Oleh :
dr. Mardoni Efrijon
Peserta PPDS Obstetri dan Ginekologi
Pembimbing :
Dr. dr. Roza Sriyanti, Sp.OG, subsp. KFm
LEMBAR PENGESAHAN
Padang, 2023
Mengetahui / menyetujui Peserta PPDS
Pembimbing Obstetri &
Ginekologi
Dr. dr. Roza Sriyanti, Sp.OG, subsp. KFm dr. Mardoni Efrijon
Mengetahui :
KPS PPDS OBGIN
FK UNAND RS. Dr. M. DJAMIL PADANG
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
1.3 Metode Penulisan.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................17
3.1 Definisi............................................................................................................................17
3.2 Epidemiologi...................................................................................................................17
3.3 Faktor Risiko...................................................................................................................18
3.4 Klasifikasi........................................................................................................................19
3.5 Kehamilan Mola..............................................................................................................19
3.6 Tumor trofoblas...............................................................................................................20
3.7 Patogenesis......................................................................................................................21
3.8 Diagnosis.........................................................................................................................23
3.8.1 Anamnesis................................................................................................................23
3.8.2 Pemeriksaan Fisik 1,11,12................................................................................................................................................. 24
3.8.3 Pemeriksaan Penunjang............................................................................................24
3.8.4 Perbedaan Mola Hidatidosa Komplit dan Parsial Secara Histopatologi..................27
3.9 Penatalaksanaan.................................................................................................................30
3.9.1 Terminasi Kehamilan Mola......................................................................................31
3.9.2 Penatalaksanaan Mola Disesuaikan dengan Kategori FIGO 1,6, 21............................................32
3.9.3 Pengawasan Pascakuretase.......................................................................................33
3.10 Prognosis..........................................................................................................................34
3.11 Hubungan Mola dengan Hipertiroid...........................................................................35
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................43
i
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUA
1
berkisar antara
2
2,2 % - 5,7 %. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali seteiah
jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian
menderita degenerasi keganasan menjadi choriocarcinoma. Persentase keganasan
yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar antara 5,56 %.
Lemahnya pengawasan dan evaluasi pasien setelah jaringan mola dievakuasi
menjadi masalah yang dihadapi oleh banyak dokter di Indonesia sehingga
penanganan pada kasus dengan mola hidatidosa tidak dapat dilakukan secara
optimal. 2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Molahidatidosa merupakan kehamilan abnormal yang ditandai dengan
perubahan yang menyimpang secara histologi dari jaringan plasenta. Secara klasik
vilikorialis dari plasenta menunjukkan variasi perubahan trofoblas proliferasi dan
edema stroma vilus. Molahidatidosa dibagi ke dalam dua kelompok yaitu
molahidatidosa komplit dan Molahidatidosa parsial. Kelainan kromosom
memainkan peran yang penting dalam perkembangan Molahidatidosa. 1,2,3
Molahidatidosa merupakan subkategori dari penyakit trofoblas gestasional
yang berasal dari plasenta dan dapat bermetastase. Hal yang membuat penyakit ini
unik adalah sumber asal dari jaringan yang berkembang berasal dari jaringan
gestasional bukan berasal dari jaringan maternal. Bentuk lain dari penyakit
tofoblas gestasional adalah koriokarsinoma (dapat mengarah ke keganasan dan
invasif) dan placental site trophoblastic tumors. Walaupun molahidatidosa
biasanya merupakan penyakit yang jinak, akan tetapi dapat berupa kondisi
premalignansi dan berpotensi menjadi suatu malignansi dan invasif. 4
3.2 Epidemiologi
Terdapat variasi regional insidensi penyakit tropoblas yang dapat diliat
diseluruh dunia. Perkiraan yang akurat mengenai insidensi dari penyakit tropoblas
gestasional sangat sulit dilakukan karena banyaknya faktor yang terlibat seperti
rendahnya prevalensi dari penyakit, tidak konsistennya data penyakit dari rumah
sakit dan populasi serta perbedaan akses ke sentral patologi untuk melakukan
penilain mengenai kasus yang didapat. 1,5
Berdasarkan data studi populasi didapatkan bahwa insidensi
molahidatidosa lebih tinggi di kawasan Asia jika dibandingkan dengan kawasan
Amerika Utara atau Eropa. Insidensi di United Kingdom dimana didapatkan dari
database nasional yang terregistrasi menunjukkan 3/1000 kehamilan merupakan
kehamilan dengan molahidatidosa.1,5
4
Insidensi di Amerika Serikat dan Eropa relatif konstan pada 1 hingga 2 per
1000 kelahiran. Literatur lain menyatakan insidensi kehamilan dengan mola di
Amerika Serikat sekitar 1 dari 1500 kehamilan dan 1 dari 600 abortus terapetik.
Angka tertingi secara global terjadi pada wanita di Asia Tenggara dan Jepang
1,6
dimana insidensi mola lebih sering terjadi dengan anga 1 dari 500 kehamilan.
6
insidensi molahidatidosa yang tinggi diketahui terjadi defisiensi vitamin A. Akan
tetapi penelitian lainnya yang bertujuan untuk mencari korelasi faktor makanan
tertentu gagal membuktikan hubungan konsumsi makanan tertentu dengan
kejadian molahidatidosa. 6
Autosomal resesif yang jarang di jumpai diduga memiliki peran yang
penting akan pembentukan molahidatidosa, faktor kromosom 19q telah di
identifikasi berperan dalam terjadinya molahidatidosa berulang. Akan terjadi
perubahan terhadap gen NLRP7 dan KHDC3L yang berperan sebagai faktor
predisposisi kehamilan yang abnormal. 5,6
3.4 Klasifikasi
Penyakit trofoblastik gestasional diklasifikasikan berdasarkan
histopatologi, sitogenetik dan tampilan klinis berdasarkan klasifikasi WHO yang
sudah dimodifikasi yaitu : 1,3,6,7
1. Kehamilan Mola
a. Molahidatidosa
- Mola komplit
- Mola parsial
b. Mola invasif
2. Tumor trofoblas
a. Koriokarsinoma
b. Placental site trophoblastic tumor
c. Epithelioid trophoblastic tumor
(Modifikasi dengan izin dari Kurman RJ, Carcangiu ML, Herrington CS, et al )
7
Mola parsial 1,6
Molahidatidosa parsial ditandai dengan adanya jaringan fetus/embrio,
vili korionik dengan oedem fokal yang bervariasi dalam bentuk dan
ukuran.
8
b. Placental site trophoblastic tumor
Placenta site trophoblastic tumor (PSTT) merupakan penyakit yang
jarang yang berasal dari tempat implantasi plasenta dan mengandung
trofoblas intermdiet mononuklear tanpa infiltrasi vili korialis ke dalam
lapisan atau tali pusat antara serat miometrium. PSTT berhubungan
dengan kurangnya invasi vaskuler, nekrosis, dan perdarahan
dibandingkan dengan koriokarsinoma dan metastasis melalui aliran limfe.
PSTT lebih sering diploid daripada aneuploid. Sebagian besar mengikuti
gestasi non mola.1,8
3.7 Patogenesis
Kehamilan dengan molahidatidosa secara tipikal berasal dari fertilisasi
abnormal kromosom. Mola hidatidosa komplit terbentuk jika 23,X sperma haploid
melakukan penetrasi ke 23,x sel telur haploid yang memiliki gen belum aktif.
Kemudian kromosom paternal akan membentuk 46,XX diploid. Molahidatidosa
komplit mengalami pembesaran hidatid seragam dan awal dari vili tanpa adanya
fetus atau embrio, trofoblas mengalami hiperplasia dengan variasi tingkat atipia
dan tidak adanya kapiler villus. Sekitar 90 % mola komplit adalah 46,XX, berasal
dari duplikasi kromosom sperma haploid setelah fertilisasi sel telur dengan
kromosom maternal inaktif atau absen. 10% mola komplit adalah 46,XY atau
46,XX sebagai hasil fertilisasi ovum kosong oleh 2 sperma (dispermia).1,4,6
Molahidatidosa parsial teridentifikasi adanya jaringan fetus/embrio, vili
korionik dengan oedem fokal yang bervariasi dalam bentuk dan ukuran. Mola
jenis ini terbentuk dari dua buah sperma a23,X atau 23,Y yang keduanya
melakukan fertilisasi (dispermia) a23,X yang mengandung haploid sel telur
Sebagian besar mola parsial mempunyai kariotype 69,XXY akibat dari fertilisasi
9
1 ovum oleh 2
10
sperma yang hasil akhirnya merupakan triploid dan disebut dengan diandry.
Kurang dari 5% mola parsial akan berkembang menjadi penyakit trofoblastik
gestasional; metastasis jarang terjadi dan diagnostik histopatologis
koriokarsinoma belum terbukti. 1,4,6
11
Ada beberapa teori yang diajukan menerangkan patogenesis dari
penyakit trofoblas. Diantaranya Hertig mengatakan bahwa mola hidatidosa terjadi
insufisiensi peredaran darah akibat matinya embrio pada minggu ke 3-5 (missed
abortion), sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenchim vili dan
terbentuklah kist-kista kecil yang makin lama makin besar sampai pada akhirnya
terbentuklah gelembung mola. Sedangkan proliferasi trofoblas merupakan akibat
dari tekanan vili yang oedemateus. Sebaliknya, Park mengatakan bahwa yang
primer adalah adanya jaringan trofoblas yang abnormal, baik berupa hiperplasia,
displasia maupun neoplasia. Bentuk abnormal ini disertai pula dengan fungsi yang
abnormal, dimana terjadi absorpsi cairan yang berlebihan ke vili. Keadaan ini
menekan pembuluh darah, yang akhirnya menyebabkan kematian embrio. 6,8
Perkembangan embrio normal memerlukan satu set gen yang dicetak
secara maternal dan gen lain secara paternal. Pada mola 2 set gen dicetak secara
paternal. Pada keadaan ini trofoblas displasia, namun janin tidak berkembang.
Perkembangan materi genetik paternal menyebabkan proliferasi trofoblas yang
berlebihan. Pada mola hidatidosa komplit, materi paternal lebih banyak sehingga
10
terjadi proliferasi trofoblas yang lebih banyak dibandingkan mola parsial.
3.8 Diagnosis
Dalam menegakkan suatu penyakit trofoblas gestasional perlu dilakukan
pemeriksaan yang menyeluruh. Mulai dari anamnesis yang terarah berdasarkan
keluhan dan gejala yang dirasakan pasien, pemeriksaan fisik untuk menemukan
tanda klinis yang penting, hingga pemeriksaan penunjang diagnostik yang
bertujuan untuk mengkonfirmasi dan evaluasi dari penatalaksanaan yang telah
diberikan mulai dari pemeriksaan laboratorium, ultrasonografi sampai patologi
anatomi.
1,6,10,11,12
3.8.1 Anamnesis
a. Perdarahan pervaginam pada usia gestasi 6-16 minggu (80-90%), mulai
dari bercak, hingga perdarahan hebat
b. Keluarnya vesikel atau gelembung seperti mata ikan
c. Hiperemesis gravidarum (8%)
d. Amenore
12
Tabel 3.1.Gejala yang Berhubungan dengan Kehamilan Mola 6,11
13
Gambar 3.2. USG Mola Hidatidosa Komplit. Karakteristik gambaran
Snowstorm karena adanya massa ekogenik yang dikelilingi banyak
massa kistik anekoik. 1
14
c. Kadar tiroksin bebas dalam plasma meningkat, Tyroid stimulating hormone
(TSH) menurun. Ini disebabkan oleh efek mirip tirotropin dari hCG sehingga
fT4 meningkat. 1,6
d. Pemeriksaan Histopatologi
Pada usia kehamilan dibawah 10 minggu, perubahan klasik jaringan mola
belum dapat dilihat karena vili belum membesar dan jaringan stroma mola
belum cukup edem dan avaskular. Pemeriksaan histopatologi dapat
ditingkatkan dengan pewarnaan imunohistokimia p57 dan genotip molekular.
1,6
Tabel 3.2.Perbedaan Tampilan Klinis Mola Komplit dan Mola Parsial. 1,6
16
Untuk Sistem Staging dan Diagnostik untuk Gestational Trophoblastic Neoplasia.1
17
Gambar 11.Gambaran Mola Hidatidosa Parsial, tampak gelembung mola
disertai janin atau bagian janin
b. Gambaran mikroskopis 4,14,15
1. Mola Hidatidosa Komplit :
- Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan stroa vilus
- Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
- Proliferasi epitel trofoblas dengan derajat bervariasi
- Tidak adanya janin dan amnion
18
Gambar 14Alur Penanganan Penyakit Trofoblas Gestasional.
16
19
3.9 Penatalaksanaan
Angka kematian akibat kehamilan mola saat ini praktis telah berkurang
hingga nol oleh diagnosis dini dan terapi yang sesuai. Terdapat dua hal pokok
yang penting dalam penatalaksanaan semua kehamilan mola. Pertama adalah
evakuasi mola dan kedua adalah tindak lanjut (follow up) teratur untuk mendeteksi
penyakit trofoblastik persisten. 1,6,13,16,20
Perlu dilakukan evaluasi preoperatif untuk mengidentifikasi potensi
komplikasi yang mungkin terjadi seperti preeclampsia, hipertiroid, anemia,
gangguan elektrolit dari hiperemesis dan metastasis. Pemeriksaan yang paling
direkomendasikan adalah foto thorax, karena untuk saat ini pemeriksaan CT Scan
dan MRI belum dianggap pemeriksaan rutin kecuali ada kelainan pada foto thorax
yang membuktikan terdapat lesi pada paru-paru atau penyebaran extrauterina.1,6,18
20
3.9.1 Terminasi Kehamilan Mola
Terlepas dari ukuran uterus, evakuasi jaringan mola dengan kuretase
hisap merupakan tindakan yang lebih disukai. Dilatasi serviks pra operasi
dengan dilator osmotik direkomendasikan jika serviks masih tertutup.
Perdarahan intraoperatif bisa lebih besar pada kehamilan mola dibandingkan
pada kehamilan non-mola. Pada kehamilan mola yang besar, anestesi yang
adekuat, akses intravena yang cukup, dan dukungan ketersediaan darah sangat
penting. Serviks didilatasi secara mekanis untuk memungkinkan kanul kuret
hisap yang lebih besar dapat dimasukkan. 1,2,4,6,21
Ketika evakuasi jaringan mola dimulai, oksitosin diinfuskan untuk
mengurangi perdarahan. Ultrasonografi intraoperatif direkomendasikan untuk
membantu memastikan cavum uteri telah kosong. Ketika miometrium
berkontraksi, kuretase menyeluruh namun lembut dengan kuret Sims loop
besar yang tajam dilakukan. Jika perdarahan berlanjut meskipun evakuasi
uterus telah selesai dan infus oksitosin telah diberikan, agen uterotonik lainnya
dapat diberikan. Dalam kasus yang jarang terjadi, embolisasi arteri pelvis atau
histerektomi mungkin diperlukan. 2,4
Beberapa bagian trofoblas dapat masuk ke dalam sistem vena panggul
selama evakuasi mola. Dengan jumlah jaringan mola yang besar, jumlah
jaringan yang masuk mungkin cukup untuk menghasilkan gangguan
pernapasan yang tampak secara klinis, edema paru, atau bahkan emboli.
Karena adanya penyebaran jaringan trofoblas, ada kekhawatiran bahwa
jaringan trofoblas akan berkembang dalam parenkim paru-paru untuk
menyebabkan penyakit persisten atau bahkan keganasan. Akan tetapi untuk
saat ini belum ada bukti yang menunjukkan ke arah keganasan.2, 21,22
Setelah kuretase, imunoglobulin anti-D (Rhogam) diberikan kepada
wanita Rh D negatif karena jaringan janin dengan jaringan mola parsial dapat
mencakup sel darah merah dengan antigen D. Kasus yang dicurigai sebagai
mola komplit diperlakukan sama karena diagnosis definitif mola komplit dan
mola parsial mungkin tidak dapat dikonfirmasi sampai evaluasi histopatologi
dari jaringan yang dievakuasi. Setelah evakuasi, prognosis jangka panjang
untuk wanita dengan mola hidatidosa tidak membaik dengan kemoterapi
21
profilaksis. Selain itu, toksisitas kemoterapi termasuk kematian kemungkin
signifikan, dan karenanya tidak direkomendasikan secara rutin. 16,17
Metode selain kuretase hisap dapat dipertimbangkan untuk kasus
tertentu. Histerektomi dengan tetap mempertahankan ovarium mungkin lebih
dipilih untuk wanita dengan mola komplit yang telah cukup memiliki anak.
Dari wanita berusia 40 hingga 49 tahun, 30 hingga 50 persen selanjutnya akan
mengalami Neoplasma Trofoblas Gestasional, dan histerektomi secara nyata
mengurangi kemungkinan ini. Kista teka-lutein yang terlihat pada saat
histerektomi tidak memerlukan pengangkatan, dan mereka secara spontan
mengalami regresi setelah terminasi mola. Induksi persalinan atau histerotomi
jarang digunakan untuk evakuasi jaringan mola di Amerika Serikat. Keduanya
kemungkinan akan meningkatkan hilangnya darah lebih banyak dan secara
teoritis dapat meningkatkan kejadian penyakit trofoblas persisten. 1,17,18,22
22
Alternatif lain pengganti kemoterapi adalah kuretase mola ke 2, tindakan
ini dinyatakan aman, risiko perdarahan uterus, perforasi rahim dan infeksi
saluran genitalia post kuret mola ke 2 tidak terbukti membutuhkan
intervensi pembedahan. 12
Mola high risk ( FIGO skor ≥7) digunakan regimen kemoterapi
kombinasi, yang sering digunakan yaitu EMA/CO (etopuside,
metrotrexate, dactinomycin/cyclophosphamide dan vincristine).
Siklus regimen kemoterapi dilanjutkan tiap 2 minggu sampai
metastasis tidak ditemukan dan serum BhCG normal,
kemudian dilanjutkan penambahan terapi 3-4 siklus lagi. 21,22
23
Gambar 15. Kadar penurunan kadar β-hCG setelah evakuasi jaringan mola.
3.10 Prognosis
Penyakit Trofoblas Gestasional memiliki prognosis yang berbeda – beda,
prognosis penyakit dapat dinilai berdasarkan kriteria klinis yang dijumpai. Hal ini
seperti yang terlihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6. Prognosis Penyakit Trofoblas Gestasional berdasarkan kriteria klinis
24
Sebanyak 5-20% mola hidatidosa komplit berkembang menjadi penyakit
tofoblastik persiten, 1-5% mola parsial berkembang menjadi penyakit trofoblastik
persisten, oleh karena itu perlu follow up rutin. Pemeriksaan hCG dilakukan tiap
1- 2 minggu hingga 3x tes menunjukkan hasil normal, kemudian tiap 3 bulan
selama 6 bulan setelah hasil normal. Lebih dari setengah pasien akan mengalami
regresi komplit hCG normal dalam 2 bulan post evakuasi. Kontrasepsi
direkomendasikan 6 bulan setelah hasil hCg normal. Kontrasepsi pil dianjurkan
karena mempunyai keuntungan menekan LH endogen, sehingga kadar hCG juga
rendah. 1,6,19,20
26
Keadaan ini akan menyebabkan penurunan kadar TSH dan peningkatan kadar
hormon bebas. Hormon hCG dan TSH merupakan hormon yang termasuk dalam
kelompok hormon glikoprotein yang mengandung subunit α dan β. Subunit β pada
hormon hCG dan hormon TSH 85% memiliki kesamaan pada 114 asam amino
pertama. Persamaan ini menyebabkan terjadinya stimulasi berlebihan hCG
terhadap reseptor TSH pada kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroksin
dan triodotironin. 14,16
27
BAB III
KESIMPULA
N
28
DAFTAR PUSTAKA
29
12. Salani R, Copeland LJ. Malignant diseases and pregnancy. In: Gabbe SG,
Niebyl JR, Simpson JL, et al, eds. Obstetrics: Normal and Problem
Pregnancies. 7th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2017:chap 50.
13. Goldstein DP, Berkowitz RS. Gestational trophoblastic disease. In:
Niederhuber JE, Armitage JO, Doroshow JH, Kastan MB, Tepper JE, eds.
Abeloff's Clinical Oncology. 5th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders;
2014:chap 90.
14. Sarmadi S, Izadi-Mood N, Sanii S, Motevalli D. Inter-observer variability in
the histologic criteria of diagnosis of hydatidiform moles. Malays J Pathol.
2019 Apr;41(1):15-24.
15. Heller DS. Update on the pathology of gestational trophoblastic disease.
APMIS. 2018 Jul;126(7):647-654.
16. Management of gestational trophoblastic disease. RANZOG 2017.
17. Braga A, Mora P, de Melo AC, Nogueira-Rodrigues A, Amim-Junior J,
Rezende-Filho J, Seckl MJ. Challenges in the diagnosis and treatment of
gestational trophoblastic neoplasia worldwide. World J Clin Oncol. 2019 Feb
24;10(2):28-37.
18. Sambit M, Edward M, Sabaratnam A. Algorithms for Obstetrics and
Gynaecology. Oxford University Press 2014
19. Ross JA, Unipan A, Clarke J, Magee C, Johns J. Ultrasound diagnosis of molar
pregnancy. Ultrasound. 2018 Aug;26(3):153-159.
20. Paola Aghajanian. Gestational Trophoblastic Diseases Chapter 51. Current
Diagnosis and Treatment in Obstetrics and Gynecology 11 ed. 2017. Lange
Medical Book. New York. p:467-488.
21. Ning F, Hou H, Morse AN, Lash GE. Understanding and management of
gestational trophoblastic disease. F1000Res. 2019;8
22. Li X, Xu Y, Liu Y, Cheng X, Wang X, Lu W, Xie X. The management of
hydatidiform mole with lung nodule: a retrospective analysis in 53 patients. J
Gynecol Oncol. 2019 Mar;30(2):e16.
30