Anda di halaman 1dari 33

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

POST OP KISTAOVARIUM
TIPE CYSTADENOKARSINOMA, SEROSUM
PAPILIFERUM

Disusun Oleh :

Nur Safriyanti

N 111 16 037

Pembimbing Klinik :

dr. Ni Made Astijani, Sp.OG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2017
BAB I
PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan


menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang
bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas
atau kanker1,2.
Perjalanan penyakit yang secara diam-diam menyebabkan banyak wanita
tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya
mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Kista
ovarium biasanya berukuran kecil dengan ukuran kurang dari 5 cm, berkapsul
dengan isi cairan. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala, dan dapat
mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan
tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause1.
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan
penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas
insidensi keganasan ovarium, rerata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia
(14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua
ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 19913,4.
Penanganan terhadap kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Jadi
tidak semua kista ovarium dioperasi, apalagi ternyata kista tersebut dapat resolusi
spontan. Tindakan operatif selain sangat invasif, dapat berdampak terhadap
fertilitas seseorang. Sehingga untuk menentukan apakah kista tersebut harus
diangkat atau tidak, diagnosisnya harus benar-benar jelas1.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I.1 DEFINISI

Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang


tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium5.

I.2 KLASIFIKASI

Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang
berifat nonneoplastik. Tumor nonneoplastik dalam hal ini dibagi menjadi tumor
akibat radang dan tumor lain, yaitu kista folikel, kista korpus luteum, kista lutein,
kista inklusi germinal, kista endometrium dan kista stein-leventhal. Tentang
tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat diterima oleh semua
pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan histopatologi atau
embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung masih kurangnya
pengetahuan mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula berhubung dengan
adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama rupanya mempunyai asal
yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi
atas tumor jinak dan tumor ganas. Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat
jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik dan tumor solid. Berdasarkan hal tersebut
diatas, tumor kistik dari ovarium yang jinak dapat dibagi dalam golongan
nonneoplastik dan golongan neoplastik6,7.

1. Kista Ovarium Nonneoplastik

1.1 Kista Folikel

Kista folikel merupakan jenis tumor ovarium jinak yang paling banyak
dijumpai. Ukuran bervariasi antara 3-8 cm. Kista ini berasal dari folikel de Graff
yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bila
dilihat secara histologi, kista folikel dilapisi oleh lapisan dalam berupa sel-sel
granulosa dan dilapisan luar berupa sel-sel teka interna. Cairan yang terdapat di
dalam folikel yang tidak seluruhnya terbentuk tidak dapat diresorbsi sehingga
menyebabkan pembesaran dari kista folikel. Biasanya jenis kista ini tidak
menimbulkan gejala, meskipun ketidakteraturan haid, perdarahan di luar haid
bahkan torsi bisa terjadi. Bila ukuran kista telah membesar maka dapat
menyebabkan nyeri panggul. Kista folikel lambat laun mengecil dan dapat
menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista menghilang pula. Apabila
ukuran kista yang tidak lebih dari 5 cm maka dilakukan observasi selama 3 siklus
haid tanpa pengobatan untuk melihat regresi dari kista tersebut. Bila setelah
observasi tidak didapati adanya regresi kista atau ukuran kista semakin membesar
maka dilakukan tindakan operatif.

1.2 Kista Korpus Luteum

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum. Dalam keadaan
normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Pada
keadaan tertentu, kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus
luteum persistens); Perdarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan
terbentuknya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberikan gambaran yang
khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum
yang berasal dari sel-sel teka.
Kista korpus luteum dapat memberikan gangguan haid, berupa amenorea
diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa
berat di perut bagian bawah. Perdarahan yang berulang dalam kista dapat
menyebabkan ruptur. Pada beberapa kasus sering menyerupai kehamilan ektopik
sehingga menyulitkan diagnosis.

1.3 Kista Teka Lutein


Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya
bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat juga menunjukkan luteinisasi, akan
tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini adalah
akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.

1.4 Kista Inklusi Germinal

Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya
terjadi pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.

1.5 Kista Stein Leventhal

Pada kista stein-leventhal biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat


polikistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada
pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik.
Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak
ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut Stein-
Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme, infertilitas, obesitas dan
oligomenorea sekunder. Kecenderungan virilisasi pada jenis kista inin
kemungkinan disebabkan hiperplasi dari tunika interna yang menghasilkan zat
androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal dominan.

1.6 Kista endometrial

Kista ini merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium.

2. Kista Ovarium Neoplastik

2.1 Kistoma Ovarii Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,


seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di
dalam kista tampak jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista
tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi
(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu
jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan
tekanan cairan dalam kista.

2.2 Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin
berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor
berasal dari lapisan germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini
mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.
Gambaran Klinik. Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu,
permukaan berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang
amat besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor
yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor
biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi
torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan
berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak
tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar
karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan
mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar
menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika
terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada
permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan
pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak
perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada
kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler.
Tempat-tempat tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat
ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari
kistadenoma musinosum.

Gambar 1. Kistadenoma Ovarii Musinosum

2.3 Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelium).
Gambaran Klinik. Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang
amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat
berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih
keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam
rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista
cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang
kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler
(solid papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan
gambaran makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang
jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik
atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar
dan gelap warnanya. Karena tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ephithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam
tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam
stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan
bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa
tumor itu ganas.
Perubahan Ganas. Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan
stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum
secara mikroskopik digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi,
garis pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-
kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi
keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat
dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan
keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai
dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis
histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis
kasus tersebut menurut pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium
yang ganas (clinically malignant).

Gambar 2. Kistadenoma ovarii serosum

2.4 Kista Endometroid


Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista
ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya
dengan endometriosis ovarii.

2.5 Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai
lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.
Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa
tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis.
Gambaran Klinik. Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding
kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian
kistik kenyal, di bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga
satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan
kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding
bagian dalam yang menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal.
Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang
rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus
gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal).
Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa
massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat
beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di
perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan
keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan
biasanya pada wanita lewat menopause. Yang tersering adalah karsinoma
epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada kemungkina
pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor
yang khas. Termasuk di sini:
1. Struma ovarium
Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat
menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS. Dr. Soetomo Surabaya
pernah ditemukan 5 kasus struma ovarium, semuanya tak berfungsi dan tidak
ganas.
2. Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum
Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal dari satu elemen
dari epitelium germinativum.
3. Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus dibuktikan
adanya hormon koriogonadotropin.
Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umunya teratoma solid
merupakan suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun jarang, dapat juga ditemukan
teratoma solid yang jinak.

Gambar 3. Kista Dermoid

I.3 EPIDEMIOLOGI
Kista ovarium paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20 – 50 tahun
dan jarang sekali pada masa prapubertas. Di antara beberapa kista ovarium, kista
folikel, kista korpus luteum, kistadenoma musinosum, kistadenoma serosun dan kista
dermoid merupakan beberapa tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kistadenoma
ovarii musinosum banyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii
serosum. Kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok
neoplasma ovarium. Sementara Kistadenoma ovarii serosum ditemukan dalam
frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada
golongan umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10 –
20%). Kedua tumor ini merupakan 60% dari seluruh kelompok neoplasma
ovarium. Kista dermoid dijumpai 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang
kistik dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25%
dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi
walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil7.

I.4 TANDA dan GEJALA

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas
endokrin, atau komplikasi tumor-tumor tersebut7,8.

Akibat Pertumbuhan. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa


menyebabkan pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor dan posisinya didalam perut. Suatu kista dapat
menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi atau terkadang
hanya menimbulkan rasa berat diperut jika terletak bebas di rongga perut. Selain
gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi dan edema pada
tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limf. Pada tumor yang besar
dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.

Akibat Aktivitas Hormonal. Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah


pola haid, kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon yang sering terjadi
pada tumor ganas, misalnya tumor sel granulose yang dapat menimbulkan
hipermenorea dan arhenoblastoma yang dapat menyebabkan amenorea.

Akibat Komplikasi. Perdarahan ke dalam kista. Biasanya terjadi sedikit-


sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi apabila perdarahan
dalam jumlah banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan
nyeri perut mendadak.
Putaran Tangkai. Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya.
Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi adalah kehamilan, karena pada
kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor. Sesudah
persalinan dapat terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut. Selain itu,
putaran tangkai sering menyebabkan gangguan sirkulasi walaupun gangguan ini
jarang bersifat total, rasa nyeri, dan bila putaran tangkai berjalan terus akan terjadi
nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat menyebabkan robekan dinding kista
dengan perdarahan intraabdominal atau peradangan sekunder.
Infeksi pada Tumor. Terjadi jika di dekat tumor terdapat sumber kuman
pathogen, seperti appendicitis, diverticulitis atau salpingitis akuta. Kista dermoid
cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
Robek Dinding Kista. Terjadi pada torsi tangkai atau karena trauma. Apabila
kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi
peritoneum akan segera berkurang. Tetapi, apabila robekan pada kista disertai
perdarahan yang timbul secara akut dan berlangsung terus ke dalam rongga
peritoneum maka akan menyebabkan rasa nyeri yang terus menerus disertai tanda-
tanda abdominal akut. Robekan dinding kista pada kistadenoma musinosum dapat
menyebabkan terjadinya keadaan yang disebut pseudomiksoma peritonei.
Perubahan Keganasan. Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti
kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid.
Oleh karena itu, setelah tumor diangkat pada operasi, perlu dilakukan
pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasan. Adanya asites dan anak sebar (metastasis) memperkuat kecurigaan
terhadap keganasan.

I.5 DIAGNOSIS

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah


dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya,
lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah
ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba
tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam
rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan
adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah
lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium
dapat menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini
kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan
oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan
teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium,
maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik.
Tumor nonneoplastik akibat peradangan umumya dalam anamnesis menunjukkan
gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor
akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista
nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar dan diantaranya pada suatu waktu
biasanya menghilang sendiri7.

I.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak jarang tentang penegakan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian


sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis
yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan
diferensial diagnosis7,9.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
adalah:
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak. Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) kista abnormal dapat
memberikan gambaran kantung dengan banyak ruang-ruang dan terlihat
pertumbuhan sel-sel yang menonjol dari dinding dalam kista. Ini membuat
permukaan kista menjadi bergerigi atau tidak mulus. Dan tidak seperti kista
fungsional yang hanya terisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran
cairan dan jaringan solid.

Gambar 4. Pemeriksaan Ultrasonografi Kista Ovarium. Kiri gambaran kista


ovarium jinak. Kanan Gambaran kista ovarium ganas.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam
tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapt mencemarkan cavum peritonei dengan isi kista bila
dinding kista tertusuk.
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya
kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi tidak sering
dilakukan karena pertimbangan biaya.

I.7 PENATALAKSANAAN

Terapi kista ovarium bergantung dari beberapa faktor, yaitu ukuran dan jenis
kista, umur dan kondisi kesehatan penderita, rencana kehamilan di masa depan,
demikian juga dengan beratnya gejala-gejala yang terjadi.
Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu7,10:
1. Sikap wait and see. Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang
akan menyusut dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan. Semakin dini deteksinya
semakin mudah pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap agar ovariumnya
tetap utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan, jika diputuskan untuk
mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat terjadi jika kista ditemukan dalam
stadium dini.
2. Pilihan lainnya ialah terapi bedah. Indikasi bedah ialah kista yang tidak
menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki
ukuran demikian besar, kista yang ditemukan pada wanita yang menopause atau
kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan.
Tindakan bedah dapat sangat terbatas berupa pengangkatan kista dengan tetap
mempertahankan ovarium. Tindakan ini kemungkinan dapat menjadi lebih
ekstensif, mulai dari pengangkatan seluruh ovarium atau lebih luas lagi merembet
ke pengangkatan uterus (histerektomi total).
Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor
ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya
tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista
folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk
menunggu selama 2 – 3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan
dalam pertumbuhan tumor tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk
pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba
(salphyngo-ooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda
yang masih ingin mendapatkan keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor
yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan
melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. D
Usia : 70 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Pemenang Barat
MRS : 30 Juli 2011
Rekam Medik : 219266

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan terdapat benjolan di perut kanan bagian bawah yang semakin
lama semakin membesar sejak ± 5 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan Puskesmas Pemenang dengan diagnosa Susp. Kista Ovarium
datang ke poliklinik RSUP-NTB dengan keluhan terdapat benjolan di perut kanan
bagian bawah. Pasien mengatakan benjolan dirasakan sejak ± 5 bulan yang lalu,
semakin lama semakin membesar namun tidak disertai rasa nyeri. Pasien
mengatakan perut terasa semakin berat dan keras serta pasien semakin sulit
beraktivitas ± 2 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh sesak terutama saat sedang
duduk. Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami perdarahan ± 3 bulan
yang lalu, selama 3 hari, darah yang keluar berupa darah merah segar, dalam
jumlah sedang dan disertai sedikit nyeri perut.
Pasien mengatakan nafsu makannya menurun sejak ± 2 bulan terakhir dan berat
badannya menurun ± 5 kg. Pasien tidak mengeluh pusing, demam dan nyeri perut.
BAK dan BAB dirasakan lancar.
Kronologis : -

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak pernah menderita penyakit yang membuat dirinya dirawat di RS.
Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal,
hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut pasien di keluarga pasien
tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat penyakit jantung, ginjal,
hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.
Riwayat penyakit keganasan pada keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keganasan.
Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan
cuaca.
Riwayat Kontasepsi :
Pasien mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi setelah kelahiran anak
kedua dan ketiga yaitu menggunakan pil KB. Setelah itu, pasien mengatakan tidak
menggunakan alat kontrasepsi lagi.
Riwayat Obstetri :
Pasien telah menikah selama ± 48 tahun, dan ini merupakan pernikahan
pertamanya. Pasien mengatakan mengalami menopause pada umur ± 50 tahun.
1. Aterm, 3500 gram, Bidan, Spt.B.,Perempuan, 42 th
2. Aterm, 3000 gram, Bidan, Spt.B.,Perempuan, 32 th
3. Aterm, 3000 gram, Bidan, Spt.B.,Perempuan, 29 th
4. Aterm, 3500 gram, Bidan, Spt.B.,Laki - Laki, 27 th
5. Aterm, 2500 gram, Bidan, Spt.B.,Laki - Laki, 25 th

III. STATUS GENERALIS


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6
Berat badan : 41 kg
Tinggi badan : 146 cm
IMT : Normal
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 92 x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ⁰C
Mata : An -/-, Ikterus -/-
Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+, refleks patella +/+

IV. STATUS GYNECOLOGI


 Abdomen :
- Inspeksi : tampak perut kanan membesar, tidak ada tanda peradangan,
tidak ada bekas operasi
- Palpasi : TFU tidak teraba, teraba massa dengan konsistensi padat pada
perut kanan dengan ukuran ± 36 x 26 cm, permukaan irregular, berbatas
tegas, tidak dapat digerakkan dan tidak terdapat nyeri tekan (-).
 Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, permukaan erosi (-), fluksus (-), livide (-), P OUE (-),
fluor albus (-), perdarahan aktif (-). Dinding vagina normal. Massa (-),
Peradangan (-).
 Pemeriksaan Dalam (VT) :
Dinding vagina normal, massa (-). Portio licin, Ø (-), nyeri goyang (-).
Adneksa Parametrium kanan teraba massa, padat, tidak dapat digerakkan, nyeri
(-). Adneksa Parametrium kiri Cavum Douglas dbn. Corpus Uteri antefleksi.

V. DIAGNOSIS
Pre Operasi : Kistadenoma Ovarii Dekstra
Post Operasi : Kistadenoma Ovarii Dekstra Multilokuler Musinosum
Nonpapileferus Nonkarsinomatosus.

VI. RENCANA TINDAKAN


 Observasi KU, Vital Sign dan Perdarahan
 Cek laboratorium sebelum operasi: DL, HbSAg, SGOT, SGPT dan gula
darah.
 Konsultasi ke bagian Penyakit Dalam dan Anastesia sebelum operasi.
 Laparotomi (salphyngo-ooforektomi).
 Pemeriksaan Patologi Anatomi
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah Lengkap
Hb : 10,8 g/dL WBC : 9,48 x 103/ul
RBC : 4,11 x 106/ul PLT : 466 x 103 ul
HCT : 33,3 % HbSAg : (-)
GDS : 96 mg%
SGOT : 19 u/l SGPT : 10 u/l
BUN : 19 mg% Kreatinin : 0,6 mg%
 Ultrasonografi (USG) Abdomen :
Terdapat massa kistik dengan ukuran tidak dapat ditentukan, Septal (+), Papil
(-).
Susp Malignansi

VII. TEMUAN INTRAOPERATIVE

Terdapat massa kistik multilokuler di ovarium dextra dengan ukuran 35 x 25


x 15 cm, septal (+), perlengketan (-), tuba sinistra dbn, uterus atrofi.
Gambar 5. Temuan intraoperative

VIII. PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI


Mikroskopis menunjukkan jaringan yang terdiri dari jaringan fibrokolagen,
pada pinggirnya tampak focus dilapisi epitel selapis kubis. Tidak tampak
keganasan pada sediaan ini.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 70
tahun yang kemudian didiagnosa dengan diagnosa Kistadenoma Ovarium Dekstra.
Selanjutnya akan dibahas :

1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat?

Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang


tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium
Pasien ini didiagnosa dengan kistadenoma ovarium dekstra, hal ini
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan serta penemuan intraoperatif. Pada kasus ini gejala dan tanda yang
dialami pasien adalah adanya benjolan di daerah perut bagian kanan bawah yang
semakin lama semakin membesar. Pasien merasakan perut semakin berat dan
keras karena semakin membesarnya kista. Pasien juga mengeluh sesak terutama
saat sedang duduk, hal ini dapat terjadi pada kista yang berukuran besar yang
menekan difragma sehingga timbul kesulitan untuk bernapas. Pasien mengatakan
mempunyai riwayat perdarahan, darah yang keluar berupa darah merah segar,
dalam jumlah sedang yang disertai sedikit nyeri perut. Perdarahan yang disertai
nyeri perut ini kemungkinan terjadi akibat torsi dari kista yang biasanya terjadi
akibat perubahan posisi dari kista. Pada kista yang berukuran besar sering
dikeluhkan penurunan nafsu makan dan hal ini juga dikeluhkan oleh pasien.
Namun pada pasien ini tidak ada keluhan buang air kecil atau besar yang biasanya
ada karena penekanan oleh kista pada vesika urinaria dan rectum, hal ini
kemungkinan karena posisi kista pada abdomen yang tidak menyebabkan
penekanan sehingga tidak menimbulkan keadaan tersebut di atas.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien untuk menentukan diagnosis
kista dalam hal ini adalah pemeriksaan abdomen, inspekulo dan vaginal toucher.
Dari pemeriksaan abdomen teraba massa dengan konsistensi padat pada perut
kanan dengan ukuran ± 36 x 26 cm, permukaan irregular, berbatas tegas, tidak
dapat digerakkan dan tidak terdapat nyeri tekan (-). Pada pemeriksaan vaginal
toucher (VT) pada adneksa dan parametrium kanan teraba massa, padat, tidak
dapat digerakkan dan tanpa nyeri. Dari pemeriksaan fisik ini kecurigaan terhadap
kista ovarium neoplastiksemakin besar. Kecurigaan kista nonneoplastik dapat
disingkirkan dari diagnosis karena tumor yang diderita pasien semakin lama
makin membesar dan tidak dapat menghilang sendiri. Tidak didapatkan tanda-
tanda peradangan pada pasien seperti suhu badan tinggi dan tumor yang lengket
dengan peritoneum.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibuat beberapa
diferensial diagnosis yaitu tumor – tumor abdomen yang biasanya terletak di
bagian bawah rongga perut seperti mioma subserosum dan mioma
intraligamenter, serta tumor-tumor bukan dari ovarium yang tertelak di daerah
pelvis antara lain ginjal ektopik, limpa bertangkai dan tumor dari kolon
sigmoideum. Namun pemeriksaan ini belum dapat menegakkan diagnosis pasti
tumor ovarium, karena harus menyingirkan diferensial diagnosis dari kista
ovarium sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan dalam kasus ini adalah pemeriksaan ultrasonografi
(USG) yang menunjukkan kesan kista ovarium dengan susp. malignansi.
Pasa pasien dilakukan tindakan operasi salphyngo-ooforektomi dextra,
ditemukan massa kistik multilokuler di ovarium dextra dengan ukuran 35 x 25 x
15 cm, septal (+), perlengketan (-), dengan cairan kuning kental (musin), papil (-),
tuba sinistra dbn, uterus atrofi. Kesan yang didapat dari penemuan intraoperatif ini
adalah sebuah kista ovarium jinak, untuk mengkonfirmasi hal tersebut perlu
dilakukan lanjutan yaitu pemeriksaan patologi anatomi (PA). Pemeriksaan ini
perlu dilakukan sebagai penentuan definitif sifat kista abnormal, apakah jinak atau
ganas, dengan mengambil contoh jaringan secara langsung. Hal ini dilakukan
setelah tindakan operasi. Dari hasil pemeriksaan PA yang dilakukan tidak tampak
adanya keganasan pada sediaan. Diagnosis akhir pasien adalah kistadenoma ovarii
dekstra multilokuler musinosum nonpapileferus nonkarsinomatosus.

2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat ?

Tindakan yang dilakukan pada pasien kista pada kasus ini adalah terapi bedah
yaitu salphyngo-ooforektomi dextra. Indikasi tindakan bedah yaitu kista yang
tidak menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki
ukuran demikian besar, kista yang ditemukan pada wanita yang menopause atau
kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan. Pada
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi pada kasus ini tumor demikian besar sehingga
perlu dilakukan pengangkatan ovarium yang disertai pengangkatan tuba
(salphyngo-ooforektomi).
Pada kasus ini setelah dilakukan laparatomi, pasien dalam kondisi baik dan
sudah melakukan mobilisasi sehingga sudah dapat dipulangkan pada hari ke-3
post operasi.
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:

1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, penemuan intraoperatif dan pemeriksaan
patologi anatomi yaitu Kistadenoma ovarii dekstra multilokuler musinosum
nonpapileferus nonkarsinomatosus.
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu tindakan
bedah dengan melakukan pengangkatan ovarium yang disertai pengangkatan
tuba (salphyngo-ooforektomi).
DAFTAR PUSTAKA

1. Marret H. 2001. Doppler ultrasonography in the diagnosis of ovarian cyst:


indication, pertinence and diagnosis criteria. Dalam: Journal of Obstetry
Gynaecology Biology Reproduction Paris. Hal 20-33.
2. Anurogo D. 2009. Kista ovarium. Available from
http://www.netsains.com. (accessed: August, 13 2011)
3. Laurvick CL, Semmens JB. 2002. Ovarian Cancer in Western Australia,
1982-1998: a Population-based Review of the Rends and Outcomes.
Proceedings
Simposium on Health Data Linkage. Available from
http://www.publichealth.gov.au. (accessed: August, 13 2011)
4. Howe HL. Epidemiology of Ovarian Cancer in Illinois 1988-1991.
Available at http://www.idph.state.il.us
5. Dorland N. Dalam: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, dkk (eds).
Kamus Kedokteran Dorland, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC
2002.
6. Hadibroto BR. 2005. Laparoskopi pada Kista Ovarium. Dalam: Majalah
Kedokteran Nusantara Vol 38 No3. Jakarta. Hal 260-263.
7. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2007. Tumor Jinak pada
Alat Genital. Dalam: Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal 346-361.
8. Hafid A, Syukur A, Achmad IA, Ridad AM, Ahmadsyah I, Airiza AS, et
al. Esofagus dan diafgagma. Dalam: Sjamsuhidajat R, de JonG W (ed).
Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2005.
9. Peatkin J, Peattie AB and Magowan BA. 2003. Obstetrics and
Gynecology: an Illustrated Colour Text. Philadelphia, USA: Churchull
Livingstone.
10. Anonim. (2004), Kista Ovarium yang Jarang Disadari.
(majalahfarmasia), Available from: http://www.majalahfarmasia.com.
(Accessed: 20011, August 2011)
CATATAN PERKEMBANGAN
Waktu Subjektif Objektif Assesment Rencana
25-07-2011 Pasien dating ke  KU : Baik Kistoma ovarium dekstra  Pemeriksaan Lab
10.00 poliklinik RSUP-NTB  Kes/GCS : CM/E4V5M6  Pendaftaran rencana
dengan keluhan  Vital Sign operasi laparotomi
terdapat benjolan di TD : 100/00 mmHg
perut kanan bawah (SO) (01-08-2011)
N : 80 x/menit
yang semakin lama  Konsultasi ke bagian
RR : 20 x/menit
semakin membesar Penyakit Dalam dan
sejak ± 3 bulan yang To : 36,5oC
Anastesia sebelum
lalu, perdarahan (-),  Perdarahan aktif (-) operasi
nyeri perut (-),  Pemeriksaan abdomen :
 KIE ibu dan
gangguan BAK dan - Inspeksi : tampak perut
BAB (-). keluarga
kanan membesar, tanda
peradangan (-), bekas op (-)
- Palpasi : TFU tidak teraba,
teraba massa padat pada
perut kanan dengan ukuran ±
36 x 26 cm, permukaan
irregular, berbatas tegas,
mobile (-), nyeri tekan (-)
 Inspekulo : dbn
 Pemeriksaan Dalam (VT) :
A/P kanan teraba massa, padat,
mobile (-), nyeri (-).
 USG : Terdapat massa kistik
dengan ukuran tidak dapat
ditentukan, Septal (+), Papil (-)
26-07-2011 Benjolan di perut kanan  KU : Baik Idem  Rencana operasi
bawah (+), sesak (-),  Kes/GCS : CM/E4V5M6 laparotomi (SO)
perdarahan (-), nyeri  Vital Sign  ACC Penyakit
perut (-), gangguan TD : 110/80 mmHg
BAK dan BAB (-). Dalam dan Anastesia
N : 88 x/menit
 Masuk RS pada hari
RR : 20 x/menit
Sabtu, 30-07-2011
To : 36,5oC
 KIE ibu dan
 Perdarahan aktif (-) keluarga
 Pemeriksaan EKG dbn
 Photo Thorax dbn
 Pemeriksaan Lab :
WBC : 9,48 x 103 µL
Hb : 10,8 g/dL
RBC : 4,11 x 106 µL
PLT : 466 x 103 µL
GDS : 96 mg%
SPOT : 19 U/dl
SGPT : 10 U/dl
HbSAg : (-)
30-07-2011 Idem  KU : Baik Idem  Observasi KU, VS
 Kes/GCS : CM/E4V5M6 dan perdarahan
 Vital Sign  KIE :
TD : 110/80 mmHg Menasehati ibu agar
N : 88 x/menit makan dan minum
RR : 20 x/menit yang bergizi
To : 36,5oC Menganjurkan ibu
 Perdarahan aktif (-) istirahat cukup
31-07-2011 Idem  KU : Baik Idem  Observasi KU, VS
 Kes/GCS : CM/E4V5M6 dan perdarahan
 Vital Sign  IVFD RL 20 tpm
TD : 100/70 mmHg
 KIE :
N : 80 x/menit
Menasehati ibu agar
RR : 20 x/menit
makan dan minum
To : 36,3oC
yang bergizi
 Perdarahan aktif (-) Menganjurkan ibu
istirahat cukup
Ibu berpuasa mulai
pukul 22.00 WITA
01-08-2011 Idem  KU : Baik Idem  Observasi KU, VS,
07.00  Kes/GCS : CM/E4V5M6 perdarahan
 Vital Sign  Tindakan operasi
TD : 130/90 mmHg Laparotomi
N : 96 x/menit (salphyngo-
RR : 20 x/menit ooforektomi)
 Pemeriksaan
To : 36,5oC
patologi anatomi
 Perdarahan aktif (-) (PA) setelah operasi
10.00 - - Idem  Operasi Dimulai
10.15 - Terdapat massa kistik multilokuler Kistoma ovarii dekstra  Dilakukan tindakan
di ovarium dextra dengan ukuran multilokuler musinosum operasi Laparotomi
35 x 25 x 15 cm, septal (+), nonpapileferus (salphyngo-
perlengketan (-), tuba sinistra dbn, ooforektomi dekstra)
uterus atrofi.
Perdarahan ± 400 cc
10.30 - - Idem  Operasi Selesai
12.30 -  KU : Baik 2 jam post laparotomi  Observasi KU, VS,
 Kes/GCS : CM/E4V5M6 (SOD) Perdarahan dan UO
 Vital Sign  Terapi :
TD : 100/60 mmHg Ampicillin 1gr/8jam
N : 104 x/menit Kaltropen supp (KP)
RR : 16 x/menit  KIE :
Menganjurkan ibu
To : 36,1oC
istirahat total
 Perdarahan aktif (-)
 Urine Output : 25 cc/jam

02-08-2011 Nyeri luka operasi  KU : Baik Hari pertama post  Observasi KU, VS,
08.00  Kes/GCS : CM/E4V5M6 laparotomi (SOD) Perdarahan dan UO
 Vital Sign  Terapi :
TD : 140/60 mmHg Ampicillin 1gr/8jam
N : 80 x/menit As.Mefenamat 3x1
RR : 18 x/menit SF 1x1
 KIE :
To : 37,1oC
Menganjurkan ibu
 Perdarahan aktif (-)
istirahat cukup dan
 BAK (+) lancer
mobilisasi
 Pemeriksaan Lab :
WBC : 14,11 x 103 µL
Hb : 9,3 g/dL
RBC : 3,60 x 106 µL
PLT : 360 x 103 µL
03-08-2011 Nyeri luka operasi  KU : Baik Hari kedua post  Observasi KU, VS,
08.00 berkurang  Kes/GCS : CM/E4V5M6 laparotomi (SOD) Perdarahan dan UO
 Vital Sign  Terapi :
TD : 130/80 mmHg Ampicillin 1gr/8jam
N : 92 x/menit As.Mefenamat 3x1
RR : 18 x/menit SF 1x1
 KIE :
To : 36,5oC
Menganjurkan ibu
 Perdarahan aktif (-)
istirahat cukup dan
 BAK (+) lancar
mobilisasi
04-08-2011 Nyeri luka operasi  KU : Baik Hari ketiga post  Observasi KU, VS,
berkurang  Kes/GCS : CM/E4V5M6 laparotomi (SOD) Perdarahan dan UO
 Vital Sign  Terapi :
TD : 140/80 mmHg Amoxicillin 3x1
N : 96 x/menit As.Mefenamat 3x1
RR : 18 x/menit SF 1x1
 Pasien boleh pulang
To : 36,8oC
KIE :
 Perdarahan aktif (-) Menganjurkan ibu
 BAK (+) lancar istirahat cukup
Menganjurkan ibu
untuk melakukan
kontrol ke poliklinik
RSUP-NTB dan
membawa hasil
pemeriksaan PA

Anda mungkin juga menyukai