KELOMPOK 7
JURIL (R012181004)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas dari
mata kuliah Terapi Komplementer dengan judul “herbal medicine” tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun secara maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
bagi para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami menyadari karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman sehingga makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
segi isi maupun dari tata bahasa. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari setiap pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
JURIL
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Sejarah Terapi Herbal................................................................................................................2
B. Definisi Terapi Herbal...............................................................................................................3
C. Penggunaan Terapi Herbal.........................................................................................................4
D. Jenis-Jenis Terapi Herbal...........................................................................................................8
E. Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Herbal................................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi komplementer merupakan bagian integral dari perawatan kesehatan baik di
Amerika Serikat maupun di negara lain. Terapi ini sudah berkembang dan menjadi sistem
kesehatan di dunia barat. Menurut National Center for Complementary and Alternative
Medicine (NCCAM), terapi komplementer adalah bagian dari sistem perawatan
kesehatan, praktek dan produk kesehatan yang saat ini tidak dianggap sebagai bagian dari
pengobatan konvensional. Menurut WHO (2012), bahwa 80 % dari perawatan kesehatan
pada negara berkembang menggunakan perawatan tradisional untuk praktek kesehatan
dibandingkan dengan pengobatan barat. (Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014b).
Terapi komplementer menjadi hal yang penting bagi perawat dan profesional
kesehatan lainnya karena mereka mampu melakukan penilaian holistik terhadap pasien
untuk menentukan serangkaian tindakan perawatan dan penyembuhan yang dapat mereka
gunakan. Melalui terapi komplementer ini, petugas kesehatan mampu mengurangi stres
dan fokus terhadap pasien dan keluarganya (Snyder & Lindquist, 2010).
Salah satu jenis terapi komplementer adalah terapi herbal yang telah digunakan
sejak lama dan penggunaannya semakin meningkat di seluruh dunia. Ada banyak bukti
yang mendukung kemanjuran terapi herbal sebagai "pelengkap" dan pengobatan alternatif
dalam menangani berbagai penyakit (Cologno, 2014).
Perkembangan pelayanan kesehatan tradisional menggunakan ramuan saat ini
semakin pesat, terbukti dari hasil Riskesdas 2010 bahwa persentase penduduk Indonesia
yang pernah mengonsumsi jamu sebanyak 59,12 % yang terdapat pada semua kelompok
umur, baik laki-laki maupun perempuan, di pedesaan maupun di perkotaan. Persentasi
penggunaan tanaman obat berturut-turut adalah jahe (50,36%), diikuti kencur (48,77%),
temulawak (39,65%), meniran (13,93%) dan pace (11,17%). Selain tanaman obat di atas,
sebanyak 72,51% menggunakan tanaman obat jenis lain (Kemenkes RI, 2016)
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana sejarah terapi herbal?
b. Jelaskan definisi terapi herbal
c. Bagaimana penggunaan terapi herbal?
d. Jelaskan jenis-jenis terapi herbal
e. Jelaskan kelebihan dan kekurangan terapi herbal
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Terapi Herbal
Pengobatan tertua dan paling banyak digunakan di dunia adalah Pengobatan herbal
dengan menggunakan berbagai jenis tanaman herbal. Jauh sebelum peradaban dunia maju
seperti saat ini, masyarakat terdahulu melakukan pengobatan dengan memanfaatkan apa
yang telah disediakan oleh alam, salah satunya adalah Tanaman (Hailes, 2017).
Herbal, dan produk alami terkait seperti rempah-rempah, adalah bentuk obat tertua
dan paling banyak digunakan di dunia. Penggunaan herbal untuk pengobatan penyakit
dan promosi kesejahteraan telah dilakukan di banyak budaya setidaknya 2.500 tahun.
Misalnya, pada abad ke-5 SM, Hippocrates merekomendasikan daun dan kulit pohon
willow (Genus Salix) untuk nyeri dan peradangan (Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014a).
Selain itu, Pada zaman Rasulullah SAW, beliau menggunakan obat-obat herbal seperti
habbatussaudah yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit seperti meningkatkan stamina, mencegah alergi, mengontrol tekanan darah
kadar gula dalam darah, memecah batu ginjal, dll.
Saat ini, Indonesia telah menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia.
Penggunaan Jamu dan obat tradisional, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia. Sementara itu tuntutan gaya hidup sehat yang
berkembang saat ini membuat masyarakat untuk kembali menggunakan produk yang
berasal dari alam. Oleh karenanya, jamu dan obat tradisional sebagai bagian dari
pengobatan herbal dapat menjadi salah satu pilihan pengobatan.
Saat ini kecenderungan masyarakat memilih menggunakan produk herbal sebagai
pengganti obat yang telah diresepkan oleh praktisi kesehatan/dokter semakin meningkat
dengan pertimbangan bahwa herbal merupakan produk alami dan memiliki efek samping
yang minimal, meskipun bukti yang menyajikan bahwa produk herbal itu aman
digunakan masih sangat sedikit. Adapun penelitian terbaru yang menyatakan bahwa
pengobatan herbal itu ragamnya sangat bervariasi baik dari segi komposisi/kandungannya
maupun kualitas produk. Beberapa obat herbal yang telah banyak beredar di pasaran
sangat diharapkan agar terbebas dari kandungan logam berat dan zat lainnya yang dapat
merusak keefektifan dari produk herbal tersebut (Debas, Laxminarayan, & Straus, 2004)
Namun sebagai catatan tambahan ada beberapa negera yang mengeluarkan
peraturan tentang pelarangan menggunakan beberapa jenis tanaman herbal misalnya
2
Aristolochia mengarah ke kanker genitourinaria, Comfrey dan Kava yang dapat
menimbulkan gagal hati (De Smet, 2002), Shekelle et. al (2003) mengatakan bahwa
Ephedra berkaitan dengan serangan jantung dan stroke. Selain itu juga penting untuk
diketahui bahwa produk herbal juga memiliki efek mempengaruhi kinerja obat-obatan
medis karena dapat menghambat atau mempercepat proses reabsorpsi dari obat medis
yang diresepkan (Debas et al., 2004).
B. Definisi Terapi Herbal
Menurut WHO 2005, obat herbal dapat didefinisikan sebagai bahan baku atau
sediaan yang berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang
bermanfaat bagi kesehatan manusia; komposisinya dapat berupa bahan mentah atau bahan
yang telah mengalami proses lebih lanjut yang berasal dari satu jenis tumbuhan atau
lebih. Sediaan herbal diproduksi melalui proses ekstraksi, fraksinasi, purifikasi,
pemekatan atau proses fisika lainnya; atau diproduksi melalui proses biologi. Sediaan
herbal dapat dikonsumsi secara langsung atau digunakan sebagai bahan baku produk
herbal. Produk herbal dapat berisi eksipien atau bahan inert sebagai tambahan bahan aktif
(Hidayat, 2013).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berasal dari bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut,
yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Di Indonesia, obat yang berbahan dasarnya bersumber dari alam dapat dikategorikan
menjadi 3 yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
1. Jamu (empirical based herbalmedicine)
Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman di dalamnya. Pada
umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Jamu
tidak memerlukan pembuktian ilmiah karena telah terbukti dengan bukti empiris
secara turun temurun.
2. Obat herbal terstandar (Scientific based herbal medicine)
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang
dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses ini membutuhkan
peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja
yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, obat jenis ini telah ditunjang dengan
pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan
mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman
3
obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun
kronis. Jadi obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya telah di standarisasi
3. Fitofarmaka (clinical basedherbal medicine)
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan
obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan
bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat
lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip
etika, hingga tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan adanya uji klinik, hal
itu akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di
sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat
herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah.
C. Penggunaan Terapi Herbal
Kesalahpahaman umum mengenai obat-obatan herbal adalah bahwa herbal tidak
memiliki efek samping karena alami. Namun, herbal memang memiliki efek samping dan
mungkin beracun atau beracun jika tidak digunakan dengan tepat. Pertimbangkan
toksisitas produk alami yang banyak digunakan seperti kopi, kokain, dan tembakau.
Dilema lain adalah penggunaan obat herbal sebagai pengganti obat yang diresepkan.
Meskipun herbal mungkin menjadi pilihan yang baik dalam kasus dan kondisi tertentu,
keputusan untuk menolak obat harus didasarkan pada penilaian yang diinformasikan
sepenuhnya dalam kemitraan dengan profesional kesehatan (Lindquist et al., 2014a).
Prinsip pengobatan dengan terapi herbal untuk mengobati ataupun mencegah suatu
penyakit harus memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga pengobatan lebih optimal dan
berhasil. Maka yang perlu diperhatikan adalah memahami penyakit dan kondisi pasien
dan memahami tanaman atau tumbuhan yang digunakan sebagai terapi untuk setiap kasus
penyakit.
Langkah pengobatan penyakit dengan terapi herbal:
1. Diagnosis: mengetahui jenis penyakit dan komplikasi yang menyertai serta
perkembangan kondisi pasien.
2. Terapi Utama: yang bertujuan untuk merancang pengobatan kuratif dengan
penekanan utama pada pengobatan simtomatik. Setelah itu melakukan langkah
konstruktif dengan penekanan pada perbaikan organ yang rusak
4
3. Terapi pendukung: bertujuan untuk memaksimalkan penyembuhan, yaitu menyangkut
gizi, fungsional food, terapi air, pengaturan aktivitas fisik, olah raga, istirahat, dll
Adapun yang menjadi tanggung jawab farmasi dalam menyediakan obat herbal
sebagai alternative terapi komplementer, antara lain : (Heinrich Michael, barnes Joanne,
Gibbons Simon, 2014) :
1. Memastikan bahwa ketersediaan obat herbal atau komplementer lain diperoleh dari
pemasok yang terpercaya
2. Tidak merekomendasikan obat apapun jika obat tersebut diragukan keamanan atau
mutunya
3. Memberikan saran mengenai obat herbal dan terapi komplementer lainnya hanya
jika mereka telah menjalani pelatihan yang sesuai atau memiliki pengetahuan yang
terspesialiasi atau terstandar.
Menurut (Kemenkes RI, 2016), beberapa contoh penggunaan terapi herbal yaitu
sebagai berikut:
1. Mengkudu Untuk Dislipidemia
a. Nama daerah : Pace, kemudu, cengkudu, kodhuk, wengkudu, noni
5
Alkaloid seronin, plant steroid, alisarin, lisin, sodium, asam kaprilat, arginin,
prokseronin, antrakuinin, trace elements, fenilalanin, magnesium, terpenoid, dll.
e. Data Keamanan
LD50 ekstrak air etanol buah, daun, akar pada mencit: > 10 g/kg BB. LD50
ekstrak etanol daun per oral pada tikus: > 2000 mg/kg BB. NOEL (no observe
effect level): tidak teramati ES sampai dosis 6.86 g/kg BB (sebanding dengan 90
mL/kgBB jus buah) pada tikus. Pemberian jus buah pada 96 sukarelawan sehat
sampai dosis 750 mL/orang/hari selama 28 hari dinyatakan aman terhadap
parameter biokimia darah, urin dan tanda-tanda vital.
f. Data Manfaat
1) Uji praklinik
Pemberian ekstrak etanol 50% campuran buah dan daun dapat menurunkan
kadar gula darah binatang percobaan. Ekstrak buah, daun dan akar ketiganya
menimbulkan penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida. Pada tikus
dislipidemia yang diinduksi diet tinggi lemak, ekstrak buah, daun dan akar
ketiganya menyebabkan penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL
kolesterol, indeks aterogenik, dan ratio kolesterol total/HDL, secara bermakna.
Ekstrak akar menimbulkan peningkatan HDL. Mekanismse antidislipidemi
Morinda citrifolia melalui beberapa cara antara lain inhibisi biosintesis, absorpsi
dan sekresi lipid. Diduga karena adanya multiple antioxidant yang poten dalam
mengkudu.
2) Uji klinik
Sejumlah 38 perokok mendapat 2 kali 2 ons jus M. citrifolia
(mengkudu)/hari selama 30 hari dibanding plasebo, hasil menunjukkan jus M.
citrifolia menurunkan kadar kolesterol total 7-22%, LDL 6-10%, trigliserida 10-
54%, homosistein 21%, dan meningkatkan HDL kolesterol 10-16%, sedangkan
pada plasebo tidak ada perubahan. Hasil penelitian lainnya dari Badan POM
g. Indikasi : Dislipidemia
2. Jahe Untuk Gastritis
a. Nama daerah : Halia, bahing,
sipode, lahia, alia, jae, sipodeh, jahi, lai, jae, alia, lea , melito, leya, marman.
6
b. Bagian yang digunakan :
Rimpang
c. Deskripsi tanaman/simplisia
Batang tegak. Daun kerap kali jelas 2 baris dengan pelepah yang memeluk batang
dan lidah diantara batas pelepah dan helaian daun. Bunga zygomorph berkelamin
2. Kelopak berbentuk tabung, dengan ujung bertaju, kerap kali terbelah serupa
pelepah. Rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang, cabang pendek pipih,
bentuk bulat telur terbalik, pada setiap ujung cabang terdapat parut melekuk ke
dalam. Potongan bagian luar berwarna coklat kekuningan, beralur memanjang,
kadang ada serat bebas.
d. Kandungan Kimia
Minyak astiri (bisabolene, cineol, phellandrene, citral, borneol, citronellol,
geranial, linalool, limonene, zingiberol, zingiberene, camphene), oleoresin
(gingerol, shogaol), fenol (gingerol, zingeron), enzim proteolitik (zingibain), vit
B6, vit C, Kalsium, magnesium, fosfor, kalium, asam linoleat, gingerol (gol
alkohol pada oleoresin), mengandung minyak astiri 1-3% diantaranya bisabolen,
zingiberen dan zingiberol.
e. Data Keamanan
LD50 6-ginggerol dan 6-shogaol adalah 250-680 mg/kg BB. LD50 ekstrak air pada
mencit adalah 33,5 g/kg BB. Pemberian pada wanita hamil tidak menunjukkan efek
teratogenik.
f. Data Manfaat
Uji praklinik
Ekstrak jahe invitro menghambat pertumbuhan Helicobacter pylori. Penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa ekstrak jahe terstandar menghambat pertumbuhan
H. Pylori invitro dengan kadar hambat minimal 0,78-12,5 μg/mL. Pada studi ini
ekstrak jahe diuji pada model rodent yang diinduksi infeksi H. pylori untuk
menguji efek preventif dan eradikasi infeksi. Ekstrak diberikan dengan dosis 100
7
mg/kg BB/hari selama 3 minggu sebelum infeksi atau 6 minggu pasca infeksi.
Terapi dengan ekstrak jahe terstandar mereduksi jumlah H. pylori dibanding
kontrol dan secara bermakna (P<0,05) mengurangi inflamasi mukosa dan
submukosa baik yang akut maupun kronik, cryptitis, juga degenerasi epitel dan
erosi yang diinduksi oleh H. pylori.
g. Indikasi : Gastritis/ulkus peptik
karena infeksi H pylori (Grade
8
12 Supportif penyakit Bawang putih, kunyit, miana, pegagan
jantung dan pembuluh
darah
13 Gastritis Jahe, kapulaga, kunyit, pegagan, temu lawak
14 Artritis Cabe, jahe, kayu putih, sereh
15 Konstipasi Daun sendok, daun wungu, lidah buaya
16 Batuk Adas dan timi
17 Gastroenteritis Daun jambu biji dan sambiloto
18 Insomnia Pala dan valerian (ki saat)
19 Penyakit kulit (panu, Ketepeng china dan pegagan
kadas, kurap)
20 Hepatoprotektor Kunyit, meniran, paliasa, temu lawak
21 Disfungsi ereksi Cabe jawa, pasak bumi, purwoceng, som jawa
22 Ispa Sambiloto
23 Hemoroid Daun wungu
24 Asi (laktogogum) Daun katuk, torbangun, klabet
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan Herbal adalah pengobatan tradisional atau pengobatan rakyat yang
didasarkan pada pemakaian tumbuhan-tumbuhan dan ekstrak tumbuhan. Bahan herbal adalah
tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan sebagai pemberi aroma, perasa atau untuk
pengobatan. Obat herbal sendiri merupakan produk yang berasal dari tanaman dan digunakan
untuk meningkatkan kesehatan. Banyak obat herbal yang telah digunakan secara empiris
(turun-temurun) sebagai obat dalam pengobatan tradisional.
Pengobatan Herbal telah banyak digunakan masyarakat maupun medis sebagai terapi
pengobatan dalam kesehatan/keperawatan guna untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal
dalam mengobati pasien.
B. Saran
Perlu adanya peningkatan sumber daya manusia dan teknologi yang sebanding
dengan ketersediaan pelestarian bahan baku tanaman obat herbal sehingga pemanfaatan
tanaman herbal dan terapi alternative komplementer bisa tercapai lebih optimal.
Terapi herbal yang banyak beredar di indonesia diharapkan dapat menjadi
pelengkap terapi medis ataupun asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dengan memperhatikan tujuan, dosis, efek samping .yang dapat dilakukan melalui proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
12