Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

DIABETES MELLITUS

GESTATIONAL

Oleh:

TUTORIAL 4

Dosen Pembimbing:

Ns. Dewi Hermawati, S. Kep., MNS


NIP: 197404142003122008

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

1
2023

2
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah selalu senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
mana telah melimpahkan keberkahan serta rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini demi memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Reproduksi, dengan judul makalah: “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Diabetes Mellitus”.

Kami menyadari dengan penuh bahwasanya di dalam pembuatan makalah ini terdapat
banyak sekali kesalahan yang tidak kami sadari, serta masih jauh pula untuk dikatakan sempurna
dikarenakan pengetahuan kami yang belum cukup memadai. Maka dari itu kami akan menerima
seluruh bentuk saran maupun kritikan yang bermanfaat serta membangun untuk kami dari
seluruh pihak. Akhir kata kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk seluruh pihak
yang bersangkutan. Semoga dengan adanya makalah ini maka akan menambah manfaat bagi
ilmu pengetahuan yang telah ada hingga saat ini.

Banda Aceh, 18 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................................
1. LATAR BELAKANG...................................................................................................................4
2. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................5
3. TUJUAN.........................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................7
KONSEP DIABETES MELITUS GESTASIONAL...............................................................................7
A. Definisi............................................................................................................................................7
B. Etiologi............................................................................................................................................7
C. Patofisiologi....................................................................................................................................8
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi..............................................................................................9
E. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................................10
F. Penatalaksanaan..........................................................................................................................11
G. Dampak Diabetes Melitus Gestasional pada Ibu dan Bayi...................................................12
H. Diagnosa keperawatan............................................................................................................14
I. Asuhan Keperawatan..................................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................................................20
B. Saran.............................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat


pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif sehingga terjadi peningkatan konsentrasi glukosa didalam
darah (Kementerian Kesehatan RI. 2020). Diabetes mellitus terdiri dari beberapa jenis
dan salah satu diantaranya adalah Diabetes Mellitus Gestasional (DMG). Diabetes
Mellitus Gestasional (DMG) adalah penyakit yang terjadi selama kehamilan ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa (hiperglikemia)(Wahyuni, Sukmawati, and Ekayanti
2021), dan dapat menyebabkan makrosomia, hipoglikemia janin, kebutuhan perawatan
intensif neonatal dan kematian neonatal (Sobrevia et al. 2015).

Gangguan toleransi karbohidrat yang mengakibatkan kadar gula darah meningkat,


dan pertama kali diketahui saat hamil mencapai angka 1-14% dari semua kehamilan,
sedangkan di Indonesia datanya mencapai 1,9 – 3,6%. Frekwensi DM pada kehamilan
maupun DMG yang tidak terdiagnosisi mencapai angka 10 – 25% sehingga dapat
meningkatkan angka kesakitan dan kematian baik pada ibu maupun bayi (Kurniawan
2017). DMG merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular, dimana percepatan
pengendalian penyakit tidak menular menjadi salah satu dari beberapa prioritas kesehatan
dalam rangka penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) (Januarsih 2023).

American College of Obstetrician and Gynecologist (ACOG) menyatakan bahwa


pada tahun 2019 dilaporkan 86% kehamilan memiliki komplikasi diabetes, dimana 7 % di
antaranya adalah Diabetes Mellitus Gestasional. DMG didefinisikan sebagai bentuk
diabetes yang pertama didiagnosis selama kehamilan dan merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya eklampsia (Kurniasari and Arifandini 2015). Selama kehamilan normal,
serangkaian kejadian hormonal berkontribusi pada resistensi insulin. Penyebab DMG
belum diketahui pasti, tapi kemungkinan akibat kombinasi genetika dan gaya, mungkin
efek kumulatif dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan dimodifikasi. Faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk riwayat diabetes di keluarga dekat,

1
etnisitas, dan usia ibu. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk DMG meliputi
ketidakaktifan fisik, obesitas/kelebihan berat badan, DMG sebelumnya, dan riwayat bayi
makrosomik (Marcherya and Prabowo 2018).

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)?


2. Apa saja penyebab terjadinya Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)?
3. Apa saja tanda-tanda dan gejala Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)?
4. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Diabetes Mellitus Gestasional
(DMG)?
5. Bagaimana patofisiologi Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan Diabetes Mellitus Gestasional
(DMG)?
7. Apa diagnosa keperawatan yang tepat untuk kasus Diabetes Mellitus Gestasional
(DMG)?
8. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk Diabetes Mellitus Gestasional
(DMG)?

3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)


2. untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
3. untuk mengetahui apa saja tanda-tanda dan gejala Diabetes Mellitus Gestasional
(DMG)
4. untuk mengetahui apa saja factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Diabetes
Mellitus Gestasional (DMG)
5. untuk mengetahui patofisiologi terjadinya Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
6. untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan yang tepat untuk
menangani Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
7. untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang tepat untuk kasus Diabetes Mellitus
Gestasional (DMG)
8. untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk Diabetes Mellitus
Gestasional (DMG

2
BAB II

KONSEP DIABETES MELITUS GESTASIONAL

A. Definisi

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi
makrovaskuler, mikro vaskuler dan neurologis (Purwanto. H. 2016). Diabetes mellitus
adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk
melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan protein sehingga mengarah ke
hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) (Maria, 2021).

Diabetes melitus gestasional adalah gangguan dari glukosa yang dipicu oleh
kehamilan, dan hilang setelah melahirkan. Diabetes melitus gestasional merupakan
gangguan kronik yang ditandai dengan hiperglikemia yang disertai abnormalitas utama
pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Intoleransi karbohidrat ini terjadi atau
diketahu pertama kali saat kehamilan berlangsung (morgan dan Hamilton, 2009).

B. Etiologi

Diabetes Mellitus gestasional (2%-5% dari semua kehamilan). DM yang


didiagnosis selama hamil. DM gestasional merupakan diagnosis DM yang mcncrapkan
untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama
kehamilan. DM gestasional terjadi pada 2-5% perempuan hamil namun menghilang
ketika kehamilannya berakhir. DM ini terjadi pada keturunan Amerika-afrika, Amerika
Hispanik. Amerika pribumi, dan perempuan dengan riwayat keluarga DM atau Iebih
dari 4 kg Saat lahir, obesitas juga merupakan faktor risiko (Black, M. Joyce, 2014).
Riwayat DM Gestasional , sindrom ovarium polikistik, atau melahirkan bayi dengan
berat lebih dari 4,5 kg (LCMone. Priscilla. 2016 dalam (Maria, 2021).

Penyebab dari terjadinya diabetese melitus gestasional (DMG) atau diabetes


kehamilan pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, diabetes melitus gestasional
dapat terjadi karena kurangnya jumlahnya insulin yang diproduksi oleh tubuh yang
diperlukan untuk membawa glukosa melewati membran sel (Mitayani,2009) serta ada

3
beberapa faktor – faktor resiko yang mendukung terjadinya diabetes melitus gestasional
adalah usia kehamilan diatas 35 tahun, obesitas, riwayat keluarga dengan DM, memiliki
riwayat dibetes gestasional sebelumnya, melahirkan bayi makrosomia (>4000gram),
diet dan pola makan yang tidak teratur.

C. Patofisiologi

Proses terjadinya diabetes melitus gestasional pada ibu hamil dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang didukung oleh hormon-hormon yang aktif dan tinggi selama masa
kehamilan. Pada kehamilan terjadi peningkatan produksi hormon-hormon antagonis
insulin, antara lain: progesteron, estrogen, human placenta lactogen, dan kortisol.
Peningkatan hormon-hormon tersebut menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan
peningkatan kadar glukosa darah. Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena
insulin jumlah sangat besar atau banyak masih dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kehamilan. Adanya hormon HPL dan progesteron dapat menyebabkan jarngan pada ibu
menjdi resisten pada insulin sehingga mengahsilkan enzim yang disebut insulinase yang
dihasilkan oleh placenta dan mempercepat terjadinya insulin. Bila pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara adekuat, maka akan timbul suatu kondisi yang disebut
hiperglikemia hal ini yng dapat menyebabkan kondisi kompensasi seperti meningkatkan
rasa haus (polidipsi), mengekskresikan cairan dan mudah lapar (polifagia)
(Mitayani,2009).

Selain itu, adanya dukungan oleh faktor-faktor resiko yang menyebabkan


terjadinya diabetes melitus gestasional. Selama awal kehamilan, toleransi glukosa
normal atau sedikit meningkat dan sensitivitas perifer (otot) terhadap insulin serta
produksi glukosa basal hepatik normal akibat peningkatan hormon estrogen dan
progesteron maternal pada awal kehamilan yang meningkatkan hiperplasia sel β
pankreas, sehingga meningkatkan pelepasan insulin. Hal ini menjelaskan peningkatan
cepat insulin di awal kehamilan sebagai respons terhadap resistensi insulin. Pada
trimester kedua dan ketiga, peningkatan hubungan fetomaternal akan mengurangi
sensitivitas insulin maternal sehingga akan menstimulasi sel-sel ibu untuk menggunakan
energi selain glukosa seperti asam lemak bebas, glukosa maternal selanjutnya akan
ditransfer ke janin.

4
Dalam kondisi normal kadar glukosa darah fetus 10-20% lebih rendah daripada
ibu, sehingga transpor glukosa dari plasenta ke darah janin dapat terjadi melalui proses
difusi sederhana ataupun terfasilitasi. Selama kehamilan, resistensi insulin tubuh
meningkat tiga kali lipat dibandingkan keadaan tidak hamil. Pada kehamilan, penurunan
sensitivitas insulin ditandai dengan defek post-reseptor yang menurunkan kemampuan
insulin untuk memobilisasi SLC2A4 (GLUT 4) dari dalam sel ke permukaan sel. Hal ini
mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon yang berkaitan dengan kehamilan.
Meskipun kehamilan dikaitkan dengan peningkatan massa sel β dan peningkatan kadar
insulin, beberapa wanita tidak dapat meningkatkan produksi insulinnya relatif terhadap
peningkatan resistensi insulin, sehingga menjadi hiperglikemik dan menderita DMG
(Kurniawan,2016).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Pada ibu hamil penderita diabetes melitus gestaional tidak menunjukkan tanda
dan gejala yang langsung terlihat. Biasanya jika ibu sudah menderita diabetes sebelum
hamil, mungkin lebih difokuskan namun pada kasus diabetes melitus gestasional kuran
di perhatikan, karena tidak adanya tanda gejala tapi jika dilakukan skrinning sedini
mungkin bisa mengetahui ada atau tidaknya indikasi diabetes melitus gestasional.Jika
dilakukan pemeriksaan tanda gejala terjadinya diabetes gestasional ditandai dengan :

a. Polidipsi
b. Poliuri
c. polifagia
d. Glukosa plasma puasa 5.1-6.9 mmol / l (92 -125 mg / dl) - Glukosa plasma
1 jam ≥ 10,0 mmol / l (180 mg / dl) mengikuti beban glukosa oral 75g
e. Glukosa plasma 2 jam 8,5 - 11,0 mmol / l (153 -199 mg / dl) mengikuti
beban glukosa oral 75g (WHO 2013).

Jika dilakukan skrinning Strategi One-Step, ditandai dengan :

a. Puasa 92 mg/dL (5,1 mmol/L)


b. 1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L)
c. 2 jam 153 mg/dL (8,5 mmol/L)

5
E. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium
1. One-step 75 gram TTGO. Strategi One-Step Tes toleransi glukosa oral dengan 75
gram glukosa. Pengukuran glukosa plasma dilakukan saat pasien dalam keadaan
puasa, 1 jam, dan 2 jam setelah tes toleransi glukosa. Tes dilakukan pada usia
kehamilan 24-28 minggu pada wanita hamil yang sebelumnya belum pernah
terdiagnosis diabetes melitus. Tes toleransi glukosa oral harus dilakukan pada pagi
hari setelah puasa semalaman setidaknya selama 8 jam. One-step strategy
digunakan untuk mengantisipasi meningkatnya insidens DMG (dari 5-6% menuju
15-20%) karena hanya diperlukan satu hasil abnormal untuk diagnosis.
Kekurangan strategi ini adalah kemungkinan over diagnosis sehingga
meningkatkan biaya medikasi.
2. Two-step approach menggunakan 50 gram glukosa (tanpa puasa) diikuti dengan
tes toleransi glukosa oral (TTGO) menggunakan 100 gram glukosa jika skrining
awalmemberikan hasil positif. Two-steps strategy lebih umum digunakan di
Amerika Serikat. Hal ini karena kurangnya percobaan klinis yang mendukung
keefektifan dan keuntungan one-step strategy dan potensi konsekuensi negatif
akibat risiko over sensitif berupa peningkatan intervensi ataupun biaya medis
selama kehamilan. Two-steps strategy juga mudah karena hanya diberi
pembebanan 50 gram glukosa tanpa harus puasa pada tahap awal skrining.
a. Step 1: Lakukan tes pembebanan glukosa 50 gram (tanpa puasa), kadar
glukosa plasma diukur 1 jam setelah pembebanan glukosa, dilakukan pada
wanita dengan usia kehamilan 24-28 minggu yang belum pernah terdiagnosis
diabetes melitus. Jika kadar glukosa plasma 1 jam setelah pembebanan
glukosa >140 mg/dL* (7,8 mmol/L), dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa
oral dengan 100 gram glukosa.
b. Step 2: Tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa dilakukan pada
pasien dalam keadaan puasa. (Kurniawan, 2016)

6
F. Penatalaksanaan

Penanganan DMG memerlukan kolaborasi tim yang terdiri dari ahli kebidanan
dan kandungan, dokter ahli diabetes, ahli gizi, perawat, edukator, dan ahli anak. Apabila
tidak mungkin, dapat dibentuk tim medis yang lebih kecil. Penatalaksanaan penderita
DMG antara lain:

1. Terapi diet dan Pengelolaan Gaya Hidup

Terapi ini merupakan strategi utama untuk mencapai kontrol glikemik.


Diet harus mampu menyokong pertambahan berat badan ibu sesuai masa kehamilan,
membantu mencapai normoglikemia tanpa menyebabkan lipolisis (ketonuria).
Latihan dan olah raga juga menjadi terapi tambahan untuk mencapai target kontrol
glikemik. Aktivitas fisik intensitas sedang 150 menit/minggu. Terapi nutrisi medis
Kebutuhan kalori = 35 kkal/kg x BBI BBI = (TB – 100) – 10% (TB –100). IMT > 30
kg/m2  25 kkal/kg Karbohidrat 30-35% dari kalori total.

2. Kontrol glikemik. T

Target glukosa pasien DMG dengan menggunakan sampel darah kapiler


adalah:

a. Preprandial (setelah puasa) <95 mg/dL (5,3 mmol/L) dan

b. 1 jam post-prandial (setelah makan) <140 mg/dL (7,8 mmol/L) atau

c. 2 jam post-prandial (setelah makan) <120 mg/dL (6,7 mmol/L)

3. Terapi insulin.

Terapi insulin dipertimbangkan apabila target glukosa plasma tidak


tercapai setelahpemantauan DMG selama 1 - 2 minggu.1

4. Obat hipoglikemik oral.

Obat hipoglikemik oral seperti glyburide danmetformin merupakan


alternatif pengganti insulin pada pengobatan DMG (Kurniawan,2016).

7
G. Dampak Diabetes Melitus Gestasional pada Ibu dan Bayi

 Melahirkan Bayi Makrosomnia

Ibu hamil yang mengidap DM cenderung melahirkan bayi yang berukuran lebih
besar (makrosomia). Hal tersebut dapat menyulitkan proses persalinan yang dapat
menyebabkan trauma lahir, bahkan bayi baru lahir yang mempunyai berat badan di atas
nilai normal tidak dapat menangis atau bernapas secara spontan atau teratur saat lahir.
Bila kondisi ini berlangsung lama, kelak dapat menimbulkan cacat lahir (Setiawan, dkk,
2014).

Insidens bayi makrosomia adalah sekitar 5 % dari semua kelahiran. (Brudenell,M.


dan Doddridge, M.C, 1994). Makrosomia merupakan salah satu penyebab yang dapat
menyulitkan proses persalinan yang dapat menyebabkan trauma lahir. Bahkan bayi baru
lahir yang mempunyai berat di atas normal (>4000gr) tidak bisa menangis atau bernapas
secara spontan dan teratur saat lahir. Bila kondisi ini berlangsung lama, kelak dapat
menimbulkan cacat mental atau fisik.

 Abortus Spontan

Kelainan endokrin misalnya diabetes melitus, berkaitan dengan derajat kontrol


metabolik pada trisemester pertama. Selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan
resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi
abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidsm yang nyata. Dalam kejadian ini abortus yang
terjadi adalah abortus spontan, yakini abortus yang terjadi atau berlangsung tanpa
tindakan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage)(Rahmawati,
2011)

 Preeklamsi atau Hipertensi

Hal ini terutama jika sudah terdapat gangguan ginjal dan vaskuler. Hipertensi
yang dipicu atau mengalami eksaserbasi oleh kehamilan merupakan penyakit utama yang
paling memaksa dilakukannya pelahiran premature/ preterm pada ibu diabetik
(Maryunani,2013).

 Infeksi

8
Infeksi lebih umu terjadi pada dan lebih berat pada wanita diabetik yang hamil.
Infeksi yang sering terjadi adalah vulvovaganitis kandida, infeksi saluran kemih, infeksi
panggul pada masa nifas dan infeksi pada jalan lahir. Yang umum terjadi pada masa
hamil, lebih sering terjadi pada wanita diabetik bersifat serius karena infeksi ini dapat
menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan ketoasidosis (Maryunani,2013).

 Risiko DM Tipe 2 di Kemudian Hari

Ibu hamil yang terindikasi diabetes melitus gestasional, jika tidak mendapatkan
penanganan dan pengobatan serta terapi untuk menurunkan kadar gulanya setelah
melahirkan, diabetes melitus gestasional ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus
tipe 2, dimana diabetes mleitus tipe 2 ini akan mempengaruhi kesehatan ibu dikehamilan
selanjutnya. Hal ini didukung oleh review sistematis oleh Kim dkk pada tahun 2013,
menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami diabetes selama kehamilannya setelah
diikuti selama 5 tahun berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 sebanyak 50% kasus.
Tentunya hal ini sangat menghawatirkan karena dampak –dampak dari diabetes pada
kehamilan sendiri tidak hanya mengenai ibu tetapi juga pada janin dan berarti di
Indonesia akan bertambah pula penderitadiabetes melitus tipe 2.

 Morbiditas Neonatus

Morbiditas neotatus pada kehamilan diabetik secara lebih signifikan lebih tinggi dari pada
bayi yang dilahirkan dari ibu non diabetik. Bayi yang dilahirkan oleh ibu diabetik harus
dipantau secara ketat pada awal periode neonatal untuk mengetahui kemungkinan
komplikasi, terutama hipoglikemia dan sindrom gawat napas.

 Hipoglikemia, Polisitemia dan Hiperbilirubinemia

Pada trimester kedua kehamilan, pankreas janin dengan ibu diabetes mellitus
gestasional akan beradaptasi dengan hiperglikemik dalam lingkungan uterus dengan
meningkatkan produksi insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia pada janin. Titik
kulminasi dari peristiwa metabolik yang terjadi di dalam uterus ini akan mengakibatkan
hipoglikemia, polisitemiadan hiperbilirubinemia. Hipoglikemia neonatus setelah
kelahiran bayi diantisipasi, terutama 24 jam pertama karena bayi terus menghasilkan

9
sejumlah besar insulin pada awal periode neonatal akibat hiperglikemia janin yang baru-
baru dialainya.

Akan tetapi, setelah tali pusar diklem, bayi tidak lagi terpajan dengan kadar
glukosa yang tinggi dari ibu. Ibu harus menyusui bayi mereka secara langsung setelah
lahir dan pada interval yang sering (setiap 3-4 jam) utuk mencegah hipoglikemia. Kadar
glukosa bayi terus dikaji 1-2 jam setelah lahir kemudian 4-6jam selama 24-48 jam
pertama dengan tujuan mempertahankan glukosa darah minimal 2 mmol/l.

Hiperinsuinemia janin selama kehamilan juga menyebabkan peningkatan produksi


sel darah merah yang mengakibatkan polisitemia, yang mungkin membutuhkan koreksi
melalui transfusi pertukaran darah parsial. Pemecahan kelebihan sel darah merah secara
cepat dan imaturitas relatif hati bayi baru lahir menyebabkan bayi tersebut mengalami
ikterus.

H. Diagnosa keperawatan

Kasus:

Ny. H 35 tahun, G4 P3A0, usia kehamilan 30 minggu, di rawat di RS dengan


keluhan sejak 3 hari yang lalu menyatakan mudah lelah, tidak nafsu makan, mual muntah
> 6 kali, lemas, merasa haus, banyak kencing. Dari hasil pemeriksaan BB 85kg. TB 160
cm, TBJ: 2200 gram, hasil laboratorium GDS: 250 mg/dl, terjadi penurunan turgor kulit
riwayat keluarga dengan DM. riwayat melahirkan anak ketiga dengan BBL 4200 gr. Oleh
dokter Ny. H dinyatakan mengidap Diabetes Gestasional kemudian diberikan humulin
30/70 5 IU 30 mnt. Ny. H cemas pemberian insulin akan menyebabkan ketergantungan
dan menyebabkan gangguan perkembangan janinnya. Selama di RS. Ny. H jarang
ditunggu keluarganya karena suami Ny. H harus bekerja, dan orang tua Ny. H juga
merawat anak Ny. H.

Diagnosa Keperawatan:

 Kekurangan volume cairan bd. Kehilangan cairan aktif


 Ansietas bd. Perubahan status Kesehatan
 Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah bd. Diabetes mellitus

10
I. Asuhan Keperawatan

A. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah
1. DS : Kehilangan cairan aktif Kekurangan Volume
 “mual muntah >6 cairan
kali, lemas, merasa
haus, banyak
kencing”
DO :
 Terjadinya
penurunan turgor
kulit
2 DS: Perubahan status Ansietas
 Pasien mengatakan kesehatan
cemas terhadap
pemberian insulin
 Pasien menyatakan
jarang ditunggu
keluarganya karena
suami harus bekerja,
dan orang tua juga
sibuk merawat anak
pasien
DO:
 Pasien tampak lemah

3 DS : Diabetes mellitus Risiko ketidakstabilan


 Pasien mengatakan kadar glukosa darah
lemas
 Pasien mengatakan
banyak kencing
 Pasien mengatakan
merasa haus
DO :
 KGDS: 250 mg/dl
 riwayat keluarga
pasien dengan DM
 pasien dinyatakan
mengidap Diabetes

11
Gestasional
kemudian diberikan
humulin 30/70 5 IU
30 mnt

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan bd. Kehilangan cairan aktif
2. Ansietas bd. Perubahan status Kesehatan
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah bd. Diabetes mellitus

C. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1 Kekurangan Setelah dilakukannya asuhan Manajemen cairan
keperawatan 2 x 24 jam
volume cairan bd.
diharapkan cairan tercukupi,  Pertahankan catatan
Kehilangan cairan Dengan kriteria hasil : intake dan output yang
 Mempertahankan akurat
aktif
pengeluaran urine  Pantau status hidrasi
sesuai dengan usia (kelembaban membran
 Tidak ada tanda mukosa, nadi adekuat,
dehidrasi tekanan darah
 Elastisitas turgor kulit ortostatik), jika
baik diperlukan
 Pantau tanda vital
 Pantau masukan
makanan/cairan dan
hitung asupan kalori
harian
 Kolaborasikan
pemberian cairan IV
 Pantau status nutrisi
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
 Camilan Tawarkan (jus
buah, buah segar)
 Kolaborasi dengan
dokter

2 Ansietas bd. Setelah dilakukannya asuhan Manajemen ansietas


keperawatan 2 x 24 jam
Perubahan status
diharapkan ansietas yang  Gunakan pendekatan
dirasakan pasien teratasi, yang menenangkan

12
Kesehatan Dengan kriteria hasil :  Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap
 Pasien mampu pelaku pasien
mengidentifikasi dan  Jelaskan semua
mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
cemas dirasakan selama
 Pasien mampu prosedur
mengontol cemas.  Temani pasien untuk
 Tanda vital dalam batas memberikan keamanan
normal. dan mengurangi rasa
 Postur tubuh, ekspresi takut
wajah, bahasa tubuh  Dorong keluarga untuk
dan tingkat aktivitas menemani pasien
menunjukkan  Dengarkan keluhan
berkurangnya pasien dengan penuh
kecemasan. perhatian
3 Risiko Setelah dilakukannya asuhan Managemen Hiperglikemia
keperawatan 2 x 24 jam  Pantau kadar glukosa
ketidakstabilan
diharapkan kadar glukosa darah
kadar glukosa darah pasien normal, Dengan  Kelola insulin, seperti
kriteria hasil : yang ditentukan
darah bd. Diabetes
 Dorong asupan cairan
mellitus  Dapat mengontrol oral
kadar glukosa darah  Berikan cairan IV
 Dapat mengontrol stres sesuai kebutuhan
 Dapat meningkatkan  Kelola kalium, seperti
istirahat yang ditentukan
 Pemahaman  Konsultasikan dengan
manajemen Diabetes dokter jika tanda dan
 Status nutrisi adekuat gejala hiperglikemia
menetap atau
memburuk
 Batasi latihan ketika
kadar glukosa darah
adalah > 250 mg/dl,
terutama jika keton
urin yang hadir
 Dorong pemantauan
diri kadar glukosa
darah
 Bantu pasien untuk
menafsirkan kadar
glukosa darah
 Fasilitasi kepatuhan
terhadap diet dan

13
latihan

D. Implementasi & Evaluasi Keperawatan


No Diagnosis Implementasi Evaluasi
1 Kekurangan Manajemen cairan: S : Pasien mengatakan sudah
 Mempertahankan tidak mual dan muntah lagi
volume cairan bd.
catatan intake dan O:
Kehilangan cairan output yang akurat  Turgor kulit kembali
 Memantau status normal
aktif
hidrasi (kelembaban  Kebutuhan cairan
membran mukosa, pasienn terpenuhi
nadi adekuat, tekanan A: Masalah teratasi
darah ortostatik), jika P : Intervensi di hentikan
diperlukan
 Memantau tanda vital
 Memantau masukan
makanan/cairan dan
hitung asupan kalori
harian
 Mengkolaborasikan
pemberian cairan IV
 Memantau status
nutrisi
 Mendorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
 Menawarkan camilan
(jus buah, buah segar)
 Mengkolaborasi
dengan dokter

2 Ansietas bd. Manajemen ansietas: S:


 Pasien mengatakan
Perubahan status
 Menggunakan sudah tidak khawatir
Kesehatan pendekatan yang lagi menggunakan
menenangkan insulin
 Menyatakan dengan  Pasien mengatakan
jelas harapan terhadap keluarga sudah
pelaku pasien mendampinginya
 Menjelaskan semua O: Pasien sudah terlihat tenang
prosedur dan apa yang dan rileks
dirasakan selama A : Masalah teratasi
prosedur P : Intervensi dihentikan
 Menemani pasien

14
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi rasa takut
 Mendorong keluarga
untuk menemani
pasien
 Mendengarkan
keluhan pasien
dengan penuh
perhatian
3 Risiko Manajemen hiperglikemia: S:
 Memantau kadar  Pasien mengatakan
ketidakstabilan
glukosa darah tidak lemas lagi
kadar glukosa  Mengelola insulin,  Pasien mengatakan
darah bd. Diabetes seperti yang frekuensi kencing
ditentukan normal
mellitus  Mendorong asupan  Pasien sudah tidak
cairan oral sering merasa haus
 Memberikan cairan O : GDS : 180 mg/dl
IV sesuai kebutuhan A : Masalah teratasi
 Mengelola kalium, P : Intervensi monitor kadar
seperti yang gula darah di lanjutkan
ditentukan
 Mengkonsultasikan
dengan dokter jika
tanda dan gejala
hiperglikemia
menetap atau
memburuk
 Membatasi latihan
ketika kadar glukosa
darah adalah > 250
mg/dl, terutama jika
keton urin yang hadir
 Mendorong
pemantauan diri kadar
glukosa darah
 Membantu pasien
untuk menafsirkan
kadar glukosa darah
 Memfasilitasi
kepatuhan terhadap
diet dan latihan

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin
oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat
menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit makrovaskuler,
termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.

B. Saran

Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat, sehingga. Pengertian


masyarakat tentang diabetes mellitus akan bertambah. Mengerti serta menyadari tentang
seluk beluk penyakit diabetes mellitus. Mengetahui tanda bahaya dari adanya komplikasi
diabetes secara dini Sangat perlu agar tindakan medis secara dini dapat dilaksanakan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ari, Kurniawan. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan, dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan

Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Jakarta:
EGC Buku ajar Fisiologi Guyton.

Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical Nursing Ed.5.Mosby

Maria, I. (2021). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Dan Asuhan Keperawatan Stroke.
Deepublish. https://books.google.co.id/books?id=u%5C_MeEAAAQBAJ

Morgan, Geri dan Hamilton Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.

Martinus, Adrian.2005.1001 Tentang Diabetes. Bandung: Nexx Media

Purwanto. H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Pearce, Evelyn C.2007.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT Gramedia Pustaka


Utama

Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi volume Edisi 6. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8.Jakarta: EGC

Tambayong, Jan dr. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. EGC

17
18

Anda mungkin juga menyukai