Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MK : TERAPI KOMPLEMENTER

DOSEN : Dr. Yuliana Syam, S.Kep., Ns., M.Kes.

BOLOGICALLY BASED TREATMETS:


HERBAL MEDICINE THERAPIES

KELOMPOK 7
JURIL (R012181004)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas dari
mata kuliah Terapi Komplementer dengan judul “herbal medicine” tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun secara maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
bagi para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami menyadari karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman sehingga makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
segi isi maupun dari tata bahasa. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari setiap pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Makassar, 20 Agustus 2019

JURIL

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Sejarah Terapi Herbal................................................................................................................2
B. Definisi Terapi Herbal...............................................................................................................3
C. Penggunaan Terapi Herbal.........................................................................................................4
D. Jenis-Jenis Terapi Herbal...........................................................................................................8
E. Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Herbal................................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi komplementer merupakan bagian integral dari perawatan kesehatan baik di
Amerika Serikat maupun di negara lain. Terapi ini sudah berkembang dan menjadi sistem
kesehatan di dunia barat. Menurut National Center for Complementary and Alternative
Medicine (NCCAM), terapi komplementer adalah bagian dari sistem perawatan
kesehatan, praktek dan produk kesehatan yang saat ini tidak dianggap sebagai bagian dari
pengobatan konvensional. Menurut WHO (2012), bahwa 80 % dari perawatan kesehatan
pada negara berkembang menggunakan perawatan tradisional untuk praktek kesehatan
dibandingkan dengan pengobatan barat. (Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014b).
Terapi komplementer menjadi hal yang penting bagi perawat dan profesional
kesehatan lainnya karena mereka mampu melakukan penilaian holistik terhadap pasien
untuk menentukan serangkaian tindakan perawatan dan penyembuhan yang dapat mereka
gunakan. Melalui terapi komplementer ini, petugas kesehatan mampu mengurangi stres
dan fokus terhadap pasien dan keluarganya (Snyder & Lindquist, 2010).
Salah satu jenis terapi komplementer adalah terapi herbal yang telah digunakan
sejak lama dan penggunaannya semakin meningkat di seluruh dunia. Ada banyak bukti
yang mendukung kemanjuran terapi herbal sebagai "pelengkap" dan pengobatan alternatif
dalam menangani berbagai penyakit (Cologno, 2014).
Perkembangan pelayanan kesehatan tradisional menggunakan ramuan saat ini
semakin pesat, terbukti dari hasil Riskesdas 2010 bahwa persentase penduduk Indonesia
yang pernah mengonsumsi jamu sebanyak 59,12 % yang terdapat pada semua kelompok
umur, baik laki-laki maupun perempuan, di pedesaan maupun di perkotaan. Persentasi
penggunaan tanaman obat berturut-turut adalah jahe (50,36%), diikuti kencur (48,77%),
temulawak (39,65%), meniran (13,93%) dan pace (11,17%). Selain tanaman obat di atas,
sebanyak 72,51% menggunakan tanaman obat jenis lain (Kemenkes RI, 2016)
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana sejarah terapi herbal?
b. Jelaskan definisi terapi herbal
c. Bagaimana penggunaan terapi herbal?
d. Jelaskan jenis-jenis terapi herbal
e. Jelaskan kelebihan dan kekurangan terapi herbal

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Terapi Herbal
Pengobatan tertua dan paling banyak digunakan di dunia adalah Pengobatan herbal
dengan menggunakan berbagai jenis tanaman herbal. Jauh sebelum peradaban dunia maju
seperti saat ini, masyarakat terdahulu melakukan pengobatan dengan memanfaatkan apa
yang telah disediakan oleh alam, salah satunya adalah Tanaman (Hailes, 2017).
Herbal, dan produk alami terkait seperti rempah-rempah, adalah bentuk obat tertua
dan paling banyak digunakan di dunia. Penggunaan herbal untuk pengobatan penyakit
dan promosi kesejahteraan telah dilakukan di banyak budaya setidaknya 2.500 tahun.
Misalnya, pada abad ke-5 SM, Hippocrates merekomendasikan daun dan kulit pohon
willow (Genus Salix) untuk nyeri dan peradangan (Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014a).
Selain itu, Pada zaman Rasulullah SAW, beliau menggunakan obat-obat herbal seperti
habbatussaudah yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit seperti meningkatkan stamina, mencegah alergi, mengontrol tekanan darah
kadar gula dalam darah, memecah batu ginjal, dll.
Saat ini, Indonesia telah menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia.
Penggunaan Jamu dan obat tradisional, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia. Sementara itu tuntutan gaya hidup sehat yang
berkembang saat ini membuat masyarakat untuk kembali menggunakan produk yang
berasal dari alam. Oleh karenanya, jamu dan obat tradisional sebagai bagian dari
pengobatan herbal dapat menjadi salah satu pilihan pengobatan.
Saat ini kecenderungan masyarakat memilih menggunakan produk herbal sebagai
pengganti obat yang telah diresepkan oleh praktisi kesehatan/dokter semakin meningkat
dengan pertimbangan bahwa herbal merupakan produk alami dan memiliki efek samping
yang minimal, meskipun bukti yang menyajikan bahwa produk herbal itu aman
digunakan masih sangat sedikit. Adapun penelitian terbaru yang menyatakan bahwa
pengobatan herbal itu ragamnya sangat bervariasi baik dari segi komposisi/kandungannya
maupun kualitas produk. Beberapa obat herbal yang telah banyak beredar di pasaran
sangat diharapkan agar terbebas dari kandungan logam berat dan zat lainnya yang dapat
merusak keefektifan dari produk herbal tersebut (Debas, Laxminarayan, & Straus, 2004)
Namun sebagai catatan tambahan ada beberapa negera yang mengeluarkan
peraturan tentang pelarangan menggunakan beberapa jenis tanaman herbal misalnya

2
Aristolochia mengarah ke kanker genitourinaria, Comfrey dan Kava yang dapat
menimbulkan gagal hati (De Smet, 2002), Shekelle et. al (2003) mengatakan bahwa
Ephedra berkaitan dengan serangan jantung dan stroke. Selain itu juga penting untuk
diketahui bahwa produk herbal juga memiliki efek mempengaruhi kinerja obat-obatan
medis karena dapat menghambat atau mempercepat proses reabsorpsi dari obat medis
yang diresepkan (Debas et al., 2004).
B. Definisi Terapi Herbal
Menurut WHO 2005, obat herbal dapat didefinisikan sebagai bahan baku atau
sediaan yang berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang
bermanfaat bagi kesehatan manusia; komposisinya dapat berupa bahan mentah atau bahan
yang telah mengalami proses lebih lanjut yang berasal dari satu jenis tumbuhan atau
lebih. Sediaan herbal diproduksi melalui proses ekstraksi, fraksinasi, purifikasi,
pemekatan atau proses fisika lainnya; atau diproduksi melalui proses biologi. Sediaan
herbal dapat dikonsumsi secara langsung atau digunakan sebagai bahan baku produk
herbal. Produk herbal dapat berisi eksipien atau bahan inert sebagai tambahan bahan aktif
(Hidayat, 2013).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berasal dari bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut,
yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Di Indonesia, obat yang berbahan dasarnya bersumber dari alam dapat dikategorikan
menjadi 3 yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
1. Jamu (empirical based herbalmedicine)
Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman di dalamnya. Pada
umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Jamu
tidak memerlukan pembuktian ilmiah karena telah terbukti dengan bukti empiris
secara turun temurun.
2. Obat herbal terstandar (Scientific based herbal medicine)
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang
dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses ini membutuhkan
peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja
yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, obat jenis ini telah ditunjang dengan
pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan
mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman
3
obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun
kronis. Jadi obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya telah di standarisasi
3. Fitofarmaka (clinical basedherbal medicine)
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan
obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan
bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat
lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip
etika, hingga tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan adanya uji klinik, hal
itu akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di
sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat
herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah.
C. Penggunaan Terapi Herbal
Kesalahpahaman umum mengenai obat-obatan herbal adalah bahwa herbal tidak
memiliki efek samping karena alami. Namun, herbal memang memiliki efek samping dan
mungkin beracun atau beracun jika tidak digunakan dengan tepat. Pertimbangkan
toksisitas produk alami yang banyak digunakan seperti kopi, kokain, dan tembakau.
Dilema lain adalah penggunaan obat herbal sebagai pengganti obat yang diresepkan.
Meskipun herbal mungkin menjadi pilihan yang baik dalam kasus dan kondisi tertentu,
keputusan untuk menolak obat harus didasarkan pada penilaian yang diinformasikan
sepenuhnya dalam kemitraan dengan profesional kesehatan (Lindquist et al., 2014a).
Prinsip pengobatan dengan terapi herbal untuk mengobati ataupun mencegah suatu
penyakit harus memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga pengobatan lebih optimal dan
berhasil. Maka yang perlu diperhatikan adalah memahami penyakit dan kondisi pasien
dan memahami tanaman atau tumbuhan yang digunakan sebagai terapi untuk setiap kasus
penyakit.
Langkah pengobatan penyakit dengan terapi herbal:
1. Diagnosis: mengetahui jenis penyakit dan komplikasi yang menyertai serta
perkembangan kondisi pasien.
2. Terapi Utama: yang bertujuan untuk merancang pengobatan kuratif dengan
penekanan utama pada pengobatan simtomatik. Setelah itu melakukan langkah
konstruktif dengan penekanan pada perbaikan organ yang rusak

4
3. Terapi pendukung: bertujuan untuk memaksimalkan penyembuhan, yaitu menyangkut
gizi, fungsional food, terapi air, pengaturan aktivitas fisik, olah raga, istirahat, dll
Adapun yang menjadi tanggung jawab farmasi dalam menyediakan obat herbal
sebagai alternative terapi komplementer, antara lain : (Heinrich Michael, barnes Joanne,
Gibbons Simon, 2014) :
1. Memastikan bahwa ketersediaan obat herbal atau komplementer lain diperoleh dari
pemasok yang terpercaya
2. Tidak merekomendasikan obat apapun jika obat tersebut diragukan keamanan atau
mutunya
3. Memberikan saran mengenai obat herbal dan terapi komplementer lainnya hanya
jika mereka telah menjalani pelatihan yang sesuai atau memiliki pengetahuan yang
terspesialiasi atau terstandar.
Menurut (Kemenkes RI, 2016), beberapa contoh penggunaan terapi herbal yaitu
sebagai berikut:
1. Mengkudu Untuk Dislipidemia
a. Nama daerah : Pace, kemudu, cengkudu, kodhuk, wengkudu, noni

b. Bagian yang digunakan : Buah


c. Deskripsi tanaman/simplisia
Pohon tinggi 4-8 m, batang berkayu bulat, kulit kasar, penampang batang
muda segi empat, coklat kekuningan. Daun tunggal bulat telur, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata, panjang 10-40 cm, lebar 5-17 cm, tangkai pendek berwarna
hijau. Bunga majemuk berbentuk bonggol, bertangkai di ketiak daun. Buah
bonggol, permukaan tidak teratur, berdaging panjang 5-10 cm, hijau kekuningan.
Biji keras, segitiga, coklat kemerahan. Simplisia berupa irisan buah, warna cokelat,
bau khas, rasa sedikit pahit, dengan ketebalan ± 1 cm, diameter 3-5 cm, dengan
tonjolan-tonjolan biji.
d. Kandungan Kimia

5
Alkaloid seronin, plant steroid, alisarin, lisin, sodium, asam kaprilat, arginin,
prokseronin, antrakuinin, trace elements, fenilalanin, magnesium, terpenoid, dll.
e. Data Keamanan
LD50 ekstrak air etanol buah, daun, akar pada mencit: > 10 g/kg BB. LD50
ekstrak etanol daun per oral pada tikus: > 2000 mg/kg BB. NOEL (no observe
effect level): tidak teramati ES sampai dosis 6.86 g/kg BB (sebanding dengan 90
mL/kgBB jus buah) pada tikus. Pemberian jus buah pada 96 sukarelawan sehat
sampai dosis 750 mL/orang/hari selama 28 hari dinyatakan aman terhadap
parameter biokimia darah, urin dan tanda-tanda vital.
f. Data Manfaat
1) Uji praklinik
Pemberian ekstrak etanol 50% campuran buah dan daun dapat menurunkan
kadar gula darah binatang percobaan. Ekstrak buah, daun dan akar ketiganya
menimbulkan penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida. Pada tikus
dislipidemia yang diinduksi diet tinggi lemak, ekstrak buah, daun dan akar
ketiganya menyebabkan penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL
kolesterol, indeks aterogenik, dan ratio kolesterol total/HDL, secara bermakna.
Ekstrak akar menimbulkan peningkatan HDL. Mekanismse antidislipidemi
Morinda citrifolia melalui beberapa cara antara lain inhibisi biosintesis, absorpsi
dan sekresi lipid. Diduga karena adanya multiple antioxidant yang poten dalam
mengkudu.
2) Uji klinik
Sejumlah 38 perokok mendapat 2 kali 2 ons jus M. citrifolia
(mengkudu)/hari selama 30 hari dibanding plasebo, hasil menunjukkan jus M.
citrifolia menurunkan kadar kolesterol total 7-22%, LDL 6-10%, trigliserida 10-
54%, homosistein 21%, dan meningkatkan HDL kolesterol 10-16%, sedangkan
pada plasebo tidak ada perubahan. Hasil penelitian lainnya dari Badan POM
g. Indikasi : Dislipidemia
2. Jahe Untuk Gastritis
a. Nama daerah : Halia, bahing,
sipode, lahia, alia, jae, sipodeh, jahi, lai, jae, alia, lea , melito, leya, marman.

6
b. Bagian yang digunakan :
Rimpang
c. Deskripsi tanaman/simplisia
Batang tegak. Daun kerap kali jelas 2 baris dengan pelepah yang memeluk batang
dan lidah diantara batas pelepah dan helaian daun. Bunga zygomorph berkelamin
2. Kelopak berbentuk tabung, dengan ujung bertaju, kerap kali terbelah serupa
pelepah. Rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang, cabang pendek pipih,
bentuk bulat telur terbalik, pada setiap ujung cabang terdapat parut melekuk ke
dalam. Potongan bagian luar berwarna coklat kekuningan, beralur memanjang,
kadang ada serat bebas.
d. Kandungan Kimia
Minyak astiri (bisabolene, cineol, phellandrene, citral, borneol, citronellol,
geranial, linalool, limonene, zingiberol, zingiberene, camphene), oleoresin
(gingerol, shogaol), fenol (gingerol, zingeron), enzim proteolitik (zingibain), vit
B6, vit C, Kalsium, magnesium, fosfor, kalium, asam linoleat, gingerol (gol
alkohol pada oleoresin), mengandung minyak astiri 1-3% diantaranya bisabolen,
zingiberen dan zingiberol.
e. Data Keamanan
LD50 6-ginggerol dan 6-shogaol adalah 250-680 mg/kg BB. LD50 ekstrak air pada
mencit adalah 33,5 g/kg BB. Pemberian pada wanita hamil tidak menunjukkan efek
teratogenik.
f. Data Manfaat
Uji praklinik
Ekstrak jahe invitro menghambat pertumbuhan Helicobacter pylori. Penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa ekstrak jahe terstandar menghambat pertumbuhan
H. Pylori invitro dengan kadar hambat minimal 0,78-12,5 μg/mL. Pada studi ini
ekstrak jahe diuji pada model rodent yang diinduksi infeksi H. pylori untuk
menguji efek preventif dan eradikasi infeksi. Ekstrak diberikan dengan dosis 100

7
mg/kg BB/hari selama 3 minggu sebelum infeksi atau 6 minggu pasca infeksi.
Terapi dengan ekstrak jahe terstandar mereduksi jumlah H. pylori dibanding
kontrol dan secara bermakna (P<0,05) mengurangi inflamasi mukosa dan
submukosa baik yang akut maupun kronik, cryptitis, juga degenerasi epitel dan
erosi yang diinduksi oleh H. pylori.
g. Indikasi : Gastritis/ulkus peptik
karena infeksi H pylori (Grade

D. Jenis-Jenis Terapi Herbal


Penggolongan Obat herbal berdasarkan data uji klinik atau sering disebut (Level of
Evidence Grade) oleh Natural Standard/Harvard Medical School yang memusatkan
informasi berbasis evidence mengenai keamanan, bahaya, interaksi, dan dosis, di dalam
formularium ini beberapa obat herbal dibagi menjadi 5 tingkat pembuktian yaitu grade A
bukti ilmiah kuat (strong scientific evidence), grade B bukti ilmiah baik (good scientific
evidence), grade C pembuktian yang tidak jelas atau bukti ilmiah, grade D pembuktian
ilmiah negatif (fair negative scientific evidence), grade E pembuktian ilmiah sangat
negatif (strong negative scientific evidence, tidak ada bukti (lack of evidence) (Kemenkes
RI, 2016).
Berikut jenis terapi herbal beserta indikasi penggunaanya berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Formularium Obat
Herbal Asli Indonesia

No Indikasi Jenis Terapi Herbal


1 Dislipidemia Alpukat, bawang putih, daun dewa, kunyit, mengkudu,
rosela, temulawak
2 Diabetes Brotowali, kayu manis, pare, salam
3 Hipertensi Mengkudu, rosela, seledri
4 Hiperurisemia Anting-anting, sidaguri
5 Analgetik-antipiretik Jambu mede, kencur, pule, sambiloto
6 Obesitas Jati belanda, kemuning
7 Anoreksia Temulawak
8 Diuretik Alang-alang, kumis kucing, meniran, seledri
9 Nefrolitiasis Alang-alang, keji beling, menira, sembung, tempuyung
10 Antiemetik Jahe
11 Paliatif dan suportif Ceplukan, keladi tikus, kunyit putih, manggis,
kanker sambiloto, sirsak

8
12 Supportif penyakit Bawang putih, kunyit, miana, pegagan
jantung dan pembuluh
darah
13 Gastritis Jahe, kapulaga, kunyit, pegagan, temu lawak
14 Artritis Cabe, jahe, kayu putih, sereh
15 Konstipasi Daun sendok, daun wungu, lidah buaya
16 Batuk Adas dan timi
17 Gastroenteritis Daun jambu biji dan sambiloto
18 Insomnia Pala dan valerian (ki saat)
19 Penyakit kulit (panu, Ketepeng china dan pegagan
kadas, kurap)
20 Hepatoprotektor Kunyit, meniran, paliasa, temu lawak
21 Disfungsi ereksi Cabe jawa, pasak bumi, purwoceng, som jawa
22 Ispa Sambiloto
23 Hemoroid Daun wungu
24 Asi (laktogogum) Daun katuk, torbangun, klabet

E. Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Herbal


Beberapa Kelebihan dan kelemahan penggunaan terapi herbal : (Katno, 2002)
1. Kelebihan Obat Tradisional ataupun herbal
Dibandingkan obat-obat modern, memang terapi herbal dan obat-obatan tradisional
lainnya mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
b. Efek samping relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat
Obat akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran,
waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuaian dengan indikasi
tertentu. Efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen
berbeda memiliki efek saling mendukung. (ketepatan takaran/dosis, ketepatan
waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan pemilihan bahan
secara benar, ketepatan pemilihan TO/ramuan OT untuk indikasi tertentu)
c. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat
tradisional/komponen bioaktif tanaman obat.
d. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi
e. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degenerative
2. Kelemahan Produk Herbal / Obat Tradisional
Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain: efek farmakologisnya yang
lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum
dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
Menyadari akan hal ini maka pada upaya pengembangannya ditempuh berbagai cara
9
dengan pendekatan- pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat yang telah
teruji khasiat dan keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta
memenuhi indikasi medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka. Akan
tetapi untuk melaju sampai ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji
farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi berbagai
kelemahan tersebut.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengobatan Herbal adalah pengobatan tradisional atau pengobatan rakyat yang
didasarkan pada pemakaian tumbuhan-tumbuhan dan ekstrak tumbuhan. Bahan herbal adalah
tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan sebagai pemberi aroma, perasa atau untuk
pengobatan. Obat herbal sendiri merupakan produk yang berasal dari tanaman dan digunakan
untuk meningkatkan kesehatan. Banyak obat herbal yang telah digunakan secara empiris
(turun-temurun) sebagai obat dalam pengobatan tradisional.
Pengobatan Herbal telah banyak digunakan masyarakat maupun medis sebagai terapi
pengobatan dalam kesehatan/keperawatan guna untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal
dalam mengobati pasien.

B. Saran
Perlu adanya peningkatan sumber daya manusia dan teknologi yang sebanding
dengan ketersediaan pelestarian bahan baku tanaman obat herbal sehingga pemanfaatan
tanaman herbal dan terapi alternative komplementer bisa tercapai lebih optimal.
Terapi herbal yang banyak beredar di indonesia diharapkan dapat menjadi
pelengkap terapi medis ataupun asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dengan memperhatikan tujuan, dosis, efek samping .yang dapat dilakukan melalui proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cologno, G. D. A. S. C. D. (2014). Herbal therapy in migraine. 35, 135–140.


https://doi.org/10.1007/s10072-014-1757-x
Debas, H. T., Laxminarayan, R., & Straus, S. E. (2004). Chapter 69 Complementary and
Alternative Medicine. 1281–1292.
Hailes, J. (2017). Natural therapies & supplements. Australia: Jean Hailes for Women’s
Health.
Heinrich Michael, barnes Joanne, Gibbons Simon, W. E. M. (2014). Farmakognosi dan
Fitoterapi. Jakarta Indonesia: EGC.
Hidayat, M. A. (2013). Obat Herbal (Herbal Medicine) : Apa Yang Perlu Disampaikan Pada
Mahasiswa Farmasi Dan Mahasiswa Kedokteran. 3. Retrieved from
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JP2/article/view/850/664
Katno. (2002). Back to nature. Trends in Cognitive Sciences, 6(12), 538–539.
Kemenkes RI. (2016). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG FORMULARIUM OBAT HERBAL ASLI
INDONESIA.
Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014a). Complementary & Alternative Therapies
in Nursing (Seventh Ed). New York: Springer Publishing Company.
Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014b). Complementary and Alternative
Therapies in Nursing (seventh). New York: Springer Publishing Company, LLC.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternative Therapies in Nursing.
New York: Springer Publishing Company, LLC.

12

Anda mungkin juga menyukai