Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TUGAS AKUPUNKTUR IBU NIFAS

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN


HOLISTIK DALAM MASA NIFAS
Dosen pembimbing :
Mia novia resna S.ST,Mkes.

Di susun oleh :
1. Tati rohaeti
2. Kusniawati
3. Wafiroh
4. Erni heriyanti
5. Yulianingsih

JURUSAN S1 KEBIDANAN POLTEKES BHAKTI PERTIWI HUSADA CIREBON

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb 

Dengan mengucap syukur kehadirat Illahi Rabbi yang senantiasa memberikan rahmat , serta hidayah-
Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pada Mata Kuliah Farmakologi
dengan judul “Obat Tradisional“. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita nabi
besar Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku
umat nya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan karangan ilmiah ini. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari semua kalangan sangat penulis harapkan. Semoga dapat
bermanfaat. Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Brebes, 28 mei 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Farmakologi Obat Tradisional

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2 Saran

3.3 Kekurangan Obat Tradisional

3.4 Kekurangan Obat Tradisional

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terapi komplementer merupakan bagian integral dari perawatan kesehatan baik di Amerika
Serikat maupun di negara lain. Terapi ini sudah berkembang dan menjadi sistem

kesehatan di dunia barat. Menurut National Center for Complementary and Alternatiνe Medicine
(NCCAM), terapi komplementer adalah bagian dari sistem perawatan
kesehatan, praktek dan produk kesehatan yang saat ini tidak dianggap sebagai bagian dari pengobatan
konvensional. Menurut WHO (2012), bahwa 80 % dari perawatan kesehatan pada negara berkembang
menggunakan perawatan tradisional untuk praktek kesehatan dibandingkan dengan pengobatan barat.
(Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014b).
Terapi komplementer menjadi hal yang penting bagi perawat dan profesional kesehatan lainnya
karena mereka mampu melakukan penilaian holistik terhadap pasien untuk menentukan serangkaian
tindakan perawatan dan penyembuhan yang dapat mereka

gunakan. Melalui terapi komplementer ini, petugas kesehatan mampu mengurangi stres dan fokus
terhadap pasien dan keluarganya (Snyder & Lindquist, 2010).
Salah satu jenis terapi komplementer adalah terapi herbal yang telah digunakan sejak lama dan
penggunaannya semakin meningkat di seluruh dunia. Ada banyak bukti yang mendukung kemanjuran
terapi herbal sebagai "pelengkap" dan pengobatan alternatif dalam menangani berbagai penyakit
(Cologno, 2014).
Perkembangan pelayanan kesehatan tradisional menggunakan ramuan saat ini semakin pesat,
terbukti dari hasil Riskesdas 2010 bahwa persentase penduduk Indonesia yang pernah mengonsumsi
jamu sebanyak 59,12 % yang terdapat pada semua kelompok

umur, baik laki-laki maupun perempuan, di pedesaan maupun di perkotaan. Persentasi penggunaan
tanaman obat berturut-turut adalah jahe (50,36%), diikuti kencur (48,77%),
temulawak (39,65%), meniran (13,93%) dan pace (11,17%). Selain tanaman obat di atas, sebanyak
72,51% menggunakan tanaman obat jenis lain (Kemenkes RI, 2016)

B. TUJUAN

a. Bagaimana sejarah terapi herbal?

b. Jelaskan definisi terapi herbal

c. Bagaimana penggunaan terapi herbal?

d. Jelaskan jenis-jenis terapi herbal

e. Jelaskan kelebihan dan kekurangan terapi herbal

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Terapi Herbal


Pengobatan tertua dan paling banyak digunakan di dunia adalah Pengobatan herbal dengan
menggunakan berbagai jenis tanaman herbal. Jauh sebelum peradaban dunia maju

seperti saat ini, masyarakat terdahulu melakukan pengobatan dengan memanfaatkan apa yang telah
disediakan oleh alam, salah satunya adalah Tanaman (Hailes, 2017).
Herbal, dan produk alami terkait seperti rempah-rempah, adalah bentuk obat tertua dan paling
banyak digunakan di dunia. Penggunaan herbal untuk pengobatan penyakit dan promosi kesejahteraan
telah dilakukan di banyak budaya setidaknya 2.500 tahun. Misalnya, pada abad ke-5 SM, Hippocrates
merekomendasikan daun dan kulit pohon willow (Genus Salix) untuk nyeri dan peradangan
(Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014a). Selain itu, Pada zaman Rasulullah SAW, beliau menggunakan
obat-obat herbal seperti habbatussaudah yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengobati
beberapa

penyakit seperti meningkatkan stamina, mencegah alergi, mengontrol tekanan darah kadar gula dalam
darah, memecah batu ginjal, dll.
Saat ini, Indonesia telah menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Penggunaan Jamu dan
obat tradisional, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Sementara itu tuntutan gaya hidup sehat yang berkembang saat ini membuat masyarakat untuk kembali
menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karenanya, jamu dan obat tradisional sebagai
bagian dari pengobatan herbal dapat menjadi salah satu pilihan pengobatan.
Saat ini kecenderungan masyarakat memilih menggunakan produk herbal sebagai

pengganti obat yang telah diresepkan oleh praktisi kesehatan/dokter semakin meningkat dengan
pertimbangan bahwa herbal merupakan produk alami dan memiliki efek samping
yang minimal, meskipun bukti yang menyajikan bahwa produk herbal itu aman digunakan masih
sangat sedikit. Adapun penelitian terbaru yang menyatakan bahwa pengobatan herbal itu ragamnya sangat
bervariasi baik dari segi komposisi/kandungannya maupun kualitas produk. Beberapa obat herbal yang
telah banyak beredar di pasaran sangat diharapkan agar terbebas dari kandungan logam berat dan zat
lainnya yang dapat merusak keefektifan dari produk herbal tersebut (Debas, Laxminarayan, & Straus,
2004)
Namun sebagai catatan tambahan ada beberapa negera yang mengeluarkan peraturan tentang

pelarangan menggunakan beberapa jenis tanaman herbal misalnya

<
Aristolochia mengarah ke kanker genitourinaria, Comfrey dan Kava yang dapat menimbulkan gagal
hati (De Smet, 2002), Shekelle et. al (2003) mengatakan bahwa Ephedra berkaitan dengan serangan
jantung dan stroke. Selain itu juga penting untuk diketahui bahwa produk herbal juga memiliki efek
mempengaruhi kinerja obat-obatan medis karena dapat menghambat atau mempercepat proses
reabsorpsi dari obat medis

yang diresepkan (Debas et al., 2004).


B. Definisi Terapi Herbal
Menurut WHO 2005, obat herbal dapat didefinisikan sebagai bahan baku atau sediaan yang
berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia; komposisinya dapat berupa bahan mentah atau bahan yang telah mengalami proses lebih
lanjut yang berasal dari satu jenis tumbuhan atau lebih. Sediaan herbal diproduksi melalui proses
ekstraksi, fraksinasi, purifikasi, pemekatan atau proses fisika lainnya; atau diproduksi melalui proses
biologi. Sediaan herbal dapat dikonsumsi secara langsung atau digunakan sebagai bahan baku
produk

herbal. Produk herbal dapat berisi eksipien atau bahan inert sebagai tambahan bahan aktif (Hidayat,
2013).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berasal dari bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Di Indonesia, obat yang berbahan dasarnya
bersumber dari alam dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan
fitofarmaka.
1. Jamu (empirical based herbalmedicine)
Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman di dalamnya. Pada

umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Jamu tidak memerlukan
pembuktian ilmiah karena telah terbukti dengan bukti empiris
secara turun temurun.

2. Obat herbal terstandar (Scientific based herbal medicine)


Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa
tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks
dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun
keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, obat jenis ini
telah ditunjang dengan

pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti standar
kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman

3
obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis. Jadi
obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi
3. Fitofarmaka (clinical basedherbal medicine)

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern
karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan
bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat lmiah, protokol
uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, hingga tempat
pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan adanya uji klinik, hal itu akan lebih meyakinkan para
profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga
bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara
ilmiah.
I. Penkkunaan Terapi Herbal

Kesalahpahaman umum mengenai obat-obatan herbal adalah bahwa herbal tidak memiliki efek
samping karena alami. Namun, herbal memang memiliki efek samping dan
mungkin beracun atau beracun jika tidak digunakan dengan tepat. Pertimbangkan toksisitas produk
alami yang banyak digunakan seperti kopi, kokain, dan tembakau. Dilema lain adalah penggunaan
obat herbal sebagai pengganti obat yang diresepkan. Meskipun herbal mungkin menjadi pilihan yang
baik dalam kasus dan kondisi tertentu, keputusan untuk menolak obat harus didasarkan pada penilaian
yang diinformasikan sepenuhnya dalam kemitraan dengan profesional kesehatan (Lindquist et al., 2014a).
Prinsip pengobatan dengan terapi herbal untuk mengobati ataupun mencegah suatu

penyakit harus memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga pengobatan lebih optimal dan berhasil. Maka
yang perlu diperhatikan adalah memahami penyakit dan kondisi pasien
dan memahami tanaman atau tumbuhan yang digunakan sebagai terapi untuk setiap kasus penyakit.
Langkah pengobatan penyakit dengan terapi herbal:

1. Diagnosis: mengetahui jenis penyakit dan komplikasi yang menyertai serta

perkembangan kondisi pasien.

2. Terapi Utama: yang bertujuan untuk merancang pengobatan kuratif dengan

penekanan utama pada pengobatan simtomatik. Setelah itu melakukan langkah

konstruktif dengan penekanan pada perbaikan organ yang rusak

2
3. Terapi pendukung: bertujuan untuk memaksimalkan penyembuhan, yaitu menyangkut

gizi, fungsional food, terapi air, pengaturan aktivitas fisik, olah raga, istirahat, dll

Adapun yang menjadi tanggung jawab farmasi dalam menyediakan obat herbal sebagai
alternative terapi komplementer, antara lain : (Heinrich Michael, barnes Joanne, Gibbons Simon, 2014) :

1. Memastikan bahwa ketersediaan obat herbal atau komplementer lain diperoleh dari
pemasok yang terpercaya

2. Tidak merekomendasikan obat apapun jika obat tersebut diragukan keamanan atau

mutunya

3. Memberikan saran mengenai obat herbal dan terapi komplementer lainnya hanya jika

mereka telah menjalani pelatihan yang sesuai atau memiliki pengetahuan yang

terspesialiasi atau terstandar.

Menurut (Kemenkes RI, 2016), beberapa contoh penggunaan terapi herbal yaitu sebagai
berikut:

1. Mengkudu Untuk Dislipidemia


a. Nama daerah : Pace, kemudu, cengkudu, kodhuk, wengkudu, noni

b. Bagian yang digunakan : Buah

c. Deskripsi tanaman/simplisia
Pohon tinggi 4-8 m, batang berkayu bulat, kulit kasar, penampang batang muda segi
empat, coklat kekuningan. Daun tunggal bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,
panjang 10-40 cm, lebar 5-17 cm, tangkai pendek berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk
bonggol, bertangkai di ketiak daun. Buah bonggol, permukaan tidak teratur, berdaging panjang
5-10 cm, hijau kekuningan. Biji keras, segitiga, coklat kemerahan. Simplisia berupa irisan buah,
warna cokelat, bau khas, rasa sedikit pahit, dengan ketebalan ± 1 cm, diameter 3-5 cm, dengan
tonjolan-tonjolan biji.
d. Kandungan Kimia

4
Alkaloid seronin, plant steroid, alisarin, lisin, sodium, asam kaprilat, arginin, prokseronin,
antrakuinin, trace elements, fenilalanin, magnesium, terpenoid, dll.
e. Data Keamanan
LD50 ekstrak air etanol buah, daun, akar pada mencit: > 10 g/kg BB. LD50 ekstrak
etanol daun per oral pada tikus: > 2000 mg/kg BB. NOEL (no observe

effect level): tidak teramati ES sampai dosis 6.86 g/kg BB (sebanding dengan 90 mL/kgBB
jus buah) pada tikus. Pemberian jus buah pada 96 sukarelawan sehat
sampai dosis 750 mL/orang/hari selama 28 hari dinyatakan aman terhadap
parameter biokimia darah, urin dan tanda-tanda vital.
f. Data Manfaat

1) Uji praklinik
Pemberian ekstrak etanol 50% campuran buah dan daun dapat menurunkan kadar gula
darah binatang percobaan. Ekstrak buah, daun dan akar ketiganya menimbulkan penurunan
kadar kolesterol total dan trigliserida. Pada tikus

dislipidemia yang diinduksi diet tinggi lemak, ekstrak buah, daun dan akar ketiganya
menyebabkan penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL
kolesterol, indeks aterogenik, dan ratio kolesterol total/HDL, secara bermakna. Ekstrak akar
menimbulkan peningkatan HDL. Mekanismse antidislipidemi Morinda citrifolia melalui
beberapa cara antara lain inhibisi biosintesis, absorpsi dan sekresi lipid. Diduga karena adanya
multiple antioxidant yang poten dalam mengkudu.
2) Uji klinik
Sejumlah 38 perokok mendapat 2 kali 2 ons jus M. citrifolia

(mengkudu)/hari selama 30 hari dibanding plasebo, hasil menunjukkan jus M. citrifolia


menurunkan kadar kolesterol total 7-22%, LDL 6-10%, trigliserida 10-
54%, homosistein 21%, dan meningkatkan HDL kolesterol 10-16%, sedangkan pada
plasebo tidak ada perubahan. Hasil penelitian lainnya dari Badan POM
g. Indikasi : Dislipidemia

2. Jahe Untuk Gastritis

a. Nama daerah : Halia, bahing,


sipode, lahia, alia, jae, sipodeh, jahi, lai, jae, alia, lea , melito, leya, marman.

1
b. Bagian yang digunakan :
Rimpang
i. Deskripsi tanaman/simplisia
Batang tegak. Daun kerap kali jelas 2 baris dengan pelepah yang memeluk batang dan lidah
diantara batas pelepah dan helaian daun. Bunga zygomorph berkelamin
2. Kelopak berbentuk tabung, dengan ujung bertaju, kerap kali terbelah serupa pelepah. Rimpang
agak pipih, bagian ujung bercabang, cabang pendek pipih, bentuk bulat telur terbalik, pada
setiap ujung cabang terdapat parut melekuk ke dalam. Potongan bagian luar berwarna coklat
kekuningan, beralur memanjang, kadang ada serat bebas.
b. Kandungan Kimia
Minyak astiri (bisabolene, cineol, phellandrene, citral, borneol, citronellol, geranial, linalool,
limonene, zingiberol, zingiberene, camphene), oleoresin (gingerol, shogaol), fenol (gingerol,
zingeron), enzim proteolitik (zingibain), vit B6, vit C, Kalsium, magnesium, fosfor, kalium,
asam linoleat, gingerol (gol alkohol pada oleoresin), mengandung minyak astiri 1-3%
diantaranya bisabolen, zingiberen dan zingiberol.
e. Data Keamanan
LD50 6-ginggerol dan 6-shogaol adalah 250-680 mg/kg BB. LD50 ekstrak air pada mencit
adalah 33,5 g/kg BB. Pemberian pada wanita hamil tidak menunjukkan efek teratogenik.
f. Data Manfaat
Uji praklinik
Ekstrak jahe invitro menghambat pertumbuhan Helicobacter pylori. Penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa ekstrak jahe terstandar menghambat pertumbuhan
H. Pylori invitro dengan kadar hambat minimal 0,78-12,5 µg/mL. Pada studi ini ekstrak jahe
diuji pada model rodent yang diinduksi infeksi H. pylori untuk menguji efek preventif dan
eradikasi infeksi. Ekstrak diberikan dengan dosis 100

;
mg/kg BB/hari selama 3 minggu sebelum infeksi atau 6 minggu pasca infeksi. Terapi dengan
ekstrak jahe terstandar mereduksi jumlah H. pylori dibanding kontrol dan secara bermakna
(P<0,05) mengurangi inflamasi mukosa dan submukosa baik yang akut maupun kronik,
cryptitis, juga degenerasi epitel dan erosi yang diinduksi oleh H. pylori.

g. Indikasi : Gastritis/ulkus peptik


karena infeksi H pylori (Grade

D. Jenis-Jenis Terapi Herbal


Penggolongan Obat herbal berdasarkan data uji klinik atau sering disebut (Level of Evidence
Grade) oleh Natural Standard/Harvard Medical School yang memusatkan informasi berbasis evidence
mengenai keamanan, bahaya, interaksi, dan dosis, di dalam formularium ini beberapa obat herbal dibagi
menjadi 5 tingkat pembuktian yaitu grade A

bukti ilmiah kuat (strong scientific evidence), grade B bukti ilmiah baik (good scientific evidence),
grade C pembuktian yang tidak jelas atau bukti ilmiah, grade D pembuktian
ilmiah negatif (fair negative scientific evidence), grade E pembuktian ilmiah sangat negatif (strong
negative scientific evidence, tidak ada bukti (lack of evidence) (Kemenkes RI, 2016).
Berikut jenis terapi herbal beserta indikasi penggunaanya berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia

NoIndikasi Jenis Terapi Herbal


1Dislipidemia Alpukat, bawang putih, daun dewa, kunyit, mengkudu,
rosela, temulawak
2 Diabetes Brotowali, kayu manis, pare, salam Mengkudu, rosela,
3 Hipertensi seledri
4 Hiperurisemia Anting-anting, sidaguri
5 Analgetik-antipiretik Jambu mede, kencur, pule, sambiloto Jati belanda,
6 Obesitas kemuning
7 Anoreksia Diuretik Temulawak
8 Nefrolitiasis Alang-alang, kumis kucing, meniran, seledri
9 Antiemetik Alang-alang, keji beling, menira, sembung, tempuyung Jahe
10
11
Paliatif dan suportif Ceplukan, keladi tikus, kunyit putih, manggis,
kanker
sambiloto, sirsak

8
12Supportif penyakitBawang putih, kunyit, miana, pegagan
jantung dan pembuluh
darah
GastritisJahe, kapulaga, kunyit, pegagan, temu lawak
ArtritisCabe, jahe, kayu putih, sereh
KonstipasiDaun sendok, daun wungu, lidah buaya

167BGatsutrkoenteritisADdauasn djaamn btiumbiiji dan sambiloto


InsomniaPala dan valerian (ki saat)
Penyakitkulit(panu,Ketepeng china dan pegagan

kadas, kurap)
Hepatoprotektor Kunyit, meniran, paliasa, temu lawak
Disfungsi ereksi Cabe jawa, pasak bumi, purwoceng, som jawa Sambiloto
Ispa Daun wungu
Hemoroid Daun katuk, torbangun, klabet
Asi (laktogogum)

E. Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Herbal

Beberapa Kelebihan dan kelemahan penggunaan terapi herbal : (Katno, 2002)


1. Kelebihan Obat Tradisional ataupun herbal
Dibandingkan obat-obat modern, memang terapi herbal dan obat-obatan tradisional lainnya
mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
b. Efek samping relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat
Obat akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara
penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuaian dengan indikasi tertentu. Efek sampingnya relatif
rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung.
(ketepatan takaran/dosis, ketepatan

waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan pemilihan bahan


secara benar, ketepatan pemilihan TO/ramuan OT untuk indikasi tertentu)

c. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat

tradisional/komponen bioaktif tanaman obat.

d. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi

e. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degenerative

2. Kelemahan Produk Herbal / Obat Tradisional


Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain: efek farmakologisnya yang lemah, bahan
baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum

dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.


Menyadari akan hal ini maka pada upaya pengembangannya ditempuh berbagai cara

9
dengan pendekatan- pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat yang telah teruji khasiat
dan keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis;
yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka. Akan tetapi untuk melaju sampai ke produk
fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa
menjawab dan mengatasi berbagai

kelemahan tersebut.

10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengobatan Herbal adalah pengobatan tradisional atau pengobatan rakyat yang

didasarkan pada pemakaian tumbuhan-tumbuhan dan ekstrak tumbuhan. Bahan herbal adalah tanaman atau bagian
dari tanaman yang digunakan sebagai pemberi aroma, perasa atau untuk
pengobatan. Obat herbal sendiri merupakan produk yang berasal dari tanaman dan digunakan untuk
meningkatkan kesehatan. Banyak obat herbal yang telah digunakan secara empiris (turun-temurun) sebagai
obat dalam pengobatan tradisional.
Pengobatan Herbal telah banyak digunakan masyarakat maupun medis sebagai terapi pengobatan
dalam kesehatan/keperawatan guna untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dalam mengobati pasien.

B. Saran
Perlu adanya peningkatan sumber daya manusia dan teknologi yang sebanding
dengan ketersediaan pelestarian bahan baku tanaman obat herbal sehingga pemanfaatan tanaman herbal
dan terapi alternative komplementer bisa tercapai lebih optimal.
Terapi herbal yang banyak beredar di indonesia diharapkan dapat menjadi pelengkap terapi
medis ataupun asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan memperhatikan tujuan,
dosis, efek samping .yang dapat dilakukan melalui proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi.

11
DAATA\ PTSTAKA

Cologno, G. D. A. S. C. D. (2014). Herbal therapy in migraine. 35, 135—140.


https://doi.org/10.1007/s10072-014-1757-x

Debas, H. T., Laxminarayan, R., & Straus, S. E. (2004). Chapter 69


Complementary and Alternatiνe Medicine. 1281—1292.
Hailes, J. (2017). Natural therapies & supplements. Australia: Jean Hailes for
Women’s Health.
Heinrich Michael, barnes Joanne, Gibbons Simon, W. E. M. (2014).
Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta Indonesia: EGC.
Hidayat, M. A. (2013). Obat Herbal (Herbal Medicine) : Apa Yang Perlu
Disampaikan Pada Mahasiswa Farmasi Dan Mahasiswa Kedokteran.
3. Retrieved from
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JP2/article/view/850/664

Katno. (2002). Back to nature. Trends in Cognitiνe Sciences, 6(12), 538—539.


Kemenkes RI. (2016). PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 20l6 TENTANG
FORMULARIUM OBAT HERBAL ASLI INDONESIA.
Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014a). Complementary &
Alternatiνe Therapies in Nursing (Seventh Ed). New York: Springer
Publishing Company.
Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014b). Complementary and
Alternatiνe Therapies in Nursing (seventh). New York: Springer
Publishing Company, LLC.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternatiνe
Therapies in Nursing.

New York: Springer Publishing Company, LLC.

Anda mungkin juga menyukai