Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

ANALISIS JURNAL HUBUNGAN PENDAMPINGAN


SUAMI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU
BERSALIN DI RB CITRA PALEMBANG TAHUN 2018
Disusun Guna Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Terkini

Dosen Mata Kuliah: Jenny Anna Siauta, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :

Nicke Uriant Diharja (195401426215)

Kelas: C2

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang memuat mengenai analisis
jurnal dengan berjudul “HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN IBU BERSALIN DI RB CITRA PALEMBANG TAHUN 2018”. Penulisan
makalah ini merupan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan
Terkini di Universitas Nasional Jakarta.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada


pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyampurnaan pembuatan
makalah ini.

Jakarta, 27 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses alamiah yang harus dilewati oleh setiap wanita
hamil. Disini peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi
adanya komplikasi, disamping memberikan bantuan dan dukungan kepada ibu bersalin,
tidak sedikit ibu bersalin dan bayi mengalami trauma karena penanganan yang kurang
baik. (Saifuddin, 2009)
Dalam sebuah studi dari 280 wanita primigravida di USA pada trimester ketiga
ditemukan 193 (68,9%) wanita memiliki ketakutan yang sangat kuat terhadap proses
persalinan sedangkan swedia dari 162 wanita terdapat 97 (59,8%) wanita yang
ditemukan mengalami kecemasan dalam menghadapi proses persalinan. (Maitrayani,
2013)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sodiqoh, 2014 dari Fakultas
Kesehatan Masyarakat UNAIR pada tahun 2014 didapatkan hasil pada kelompok
responden primigravida mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 6orang (27,3%),
tingkat kecemasan berat sebanyak 6 orang (27,3%), dan tingkat kecemasan sedang
sebanyak 10 orang (45,4%). Sedangkan pada kelompok responden multigravida
mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 2 orang (9,5%), tingkat kecemasan sedang
sebanyak 4 orang (19,0%), dan tingkat kecemasan ringan sebanyak 15 orang (71,4%)
Pendampingan suami saat persalinan mempunyai peranan penting bagi ibu
karena dapat mempengaruhi psikologis ibu. Kondisi psikologis yang nyaman, rileks
dan tenang dapat terbentuk melalui dukungan kasih saying keluarga (Rohma, 2010)
Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan ibu untuk menanggulangi masalah
kecemasan yang dialami oleh dirinya sendiri yaitu: Kontrol Pernafasan yang Baik,
Melakukan Relaksasi, Intervensi Kognitif, Pendekatan Agama, Dukungan Keluarga,
Olahraga (Agustinus,2011).
Keberadaan seorang pendamping sangat dibutuhkan untuk mendampingi seorang
ibu dalam memandu persalinan. Tugas seorang pendamping adalah memberi dukungan
selama kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga mempermudah jalannya proses
persalinan (Marmi, 2012). Dukungan yang dapat diberikan oleh seorang suami berupa
motivasi terhadap istri secara fisik dan psikologis. Dukungan yang diberikan dapat
membuat ibu yang mengalami proses persalinan merasa aman dan nyaman (Adnyawati,
dkk. 2012).
Tingkat kecemasan wanita selama persalinan akan meningkat jika ia tidak
memahami apa yang terjadi pada dirinya. Perasaan cemas, takut, dan nyeri akan
membuat wanita tidak tenang menghadapi persalinan, dapat menyebabkan rasa sakit
pada waktu persalinan dan akan mengganggu jalannya persalinan, ibu akan menjadi
lelah dan kekuatan hilang. Hal ini dapat menyebabkan terjadi proses persalinan yang
lama atau biasa disebut dengan partus macet/partus tidak maju yang dapat
membahayakan keselamatan ibu dan bayinya (Mochtar, 2007).
Dalam MPS (Making Pregnancy Safer) dinyatakan pendekatan dalam
meningkatkan partisipasi suami dalam kesehatan reproduksi adalah membekali suami
dengan informasi dan mengikutsertakan suami dalam setiap upaya meningkatan
kesehatan reproduksi. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan suami dalam upaya
peningkatan kesehatan ibu dan anak adalah mendampingi istri selama proses persalinan
dan mendukung upaya rujukan bila diperlukan. (Dep Kes.,2008)

Persalinan merupakan sebuah episode dari kehidupan seorang wanita dan


mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan kondisi biologis dan
psikologisnya. Sebagian besar wanita menganggap bahwa persalinan adalah kodrat yang
harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa yang menentukan
kehidupan selanjutnya (Soemitro, dkk. 2017).

Pada saat persalinan, yang menyebabkan kematian ibu terbesar secara berurutan
disebabkan terjadinya komplikasi perdarahan, eklamsia, infeksi, persalinan lama,
persalinan macet dan keguguran (Fatikhah dan Setiyowati, 2013). Penyebab kematian ibu
dari tahun 2010-2013 yang terbesar adalah perdarahan, sedangkan partus lama merupakan
penyumbang terendah angka kematian ibu yaitu pada tahun 2010 sebesar 1,0%, tahun
2011 sebesar 1,1%, tahun 2012 sebesar 1,8% dan tahun 2013 sebesar 0,0%
(INFODATIN, 2014).

Berdasarkan data WHO bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal
dunia mencapai lebih dari 500.000 orang (Susanti, dkk, 2013). Ditahun 2015 MDGs
berakhir dan digantikan oleh SDGs. SDGs memiliki agenda yang disebut dengan
“Agenda 2030”. Pada agenda 2030 target SDGs adalah menurunkan AKI 70/100.000
kelahiran hidup (Prapti, 2015).

Terdapat beberapa indikator untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu
wilayah, salah satunya yaitu Angka Kematian Ibu (AKI). AKI merupakan salah satu
indikator yang peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas sebanyak 359/100.000 kelahiran hidup
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Penurunan angka kejadian komplikasi persalinan diperlukan peran serta keluarga


(terutama suami), hal ini sejalan dengan kebijakan dan strategi pemerintah dalam rangka
menurunkan angka kejadian komplikasi persalinan di Indonesia melalui program MPS
(Making Pregnancy Safer). Hasil yang diharapkan dari strategi tersebut adalah
meningkatkan peran aktif keluarga selama proses kehamilan dan persalinan (Laila, dan
Nisa, 2014).

Asrinah (2010) menyatakan bahwa, kelancaran proses persalinan dapat dilihat dari
lamanya proses persalinan berlangsung serta tidak mengalami hambatan dan komplikasi
saat persalinan pada kenyataannya masih banyak ibu bersalin yang mengalami
ketidaklancaran proses persalinan yakni melewati garis waspada pada lembar observasi
partograf. Hal ini dikarenakan banyak ibu bersalin yang mengalami ketakutan dan
kecemasan yang berlebih sehingga mengganggu kontraksi yang dapat menghambat
proses persalinan (Laila dan Nisa, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumiati (2015) tentang pengaruh


pendampingan suami terhadap percepatan proses persalinan kala I fase aktif di BPS
Kisworo Surabaya didapatkan bahwa dari 30 ibu bersalin yang diteliti, 15 ibu bersalin
yang didampingi suami mengalami percepatan kala I fase aktif rata-rata 4,53 jam
sedangkan pada 15 ibu bersalin lainnya yang tidak didampingi oleh suami memerlukan
waktu pada kala I fase aktif ratarata 7 jam.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dewi


Sartika Kota Kendari, didapatkan jumlah ibu bersalin normal pada tahun 2015 yaitu
sebanyak 589 orang, pada tahun 2016 sebanyak 931 orang, dan pada tahun 2017
sebanyak 1.230 orang. Sedangkan persalinan secara SC, pada tahun 2015 sebanyak 318
orang, tahun 2016 sebanyak 496 orang dan pada tahun 2017 sebanyak 586 orang. Untuk
pendamping persalinan pada persalinan normal, petugas kesehatan di ruang bersalin akan
membiarkan ibu yang sedang berada dalam proses persalinan tersebut untuk memilih
pendamping persalinan sesuai dengan keinginannya sendiri.
Berdasarkan pada apa yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan kala I
fase aktif pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun
2018.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka peneliti membuat perumusan
masalah yaitu adakah pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan kala I fase
aktif pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2018?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan kala I fase aktif pada
ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2018

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui percepatan kala I fase aktif pada ibu bersalin yang didampingi suami di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2018
b. Untuk mengetahui percepatan kala I fase aktif pada ibu bersalin yang tidak didampingi
suami di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2018
c. Untuk menganalis pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan kala I fase aktif di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2018

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan tentang pengaruh pendampingan
suami terhadap percepatan kala I fase aktif pada ibu bersalin

b. Dapat berfungsi sebagai referensi ataupun bahan untuk dijadikan pedoman bagi rekan-
rekan yang ingin melanjutkan penelitian mengenai pengaruh pendampingan suami
terhadap percepatan kala I fase aktif pada ibu bersalin ini, serta sebagai bahan bacaan
terutama dalam meningkatkan pengetahuan tentang faktor yang dapat membantu
percepatan kala I fase aktif persalinan.
2. Manfaat Praktis

a. Menjadi sumber informasi atau sumber data, dan sebagai bahan evaluasi dalam
mengembangkan pengetahuan tentang pengaruh pendampingan suami terhadap
percepatan kala I fase aktif pada ibu bersalin di Poltekkes Kemenkes Kendari dan Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari.

b. Dapat menjadi acuan bagi penolong persalinan agar selalu mengikutsertkan


suami/keluarga untuk berperan dalam proses persalinan.

c. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi peneliti.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetian Konsep Dasar Persalinan


Pengertian Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir (Purwaningsih, 2012).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi dari dalam uterus melalui vagina (Nidyaayuna, 2011). Persalinan
merupakan proses pengeluaran janin yang ditandai dengan adanya kontraksi uterus.
Kontraksi yang teratur akan membantu dilatasi serviks secara progresif (Kurniawati,
2017).
Persalinan adalah proses alamiah dari seorang ibu yang ditandai dengan
kelahiran bayi dan plasenta pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu yang keluar
dari uterus ibu, dimulai dari adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan terjadinya
dilatasi secara progresif dari uterus (Muttoharoh, 2017).
Puspita Sari & Rimandini, 2014 menyatakan bahwa persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau tanpa hidup di
luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan kekuatan
sendiri (Novihandari, 2016).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Saifudin, dkk, 2009).
Menurut Mochtar (1998) partus normal adalah proses lahirnya bayi dengan
letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung 24 jam (Nurasiah, dkk. 2014)

B. Jenis-jenis Persalinan
Manuaba (1998) dalam Nurasiah, dkk. (2014), mengatakan ada dua jenis persalinan
yaitu berdasarkan bentuk persalinan dan menurut usia kehamilan.

1) Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan

2) Persalinan spontan, adalah proses persalinan seluruhnya berlangsung dengan


kekuatan ibu sendiri.
3) Persalinan buatan, adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar 4)
Persalinan anjuran, adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan rangsangan.

C. Jenis persalinan menurut usia kehamilan


1) Abortus, adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu
atau berat badan janin kurang dari 500 gram.
2) Partus immature, adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20
minggu dan 28 minggu atau berat badan janin antara 500 gram dan kurang dari 1000
gram.
3) Partus premature, adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28
minggu dan kurang dari 37 minggu atau berat badan janin antara 1000 gram dan
kurang dari 2500 gram.
4) Partus matur atau partus aterm, adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia
kehamilan 37 minggu dan 42 minggu atau berat badan janin lebih dari 2500 gram.
5) Partus postmatur atau partus serotinus, adalah pengeluaran buah kehamilan lebih
dari 42 minggu.
D. Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih merupakan
kumpulan teoritis yang kompleks. Teori yang turut memberikan andil dalam
terjadinya proses persalinan antara lain teori hormonal, prostaglandin, struktur uterus,
sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi. Hal-hal inilah yang diduga memberikan
pengaruh sehingga partus dimulai (Rukiyah, dkk, 2009).
Perlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita terdapat dua
hormon yang dominan, yaitu :
1) Estrogen, berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
prostaglandin dan mekanis.
2) Progesterone, berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot rahim,
menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin
da mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
E. Permulaan Persalinan
Tanda-tanda persalinan sudah dekat adalah sebagai berikut : (Sulistiyawati dan
Nugraheni, 2010).
1) Lightening Menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus
uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul. Penyebab dari proses ini
adalah sebagai berikut :

a) Kontraksi Braxton Hicks

b) Ketegangan dinding perut


c) Ketegangan ligamentum rotundum

d) Gaya berat janin, kepala kearah bawah uterus

Masuknya kepala janin ke dalam panggul dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan
tanda-tanda sebagai berikut :

a) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang

b) Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal

c) Kesulitan saat berjalan

d) Sering berkemih

Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal


antara ketiga P (Power/his, Passage/jalan lahir, dan Pasenger/bayi dan plasenta).
Pada multipara, gambarannya menjadi tidak sejelas primigravida karena masuknya
kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan.

2) Terjadinya his permulaan His permulaan ini sering diistilahkan his palsu dengan
ciriciri yaitu rasa nyeri ringan dibagian bawah, datang tidak teratur, tidak ada
perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan persalinan, durasi
pendek dan tidak bertambah selama beraktivitas

F. Tahapan Persalinan

Berdasarkan Saifudin, dkk, (2009), persalinan dibagi kedalam 4 kala yaitu :

1) Kala I, dimulai saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses
ini terbagi dalam 2 fase yaitu fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan
fase aktif (7) jam serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan
sering selama fase aktif.

2) Kala II, dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasana berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara.

3) Kala III, dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih 30 menit. 4) Kala IV, dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2
jam pertama postpartum.
G. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama


persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman
dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Rohani, dkk 2011).

H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan terdiri dari 5P yaitu passage


(jalan lahir), passenger (janin dan plasenta), power (kekuatan), posisi ibu dan
psikologis (Syadiah dan Yuliastanti, 2011). Menurut WHO, bahwa kematian jika
bidan terampil membantu ibu dalam proses melahirkan. Bidan dikatakan terampil
bilamana menguasai pengetahuan maupun praktik kebidanan (Nurasiah, dkk. 2014).
BAB III
ANALISA JURNAL

A. Judul Jurnal
“PENGARUH PENDAMPINGAN SUAMI TERHADAP PERCEPATAN KALA I
FASE AKTIF PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA
KOTA KENDARI TAHUN 2018”

B. Abstrak Jurnal
Kehamilan dan persalinan adalah proses fisiologis yang terjadi pada seorang
wanita. World Health Organization (WHO) menyatakan 90% wanita melahirkan normal,
sedangkan 10% wanita dapat mengalami kasus patologi (Surtiningsih, 2017). Kelahiran
merupakan titik kulminasi dari sebuah kehamilan yang merupakan titik tertinggi dari
seluruh persiapan yang dibuat. Setiap ibu tentu mengharapkan persalinannya lancar
(Missiyati, dkk. 2015). Berdasarkan data WHO bahwa setiap tahunnya wanita yang
bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang (Susanti, dkk, 2013).
Ditahun 2015 MDGs berakhir dan digantikan oleh SDGs. SDGs memiliki agenda yang
disebut dengan “Agenda 2030”. Pada agenda 2030 target SDGs adalah menurunkan AKI
70/100.000 kelahiran hidup (Prapti, 2015).

Persalinan merupakan sebuah episode dari kehidupan seorang wanita dan


mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan kondisi biologis dan
psikologisnya. Sebagian besar wanita menganggap bahwa persalinan adalah kodrat yang
harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa yang menentukan
kehidupan selanjutnya (Soemitro, dkk. 2017).

AKI di Indonesia sejak tahun 1991 hingga 2007 mengalami penurunan dari 390
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). Namun
pada tahun 2012 SDKI kembali mencatat kenaikan AKI yang signifikan, dari 228
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). AKI
di Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 4 tahun terakhir menunjukkan trend menurun
yakni dari tahun 2011 terdapat 342 AKI/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2012
sebanyak 277 kematian ibu, tahun 2013 sebanyak 240 kematian ibu, tahun 2014 sebanyak
205 kematian ibu. Angka kematian ibu tersebut merupakan angka yang diperoleh dari
seluruh kabupaten di Sulawesi tenggara, diantaranya pada tahun 2014 lalu, kabupaten
Muna menjadi urutan pertama yang menyumbang AKI terbanyak di Sulawesi tenggara
yaitu sebanyak 13 AKI dan terendah adalah Buton Utara yang tidak memiliki kematian
ibu. Sedangkan kota Kendari menyumbang sebanyak 3 kematian ibu (Profil Kesehatan
Sulawesi Tenggara, 2014).

Terdapat beberapa indikator untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu
wilayah, salah satunya yaitu Angka Kematian Ibu (AKI). AKI merupakan salah satu
indikator yang peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas sebanyak 359/100.000 kelahiran hidup
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Jenis penelitian ini adalah Quesi experimental berdasarkan desain yang dipilih
menggunakan rancangan penelitian “non randomized kontrol group post test design
dilakukan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari, didapatkan jumlah ibu
bersalin normal pada tahun 2015 yaitu sebanyak 589 orang, pada tahun 2016 sebanyak
931 orang, dan pada tahun 2017 sebanyak 1.230 orang. Sedangkan persalinan secara SC,
pada tahun 2015 sebanyak 318 orang, tahun 2016 sebanyak 496 orang dan pada tahun
2017 sebanyak 586 orang. Untuk pendamping persalinan pada persalinan normal, petugas
kesehatan di ruang bersalin akan membiarkan ibu yang sedang berada dalam proses
persalinan tersebut untuk memilih pendamping persalinan sesuai dengan keinginannya
sendiri, Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
tehnik Purposive Sampling.

Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSU Dewi Sartika, dengan jumlah
sampel sebanyak 20 orang yang dibagi dalam 2 kelompok sampel yaitu kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis
menggunakan sistem komputerisasi (SPSS). Selanjutnya hasil analisis dan pengolahan
data tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan sebagai berikut :

1. Analisis Univariat Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi langsung
kepada responden/sampel penelitian, karakteristik responden serta jumlah dan presentase
responden yang mengalami percepatan kala I fase aktif dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Karakteristik responden berdasarkan umur

dari 10 orang responden kelompok perlakuan, responden yang berumur 35 tahun


sebanyak 2 orang (20%).

b. Karakteristik responden berdasarkan paritas


dari 10 orang responden kelompok perlakuan, responden yang berumur 35 tahun
sebanyak 2 orang (20%). Sedangkan pada kelompok kontrol, semua responden berumur
antara 20-35 tahun (100%).

c. Jumlah Responden yang Mengalami Percepatan kala I fase aktif Responden yang
mengalami percepatan kala I fase aktif
dari 10 orang responden yang merupakan kelompok perlakuan, sebanyak 8 orang
(80%) mengalami percepatan kala I fase aktif dan sebanyak 2 orang (20%) tidak
mengalami percepatan. Sedangakan pada kelompok kontrol, sebanyak 3 orang (30%)
responden mengalami percepatan kala I fase aktif dan sebanyak 7 orang (70%) tidak
mengalami percepatan.

2. Analisis Bivariat
a. Hasil pengukuran percepatan kala I fase aktif seluruh responden.
ibu bersalin pada kelompok perlakuan (didampingi suami) mengalami percepatan kala
I fase aktif rata-rata 4,8 jam. Sedangkan pada kelompok kontrol (tidak didampingi
suami), rata-rata waktu yang diperlukan pada kala I fase aktif adalah 7 jam.

C. Hasil Analisa Jurnal


1. Keterbatasan Topik
Pemabahasan Topik kurang mendetail dimana dalam penerapan penelitian
Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Percepatan Kala I Fase Aktif Pada Ibu
Bersalin tidak dijelaskan bagaimana Pertologan pertama suami saat istri ingin
melakukan persalinan, seperti aktif membantu istri saat ingin melakukan persalinan,
suami juga harus mengetahui tentang persalinan, belajar untuk membedakan antara
kontraksi asli dan palsu
Penggunaan metode penelitian dengan metode penelitian kuantitatif dimana
jumlah sample sedikit sehingga kurang efektif jika untuk skala besar-besaran. Dan
penelitian menggunakan tehnik Purposive Sampling, dimana rentan untuk nilai yang
dihasilkan karena setiap pasien memiliki ambang batas menejemen yang berbeda-
beda.
2. Pendapat Penulis
Menurutt pendapat penulis suami sebagai orang terdekat dengan ibu yang akan
berperan aktif dalam proses persalinan agar lebih dapat menambah wawasan
pengatahuan tentang sikap dan tindakan yang dapat dilakukan saat mendampingi ibu
pada proses persalinan. Dan bagi semua penolong persalinan dalam setiap
pertolongan persalinan sebaiknya selalu mengikut sertakan pendamping persalinan
karena kehadiran seorang pendamping selain memberikan rasa nyaman bagi ibu, juga
dapat membantu mempercepat proses persalinan. Namun untuk pendamping
persalinan, sebaiknya biarkan ibu memilih sendiri sesuai kenyamanan ibu. Dalam
proses pendampingan tersebut juga sebaiknya penolong terlebih dahulu mengajarkan
kepada pendamping tentang peran yang dapat dilakukannya selama mendampingi ibu.
Hal ini bertujuan agar pendamping persalinan tersebut dapat berperan menjadi
seorang pendamping persalinan yang aktif.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam jurnalyang telah penulis ambil untuk dilakukan analisis dimana
Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Percepatan Kala I Fase Aktif Pada Ibu
Bersalin, telah memaparkan hasil yang signifikan, suami sebagai orang terdekat
dengan ibu yang akan berperan aktif dalam proses persalinan agar lebih dapat
menambah wawasan pengatahuan tentang sikap dan tindakan yang dapat dilakukan
saat mendampingi ibu pada proses persalinan, dan suami saat istri ingin melakukan
persalinan, seperti aktif membantu istri saat ingin melakukan persalinan, suami juga
harus mengetahui tentang persalinan, belajar untuk membedakan antara kontraksi asli
dan palsu, dan bagi tenaga kesehatan yang ingin melakukan penolong persalinan
dalam setiap pertolongan persalinan sebaiknya selalu mengikut sertakan pendamping
persalinan karena kehadiran seorang pendamping selain memberikan rasa nyaman
bagi ibu, juga dapat membantu mempercepat proses persalinan.
B. Saran
Apabila dalam penulisan hasil analisa penulis kurang logis dan terdapat

kekurangan baik dalam segi penulisan maupun penyususan, kritik dan saran sangat

penulis terima dengan baik demi kelengkapan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Varney, Helen. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Ariastuti, N.D., Sucipto, E., dan Andari, I.D. (2014) Hubungan Antara

Posisi Miring Kiri dengan Proses Mempercepat Penurunan Kepala Janin


pada Proses Persalinan di BPM Ny. M Slerok Kota Tegal.

Rohani, Saswita, R., dan Marisah (2011) Asuhan Kebidanan Pada Masa

Persalinan. Salemba Medika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai