Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tingkat Kesuburan


Tingkat kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu ;
2.1.1 Pengertian Fertilitas
1. Menurut Prawirohardjo (2011), fertilitas ialah kemampuan seorang
istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang
mampu menghamilkannya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu
pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak
hidup.
2. Menurut Vitahealth (2007), kesuburan atau fertilitas (fertility) adalah
kondisi yang menunjukkan terjadinya kehamilan pada seorang
wanita sebagai hasil dari hubungan seks dengan seorang pria.
2.1.2 Pengertian Infertilitas
1. Menurut Prawirohardjo (2011), masalah infertilitas muncul kalau
pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.
2. Menurut Hartanto (2013), Infertilitas didefinisikan

sebagai

ketidakmampuan untuk mengandung (hamil) setelah selama 12


bulan

melakukan

hubungan

kontrasepsi).

seksual

tanpa

pengaman

(alat

3. Menurut Vitahealth (2007), adalah kegagalan pasangan untuk


mendapatkan kehamilan dalam waktu 1 tahun atau lebih pernikahan,
setelah melakukan hubungan seksual yang teratur tanpa KB
(menggunakan metode kontrasepsi).
2.1.3 Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas dibagi menjadi 2 yaitu (Prawirihardjo, 2011) :
1. Disebut infertilitas primer, jika istri belum pernah hamil walaupun
bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan
selama 12 bulan.
2. Dan disebut infertilitas sekunder jika pasangan suami istri gagal
untuk memperoleh kehamilan setelah satu tahun pasca persalinan
atau pasca abortus, tanpa menggunakan kontrasepsi apa pun.
2.1.4 Etiologi Infertilitas
Menurut Vitaheath (2007), ada beberapa penyebab yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Kegagalan Ovulasi
Indung telur tidak menghasilkan sel telur atau ovulasi yang
jarang adalah penyebab paling utama. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh gangguan mekanisme hormon reproduksi atau kelenjar tiroid,
stres, anoreksia nervosa, atau olahraga yang terlalu berat.
Ketidakseimbanagn hormonal juga dapat menyebabkan kegagalan
pematangan sel telur, dan menghalangi sel telur tertanam di dinding
rahim.
2. Sumbatan pada Saluran Telur
Infertilitas dapat dikaitkan dengan gangguan lain pada organ
reprodusi wanita, termasuk akibat infeksi penyakit menular seksual

tertentu, sistitis (cystitis), dan sebagainya. Akibat kondisi yang


disebut endometriosism menyebabkan peradangan dan terjadinya
jaringan parut, yang selain mempengaruhi indung telur juga
menyumbat saluran telur. Biasanya gangguan tersebut sering tidak
langsung

menunjukkan

gejalanya,

sehingga

terabaikan.

Kenyataannya, infeksi saluran telur sekarang ini menjadi penyebab


utama dari terjadinya kemandulan (20-40%).
3. Kegagalan Implantasi Embrio di Rahim
Tumor (kista, kanker) atau jaringan fibrosa (fibroid, polip)
dan pemaparan radiasi dosis tinggi dapat menghalangi terjadinya
implantasi (penanaman) sel telur yang telah dibuahi di dinding
rahim.
4. Hambatan pada Leher Rahim
Kemungkinan lain adalah sekelompok penyebab yang
sifatnya

menganggu

perjalanan

sperma,

atau

bahkan

menghalanginya. Misalnya, cairan vagina yang terlalu asam, yang


dapat membunuh sperma. Selain itu lendir mulut rahim yang bersifat
melawan sperma, dengan adanya antibodi sebagai reaksi alergi.
Hambatanhambatan tersebut menghalangi perjalanan sperma.

2.1.5 Faktor Penghambat atau Mengganggu Kesuburan


1. Faktor pada wanita
a. Siklus haid yang tidak teratur atau terlambat

Seiring dengan bertambahnya usia masalah kesuburan


wanita akan berkurang dan terganggu karena berbagai hal seperti
sel telur menjadi cepat mati, berkurangnya produksi lendir leher
rahim, dan masa sel telur berovulasi menjadi lebih pendek.
Siklus haid normal adalah sekitar 35 hari. Siklus haid yang
lebih panjang dari normal berhubungan erat dengan unovulatory
(tidak adanya sel telur yang dihasilkan indung telur). Sementara
siklus haid yang tidak teratur bisa disebabkan karena adanya
gangguan kista ovarium atau penyakit lainnya, kondisi stress,
kecapean, terganggunya keseimbangan hormon.
b. Obesitas
Berbagai penelitian terkini melaporkan bahwa obesitas
juga menjadi faktor resiko pada kasus gangguan menstruasi yang
terkait dengan gangguan hormoal (Vitahealth, 2007).
Perempuan dengan indeks massa tubuh yang lebih dari
pada 29, yang termasuk di dalam kelompok obesitas, terbukti
mengalami keterlambatan hamil (Prawirohardjo, 2011).
c. Usia
1)

Usia isteri
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa efek dari
umur isteri saja tidaklah terlalu berpengaruh, setidaknya
sampai umur 30-an akhir, dan bahwa wanita berusia lebih tua
mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk menjadi hamil.

2)

Usia Suami

10

Umur suami mempunyai efek yang bermakna pada


frekuensi senggama yang berhubungan langsung dengan
kesempatan menjadi hamil, tetapi sebaliknya umur suami
tampaknya hanya berpengaruh sedikit sekali pada kemampuan
reproduksi, kecuali pada umur lanjut (> 60 tahun) (Hartanto,
2013).
d. Frekuensi Senggama
Angka kejadian kehamilan mencapai puncaknya ketika
pasangan suami istri melakukan hubungan suami istri dengan
frekuensi 2-3 kali dalam seminggu. Upaya penyesuaian saat
melakukan hubungan suami istri dengan terjadinya ovulasi, justru
akan meningkatkan kejadian stress bagi pasangan suami istri
tersebut,

upaya

ini

sudah

tidak

direkomendasikan

lagi

(Prawirohardjo, 2011).
e. Pola Hidup
1) Merokok
Dari beberapa penelitian yang ada, dijumpai fakta
bahwa merokok dapat menurunkan fertilitas perempuan. Oleh
karena itu sangat dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan
merokok jika perempuan memiliki masalah infertilitas.
Penurunan fertilitas perempuan juga terjadi pada perempuan
perokok pasif. Penurunan fertilitas juga dialami oleh lelaki
yang memiliki kebiasaan merokok.
2) Alkhohol
Pada perempuan tidak terdapat cukup bukti ilmiah yang
menyatakan adanya hubungan antara minuman mengandung

11

alkohol dengan peningkatan risiko kejadian infertilitas.


Namun, pada lelaki terdapat sebuah laporan yang menyatakan
adanya hubungan antara minum alkohol dalam jumlah banyak
dengan penurunan kualitas sperma.
3) Kafein
Konsumsi kafein menurunkan kesuburan wanita dan
meningkatkan resiko keguguran dan berat badan bayi lahir
rendah (Prawirohardjo, 2011).
f. Poli Cycstic Ovary Syndrome (PCOS) dan Endrometriosis
PCOS merupakan gangguan dimana folikel (kantung sel
telur) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak terjadi
ovulasi (pematangan sel telur). Wanita yang mengalami PCOS ini
menjadi infertil (tidak subur) karena tidak ada sel telur yang
matang, sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Gejala yang
timbul dari PCOS ini biasanya adalah siklus haid yang tidak
teratur (terlambat, tidak haid, atau haid 2 - 3 kali dalam sebulan).
Sementara Endometriosis merupakan suatu keadaan
patologi pada sistem reproduksi perempuan dimana jaringan
selaput lendir rahim (endometrium) yang seharusnya berada
dalam rahim, malah tumbuh di luar rongga rahim (saluran telur
atau tuba falopi, indung telur, atau pada rongga pinggul). Hal ini
bisa mengganggu kesuburan wanita sehingga akan menghambat
terjadinya kehamilan. Diperkirakan sekitar 30-40 % wanita
dengan

keluhan

endometriosis

(Prawirohardjo, 2011).

sulit

memiliki

keturunan

12

g. Adanya infeksi penyakit TORCH


Infeksi TORCH sering menimbulkan gangguan kesuburan
wanita. Sel telur yang terinfeksi TORCH menjadi rusak, mengecil
dan tidak bisa dibuahi sehingga menjadi sulit hamil (Hartanto,
2013)
h. Penyakit Menahun
Seperti diabetes, TBC, dan malaria bisa mengganggu kesuburan.
2. Faktor pada pria
Menurut Burns (2000), kegagalan menghasilkan sperma
berkualitas adalah :
a. Cacat bawaan sejak lahir
b. Kegagalan testis untuk turun ke kantong buah pelir (scrotum)
sebelum pubertas.
c. Beberapa penyakit masa kanak-kanak dan penyakit lainnya,
seperti penyakit gondok (mumps) yang terjadi pada usia dewasa.
d. Pemaparan berbahaya seperti sinar-x, radioaktif, beberapa zat
kimia dan logam beracun, dan gas karbon monoksida dari asap
rokok dan knalpot mesin.
e. Beberapa gangguan genital, seperti jaringan parut (varikokel)
yang dapat menyumbat saluran sperma, dan infeksi tuberkulosa
pada prostat.
f. Kondisi panas disekitar testis (biji kemaluan), misalnya karena
pakaian yang terlalu ketat, obesitas, atau kondisi pekerjaan.
g. Faktor vitalitas umum yang tidak baik, misalnya kesehatan yang
buruk, nutrisi yang tidak mencukupi (adekuat), tidak berolahraga,
merokok, dan minum alkhohol berlebihan.
h. Stres emosional

13

i. Tidak melakukan hubungan seksual (abstinensi) dalam waktu


yang terlalu lama, dapat meningkatkan jumlah sperma abnormal.
j. Disfungsi ereksi
k. Jumlah Sperma kurang. Jumlah yang sangat sedikit tidak
menguntungkan bagi kesuburan (Burns, 2000).
3. Faktor dari pasangan
Kadang ketidaksuburan tidak disebabkan oleh salah satu dari
pasangan tersebut, melainkan oleh keduanya. Masalah keserasian
sangat erat hubungannya dengan ketidaksuburan, dan banyak orang
sebelumnya tidak menyadari hal ini. misalnya kasus vaginis - mus,
yaitu kejang liang vagina saat melakukan hubungan seks sebagai
kepekaan setempat. Ini membuat otot vagina menyempit, sehingga
penetrasi tidak mugkin diteruskan, atau tingkat keasaman vagina
yang menghalangi sperma sampai ke leher rahim, atau reaksi alergi
wanita terhadap sperma yang mungkin dipicu oleh ketakutan kronis
untuk hamil (Vitahealth, 2007).
2.2 Konsep Obesitas
2.2.1......................................................................Pengertian Obesitas
1. Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi
akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat
mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel
lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah
berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan
kemudian jumlahnya bertambah banyak (Sidartawan, 2006).
2. Menurut Khamsan (2011), obesitas (kegemukan) dapat didefinisikan
sebagai kelebihan berat badan 20% diatas standart. Obesitas

14

merupakan refleksi ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan


pengeluaran energi.
2.2.2................................................................................Jenis Obesitas
1.

Kegemukan menurut distribusi lemak


Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, kegemukan
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe android dan gynecoid.
a. Tipe android
Tipe android ditandai dengan adanya timbunan lemak pada
pinggang, perut, dan bagian atas perut. Bentuk tubuh android
biasanya pada wanita yang sudah mengalami monopause. tipe
Android ini potensial beresiko lebih tinggi menderita penyakit
yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti
Diabetes Mellitus, Jantung Koroner, Stroke, Hipertensi.
b. Tipe Gynecoid
Gynecoid ditandai dengan adanya penumpukan lemak
dibagian perut seperti panggul, pantat, dan paha. Pada tipe
gynecoid lebih aman dibandingkan dengan tipe android, sebab
lebih kecil kemungkinan mengalami resiko terkena penyakit.

Gambar 2.1 Kegemukan berdasarkan distribusi lemak


(Sumber: Sidartawan, 2006)

15

2.

Kegemukan menurut tingkatan


Tingkat kegemukan yang diderita seseorang sangat bervariasi,
tergantung kelebihan berat dibanding berat normal. Berdasarkan hal
tersebut pengelompokan kondisi seseorang yang mengalami
kegemukan adalah sebagai berikut :
a. Simple obesity
Kelebihan berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan
tanpa disertai penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan
hiperlipidemia.
b. Mild obesity
Kelebihan berat tubuh antara 20-30% dari berat ideal yang
belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.
c. Moderat obesity
Kelebihan berat tubuh antara 30-60% dihitung dari berat
ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk
menderita penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
d. Morbid obesity
Kelebihan berat tubuh dari berat ideal lebih dari 60%
dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal
jantung, dan kematian mendadak (Sidartawan, 2006).
2.2.3........................................................................Penyebab Obesitas
Penyebab obesitas terdiri dari :
1. Masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh

16

Para ahli banyak menganjurkan gizi individu dengan


pengurangan energi seimbang. Idealnya, diet harus mencukupi
kebutuhan penderita obesitas
2. Gangguan emosional
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya
dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi
diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada
banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan
kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak
nyaman dalam pergaulan sosial
3. Gaya hidup masa kini
Restoran menjadi gaya hidup yang tak bisa dipisahkan dalam
kehidupan masyarakat masa kini dengan berbagai zat kimia yang
digunakan sebagai pelezat makanan mampu mempengaruhi proses
penyerapan makanan dalam tubuh. Snack ringan yang juga
umumnya menjadi makanan selingan sering pula dikonsumsi secara
berlebihan.
4. Penggunaan kalori yang kurang
Jika kebutuhan energi tidak seimbang akan mempengaruhi
kebutuhan kalori dalam tubuh.
5. Hormonal
Hormon - hormon pertumbuhan (growth hormone) rata - rata
berpengaruh terhadap terjadinya obesitas. Selain itu juga ada hormon

17

endokrin dan autokrin yang berhubungan dengan sintesis dalam


tubuh.
6. Herediter
Bila salah satu orangtua obesitas peluang menjadi 40%,dan
kalau kedua orangtua obesitas maka peluang si anak meningkat
menjadi 80%.
7. Meningkatnya keadaan sosial ekonomi masyarakat
Pada kelompok masyarakat dengan kehidupan ekonomi yang
telah mapan, penyediaan makanan dalam skala rumah tangga
biasanya sangat berlebihan (Gibney, 2009).

2.2.4..............................................................................Gejala Obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di
dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan
pernapasan dan sesak napas, meskipun penderita hanya melakukan
aktivitas yang ringan. Gangguan pernapasan bisa terjadi pada saat tidur
dan menyebabkan terhentinya pernapasan untuk sementara waktu (tidur
apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik,
termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis
(terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang
sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas
memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan
dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang

18

secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering


ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan)
di daerah tungkai dan pergelangan kaki (Misnadierly, 2007).
2.2.5..........................................................................Dampak Obesitas
Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi
merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara
langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan
risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti :
a.Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)
b. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
c.Stroke
d. Serangan jantung (infark miokardium)
e.Gagal jantung
f. Kanker (jenis kanker tertemtu, misalnya kanker prostat dan kanker
usus besar
g. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
h. Osteoartritis
i. Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang
tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
j. Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan,
underventilasi dan mengantuk)
k. Bahkan kesempatan memiliki keturunan bisa berkurang
(Misnadierly, 2007)
2.2.6 Kriteria dan Klasifikasi Obesitas
1. Indeks Masa Tubuh (IMT)
IMT merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan
(membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun
dinamakan indeks, IMT sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang
dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan

19

kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami


obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.

IMT=

Berat Badan (kg)


(Tinggi Badan ) 2 M

WHO 2006 mengklasifikasikan IMT sebagai berikut :


Tabel 2.1

Klasifikasi Berat Badan Orang Dewasa Berdasarkan


IMT Menurut WHO

Klasifikasi
Berat Badan Kurang
Kisaran Normal
Berat Badan Lebih
Pra-Obes
Obes Tingkat I
Obes Tingkat 2
Obes Tingkat 3

IMT (Kg/m2)
< 18.5
18.5 24.9
> 25
25.0 29.9
30.0 34.9
35.0 39.9
40.0

Sumber: WHO, 2006


a.

Dikatakan berat badan kurang jika berat badan 45-68 dan


tingginya 156-194

b.

Dikatakan kisaran normal jika berat badan 45-83 dan tingginya


148-194

c.

Dikatakan berat badan lebih jika berat badan 50-90 dan tingginya
148-194

d.

Dikatakan obesitas jika berat badan 55-118 dan tingginya 148-194

2. Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh

20

Disribusi lemak dalam tubuh dapat diketahui dengan


menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran
lingkar panggul / pinggang, dan melihat ciri fisik bentuk tubuh.
Lemak yang berada di sekitar perut memberikan resiko
kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan lemak di daerah paha atau
bagian tubuh.yang lain. Suatu metoda yang sederhana namun cukup
akurat untuk mengetahui hal tersebut adalah lingkar pinggang.

Tabel 2.2

Pengukuran lingkar panggul / pinggang

Pengukuran

Pria

Wanita

Resiko
Meningkat
Lingkar
>94 cm
pinggang
Sumber: Supariasa, 2007
Tabel 2.3

Resiko
sangat
meningkat

Resiko
meningkat

Resiko
sangat
meningkat

>102 cm

>80 cm

>88 cm

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada wanita usia


subur (20-45 tahun)

LILA (cm)
25.7-28.5
28.5-34.2
34.2-39.7
>39.7
Sumber: Supariasa, 2007

Kriteria
Normal
Obesitas
Obesitas berat
Obesitas sangat berat

2.2.7 Pengobatan
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir
lemak tubuh penderita dan risiko kesehatannya dengan cara
menghitung IMT. Resiko kesehatan yang berhubungan dengan
obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka IMT :

21

1.
2.
3.
4.
5.

Resiko rendah : IMT < 27


Resiko menengah : IMT 27-30
Resiko tinggi : IMT 30-35
Resiko sangat tinggi : IMT 35-40
Resiko sangat sangat tinggi : TMI 40 atau lebih
Penderita dengan risiko kesehatan rendah, menjalani diet

sedang (1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari


untuk pria) disertai dengan olah raga.
Penderita dengan risiko kesehatan menengah, menjalani diet
rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400
kalori/hari untuk pria) disertai olah raga
Penderita dengan risiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi,
mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olah
raga (Sumanto, 2008).
2.3 Konsep Wanita Usia Subur (WUS)
2.3.1 Pengertian Wanita Usia Subur
Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan konsep Depkes RI
(2003) adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15 - 49 tahun
baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum nikah.
2.3.2 Tanda-Tanda Wanita Usia Subur
Menurut Depkes RI (2003), tanda-tanda wanita usia subur, yaitu :
1. Siklus haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan
biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar
haid hingga sehari sebelum haid datang kembali, yang biasanya
berlangsung selama 28 hingga 30 hari. Oleh karena itu siklus haid

22

dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita


subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks
perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang
dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan
suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks),
perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode
kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan
perubahan payudara.
2. Alat pencatat kesuburan
Kemajuan teknologi seperti ovulation thermometer juga dapat
dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi kesuburan seorang wanita.
Thermometer ini akan mencatat perubahan suhu badan saat wanita
mengeluarkan benih atau sel telur. Bila benih keluar, biasanya
thermometer akan mencatat kenaikan suhu sebanyak 0,2 derajat
celsius selama 10 hari. Namun jika wanita tersebut tidak mengalami
perubahan suhu badan pada masa subur, berarti wanita tersebut tidak
subur.
3. Tes darah
Wanita yang siklus haidnya tidak teratur, seperti datangnya
haid tiga bulan sekali atau enam bulan sekali biasanya tidak subur.
Jika dalam kondisi seperti ini, beberapa tes darah perlu dilakukan
untuk mengetahui penyebab dari tidak lancarnya siklus haid. Tes
darah dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon yang
berperan pada kesuburan seorang wanita.
4. Pemeriksaan fisik

23

Untuk mengetahui seorang wanita subur juga dapat diketahui


dari organ tubuh seorang wanita. Beberapa organ tubuh, seperti buah
dada, kelenjar tiroid pada leher, dan organ reproduksi. Kelenjar tiroid
yang mengeluarkan hormon tiroksin berlebihan akan mengganggu
proses pelepasan sel telur. Sedangkan pemeriksaan buah dada
ditujukan untuk mengetahui hormon prolaktin di mana kandungan
hormon prolaktin yang tinggi akan mengganggu proses pengeluaran
sel telur. Selain itu, pemeriksaan sistem reproduksi juga perlu
dilakukan untuk mengetahui sistem reproduksinya normal atau tidak.
5. Track record
Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja
ataupun tidak, peluang terjangkit kuman pada saluran reproduksi
akan tinggi. Kuman ini akan menyebabkan kerusakan dan
penyumbatan saluran reproduksi (Depkes RI, 2003).

2.4 Konsep Hubungan Obesitas, Fertilitas dan WUS


Hubungan antara obesitas dengan panjang siklus menstruasi penelitian
yang dilakukan oleh Eni Purwanti menyatakan bahwa ada hubungan antara
lemak tubuh dengan siklus menstruasi, dan yang dilakukan oleh Dahliansyah
tahun 2003 juga menyebutkan hal yang sama. Salah satu hormon yang
berperan dalam proses menstruasi adalah estrogen. Estrogen ini disintesis di
ovarium, di adrenal, plasenta, testis , jaringan lemak dan susunan saraf pusat.
Menurut analisis penyebab lebih panjangnya siklus menstruasi diakibatkan
jumlah estrogen yang meningkat dalam darah akibat meningkatnya jumlah
lemak tubuh. Kadar esterogen yang tinggi akan memeberikn feed back negatif
terhadap sektersi GnRh Meningkatnya jumlah estrogen yang ada dalam darah

24

disebabkan karena produksi estrogen pada sel-sel teka. Sel teka menghasilkan
androgen dan merespon luteinizing hormone (LH) dengan meningkatkan
jumlah reseptor LDL (low-density lipoprotein) yang berperan dalam
pemasukan kolesterol ke dalam sel. LH juga menstimulasi aktivitas protein
khusus, yang menyebabkan peningkatan produksi androgen. Ketika androgen
berdifusi ke sel granulosa dan jaringan lemak, androgen mengalami
metabolisme oleh aromatase menjadi estrogen. Makin banyak jaringan lemak,
makin banyak pula estrogen yang terbentuk, pada wanita yang gemuk tidak
hanya kelebihan androgen tetapi juga kelebihan estrogen akibatnya akan lebih
sering terjadi gangguan fungi ovarium (Vitahealth, 2007).
Hubungan obesitas dengan fertilitas yaitu ada kemungkinan bahwa
orang obese dapat menjadi infertil atau menimal lebih sukar mendapatkan
keturunan dibanding dengan orang yang tidak obese oleh feed back negatif
esterogen terhadap GnRh dan siklus mensrtuasi yang panjang. Tetapi
kebenaran ini masih secara teori dan memerlukan penelitian yang lebih lanjut
bagi yang terterik untuk mengadakan eksplorasi (Prawirohardjo, 2011).

Anda mungkin juga menyukai