Anda di halaman 1dari 4

KESEJAHTERAAN JANIN

MEMANTAU KESEJAHTERAAN JANIN

A.PENGKAJIAN KESEJAHTERAAN KEHAMILAN PADA TRIMESTER PERTAMA


Untuk sebagian besar wanita, tes kehamilan satu kali diklinik dengan menggunakan spesimen
urine dan satu kunjungan antenatal awal sudah merupakan pengkajian awal kehamilan yang
tepat. Tes urine saat ini dapat dikatakan akurat begitu seorang wanita terlambat haid karena tes
ini sensitif terhadap kadar Hcg di bawah 50 mlU. Hasil positif palsu (hasil tes urine positif
padahal terjadi kehamilan sesungguhnya) jarang terjadi. Sedangkan, hasil negatif palsu (hasil
tes negatif padahal kehamilan benar-benar terjadi, jika tes dilakukan terlalu cepat setelah
konsepsi.
Apabila seorang wanita memiliki riwayat kebidanan normal dan pemeriksaan klinisnya
dilakukan bersamaan dengan tanggal menstruasi, maka pengkajian tambahan dengan
menggunakan teknologi, seperti USG, tidak perlu dilakukan untuk memastikan apa yang telah
ditetapkan bidan atau wanita tersebut. Periode kehamilan awal ini merupakan saat yang tepat
untuk memulai diskusi mengenai pilihan tes penapisan (misal, penapisan penanda kehamilan
kembar dengan menggunakan serum maternal) yang tepat pada berbagai waktu selama
kehamilan berlangsung. Penyuluhan secara langsung pada saat ini seputar pertumbuhan dan
perkembangan kehamilan sekaligus tanda-tanda peringatan membuat wanita merasa pasti
bahwa kehamilannya normal.
Seorang wanita yang memiliki riwayat menstruasi yang tidak tetap, penyakit kronis, riwayat
keguguran berulang, kehamilan ektopik, atau kelainan konginetal memerlukan pengkajian yang
lebih lengkap pada awal kehamilan. Apabila seorang wanita mengalami nyeri panggul,
perdarahan pervaginam, gejala keguguran, temuan yang tidak lazim pada panggul, seperti
massa adneksa, maka evaluasi , seperti pengukuran kadar serum beta human chronic
gonadotropin (B Hcg) dan/ atau penggunaan USG perlu dilakukan untuk menetapkan apakah
ia mengalami kehamilan intrauteri yang dapat dilanjutkan (viable).
B.PENGKAJIAN KESEJAHTERAAN KEHAMILAN PADA TRIMESTER KEDUA
Pengkajian Janin Secara Invasif Selama Kehamilan
1.Pengambilan Sampel Vii Korionik
Pada trimester awal kehamilan, pengambilan sampel vilus korionik (chorionic villus sampling,
CVS) digunakan untuk mengidentifikasi penyakit genetik yang mempengaruhi janin . Uji ini
menawarkan keuntungan untuk diagnosis dini, memberi kesempatan untuk mengakhiri
kehamilan yang terganggu selama trimester pertama.
Kerugian CVS adalah resiko kecil keguguran dibanding jika dilakukan amniosntesis pada
trimester kedua. Setelah memperbaiki angka aborsi spontan pada akhir trimester pertama,
peningkatan resiko keguguran berkisar hingga kurang lebih 0,8 %. Oligohidramnion, ruptur
selaput amnion, dan hematoma subkorionik semuanya telah dilaporkan sebagai sukuela CVS.
Masalah lain adalah resiko defek reduksi tungkai yang dilaporkan pada beberapa penelitian,
terutama jika CVS dilakukan pada gestasi minggu ke-8 sampai ke-9. Tampaknya tidak ada
peningkatan resiko defek ini ketika CVS dilakukan setelah atau pada gestasi minggu ke-10.
2.Amniosintesis

Apabila kedua prosedur tersedia didalam komunitasnya, seorang wanita dapat memilih
amniosintesis atau CVS sesuai pilihan pribadi, usia kehamilan pada saat pndaftaran, dan
pertimbangan resiko yang ada. Amniosentesis genetik standar dilakukan pada usia kehamilan
15 atau 16 minggu, jika ada indikasi. Bagi wanita yang beresiko mengalami kelainan pembuluh
saraf terbuka, amniosentesis dapat mengukur spesifik kadar alfafetoprotein dan
asetilkolinesterase dalam cairan amnion, yang tidak dapat diukur oleh CVS.
Teknik amniosintesis untuk mengambil cairan amnion dari rongga uterus mengambil cairan
amnion dari rongga uterus diketahui sejak seabad yang lalu. Dalam 40 tahun terakhir, manfaat
amniosntesis telah berkembang untuk diagnosis genetika dan biokimia, pengkajian penyakit
yang diderita janin, dan evaluasi kematangan janin. Prosedur dilakukan di bawah panduan
ultrasonografi secara langsung untuk mengurangi resiko agar janin tidak tertusuk dan untuk
sedapat mungkin menghindari plasenta. Apabila plasenta terletak pada posisi anterior dan tidak
dapat terhindar dari tusukan jarum, klinisi harus membuat keputusan tentang lokasi yang
paling aman pada plasenta untuk memasukkan jarum. Pada kasus isoimmunisasi Rh, keputusan
yang diambil adalah mengevaluasi kembali rasio resiko dan manfaat amniosintesis. Sekitar 99
% amniosintesis untuk tes genetika berhasil mencapai sasaran. Hasilnya secara umum dapat
diperoleh dalam dua hingga tiga minggu, meski teknologi FSH dapat memungkinkan hasil
diperoleh lebih cepat untuk aneuploidi yang umum.
3.Amniosntesis Dini
Sebelum menginjak usia kehamilan 15 minggu, suatu modifikasi amniosntesis dapat diterapkan
sebagai alternatif CVS, jika pertimbangan teknis tidak memungkinkan CVS dilakukan. Pada
amniosintesis yang dilakukan pada trimester ke dua, identifikasi kelainan pembuluh saraf
meningkat, tetapi pada usia kandungan yang dini ini, sel yang tersedia untuk mendeteksi
kesalahan metabolik hanya sedikit. Resiko relatif yang terdapat pada prosedur ini dapat
melebihi resiko pelaksanaan CVS ataupun amniosintesis yang dilakukan kemudian. Alasan
peningkatan resiko ini antara lain fusi amnion dan korion tidak lengkap sebelum usia
kandungan 13 minggu dan cairan amnion total tidak mencukupi. Beberapa laporan uji coba
amniosintesis dini mengindikasikan peningkatanresiko keguguran yang signifikan, kebocoran
cairan amnion, dan peningkatan angka kejadian talipes aquivarnus.
4.Amniosntesis Setelah 20 Minggu
Setelah janin mencapai titik mampu bertahan hidup (viabitas), maka manfaat amniosintesis
berubah dari fungsi diagnostik genetik menjadi fungsi pemantauan kematangan paru janin.
Karyotipe cepat pada akhir kehamilan lebih umum dilakukan dengan menggunakan CVS.
Pengujian cairan yang diperoleh melalui amniosintesis sebelum persalinan sesaria terjadwal
dan induksi persalinan elektif, khususnya persalinan yang dijadwalkan sebelum usia kandungan
mencapai 39 minggu, dapat membantu mencegah prematuritas iatrogenik dan sindrom distres
pernapasan.
5.Kordosintesis
Kordosintesis, yang juga dikenal sebagai pengambilan sampel darah umbilikus perkutan
(percutaneus umbilical cord blood sampling, PUBS) merupakan metode terkini pengambilan
sampel darah janin secara langsung. Proses ini menggunakan USG visualisasi pada janin dan
plasenta sehingga penusukan jarum pada plasenta dapat dilakukan untuk mengambil sampel
darah janin. Metode ini juga dapat digunakan untuk melakukan transfusi atau memberi obat
kepada janin.
Indikasi kardiosintesis sedikit dan hanya diterapkan pada sejumlah kecil pasien yang beresiko

sangat tinggi. Indikasinya meliputi kebutuhan untuk melakukan karyotipe pada janin
berdasarkan DNA, pengkajian dan penanganan isoimunisasi Rh, pengukuran gas darah plasenta
untuk mendeteksi pertumbuhan intrauterin terhambat (IUGR) berat, diagnosis infeksi janin,
seperti setomegalovirus (CMV) atau toksoplasma dan penanganan gangguan pada janin . Resiko
prosedur ini antara lain aborsi spontan, ruptur membran, persalinan dini, infeksi, perdarahan,
trauma janin dan isoimunisasi.
C.PENGKAJIAN KESEJAHTERAAN JANIN PADA TRIMESTER KETIGA
Tujuan pengkajian janin pada trimester ke tiga terutama adalah mencegah kematian janin. Pada
trimester ketiga pengkajian kesejahteraan dilakukan dengan metode yang tidak menggunakan
teknologi, seperti perhitungan gerakan janin dan tes akselerasi auskultasi dan/ atau metode
yang menggunakan teknologi USG dan pemantauan janin, baik hanya dengan satu metode
maupun kombinasi beberapa metode.
1.Perhitungan Gerakan Janin
Perhitungan gerakan janin sejauh ini merupakan teknik pengkajian janin sejauh ini merupakan
teknik yang paling mudah di antara berbagai teknik pengkajian janin, dan teknik ini dapat
diterapkan pada sejumlah kelompok besar wanita. Aktivitas janin menunjukkan kepastian
bahwa janin hidup dan bahwa penurunan aktivitas janin secara dramatis atau berhentinya
gerakan janin mengkhawatirkan.
Gerakan janin dipengaruhi banyak hal, termasuk kapan dalam sehari gerakan muncul, usia
kandungan, kadar glukosa (glucose loading), stimulus suara, status perilaku janin, kebiasaan
merokok ibu, dan penggunaan obat-obatan tertentu, serta hipoksia dan asidemia. Obesitas pada
ibu ternyata tidak berpengaruh terhadap persepsinya mengenai gerakan janin. Bayi juga
dipengaruhi oleh variasi diurnal, dan janin lebih aktif pada pagi hari antara pukul 2 dini hari
hingga pukul 8 pagi.
Metode perhitungan gerakan menghitung sampai 10 :
a.Dijadwalkan satu sesi perhitungan per hari.
b.Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari, misalnya pada pukul 8 pagi, atau pilih
waktu ketika anda memiliki waktu luang untuk melakukan penghitungan dan pada saat janin
biasanya aktif.
c.Catat berapa lama biasanya dibutuhkan untuk merasakan 10 kali gerakan.
d.Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 10 jam.
e.Apabila gerakan < 10 kali dalam 10 jam, jika di butuhkan waktu lebih lama untuk mencapai 10
kali gerakan, atau jika tidak terasa gerakan dalam 10 jam hubungi bidan.
Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kandungan 34 hingga 36 minggu bagi
wanita yang beresiko rendah mengalami insufisiensi uteroplasenta. Bagi merekayang faktor
resikonya telah diidentifikasi, usia kandungan 28 minggu merupakan waktu yang tepat untuk
memulai penghitungan gerakan janinyang formal.
2.Tes Akselerasi Auskultasi
Selama bertahun-tahun, para bidan dan dokter melakukan auskultasi dengan fetoskop untuk
mengevaluasi status janin dan pada beberapa kasus, untuk mendeteksi denyut jantung janin
(DJJ) sebagai suatu jaminan bahwa janin dalam keadaan sehat. Auskultasi DJJ dengan
menggunakan fetoskop pada atau menjelang usia kehamilan 20 minggu hingga saat ini masih
merupakan nilai klinis yang penting.
Hasil tes akselerasi auskultasi (auscultated acceleration, AAT) enam menit menunjukkan hasil
yang menggembirakan sebagai alat prediksi hasil NST , baik yang reaktif maupun nonreaktif.

AAT dianjurkan bagi para wanita yang telah memasuki usia kandungan 34 minggu dengan janin
tunggal.
3.Velosimetri Doppler
Dengan menggunakan ultrasonografi Doppler kita dapat memperoleh gambaran tahap
perkembangan janin, ibu, dan sirkulasi uteroplasenta. Pembuluh darah yang biasanya
dievaluasi adalah arteri umbilikalis. Namun, aorta janin, otak bagian tengah, dan arteri renalis
juga dapat diperiksa. Arteri uterus ibu dan beberapa pembuluh darah pada plasenta juga
merupakan lokasi yang mungkin diamati pada penelitian Doppler.
Ultrasonografi Doppler digunakan untuk menentukan kecepatan aliran darah dari arteri
umbilikus pada janin menuju plasenta. Dalam kondisi normal, darh dari jantung janin menuju
plasenta mengalir dengan sangat cepat.
4.Ultrasonografi
Ultrasonografi diagnostik telah digunakan pada bidang kebidanan selama hampir 50 tahun.
Ultrasonografi obstetrik merupakan jendela untuk melihat uterus dan janin yang sedang
berkembang.
Bagi bidan, ultrasonografi memberi keuntungan sekaligus kerugian. Keuntungannya antara lain
peningkatan dalam pengkajian usia kandungan dan identifikasi kelainan janin. Ultrasonografi
juga merupakan media yang sangat baik untuk mengkaji perkembangan jani dan bila ada
permasalahan dalam perkembangan janin, ultrasonografi dapat dengan akurat mengidentifikasi
kematian janin, lokasi plasenta, posisi janin, dan jumlah janin jika terdapat penyimpanga dari
nilai normal. Disi lain, kerugian ultrasonografi adalah perkiraan kesejahteraan janin yang
diberikan tidak tepat dan adanya hasil positif palsu. Selain itu, ultrasonografi dapat membuat
kita sangat bergantung pada teknologi ini serta meningkatkan biaya layanan kesehatan.
Referensi
Hanifa Wiknjosastro, SpOG. (2006). Ilmu Kebidanan
Helen Varney. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1

Anda mungkin juga menyukai