Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI
1. Hipertensi pada kehamilan
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas
normal yaitu tekanan darah 140/90 mmHg (Prawirohardjo, 2008).
Menurut Prawirohardjo 2008, gangguan hipertensi pada kehamilan
diantaranya adalah:
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai
12 minggu pasca persalinan.
b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang
sampai dengan koma.
d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi
kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik
disertai proteinuria.
e.

Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang


timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pascapersalin, kehamilan dengan
preeklamsi tetapi tanpa proteinuria.

2. Preeklamsi
a. Pengertian preeklamsi
Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.Menurut Prawiroharjo 2008
hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90
mmHg. Pengukuran darah dilakukan sebanyak 2 kali pada
selang waktu 4 jam-6 jam.
2) Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24
jam atau sama dengan 1+ dipstic.
3) Edema, sebelumnya edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda
preeklamsi tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi,
kecuali edema generalisata. Selain itu bila di dapatkan kenaikan
berat badan >0,57kg/minggu.
Preeklamsi

adalah

sindrom

spesifik

kehamilan

berupa

berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel,


proteinuria adalah tanda penting preeklamsi, terdapatnya proteinuria
300 mg/1+ (Cunningham, 2006).
b. Etiologi/Predisposisi preeklamsi
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui
secara pasti. Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang
terjadinya hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada satupun teori
tersebut yang dianggap benar-benar mutlak.

10

Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi:


1) Paritas
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian
preeklamsi dan risiko meningkat lagi pada grandemultigravida
(Bobak, 2005). Selain itu primitua, lama perkawinan 4 tahun
juga dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi (Rochjati, 2003)
2) Usia
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia
dibawah 20 tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena
wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari
35 tahun di anggap lebih rentan terhadap terjadinya preeklamsi
(Cunningham, 2006). Selain itu ibu hamil yang berusia 35
tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan
dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk
terjadi preeklamsi (Rochjati, 2003).
3) Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi adalah ibu yang

pernah mengalami

hipertensi sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20


minggu. Ibu yang mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih
besar mengalami preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas dan
mortalitas maternal dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa

11

preeklamsi ditegakkan berdasarkan peningkatan tekanan darah


yang disertai

dengan

proteinuria

atau

edema

anasarka

(Cunningham, 2006)
4) Sosial ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial
ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi.
Secara umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan
pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih
rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di negara
berkembang seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih
sering terjadi (Cunningham, 2006)
5) Hiperplasentosis /kelainan trofoblast
Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor
predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang
berlebihan dapat menurunkan perfusi uteroplasenta yang
selanjutnya

mempengaruhi

aktivasi

endotel

yang

dapat

mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah


dasar

patofisiologi

preeklamsi/eklamsi.

Hiperplasentosis

tersebut misalnya: kehamilan multiple, diabetes melitus, bayi


besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo,
2008; Cunningham, 2006).

12

6) Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip
janin. Telah terbukti pada ibu yang mengalami preeklamsi 26%
anak

perempuannya

akan

mengalami

preeklamsi

pula,

sedangkan 8% anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena


biasanya kelainan genetik juga dapat mempengaruhi penurunan
perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi
endotel yang dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang
merupakan dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi
(Wiknjosastro, 2008; Cunningham, 2008).
7) Obesitas
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di
dalam tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan
kalori, biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani,
kelebihan gula dan garam yang kelak bisa merupakan faktor
risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik
dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan
lain.Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko preeklamsia
bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan
indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan

13

menjadi 13,3 % untuk mereka yang indeksnya 35 kg/m2


(Cunningham, 2006; Mansjoer, 2008)
c. Klasifikasi preeklamsi
Preeklamsi merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
membahayakan kesehatan maternal maupun neonatal. Gejala klinik
preeklamsi dapat dibagi menjadi preeklamsi ringan dan preeklampsi
berat:
1) Preeklamsi ringan (PER)
a) Pengertian PE ringan
Preeklamsi ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan
dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya
vasospasme

pembuluh

darah

dan

aktivasi

endotel

(Prawirohardjo, 2008).
b) Diagnosis PE ringan
Diagnosis preeklamsi ringan menurut Prawirohardjo 2008,
ditegakkan berdasarkan atas munculnya hipertensi disertai
proteinuria pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. TD 140/90 mmHg
b. Proteinuria: 300 mg/24 jam

atau pemeriksaan

kualitatif 1 atau 2+
c. Edema:

edema

generalisata

tangan,muka,dan perut).

(edema

pada

kaki,

14

2) Preeklamsi berat
a) Pengertian PE berat
Preeklamsi berat adalah preeklamsi dengan tekanan darah
160/110 mmHg, disertai proteinuria 5 g/24 jam atau 3+
atau lebih (Prawirohardjo, 2008).
b) Diagnosa PE berat
Diagnosis preeklamsi berat menurut Prawirohardjo 2008,
dan Wiknjosastro 2007, ditegakkan bila ditemukan salah
satu atau lebih tanda/gejala berikut:
(a)

TD 160/110 mmHg

(b)

Proteinuria 5 g/24 jam; 3 atau 4+ dalam pemeriksaan


kualitatif.

(c)

Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam

(d)

Kenaikan kadar kreatinin plasma

(e)

Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran,


nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.

(f)

Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas


abdomen.

(g)

Edema paru-paru dan sianosis

(h)

Hemolisis mikroangiopatik

(i)

Trombositopenia

berat:

<100.000

penurunan trombosit dengan cepat.


(j)

Gangguan fungsi hepar

sel/mm3atau

15

(k)

Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat

(l)

Sindrom HELLP

d. Patologi preeklamsi
Perubahan pada sistem dan organ pada preeklamsi menurut
Prawirohardjo 2008 adalah:
a) Perubahan kardiovaskular
Penderita preeklamsi sering mengalami gangguan fungsi
kardiovaskular yang parah, gangguan tersebut pada dasarnya
berkaitan dengan afterload jantung akibat hipertensi
(Cunningham, 2006).
b) Ginjal
Terjadi perubahan fungsi ginjal disebabkan karena menurunnya
aliran darah ke ginjal akibat hipovolemi, kerusakan sel
glomerulus mengakibatkan meningkatnya permebelitas membran
basalis

sehingga

terjadi

kebocoran

dan

mengakibatkan

proteinuria. Gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal.


Kerusakan jaringan ginjal akibat vasospasme pembuluh darah
dapat diatasi dengan pemberian dopamin agar terjadi vaso
dilatasi pada pembuluh darah ginjal.
c) Viskositas darah
Vaskositas

darah

meningkat

pada

preeklamsi,

hal

ini

mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya


aliran darah ke organ.

16

d) Hematokrit
Hematokrit pada penderita preeklamsi meningkat karena
hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklamsi.
e) Edema
Edema terjadi karena kerusakan sel endotel kapilar. Edema yang
patologi bila terjadi pada kaki tangan/seluruh tubuh disertai
dengan kenaikan berat badan yang cepat.
f) Hepar
Terjadi perubahan pada hepar akibat vasospasme, iskemia, dan
perdarahan. Perdarahan pada sel periportal lobus perifer,

akan

terjadi nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar.


Perdarahan ini bisa meluas yang disebut subkapsular hematoma
dan inilah yang menimbulkan nyeri pada daerah epigastrium dan
dapat menimbulkan ruptur hepar.
g) Neurologik
Perubahan neurologik dapat berupa, nyeri kepala di sebabkan
hiperfusi otak. Akibat spasme arteri retina dan edema retina
dapat terjadi ganguan visus.
h) Paru
Penderita preeklamsi berat mempunyai resiko terjadinya edema
paru. Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri,
kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapilar paru, dan
menurunnya deuresis.

17

e. Pencegahan preeklamsi
Pencegahan preeklamsi ini dilakukan dalam upaya untuk
mencegah terjadinya preeklamsi pada perempuan hamil yang
memiliki resiko terjadinya preeklamsi. Menurut Prawirohardjo 2008
pencegahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a) Pencegahan non medikal
Yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling
sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah
suplemen yang mengandung: a) minyak ikan yang kaya akan asam
lemak tidak jenuh misal: omega-3 PUFA, b) antioksidan: vitamin
C, vitamin E, dll.c) elemen logam berat: zinc, magnesium, kalium.
b) Pencegahan dengan medikal
Pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi
bahkan memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian kalsium:
1.500-2.000mg/hari, selain itu dapat pula diberikan zinc 200
mg/hari,magnesium 365 mg/hari. Obat trombotik yang dianggap
dapat mencegah preeklampsi adalah aspirin dosis rendah rata-rata
<100mg/hari atau dipiridamole dan dapat juga diberikan obat anti
oksidan misalnya vitamin C, Vitamin E.

18

3. Usia
a. Pengertian usia/umur
Umur atau usia adalah lama waktu hidup seseorang,dari sejak
dirinya dilahirkan atau diadakan (Hoetomo,2005).
1)

Usia kurang dari 20 tahun


Remaja adalah individu yang berusia /berumur antara 15-19
tahun. Para remaja biasanya masih tumbuh dan berkembang
sehingga memiliki kebutuhan kalori yang lebih besar dari pada
wanita yang lebih tua. Menurut National Center for Healt
Statistic (Smitt dkk.1999), sekitar 13 % persalinan terjadi pada
wanita berusia 15-19 tahun. Remaja memiliki kemungkinan
lebih besar mengalami anemia, dan beresiko memiliki janin
yang pertumbuhannya terhambat, persalinan prematur, dan
angka kematian bayi yang lebih tinggi (Cunningham, 2006).
Manuaba (2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja
dengan usia kurang dari 20 tahun mempunyai resiko:
a. Sering mengalami anemia
b. Gangguan tumbuh kembang janin
c. Keguguran, prematurus dan BBLR
d. Gangguan persalinan
e. Preeklamsi

19

2)

Usia lebih dari 35 tahun


Hamil atau bersalin diusia lebih dari 35 tahun juga sangat
berisiko, karena pada usia tersebut fungsi organ reproduksi juga
sudah mulai mengalami penurunan sehingga tidak dapat bekerja
secara maksimal. Pengamatan yang dilakukan Cunningham dan
Leveno tahun 1995 di Parkland Hospital terhadap sekitar 900
wanita berusia diatas 35 tahun memperlihatkan peningkatan
bermakna pada insiden hipertensi, diabetes dan solusio plasenta.
Angka kematian ibu lebih tinggi, tetapi perbaikan perawatan
medis dapat memperbaiki keadaan ini. Penelitian Bulher dan
Rekan kematian maternal di Amerika Serikat dari tahun 1794
sampai 1982, dan dari tahun 1974 sampai 1978 wanita berumur
memperlihatkan peningkatan risiko relatif kematian maternal 5
kali

lipat

dibanding wanita

yang berusia lebih muda

(Cunningham, 2006).

4. Paritas
a. Pengertian paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau
sama dengan 500 mg yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila
berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24
minggu (Siswosudarmo, 2008)

20

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rozhikan pada


tahun 2007 menunjukkan adanya hubungan bermakna atara paritas ibu
dengan preeklamsi.
b. Jenis paritas
Menurut (Siswosudarmo, 2008) jenis paritas bagi ibu yang sudah
partus antara lain yaitu:
1) Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi
yangmampu hidup
2) Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi
yangtelah mencapai tahap mampu hidup
3) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel
atau lebih
4) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak
atau lebih
Menurut Siswosudarmo 2008 dan Cunningham 2006 yaitu:
Gravida adalah wanita yang sedang atau pernah hamil tanpa
memandang hasil kehamilannya.
a. Nulligravida adalah wanita yang tidak sedang atau tidak pernah
hamil.
b. Primigravida adalah seorang wanita yang sedang atau pernah
hamil untuk pertamakalinya.
c. Multigravida adalah seorang wanita yang pernah hamil lebih dari
satu kali.

21

B. KERANGKA TEORI

Paritas

Umur

Riwayat hipertensi

- TD Tinggi
-Proteinuria
-Edema Anasarka

Preeklamsi

Sosial ekonomi
Sosial Ekonomi
Rendah

Hiperplasentosis/
Trofoblas
berlebihan

Genetik

ANC tidak Baik

Penurunan
Perfusi
Uteroplasenta

Aktivasi Endotel

Vasospasme

-kelebihan lemak

obesitas

-kelebihan protein hewani


-kelebihan gula
-kelebihan garam
-kelebihan serat dan
Mikronutrien
Bagan 2.1 kerangka teori

Sumber : Faktor predisposisi yang menyebabkan preeklamsi diambil dari


beberapa teori (Bobak, 2005; Cunningham, 2006; Wiknjosastro, 2008)

22

C. KERANGKA KONSEP

Variabel bebas

Variabel terikat

Paritas
Preeklamsi
Umur
Bagan 2.2 Kerangka konsep

D. HIPOTESIS
1. Ada hubungan antara usia dengan kejadian preeklamsi.
2. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian preeklamsi.

Anda mungkin juga menyukai