
segala keinginan peserta didik. Oleh sebab itu, sebagai pendidik

13
mempunyai tanggungjawab menyediakan suatu pola
kegiatanbelajar, dimana pendidik mempunyai dua peran, yaitu:
· Pamong bertindak sebagai warga kelompok belajar,
· Pamong bertindak sebagai pemimpin kelompok belajar
yang dilakukannya secara luwes.
Tugas pendidik dalam peranannya sebagai pemimpin kegiatan
belajar antara lain ialah melakukan motivasi terhadap peserta
didik, sehingga menumbuhkan partisipasi secara maksimal
dalam diri peserta didik. Pendidik juga melakukan penjelasan
atau memperjelas tujuan belajar sesuai dengan kebutuhan
belajar peserta didik. Kemudian pendidik juga merancang
sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu menelaah
sendiri alternatif-alternatif pemecahan masalah. Peranan
pendidik ialah sebagai pengatur dan menciptakan suasana yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan pemikiran dan tindakannya sesuai dengan hasil
pemikiran mereka. Di samping itu, pendidik berperan sebagai
penunjuk jalan bagi peserta didik dan membekalinya dengan
teknik-teknik belajar yang cocok bagi diri si pelajar.
b. Sebagai Penyuluh
Istilah ini sering dipakai pada kegiatan penyuluhan kesehatan,
pendidikan dan pertanian. Penyuluhan berasal dari kata suluh,
yang artinya kegiatan yang dilakukan, sehinggan menjadikan
seseorang / kelompok terang (memahami) informasi-informasi
yang disampaikan penyuluh tersebut.
Penyuluhan adalah usaha yang dilakukan seseorang / kelompok
kepada orang lain dalam rangka memberikan informasi,
penjelasan sehingga orang lain tersebut menjadi paham tentang
materi-materi yang disampaikan. Misalnya; dikalangan Dinas
Kesehatan dan Keluarga Berencana, pamong belajar dalam
rangka melakukan penyuluhan tentang imunisasi, penimbangan
bayi, dan lain-lain. Pada penyuluhan, penyuluh berfungsi

14
sebagai orang yang aktif memberikan informasi, penjelasan
kepada orang lain.
c. Sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah orang yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik atau memfasilitasi mereka sehingga mereka akan
aktif mengarahkan diri sendiri. Contoh dalam membangkitkan
peran serta peserta didik dalam mempelajari pesan-pesan
pembangunan, digunakan permainan simulasi. Kegiatan
belajarnya dilakukan melalui kelompok belajar. Untuk
menggerakkan kegiatan belajar, permainan simulasi tersebut
keberadaan dan berfungsi sebagai fasilitator.
Fasilitator warga masyarakat di desa/wilayah dimana ia tinggal,
dilatih sebagai pemimpin kegiatan belajar pada kelompok
belajar, permainan simulasi untuk menyampaikan pesan-pesan
kepada masyarakat. Fasilitator berfungsi menumbuhkan atau
mendorong peserta permainan pada kejar.
d. Sebagai Tutor
Pembelajaran masyarakat melalui kegiatan pendidikan luar
sekolah, misalnya program Paket A, B, dan C, dan dibimbing
oleh seorang tutor. Sebagai pendidik , maka tutor memiliki
peranan dan fungsi yang hampir bersamaan dengan peranan dan
fungsi pada pendidikan sekolah (formal). Secara umum, tugas
dan fungsi tutor adalah merencanakan kegiatan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran.

2. SOP (Standar Operasional Prosedure)


a. Memutuskan perhatian subjek
b. Memilih model pemeran
c. Memilih teladan yang cocok
d. Menampilkan secara mengesankan
e. Meminta menirukan dengan segera dan berulang-ulang

15
f. Melakukan secara bertahap
g. Memberikan pengukuhan

16
3. Coaching
a. Definisi coaching
Coaching merupakan proses untuk mencapai prestasi kerja dimana ada
seorang yang mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi dan
membimbing untuk terus berkembang sehingga seseorang bisa
mencapai suatu prestasi yang diharapkan.

b. Tujuan coaching
1. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual
2. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman
pembelajaran dengan bimbingan dan mengembangkan profesional
peserta.
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan
yang diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan
keterampilan peserta dalam mengambil tanggung jawab dan
pekerjaan mendatang.
4. Menigkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan
mengatasi permsalahan yang dihadapi mereka.

c. Keuntungan coaching
1. Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai
dengan minatnya
2. Dapat menilai masing-massing peserta dengan berbagai metode
penilaian termasuk observasi
3. Dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan peserta
4. Coaching lebih pada pendekatan personal dibandingkan dengan
training kelompok
5. Peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk
melakukan keterampilan yang baru dipelajari karena bimbingan
berlangsung terus menerus dan personal

17
d. Kelemahan
1. Pendengar yang buruk
2. Terlalu banyak memberi informasi, instruksi dan solusi
3. Menyalahkan orang lain
4. Memaksakan pendapat
5. Focus pada masalah

e. Hambatan Coaching
Untuk mengadakan suatu coaching tidaklah mudah karena
banyak faktor yang harus terlibat. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi adalah kepribadian yaitu kesesuaian dan ketidak
sesuaian antara bawahan dan atasan. Yang menjadi hambatan
disini adalah :
1. Peran yang kurang jelas
Sering kali terjadi ketidak jelasan apa sesungguhnya yang
dilibatkan baik dari segi keterampilan maupun kegiatan..
Disamping itu kurangnya pemahaman tentang siapa yang
sesungguhnya bertanggung jawab dalam coaching, apa yang harus
dilakukan , kapan dan bagaimana melakukannya. Selain itu
terdapat ketidak pastian mengenai seberapa banyak penyuluhan,
pengarahan dan dukungan sosio-emosional yang dibutuhan,
apakah peserta siap, dan bersedia menerima bantuan
2. Gaya manajemen kurang sesuai
Kepercayaan peserta sering kali dipengaruhi oleh pandangan
fasilitator mengenai tabiat atau sifat manusia . Besarnya
pengawasan atau kebebasan yang diberikan oleh fasilitator kepada
peserta sering kali tergantung pada anggapan fasilitator terhadap
peserta
Dilain pihak, sikap yang ditunjukkan oleh peserta sangat
tergantung pada harapan dan keinginan mereka, apakah mereka
menginginkan fasilitator dengan jiwa kepemimpinan yang kuat,

18
apakah mereka menunjukkan kemandirian, ketergantungan,
inisiatif dan kreativitas. Coaching mempertegas hubungan baik
yang terjalin antara fasilitator dan peserta sekaligus perilaku dan
harapan kedua belah pihak.
3. Kesulitan dalam kontak pribadi secara langsung
Coaching melibatkan pengarahan dengan kontak langsung, hal
ini sering menimbulkan kesulitan bagi fasilitator yang tidak
terbiasa melakukan hubungan tatap muka satu lawan satu dengan
peserta untuk jangka waktu tertentu .
Fasilitator merasa takut bahwa situasi ini akan dapat
membongkar kekurangannya, baik yang berkaitan dengan
pengetahuan teknis maupun keahlian khususnya
4. Keterampilan komunikasi tidak memadai
Keterampilan komunikasi tulis dan lisan sangat penting dalam
situasi coaching. Keberhasilan dan kegagalan fasilitator
tergantung pada kemampuan mereka
dalam menyampaikan pikiran, perasaan dan kebutuhan .
Besar kemungkinan fasilitator juga gagal dan tidak berniat
mengungkapkan pengalamannya atau pengetahuan pribadinya
,yang dapat membantu peserta untuk belajar
5. Kurangnya kesediaan atau kemauan
Seorang peserta harus siap dan bersedia menerima fasilitator.
Kedua belah pihak harus menganggap coaching sebagai proses
meraih kemajuan dan peningkatan yang
bertujuan mengembangkan keterampilan dalam suatu lokasi
kerja. Peserta yang menunjukkan sikap kurang kemauan dan
bekerja tidak sebagaimana mestinya dapat menyulitkan dalam
proses coaching.
6. Kurangnya motivasi
Sebagai fasilitator akan mempunyai tugas tambahan untuk
menciptakan lingkungan bermotivasi bagi peserta . Oleh
karenanya motivasipun lebih banyak ditumpukan pada keinginan

19
menguasai pengetahuan keterampilan baru dan mendapatkan
kesempatan dalam mengambil keputusan.
7. Tekanan dalam pekerjaan
Ada beberapa alasan mengapa fasilitator tidak termotivasi dan
ragu menjadi fasilitator,
satu diantaranya karena mereka menganggap organisasi menit
ikberatkan pada sikap “ Lakukan sendiri tugasmu; untuk itu kamu
dibayar” Alasan lain pelatihan akan menyita banyak waktu,
kecemasan menghadapi kegagalan.
8. Melakukan kesalahan
Sekalipun orang tahu bahwa dari kesalahan kita dapat
memetik suatu pelajaran namun baik fasilitator maupun
peserta takut melakukan dan mengakui kesalahan dan
cenderung menyembunyikannya rapat-rapat. Padahal
seandainya kesalahan itu diakui lebih awal akan lebih banyak
waktu dan tenaga yang dapat diselamatkan . Membangun
kepercayaan dalam hubungan coaching akan menyingkirkan
situasi seperti ini .

f. Proses Pelaksanaan Coaching


Proses coaching adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah dan
tujuan serta untuk mengembangkan rencana-rencana kerja untuk
mencapai tujuan.
1. Peran Pembimbing
a) Fasilitator harus dapat membimbing secara efektif dan sungguh-
sungguh kepada setiap peserta
b) Fasilitator dituntut memiliki kemampuan obsevasi, analisis dan
diagnosis yang tajam terhadap masalah pelatihan atau
pembelajaran
c) Fasilitator dituntut memiliki kemampuan dan flaksibilitas yang
tinggi terhadap materi yang dilatihkannya
d) Melakukan bimbingan dan komunikasi secara asertif

20
e) Memiliki daya empati dan peka terhadap kebutuhan peserta
f) Mampu menjadi pendengar yang baik
g) Terbuka untuk menerima pendapat

2. SOP (Standar Operasional Prosedur)


Langkah-langkah dalam coaching yaitu :
a) Sebelum praktek sebaiknya peserta didik mengadakan
pertemuan untuk mereview kegiatan, termasuk langkah-langkah
yang perlu mendapat penekanan
b) Fasilitator merencanakan scenario pembelajaran secara rinci dan
menyiapkan seluruh instrument bimbingan termasuk instrument
evaluasi
c) Instrument evaluasi disampaikan dan dibahas bersama dengan
peserta
d) Fasilitator menyiapkan ruangan pelatihan beserta
kelengkapannya. Apabila materi yang akan dilatihkan berupa
ketrampilan dalam bidang kesehatan maka sarana prasarana
pembelajaran disiapkan semirip mungkin dengan keadaan nyata
dilapangan
e) Pelajari kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh setiap
peserta, sehingga fasilitator dapat memusatkan dan
menyesuaikan bimbingan dengan kemampuan yang telah
dimiliki agar bimbingan berjalan secara efektif dan efisien
f) Fasilitator merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
proses bimbingan dan memberikan umpan balik sesuai dengan
tingkat pencapaian kompetensi setiap peserta
g) Peserta melakukan predemonstrasi, fasilitator mengamati dan
memberikan umpan balik saat mereka melakukan langkah-
langkah kegiatan . Peserta mencoba kembali tanpa bimbingan,
fasilitator memberikan umpan balik dan penguatan.

21
h) Umpan balik harus disampaikan segera mungkin dan lebih
sering dilakukan pada awal latihan kemudian berkurang secara
bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing
peserta. Umpan balik menggunakan penuntun belajar atau ceklis
yang telah disiapkan.
i) Setelah peserta didik dinilai kompeten yaitu dapat melakukan
prosedur secara mandiri dengan benar di dalam pembelajaran
laboratorium atau simulasi, selanjutnya peserta diberikan
kesempatan untuk melakukan prosedur nyata dilahan kepada
pasien yang sebenarnya dengan pengawasan dan bimbingan.
Fasilitator melakukan evaluasi terhadap penampilan atau kinerja
peserta.
j) Apabila bimbingan berupa manajemen maka setelah
pembelajaran laboratorim maka dilanjutkan pula pada
bimbingan dilapangan misalnya penyusunan SOP, perencanaan
pelayanan diruang kebidanan, memimpin rapat koordinasi,
melakukan monitoring dan evaluasi.
k) Bimbingan dilakukan sampai peserta didik dinilai kompeten
dalam melaksanakan keterampilan.
l) Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan refleksi dan fasilitator menyampaikan umpan balik
dalam melaksanakan praktik
m) Hasil evaluasi penampilan peserta didik digunakan sebagai salah
satu bahan untuk menetapkan tingkat kompetensi atau
keberhasilan peserta sesuai dengan standar pelatihan yang telah
ditetapkan.

22
3. Instrument Penilaian

23
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Setiap metode pembelajaran klinik mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Pengalaman belajar klinik merupakan proses pembelajaran
yang penting diberikan kepada peserta didik untuk memperisapkan mereka
menjadi profesional pemula. Melalui pengalaman belajar klinik dan lapangan
diharapkan dapat membentuk kemampuan akademik dan profesional, mampu
mengembangkan keterampilan dalam memberikan pelayanan atau asuhan
profesional, serta dapat berorientasi dengan peran profesionalnya.
.
2. Saran
Untuk lebih memahami metode pembelajaran klinik, dapat dicoba
beberapa metode yang perlu diterapkan pada saat praktik klinik mahasiswa
dan beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dan
fasilitas belajar serta komunikasi profesional yang kondusif, baik di rumah
sakit pendidikan maupun dikomunitas.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/154291198/Makalah-Metode-Pembelajaran-Klinik
https://id.scribd.com/doc/154291198/Metode-Pembelajaran-Klinik-Bts-dan
Coaching
https://id.scribd.com/doc/154291198/Macam-Metode-Pembelajaran-Klinik
Nursalam & Ferry E. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta :
Selemba Medika
Nursalam dan Ferry Efendi. 2009. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Depkes, RI. 2008. Materi Pelatihan Bimbingan (Coaching). Pusdiklat SDM
Kesehatan bekerja sama dengan Dit. Bina Pelayanan Keperawatan

25

Anda mungkin juga menyukai