Anda di halaman 1dari 96

MODUL AJAR

MATA KULIAH KEBIDANAN KELUARGA II


PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
SEMESTER II TA 2022/2023

TIM PENYUSUN :
1. Melisa Putri Rahmadhena, M.Clin.Mid
2. Rahayu Khairiah, SKM, M.Keb
3. Nur Anita, M.Keb

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN MODUL AJAR

Judul Modul : Kebidanan Keluarga 2


Bidang Ilmu : Keilmuan dan seni dalam kebidanan 1
Tim Punyusun :
Nama / NIDN : Melisa Putri Rahmadhena/ 0504058805
Rahayu Khairiah, SKM, M.Keb/
Nur Anita, M.Keb/
Semester : II (dua)
SKS : 2 SKS (1T,1P)

Disetujui untuk digandakan dan digunakan sebagai media pembelajaran di lingkungan


STIKes Abdi Nusantara.

Ditetapkan di : Jakarta
Mengetahui Pada Tanggal : 24 Februari 2023
Ketua Program Studi, Penulis Modul Mata Ajar,

Mariyani, M.Keb Melisa Putri Rahmadhena


NIDN : 0027047509 NIDN : 0504058805

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan modul teori untuk perkuliahan kebidanan
keluarga 2 untuk mahasiswa semester VI Program Studi Sarjana Kebidanan dan Pendidikan
Profesi Bidan STIKes Abdi Nusantara.
Modul ini digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa, dosen dan semua pihak untuk
kelancaran pelaksanaan pengajaran sehingga diperoleh kesatuan persepsi dan langkah untuk
mencapai kompetensi dalam modul kebidanan keluarga 2.
Modul Teori mata kuliah kebidanan keluarga 2 disusun atas bantuan dan kerja sama semua
pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang telah
membantu. Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan kerjasama tersebut dengan
kebaikan pula. Amin
Penyusun menyadari panduan modul teori ini jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan
masukan sangat diharapkan.

Jakarta, 24 Februari 2023


Koordinator Mata Kuliah

Melisa Putri Rahmadhena


NIDN : 0504058805

ii
PETUNJUK BAGI PEMBACA

a. Kriteria Pemakai atau Pembaca


Modul ajar ini di tujukan khususnya bagi mahasiswa prodi Sarjana Kebidanan dan
Pendidikan Profesi Bidan STIKes Abdi Nusantara.

b. Prasyarat Pemakai Modul Ajar


Telah mengikuti MK pengantar praktik kebidanan, Biologi reproduksi, Fisiologi kehamilan,
persalinan, nifas dan BBL, Psikologi kehamilan, persalinan, nifas, Komunikasi Efektif,
pemeriksaan ibu dan bayi, evidence based dalam praktik kebidanan, psikologi dalam praktik
kebidanan, askeb pada pranikah dan pra konsepsi, asuhan kebidanan pada ibu hamil, asuhan
kebidanan pada ibu bersalin, kebidanan keluarga 1.

c. Petunjuk Penggunaan Modul Ajar


“Modul Ajar ini tersusun secara sistematis dimana setiap modul untuk satu kali pertemuan
tatap muka di kelas dengan waktu 2 x 50 menit. Dan dalam setiap modul dilengkapi dengan
Latihan soal, instrusi belajar atau bentuk penugasan dari masing-masing topik. Diharapkan
dengan membaca dan memahami modul ini, mahasiswa tergerak untuk memperoleh referensi
yang terbaru terkait topik.

d. Kegunaan Modul Ajar


“Modul Ajar ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan belajar bagi mahasiswa atau
praktisi yang terkait”

iii
DESKRIPSI MATA KULIAH

Identitas Mata Kuliah


Nama Mata Kuliah : Kebidanan keluarga 2
Kode Mata Kuliah / SKS : Bd.A.6.203
Rata-rata Jumlah Jam / minggu : 220 menit / minggu
Semester : II (Dua)
Jumlah Pertemuan : 14 Minggu

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

1. Mampu memahami konsep kebidanan keluarga selama kehamilan dan persalinan (S8,
KUS1, PS1)
2. Mampu mendemonstrasikan pemberian edukasi keluarga tentang nutrisi sebelum
konsepsi (S6, KUS2, KKS1, KKS.8, KKS.12, PS.12)
3. Mampu mendomentrasikan pemberian edukasi keluarga tentang cara beradaptasi dalam
fase kehamilan (S6, KUS2, KKS1, KKS.8, PS1, PS12)
4. Mampu mendemonstrasikan Edukasi keluarga tentang kebutuhan dan penyajian nutrisi
selama kehamilan (S6, KUS2, KKS1, KKS.8, PS6, PS12)
5. Mampu mendemonstrasikan edukasi tentang kelahiran dan perinatal. (S6, KUS2, KKS1,
KKS.8, PS1, PS12)
6. Mampu menganalisis program pemerintah terkait kebidanan keluarga pada masa
kehamilan (S8, KUS1, PS1)
7. Mampu menghasilkan produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk
mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi kehamilan. (S8, KUS1, P1)
8. Mampu mendemonstrasikan edukasi keluarga tentang proses persalinan (S6, KUS2,
KKS1, KKS.8, PS1, PS12)
9. Mampu mendemonstrasikan edukasi keluarga tentang tanda bahaya dalam persalinan
(S6, KUS2, KKS1, KKS.8, PS1, PS12)
10. Mampu mendemonstrasikan edukasi keluarga tentang cara mengatasi ketidaknyamanan
iv
pada ibu bersalin secara nonfarmakologis (S6, KUS2, KKS1, KKS8, PS1, PS12)
11. Mampu menghasilkan produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk
mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi persalinan (S8, KUS1, P1)
Evaluasi Capaian Pembelajaran
Teori : 60% dengan rincian :
- Tugas Presentasi makalah : 30%
- UTS (MCQ) : 15%
- UAS (MCQ) : 15%
Praktikum :
Tugas simulasi bermain peran : 20%
Produk Inovatif : 20 %

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN MODUL AJAR i

KATA PENGANTAR ii

PETUNJUK BAGI PEMBACA iii

DESKRIPSI MATA KULIAH iv

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah iv

Evaluasi Capaian Pembelajaran v

DAFTAR ISI vi

MODUL 1 10

Konsep kebidanan keluarga selama kehamilan 10

A. Capaian Pembelajaran Khusus 10

B. Sub Pokok Bahasan 10

C. Latihan Soal / Lembar Kerja 12

D. Lembar Kerja 12

E. Referensi 12

MODUL 2 14

Pelayanan Kesehatan pada ibu hamil dalam upaya promosi Kesehatan dan pencegahan
komplikasi dengan pelibatan keluarga 14

A. Capaian Pembelajaran Khusus 14

B. Sub Pokok Bahasan 14

1. EDUKASI TENTANG NUTRISI SEBELUM HAMIL 14

2. EDUKASI KELUARGA TENTANG CARA BERADAPTASI DALAM FASE


KEHAMILAN 44

vi
3. EDUKASI KELUARGA TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYAJIAN
NUTRISI SELAMA KEHAMILAN 51

4. PEMBERIAN EDUKASI KELAHIRAN DAN PERINATAL 54

C. Latihan Soal / Lembar Kerja 56

D. Lembar Kerja 56

E. Referensi tiap Modul 56

MODUL 3 1

Asuhan kebidanan secara holistic dengan menggunakan intervensi dan pelibatan aspek
klien dengan menggunakan prinsip biopsikososial budaya 1

A. Capaian Pembelajaran Khusus 1

B. Sub Pokok Bahasan 1

D. Latihan Soal / Lembar Kerja 4

E. Lembar Kerja 4

F. Referensi 5

MODUL 4 6

Program pemerintah terkait kebidanan keluarga 6

pada masa kehamilan 6

A. Capaian Pembelajaran Khusus 6

B. Sub Pokok Bahasan 6

C. Latihan Soal / Lembar Kerja 8

D. Lembar Kerja 8

E. Referensi tiap Modul 9

MODUL 5 10

Produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari
pertolongan terhadap komplikasi kehamilan 10

vii
A. Capaian Pembelajaran Khusus 10

B. Sub Pokok Bahasan 10

C. Latihan Soal / Lembar Kerja 12

D. Lembar Kerja 13

E. Referensi 13

MODUL 6 14

Peran keluarga dalam asuhan persalinan 14

A. Capaian Pembelajaran Khusus 14

B. Sub Pokok Bahasan 14

C. Latihan Soal / Lembar Kerja 16

D. Lembar Kerja 17

E. Referensi tiap Modul 17

MODUL 7 19

Pelayanan Kesehatan pada ibu bersalin dengan pendekatan non farmakologi serta
pelibatan 19

A. Capaian Pembelajaran Khusus 19

B. Sub Pokok Bahasan 19

1. Teknik Relaksasi dan teknik pernapasan 19

2. Metode Counter Pressure 20

3. Metode Effleurage. 21

4. Terapi Musik 22

5. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation 24

6. Metode Acupressure 25

7. Kompres Hangat 30

8. Terapi Massage 31
viii
9. Aromaterapi 32

C. Latihan Soal / Lembar Kerja 33

D. Lembar Kerja 33

E. Referensi 33

MODUL 8 34

Produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari
pertolongan terhadap komplikasi persalinan 34

A. Capaian Pembelajaran Khusus 34

B. Sub Pokok Bahasan 34

C. Latihan Soal / Lembar Kerja 36

D. Lembar Kerja 37

E. Referensi 37

ix
MODUL 1
Konsep kebidanan keluarga selama kehamilan

A. Capaian Pembelajaran Khusus


Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep kebidanan keluarga pada kehamilan dan
mampu memberikan Edukasi Keluarga tentang nutrisi sebelum konsepsi
B. Sub Pokok Bahasan
Konsep kebidanan keluarga pada kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan periode krisis perubahan drastis fisik dan psikologis
b. Kontrabusi keluarga
a) Penentu pelayanan kesehatan
b) Pemberi informasi tentang pelayanan kesehatan
c) Pencinta sistem perawatan dalam keluarga
d) Pencipta lingkungan sehat
e) Pemberi dukungan
c. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
• Nuclear family / keluarga inti
Kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak
• Keluarga batih
Orang tua / mertua, bapak, ibu, menantu, dan cucu-cucunya
Lingkungan keluarga pengambilan keputusan (esp tempat yankes dan
rujukan persalinan)
Ex : Suku Jawa patrilinear ayah sbg kepala keluarga, perantara penentu
nasib dan berperan besar salam sumber-sumber ekonomi
Penelitian : Selain suami, Orang tua dan mertua : sbg kelompok yang
memberikan anjuran dalam pemilihan tenaga penolong persalinan
d. Pendokumentasian Metode SOAP
1) Subjektif : Sudut pandang klien, ekspresi kekhawatiran, keluhan
2) Objektif : Hasil Px Fisik, Px Lab
3) Analisa : intrepretasi data yang telah Dikumpulkan (diagnosis, masalah
kebidanan, dan kebutuhan)
4) Planning : perencanaan dan penatalaksanaan (tindakan antisipatif, tindakan

10
segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up dan rujukan)
e. Riwayat Psikososial dan keterlibatan keluarga dalam kehamilan ini
a) Respon ibu
b) Respon keluarga
c) Dukungan keluarga
d) Pengambil keputusan dalam keluarga
e) Pengaruh keluarga lain dalam perilaku kesehatan
f) Pengetahuan keluarga terkait kehamilan ini
g) Kondisi rumah
h) Kebiasaan merokok, alcohol
i) Kekerasan dalam rumah tangga
j) Tempat dan nakes persalinan
k) Rencana pemberian ASI

Pendokumentasian Asuhan Kehamilan Dalam Keluarga


a. Pengertian
Kehamilan periode krisis perubahan drastis fisik dan psikologis
b. Kontrabusi keluarga
1) Penentu pelayanan kesehatan
2) Pemberi informasi tentang pelayanan kesehatan
3) Pencinta sistem perawatan dalam keluarga
4) Pencipta lingkungan sehat
5) Pemberi dukungan
c. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
• Nuclear family / keluarga inti : Kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anak
• Keluarga batih
Orang tua / mertua, bapak, ibu, menantu, dan cucu-cucunya
Lingkungan keluarga pengambilan keputusan (esp tempat yankes dan
rujukan persalinan)
Ex : Suku Jawa patrilinear ayah sbg kepala keluarga, perantara penentu
nasib dan berperan besar salam sumber-sumber ekonomi

11
Penelitian : Selain suami, Orang tua dan mertua : sbg kelompok yang
memberikan anjuran dalam pemilihan tenaga penolong persalinan
d. Pendokumentasian Metode SOAP
1) Subjektif : Sudut pandang klien, ekspresi kekhawatiran, keluhan
2) Objektif : Hasil Px Fisik, Px Lab
3) Analisa : intrepretasi data yang telah Dikumpulkan (diagnosis, masalah
kebidanan, dan kebutuhan)
4) Planning : perencanaan dan penatalaksanaan (tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up dan rujukan)
e. Riwayat Psikososial dan keterlibatan keluarga dalam kehamilan ini
1. Respon ibu
2. Respon keluarga
3. Dukungan keluarga
4. Pengambil keputusan dalam keluarga
5. Pengaruh keluarga lain dalam perilaku kesehatan
6. Pengetahuan keluarga terkait kehamilan ini
7. Kondisi rumah
8. Kebiasaan merokok, alcohol
9. Kekerasan dalam rumah tangga
10. Tempat dan nakes persalinan
11. Rencana pemberian ASI
C. Latihan Soal / Lembar Kerja
1. Jelaskan konsep kebidanan keluarga pada kehamilan
2. Buatlah kasus dengan pendokumentasian asuhan kebidanan keluarga pada kehamilan

D. Lembar Kerja
-

E. Referensi
1. Bahan ajar Dokumentasi Kebidanan PPSDM 2017 (Tinjauan teori SOAP Askeb
Kehamila hal 165-171)
2. Arisman. 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta
3. DepKes RI, 2014. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta

12
4. Hartriyanti, Y. dan Triyanti. 2017. Penilaian Status Gizi. Rajagrafindo Persada.
Jakarta. Heffner, L. J dan D. J. Schust. 2018. At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi
Kedua. Erlangga Medical Series. Jakarta

13
MODUL 2
Pelayanan Kesehatan pada ibu hamil dalam upaya promosi Kesehatan dan
pencegahan komplikasi dengan pelibatan keluarga

A. Capaian Pembelajaran Khusus


Mahasiswa Mampu memberikan konseling pra konsepsi

B. Sub Pokok Bahasan


1. EDUKASI TENTANG NUTRISI SEBELUM HAMIL
Kasus :
Desi, gadis usia 21 tahun yang akan menikah 4 bulan lagi dengan pacar yang ia
cintai. Namun Desi ingin memberikan surpise pada pacarnya yang hanya bisa ia
temui satu kali dalam 3 bulan yaitu ia ingin menjadi kurus karena ia merasa akan
lebih cantik serta akan jadi pasangan paling ideal jika ia kurus. Desi memiliki BMI
29 dan sang pacar 22. Obsesi yang sangat besar sehingga Desi menjalani diet ketat
dan olahraga. Tiga bulan berlalu dan sang pacarpun bertemu Desi untuk
mempersiapkan pakaian nikah. Saat bertemu, alangkah terkejutnya sang pacar
karena ia dapati bahwa Desi sangat kurus, tulang pipi, bibir tipis yang pucat, mata
ceking dengan pandangan sayu. Sang pacar pun mengajak Desi ke rumah Bidan
untuk memeriksakan diri Desi.
Bidan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan Haemoglobin.
Bidan menyimpulkan bahwa Desi memiliki status gizi kurang dan anemia. Bidan
menyarankan agar Desi menghentikan dietnya dan tetap mengkonsumsi makanan
bergizi, memperhatikan kebutuhan kalori yang harus dipenuhinya dan istirahat
yang cukup. Bidan menjelaskan kebutuhan makronutrien dan mikronutrien
seorang remaja dan pra konsepsi. Menurut bidan, remaja dan prakonsepsi masih
dalam masa pertumbuhan, banyak aktivitas dan persiapan berkeluarga.
Rumusan masalah:
Bagaimana Anda menjelaskan kepada keluarga tentang apa yang terjadi pada
Desi?
Learning Objective :
1. Menjelaskan peran gizi pada remaja dan prakonsepsi
2. Menjelaskan kebutuhan gizi pada remaja dan prakonsepsi
3. Menjelaskan parameter status gizi pada remaja dan pra konsepsi

14
4. Mengetahui malnutrisi pada remaja dan pra konsepsi
5. Menjelaskan pengaruh malnutrisi pada kesehatan reproduksi remaja dan
prakonsepsi
6. Menjelaskan pengaruh perilaku remaja dan prakonsepsi terhadap kecukupan
gizi
7. Menjelaskan promosi kesehatan tentang nutrisi pada remaja dan pra
konsepsi
8. Menjelaskan asuhan kebidanan pada remaja dan prakonsepsi dengan
gangguan nutrisi

LEARNING OBJEKTIF 1
PERAN GIZI PADA REMAJA DAN PRAKONSEPSI
Peran Gizi dalam Meningkatkan Fertilitas dan Pencegah Kemandulan
a. Peran Gizi dalam Meningkatkan Fertilitas
Gizi sangat penting peranannya dalam meningkatkan kesehatan reproduksi. Fungsi
seks sangat dipengaruhi oleh glandula endokrin yang menghasilkan hormone
reproduksi. Untuk menghasilkan hormone tersebut diperlukan gizi. Menurut dr. Ali
Khomsan, fungsi seks dan reproduksi akan berjalan baik bila kita dapat memenuhi
kecukupan gizi. Apabila asupan gizi tersebut kurang, akan muncul gangguan seperti
tidak berkembangnya organ seks, menopause dini dan impotensi (disfungsi ereksi).
Organ seks yang tidak berkembang secara sempurna tentu akan berdampak terhadap
fertilisasi seseorang. Beberapa perkembangan organ seks dibawah ini menjelaskan
pentingnya peranan nutrisi dalam memengaruhi perkembangan organ tersebut.
1) Glandula adrenal menghasilkan hormone seks. Untuk aktivasinya
memerlukanvitamin A, B, asam pantotenat, niasin, vitamin C, E dan asam
lemak tak jenuh. Gangguan glandula adrenal menyebabkan penurunan libido.
2) Testis menghasilkan testosterone dan sperma. Testosteron berperan penting
dalam merangsang nafsu seks. Testosteron bersama vitamin A, C, E dan asam
folat menghasilkan sperma. Sperma diketahui mengandung kalsium, Mg, Zink,
sulfur, vitamin B12 dan vitamin C. Kekurangan vitamin E menyebabkan
degenerasi organ reproduksi. Konsumsi zink yang tidak mencukupi
menyebabkan sperma kurang lincah dan infertile (tidak subur).
3) Organ seks perempuan (ovarium) menghasilkan estrogen dan progesterone.
Pembentukan hormone ini memerlukan vitamin B, asam folat, niasin, vitamin

15
E dan zink. Gangguan produksi estrogen menyebabkan keterlambatan
pendewasaan kelamin dan tidak berkembangnya organ reproduksi, termasuk
payudara.
4) Hormon-hormon seks memerlukan kolesterol. Karena itu, konsumsi kolesterol
tetap perlu, tetapi tidak boleh berlebihan. Selama kita cukup mengonsumsi
vitamin B kompleks, vitamin C, E, magnesium dan zink, kolesterol dapat
dimetabolisme oleh tubuh dengan baik. Infertilitas dapat terjadi pada pria
maupun perempuan dan hal ini sering disebabkan oleh defisiensi zink.
5) Impotensi berkaitan erat dengan rendahnya konsumsi magnesium, zink dan
vitamin B6, di samping factor lainnya seperti diabetes mellitus, narkoba,
alcohol dan tekanan emosional.
6) Hati yang nyaman dan tidak stress dapat mengantar pada kehidupan seksual
yang baik. Mengonsumsi cokelat adalah salah satu kiat untuk
memperbaiki mood yang sedang buruk. Hal ini dikaitkan dengan kandungan
fenitilamin atau suatu substansi mirip amfetamin. Komponen ini dapat
meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak, yang kemudia menghasilkan
dopamine. Dampak dopamine dapat memunculkan perasaan senang dan
perbaikan suasana hati. Fenitilamin juga dianggap mempunyai khasiat
afrodisiak yang memunculkan perasaan seperti orang sedang jatuh cinta.

b. Peran Gizi dalam Pencegahan Kemandulan


Infertilitas yang berdampak pada kemandulan dapat dicegah dengan pengaturan
pola makan. Pengaturan pola makan ini harus sudah dimulai ketika bayi masih
dalam kandungan, sehingga dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal.
Karena berdasarkan hasil penelitian bayi lahir dengan berat badan rendah
berpengaruh terhadap kesuburannya ketika ia dewasa.
Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi
reproduksi. Hal ini dapat diketahui apabila seseorang mengalami anoreksia nervosa,
akan terlihat perubahan hormonal tertentu, yang ditandai dengan penurunan berat
badan yang mencolok, hal ini terjadi karena kadar gonadotropin dalam serum dan
urine menurun, disertai penurunan pola sekresinya. Kejadian tersebut berhubungan
dengan gangguan fungsi hipotalamus.
Pada wanita anoreksia, kadar hormone steroid mengalami perubahan, yaitu
meningkatnya kadar testosterone serum dan penurunan ekskresi 17-keto-steroid

16
dalam urine, di antaranya androsteron dan epiandrosteron, dampaknya terjadi
perubahan siklus ovulasi. Jika anoreksia tidak terlalu berat, dapat diberikan
hormone GRH (gonadotropin relating hormone) karena hormone tersebut dapat
mengembalikan siklus menstruasi kearah normal.
Status gizi berlebih atau kegemukan pada seorang wanita sebagai penyebab
infertilitas telah dikemukakan 2500 tahun yang lampau oleh Hipocrates. Pada
zaman sekarang telah diketahui obesitas dan kelebihan berat badan dapat
mengakibatkan gangguan siklus haid, siklus haid tanpa disertai keluarnya sel telur
(anovulasi), infertilitas dan sindrom ovarium polikistik (sel telur tidak terbentuk).
Penelitian epidemiologis pada tahun 1994 oleh Goldstein, mendapatkan Wanita
obesitas dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 27 kemungkinan akan
mengalami infertilitas karena anovulasi. Obesitas mengakibatkan peningkatan
hormone insulin karena meningkatnya tahanan terhadap kerja hormone insulin.
Peran insulin sangat kompleks. Insulin merangsang pengeluaran hormone androgen.
Insulin bersama androgen memengaruhi pola penumpukan lemak tubuh.
Selain itu, jaringan lemak juga menghasilkan hormone leptin. Kadar leptin yang
tinggi pada wanita dihubungkan dengan menarche dini, sedangkan menurunnya
kadar leptin dihubungkan dengan membaiknya fungsi indung telur pada wanita
obesitas dengan sindrom ovarium polikistik.
Obesitas juga menyebabkan perubahan sekresi hormone hipotalamus berupa
peningkatansekresi lh (luteinizing hormone). Sekresi LH yang berlebihan
menyebabkan gangguan pematangan folikel, sehingga terjadi ovulasi infertile atau
anovulasi.
Status gizi kurang karena supan kurang misalnya karena anoreksia menyebabkan
perubahan kadar hormone steroid, ketika terjadi peningkatan kadar testosterone
serum yang kemudian dapat menyebabkan perubahan siklus ovulasi. Selain itu
konsumsi nutrisi yang tidak seimbang berperan terhadap kejadian amenore.
Sedangkan kekurangan zat gizi seperti kekurangan zat besi pada penderita anemia
dapat menyebabkan berkurangnya kesuburan.

17
LEARNING OBJEKTIF 2
KEBUTUHAN GIZI PADA REMAJA DAN PRAKONSEPSI

KEBUTUHAN PROTEIN
Energi sangat dibutuhkan oleh remaja untuk mendukung aktifitas sehari-hari serta
dibutuhkan untuk proses matabolisme tubuh. Ada banyak cara yang bisa anda
gunakan untuk menghitung kebutuhan gizi remaja, antara lain :
Cara pertama : Menggunakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Indonesia sudah memiliki table AKG yang terdiri atas kecukupan beberapa zat gizi
bagi orang Indonesia mulai umur bayi sampai lansia. Berdasarkan table AKG,
remaja memiliki kebutuhan energy sebesar :
▪ Umur 10-12 tahun : 2050 kkal
▪ Umur 13-15 tahun : 2400 kkal
▪ Umur 16-18 tahun : 2600 kkal
Cara kedua : Menggunakan rumus berdasarkan berat badan
Salah satu cara untuk menghitung kecukupan energy remaja ialah dengan
menggunakan rumus berikut :
Remaja putri
▪ Umur 10-12 tahun : 50-60 kkal/kg berat badan/hari
▪ Umur 13-18 tahun : 40-50 kkal/kg berat badan/hari
Remaja putra
▪ Umur 10-12 tahun : 55-60 kkal/kg berat badan/hari
▪ Umur 13-18 tahun : 45-55 kkal/kg berat badan/hari

KEBUTUHAN PROTEIN
Protein tidak hanya digunakan untuk proses pertumbuhan pada remaja, akan tetapi
juga sebagai cadangan energy jika asupan energy terbatas atau kurang. Kecukupan
protein pada remaja bisa diketahui dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
Cara pertama : Menggunakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Umur 10-11 tahun : 50 gr
Umur 13-15 tahun : 60 gr
Umur 16-18 tahun : 65 gr

18
Cara kedua : Menggunakan pedoman berikut
Umur 10-12 tahun : 40 gr/hari (putra) | 50 gr/hari (putri)
Umur 13-15 tahun : 60 gr/hari (putra) | 57 gr/hari (putri)
Umur 16-18 tahun : 65 gr/hari (putra) | 50 gr/hari (putri)

KEBUTUHAN LEMAK DAN KARBOHIDRAT


Kebutuhan lemak bagi remaja sebesar 25-30% dari kebutuhan kalori, sedangkan
untuk karbohidrat sekitar 55-70% dari kebututhan kalori. Misalnya seorang remaja
putri berusia 12 tahun. Jika ia memiliki kebutuhan energy sebesar 2050 kkal, dan
anda mmeilih kebutuhan lemak sebesar 30% dan karbohidrat sebesar 55%, maka
kebutuhan lemak dan karbohidrat sebagai berikut :
▪ Kebutuhan lemak : (0.30 x 2050 kkal)/9 = 68.3 gr
▪ Kebutuhan karbohidrat : (0.55 x 2050 kkal)/4 = 281.9 gr

KEBUTUHAN VITAMIN DAN MINERAL


Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B
yaitu vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam
metabolisme energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu
asam folat dan vitamin B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka
tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka
kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan.
Remaja membutuhkan vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup karena sang
at berhubungan dengan proses pertumbuhan remaja serta kondisi pubertas yang di
alami saat ini.

KEBUTUHAN FE / ZAT BESI


Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan
kekurangan darah yang dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber
zat besi adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Fe
lebih baik dikonsumsi bersama dengan vitamin C, karena akan lebih mudah
terabsorsi.

LEARNING OBJEKTIF 3
PARAMETER STATUS GIZI PADA REMAJA DAN PRA KONSEPSI

19
PENILAIAN STATUS GIZI
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh
dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau
individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih.Sedangkan
status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu. Contoh :
Gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan
pengeluaran yodium dalam tubuh.
Penilaian yang tepat terhadap status gizi seseorang selain dapat mendeteksi apakah
status gizi dalam keadaan normal atau tidak, dapat juga dipergunakan sebagai dasar
perhitungan kebutuhan dalam lamanya pemberian tunjangan nutrisi apabila
diperlukan. Komponen-komponen dari penilaian status nutrisi pada individu
umumnya :
1) Penilaian klinis
Penilaian klinis terdiri dari pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda dan
gejala suatu penyakit dan riwayat kesehatan. Pada lanjut usia ditambah dengan
penilaian terhadap keterbatasan fisik, fungsi kognitif dan psikologi serta
kapasitas fungsional.
a. Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya defisiensi nutrient, malnutrisi,
status hidrasi, dan keadaan oral/ mulut.
b. Penilaian keterbatasan fisik yang mungkin ditemukan seperti pengecapan,
kemampuan makan sendiri, penglihatan, pendengaran.
c. Penilaian fungsi kognitif dan psikologis.
d. Kapasitas fungsional, kemampuan menyiapkan makan sendiri, aktivitas
sehari-hari.
2) Pengukuran antropometri
a. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan pada orang lanjut usia lebih rumit dibandingkan
dengan orang dewasa muda. Hal tersebut dikarenakan perubahan pada
posur tubuh yang terjadi. Apabila tinggi badan tidak dapat dinilai dapat
dipergunakan pengukuran tinggi lutut atau panjang lengan.
Tinggi lutut lebih direkomendasikan karena lebih mudah dilakukan.
Dengan mengukur tinggi lutut kita dapat memperkirakan bdan dengan
rumus sebagai berikut :

20
- Laki-laki : Tinggi Badan = 59,01 + {2,08 x tinggi lutut (cm)}
- Perempuan : Tinggi Badan = 75,00 + {1,91 x tinggi lutut (cm) –
(0,17 x umur (tahun)}
b. Indeks Massa Tubuh / IMT
Merupakan cara yang sederhana untuk memantau status nutrisi orang
dewasa. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit
infeksi, sedangkan berat bdan lebih meningkatkan risiko terhadap penyakit
degenerative / penyakit kronis. IMT dihitung dengan membagi berat badan
(BB) dalam kg, dengan kuadrat tinggi bdan (TB) dalam meter.
Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT
Klasifikasi IMT
BB Kurang < 18,5
BB Normal 18,5 – 22,9
BB Lebih > 23
Pra Obes 23 – 24,9
Obesitas / Kegemukan :
Tingkat I 25 – 29,9
Tingkat II > 30

c. Lingkar Lengan Atas (LILA)


Pengukuran lingkar lengan atas menggambarkan lemak subkutan dan otot
pada bagian lengan, sehingga perubahan pada LILA merefleksikan
bertambah / berkurangnya massa otot, massa lemak, atau keduanya.
Pengukuran LILA pada lanjut usia penting disebabkan distribusi lemak
tubuh ke sentral, sederhana dan mudah dilakukan.
d. Tebal Lipat Kulit (TLK)
Pengukuran TLK mempunyai berbagai keterbatasan nila dipergunakan
pada lanjut usia dikarenakan adanya perubahan distribusi lemak tubuh dan
bekurangnya elastisitas kulit.
3) Pemeriksaan biokimia / laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dipergunakan untuk mendeteksi status defisiensi
yang bersifat sub klinis. Pemeriksaan biokimia yang umum dan sederhana
dilakukan adalah pengukuran kadar serum albumin, hemoglobin, hematocrit,
serta kolesterol serum.
21
4) Penilaian asupan makanan
Terdapat berbagai kendala dalam melakukan penilaian asupan makanan pada
lanjut usia dikarenakan :
a. Adanya gangguan memori jangka pendek, keterbatasan ini menyebabkan
metode Recall 24 Jam sulit untuk dilakukan.
b. Bila terdapat gangguan kognitif, akan mengakibatkan data yang diperoleh tidak
akurat.
c. Membutuhkan waktu yang lama untuk wawancara.
Cara yang dianjurkan untuk menilai asupan makanan adalah dengan on going
record ataucheck list yang pengisiannya dilakukan segera setelah selesai makan.

LEARNING OBJEKTIF 4
MALNUTRISI PADA REMAJA DAN PRA KONSEPSI

OBESITAS
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada
dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi kebutuhannya
sehingga menjadi gemuk. Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan adalah cara
untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk para remaja yang
sedang melakukan penurunan berat badan. Pada umumnya makanan yang serat tinggi
mengandung sedikit energi, dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan,
disamping itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menghindari ngemil
makanan/kue-kue.
Pergeseran pola makan yang komposisinya mengandung tinggi kalori, lemak,
karbohidrat, kolesterol serta natrium, namun rendah serat seperti fast food dan soft
drink menimbulkan ketidakseimbangan asupan gizi dan merupakan salah satu faktor risiko
terhadap munculnya obesitas pada remaja. Obesitas pada remaja berisiko menjadi obesitas
pada saat usia dewasa dan berpotensi dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler dan
metabolik.
Hasil penelitian di Amerika menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi fast
food dan makan di luar rumah dengan peningkatan berat badan dan ukuran lingkar
pinggang (Duffey et al., 2009). Penelitian lain menjelaskan bahwa anak-anak SD di Kota
Denpasar yang mengonsumsi fast food ≥ 75% dari total asupan kalori berisiko mengalami
obesitas 6.5 kali dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi fast food < 75% dari total

22
asupan kalori (Padmiari dan Hadi, 2004). Peningkatan berat badan terkait konsumsi fast
food diperbesar dengan adanya gaya hidup yang tidak aktif (Jacobs, 2006).
Hasil systematic review dan meta analisis dari studi yang meneliti hubungan antara
konsumsi soft drink terhadap aspek kesehatan menjelaskan adanya hubungan antara
konsumsi soft drink dengan peningkatan asupan energi dan peningkatan berat badan
(Vartanian et al., 2007). Remaja dan dewasa mengonsumsi soft drink lebih tinggi
dibandingkan dengan golongan umur lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Bleich et al. (2009) menunjukkan bahwa pada tahun 1999-2004 (63%) orang
dewasa mengonsumsi soft drink dan memperoleh sumbangan energi dari minuman tersebut
293 kcal tiap harinya. Data NHANES III menunjukkan kontribusi soft drink lebih besar
pada anak dan remaja yang mengalami obesitas (Troinano et al., 2000).

KURANG ENERGI KRONIS


Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa
akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena makan
terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis erat
hubungannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang
lawan jenis kurang seksi.

ANEMIA
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai
terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah,
dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai
pembawa oksigen.
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki. Agar zat
besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan makanan
yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam, selain itu bahan maknan yang
tinggi vitamin C membantu penyerapan zat besi.
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari
normal. Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr % dan eritrosit 4,5 -5,5 jt/mm3.
Sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr % dengan eritrosit 3,5 –
4,5 jt/mm3.
Remaja putri lebih mudah terserang anemia karena :

23
- Pada umunya lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat
besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh
akan zat besi tidak terpenuhi.
- Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan.
- Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui
feses.
- Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ± 1,3 mg
perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.
-
Beberapa masalah gizi yang banyak menyerang kaum remaja, seperti dikutip
dari BBCHealth (2012) :
a. Kekurangan zat besi
Kondisi ini merupakan hal yang paling umum dijumpai. Pertumbuhan yang cepat
ditambah dengan gaya hidup dan pilihan makanan yang buruk bisa mengakibatkan
remaja mengalami anemia akibat kekurangan zat besi, terutama pada remaja putri
ketika ia sudah mengalami menstruasi.
Sumber makanan utama yang mengandung zat besi adalah daging merah, sereal, buah
kering, roti dan sayuran berdaun hijau. Sumber zat besi yang berasal dari non-daging
membutuhkan asupan nutrisi lain untuk meningkatkan penyerapannya seperti makanan
kaya vitamin C (jeruk, blackcurrant dan sayuran berdaun hijau), sedangkan zat tanin
yang terkandung dalam teh bisa mengurangi penyerapan zat besi.
b. Kekurangan kalsium
Survei menemukan sekitar 25 persen remaja memiliki asupan kalsium lebih rendah
dari yang direkomendasikan sehingga berdampak terhadap kesehatan tulangnya di
masa depan, salah satunya adalah osteoporosis yang membuat tulang rapuh dan mudah
patah.
Tulang akan terus tumbuh dan diperkuat sampai usia 30 tahun dan masa remaja adalah
waktu yang sangat penting untuk perkembangan ini. Nutrisi yang diperlukan seperti
vitamin D, kalsium dan fosfor. Sumber kaya kalsium yang sebaiknya dikonsumsi
adalah susu dan produk susu, misalnya segelas susu, 150 gram yogurt dan sepotong
keju ukuran kecil. Jika tidak bisa mengonsumsi produk susu, maka konsumsilah susu
kedelai yang sudah difortifikasi, atau jika takut dengan kandungan lemak pilihlah susu
yang rendah lemak (low fat).
c. Kekurangan gizi akibat salah diet

24
Berbagai studi melaporkan kaum remaja terutama perempuan banyak yang tidak puas
dengan berat badannya, sehingga melakukan diet dengan cara yang salah seperti
melewatkan waktu makan, menghindari daging merah, tapi mengonsumsi makanan
ringan dan bergula.
Hal ini bukanlah pilihan yang tepat dan sehat karena pada usia tersebut tubuh
mengalami percepatan pertumbuhan yang menuntut adanya peningkatan nutrisi. Jika
diet yang dilakukan salah maka tubuh akan mendapatkan nutrisi yang penting dalam
jumlah kecil atau tidak sama sekali.
Sebaiknya konsumsilah makanan secara masuk akal, olahraga teratur, mengurangi
makanan bergula dan banyak lemak untuk mengurangi kelebihan kalori sambil tetap
mempertahankan nutrisi yang masuk. Selain itu masa-masa remaja merupakan waktu
yang banyak menyebabkan perkembangan gangguan makan.

LEARNING OBJEKTIF 5
PENGARUH MALNUTRISI PADA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN
PRAKONSEPSI

OBESITAS DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI


Keadaan obesitas pada wanita dan pria dapat menyebabkan gangguan reproduksi.
Pada wanita, beberapa studi menunjukkan bahwa wanita yang kelebihan berat badan atau
obesitas akan mengalami peningkatan risiko amenore, masalah fertilitas, komplikasi
kehamilan, keguguran, dan defek lahir jika dibandingkan dengan wanita yang berat
badannya normal. Berdasarkan data dari Nurses’s Health Study, wanita yang obesitas
memiliki risiko infertilitas sebesar 2,7 kali lipat dibandingkan dengan wanita normal
(Merrill, 2014).
Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita obesitas yang menjalani pengobatan
infertilitas memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk hamil melalui metode inseminasi
buatan dan jika wanita tersebut hamil maka ia memiliki risiko yang lebih besar untuk
keguguran di awal kehamilan (Merrill, 2014).
Wanita yang mengalami obesitas memiliki resiko tingi keguguran. Dalam studi
yang dilakukan oleh Hamilton-Fairley, risiko keguguran sebelum melahirkan anak pertama
sebesar 25% sampai 37% lebih tinggi pada wanita obesitas. Wanita obesitas yang sedang
hamil dapat mengalami diabetes gestasional yang dapat berkembang menjadi diabetes tipe
II; dan hipertensi yang dapat memperbesar risiko penyakit jantung pada ibu (Merrill, 2014).

25
Ibu yang obesitas cenderung mengalami kehamilan disertai defek tuba neural, spina
bifida, anomali kardiovaskuler, anomali septum, bibir sumbing dan celah palatum, atresia
anorektal, hidrosefalus, serta cacat ekstremitas (Merrill, 2014).
Pada pria, obesitas telah dikaitkan dengan hitung sperma yang berkurang dan
disfungsi ereksi. Di Amerika Serikat, hitung sperma mengalami penurunan hingga sekitar
1,5% tiap tahunnya. Perubahan spermatogenesis dan disfungsi ereksi memiliki peran
penting terhadap kemampuan pasangan untuk bereproduksi (Merrill, 2014).

ANEMIA DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI


Anemia (kurang darah: Hb<12gr%) sangat terkait erat dengan masalah kesehatan
reproduksi (terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami anemia, maka akan
menjadi sangat berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Perempuan yang
mengalami anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan kurang (kurang dari
2,5 Kg). Disamping itu anemia dapat mengakibatkan kematian baik ibu maupun bayi pada
waktu proses persalinan. Oleh karena itu, untuk memastikan agar remaja tidak mengidap
anemia maka perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri pada petugas medis. Jika terjadi
remaja mengidap anemia, maka perlu dianjurkan makan makanan yang bergizi atau
mengkonsumsi pil besi sesuai dengan anjuran.Mencegah anemia bagi remaja putri menjadi
sangat penting, karena nantinya wanita yang menderita anemia dan hamil akan menghadapi
banyak risiko, yaitu:
a. Abortus
b. Melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
c. Mengalami penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik ataupun karena tidak mampu meneran.
d. Perdarahan setelah persalinan yang sering berakibat kematian.
Anemia (kurang darah:Hb <12 gr%) sangat terkait erat dengan masalah kesehatan
reproduksi (terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami anemia, maka akan
menjadi sangat berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Perempuan yang
menderita anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (kurang dari
2,5 kg). Disamping itu, anemia dapat menyebabkan kemaatian baik ibu maupun bayi pada
proses persalinan.

26
LEARNING OBJEKTIF 6
PENGARUH PERILAKU REMAJA DAN PRAKONSEPSI TERHADAP
KECUKUPAN GIZI

Di bandingkan segmen usia yang lain, diet yang tidak adekuat adalah masalah yang
paling umum di alami oleh remaja putri. Gizi yang tidak adekuat akan menimbulkan
masalah kesehatan yang akan mengikuti sepanjang kehidupan. Kekurangan gizi selama
remaja dapat di sebabkan oleh bermacam-macam faktor, termasuk emosi yang tidak stabil,
keinginan untuk menjadi kurus yang tidak tepat dan ketidak stabilan dalam gaya hidup dan
lingkungan sosial secara umum.
Berikut ini merupakan beberapa perilaku spesifik yang umumnya dipercaya
menyebabkan masalah gizi pada remaja adalah :
- Melewatkan waktu makan satu kali atau lebih setiap hari
- Pemilihan makanan selingan yang kurang tepat
- Kurangnya supevisi dalam memilih makanan di luar rumah
- Takut mengalami obesitas, khususnya pada remaja putri
- Perhatian terhadap makanan tertentu yang menyebabkan jerawat
- Kurangnya waktu untuk mengkonsumsi secara teratur
- Kurang di dampingi ketika mengkonsumsi makanan tertentu
- Tidak minum susu
- Mulai mengkonsumsi alkohol
Remaja mudah di pengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya, termasuk lingkungan
pergaulan. Lingkungan yang tidak sehat akan membawa remaja kearah yang negatif pula.
Selain hal tersebut, sifat remaja yang ingin coba-coba dan menunjukkan jati diri membuat
remaja rawan terjerumus ke dalam hal-hal yang bersifat negatif. Salah satunya adalah
dengan mencoba meminum minuman berkadar alkohol yang tinggi. Konsumsi alkohol pada
remaja akan menimbulkan masalah gizi dan masalah sosial. Minuman beralkohol hanya
berkontribusi pada energi saja. Alkohol juga memengaruhi penyerapan zinc dan folat, dua
zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal.
- Makanan siap saji
Makanan siap saji sudah menjadi tren di kalangan remaja perkotaan. Selain menjadi
tempat makan, restoran siap saji juga menjadi tempat kumpul favorit dengan teman. Yang
menjadi masalah pada restoran siap saji adalah jumlah menu yang terbatas dan makanannya
relatif mengandung kadar lemak dan garam yang tinggi. Minuman yang tersedia juga

27
menambah asupan kalori yang tinggi pada remaja. Dengan demikian remaja sering kali
mengkonsumsi makanan siap saji cenderung mengalami kelebihan berat badan.
Berikut merupakan beberapa peneltian tentang pengaruh konsumsi fast food pada
remaja secara berlebih terhadap status gizinya :
- Francis et al. (2009) melakukan penelitian berjudul Fast food and sweetened
beverge consumption: association with overweight and high waist circumference in
adolescents.
- Subjek penelitian adalah remaja usia 15-19 tahun di Jamaika. Disain penelitian
tersebut adalah cross sectional. Hasil penelitian menjelaskan prevalensi remaja
Jamaika berusia 15-19 tahun mengalami overweight sebesar 15.2%, obesitas 5.8%
dan peningkatan lingkar pinggang 9.6%.
- Penelitian tersebut juga menunjukkan remaja yang mengonsumsi fast food lebih
dari 3 kali per minggu mempunyai risiko 1.84 kali menjadi overweight dan remaja
yang mengonsumsi minuman manis lebih dari 1 botol per hari mempunyai risiko
untuk mengalami overweight sebesar 1.52 kali. Remaja yang mengonsumsi buah
kurang dari 1 kali per minggu mempunyai hubungan yang kuat untuk mengalami
peningkatan besar lingkar pinggang.
- Bowman et al. (2004) melakukan penelitian berjudul Effect of fast food
consumption energy intake and diet quality among children in national household
survey.

- Subjek penelitian adalah anak dan remaja berusia 4-19 tahun di Amerika. Disain
penelitian cross sectional dan case control. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan asupan energi dari asupan fast food untuk masing-masing kelompok
umur yang mengonsumsi fast food dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi
fast food. Fast food memberikan konstribusi kenaikan asupan energi sebesar 3.6%
pada anak usia 4-8 tahun, 6.4 % pada usia 9-13 tahun dan 16.8% pada usia 14- 19
tahun. Asupan fast food juga berkorelasi terhadap peningkatan konsumsi lemak
total dan karbohidrat.
- Collison et al. (2010) melakukan penelitian berjudul Sugar-sweetened carbonated
beverage onsumption correlates with BMI, waist circumference, and poor dietary
choices in school children.
- Subjek penelitian adalah remaja usia 10-19 tahun di Arab Saudi. Disain penelitian
yang digunakan cross sectional. Hasil penelitian menjelaskan prevalensi remaja
yang mengalami obesitas (15.5%) dan peningkatan lingkar pinggang (21.2%).

28
- Minuman jenis sugar sweet beverages (SSBs) termasuk jenis soft drink berkorelasi
dengan peningkatan indeks massa tubuh (IMT) dan peningkatan lingkar pinggang.
Hasil penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa asupan minum-minuman yang
manis juga menurunkan kebiasaan makan pada sayur-sayuran dan buah-buahan.

LEARNING OBJEKTIF 7
PROMOSI KESEHATAN TENTAN G NUTRISI PADA REMAJA DAN PRA
KONSEPSI

Pendidikan gizi pada wanita remaja dan dewasa diperlukan untuk mencapai status
gizi yang baik dan berperilaku gizi yang baik dan benar. Adapun pesan dasar gizi
seimbang yang diuraikan oleh Depkes adalah:
1) Makanlah aneka ragam makanan.
Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu
membuat seseorang hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Makan makanan
yang mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh baik kualitas
maupun kuantitas. Jadi, mengonsumsi makanan yang beraneka ragam menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2) Makanlah makanan untuk mencukupi kecukupan energi.
Setiap orang dianjurkan untuk memenuhi makanan yanng cukup kalori (energi) agar
dapat hidup dan beraktivitas sehari-hari. Kelebihan konsumsi kalori akan ditimbun
sebagai cadangan didalam tubuh yang berbentuk jaringan lemak.
3) Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
Ada dua kelompok karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan sederhana. Proses
pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks berlangsung lebih lama daripada
yang sederhana. Konsumsi karbohidrat kompleks sebaiknya dibatasi 50% saja dari
kebutuhan energi sehingga tubuh dapat memenuhi sumber zat pembangun dan
pengatur.
4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai ¼ dari kecukupan energi.
Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan berguna untuk meningkatkan
jumlah energi, membantu penyerapan vitamin (A, D, E dan K) serta menambah
lezatnya hidangan. Mengonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan
mengurangi konsumsi makanan lain.

29
5) Gunakan garam beryodium. Kekurangan garam beryodium mengakibatkan
penyakit gondok.
6) Makanlah makanan sumber zat besi.
Zat besi adalah unsur penting untuk pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat
besi berakibat anamia gizi besi (AGB), terutama diderita oleh wanita hamil, wanita
menyusui dan wanita usia subur.
7) Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI
sesudahnya.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mempunyai kelebihan yang
meliputi 3 aspek baik aspek gizi, aspek kekebalan dan kejiwaan.
8) Biasakan makan pagi.
Bagi remaja dan dewasa makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, daya tahan
tubuh, meningkatkan konsentrasi belajar dan meningkatkan produktivitas kerja.
9) Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya.
Aman berarti bersih dan bebas kuman.
10) Lakukan aktivitas fisik secara teratur.
Dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan
fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan
11) Hindari minum minuman beralkohol.
Sering minum minuman beralkohol akan sering BAK sehingga menimbukan rasa
haus. Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat lain.
12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus layak dikonsumsi
sehingga aman untuk kesehatan. Makanan yang aman yaitu bebas dari kuman dan
bahan kimia dan halal.

LEARNING OBJEKTIF 8
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRAKONSEPSI DENGAN
GANGGUAN NUTRISI

STRATEGI PENCEGAHAN
a. Pencegahan primordial
- Memberlakukan pola hidup sehat dan diet seimbang setiap hari.

30
- Rajin melakukan aktifitas fisik dan latihan fisik yang baik, benar, terukur dan
teratur.
- Adanya fasilitas umum yang bersih dan aman untuk pejalan kaki, bersepeda, tempat
bermain untuk anak dan orang dewasa untuk berolahraga
- Adanya kebijakan untuk menstabilkan harga sayur dan buah-buahan yang
terjangkau oleh masyarakat untuk menunjang gizi seimbang
- Meningkatkan PHBS keluarga
- Kementerian Kesehatan menganjurkan agar ibu hamil mengonsumsi paling sedikit
90 pil zat besi selama kehamilannya.
- Adanya kebijakan bahwa rumah tangga wajib menggunakan garam yang
beryodium.
b. Pencegahan primer
- Memberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan kepada masyarakat tentang obesitas
dan dampaknya terhadap kesehatan.
- Memberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan kepada masyarakat tentang pola
makan sehat dengan gizi seimbang.
- Memberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan tentang aktifitas fisik dan latihan
fisik serta manfaatnya bagi kesehatan.
- Memberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan tentang pemenuhan nutrisi saat
kehamilan
c. Pencegahan sekunder
1) Melakukan deteksi dini obesitas dengan cara :
- Melakukan penilaian secara visual dan anamnesa, yang meliputi : adanya keluhan,
riwayat gaya hidup, riwayat keluarga, dan riwayat mengkonsumsi obat-obatan
untuk menggemukkan badan
- Pengukuran Antropometri (Berat Badan/BB, Tinggi Badan/TB dan Lingkar
Perut/LP).
- Pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan lanjutan dilakukan jika mempunyai riwayat
keluarga atau dicurigai telah terdapat penyakit penyerta. Pemeriksaan lanjutan
berupa pemeriksaan : tekanan darah, gula darah, trigliserida, kolesterol High
Density Lipoprotein (HDL), kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan asam
urat
- Melakukan pemeriksaan pada saat kehamilan atau rutin melakukan ANC di
Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

31
2) Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti :
- Melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mengetahui penyakit penyerta obesitas pada pasien. Penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan obesitas adalah : diabetes mellitus tipe 2, penyakit kandung
empedu, dislipedemia, sindrom metabolic, hipertensi, osteoarthritis lutut dan
panggul, asam urat, kanker, abnormal hormone reproduksi, polikistik ovarium
syndrome, perlemakan hati dan low back pain.
- Melakukan bedah gastrointestinal atau bypass gastric pada orang dewasa.
- Pemberian terapi obat dipertimbangkan setelah pengaturan makan, aktivitas fisik
tidak memberikan hasil maksimal dalam menurunkan berat badan. Pemberian obat
harus dibawah pengawasan dokter yang kompeten di fasilitas kesehatan yang resmi.
- Pemberian tambahan nutrisi pada ibu hamil seperti suplemen zat bezi, asam volat
dan vitamin B12.
d. Pencegahan tersier
- Mengubah pola makan dengan cara membuat jadwal makan yang terdiri dari 3 kali
makan utama dan 2 kali selingan berupa buah-buahan dan tidak mengkonsumsi
makanan lainnya selain yang tercantum di dalam jadwal makan dan pola makan
sehat tersebut.
- Pemberian motivasi kepada pasien pasca pengobatan agar dapat merubah perilaku
makan sebelumnya.
- Pemberian motivasi pada ibu hamil agar dapat melahirkan bayi yang sehat.

KONSELING PRA KONSEPSI

Pendahuluan
Konseling pra konsepsi atau pra kehamilan adalah konseling yang dilakukan
terhadap pasangan usia subur sebelum terjadinya kehamilan. Konseling ini termasuk
salah satu tindakan preventif dalam ilmu kedokteran obstetri.. Resiko cacat mayor
(dengan atau tanpa kelainan kromosom) pada populasi umum kira-kira 3 %. Seorang
wanita baru menyadari bahwa dirinya hamil setelah terlambat haid sekitar 1 atau 2
minggu. Sedangkan organogenesis janin mulai terjadi 17 hari setelah fertilisasi. Oleh
karena itu, konseling pra kehamilan ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi
dan nasehat kepada pasangan usia subur untuk menyiapkan lingkungan yang optimal

32
bagi perkembangan konseptus, memperhatikan faktor – faktor yang berpotensi
mempengaruhi hasil akhir kehamilan, wanita yang bersangkutan diberi nasihat tentang
resiko yang ada pada dirinya dan diberikan suatu strategi untuk mengurangi /
mengeliminasi pengaruh patologis yang diketahui berdasarkan riwayat keluarga, medis
atau obstetri.
Tujuan Konseling pra kehamilan
Konseling pra kehamilan memiliki peranan yang penting karena dapat mengetahui
wanita mana yang diuntungkan dari intervensi dini, seperti mereka yang menderita
diabetes melitus atau hipertensi dan dapat membantu mengurangi cacat janin.
Organogenesis dimulai 17 hari setelah fertilisasi, maka sebaiknya diperhatikan
lingkungan yang baik untuk perkembangan hasil konsepsi. Hasil akhir maternal dan
perinatal juga bergantung pada interaksi antara faktor ibu, janin, dan lingkungannya,
dan sulit untuk menerangkan hasil akhir kehamilan hanya berdasarkan satu intervensi
spesifik. Tujuan akhir adalah konseling prakehamilan dapat memperbaiki hasil akhir
kehamilan.

Bentuk Pemeriksaan
Konseling pra kehamilan dapat digabung ke dalam setiap kunjungan dari wanita
dalam masa reproduksi.
1. Anamnesis Lengkap
Hal-hal berikut yang perlu ditanyakan :
1) Identitas pasien dan suami termasuk nama, umur, pekerjaan, nama suami,
agama alamat
2) Riwayat menstruasi , menarche, teratur / tidak, lamanya, banyaknya darah,
nyeri +/- → menilai faal alat kandungan
3) Riwayat perkawinan → kawin / tidak, berapa kali, berapa lama (anak
mahalkah?)
4) Riwayat kehamilan sebelumnya → perdarahan +/- , hiperemesis gravidarum +/-
→ prognosa
5) Riwayat persalinan sebelumnya → spontan / buatan, aterm +/-, perdarahan +/-
, siapa yang menolong → prognosa
6) Riwayat nifas sebelumnya → demam +/-, perdarahan +/-, laktasi ? → prognosa
7) Riwayat anak yang lahir → jenis kelamin, hidup +/-, berat lahir

33
8) Riwayat penyakit keluarga → penyakit keturunan +/- (DM, kelainan genetik),
riwayat kembar, penyakit menular +/- (TBC)
9) Riwayat kontrasepsi → pakai +/-, metodenya ?, jenisnya, berapa lama, efek
samping
2. Pemeriksaan - pemeriksaan untuk skrining
Pemeriksaan darah lengkap termasuk rata – rata volume sel darah merah
dapat menyingkirkan adanya kemungkinan anemia yang diturunkan. Pemeriksaan
glukosa puasa pada wanita dengan DM gestasional penting untuk memprediksi
insiden anomali fetal → pada hiperglikemia (puasa) ada peningkatan insiden
anomali fetal (Sheffield dkk, 2002)
Konseling dan pemeriksaan HIV sebaiknya dilakukan juga secara rahasia
dan atas kesadaran pasien. Pemeriksaan rutin Toxoplasmosis dipertimbangkan pada
wanita yang memelihara kucing dan sering memakan daging setengah matang.
Tujuannya untuk memeriksa status antibodi sebelum konsepsi. Beberapa
pemeriksaan yang dilakukan, contoh : rubella, varicella, dan hepatitis B, sebaiknya
dilakukan untuk menentukan vaksinasi yang akan diberikan sebagai bagian dari
penatalaksanaan prakehamilan
Khususnya untuk varicella sebaiknya dilakukan pada pasien yang belum
pernah sakit cacar. Pemberian vaksin varisella zoster terhadap pasien yang belum
pernah dapat vaksinasi direkomendasikan. Pemeriksaan elektroforesis terhadap
hemoglobin dilakukan pada pasien dengan resiko anemia sickle sel seperti pada ras
Afrika-amerika dan wanita dari mediterania / asia untuk thalassemia
Sedangkan pada wanita yahudi adalah calon untuk pemeriksaan karier untuk
penyakit tay sachs Begitu pula dengan pasangan yang ditemukan sebagai karier
penyakit autosomal resesif, dilakukan pemeriksaan untuk menentukan resiko di
masa yang akan dating Pada wanita dengan penyakit ginjal dapat diperiksa kadar
serum kreatininnya, agar dapat memprediksi beberapa keadaan hasil akhir
kehamilan seperti kelahiran preterm, kematian perinatal, IUGR, abortus Sedangkan
pada wanita dengan penyakit jantung sianotik dapat dilakukan pemeriksaan
beberapa faktor seperti hemoglobin, saturasi oksigen arteri. Pemeriksaan –
pemeriksaan spesifik lain dapat dilakukan untuk menilai wanita dengan beberapa
penyakit kronik, seperti pada penyakit ginjal, penyakit kardiovaskular, dan DM.

34
Masalah – masalah Yang Dihadapi Sebelum Konsepsi
Penyakit genetik
Pada pencegahan primer dihindari faktor penyebab, karena saat ini sudah
semakin banyak penyakit kongenital yang telah diketahui etiologinya. Cacat saat
lahir merupakan penyebab utama mortalitas bayi dan 20% penyebab kematian bayi.
Dapat dikurangi dengan strategi pencegahan primer, atau sekunder (Czeizel, 1995).
Sedangkan pada pencegahan sekunder dilakukan identifikasi dan
penghentian kehamilan yang terkena penyakit. Manfaat konseling diukur dengan
membandingkan insiden kasus baru sebelum dan sesudah dimulainya konseling.
Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat dicegah dengan konseling.

Talasemia
Sebagian sindroma ini dapat dicegah dengan pencegahan primer dan sekunder
(Fucharoen dkk, 1991)
Daerah endemik → negara – negara mediterania, konseling telah mengurangi
insiden kasus baru sekitar 80%

Anemia sikle cell


Umumnya >> diderita orang Afrika, Mediterania, karibia, Amerika latin, dan indian

Defek tabung saraf / neural tube defect (NTD)


Insiden 1 – 2 per 1000 kelahiran hidup
Menduduki urutan kedua setelah anomali jantung sebagai malformasi struktural
janin yang tersering
Beberapa defek neural tube berhubungan dengan mutasi spesifik di gen metilen
tetrahidrofolat reduktase, maka secara umum dapat diatasi dengan suplementasi
asam folat prakehamilan (Ou dkk, 1996 ; van der put dkk, 1995)

Fenilketonuria / PKU
Kelainan herediter metabolisme fenil alanin
Pencegahan primer → mengurangi morbiditas janin
Asam amino ini mudah melewati plasenta → merusak organ – organ janin yang
sedang berkembang dan yang paling rentan adalah jaringan saraf

35
Konseling → kepatuhan pasien terhadap diet terbatas / tanpa fenilalanin sebelum
kehamilan, insiden malformasi janin secara drastic berkurang (Guttler dkk, 1990;
Koch dkk, 1990)

Penyakit tay sachs


Penyakit neurodegeneratif resesif autosomal berat → kematian anak
Awal 1970 → 60 kasus terutama kaum yahudi di usa
Konseling → pencegahan sekunder dengan identifikasi pembawa sifat genetic
melalui uji genetik, lakukan uji prenatal pada pasangan dengan resiko tinggi ;
bahkan sampai pemilihan pasangan yang bukan pembawa sebagai pencegahan
primer
Saat ini sebagian kasus baru tay sachs berasal dari populasi non yahudi

Fibrosis kistik
Skrinning sebaiknya dilakukan jika ada riwayat keluarga dengan fibrosis kistik
>> diderita kulit putih dan yahudi

Kehamilan yang tidak diinginkan


Adam dkk, 1993 → survey populasi terhadap 12.500 wanita di usa dan
mendapatkan bahwa wanita dengan kehamilan yang tidak direncanakan lebih besar
memiliki indikasi untuk mendapat konseling prakehamilan dibandingkan yang
direncanakan.

Moos dkk, 1996 → program asuhan prakehamilan untuk wanita usia subur dan
didapatkan 50% wanita yang datang yang pernah mendapatkan konseling
menyatakan kehamilannya direncanakan
Konseling mengenai resiko kehamilan yang potensial dan strategis untuk
pencegahan harus diberikan sebelum konsepsi terjadi → supaya efektif
Kebanyakan wanita menyadari dirinya hamil 1 – 2minggu setelah terlambat haid
dimana korda spinalis telah terbentuk dan jantung sudah berdetak (Moore, 1983)
Hellerstedt dkk, 1998 → survey via telepon terhadap 7200 wanita hamil yang
memperlihatkan bahwa wanita dengan kehamilan yang tidak direncanakan lebih
besar kemungkinannya memiliki prilaku resiko tinggi seperti merokok, dan tidak
minum vitamin setiap hari.

36
Salah satu ukuran penting dari efektivitas konseling → pengaruhnya dalam
menurunkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan

Penyakit kronik
Diabetes Mellitus (DM)
Hiperglikemia → patologi ibu dan janin → perlu konseling prakehamilan untuk
menghindari penyulit
Konseling → pengendalian kadar glukosa darah jangka panjang
Pada konseling diberikan penjelasan mengenai resiko dan mencari strategi untuk
mengurangi resiko sebelum kehamil

Epilepsi
Keturunan wanita dengan epilepsi → 2 – 3 X mengalami anomali struktural → lebih
parah pada anak yang terpajan obat – obatan anti konvulsi
Konseling → mencakup rekomendasi untuk mengganti obat ke regimen yang paling
tidak teratogenik / jika mungkin hentikan obat sebelum kehamilan
American academy of nerurology, 1998 → wanita dengan epilepsy usia subur
menjalani konseling dan selama kehamilan mengkonsumsi asam folat dan obat
antikejang monoterapi yang paling tidak teratogenik
Biale dan Lewenthal, 1984 → studi terhadap efek pemberian asam folat
prakehamilan pada wanita dengan epilepsi yang minum obat anti konvulsi → hasil
: 15% yang tidak mengkonsumsi asam folat anaknya mengalami malformasi
congenital, sedangkan selebihnya yang mengkonsumsi asam folat tidak satupun
yang mengidap anomaly

Penyakit kronik lainnya


Cox dkk, 1992 → membahas hasil akhir pada pasangan yang mendapat konseling
prakehamilan. Hasil akhir pada 240 wanita dengan hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit tiroid, asma dan penyakit jantung secara bermakna membaik apabila
mendapat konseling.
80% yang mendapatkan konseling → melahirkan bayi normal pada kehamilan
tersebut dibandingkan pada kehamilan sebelumnya yang tidak mendapat konseling.

37
Penilaian-penilaian Penting Untuk Menyelesaikan Masalah
Hal-hal yang perlu didiskusikan diantaranya :
Riwayat reproduksi
Catatan riwayat menstruasi akan memberikan kesempatan untuk menilai
tingkat pengetahuan si ibu tentang fisiologi menstruasi dan memberikan konseling
tentang bagaimana dia menggunakan pengetahuan tersebut untuk merencanakan
kehamilan
Diagnosa dan penatalaksanaan kelainan-kelainan seperti malformasi uterus,
penyakit autoimmune ibu, dan infeksi genital dapat mengurangi resiko terjadinya
abortus berulang.
Menelaah riwayat obstetrik saat wanita tidak hamil akan membuat calon
orang tua mengungkapkan kekhawatirannya, perhatian dan pertanyaan-pertanyaan
seputar kehamilan dan reproduksi.

Riwayat keluarga
Skrining karier
Konseling riwayat keluarga dapat mengungkap resiko penyakit-penyakit
seperti muscular dystrophy, sindrom fragile X atau Down sindrom, dan penyakit
lainnya yang dapat diturunkan secara genetik harus dilakukan. Informasi tentang tes
diagnostik yang tepat seperti sampling vili khorionik atau amniosintesis perlu
disampaikan. Pada beberapa kasus, konseling genetik dapat mengarah pada
keputusan untuk tidak meneruskan kehamilan atau menggunakan teknologi bantuan
reproduksi yang dapat meniadakan resiko
Skrining karier berdasarkan riwayat keluarga atau latar belakang etnis dari
pasangan sangat penting dalam konseling sebelum terjadinya kelainan pada
kehamilannya. Pengenalan pra
konsepsi dari status karier membuat wanita dan pasangannya dapat
diberitahukan tentang resiko penyakit resesif autosom diluar konteks emosional dari
kehamilan. Pengetahuan tentang status karier juga membuat keduanya dapat
mengambil keputusan tentang kehamilan serta merencanakan pemeriksaan yang
diperlukan bila terjadinya kehamilan. Beberapa penyakit yang sering terjadi pada
penduduk daerah tertentu, diantaranya :
• Penyakit Taysach : terutama mengenai keluarga Jahudi Ashkenazi dan nenek
moyang perancis - Kanada

38
• Penyakit Canavan : terutama mengenai Yahudi Ashkenazi
• Thalasemia beta : mengenai keluarga di Mediterania, Asia tenggara, India,
Pakistan dan negara- negara afrika
• Thalasemia alpha : terutama mengenai keluarga di Asia tenggara dan Afrika
• Sickle sel anemia : terutama mengenai keluarga Afrika, Mediterania, timur
tengah, Karibia, Amerika latin, dan keturunan india. Skrining kista fibrosis
harus ditawarkan kepada pasien dengan riwayat keluarga menderita penyakit
ini. Rekomendasi terbaru menyarankan agar semua wanita yahudi dan kulit
putih dilakukan skrining karier penyakit ini

Penilaian medis
Perawatan pra konsepsi untuk wanita dengan problem medis yang berarti harus
mencakup penilaian faktor resiko bukan hanya bagi janin tapi juga bagi si ibu.
Perawatan yang tepat mungkin memerlukan kerjasama dengan spesialis lain.

Skrining Faktor Resiko resiko


Skrining penyakit infeksi
Wanita tanpa imunitas terhadap rubella dapat dikenali melalui skrining pra
konsepsi, dan sindrom rubella kongenital dapat dicegah dengan vaksinasi. Tidak
ada laporan kasus rubella kongenital setelah imunisasi rubella dalam 3 bulan
sebelum atau setelah konsepsi.
Skrining universal bagi wanita hamil untuk hepatitis B virus (HBV) telah
direkomendasikan oleh CDC and Prevention sejak tahun 1988. Wanita dengan
resiko sosial atau pekerjaan terpapar dengan hepatitis B virus harus diberi
penyuluhan serta diberikan vaksinasi.
Pasien yang beresiko terhadap tuberkulosis harus diperiksa bila riwayat vaksinasi
BCG-nya tidak sesuai dengan pedoman untuk skrining atau pengobatan
pencegahan. Skrining CMV (cytomegalo virus) harus ditawarkan sebelum konsepsi
untuk wanita yang bekerja di ICU, fasilitas perawatan anak, atau unit dialisa darah.
Ig-G Parvovirus dapat ditawarkan sebelum konsepsi kepada guru-guru dan pekerja
pengasuh anak.
Toksoplasmosis sering berhubungan dengan pemilik kucing dan mereka yang
makan daging mentah. Skrining toksoplasmosis rutin untuk menentukan status
antibodi sebelum konsepsi terutama memberikan jaminan kepada mereka yang

39
sudah imun. Pemeriksaan rutin terhadap wanita hamil yang tidak diketahui adanya
faktor resiko tidak dianjurkan Skrining untuk antibodi varisela dilakukan untuk
mengetahui adanya riwayat menderita varisela. Vaksin virus varisela zoster
sekarang dianjurkan untuk semua orang dewasa non imun. Skrining dan
pemeriksaan HIV harus ditawarkan secara rahasia dan sukarela kepada semua
wanita. Pemeriksaan untuk Neiesseia Gonorea, Chlamidia trachomatis dan
Troponema pallidum sering dilakukan secara rutin untuk pasien yang aktif secara
seksual.
Penilaian pemaparan obat
• Penilaian terhadap pemaparan dengan obat baik yang dibeli bebas maupun yang
melalui resep. Penggunaan obat harus dipastikan dan diberikan keterangan
tentang pilihan obat yang paling aman.
• Isotretinoin (accutane), regimen oral telah disetujui oleh FDA untuk akne sistika
berat, harus dihindari sebelum konsepsi. Isotretinoin sangat teratogenik
menyebabkan defek kraniofacial (mikrotia, anotia).
• Sodium warfarin (coumadin), suatu anti koagulan dan derivatnya telah dikaitkan
dengan embriopati. Karena sodium warfarin tidak melintasi plasenta, wanita
yang memerlukan antikoagulan harus mengganti terapi antikoagulannya dengan
heparin sebelum konsepsi.
Keturunan dari wanita yang mendapat terapi anti kejang untuk epilepsi sangat
beresiko terhadap malformasi kongenital. Perbedaan pendapat masih terus terjadi
apakah karena proses penyakit, obat-obatan, atau kombinasi keduanya yang
menyebabkan malformasi. Ahli saraf merasa adalah tepat untuk mencoba menunda
terapi anti konvulsan bagi wanita yang sudah bebas kejang selama 2 tahun. Bagi
wanita yang bukan calon pasien yang akan dihentikan terapinya, maka dipilih obat
yang paling sedikit efek teratogeniknya. Tidak ada bukti adanya efek teratogenisitas
dari kontrasepsi oral atau implant. Spermisida vagina tidak teratogenik bagi wanita
yang hamil sementara mereka sedang menggunakan kontrasepsi ini atau hamil
sesudah menghentikan pemakaiannya.
Penilaian kandungan zat gizi
• Indeks massa tubuh, didefinisikan sebagai [BB(kg)/TB(m2)] adalah indikator
yang sering dipakai untuk menilai status gizi. Wanita dengan riwayat anoreksia
atau bulimia akan mendapatkan keuntungan dengan konseling nutrisi dan
psikologi sebelum konsepsi.

40
• Kebiasaan makan seperti pika, suatu gangguan makan, dan pemakaian
suplementasi megavitamin harus dibicarakan. Penggunaan suplemen
multivitamin yang berlebihan yang mengandung vitamin A harus dihindari
karena diperkirakan diet intake vitamin A bagi banyak wanita di Amerika sudah
cukup. Vitamin bersifat teratogenik pada manusia pada dosis 20.000 – 50.000
IU per hari, menimbulkan malformasi janin seperti yang terlihat dengan
pemakain isotretinoin, suatu derivate sintetis vitamin A.
• Konsumsi asam folat peri konsepsi mengurangi resiko defek tabung saraf
(NTDs). Badan pelayanan kesehatan masyarakat Amerika serikat
merekomendasikan pemakaian suplementasi 0,4 mg asam folat perhari bagi
semua wanita yang akan hamil. Kecuali adanya kontra indikasi karena anemia
pernisiosa, wanita yang sebelumnya melahirkan anak dengan neural tube defek
harus mengkonsumsi 4 mg asam folat per hari

Faktor-faktor Lain Yang Mempegaruhi Penilaian Pra Konsepsi


Riwayat Reproduksi
Informasi dapat melalui kuesioner pada kunjungan rutin prakehamilan
Mencakup : usaha – usaha sebelum kehamilan, adanya infertilitas, hasil kehamilan
abnormal termasuk abortus, kehamilan ektopik, kematian janin berulang
Perlu juga riwayat keluarga terdekat, contohnya : pada abortus berulang, atau
adanya kelainan susunan kromosom. Perlu dicatat pemakaian teknologi reproduksi
untuk menjadi hamil, contohnya penyuntikkan sperma intrasitoplasma (intra
cytoplasmic sperm injection / ICSI) berkaitan dengan adanya penyulit tertentu
(Bowen dkk, 1998)
Demikian pula dengan faktor resiko persalinan prematur rekuren, preeklampsia, dan
seksio sesarea berulang.
Riwayat pemakaian alkohol, dan merokok
Retardasi mental yang berhubungan dengan alkohol saat ini merupakan satu –
satunya sindroma retardasi mental yang diatasi dengan pencegahan primer
Pecandu alkohol dapat diidentifikasi dengan kuesioner berupa rangkaian dari empat
pertanyaan mengenai : adanya toleransi terhadap alkohol, rasa terganggu mengenai
kebiasaan minum, usaha untuk mengurangi, dan riwayat minum di pagi hari
Merokok meningkatkan resiko persalinan premature, restriksi pertumbuhan janin,
berat bayi lahir rendah serta attention deficit hyperactivity disorder / ADHD serta

41
masalah prilaku dan belajar saat anak mencapai usia sekolah (American College of
Obstetricians and Gynecologists, 1999)
Riwayat Sosial
Usia ibu mempengaruhi hasil akhir kehamilan
Kehamilan usia 15 – 19 tahun → resiko anemia dan janin dengan pertumbuhan
terhambat, persalinan premature, dan angka kematian bayi lebih tinggi → sering
tidak direncanakan sehingga tidak ada konseling
Remaja → masih tumbuh dan berkembang sehingga butuh kalori yang lebih besar
daripada wanita yang lebih tua → berat badan sering kurang
Kehamilan usia > 35 tahun → saat ini 10% dengan penyulit obstetri dan
meningkatkan morbiditas dan mortilitas perinatal
Merokok juga meningkatkan resiko penyulit kehamilan yang berkaitan dengan
insufisiensi vascular, seperti insufisiensi uteroplasenta dan solusio plasenta
Konseling → kurangi / bahkan hentikan merokok prakehamilan

Riwayat pemakaian obat –obatan terlarang


Mariyuana dan opium tidak ada bukti mempunyai efek teratogenik terhadap
manusia.
Opium mempunyai efek neonatus withdrawal : tangisan bayi high piched, tidak mau
menyusui, tremor, bayi iritabel, mengantuk, muntah, diare dan kadang – kadang
kejang. Resiko penularan HIV dan hepatitis pada penggunaan jarum bersama
Penggunaan kokain mempunyai efek pada ibu termasuk vasokonstriksi, disamping
efek kardiotoksik. Komplikasi terhadap kehamilan : abortus spontan, IUFD, PROM,
kelahiran preterm, IUGR, dan solusio plasenta. Bersifat teratogenik : mikrosefal,
defek batang tubuh, malformasi traktus genitourinari. Resiko abnormalitas
neurobehavior dan orientasi. Penggunaan amfetamin berhubungan dengan
berkurangnya lingkar kepala janin dan meningkatnya resiko solusio plasenta, IUGR
dan IUFD, namun tidak ada bukti berefek teratogen.

Riwayat mengalami kekerasan dalam rumah tangga


Riwayat kekerasan dalam RT berhubungan dengan pasangan pecandu alkohol /
obat, menganggur, dan memiliki latar belakang pendidikan atau pendapatan yang
rendah serta riwayat pernah dipenjara (Grisso dkk, 1999; Kyriacou dkk, 1999)

42
Imunitas
Konseling prakehamilan → penilaian atas imunitas terhadap rubella dan hepatitis
B
Vaksin : tetanus toksoid, bakteri atau virus mati (influenza, pneumokokus,
hepatitis B, meningokokus, rabies), atau virus hidup yang sudah dilemahkan
(campak, gondongan, polio, rubela, cacar air, demam kuning) Pemberian vaksin
hidup selama kehamilan tidak dianjurkan dan idealnya diberikan paling sedikit 3
bulan sebelum kehamilan

Riwayat pajanan lingkungan


Pajanan lingkungan mencakup organisme infeksius, seperti : perawat NICU,
perawat unit dialisis mungkin terpajan sitomegalovirus atau virus sintitial traktus
respiratorius dan petugas penitipan anak dan guru di sekolah mungkin terpajan
parvovirus dan rubella Pekerja industri yang hamil mungkin terpajan zat – zat
kimia seperti logam berat atau pelarut organic
Konseling pajanan lingkungan → hindari pajanan tersebut sebelum dan selama
kehamilan

Riwayat makanan dan gizi


• Kebiasaan makan seperti Pika : untuk es, tepung kanji, atau lumpur dan kotoran;
sering dikaitkan dengan anemia
• Kebiasaan makan seperti diet vegetarian memperlihatkan defisiensi protein, tetapi
dapat dikoreksi dengan meningkatkan konsumsi telur dan keju
• Konsumsi vitamin A tidak dianjurkan karena mempunyai efek teratogenik
terhadap manusia pada dosis 20.000 – 50.000 IU per hari, diantaranya malformasi
janin
Obesitas berhubungan dengan penyulit seperti hipertensi, preeklampsia, DM
gestasional, tromboflebitis, kelainan persalinan, kehamilan post matur, seksio sesarea
dan penyulit operasi (Wolfe, 1998)
Defisiensi gizi seperti anoreksia dan bullimia meningkatkan resiko timbulnya
masalah terkait misalnya gangguan elektrolit, aritmia jantung, dan kelainan saluran
cerna (Becker dkk, 1999)

43
2. EDUKASI KELUARGA TENTANG CARA BERADAPTASI DALAM
FASE KEHAMILAN

Trimester pertama ini sering dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakrta
wanita bahwa ia hamil. Trimester pertama juga sering merupajakan masa kehawatiran dari
penantian. Segera setelah konsepsi kadar hormone progesterone dan estrogen dalam tubuh
akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, klemah,
lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan
kesedihan. Seringkali, biasanya pada awal kehamilannya, ibu berharap untuk tidak hamil.
Hampir 80% kecewa, menolak, gelisah, depresi dan murung.
Kejadian gangguan jiwa sebesar 15% pada trimester I yang kebanyakan pada
kehamilan pertama. Menurut kumar dan robson (1978) 12% wanita yang mendatangi klinik
menderita depresi terutama pada mereka yang ingin menggugurkan kandungannya.
Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasarai pada teori
Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk
mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas
➢ Taking On
Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya dengan
meniru dan melakukan peran ibu.
➢ Taking In
seorang wanita sudah mulai membayangkan peran di lakukan.
➢ Letting Go
wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukan.

Kehamilan pada trimester I ini cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui
seorang ibu dalam mencapai perannya yaitu pada tahap taking on. Pada trimester pertama
seorang ibu akan akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya
memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan
dengan seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu
yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya. Para wanita juga
mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya tentang
perubahan pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap perubahan fisik dan psikologinya,
jika mereka multigravida berhubungan dengan pengalaman yang lalu. Banyak wanita hamil
yang mimpi seperti nyata, dimana hal ini sangat mengganggu. Mimpinya sering kali tentang
44
bayi nya yang bias diartikan oleh ibu apalagi bila tidak menyenagkan.

Bentuk Motivasi
Motivasi Suami
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah
adalah timbul nya kebanggaan atas kemampuanya mempunyai keturunan bercampur
dengan keprihatinan akan kesiapan nya menjadi seorang ayah dan menjadi pencari nafkah
untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu
yang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karna takut akan mencederai bayi nya .
adapula pria yang hasrat seksual nya terhadap wanita hamil relative besar. Disamping
respon yang diperhatikan nya , seorang ayah dapat memahami keadaan ini dan
menerimanya.
Zaman dahulu seorang suami ikut mendukung kehamilan istrinya dengan ritual-ritual
keagamaan. Berbeda dengan dukungan yang diberikan oleh suami kepada saat ini, bentuk
dukungan yang diberikan oleh suami lebih pada: Untuk saling berkomunikasi dari sejak
awal
Menempatkan nilai-nilai penting dalam keluarga untuk mempersiapkan menjadi orangtua.

➢ Motivasi Keluarga
Wanita hamil seringkali merasakan ketergantungan terhadap oranglain. Tapi mungkin
bias menjadi lebih kuat sesudah bayinya lahir hal ini bisa dipahami karena pada waktu
itu wanita memerlukan keamanan dan perhatian dari seseorang yang sangat dominan
baginya. Keluarga dalam hal ini harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan
menjadi orang tua.

➢ Stress yang terjadi pada kehamilan trimester I


Ada dua tipe stress yaitu yang negative dan positif, keduan stress ini dapat
mempengaruhi reaksi individu. Ada pula yang bersifat intrinsic dan ektrinsik. Stress
intrinsic berhubungan dengan tujuan pribadi dari individu, yang mana individu
berusaha untuk membuat sesempurna mungkin baik dalam kehidupan pribadinya
maupun dalam kehidupan sosialnya secara professional.
➢ Stress ekstrinsik timbul Karen factor eksternal seperti rasa sakit, kehilangan,
kesendirian dan masa reproduksi. Menurut Bumard (1991) stress selama masa
reproduksi dapat dihubungkan dengan 3 aspek utama yaitu :

45
➢ Stress di dalam individu
➢ stress yang disebabkan oleh pihak lain
➢ Stress yang disebabkan penyesuaian terhadap tekanan social
➢ Stress dari dalam diri dapat terjadi berkenaan dengan kegelisahan terhadap
kemampuan beradaptasi dengan kejadian kehamilannya.

• Memperkuat Ikatan
Kemampuan untuk menyesuaingan diri dengan kehamilan memberikan kesempatan pada
seorang ibu untuk saling memperkuat hubungan. Dan hubungan yang kuat lebih penting
dari yang lainya. Masa-masa kehamilan, persalinan dan bulan-bulan sesudahnya
merupakan saat-saat yang sulit. Semakin dekat pada awalnya, akan semakin baik akhirnya
. jadi pada saat hidup masih relative normal. Luangkan waktu untuk berdua, berbicara
tentang perasaan pasanganya. Betapapun bahagianya atau sibuknya pasangan suami istri,
kegelisahan yang timbul karena kondisi baru merupakan suatu yang normal.

• Kehamilan dan Libido


Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada wanita pada trimester pertama ini berbeda-
beda . walaupun pada beberapa wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi.
Kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama priode ini. Keadaan ini
menciptakan kebutuhan untuk uka berkomunikasi secara terbuka dengan suami. Banyak
wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa
hubungan seks, libido sangat dipengaruhi oleh kelelehan, rasa mual, pembesaran payudara.

• Kehamilan dan olahraga


Setelah hamil, mayoritas wanita dapat melanjutkan aktivitas biasa mereka. Tidak ada
bukti bahwa aktivitas yang teratur, seperti jogging, bermain tennis, berenang atau
melakukan hubungan seks, dapat menimbulkan masalah seperti keguguran atau fetal
malformation (janin yang cacat) pada kebanyakan wanita normal dan sehat.
Kebanyakan dokter melarang program olahraga baru yang dimulai pada saat hamil,
kecuali latihan-latihan prenatal yang dirancang khusus wanita hamil.
Latihan-latihan yang menguntungkan bagi wanita hamil adalah latihan dengan gerakan
yang menguatkan dinding perut untuk membantu menopang uterus dan otot pinggul
yang akan anda butuhkan untuk mendorong. Latihan kaki juga penting untuk
meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot yang merupakan sesuatu yang biasa

46
dalam kehamilan.

• Perubahan dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester II


Trimester kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama
trimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan
kehamilan.

• Pembagian perubahan psikologis pada trimester II


Trimester kedua dapat dibagi menjadi 2 fase; prequickeckening (sebelum adanya
pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah adanya pergerakan
janin yang dirasakan oleh ibu), yang dapat dilihat pada penjelasan berikut :

• Fase prequickening
Selama khir trimester pertama dan masa prequickening pada trimester kedua, ibu hamil
mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan ibunya yang
telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan
interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan
hubungan dengan anak yang akan dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan
rasa hormat yang telah diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya sikap yang
negative, maka ia akan menolaknya. Perasaan menolak terhadap sikap negative ibunya
akan menyebabkan rasa bersalah pada dirinya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa
hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya.
Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas
dari penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih saying (persiapan
menjadi seorang ibu). Transisi ini meberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil
untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang memberi kasih sayang kepada anak
yang akan dilahirkannya.

• Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan muncul.
Ibu hamil akan focus pada kehamilannya dan persiapan menghadapai peran baru sebagi
seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya
sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita
karir. Ibu harus diberikan pengertian bahwa ia tidak harus membuang segala peran

47
yang ia terima sebelum kehamilannya. Pada wanita multigravida, peran baru artinya
bagaimana ia menjelaskan hubungan dengan anaknya yang lain dan bagaimana bila
nanti ia harus meninggalkan rumahnya untuk sementara pada proses persalinan.
Pergerakan bayi yang dirasakan membantu ibu membangun konsep bahwa bayinmya
adlah individu yang terpisah dari dirinya. Hal ini menyebakna perubahan focus pada
bayinya. Pada saat ini, jenis kelamin bayi tidak begitu dipikirkan karena perhatian
utama adalh kesejahteraan janin (kecuali beberapa suku yang menganut system
patrilineal/matrilineal).

• Menjaga agar ikatan tetap kuat


Ketika kehamilan telah terlihat, ibu dan pasangannya harus lebih sensitive terhadap
pengaruh kondisi ini pada mereka berdua. Ibu hamil sering merasa takut jika
pasangannya mendapati dirinya tidak menarik atau gendut, tapi maslah yang muncul
lebih rumit lagi. Komunikasi adalah kunci dari permasalah ini. Tetap cara ini dapat
digunakan bila ibu dan pasangannya tetap terbuka dan memulainya sedini dan sesering
mungkin. Bila salah satu tidak membicarakan latar belakang maslah yang dirasakan,
atau setelah berdiskusi justru merasa depresi, saat itulah diperlukan penasehat
kehamilan dan orang sekitarnya yang dapat menolong ibu dan pasangannya.

• Menjaga kehamilan yang sehat


Ibu hamil mungkin merasa lebih baik pada trimester kedua, tapi bukan berarti bagian
luar yang berubah, bagian dalam tubuh pun mengalami perubahan sebagai respon
terhadap kehamilanyang terus berkembang. Beberapa perubahan dapat saja terasa
mengganggu, namun ada juga perubahan yang terasa menyenangkan bagi ibu hamil.
Perubahan yang menyebabkan ketidaknyamanan adalah keadaan yang normal bagi ibu
hamil dan ibu harus di berikan pengertian terhadpa kondisi tersebut sehingga ia merasa
lebih nyama lagi. Beberapa perubahan yang menyenangkan seperti rasa mual
berkurang dibandingkan yang dialami selama trimester pertama, energy bertambah dan
peningkatan libido.

• Reaksi orang-orang di sekitar ibu hamil


Tampaknya sang suami juga mengalami perubahan psikologis seiring perubahan yang
dialami istrinya yang hamil. Pada suatu studi dilaporkan sang suami juga merasakan
perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, rasa sakit kepala hingga kecemasan

48
dan ketakutan dirasakan oleh suami yang istrinya sedang hamil. Saat ini suami lebih
aktif ikut menangani dalam kehamilan istrinya dan turut merasakan tanggung jawab
akan kelahiran bayinya.
Apabila didalam sebuah keluarga terdapat anak sebelumnya, ia akan meras abingung
akan perubahan yang dialami ibunya. Anak perlu diberikan pengertian secara
sederhana tentang perubahan yang terjadi dan hal yang akan dihadapi sehubungan
dengan kehamilan. Ibu dari wanita hamil tampaknya dalah orang yang sering
mengambil peran yang cukup besar selama kehamilan. Ibu hamil tampaknya merasa
tergantung akan bantuan dari ibunya dalam menghadapai kehamilan dan persiapan
penerimaan bayi yang bakan dilahirkan.

• Berhubungan seks
Ada satu lagi peubahan yang terjadi pada trimester kedua yang harus diimbangi untuk
mengatasi ketidaknyamanan yaitu suatu peningkatan libido yang pada trimester
pertama dihilangkan oleh rasa mual dan lelah. Kebanyakan calon orang tua khawatir
yang paling sering diajukan adlah kemungkinan bayi diciderai oleh penis, orgasme
ibunya, atau ejakulasi.
Ibu hamil dan pasangannya pelu dijelaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan
dalam hubungan seks. Janin tidak akan terpengaruh karena berada dibelakang serviks
dan dilindungi cairan amniotic dalm uterus. Namun dalam beberpa kondisi hubungan
seks selama trimester kedua tidak diperbolehkan, mencakup plasenta privia dan ibu
dengan riwayat persalinan premature.
Selain itu mekanisme fisik untuk saling merapat dalam hubungan seksual akan menjadi
sulit dan kurang nyaman, misalnya berbaring terlentang dan menahan berat badan
suami. Namun dengan mengkreasi posisi yang menyenangkan maka masalah ini dapat
diatasi. Walaupun sebaian ibu hamil merasa seks selama hamil terasa meningkat, tidak
semua libido wanita disebabkan variasi perubahan hormone selam hamil. Karena
respon terhadap hormone berbeda, raksi masing-masing ibu hamil pun berbeda.

• Perubahan dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester III


Trimester ketiga sering disebut periode mingguan / penantian dan waspada sebab pada
saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu
untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya
perhatian pada kelahiran bayi. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua

49
hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang – kadang ibu merasa khawatir bahwa
bayinya akan lahir sewaktu – waktu. Ini menyebabkan ibu mengingat kewaspadaan
akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa
khawatir atau takut kalau – kalau bayi yang akan dilahirkan tidak normal. Kebanyakn
ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan menghindari orang atau benda apa saja
yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan
rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul waktu akan melahirkan.
Rasa tidak nyaman akibat kelhamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak
ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena
akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama
hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari
suami,keluarga dan bidan. Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif untuk
kelahiran bayi yang akan dilahirkan dan bagaimana rupanya. Mungkin juga nama bayi
yang akan dilahirkan juga sudah dipilih. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif
untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga – duga tentang
jenis kelamin bayinya ( apakah laki-laki atau perempuan ) dan akan mirip siapa.

• Peran bidan dalam persiapan psikologi ibu hamil trimester I,II,III


a. Mempelajari kedaan lingkungan penderita
b. Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga, keuangan,perumahan dan
pekerjaan dapat juga menimbulkan depresi dan perlu penanggulangan. Untuk bidan
harus melakukan pengkajian termasuk keadaan lingkungan ( latar belakang )
sehingga mempermudah dalam melakukan suhan kebidanan.
c. Informasi dan pendidikan kesehatan
d. Mengurangi pengaruh yang negative
e. Kecemasan dan ketakutan sering diperngaruhi oleh cerita-cerita yang menakutkan
mengenai kehamilan dan persalinan, pengalaman persalinan yang lampau atau
karena kurangnya pengetahuan mengenai proses kehamilan dan persalinan.
Keadaan tersebut perlu diimbangi dengan pendidikan mengenai anatomi dan
fisologi kehamilan dan persalinan kepada penderita.
f. Memperkuat pengaruh yang positif
g. Misalnya dengan memberikan dukungan mental dan penjelasan tentang
kebahagiaan akan mempunyai anak yang diinginkan dan dinantikan.
h. Menganjurkan latian – latian fisik seperti senam hamil untuk memperkuat otot- otot

50
dasar panggul, melatih pernafasan, teknik megedan yang baik dan latihan – latihan
relaksasi.
i. Adaptasi pada lingkungan tempat bersalin Dilaksanakan dengan mengadakan
orientasi : memperkenalkan ruang bersalin, alat-alat kebidanan dan tenaga
kesehatan.

3. EDUKASI KELUARGA TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYAJIAN


NUTRISI SELAMA KEHAMILAN

Kehamilan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak pasangan suami istri.
Pastinya setiap keluarga menginginkan bayi yang dikandung sehat selalu dan segala
proses lancar sampai hari yang persalinan. berikut beberapa tips untuk para ibu hamil dan
menyusui, antara lain :
a. Penyiapan Makanan yang Aman :
b. Kebersihan yang baik dapat mencegah diare dan penyakit lain.
c. Gunakan peralatan yang bersih dan simpan makanan di tempat yang bersih.
d. Masak daging, ikan dan telur sampai matang.
e. Cuci Sayuran, segera masak sebentar saja dan langsung dimakan untuk
mempertahankan gizinya.
f. Cuci buah dan sayuran mentah sebelum dimakan.
g. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan setelah ke toilet dan
membersihkan kotoran bayi.

Tips penting lainnya :


a. Banyak istirahat selama 3 bulan pertama kehamilan dan sebulan pertama setelah
melahirkan.
b. Untuk mencegah gangguan nyamuk dan serangga, baiknya gunakan kelambu
waktu tidur.
c. Minum obat cacing untuk mengobati cacingan dan mencegah anemia.
d. Jangan minum minuman alkohol, memakai narkoba atau merokok.

Hal-hal yang perlu diingat :


a. Selama hamil dan menyusui, ibu perlu menambah jumlah makanan yang
dikonsumsi.

51
b. Banyak istirahat selama 3 bulan pertama kehamilan dan sebulan pertama setelah
melahirkan.
c. Ibu harus mengkonsumsi makanan bergizi yang ada, seperti buah segar dan
sayuran, daging, ikan, dan kacang-kacangan, agar ibu menjadi sehat dan bayi
tumbuh optimal.
d. Kurangi minum the dan kopi selama masa hamil. Teh atau kopi saat makan dapat
mempengaruhi penyerapan makanan. Khususnya zat besi dalam tubuh ibu.
e. Jangan minum minuman alkohol, memakai narkoba atau merokok.
f. Minum tablet besi folat atau tablet multivitamin MMN untuk mencegah anemia
selama hamil dan setidaknya selama 3 bulan setelah persalinan.
g. Melakukan kunjungan ANC / kehamilan setidaknya 4 kali selama kehamilan.
Kunjungan ini sangat penting bagi ibu untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu
dan perkembangan janin yang dikandungnya.
h. Untuk mencegah gangguan nyamuk dan serangga, gunakan kelambu waktu tidur.

Berdasarkan dari Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013


menyatakan bahwa kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi TTD selama 90 hari
hanya 33,3%, sedangkan provinsi dengan asupan zat besi 90 hari terendah merupakan
provinsi Lampung sebesar 15,4%. Kondisi ini diperparah dengan perilaku ibu hamil
mengkonsumsi makanan yang mengandung energi, karbohidrat, protein, lemak, dan
zat besi masih dibawah rata-rata. Pemenuhan gizi masih merupakan masalah yang
serius bagi ibu hamil terutama asupan zat besi dari makanan. Nutrisi ibu hamil
merupakan salah satu faktor utama penentu kesehatan ibu dan janin. Kurangnya asupan
nutrisi selama kehamilan dan gaya hidup yang kurang baik, membuat janin berisiko
lebih tinggi mengalami gangguan, seperti berat badan lahir kurang, hambatan tumbuh
kembang, hingga cacat bawaan lahir.
Nutrisi adalah faktor penting yang mempengaruhi tumbuh kembang janin sejak
awal kehidupan, karena nutrisi yang tepat dan seimbang mendukung
perkembangan otak, sistem daya tahan tubuh dan pertumbuhan janin sejak
dalam kandungan agar tetap optimal.

Beberapa Nutrisi yang dibutuhkan oleh Ibu hamil :


1. Protein
Protein sangat berperan penting dalam pertumbuhan janin dan juga menjaga

52
kesehatan ibu. Protein yang dibutuhkan oleh ibu hamil sekitar 40 hingga 70 gram
protein setiap hari. Sumber protein adalah daging, telur, tahu, susu, makanan laut
termasuk ikan atau kerang, dan kacang-kacangan. Kebutuhan akan protein ini dapat
terpenuhi dengan mengkonsumsi tiga hingga empat porsi protein setiap harinya.
Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan protein harian ibu hamil, cukup dengan dua
gelas susu, dan 200 gram daging tanpa lemak
2. Karbohidrat
Karbohidratyang disarankan untuk ibu hamil adalah yang mengandung zat tepung,
misalnya nasi dan roti. Ibu hamil juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat sebanyak 8 hingga 10 porsi setiap harinya.
Karbohidrat akan diubah menjadi energi sebagai nutrisi ibu hamil dan pertumbuhan
bayi di dalam kandungan. Penelitian menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat
saat hamil berisiko menyebabkan bayi terlahir cacat.
3. Asam folat
Kebutuhan asam folat sejak awal kehamilan hingga usia kehamilan 12 minggu
sebanyak 400 mcg per hari. Selain itu, Ibu hamil juga membutuhkan asam folat
alami yang disebut folat. Sumber folat adalah sayuran berwarna hijau seperti brokoli
dan bayam, kacang-kacangan, alpukat, dan pepaya. Fungsi asam folat pada ibu
hamil adalah mencegah kelahiran premature, membantu produksi DNA dan sel-sel
tubuh, mencegah risiko penyakit dan stroke, mengurangi risiko terjadinya Neural
Tube Defect.
4. Zat besi
Fungsi zat besi adalah membentuk hemoglobin yang berperan sebagai pembawa
oksigen ke seluruh tubuh ibu dan janin melalui sel darah merah. Kebutuhan zat besi
pada ibu hamil meningkat seiring dengan usia kehamilan. Peningkatan kebutuhan
ini terutama pada trimester kedua dan ketiga. Setiap harinya, ibu hamil memerlukan
setidaknya 27 mg asupan zat besi. Untuk bisa memenuhi asupan zat besi harian, ibu
hamil bisa mengonsumsi daging tanpa lemak, ikan, tahu, sayuran berwarna hijau,
telur, dan kacang-kacangan. Dengan memenuhi kebutuhan zat besi pada ibu hamil,
mempunyai beberapa manfaat bagi ibu dan juga janin. Manfaat pemenuhan zat besi
pada ibu hamil adalah, menjaga kualitas kesehatan sel darah merah, mencegah ibu
mengalami anemia, dan mengurangi risiko melahirkan premature. Sedangkan
manfaat bagi janin dalam kandungan adalah membantu perkemangan otak yang
baik dan tumbuh kembang yang optimal.

53
5. Serat dan vitamin
Serat dan vitamin juga sangat penting bagi ibu hamil, dimana ibu hamil
membutuhkan 200-450 gram sayur dan 350 gram buah setiap harinya. Kandungan
serat pada sayur dan buah berguna untuk membantu sistem pencernaan selama
kehamilan dan mencegah sembelit saat hamil. Selain itu, bahan makanan ini juga
mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan saat hamil, seperti vitamin dan
mineral.
6. Kalsium
Sumber kalsium yang dibutuhkan ibu hamil adalah susu, sayuran dengan warna
daun hijau gelap, tofu, kacang almond dan sereal. Kalsium mempunyai manfaat
yang baik untuk ibu hamil dan juga janin yang dikandungnya. Untuk ibu hamil,
pemenuhan kebutuhan kalsium dapat mengurangi risiko osteoporosis, dan
mengurangi risiko terjadinya pre-eklampsia selama kehamilan sedangkan untuk
janin dapat membantu pembentukan tulang dan gigi, serta pembentukan jantung,
saraf dan otot.
7. Lemak
Saat hamil lemak dibutuhkan sebagai nutrisi ibu hamil. Tidak ada batas minimal
lemak yang harus dikonsumsi setiap harinya. Meski begitu, tentu saja tidak
disarankan untuk mengonsumsi lemak secara berlebihan. Selain itu, pilihlah
sumber lemak nabatiyang sehat, seperti biji-bijian, kacang-kacangan, dan alpukat.
Nutrisi setiap ibu hamil dapat berbeda-beda takarannya, tergantung kepada usia, berat
badan, usia kehamilan, dan aktivitas fisik masing-masing ibu hamil. Selalu tambahkan
sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan dalam menu sehari-hari untu meningkatkan
asupan serat. Selain menerapkan pola makan seimbang dan bervariasi, konsumsi susu
dapat membantu ibu memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin selama masa kehamilan.

4. PEMBERIAN EDUKASI KELAHIRAN DAN PERINATAL

Berbagai strategi edukasi dan promosi kesehatan diupayakan untuk memperbaiki kondisi
klinis bayi direkomendasikan, seperti intervensi maternal pada masa prenatal, kunjungan
antenatal yang baik, dan pengendalian faktor risiko. [4,9,15,18]

Edukasi pasien

54
Bayi prematur rentan mengalami berbagai komplikasi dan umumnya memerlukan tata
laksana yang lebih kompleks. Orang tua perlu diedukasi tentang tingkat keparahan
penyakit, pemberian nutrisi, skrining, tata laksana, serta komplikasi dan prognosis yang
dapat terjadi.

Bayi-bayi prematur sering kali membutuhkan perawatan di ruang intensif (NICU) dan
membutuhkan bantuan hidup, terutama pemasangan alat bantu napas dan inkubator. Ibu
bayi dapat dipulangkan lebih dahulu, sedangkan bayi masih membutuhkan perawatan lebih
lanjut di ruang rawat intensif.

Kangaroo mother care sangat penting untuk dipromosikan oleh tenaga kesehatan di rumah
sakit karena dapat membantu menangani hipotermia dan bermanfaat dalam dukungan
emosional antara ibu/ayah dan bayi. KMC dapat dilakukan di rumah sakit ataupun di rumah
setelah bayi pulang.

Dampak jangka panjang terhadap tumbuh kembang dan kesehatan bayi juga sering kali
dikhawatirkan orang tua. Bayi-bayi prematur tetap dapat lahir dengan sehat. Perlu diingat
bahwa tumbuh kembang bayi prematur tidak dapat dibandingkan dengan bayi cukup bulan
seusianya dan perlu dilakukan koreksi usia sesuai dengan usia gestasi. [4,9,15,18]

Pencegahan
Pencegahan kelahiran bayi prematur sudah dapat dimulai sejak masa prenatal, khususnya
pada ibu dengan risiko tinggi mengalami kelahiran prematur. Upaya pencegahan yang
dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan Indonesia dan World
Health Organization (WHO) antara lain sebagai berikut:

Identifikasi awal wanita yang berisiko mengalami kelahiran prematur melalui pelaksanaan
antenatal (ANC) minimal 8 kali dengan komponen 10T lengkap. Mengendalikan faktor
risiko pada wanita risiko tinggi melahirkan prematur, seperti smoking cessation,
minimalisir penggunaan medikasi maternal, meliputi pemberian kortikosteroid antenatal,
antibiotik profilaksis, magnesium sulfat, dan tokolitik sesuai kebutuhan Menggalakkan
program puskesmas dengan pelayanan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar) dan Rumah Sakit dengan pelayanan PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal

55
Emergensi Komprehensif) dan merujuk ibu ke fasilitas yang dibutuhkan sejak dini bila
terdapat kehamilan risiko tinggi Segera melakukan kangaroo mother care pada bayi-bayi
prematur
Pencegahan yang baik dapat mengurangi angka kematian bayi yang merupakan target
Millennium Development Goals (MDG). Pemeriksaan antenatal yang baik dapat
mendeteksi risiko kelahiran prematur, sehingga kelahiran prematur dapat dicegah dan orang
tua serta proses persalinan dapat dipersiapkan dengan lebih baik. [1,2,9,18]

C. Latihan Soal / Lembar Kerja


1. Jelaskan konsep kebidanan keluarga pada kehamilan
2. Bagaimana mengedukasi keluarga tentang nutrisi sebelum konsepsi
3. Bagaimana cara kalian mengedukasi keluarga tentang cara beradaptasi dalam fase
kehamilan
4. Bagaimana cara Pemberian Edukasi tentang tentang kebutuhan dan penyajian
nutrisi selama kehamilan
Penugasan I :
Role play : Buat media edukasi kepada keluarga dan berikan edukasi kepada keluarga
tentang :
A. Edukasi Keluarga tentang nutrisi sebelum konsepsi
B. Edukasi Keluarga tentang cara beradaptasi dalam fase kehamilan
C. Edukasi Keluarga Tentang kebutuhan dan penyajian nutrisi selama kehamilan
D. Edukasi pada keluarga tentang kelahiran dan perinatal

D. Lembar Kerja
-

E. Referensi tiap Modul


1. World Health Organization. Preterm birth. WHO. Diakses dari:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth
2. World Health Organization, Save the Children, PMNCH, March of Dimes. Born
Too Soon: the global action report of preterm birth. Howson C, Kinney M, Lawn J,
editors. WHO. Geneva: World Health Organization; 2014.
3. Department of Health. Clinical Practice Guidelines: Pregnancy Care. Canberra:
Australian Government Department of Health; 2019.

56
4. World Health Organization. WHO recommendations on interventions to improve
preterm birth outcomes. WHO. France: WHO; 2015.
5. National Institute for Health and Care Excellence. Preterm labour and birth. NICE
Guidelines. United Kingdom; 2015.
6. World Health Organization, UNICEF. Every newborn: An Action Plan To End
Preventable Deaths. WHO. Luxembourg: WHO; 2014.
7. Bahan ajar Dokumentasi Kebidanan PPSDM 2017 (Tinjauan teori SOAP Askeb
Kehamila hal 165-171)
8. KMK no 938 tahun 2017
9. Arisman. 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta
10. DepKes RI, 2014. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta
11. Hartriyanti, Y. dan Triyanti. 2017. Penilaian Status Gizi. Rajagrafindo Persada.
Jakarta.
12. Heffner, L. J dan D. J. Schust. 2018. At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi Kedua.
Erlangga Medical Series. Jakarta
13. IDAI. 2013. Nutrisi pada Remaja. tersedia pada URL
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja. Diakses
pada tanggal 1 Maret 2017 pukul 22.08 WIB
14. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Nutrisi Pada Remaja. Diakses Pada 1 Maret
2017. Tersedia Pada URL:http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/nutrisi-pada-remaja
15. Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta :
Sagung Seto
16. World Health Organization. 2015. Nutrition in adolescence – Issues and Challenges
for the Health Sector. WHO. Geneva
17. Cunningham GF, Gant FN, Leveno JK dkk, Williams Obstetrics, Twenty-second
Edition, 2005
18. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi ke-1, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2001
19. Duenhoelter HJ, Greenhill's Office Ginecology, Tenth Edition, Obstetrics and
Gynaecology of Washington, EGC 2000
20. Hacker FN, Moore GJ, Essential of Obstetrics and Gynecology. Second Edition,
Hipocrates, 2006
21. Llewellyn D, Jones. Fundamental of Obstetrics and Gynaecology, Third Edition,

57
Faber and Faber, London 1982
22. Myles Textbook For Midwives, 2019
23. Midwifery-Community- Based Care During The Childbearing Yaar, 2019
24. Mariyam S, Yuliati & Rahayu T. 2017. Perilaku Konsumsi Tablet Fe Oleh Ibu
Hamil di Wilayah Kecamatan Ngawan Gunung Kidul Paper Presented at the
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA pada 25 Agustus 2007 di FMIPA-
UNY, Yogyakarta.
25. Girard AW, & Olude O. 2012. Nutritional Education and Councelling Provided
During Pregnancy: Effect on maternal, neonatal and child Health
coutcomes. Pediatric and Perinatal Epidemiology, 26(1),7.
26. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
27. Zhu, et al. 2016. Effect of Prenatal and Postnatal malnutrition on intellectual
functioning in early school-aged children in rural western China. Medicine.
95(31),pp.e4161.

58
MODUL 3
Asuhan kebidanan secara holistic dengan menggunakan intervensi dan pelibatan aspek
klien dengan menggunakan prinsip biopsikososial budaya
A. Capaian Pembelajaran Khusus
Mahasiswa Mampu

B. Sub Pokok Bahasan


Konsep sehat menurut WHO merupakan keadaan yang sempurna baik fisik, mental
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/ cacat.1 Sedangkan,
sehat menurut Undang-undang kesehatan adalah keadaan sejahtera, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan
dilaksanakan salah satunya adalah melalui kegiatan kesehatan reproduksi yang meliputi
saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan.2 Bidan merupakan salah
satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategi terutama dalam penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan
pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek
pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja
yang membutuhkannya, kapan, di manapun berada. 3 Tingginya kasus kematian ibu selalu
dikaitkan dengan kondisi fisik, seperti perdarahan, preeklamsi, dan infeksi. Pemberian
asuhan oleh Bidan adalah untuk mengatasi keadaan fisik.
“Seorang bidan menganut filosofis yang mempunyai keyakinan di dalam dirinya bahwa
semua manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik
merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama”.
Dalam implementasinya: “Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan
sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan
fisik, psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman reproduksi”.

1
Kutipan di atas merupakan pernyataan yang termuat dalam falsafah kebidanan yang
menjadi panduan dalam menjalankan praktik kebidanan yang termuat dalam Standar
Profesi Bidan Indonesia. Profesi bidan berperan dalam memberikan asuhan yang aman,
bersifat holistik, dan berpusat pada individu di segala batasan usia dan
berbagai setting kehidupan.

Pendekatan holistik merupakan pendekatan yang paling komprehensif dalam pelayanan


kesehatan, termasuk kebidanan. Dalam pendekatan ini, seorang individu merupakan
sebuah kesatuan yang terdiri dari dimensi fisik, mental, emosional, sosio kultural dan
spiritual, dan setiap bagiannya memiliki hubungan dan ketergantungan satu sama lain.
Untuk mempertahankan seorang individu sebagai satu kesatuan, pemenuhan kebutuhan
spiritual merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan disamping pemenuhan
terhadap kebutuhan lain.

Kajian tentang spiritualitas dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan sebagian besar
hanya membahas tentang spiritualitas pada akhir kehidupan, sedangkan aspek spiritualitas
sendiri juga melekat pada praktik dan peran bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
(kebidanan), dan termasuk di dalamnya adalah proses kelahiran. Fatma Sylvana Dewi
Harahap (2018) dalam penelitiannya berjudul “Keseimbangan Fisik, Psikis, dan Spiritual
Islam pada Masa Kehamilan dan Persalinan” memaparkan tentang pentingnya
keseimbangan fisik, psikis dan spiritual dalam asuhan kebidanan. Dalam penelitian tersebut
disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menganut budaya ketimuran dalam
tatanan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Keberagaman agama dan budaya merupakan
entitas yang mendasari pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual ibu hamil dengan
mempertemukan kedua komponen tersebut.

Spiritualitas
Hingga saat ini masih terjadi perdebatan terkait definisi spiritualitas. Donia Baldacchino
(2015) dalam publikasinya yang berjudul Spiritual Care Education of Health Care
Professionals menyebutkan bahwa spiritualitas dapat diartikan sebagai sebuah kekuatan
yang menyatukan semua aspek manusia, termasuk komponen agama, memberikan

2
dorongan kepada seseorang untuk menemukan arti, tujuan, dan pemenuhan dalam
kehidupan, serta dan menumbuhkan semangat untuk hidup.
Konsep spiritualitas merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam pelayanan
kebidanan. Price et al. (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “The Spiritual Experience
of High‐Risk Pregnancy” menyebutkan bahwa aspek spiritualitas membantu dalam
mengatasi stres pada kehamilan risiko tinggi, dan diyakini dapat meningkatkan
kesejahteraan ibu dan janin. Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) dalam publikasinya
menyebutkan bahwa asuhan kebidanan yang diberikan selama kehamilan dengan
memperhatikann keseimbangan fisik, psikis dan spiritual pada wanita dengan risiko rendah
dapat menurunkan intervensi medis dalam proses persalinan.
Dalam publikasi yang sama, Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) dengan mengutip dari
berbagai sumber menyebutkan efek positif dari pemenuhan kebutuhan spiritualitas dalam
asuhan kebidanan, baik saat kehamilan, persalinan, maupun nifas yang dikutip dari
berbagai sumber. Dalam kehamilan, asuhan kebidanan yang diberikan secara seimbang,
baik aspek fisik, psikis, dan spiritual akan meningkatkan derajat kesehatan, serta
menghindarkan kecemasan. Kondisi ini jika dijaga, dapat meningkatkan keyakinan ibu
hamil serta menghindarkan ibu dari persoalan psikologis saat menghadapi dan menjalani
proses persalinan, disebabkan spiritualitas sendiri merupakan bentuk coping dalam
menghadapi persalinan. Dalam masa setelah melahirkan, spiritualitas membantu proses
penyembuhan dan mengurangi depresi postpartum.

C. Spiritual Care
Asuhan kebidanan yang dilakukan secara holistik pada masa kehamilan berdampak positif
pada hasil persalinan. Pengabaian terhadap aspek spiritual dapat menyebabkan klien akan
mengalami tekanan secara spiritual. Dalam melakukan asuhan kebidanan yang holistik,
pemenuhan kebutuhan spiritual klien dilakukan dengan pemberian spiritual care. Aspek
penghormatan, menghargai martabat dan memberikan asuhan dengan penuh kasih sayang
merupakan bagian dari asuhan ini. Donia Baldacchino (2015) dalam publikasinya yang
berjudul Spiritual Care Education of Health Care Professionals menyebutkan bahwa
dalam memberikan spiritual care, tenaga kesehatan (bidan) berperan dalam upaya
mengenali dan memenuhi kebutuhan spiritual klien dengan memperhatikan aspek

3
penghormatan pada klien. Bidan juga berperan memfasilitasi klien dalam melakukan
kegiatan ritual keagamaan. Selain itu, membangun komunikasi, memberikan perhatian,
dukungan, menunjukkan empati, serta membantu klien untuk menemukan makna dan
tujuan dari hidup, termasuk berkaitan dengan kondisi yang sedang mereka hadapi. Spiritual
care dapat membantu klien untuk dapat bersyukur dalam kehidupan mereka, mendapatkan
ketenangan dalam diri, dan menemukan strategi dalam menghadapi rasa sakit maupun
ketidaknyamanan yang dialami, baik dalam masa kehamilan, maupun persalinan. Selain
itu, hal ini juga akan membantu klien dalam memperbaiki konsep diri bahwa kondisi sakit
ataupun tidak nyaman yang dialami juga bentuk lain dari cinta yang diberikan oleh Tuhan.

Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa transformatif dalam kehidupan seorang


wanita. Pemberian asuhan kebidanan dengan tidak mengabaikan aspek spiritual merupakan
hal yang sangat penting dalam menunjang kebutuhan klien. Ibu dan bayi yang sehat, fase
tumbuh kembang anak yang sehat, serta menjadi manusia yang berhasil dan berkontribusi
positif bagi masyarakat merupakan harapan bersama. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang
berperan dalam kesehatan ibu dan anak diharapkan agar dapat memberikan asuhan dengan
pemahaman holistik terhadap wanita. Mengutip dari Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018)
"merekonstruksi bangunan keseimbangan kesehatan dengan sinergitas fisik, psikis, dan
spiritualitas perlu dilakukan melalui pendidikan dan pelayanan kebidanan". (Mahasiswa
S2 IPK FK - KMK UGM)

D. Latihan Soal / Lembar Kerja


Instruksi Belajar :
1. Dalam 10 Kelompok SGD, lakukan study pustaka dan telaah artikel (30 menit)
2. 3-5 kelompok (random) presentasi artikel dgn 5W1H, seluruh mhsswa diskusi
E. Lembar Kerja
-

4
F. Referensi
1. A guide to Effective Care in Pregnancy and Childbirth, 2019
2. Alio, A.P., Lewis C.A., Scarborough, K., Harris, K and Fiscella K. (2013).
Community Perspective On The Role Of Fathers During Pregnancy: A Qualitative
Study. BMC Pregnancy and Childbirth. doi : 1471-2393/13/60

5
MODUL 4
Program pemerintah terkait kebidanan keluarga
pada masa kehamilan

A. Capaian Pembelajaran Khusus


Mampu menganalisis program pemerintah terkait kebidanan keluarga pada masa
kehamilan
B. Sub Pokok Bahasan
Program pemerintah terkait kebidanan keluarga pada masa kehamilan
a. Pengertian
Tingginya AKI Masih kurangnya deteksi komplikasi. Cakupan kunjungan ibu
hamil yang memperoleh pelayanan antenatal (K4) sesuai standar yang ada di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu masih dibawah 100%.. Data kemkes 79% Ibu hamil
banyak yg kurang gizi, Terkendala budaya, rendahnya pengetahuan ibu tentang mitos2
(pantangan), Tingginya anemia kematian ibu, Kurangnya pembiayaan pribadi ,
ekonomi rendah, Cakupan kujungan ibu hamil yang belum 100%, Cakupan persalinan
di fas kesehatan masih belum 100%, Keyakinan menentangtang imunisasi, Lingkungan
kesehatan masih buruk shg berdampak pd ksehatan ibu hamil timbul infeksi,
penyakit yang diderita ibu hamil

b. Program Pemerintah Ibu Hamil


BLT PKH 2022 (program keluarga harapan) Kemensos
1. Kelas ibu hamil
2. Triple eliminasi
3. Pemberian PMT
4. Px Lab (HBSAG, HIV, TBC, Sifilis, HB, protein urin, gol darah,
5. Pemberian tablet tambah darah
6. Pemantauan bumil resti
7. Pemantapan P4K
8. Penguatan Buku KIA

6
9. Pemberian buku KIA gratis
10. ANC terpadu
11. E kohort
12. ANC K6
13. Kemitraan bidan dan dukun
14. Jampersal

c. Sumber Acuan Pemerintah


• Undang – undang nomor 4 tahun 2019 tentang Kebidanan
• Permenkes RI nomor 86 tahun 2019 (Juknis Dana Alokasi Khusus Kesehatan)
• Rencana Aksi Program 2020 – 2024 Kemkes RI
d. Program Pemerintah PIS – PK

Visi Presiden 2020-2024: “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”

9 Misi Presiden
1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia
2. Penguatan Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing
3. Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan
4. Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan
5. Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa
6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya
7. Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga
8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya
7
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan

Tiga Pilar Pembangunan landasan pembangunan manusia, yakni


2. layanan dasar dan perlindungan social
3. produktivitas,
4. pembangunan karakter

Melalui tiga pilar ini, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan
daya saing SDM menjadi sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif,
terampil, dan berkarakter. Pilar layanan dasar dan perlindungan sosial mencakup tata kelola
kependudukan, perlindungan sosial, kesehatan, pendidikan, pengentasan kemiskinan,
peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda.
b. 5 Strategi untuk mencapai arah kebijakan :
1. peningkatan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi;
2. percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan penanggulangan
permasalahan gizi ganda;
3. peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit;
4. pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS); dan
5. penguatan sistem kesehatan

C. Latihan Soal / Lembar Kerja


Jelaskan program pemerintah terkait kebidanan keluarga pada masa kehamilan
Instruksi Belajar :
1. Dalam 10 Kelompok SGD, lakukan study pustaka dan telaah artikel (30 menit)
2. 3-5 kelompok (random) presentasi artikel dgn 5W1H, seluruh mhsswa diskusi

D. Lembar Kerja
-

8
E. Referensi tiap Modul
1. A guide to Effective Care in Pregnancy and Childbirth, 2019
2. Alio, A.P., Lewis C.A., Scarborough, K., Harris, K and Fiscella K. (2013).
Community Perspective On The Role Of Fathers During Pregnancy: A Qualitative
Study. BMC Pregnancy and Childbirth. doi : 1471-2393/13/60
3. Rencana Aksi Program 2019-2024

9
MODUL 5
Produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari
pertolongan terhadap komplikasi kehamilan

A. Capaian Pembelajaran Khusus


Mahasiswa mampu Menghasilkan produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga
untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi kehamilan
B. Sub Pokok Bahasan

MENGHASILKAN PRODUK INOVATIF DALAM RANGKA


PEMBERDAYAAN KELUARGA UNTUK MENGENALI DAN MENCARI
PERTOLONGAN TERHADAP KOMPLIKASI KEHAMILAN

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Indikator ini tidak hanya mampu
menilai program kesehatan ibu dan bayi, tetapi lebih mampu menilai derajat kesehatan
masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi
aksesibilitas maupun kualitas. Penurunan AKI di Indonesia tahun 2012 menunjukkan
peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup tetapi AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015
(Kemenkes RI, 2016). Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Banyumas pada tahun
2016 jumlah kematian ibu sebanyak 22 orang dan jumlah kematian bayi sebanyak 186
jiwa (Dinkes Banyumas, 2016).
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat
dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015
- 2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya
pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan

10
pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan
kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin serta (6)
meningkatkan responsivitas sistem kesehatan (Kemenkes RI, 2015).
Salah satu penyebab masih tingginya AKI dan AKB di Indonesia adalah tidak
terdeteksi secara dini ibu hamil risiko tinggi. Kehamilan risiko adalah kehamilan patologi
yang dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin. Dengan demikian, untuk menghadapi
kehamilan risiko harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya promotif dan
preventif sampai dengan waktunya harus diambil sikap tegas dan cepat untuk dapat
menyelamatkan ibu dan bayinya. Penyebab dari kejadian kehamilan risiko pada ibu hamil
adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi, rendahnya status
sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah (Manuaba, 2007).
Penelitian Whitworth M, et al (2011) menyatakan bahwa usia kehamilan ibu
mempunyai pengaruh yang tinggi dalam kelahiran prematur. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Giuseppe E. et al (2015) menyatakan bahwa faktor utama risiko ibu dalam
kehamilan (konsumsi alkohol, merokok, merokok pasif dan obesitas) dapat menyebabkan
kerusakan pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
Kasus kehamilan risiko banyak ditemukan di masyarakat, tetapi tenaga kesehatan
tidak bisa menemukannya satu persatu, karena itu peran serta masyarakat (keluarga dan
kader) sangat dibutuhkan dalam mendeteksi ibu hamil risiko tinggi. Keluarga sebagai
orang terdekat bagi ibu hamil memiliki tugas untuk mengenal gangguan masalah
kesehatan pada setiap anggota keluarga serta dapat memberikan informasi kesehatan
khususnya tentang kehamilan. Begitu juga sebaliknya kader mempunyai tugas menjaga
kesehatan ibu hamil melalui promosi kesehatan dan pencegahan risiko, seperti pemberian
suplemen nutrisi, zat besi, imunisasi tetanus toksoid dan pemberian konseling tentang
tanda bahaya kehamilan, dan keluarga berencana. Mendeteksi dan melakukan
penatalaksanaan penyakit hipertensi dan diabetes mellitus (Muslihatun, 2011).
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Sun et al (2014) di temukan bahwa
ibu hamil yang beruis < 20 tahun dan > 35 memiliki risiko yang lebih besar untuk
melahirkan bayi prematur, lebih tinggi mengalami komplikasi kehamilan, meningkatnya
persalinan dengan sectio cesarea. Selain itu ibu yang pendidikannya kurang dari 7 tahun
memiliki presentase yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir

11
rendah (BBLR), melahirkan bayi dengan apgar skor yang lebih rendah pada menit 1 dan
5 serta dapat meningkatkan kematian neonatal.
Salah satu upaya untuk meminimalisir faktor penyebab kehamilan risiko tinggi
adalah dengan melakukan upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil dilakukan berbasis
keluarga yaitu kepada suami dan keluarga perlu diberikan informasi mengenai kondisi ibu
hamil sedini mungkin. Pengenalan adanya faktor risiko pada ibu hamil dilakukan secara
proaktif oleh petugas yang terlatih dimasyarakat misalnya kader. Kegiatan deteksi dini
dilakukan melalui kunjungan rumah yang merupakan langkah awal dari pemeliharaan
kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu antisipasi untuk mencegah terjadinya
kematian ibu (Ismawati, 2010).
Sesuai Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 bab 16 pasal 174 tentang
kesehatan, bahwa masyarakat diberikan kesempatan untuk ikut berperan serta baik secara
perseorangan maupun terorganisasi dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan diantaranya dengan partisipasi anggota
masyarakat sebagai kader posyandu. Peran kader dalam kesehatan ibu dan anak adalah
untuk menginformasikan segala permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan
kesehatan ibu hamil serta mempu menjadi penggerak bagi kelompok atau organisasi
masyarakat. Salah satu fungsi kader dalam kesehatan ibu dan anak adalah membantu
tenaga kesehatan untuk mengenal dan menemukan ibu hamil yang berisiko dengan
melakukan kunjungan rumah. Kader merupakan penggerak langsung dimasyarakat dalam
melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan dan melalui kerjasama
antara tenaga kesehatan, keluarga, dan tokoh masyarakat.

C. Latihan Soal / Lembar Kerja


Buatlah produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan
mencari pertolongan terhadap komplikasi kehamilan. Masing-masing kelompok membuat
produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari
pertolongan terhadap tanda bahaya/ jika terjadi komplikasi pada masa prakonsepsi,
kehamilan :
Kel 1 : Pengenalan pra konsepsi (Lembar balik dan produk peraga panggul, uterus, vulva)
perkembangan embrio)

12
Kel 2 : Pengenalan masa konsepsi (Buku saku dan peraga perkembangan embrio)
Kel 3 : Pengenalan tanda bahaya HEG (Lembar Balik dan Peraga Nutrisi Kehamilan dan
mengatasi HEG

D. Lembar Kerja
-

E. Referensi
1. Alio, A.P., Lewis C.A., Scarborough, K., Harris, K and Fiscella K. (2013). Community
Perspective On The Role Of Fathers During Pregnancy: A Qualitative Study. BMC
Pregnancy and Childbirth. doi : 1471-2393/13/60
2. Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta
3. Arifin, Zainal. (2021). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
4. Bachri, Bachtiar S. (2020). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada
Penelitian Kualitatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya
5. Cahyo Ismawati S.,(2020). Posyandu dan Desa Siaga, Panduan untuk Bidan dan Kader.
Bantul : Nuha Medika.
6. Cholid, Sofyan.(2019). Sistem Informasi Geografis: Suatu Pengantar. Bogor: Staff
Akademik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI.
7. Daphna G. Dollberg Tamir Rozenfeld, and Michael Kupfermincz. (2016). Early
Parental Adaptation, Prenatal Distress, and High-Risk Pregnancy. School of
Behavioral Sciences, Academic College of Tel Aviv-Yaffo and Lis Maternity
Hospital, Tel Aviv Sourasky Medical Center. Israel. doi: 10.1093/jpepsy/jsw028
8. Giuseppe E.,Rossella A.,Francesco N.,GabriellaD. (2015). Women’s Knowledge,
Attitudes and Behavior about Maternal Risk Factors in Pregnancy. Department of
Experimental Medicine, Second University of Naples ; Italy.
doi:10.1371/journal.pone.0145873
9. Fithriany, (2015). Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Terhadap
Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar, Thesis,

13
MODUL 6
Peran keluarga dalam asuhan persalinan

A. Capaian Pembelajaran Khusus


Mahasiswa mampu konsep kebidanan keluarga pada fase ibu bersalin

B. Sub Pokok Bahasan


KONSEP KEBIDANAN KELUARGA PADA FASE IBU BERSALIN
Persalinan adalah proses membuka dan menivis nya serviks, dan janin turun ke jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 mgg ), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada bayinya.
Proses persalinan alami telah menunjukan bahwa pendekatan alami dan lembut serta sabr
terhadap proses persalinan gidak mahal, memiliki resiko yang kecil dan berhasil dengan
sangat efektif.
3 hal utama yang terjadi pada persalinan
1. Dilatasi serviks atau pembukaan jalan lahir
2. Rotasi bayi melalui panggul
3. Turunnya bayi melalui panggul
Asuhan yang diberikan pada saat persalinan adalah mengacu pada asuhan persalinan
normal, dimana bidan hanya memberikan asuhan kepada ibu bersalin normal tanpa
komplikasi.
Asuhan kebidanan keluarga yang dapat diberikan pada saat persalinan adalah sebagai
upaya untuk memberikan kenyamanan dan kelancaran proses persalinan.

Birthing ball
Awalnya dikembangkan untuk terapi fisik dan telah digunakan bertahun-tahun oleh terapi
dalam berbagai cara mengobati gangguan ulang saraf serta latihan. Pada kehamilan dan
proses persalinan disarankan untuk membantu meningkatkan relaksasi

14
Birthing ball adalah terapi fisik atau latihan sederhana menggunakan bola. Kata birth ball
dapatdiartikan latihan dengan menggunakan bola diterapkan untuk ibu hamil, ibu
melahirkan dan ibu pasca melahirkan.
Tujuan birthing ball
Mengontrol, mengurangi dan menghilangkan nyeri pada persalinan serta dapat
mengurangi lamanya persalinan
Manfaat penggunaan birthball
1. Meningkatkan aliran darah ke rahim, plasenta dan bayi
2. Mengurangu tekanan pada tulang belakang
3. Memberikan dukungan yang nyaman bagi lutut dan pergelangan
4. Memberikan pijatan yang lembut pada perineum dan paha dalam
Ketika duduk diatas bola maka postur tubuh menjadi tegak dan postur tubuh tegak
tersebut akan memanfaatkan gaya gravitasi bumi sehingga akan membantu turunnya
kepala bayi ke pinggul.
Dapat membuat gerakan yang berbeda dengan beristirahat sambil brsandar kedepan,
goyang panggul, bergoyang maju mundur, melakukan lingkaran pinggul dan angka
delapan dapat memantul lembut untuk membantu turunnya kepala bayi ke panggul
Dapat meningkatkan outlet panggul sebanyak 30 % yang juga mendorong turunnya
kepala bayi ke panggul
Salah satu manfaat paling penting dari menggunkan bola lahir selama kehamilan adalah
posisi bayi berada pada posisi yang tepat sebelum kelhairan

PEMBERIAN EDUKASI KELUARGA TENTANG PROSES PERSALINAN, TANDA


BAHAYA DALAM PERSALINAN

Edukasi mengenai asuhan persalinan normal penting diberikan kepada wanita usia subur, ibu
hamil, dan pasangan suami istri yang berencana memiliki anak. Edukasi asuhan persalinan
normal terutama diberikan kepada ibu primigravida. Penjelasan yang perlu diberikan adalah:
▪ Persalinan normal merupakan proses fisiologis
▪ Tanda–tanda pasti persalinan, seperti kontraksi uterus yang semakin kuat dan sering,
pecahnya air ketuban, dan adanya lendir darah dari jalan lahir

15
▪ Pemeriksaan-pemeriksaan yang akan dilakukan selama proses persalinan normal,
seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, denyut jantung janin, pemeriksaan
dalam secara berkala
▪ Komplikasi yang mungkin terjadi kepada ibu dan janin selama proses melahirkan[1-
3,11]
Ibu hamil dan keluarga tidak perlu panik jika menghadapi tanda-tanda pasti persalinan.
Sebaiknya pasien langsung datang ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dan persiapan
proses persalinan normal. Perlu diingatkan agar ibu menjaga kebersihan saat akan melahirkan
sehingga dapat mengurangi risiko infeksi. Keluarga dan suami perlu diberitahu juga mengenai
pentingnya dukungan emosional selama proses persalinan.[1-3]
Asuhan persalinan normal yang dilakukan tenaga medis di fasilitas kesehatan akan selalu
mengutamakan keselamatan ibu dan janin. Karena itu, saat edukasi sebaiknya dijelaskan
manfaat dari persalinan normal dibandingkan persalinan sectio caesarea, kecuali terdapat
kontraindikasi. Beberapa keuntungan persalinan normal di antaranya:
▪ Persalinan normal tidak memiliki komplikasi berat daripada sectio caesarea, seperti
nyeri pinggang, komplikasi luka operasi, dan komplikasi yang berhubungan dengan
anestesi
▪ Persalinan normal memiliki waktu pemulihan yang lebih cepat dibandingkan sectio
caesarea
Persalinan normal akan mempererat hubungan ibu dan bayi, hal ini penting untuk
kesehatan mental anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

C. Latihan Soal / Lembar Kerja


1. Jelaskan konsep kebidanan keluarga pada fase ibu bersalin
2. Bagaimana cara Pemberian edukasi keluarga tentang proses persalinan, tanda bahaya
dalam persalinan Lembar Kerja
Instruksi Belajar
1. Dosen Menjelaskan tentang Pemberian edukasi keluarga tentang proses persalinan,
tanda bahaya dalam persalinan dengan ref Buku KIA (20 menit)
2. Mahasiswa di bagi dalam kelompok dengan breakout room dengan jumlah 10 kelompok
dan berlatih (20 menit)

16
3. Mahasiswa di berikan tugas untuk bermain peran tentang pemberian edukasi keluarga
tentang proses persalinan, tanda bahaya dalam persalinan menggunakan buku KIA (60
menit)
*Buku KIA dan daftar tilik KIE

D. Lembar Kerja
-
E. Referensi tiap Modul
1. World Health Organization. Preterm birth. WHO. Diakses dari:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth
2. World Health Organization, Save the Children, PMNCH, March of Dimes. Born Too
Soon: the global action report of preterm birth. Howson C, Kinney M, Lawn J, editors.
WHO. Geneva: World Health Organization; 2017.
3. Department of Health. Clinical Practice Guidelines: Pregnancy Care. Canberra:
Australian Government Department of Health; 2019.
4. World Health Organization. WHO recommendations on interventions to improve
preterm birth outcomes. WHO. France: WHO; 2015.
5. National Institute for Health and Care Excellence. Preterm labour and birth. NICE
Guidelines. United Kingdom; 2015.
6. World Health Organization, UNICEF. Every newborn: An Action Plan To End
Preventable Deaths. WHO. Luxembourg: WHO; 2014.
7. Fadlun dkk.(2015). Asuhan kebidanan Patologis. Jakarta ; Salemba Medika
8. Hamideh B, Maureen H, Karen A D and Suzanne T. (2017). Open Access Advanced
maternal age and risk perception: A qualitative study. Department of Pediatrics,
Faculty of Medicine, University of Calgary, Alberta.doi.org/ 10.1186/1471-2393-12-
100
9. Heaney, C.A. & Israel, B.A. (2018). Social Network and Social Support. In: Glanz, K.,
Rimer , B.K. & Viswanath, K.F. Health behavior and health education: Theory,
research and practice. 4th ed. San Francisco: Josseybass. (4th ed., pp. 189-210)
10. Thornton, J. M., Browne, B., & Ramphul, M. (2020). Mechanisms and management of
normal labour. Obstetrics, Gynaecology & Reproductive Medicine.

17
doi:10.1016/j.ogrm.2019.12.00
11. Kementerian Kesehatan Indonesia. Buku saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. 2015
12. Milton S.H. Normal Labor and Delivery. Medscape. 2019. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/260036-overview#showall
13. Dresang L.T., Nicole Y. N. Management of Spontaneous Vaginal Delivery. 2015
;92(3):202-208. Available from: https://www.aafp.org/afp/2015/0801/p202.html
14. Zakerihamidi M., Roudsari R.L., and Khoei E.M. Vaginal Delivery vs. Cesarean Section:
A Focused Ethnographic Study of Women’s Perceptions in The North of Iran.
International Journal Community Based. 2015 Jan; 3(1): 39–50.

18
MODUL 7
Pelayanan Kesehatan pada ibu bersalin dengan pendekatan non farmakologi serta
pelibatan

A. Capaian Pembelajaran Khusus


Mahasiswa mampu meberikan
B. Sub Pokok Bahasan
1. Teknik Relaksasi dan teknik pernapasan
a. Memfokuskan dan relaksasi Umpan balik
Saat kontraksi mulai timbul wanita memusatkan perhatian pada objek yang dia
sukai untuk mengurangi persepsi mereka terhadap nyeri. Teknik ini ditambah
dengan relaksasi umpan balik, membantu wanita bekerjasama dengan kontraksinya.
Penolong persalinan memantau proses ini, memberitahu calon ibu waktu yang tepat
untuk mulai melakukan teknik pernafasan. Mekanisme umpan balik yang umum
dilakukan yaitu mengucapkan kata “Rileks” pada awal suatu kontraksi dan terus
mengucapkan kata tersebut sepanjang kontraksi, jika diperlukan. Setelah tingkat
relaksasi diperiksa, teknik relaksasi pada periode prenatal dapat ditinjau kembali.
b. Teknik Pernapasan
Pada tahap pertama, teknik pernapasan dapat memperbaiki relaksasi otot-otot
abdomen dan dengan demikian meningkatkan ukuran rongga abdomen. Keadaan
ini mengurangi friksi (gesekan) dan rasa tidak nyaman antara rahim dan dinding
abdomen. Karena otot-otot di daerah genetalia juga menjadi lebih rileks, otot-otot
tersebut tidak mengganggu penurunan janin.
Tahap kedua, pernapasan dipakai untuk meningkatkan tekanan abdomen dan,
dengan demikian membantu mengeluarkan janin. Keadaan ini juga dipakai untuk
merelaksasi otot-otot pudendal untuk mencegah pengeluaran dini kepala janin.
Ada berbagai pendekatan teknik pernapasan selama kontraksi berlangsung ,
perawat perlu memastikan informasi apa saja yang pernah diterima pasangan
tersebut sebelum memberi instruksi tambahan. Umumnya pernapasan perut yang
perlahan, kira-kira separuh kecepatan normal pernapasan seorang wanita, dimulai

19
ketika ibu tidak dapat berjalan atau berbicara selama kontraksi berlangsung. Karena
frekuensi dan intensitas kontraksi meningkat, wanita perlu mengganti teknik
pernapasannya dengan pernapasan dada, pernapasan yang lebih dangkal dengan
kecepatan pernapasan normal.
Saat yang paling sulit untuk tetap mempertahankan kontrol selama kontraksi
ialah saat dilatasi serviks mencapai 8-10cm. Periode ini juga disebut periode
transisi. Jenis teknik pernapasan yang dapat digunakan adalah pola perbandingan
4:1, yaitu napas, napas, napas, napas, hembus (seperti ketika meniup lilin)
perbandingan ini dapat meningkat menjadi 6:1 atau 8:1. Pola ini dimulai dengan
menarik napas rutin untuk membersihkan dan diakhiri dengan membuang napas
dalam untuk “meniup kontraksi”. Efek sampingnya adalah hiperventilasi. Perawat
harus menginformasikan kepada calon ibu tentang gejala-gejala alkalosis
respiratorik: melayang, pusing, kesemutan pada jari, dan baal di daerah sirkumoral.
Alkalosis dapat di atasi dengan meminta wanita untuk menghembuskan napas
kedalam kantung plastik sehingga napas yang dikeluarkan dapat di hirup kembali
untuk mengganti ion bikarbonat. Saat kepala janin mencapai dasar panggul wanita
akan merasakan keinginan untuk mendorong dan mulai memberi tekanan kebawah
dengan mengontraksi otot-otot abdomennya. Upaya mendorong pembukaan
lengkap tercapai akan menekan serviks diantara kepala janin dan tulang panggul.
Wanita ini dapat mengontrol keinginan untuk mendorong dengan menarik napas
ketika mengekspresikan rasa terkejut bercampur takut. Itu merupakan cara bernafas
yang baik digunakan saat kepala janin muncul perlahan.
c. Effleurage dan Tekanan sakrum (pijatan)
Yaitu 2 metode memberi rasa lega pada banyak wanita selama tahap pertama
persalinan. Teori gate-control dapat memberikan alasan mengapa tindakan ini
berhasil.

2. Metode Counter Pressure


Teknik Counter Pressure, merupakan bagian dari aplikasi teori gate-control. Cara
kerja dari counterpressure adalah melakukan teknik pemijatan dengan menghambat
sinyal nyeri, meningkatkan aliran darah dan oksigen keseluruh jaringan tubuh

20
sehingga dapat mungurangi nyeri. Untuk mengurangi nyeri tersebut kita dapat
memberikan pijatan pada ibu bersalin setiap ada kontraksi selama dua puluh menit,
sehingga akan merangsang pelepasan hormone endorphin sebagai pereda rasa sakit
dan membuat ibu bersalin menjadi lebih nyaman. Manfaat lainnya yang dapat
dirasakan ibu bersalin adalah membuat ibu merasa lebih segar, rileksm dan nyaman
dalam menghadapi persalinan. (Juniartati & Widyawati, 2018). Selain itu teknik ini
juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada area punggung
selama persalinan (Ma’rifah, 2014).
Counter pressure merupakan salah satu teknik yang cukup aman dan efektif dalam
mengatasi nyeri persalinan kala 1. Tindakan yang dapat kita lakukan adalah
memberikan penekanan pada tulang sacrum dengan menggunakan kepalan salah satu
telapak tangan saat adanya kontraksi (Juniartati & Widyawati, 2018). Penekanan di
lakukan pada daerah lumbal dimana saraf sensorik rahim dan mulut rahim berjalan
bersama saraf simpatis rahim memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf
torakal 10-11-12 sampai lumbal 1. Dengan begitu impuls rasa sakit ini dapat diblok
yaitu dengan memberikan ransangan pada saraf yang berdiameter besar yang
menyebabkan gate control akan tertutup dan ransangan sakit tidak dapat diteruskan
ke korteks serebral sehingga akan menutup rangsangan nyeri (Bobak IM, 2012).

3. Metode Effleurage.
Metode effleurage merupakan metode untuk mengurangi rasa nyeri melalui
Pijatan/massage. Metose ini mempunyai prinsip mengurangi ketegangan,
meningkatkan rasa nyaman pada ibu bersalin, meningkatkan stamina dan tidak
menyebabkan depresi pernafasan pada bayi yang dilahirkan. Mekanisme kerjanya
adalah melakukan stimulasi melalui kulit sehingga merangsang serat-serat
berdiameter besar untuk menutup gerbang bagi serat-serat yang berdiameter kecil
yang mengantarkan nyeri sehingga nyeri dapat dikurangi. Teknik pemijatan yang
dapat dilakukan dalam mengurangi nyeri persalinan adalah menggunakan telapak
tangan dengan tekanan lembut dari arah bawah menuju ke atas (jantung) dengan arah
yang memutar beraturan serta dilakukan secara berulang. Tekanan yang lembut
bertujuan untuk membuat relaksasi dan menghangatkan punggung serta abdomen

21
pada ibu bersalin. Penerapan massage ini mampu mengurangi rasa nyeri, tidak
menimbulkan dampak pada ibu ataupun bayi, hal ini justru mampu memberikan efek
relaksasi sehingga rasa nyeri pada ibu dapat menurun (Erlisa, Prafitri, Zuhana; 2019).
Timbulnya nyeri persalinan dimulai saat impuls nyeri yang berasal dari serviks
dan korpus uteri, di hantarkan oleh serabut aferen melalui pleksus uteri, pleksus
pelviks, pleksus hipogastrik inferior, middle, posterior dan masuk ke lumbal yang
kemudian masuk ke spinal melalui lumbal 1, torakal 12, 11, dan 10. Pijatan effleurage
dilakukan secara lembut menyusuri segmen torakal 10 sehingga sacrum
mengeluarkan impuls pada saraf yang banyak terdapat di kulit untuk memblok jalur
korteks serebral (otak). pelaksanaan massage sebaiknya diberikan pada awal rasa
nyeri. Pijatan yang dilakukan secara teratur dan dikombinasikan dengan latihan
peranafasan selama kontraksi, akan membuat relaksasi otot dan memberikan perasaan
nyaman pada ibu (Erlisa, Prafitri, Zuhana; 2019).
4. Terapi Musik
Hasil penelitian dari Astuti, Rahayu, & Mulyani (2016) didapatkan adanya
penurunan ratarata intensitas nyeri numerikdari 7,13 menjadi 4,88 dan penurunan
rata-rata intensitas perilaku nyeri dari 6,72 menjadi 2,66 setelah dilakukan terapi
musik instrumentalia. Hal ini sejalan dengan penelitian Fatmala & Astuti (2017) yang
menjelaskan rata-rata intensitas nyeri persalinan sebelum dilakukan intervensi sebesar
6,63 mengalami penurunan menjadi 5,47setelah diberikan terapi musik klasik.
Penelitian Surucu, Ozturk, Vurgec, Alan, & Akbas (2018) juga menyebutkanrata-rata
intensitas nyeri pada kelompok intervensi dari 4,32menjadi 4,60 mengalami
penurunan dan pada kelompok kontrol 3,72 menjadi 7,40 tidak mengalami penurunan
setelah pemberian musik Acemasiran selama 30 menit. Sejalan dengan penelitian
Dehcheshmeh & Rafiei (2015) dengan memberikan musik piano selama 30 menit
menghasilkan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok yang diberikan musik pada
pembukaan 4, 6, dan 8 cm sebesar 4,43; 6,16; 7,31 dan pada kelompok yang tidak
diberikan intervensi pada pembukaan 4, 6, dan 8 sebesar 6,48; 8,16; 8,53. Murotal
menjadi salah satu jenis musik yang juga diteliti dapat menurunkan intensitas 67 nyeri.
Azis, Nooryanto, & Andarini (2015) dalam penelitiannya melaporkan adanya
perbedaan yang bermakna pada nilai p intensitas nyeri dari 0,074 sebelum menjadi

22
0,139 sesudah dan kadar βEndrorphin dari 0,596 sebelum menjadi 0,217 sesudah
diberikan murotal Al-Qur’an surat ArRahman selama 25 menit. Yana & Utami (2016)
juga menemukan perubahan mean intensitas nyeri pada kelompok eksperimen dari
7,47 menjadi 6,40 (p = 0,000) dan pada kelompok kontrol dari 7,07 menjadi 7,40 (p
= 0,055) setelah pemberian terapi murotal Al-Qur’an melalui headset selama 15
menit. Pada saat seseorang mendengarkan musik ketika nyeri, maka otak akan
menerima dua persepsi. Impuls musikakan dipersepsikan terlebih dahulu oleh otak
daripada impuls nyeri, sehingga musik dapat memberikan distraksi atau pengalihan
atau pengurangan konsentrasi terhadap nyeri (Kimber, McNabb, Mc Court, Haines,
Brocklehurst, 2008). Teori gate control merupakan teori yang mendasari
mendengarkan musik dapat menurunkan nyeri. Musik mempengaruhi sistem limbik
sebagai pusat pengatur emosi. Sinyal yang diterima oleh korteks limbik melalui
pendengaran kemudian dilanjutkan ke hipokampus dan hipotalamus. Di hipotalamus
yang merupakan pengaturan sebagian fungsi vegetatif dan fungsi endokrin seperti
aspek perilaku emosional, jaras pendengaran diteruskan ke formatio retikularis
sebagai penyalur impuls menuju serat saraf otonom. Serat tersebut mempunyai dua
sistem saraf, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem
saraf tersebut mempengaruhi kontraksi dan relaksasi organ-organ, sehingga melalui
persarafan tersebut musik dapat memberikan ketenangan (Tamsuri, 2007; Pedak,
2009; Ranggakayo, 2012). Ritme musik dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh
karena tubuh akan bernafas lebih dalam dan lambat mengikuti irama musik, sehingga
berpengaruh pada aliran darah, denyut jantung lebih stabil, dan timbul rasa
tenang.Mendengarkan musik dengan pilihan irama yang tepat memberikan efek
tenang bagi tubuh, sehingga merangsang endorphine dalam mengurangi nyeri
(Bassano, 2009).Terapi musik tidak dapat sepenuhnya menghilangkan nyeri, tetapi
dapat menurunkan nyeri dan mengatasi ketidaknyamanan selama proses persalinan
(Yuliatun, 2008). Murotal sebagai bacaan AL-Qur’an yang dilantunkan dengan tempo
lambat, lembut, dan penuh penghayatan mengandung aspek spiritualitas yang dapat
membantu seseorang mengingat Tuhan, sehingga menimbulkan rasa keimanan,
kecintaan, dan kedekatan seseorang dengan Tuhan. Perasaan tersebut dapat
membangkitkan semangat dalam mengembangkan koping yang positif dalam

23
menghadapi nyeri (Qadri, 2003). Koping diperlukan sebagai antisipasi dalam
menghadapi kecemasan dan stress akibat nyeri.
5. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
Teknik ini adalah metode non invasive yg dapat dilakukan di klinik oleh
profesional medis atau dapat dilakukan di rumah oleh si pasien yang telah membeli
peralatan TENS.
Indikasi utama TENS : manajemen nyeri akut dan nyeri kronik non-keganasan.
TENS juga digunakan sebagai terapi paliatif untuk mengurangi rasa nyeri yang
disebabkan oleh penyakit tulang metastase dan neoplasma. Untuk pengobatan, TENS
merupakan elektroterapi yang paling luas penggunaannya dalam meredakan rasa
nyeri. Mudah, minim efek samping, minim interaksi obat. no overdosis atau
keracunan, Pasien dapat melakukan TENS secara mandiri dan mengatur sendiri dosis
yang mereka perlukan. TENS merupakan salah satu teknik elektroanalgesia non-
invasif yang telah digunakan secara luas diberbagai tempat praktek ahli fisioterapi,
perawat dan bidan.
TENS melibatkan aliran listrik lemah melalui elektroda yang ditempelkan pada
permukaan kulit. Elektroda ditempatkan pada beberapa tempat ditubuh, kemudian
arus dialirkan melalui kabel dengan frekuensi dan intensitas yang disesuaikan untuk
mendapatkan efek optimal selama dan setelah stimulasi.
TEKNIK DAN ALAT TENS
TENS menggunakan alat elektrik berukuran kecil yang untuk menghantarkan
impuls listrik ke kulit. Satu unit TENS terdiri dari pembangkit sinyal listrik, baterai
danelektroda. Parameter stimulasi yang biasa dipakai adalah : Amplitudo : Intensitas
rendah, comfortable level dan diatas ambang. Luasnya denyut (durasi) : 10 – 1000
mikro detik. Laju denyut (frekuensi) : 80 – 100 impuls perdetik (Hz), 0,5 – 10 Hz
jika intensitas disetel tinggi.
Pada saat memakainya pasien diminta untuk mencoba berbagai frekuensi dan
intensitas untuk mendapatkan kontrol nyeri yang terbaik bagi individu yang
bersangkutan.
Posisi elektroda dipasang pada daerah yang sakit (dapat juga pada daerah lain
seperti titik akupunktur, trigger point, saraf kulit) untuk mendapatkan perbandingan

24
hasil yang lebih baik.
Mekanisme kerja TENS.
Stimulasi TENS sebagai penghilang nyeri persalinan dilakukan dengan
mengirimkan impuls bifasik, panjang impuls 0,25 m/dtk, frekuensi dan amplitudo
disesuaikan. Rentang amplitudo yang digunakan adalah 0-200 volt sedangkan rentang
frekuensi 10-150 Hz. Elektroda dibuat dari metal dengan area aktif 30 x 80 mm dan
diletakkan pada punggung pasien secara simetris sesuai dengan jaras nyeri pada
persalinan kala I (T10-L1) dan pada persalinan kala II (S2-S3). Untuk mendapatkan
efek analgesia optimal, amplitudo stimulus ditingkatkan sampai level dimana terjadi
fasikulasi otot disekeliling elektroda. Stimulasi intensitas tinggi digunakan selama
kontraksi uterus pada puncak nyeri selama 1 menit dan stimulasi dengan intensitas
rendah digunakan selama persalinan kala I. Kondisi ibu dan janin harus dimonitor
selama proses persalinan.
6. Metode Acupressure
Akupresure merupakan salah satu Teknik nonfarmakologi yang paling efektif dalam
manajemen nyeri persalinan. Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau
pijat akupunktur. Teknik ini menggunakan Teknik penekanan, pemijatan dan
pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi. Teknik akupresure ini
dapat menurunkan nyeri dan mengefektifkan waktu persalinan.
Akupresure memungkinkan alur energi yang terkongesti untuk meningkatkan kondisi
yang lebih sehat. Akupresur berasal dari pengobatan timur, dimana dikenal dengan
adanya aliran energi vital di tubuh. Aliran energi ini sangat mempengaruhi Kesehatan.
Ketika aliran ini terhambat atau berkurang maka akan timbul sakit, dan ketika aliran
ini bebas atau baik maka tubuh akan kembali sehat. Suplai dan aliran energi vital ini
berjalan di saluran listrik tubuh yang tidak kelihatan, yang disebut “meridian”. Baik
tidaknya meridian ini sangat tergantung dari diet, pola hidup, lingkungan, postur
tubuh, cara bernafas, tingkah laku, Gerakan tubuh, olah raga, sikap mental,
kepribadian dan sikap yang positif (Hartati, Walin dan Widayanti, 2015) Salah satu
tekhnik untuk melancarkan energi vital adalah menekan titik tertentu dengan
menggunakan telunjuk maupun ibu jari untuk menstimulasi aliran energi di meridian.
Lokasi titik akupresure yang berguna saat persalinan antara lain :

25
a. Titik Cien Cing
Titik ini dapat diketahui dengan dengan cara menarik garis khayal antara C7
menuju prosessus acromion, titik cien cing terletak pada pertengahan garis
tersebut. Akupresuris dapat menemukan titik ini pada tubuh sendiri dengan
mengangkat tangan diagonal melewati dada dan palpasi sendiri dengan
menggunakan jari telunjuk sepanjang garis khayal tersebut. Titik ini berguna pada
fase pertama dan kedua persalinan untuk menstimulasi kontraksi uterus. Titik ini
merupakan titik terbaik digunakan saat menyusui, membuat rileks otot pundak
dan meningkatkan suplay ASI.
Teknik akupresur: Lakukan penekanan kebawah pada titik cien cing tersebut
menggunakan ibu jari, atau siku. Ketika menggunakan ibu jari, berikan tekanan
yang berasal dari lengan bukan tekanan yang berasal dari sendi ibu jari. Pada titik
ini sebaiknya dilakukan pada kedua bahunya, namun dapat juga dilakukan sendiri
pada satu bahu. Tekanan dapat dilakukan pada setiap permulaan kontraksi atau
lakukan penekanan lembut secara terus-menerus untuk mengintensifkan
kontraksi.
b. Titik BL 32 (Pang Kuang Su)
Lokasi titik ini kira-kira sepanjang jari telunjuk wanita diatas lipat bokong selebar
ibu jari disisi tulang belakang. Saat persalinan mulai, awali teknik akupresur
dengan melakukan penekanan pada titik ini dengan menggerakkan jari menuruni
tulang belakang (kira-kira selebar ibu jari) sejalan dengan kemajuan persalinan.

Gambar lokasi titik akupresure BL 32


https://www.healthline.com/health/pregnancy/acupressurepoints-inducing-labor#bladder-
point-32
26
Teknik akupresur: Tempatkan jari pada titik akupresur dan lakukan tekanan yang
lembut. Tekanan dapat ditingkatkan dengan melakukan penekanan kearah
belakang pada awal kontraksi. Titik ini lebih banyak digunakan karena
meningbulkan efek ’anestesi’ pada kontraksi yang kuat, terlihat jelas efek ini saat
penekanan dihentikan. Penekanan pada titik ini akan menimbulkan rasa hangat,
geli,dan agak sakit. Jika terasa sangat sakit, lakukan penekanan pada sekitar
tulang.
Titik ini sering digunakan pada wanita dengan posisi menunduk atau berlutut
pada lantai, meja, tempat tidur dll. Teknik ini dapat juga efektif digunakan dalam
air, namun kurang fleksibel pada sebagian orang. Penekanan kuat pada titik BL32
dapat dilakukan pada wanita bersalin yang selalu ingin mengedan sedangkan
serviks belum cukup berdilatasi.

c. Titik SP6 (San Yin Ciao)


Titik Spleen Point 6 (SP6) dianggap sebagai salah satu poin yang lebih serbaguna
dan umum digunakan., termasuk induksi persalinan. Dikenal sebagai Sanyinjiao
- atau persimpangan tiga yin. SP6 terletak di atas pergelangan kaki, di bagian
belakang tulang kering (betis bawah), titik ini penting untuk membantu dilatasi
serviks dan dapat digunakan ketika serviks tidak efektif berdilatasi selama
persalinan. Titik ini terletak empat jari diatas mata kaki dalam.

Gambar lokasi titik SP6

Teknik Akupresur: 1) Lakukan tekanan langsung pada titik ini dengan


telunjuk atau ibu jari. 2) Gunakan titik ini pada satu kaki kira-kira satu menit
(hitung perlahan sampai 60) 3) Kemudian gunakan titik ini pada kaki yang lain
27
setelah 20-30 menit. 4) Setelah dilakukan penekanan pada titik ini, beberapa
wanita akan merasakan serviks meregang dan kontraksi semakin kuat. 5) Teknik
ini sebaiknya tidak digunakan saat persalinan berjalan normal, persalinan bukan
berapa jam dapat melahirkan, namun bagaimana menikmati proses melahirkan.
6) melakukan penekanan pada BL32 dan SP6 pada kondisi persalinan dengan
ketuban telah pecah untuk membantu persalinan.

d. Titik Bokong
Titik ini berada pada garis horizontal dari puncak lipatan bokong. Jika melakukan
tekanan pada sepanjang garis ini, akan terasa lembut kira-kira dua pertiga antara
lipat bokong dan tulang pinggul.
Teknik akupresur: Tempatkan tangan pada pinggul pasien dan lakukan dorongan
kedalam titik ini dengan menggunakan ibu jari dan bantu ibu untuk bergerak saat
kontraksi. Dua samapai 3 hari sebelum tanggal persalinan, BL 32 dan titik pantat
dapat digunakan bersamaan dengan masage pada sakral, lakukan penekanan
kebawah dan mengelilingi pantat. Tujuannya adalah memberikan energi pada
serviks agar persalinan berjalan secara optimal.

e. Titik K1 merupakan titik yang terletak pada 1/3 telapak kaki, ketika telapak kaki
dalam keadaan fleksi, yaitu dengan cara menarik jari kaki kedepan kearah telapak
kaki

Gambar lokasi titik akupresur K1

Teknik akupresur: Lakukan penekanan yang kuat kedalam dan kedepan kearah
jempol kaki. Titik ini mempunyai efek relaksasi dan dapat digunakan kapan saja
saat persalinan dan sangat efektif dilakukan selama fase kedua persalinan.

28
Penekanan pada titik ini juga dapat berguna saat pasien panik (misal mempunyai
pengalaman yang tidak menyenangkan pada persalinan sebelumnya). Titik ini
berguna untuk membantu perineum relaksasi selama fase kedua persalinan.

f. Titik Co4 (He Kuk)


Titik ini terletak antara tulang metacarpal pertama dan kedua (antara ibu jari dan
jari telunjuk) pada bagian distal lipat pada kedua tangan. Akupresur pada titik ini
dapat dilakukan dengan menggunakan jari tangan atau alat tumpul yang tidak
tembus kulit seperti tongkat tumpul yang terbuat dari bambu, kayu, plastic dan
logam (Hamlin & Robertson, 2017). Letakkan jari-jari di telapak tangan dan ibu
jari diluar telapak tangan. Ini menjadi tempat yang baik untuk ditekan agar
mambantu meredakan rasa sakit dalam persalinan, gunakan ibu jari untuk
menekan titik akupresur. Temukanlah area umumnya dan kemudian gerakkan ibu
jari melingkar kecil sampai menemukan tempat yang merasa sakit. Ketika sudah
menemukan titik presur ini tekanlah kira-kira selama satu menit (Rejeki & Hartiti,
2017)

Lokasi titik akupresur He Kuk

Teknik akupresur: Berikan penekanan pada titik ini dengan menggunakan ibu
jari. Penekanan pada titik ini berguna untuk mengintensifkan kontraksi, saat
kontraksi ireguler.
Titik Co4 dapat digunakan selama fase kedua persalinan. Hal ini bertujuan agar
tubuh berusaha menggerakkan bayi turun melewati jalan lahir. Penekanan pada
titik ini sangat berguna terutama pada saat ibu kelelahan dan mengedan tidak
efektif. Titik akupresur jika persalinan tidak mengalami kemajuan.

g. Titik P6

29
Titik ini terletak 3 jari diatas pergelangan tangan segaris dengan jari tengah

Gambar Lokasi titik akupresur P6

Teknik akupresur : Titik ini dapat digunakan pada mual ringan sampai muntah.
Lakukan penekanan pada titik ini pada satu pergelangan tangan atau kedua
pergelangan tangan dan pertahankan selama 5 menit.

7. Kompres Hangat
Penelitian Wulandari, Kustriyani, & Chasanah (2017) mengatakan intensitas
nyeri ibu bersalin setelah pemberian kompres hangat selama 20 menit mengalami
penurunan sebanyak 46,7% menjadi nyeri ringan, sehingga disimpulkan bahwa
kompres hangat mampu menurunkan intensitas nyeri persalinan pada kala I fase aktif
(p value 0,000). Senada dengan Pratiwi, Wagiyo, & Nurulita (2015) dalam
penelitiannya melaporkan adanya penurunan rentang skala nyeri dari 6,2% tak
tertahankan dan 93,8% berat menjadi 3,1% tak tertahankan, 56,2% berat, dan 40,6%
sedang setelah diberikan kompres hangat. Taavoni, Sheikhan, Abdolahian, & Ghavi
(2016) juga melakukan penelitian menggunakan terapi panas (heat therapy) berupa
kompres hangat (450 C) selama 30 menit pada area sakral dan perineum ibu bersalin
kala I dan menemukan hasil yang sama, yaitu terapi panas dapat menurunkan
intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I kelompok intervensi. Selain itu, penelitan
Henrique, Gabrielloni, Rodney, & Barbieri (2018) mengatakan pemberian warm
shower hydrotherapy mampu mempengaruhi 69 intensitas nyeri ibu bersalin dari rata-
rata 7,55 menjadi 8,38. Efektifitas terapi kompres hangat ini berkaitan dengan
mekanisme panas yang dapat merangsang pelepasan hormon endorphin, sehingga
timbul respon perasaan nyaman dan penurunan rasa nyeri. Selain itu, kompres hangat
mampu menurunkan nyeri karena efek fisiologisnya yangdapatmemvasodilatasi

30
pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah, sehingga memperlancar sirkulasi
oksigenisasi mencegah terjadinya spasme otot, membuat otot rileks, dan menurunkan
rasa nyeri (Potter, dkk, 2010; Berman, 2009). Efek hangat yang ditimbulkanjuga dapat
merangsang serat saraf yang akan menutup penyebab nyeri, sehingga impuls nyeri ke
medulla spinalis dan otak akan dihambat (Potter & Perry, 2010). Kompres hangat
pada ibu bersalin bekerja untuk mempertahankan komponen pembuluh darah dalam
keadaan vasodilatasi, sehingga sirkulasi darah ke otot panggul mengalami
homeostasis, maka nyeri akan berkurang dan ibu merasa nyaman (Manurung, 2011).
Warm shower hydrotherapy pada ibu bersalin mampu mempengaruhi intensitas nyeri
karena sifatnya yang panas sehingga mampu melebarkan pembuluh darah dan
meningkatkan aliran pembuluh darah terutama ke area nyeri (Smeltzer & Bare, 2013).
Selain itu, efeknya dapat meredakan iskemik dengan cara menurunkan kontraksi
uterus pada ibu bersalin serta melancarkan pembuluh darah maka ibu hamil
merasakan rileks dan meredakan vasokongestipelvis (Bobak,et al, 2012).

8. Terapi Massage
Penelitian yang dilakukan oleh Fatmala & Astuti (2017) mendapatkan hasil
rata-rata intensitas nyeri persalinan dengan diberikan pijat punggung mengalami
penurunan dari 6,13sebelum dilakukan intervensi dan 4,56sesudah diberikan
intervensi. Selain pijat punggung, Dehcheshmeh & Rafiei(2015) menggunakan
Hokupointice massage selama 20 menit juga dapatmenurunkan nyeri denganhasil
rerata skala nyeri pada kelompok perlakuansaat pembukaan 4, 6, dan 8 cm sebesar
4,70; 6,23; 7,25 dan pada kelompok kontrol saat pembukaan 4, 6, dan 8 sebesar 6,48;
8,16; 8,53. Hasil serupa ditemukan oleh Halimatussakdiah (2017) dalam
penelitiannya yang menemukan adanya perubahan rerata skala nyeri dan tekanan
darah menggunakan Efflurage Massage (BEM) dari skala nyeri 9,26 menjadi 0,69,
tekanan sistole 131,33 menjadi 124,33, dan tekanan diastole 84,30 menjadi 82,66.
Pratiwi, Wagiyo, & Nurulita (2015) juga menemukann adanya perubahan intensitas
nyeri sebelum dan sesudah diberikan counter pressure dengan delta mean skala nyeri
sebesar 1,83. Pijat merangsang tubuh untuk melepaskan endorfin, yang merupakan
bahan penghilang rasa sakit alami dan merangsang produksi hormon oksitosin,

31
menurunkan hormon stres, dan rangsangan neurologis (Chauhan, Rani, & Bansal,
2016). Terapi pijat mempengaruhi permukaan kulit, jaringan lunak, otot, tendon,
ligamen, dan fasia secara manual. Pelepasan endorphin, mengendalikan nerve gate
dan menstimulasi saraf simpatis, sehingga dapat menimbulkan perasaan tenang,
pengurangan intensitas nyeri, dan relaksasi otot (Kimber, McNabb, Mc Court, Haines,
Brocklehurst, 2008).
9. Aromaterapi
Penelitian Yazdkhasti & Pirak (2016) menyebutkan bahwa pemberian
aromaterapi 68 lavender selama 30 menit rata-rata intensitas nyeri persalinan pada
pembukaan 5-6 cm mengalami penurunan dari 8 menjadi 6, pada pembukaan 7-8 cm
menetap dari 8 menjadi8, dan pada pembukaan 9-10cm mengalami penurunan dari 9
menjadi 7. Didukung dengan penelitian Hamdamian, Nazarpour, Simbar, Hajian,
Mojab, & Talebi (2018) menghasilkan rata-rata intensitas nyeri setelah diakukan
pemberian aromaterapi Rosa damascena mengalami penurunan dengan rata-rata 3,25
pada responden dengan pembukaan 4-5 cm, 5,11 pada pembukaan 6-7, dan 6,69 pada
pembukaan 8-10 cm dibandingkan dengan yang diberikan normal saline dengan rata-
rata intensitas nyeri pada pembukaan 4-5 cm sebesar 6,36, pada pembukaan 6-7 cm
sebesar 8,42, dan pada pembukaan 8-10cm sebesar 9,78. Molekul-molekul
aromaterapi yang telah dihirup dapat diserap dengan cepat melalui sistem pernapasan
yang kemudian masuk ke aliran darah. Aroma yang keluar tersebut merangsang sistim
limbik untuk melepaskan neurokimia otak, sehingga dapat membantu mengurangi
rasa sakit dan menimbulkan efek tenang. Aromaterapi lavender memberikan efek
tenang, bersifat antiseptik serta analgetik karena kandungan lavender yang utama
adalah linalool dan linalyl acetate. Kandungan linalool dan linalyl acetate inilah yang
merangsang parasimpatik dan memiliki efek narkotik dan linalool bertindak sebagai
obat penenang (Koulivand, Khaleghi, dan Gorji, 2013). Oleh karena efek tersebut,
penggunaan dosis dibatasi dan dipantau kestabilan hemodinamika setelah pemberian
aromaterapi lavender. Selain menggunakan lavender, aromaterapi menggunakan Rosa
damascena juga dapat menurunkan nyeri karena adanya kandungan 2-feniletil alkohol
yang dapat menghambat impuls nyeri dan menghalangi reseptor nyeri sehingga dapat
menurunkan nyeri persalinan (Boskabady, Shafei, Saberi & Amini, 2011).

32
C. Latihan Soal / Lembar Kerja
Bagaimana cara anda mengedukasi keluarga tentang cara mengatasi ketidaknyamanan
pada ibu bersalin secara nonfarmakologis.
Tugas III
Mahasiswa dalam 10 kelompok membuat Video Edukasi Keluarga tentang :
Kel 1 : a. Teknik relaksasi dan pernafasan
Kel 2 : b. Effleurage or counterpressure
Kel 3 : c. Music dan k. aromaterapi
Kel 4 : d. Terapi air dan g. rangsang panas dan dingin
Kel 5 : h. Sentuhan dan pijatan
Kel 6 : i. Hypnosis
Kel 7 : m. Rebozo
Kel 8 : n. Intranatal Dancing
Video dikumpul melalui e learning

D. Lembar Kerja

E. Referensi
1. Conklin KA. Analgesia dan Anestesia Obstetrik. Esensial Obstetri dan Ginekologi. WB
Saunders Company, Philadelphia, 2001;149-62
2. Charlton JE. Pain and Pregnancy and Labor. Core Curiculum for Professional
Education in Pain. IASP Press, Seattle, 2015;1-3
3. Johnson M. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Low Frequency
Currents, 2003;259-82
4. Kaplan B, Rabinerson D, Lurie S, et all. Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS) for Adjuvant Pain-Relief During Labor and Delivery.
International Journal of Gynecology and Obstetrics:60:1998;251-5
5. Cunningham FG, McDonald PC, Gant NF, et all. Obstetrics Anesthetics. William
Obstetrics. 22th ed, Appleton & Lange a Simon and Schuster Company, New York,
2005;477-9

33
MODUL 8
Produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari
pertolongan terhadap komplikasi persalinan

A. Capaian Pembelajaran Khusus


Mampu Menghasilkan produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk
mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi persalinan.)

B. Sub Pokok Bahasan


MENGHASILKAN PRODUK DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN
KELUARGA UNTUK MENGENALI DAN MENCARI PERTOLONGAN
TERHADAP KOMPLIKASI PERSALINAN

1. PENGERTIAN PEMBERDAYAAN
• To give ability or enable, yakni meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan, agar kehidupan
masyarakat dapat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.
• To give authority, yakni meningkatkan kemandirian masyarakat melalui
pemberian wewenang secara proporsional kepada masyarakat dalam pengambilan
keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara mandiri
• Memampukan dan memandirikan masyarakat

2. TUJUAN PEMBERDAYAAN
• Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang . Hal ini dapat dilakukan dengan cara membangun daya kreasi
masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimiliki serta upaya untuk pengembangkannya.
• Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat melalui langkah-langkah
nyata dan menyangkut penyediaan input (berupa bantuan dana, pembangunan
prasarana dan sarana maupun sosial serta pengembangan lembaga pendanaan).
34
Untuk itu perlu programprogram khusus untuk masyarakat yang kurang berdaya.
3. Melindungi, agar yang lemah tidak menjadi bertambah lemah, karena kurang
berdaya dalam menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, akieksploitasi oleh
kelompok

3. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN


KELUARGA
• Dapat mengatasi masalah dan sesuai kebutuhannya
• Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mulai dari persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi
• Harus terarah dalam arti ditujukan langsung kepada yang memerlukan (sasarannya
jelas)
• Perlu adanya pendampingan

4. LANGKAH-LANGKAH MELAKSANAKAN PROGRAM PEMBERDAYAAN


KELUARGA DI MASYARAKAT
• Seleksi lokasi Seleksi lokasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati pihak-
pihak terkait dan masyarakat.
• Penyusunan program pemberdayaan keluarga Supaya dapat menyusun program
pemberdayaan dengan baik maka tahapan yang harus dilakukan adalah :
a. Mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan, potensinya serta peluang, dengan cara
: 1. Survei, atau pengamatan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan. 2.
Diskusi dengan tokoh masyarakat 3. Diskusi dengan pemerintah lokal 4. Diskusi
dengan petugas lapangan (PPL, PL-KB, kader, bidan, dll) (Laporkan hasilnya).
b. Menyusun rencana program dan kegiatan Penyusunan berdasarkan hasil survei,
pengamatan dan diskusi. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana
program dan kegiatan adalah : 1. Memprioritaskan masalah dengan baik 2. Identifikasi
alternatif pemecahan masalah 3. Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk
pemecahan masalah (SDM, dana, fasilitas) 4. Tetapkan sasaran program (Kader, ibu
balita, petugas, dll) 5. Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian

35
pelaksanaannya (Waktu, penanggungjawab kegiatan, dll) (Laporkan hasilnya)
• Sosialisasi Pemberdayaan keluarga Sosialisasi membantu untuk meningkatkan
pengertian masyarakat dan pihak terkait tentang program. Proses sosialisasi sangat
menetukan ketertarikan masyarakat untuk berperan dan terlibat dalam program.
• Menerapkan rencana kegiatan Rencana yang telah disusun bersama selanjutnya
diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit. Perlu diperhatikan : a. Metode yang
digunakan : Penyuluhan, konseling, demonstrasi b. Teknik yang digunakan : Massal,
kelompok, individu 5. Monitoring dan Evaluasi Monev dilakukan mulai dari persiapan,
pelaksanaan, hasil (output) dan dampak (outcome) yang diharapkan.

5. CONTOH APLIKASI PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA DI


MASYARAKAT
1. Penerapan nilai-nilai karakter pada keluarga anak balita
2. Pendidikan anak usia dini
3. Sanitasi dan Kesehatan Keluarga
4. Usaha Ekonomi Produktif bagi kaum Perempuan
5. Pendampingan /pembinaan kelompok lanjut usia

C. Latihan Soal / Lembar Kerja


Buatlah produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan
mencari pertolongan terhadap komplikasi persalinan.
Tugas II :
Bimbingan kelompok
(Pembelajaran selanjutnya dapat dilakukan dengan bimbingan dalam menghasilkan
produk inovatif)
1. Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok
2. Masing-masing kelompok membuat produk inovatif dalam rangka pemberdayaan
keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap tanda bahaya/ jika terjadi
komplikasi pada masa persalinan :
Kel 4 : Pengenalan komplikasi kala I (lembar balik dan peraga serviks dilatation)
Kel 5 : Pengenalan Komplikasi Kala II Buku saku dan peraga proses persalinan)

36
Kel 6 : Pengenalan Komplikasi Laserasi Jalan Lahir (Lembar balik dan peraga laserasi
jalan lahir)
Tugas dan administrasi HKI dikirim ke kampus

D. Lembar Kerja
-
E. Referensi
1. Conklin KA. Analgesia dan Anestesia Obstetrik. Esensial Obstetri dan Ginekologi. WB
Saunders Company, Philadelphia, 2001;149-62
2. Charlton JE. Pain and Pregnancy and Labor. Core Curiculum for Professional
Education in Pain. IASP Press, Seattle, 2015;1-3
3. Johnson M. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Low Frequency
Currents, 2003;259-82
4. Kaplan B, Rabinerson D, Lurie S, et all. Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS) for Adjuvant Pain-Relief During Labor and Delivery.
International Journal of Gynecology and Obstetrics:60:1998;251-5

37

Anda mungkin juga menyukai