EVIDANCE BASED
DOSEN
Nama Penyusun:
REZA FEBIARDI
202000000010
TAHUN 2020/2021
Hipertensi Kehamilan
Dari beberapa jurnal ini kejadian hipertensi pada ibu hamil ada beberapa
hipertensi pada ibu hamil. Disarankan pada Puskemas agar melakukan promosi
badan agar tetap ideal, mengurangi interaksi dengan perokok, serta menjaga
agar tidak stress dan juga agar melalukan pemeriksaan tekanan darah saat
kehamilansebelumnya.
Setiap tahun terjadi peningkatan kasus ibu hamil dengan hipertensi. Dari 102
orang ibu hamil yang mengalami hipertensi, kemudian bertambah menjadi 148
orang ibu hamil yang mengalami hipertensi. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi lebih awal ibu hamil dengan hipertensi yaitu
frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal care (ANC) oleh tenaga kesehatan
kenaikan tekanan darah pada ibu hamil yang pada akhinya dapat membantu
ANALISA JURNAL
KejadianHipertensi DalamKehamilan
Sampel pada penelitian ini yaituibu hamil di Poli Rawat Jalan Obstetri
danGinekologiRSUDTugurejoSemarangbulanOktober-
dimana usiamerupakanfaktoryangpalingberpengaruh.
AnalisisdilakukanmenggunakanujistatistikFisherExactdenganderajat
hipertensigrade1dan2padaibuhamildenganp-
value0,012(<0,05)sertaadahubunganantarastresdengankejadian hipertensi
penelitianiniadalahterdapathubunganantarapolamakandanstresdengankejadianh
angkakejadianhipertensipadaibuhamildiperlukanpengendalianfaktorrisikohipert
ensidalamkehamilan
adalahseluruhIbuhamilyangusiakehamilannya20minggukeatas,denganjumlahs
kejadian
hipertensipadaibuhamiladalaholaragaibuhamil,konsumsigaramdanumur.Variab
penyakit hipertensi seperti melakukan menjaga berat badan agar tetap ideal,
mengurangi interaksi dengan perokok, serta menjaga agar tidak stress dan juga
agar melalukan pemeriksaan tekanan darah saat hamil terutama bagi yang
Sampel penelitian ini adalah ibu hamil dengan pengambilan sampel secara
diperoleh bahwa umur ibu merupakan faktor risiko hipertensi dengan nilai OR
= 2,566, status bekerja ibu merupakan faktor risiko hipertensi dengan nilai OR
= 3,916, konsumsi fast food merupakan faktor risiko hipertensi dengan nilai
nilai OR = 2,352.Disarankan bagi ibu hamil memiliki umur risiko tinggi tetap
ini.
KejadianHipertensiDiRsuGmimPancaranKasihManado
Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik dengan
Teknikpengambilansampelmenggunakantotalsamplingdenganjumlahsebanyak
32sampel.Pengumpulandatamenggunakanlembarobservasi,sphygmomanomete
hipertensipadaibu hamil.
Bojongsalaman,Semarang
asupanzatgiziyangberhubungandengankejadianhipertensipadawanitamenopaus
eadalahmagnesium.Sedangkanasupankalsiumdankaliumdalampenelitianinitida
kberhasilmembuktikanadanyahubungan dengankejadianhipertensi
Perdarahan post partum
a. Telaah jurnal
b. Analisis jurnal
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Di Rsud Indramayu
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian,
dimana ketika dalam fase kehamilan, persalinan, dan nifas yang menyebabkan pada pengelolaannya memiliki sebab lain seperti halnya pada
kecelakaan atau terjatuh pada tiap 100.000 kelahiran dalam hidup. Berdasarkan SDKI tahun 2017 diketahui bahwa AKI mencapai 305 per
kelahiran hidup yang disebabkan karna perdarahan 38,24% (111,2 per 100.000 kelahiran hidup), pre-eklampsia berat 26,47% (76,97 per 100.000
kelahiran hidup), akibat penyakit bawaan 19,41 (56,44 per 100.000 kelahiran hidup), dan infeksi 5,88% (17,09 per 100.000 kelahiran hidup)
(Kemenkes RI, 2019)
Faktor yang sering disebabkan dalam angka kematian pada ibu bersalin adalah perdarahan post partum (Depkes, 2010). Definisi
perdarahan post partum ini yaitu suatu perdarahan yang melebihi dari 500 ml selama 24 jam setelah anak dilahirkan. Perdarahan post partum
adalah perdarahan setelah anak lahir melebihi 500ml (Wiknjosastro, 2010).
ada hubungan pre-eklamsia dengan kejadian perdarahan post partum (p 0,003 < α 0,5). Ada hubungan umur dengan kejadian perdarahan
post partum (p 0,002 < α 0,5). Ada hubungan paritas dengan kejadian perdarahan post partum (p 0,001 < α 0,5).
Menurut (I.B.G, 2012) beberapa faktor resiko perdarahan antara lain faktor ibu dan faktor janin. Resiko faktor ibu antara lain umur dan
paritas resiko tinggi, jarak kehamilan, anemia, hipertensi, preeklamsia, riwayat kuretase, ketuban pecah dini, partus lama, presipitatus, infeksi,
penyakit jantung, atonia uteri, ruptur perineum, retensio plasenta, tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), inversio uterus, trauma jalan lahir,
penyakit darah, hematoma, persalinan lama, riwayat sc, dan subinvolusi uterus. Sementara faktor janin antara lain kelainan letak janin, janin
besar, kehamilan ganda, trauma janin dan lain-lain.
Perdarahan post partum adalah perdarahan ketika berada pada kalam IV yang lebih dari 500 dalam 24 jam setelah anak dan plasenta
dilahirkan (Wiknjosastro, 2010). 500 ml darah akan hilang pada perdarahan ini ketika setelah kelahiran. Perdarahan Post partum diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu Early Post partum: Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir, Late Post partum : Terjadi setelah lebih dari 24 jam pertama
setelah bayi dilahirkan.
Dari hasil tersebut diharapkan responden dapat merencanakan kehamilan lebih memperhatikan jumlah paritas dan jika paritas resiko
terjadinya perdarahan post partum maka hendaknya selalu rajin konsultasi ke bidan atau dokter sesuai jadwal yang dianjurkan. Tenaga kesehatan
pun hendaknya lebih aktif lagi memberikan informasi tentang bahaya perdarahan post partum pada setiap ibu post partum dan memberikan
konseling agar ibu post partum dapat terhindar dari perdarahan post partum.
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Tahun 2015
Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama kematian ibu. Ibu hamil dengan paritas 1 dan lebih dari 3 memiliki resiko untuk terjadi
perdarahan postpartum.
Hasil Penelitian karakteristik ibu nifas di RSUD Sleman sebagian besar umur tidak beresiko sebanyak 82 orang (68,3%), dan anemia
sebanyak 69 orang (57,5%). Paritas nifas di RSUD Sleman sebagian besar tidak beresiko sebanyak 66 orang (55%). Analisis bivariat diperoleh
ada hubungan paritas dengan kejadian perdarahan postpartum di RSUD Sleman yang ditunjukkan dengan nilai p= 0,002; C= 27,3%, OR= 3,449.
Kematian ibu (maternal mortality) menjadi ukuran dalam menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan (maternity care). Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat
Penyebab kematian ibu yang paling utama adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi masa purpereum 8%, partus
lama dan abortus 5% serta emboli 3%.Masalah perdarahan yang menduduki peringkat tertinggi Faktor yang menyebabkan terjadinya perdarahan
postpartum diantaranya adalah adanya atonia uteri, retensio plasenta, plasenta restan, laserasi jalan lahir dan faktor bekuan darah.
Sedangkan faktor predisposisi terjadinya perdarahan postpartum yang antara lain adalah hidramnion, gemeli, paritas, dan usia. Paritas
berhubungan secara bernakna dengan kejadian perdarahan postpartum. Ibu hamil dengan paritas 1 dan lebih dari 3 memiliki resiko untuk terjadi
perdarahan postpartum dibandingkan ibu hamil yang dengan paritas 2-3. Insiden perdarahan postpartum meningkat pada perempuan dengan
paritas tinggi. Adapun komplikasi yang terjadi pada perdarahan postpartum yaitu : syok hipovolemik, anemia berkelanjutan, infeksi puerperium
dan terjadinya sindrom sheehan dan nekrosis hipofisis anterior.
Hubungan Karakteristik Ibu Inpartu Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum Di Rsu Budi Kemuliaan Periode Tahun 2019
Perdarahan postpartum adalah perdarahan sebanyak 500 ml atau lebih yang terjadi setelah bayi lahir. Pada tahun 2013, angka kematian ibu
tertinggi di Indonesia disebabkan oleh perdarahan postpartum sebanyak 30,3%.
Perdarahan postpartum (pasca persalinan) adalah perdarahan sebanyak 500 ml atau lebih selama 24 jam pertama yang terjadi setelah bayi
lahir dimana perdarahan tersebut lebih dari normal, dan menyebabkan perubahan tanda vital seperti kesadaran menurun, pucat, berkeringat
dingin, serta tensi 100/menit. Setelah 24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late postpartum hemorrhage.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan postpartum yaitu usia, jumlah paritas, jarak antar kelahiran, riwayat persalinan dan
kehamilan sebelumnya, anemia, dan pengetahuan ibu terhadap tanda-tanda perdarahan postpartum. Faktor lain yang berhubungan dengan
perdarahan postpartum yaitu pada keadaan preeklamsia berat dimana bisa ditemukan defek koagulasi dan volume darah ibu yang kecil yang
akan memperberat penyebab perdarahan postpartum (Chunningham, 2010).
Hasil uji statistik chi square menunjukkan karakteristik ibu inpartu dengan anemia dan jenis persalinan pervaginam memiliki hubungan
yang bermakna terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan nilai p = 0,001 (p<0,05). untuk status anemia dan nilai p = 0,000 (p<0,05)
untuk jenis persalinan pervaginam. Pentingnya pemantauan kesehatan ibu hamil oleh tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya anemia dan
memberikan asuhan persalinan yang berkualitas dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum.
1. Asfeksia
a. Telaah jurnal
b. Analisis jurnal
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Sanjiwani, Gianyar
Masa neonatus merupakan waktu yang paling rentan untuk kelangsungan hidup seorang bayi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2016
menunjukkan kematian neonates mencapai 2,6 Juta. Angka ini menyumbangkan 46% dari seluruh kematian anak berusia dibawah 5 tahun dan menunjukkan
bahwa sekitar 7000 neonatus meninggal setiap harinya.
penelitian menunjukkan dari 162 sampel, sebanyak 46,9% bayi baru lahir mengalami asfiksia. Berdasarkan hasil uji bivariat didapatkan hubungan yang
bermakna antara kejadian asfiksia neonatorum dengan ketuban pecah dini (PR=1,748, p=0,041, IK 95% 1,211 - 3,582), metode persalinan (PR=1,975,
p=0,039: IK 95% 1,032 – 3,780), berat badan lahir rendah (PR=3,662, p=0.001; IK 95% 1,733 - 7,738), prematur (PR=2,461, p=0.014; IK 95% 1,185 - 5,114)
dan kelainan plasenta (PR=8,623, p=0,018; IK 95% 1,036 - 71,785).
Terdapat berbagai faktor risiko yang telah diteliti sebagai penyebab asfiksia. Faktor tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu faktor ibu, faktor bayi dan
faktor plasenta. Faktor dari ibu yang telah diteliti dapat meningkatkan risiko terjadinya asfiksia diantaranya usia maternal, ketuban pecah dini (KPD), partus
lama dan penyakit pada ibu seperti preeklampsia. Faktor dari bayi diantaranya, prematuritas, berat badan lahir rendah (BBLR) dan metode persalinan. Faktor
plasenta yaitu kelainan pada plasenta seperti plasenta previa dan solusio plasenta
3 Google Embrio: Jurnal Kebidanan Kartika Adyani Diet Kalsium Pada Ibu Hamil Http://Jurnal.Unipasby.Ac.Id/Inde
scholer (Mei 2020), Volume 12, x.Php/Embrio/Article/View/2278
Nomor 1 P-Issn: 2089-8789 E-
Issn: 2714-7886
4 Google Indonesian Journal Of Reni Nofita Korelasi Waktu Pemberian Http://Jurnal.Unw.Ac.Id:1254/Ind
scholer Midwivery (Ijm) Vol 1: No 1 Kalsium, Dan Kepatuhan ex.Php/Ijm/Article/View/39
(2018) Issn 2615-5095 Konsumsi Kalsium Dengan
(Online) Kejadian Resiko Tinggi Pre
Eklamsia Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat
5 Google Jurnal Kesehatan Masyarakat Ella Febriana Hubungan Asupan Natrium, Https://Ejournal3.Undip.Ac.Id/Ind
scholer (E-Journal) Volume 5, Nomor Kalsium Dan Magnesium ex.Php/Jkm/Article/View/18733/1
4, Oktober 2017 (Issn: 2356- Dengan Tekanan Darah Pada Ibu 7811
3346) Hamil Trimester Ii Dan Iii (Studi
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bulu Kabupaten Temanggung)
Analisis
ASUPAN KALSIUM DAN TINGKAT KECUKUPAN KALSIUM PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN JEMBER
Kalsium selama kehamilan selain penting bagi kesehatan tulang ibu dan janin, diperlukan pula untuk mencegah hipertensi dalam
kehamilan. Wanita hamil di negara berkembang umumnya memiliki asupan kalsium yang rendah. Selama ini belum banyak data mengenai
asupan kalsium pada ibu hamil di Indonesia.
Kebutuhan kalsium meningkat selama hamil. Selain penting bagi kesehatan tulang ibu dan janin, asupan kalsium yang cukup dapat
mengurangi kejadian hipertensi selama kehamilan.3 Studi epidemiologis dan klinis telah menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan
antara asupan kalsium dan perkembangan hipertensi dalam kehamilan meskipun dampaknya bervariasi bergantung dari asupan kalsium
baseline dan faktor risiko yang ada
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 81.2% ibu hamil memiliki tingkat kecukupan kalsium yang berada dalam kategori kurang.
Asupan kalsium dari pangan memenuhi 67.6% EAR (Estimated Average Requirement) kalsium ibu hamil. Terdapat hubungan signifikan
antara frekuensi konsumsi susu dan olahannya (r=0.721, p=0.000), lauk hewani (r=0.595, p=0.000), sayuran (r=0.463, p=0.000), dan
jajanan (r=0.429, p=0.000) dengan tingkat kecukupan kalsium subjek.
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PENGGUNAAN TABLET KALSIUM LAKTAT PADA IBU HAMIL
Kebutuhan kalsium meningkat selama kehamilan, selain penting bagi kesehatan tulang ibu dan janin, diketahui pula asupan kalsium
yang cukup dapat mengurangi kejadian hipertensi dalam kehamilan dan mencegah kelahiran prematur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih 324 Syntax Literate, Vol. 5, No. 7, Juli 2020 dari setengah (69,2%) ibu hamil yang tidak
menggunakan tablet kalsium laktat dan kurang dari setengah (33,0%) ibu hamil berpengetahuan kurang. Ada hubungan pengetahuan
dengan penggunaan tablet kalsium laktat pada ibu hamil di UPTD Puskesmas Cikijing Kabupaten Majalengka Tahun 2019 ( value =
0,014). Petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan tentang tablet kalsium laktat pada ibu hamil guna mencegah mengurangi risiko
preeklampsia dan mencegah kelahiran prematur serta memotivasi ibu hamil untuk mengkonsumsi kalsium laktat selama kehamilan sesuai
dengan dosis dan petunjuk terutama bagi ibu hamil yang sering mengeluh keram atau kesemutan serta berisiko osteoporosis.
Pendidikan gizi dan konseling selama kehamilan digunakan secara luas untuk memperbaiki status gizi ibu hamil. Systematic review
dan meta-analysis mengenai pengaruh pendidikan gizi dan konseling selama kehamilan menunjukkan adanya peningkatan outcome
kesehatan ibu dan bayi, termasuk meningkatnya kepatuhan mengonsumsi suplemen yang dianjurkan dan peningkatan asupan gizi ibu
hamil (Olude, 2012). Petugas kesehatan berperan dalam pendidikan gizi dan konseling ibu hamil kaitannya dalam meningkatkan
pengetahuan ibu (Camargo et al., 2013) (Agueh et al., 2015). Konseling mengenai suplementasi kalsium dan Hipertensi Dalam Kehamilan
(HDK) yang dilakukan dengan baik oleh petugas diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen
kalsium. Kemudian dapat memenuhi kebutuhan kalsium ibu hamil dan dapat mengurangi risiko terjadinya Hipertensi Dalam Kehamilan.
KORELASI WAKTU PEMBERIAN KALSIUM, DAN KEPATUHAN KONSUMSI KALSIUM DENGAN KEJADIAN RESIKO
TINGGI PRE EKLAMSIA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT
Menurut data yang dikeluarkan WHO, kekurangan kalsium bisa menyebabkan 200 jenis penyakit. Pada ibu hamil kekurangan
kalsium dapat beresiko terhadap kejadian preeklamsia pada kehamilan.
Kekurangan kalsium pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan pada janinnya seperti pembentukan janin kurang sempurna,
tulang dan giginya. Sedangkan pada ibu hamil kekurang kalsium bisa mengakibatkan osteoporosis dini, sakit gigi dank ram. Kekurangan
asupan kalsium didapatkan pada sebagian besar kasus study yang berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Kejadian hipertensi
disebabkan antar lain zal gizi dalam makanan.(Mulya, 2014)
Menurut “The National Academy of Sciences dan National Osteoporosis Foundation” di Amerika Serikat merekomendasikan wanita
hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak kalsium, yaitu setidaknya 1500 mg/hari. Jauh lebih banyak dibanding kebutuhan kalsium
pada manusia biasa yang hanya 1.000 mg per hari. Ibu yang tidak mengkomsumsi cukup kalsium dari makanan memerlukan suplemen
kalsium tambahan. Untuk dapat memenuhi kecukupan kalsium ibu hamil dapat memperoleh jenis makan tinggi kalsium yaitu diantar lain
susu kedelai, sayur brokoli, kacang kedelai dan ikan salmon. (Mulya, 2014)
Hasil penelitian didapatkan 69,3% beresiko mengalami preeklamsia, sebanyak 46 responden (52,3%) ibu hamil lebih banyak dengan
paritas multipara dibanding primipara, sebanyak 49 responden (55,7%) memiliki lila > 23,5 cm, sebanyak 62 responden (70,5%) memiliki
tinggi badan > 145 cm, dan 43.1% responden waktu pemberian kalsium paling banyak diberikan pada usia kehamilan 13 sampai 28
minggu (Trimester 2), serta kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi kalsium berdasarkan data penelitian lebih banyak pada ibu hamil
yang tidak patuh mengkonsumsi kalsium yaitu sebesar 53,3%.
Hubungan Asupan Natrium, Kalsium dan Magnesium dengan Tekanan Darah pada Ibu Hamil Trimester II dan III (Studi di
Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Temanggung)
Target Angka Kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu
berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015
Mineral kalsium dan magnesium selama ini diketahui dapat menurunkan tekanan darah. Mineral-mineral tersebut menghambat
terjadinya konstriksi pembuluh darah yang menyebabkan penurunan resistensi perifer sehingga terjadi penurunan tekanan darah. Selama
ini penelitian epidemiologi tentang asupan kalsium dan magnesium dalam menurunkan tekanan darah masih kontroversial.
Ada beberapa zat gizi mikro yang memiliki hubungan dengan tekanan darah seperti natrium, kalsium dan magnesium. Suatu
penelitian membuktikan adanya hubungan antara tingginya asupan natrium dengan tingginya tekanan darah, namun ditemukan juga bahwa
asupan tinggi natrium tidak meningkatkan tekanan darah pada semua orang. Kepekaan individu terhadap asupan rendah garam yang
berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor genetik dan usia
b. Gurita
Pengaruh Pemakaian Bengkung Terhadap Nyeri Punggung Pada Ibu Nifas di Desa Keling Kecamatan Pare Kabupaten Kediri
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan bengkung pada nyeri punggung pada ibu nifas (nilai p =0,006, CI = 95%).
Penggunaan bengkung yang dilakukan dengan prosedur yang aman dapat membantu wanita postpartum untuk mengurangi
ketidaknyamanan selama pemulihan kesehatan, salah satunya mengurangi nyeri punggung pada postpartum.
Analysis Of The Use Of Bengkung And Herbaldrinks In Post Partum Mother In Rancabango Village Patokbeusi Subang In 2020
Untuk kembalinya otot perut hari ke-7 Didapatkan hasil nilai p 0,317 dan hari ke 40 p 0,358 sehingga tidak ada pengaruh penggunaan
bengkung dan herbal pada kembalinya otot perut ibu. Kebugaran ibu nifas hari ke 7 diperoleh hasil p 0,218 sehingga tidak ada pengaruh
penggunaan bengkung dan herbal pada kebugaran ibu.Sedangkan pada kebugaran ibu nifas hari ke 40 diperoleh hasil p0,023 sehingga
ada pengaruh penggunaan bengkung dan minuman herbal pada kebugaran ibu nifas di Desa Rancabango Kecamatan Patokbeusi Subang.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara penggunaan bengkung dan minuman herbal terhadap kembalinya otot
perut ibu nifas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 14 responden (36,8%) tidak melakukan tradisi nifas seperti memakai bengkung/gurita dan
mengalami involusi rahim normal. Hasil analisis data menggunakan Chi Square diperoleh (ρ = 0,744). Dapat disimpulkan bahwa tidak
ada korelasi antara tradisi pascapersalinan memakai bengkung dengan keterlibatan involusi Rahim
Efektivitas Bengkung Dan Gurita Terhadap Involusi Uterus Dan Pengeluaran Lochea Di Puskesmas Keling Kabupaten Kediri
Berdasarkan uji statistik Chi square test bisa disimpulkan bahwa H1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan kejadian involusi uterus.
Berdasarkan uji statistik kruskall wallis test bisa disimpulkan bahwa H1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan kejadian pengeluaran
lochea. Rekomendasi dari penelitian ini adalah ibu nifas boleh memakai bengkung atau gurita denga tehnik yang benar karena bisa
membantu pemulihan kesehatannya.
c. Tanpon vagina
Test ini mendapatkan hasil yang dianggap positif, Namun, jika kemungkinan dilakukan histerektomi akan dihindari. Dalam studi ini,
14 dari 16 wanita (87%) dengan perdarahan yang banyak merespon secara positif. Dari wanita yang tidak merespon, satu terus
berdarah karena serviks yang terabaikan ekstensi insisi uterus transversal bawah di persalinan sesar. Intervensi akhir pada 1 kasus
tersebut dengan menggunakan Balon urologi tamponade telah berhasil digunakan.
Penelitian ini mengembangkan dua sistem tamponade intrauterin untuk mempertahankan penempatan balon yang tepat. Salah
satunya
adalah penutup poros dengan sistem perlengkapannya dan "sistem balon Kyoto" yang dirancang untuk memberikan tekanan
langsung
ke rongga rahim bagian atas. Kemanjuran sistem tamponade bal-loon intrauterine dievaluasi menggunakan model rongga Rahim
postpartum silikon tiga dimensi yang dicetak. Hasilnya perpindahan balon selama inflasi menunjukkan bahwa penutup poros secara
signifikan mencegah balon Bakri dipindahkan. Volume cairan residual di rongga rahim bagian atas secara signifikan lebih sedikit
dengan sistem balon Kyoto dibandingkan dengan sistem balon Bakri, yang menunjukkan efektivitas balon Kyoto untuk tamponade
rongga rahim bagian atas. Kesimpulan : Sistem tamponade balon intrauterin yang inovatif ini efektif untuk pencegahan perpindahan
balon dan untuk tamponade balon dari rongga rahim bagian atas dalam model rongga rahim khusus pascapartum.
Dalam artikel ini dikatakan ada beberapa kegunaan / fungsi tampon vagina dalam seni kebidanan, salah satunya dirancang untuk
dapat
disisipkan dengan mudah ke dalam vagina saat masa nifas / menstruasi karena mampu menyerap aliran darah. Desain tampon
bervariasi.
Condom Tamponade in the Management of Primary Postpartum Haemorrhage : A Report of three cases in Ghana
Tamponade terbukti efektif dalam mengelola perdarahan post partum sekunder untuk atonia uterus. Dalam pengaturan sumber daya
rendah, membuat Penggunaan tamponade dapat membantu membendung arus pasang kematian ibu akibat perdarahan postpartum.
Kita menyarankan agar Layanan Kesehatan Ghana mencantumkan apremium untuk tamponade dan melatih semua penyedia layanan
bersalin dalam aplikasinya di setidaknya sebagai percontohan sebelum implementasi penuh.
Hasil penelitian ada 7 dengan hasil positif dari> 87% dalam penatalaksanaan perdarahan post partum yang berhasil. Selanjutnya
bahwa prosedur tamponade sederhana, murah, mudah untuk digunakan, dan tindakan efektif yang harus dipertimbangkan pada
wanita dengan perdarahan pascapartum yang sulit disembuhkan, terutama jika opsi lain mungkin tidak tersedia. Metode ini memiliki
kelebihan yaitu : Penyisipan mudah dan cepat dengan minimal anestesi, dapat dilakukan oleh yang relatif tidak berpengalaman,
Pelepasan tidak menimbulkan rasa sakit, Kasus yang gagal dapat diidentifikasi dengan cepat, Penggunaan tamponade balon lebih
awal mungkin diharapkan dapat mengurangi kehilangan darah total dan perdarahan terkait kematian ibu. Sampai saat ini, tidak
komplikasi langsung (seperti perdarahan atau sepsis) atau komplikasi jangka panjang (seperti masalah menstruasi atau masalah
dengan konsepsi) telah dilaporkan di wanita yang telah menjalani tamponade uterus.
d. Lotus birth
JURNAL 1: Efektifitas metode lotus birth terhadap kejadian anemia defisiensi zat besi pada bayi
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lotus birth berhubungan dalam proses pembusukan tali pusat sebagai antibody dan
sangat efektiv sebanyak 7,631 kali didalam proses pembusukan tali pusat sebagai antibody pada bayi baru lahir di klinik Bidan
Eka Kecamatan Medan Denai.
JURNAL 2 : Perbedaan pertumbuhan bayi baru lahir pada metode lotus birth
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan rata-rata berat badan bayi dari sejak lahir sampai usia 7 hari adalah sebesar
346,40 gram dengan standar deviasi 268,134 gram, sedangkan pertambahan BB usia 28 hari sebesar 1457,21 gram dengan standar
deviasi 511,408 gram. Pertambahan ini lebih besar dibandingkan dengan Whaley and Wong (2010) yang menyebutkan bahwa
pertambahan Berat badan bayi dalam enam bulan pertama adalah sebesar 140-200 gram per minggu. Pertambahan berat badan ini
dapat disebabkan oleh faktor maternal dan neonatal yang ada.
JURNAL 3: Efektivitas lotus birth dalam memproses pembusukkan tali pusat sebagai antibody
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa metode lotus birth tidak efektif terhadap kejadian anemia defisiensi zat besi
pada bayi di Klinik Pratama Sejahtera. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Siswati dan Natiqotul(2013) yang memperoleh
hasil bahwa tindakan lotus birth tidak efektif untuk mengurangi kejadian anemia defesiensi zat besi bayi baru lahir.
Pembahasan
a. Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang peting untuk pembentukan tulang, kontraksi otot, dan metabolisme enzim dan hormon.
Pembentukan jaringan pada janin membutuhkan kalsium sehingga kebutuhan kalsium pada ibu hamil meningkat. Ibu hamil yang
mendapatkan asupan kalsium < 500 mg/hari berisiko mengalami pengurangan massa tulang selama kehamilan. Asupan kalsium terendah
di dunia terjadi pada negara berkembang khususnya Asia. Suplementasi kalsium pada kehamilan dikaitkan dengan penurunan risiko
hipertensi dalam kehamilan, kelahiran prematur, dan peningkatan berat lahir
Suplementasi kalsium direkomendasikan oleh WHO untuk populasi dengan asupan kalsium yang rendah sebagai upaya
pencegahan preeklamsi khususnya bagi mereka yang memiliki risiko tinggi hipertensi. Dosis yang dianjurkan oleh WHO adalah 1,5 – 2,0
gram unsur kalsium per hari dibagi dalam 3 dosis pemberian mulai dari usia 20 minggu hingga akhir kehamilan. (WHO, 2013) Namun,
asupan kalsium pada ibu hamil belum sepenuhnya dievaluasi (Cormick et al., 2014).
Menurut “The National Academy of Sciences dan National Osteoporosis Foundation” di Amerika Serikat merekomendasikan wanita
hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak kalsium, yaitu setidaknya 1500 mg/hari. Jauh lebih banyak dibanding kebutuhan kalsium
pada manusia biasa yang hanya 1.000 mg per hari. Ibu yang tidak mengkomsumsi cukup kalsium dari makanan memerlukan suplemen
kalsium tambahan. Untuk dapat memenuhi kecukupan kalsium ibu hamil dapat memperoleh jenis makan tinggi kalsium yaitu diantar lain
susu kedelai, sayur brokoli, kacang kedelai dan ikan salmon. (Mulya, 2014)
b. Gurita
Rekomendasi dari beberapa penelitian adalah ibu nifas boleh memakai bengkung atau gurita denga tehnik yang benar karena bisa
membantu pemulihan kesehatannya. bahwa tidak ada korelasi antara tradisi pascapersalinan memakai bengkung dengan keterlibatan
involusi rahim. Penggunaan bengkung yang dilakukan dengan prosedur yang aman dapat membantu wanita postpartum untuk
mengurangi ketidaknyamanan selama pemulihan kesehatan, salah satunya mengurangi nyeri punggung pada postpartum namun
penggunaan gurita tidak mempercepat terjadinya involusi atau menurut pemikiran dari masyarakat. Penggunaan gurita akan menopang
organ yang dilam agar cepat sembuhnya.kelemehan nya di sini kurang nya pemahamnan masyarakat terhadap penggunaan gurita yang
mengakibatkan pemasangan gurita yang begitu ketang sehingga menekan oragan-organ sehingga ibu mengalami susah beraktifitas
trutama mangalami sesak.
c. Tampon vagina
Cuci Tangan Sebelum Pakai:Mencuci tangan harus dilakukan sebelum Anda menggunakan tampon. Hal ini wajib dilakukan guna
memastikan tidak ada kuman atau bakteri penyebab penyakit yang masuk ke vagina saat memasukkan tampon.Disarankan mencuci
tangan menggunakan air mengalir dan sabun.
Posisi Duduk yang Nyaman: Sebagai newbie dalam menggunakan tampon, mencari posisi duduk yang nyaman dan relaks adalah hal
wajib kedua yang perlu dilakukan.Pasalnya, jika Anda tidak mencari posisi duduk yang nyaman, maka proses pemasukan tampon ke
vagina akan sangat sulit. Anda bisa duduk di atas dudukan toilet, lalu buka kedua kaki dengan lebar, dan usahakan tetap santai. Bantu
dengan latihan pernapasan agar tubuh terasa lebih relaks.
Waktunya Pasang Tampon: Dokter Arina mengatakan, setelah mendapatkan posisi duduk yang nyaman dan tubuh sudah terasa lebih
relaks, saatnya memasukkan tampon.Bagi wanita yang baru pertama kali, mengalami kesulitan saat memasukkan tampon ke vagina itu
wajar.Sebaiknya, gunakan tangan yang biasa dipakai untuk memegang tampon. Pastikan tali tampon menjuntai ke bagian bawah (bukan
ke atas). Setelah itu, gunakan tangan yang satu lagi untuk membuka labia vagina. Lalu, masukkan tampon secara perlahan. Bila semua
bagian tampon sudah masuk ke vagina, pastikan tali penarik tampon telah tergantung di bagian ujung vagina. Setelah itu, jangan lupa
mencuci tangan dengan sabun.
Lepas Tampon: Sama seperti pembalut, Anda harus mengganti tampon selama 4-8 jam sekali. Hal ini guna mencegah “kebocoran”.
Cara melepasnya pun sangat mudah. Cukup tarik tali tampon yang tergantung di ujung vagina. Kalau Anda ingin kembali memasang
tampon, ulangi langkah-langkah sebelumnya. Klebihan tampon: Tampon cocok digunakan bagi wanita yang aktif dan ingin banyak
melakukan gerak atau olahraga pada masa menstruasi. Dengan ukuran tampon yang kecil, tampon mudah dibawa di dalam kantong
beserta aplikatornya.
Tampon: Bagi Anda yang ingin tetap bebas bergerak selama haid, tanpa harus khawatir pembalut bocor atau bergeser, tamponlah pilihan
yang tepat. Jika Anda juga aktif berolahraga atau ingin tetap menjalankan aktivitas seperti berenang, tampon bisa digunakan karena akan
menyumbat dan menyerap darah supaya tak keluar dari lubang vagina.
Kekurangan Tampong: Tampon yang dipakai berjam-jam lamanya tanpa diganti, bisa menimbulkan Toxic shock syndrome (TSS). TSS
adalah adalah penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri, bukan karena tampon itu sendiri. Umumnya sindrom ini disebabkan
oleh racun yang diproduksi oleh bakteri Staphylococcus aureus (staph). TSS bisa terjadi pada wanita yang menggunakan tampon yang
sudah lama berada di dalam vagina tanpa diganti. Tampon tak hanya menyerap darah menstruasi Anda, tapi juga berbagai cairan alami
yang dibutuhkan oleh vagina. Terutama jika darah menstruasi Anda sedang sedikit tapi Anda memakai tampon dengan daya serap tinggi.
Akibatnya, berbagai bakteri bisa tumbuh dan berkembang biak, termasuk bakteri penyebab TSS Pada beberapa kasus, tampon juga bisa
tertinggal di dalam vagina. Biasanya disebabkan oleh benang penarik yang terputus dari bagian tampon utama. Jika terjadi, Anda
disarankan untuk mencari pertolongan pertama ke puskesmas, klinik, atau unit gawat darurat terdekat.
d. Lotus birth
Setelah menelaah dari ke 3 jurnal ini. Dimana pada persalinan metode lotus birth ini dipercaya dapat mencegah anemia dan membuat
bayi memiliki kekebalan tubuh yang tinggi, karena dipercaya bahwa darah yang masih mengalir dari plasenta dapat memberikan
tambahan oksigen, makanan dan antibodi untuk si bayi. Namun secara kedokteran, metode ini masih dianggap kontroversial dan belum
ada penelitiannya secara ilmiah. Metode lotus birth dianggap dapat menambah kekebalan tubuh dan mencegah anemia pada bayi baru
lahir. Dengan metode ini, bayi diharapkan mendapatkan lebih banyak darah yang mengandung oksigen, makanan dan antibodi. Namun
perlu ditegaskan bahwa plasenta bisa memproduksi antibodi hanya bila masih berada di dalam rahim ibu. Apabila sudah berada di luar
rahim ibu maka secara otomatis tidak dapat memproduksi antibodi lagi dan anemia defisiensi pada bayi baru lahir dipengaruhi pada
status kesehatan si ibu. Ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi meningkatkan risiko terjadinya pendarahan, preeklampsia, dan
infeksi. Ibu hamil yang menderita anemia juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, bayi dengan anemia ataupun
kekurangan zat besi, bahkan kematian pada bayi dan metode lotus birt ini masih jarang adanya trutama di lombok. Hanya klinik yang
ternama saja yang menyediakan metode lotus birth sedangkan bidan-bidan yang ada di daerah daerah masih ragu dan masih banyak
kontrofersi nya mengunakan metode
ini