Anda di halaman 1dari 35

Bed Site Teaching

KISTA OVARIUM

Oleh:
Meriza Rifani 1740312082
Mia Eka Putri 1210312042

Preseptor :

dr. Andi Friadi, Sp.OG (K)

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M. DJAMILPADANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan


menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium. Kista ovarium biasanya berukuran kecil (<5 cm), berkapsul dengan isi
cairan. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala, dan dapat
mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan
tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause. Keganasan
ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian
oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan
ovarium, rerata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000
populasi).Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus
per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991.
Penanganan terhadap kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut.
Jadi tidak semua kista ovarium dioperasi, apalagi ternyata kista tersebut dapat
resolusi spontan. Tindakan operatif selain sangat invasif, dapat berdampak
terhadap fertilitas seseorang. Sehingga untuk menentukan apakah kista tersebut
harus diangkat atau tidak, diagnosisnya harus benar-benar jelas. Untuk
menegakkan diagnosis kista terutama jenis kista, ada 2 cara yang selama ini sudah
dilaksanakan dan dikembangkan, yaitu dengan pungsi kista dengan panduan
ultrasonografi vaginal dilanjutkan pemeriksaan sitologi cairannya, cara ini invasif,
memakan waktu lama dan biaya yang mahal, sedangkan yang kedua, dengan
pemeriksaan ultrasonografi transvaginal, lebih murah , cepat, dan tidak invasif.
Untuk mencapai prognosis yang baik bagi penderita, tindakan pembedahan
pengangkatan massa tumor yang adekuat sangatlah penting. Oleh karena itu
diagnosis banding yang akurat antara tumor ovarium yang jinak atau ganas sangat
penting, dalam manajemen intraoperasi maupun pasca operasi pada setiap kasus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kistoma ovarii didefinisikan sebagai terjadinya pembesaran ovarium yang
bersifat fungsional atau disfungsional, berupa kistik, padat atau campuran kistik
padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik.1,2,3

2.2 Insidensi
Angka insiden dari kistoma ovariidilaporkan sebesar 7% dari populasi wanita
di Indonesia dan dimana dari angka insiden kistoma ovarii ini, hampir 85%
merupakan kista yang bersifat jinak. Kistoma ovarii yang bersifat ganas sangat
jarang ditemukan, namun kistoma ovarii jinak bisa menjadi ganas jika tidak
diobati.Kista ovarium paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20 – 50
tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas. Di antara beberapa kista ovarium,
kista folikel, kista korpus luteum, kistadenoma musinosum, kistadenoma serosum
dan kista dermoid merupakan beberapa tipe kista yang paling banyak ditemukan.
2,3,4

2.3 Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari kistoma ovarii masih menjadi tanda tanya,
namun terdapat beberapa teori yang membahas tentang etiologi dari kistoma
ovarii ini. Dimana terdapat 3 teori yang dikatakan menjadi etiologi dari kistoma
ovarii, yaitu teori hiperepitelisasi dari sel epethelium ovari, teori hormonal dan
teori genetika.5

2.4 Klasifikasi
Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang
berifat nonneoplastik. Tumor nonneoplastik dalam hal ini dibagi menjadi tumor
akibat radang dan tumor lain, yaitu kista folikel, kista korpus luteum, kista lutein,
kista inklusi germinal, kista endometrium dan kista stein-leventhal. Tentang
tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat diterima oleh semua
pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan histopatologi atau
embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung masih kurangnya
pengetahuan mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula berhubung dengan
adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama rupanya mempunyai asal
yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi
atas tumor jinak dan tumor ganas. Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat
jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik dan tumor solid. Berdasarkan hal tersebut
diatas, tumor kistik dari ovarium yang jinak dapat dibagi dalam golongan
nonneoplastik dan golongan neoplastik.3,6

1. Kista Ovarium Non neoplastik

1.1 Kista Folikel

Kista folikel merupakan jenis tumor ovarium jinak yang paling banyak
dijumpai. Ukuran bervariasi antara 3-8 cm. Kista ini berasal dari folikel de Graff
yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bila
dilihat secara histologi, kista folikel dilapisi oleh lapisan dalam berupa sel-sel
granulosa dan dilapisan luar berupa sel-sel teka interna. Cairan yang terdapat di
dalam folikel yang tidak seluruhnya terbentuk tidak dapat diresorbsi sehingga
menyebabkan pembesaran dari kista folikel. Biasanya jenis kista ini tidak
menimbulkan gejala, meskipun ketidakteraturan haid, perdarahan di luar haid
bahkan torsi bisa terjadi. Bila ukuran kista telah membesar maka dapat
menyebabkan nyeri panggul. Kista folikel lambat laun mengecil dan dapat
menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista menghilang pula. Apabila
ukuran kista yang tidak lebih dari 5 cm maka dilakukan observasi selama 3 siklus
haid tanpa pengobatan untuk melihat regresi dari kista tersebut. Bila setelah
observasi tidak didapati adanya regresi kista atau ukuran kista semakin membesar
maka dilakukan tindakan operatif.
Gambar 1. Kista Folikel

1.2 Kista Korpus Luteum

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum. Dalam keadaan
normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Pada
keadaan tertentu, kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus
luteum persistens); Perdarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan
terbentuknya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberikan gambaran yang
khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum
yang berasal dari sel-sel teka.
Kista korpus luteum dapat memberikan gangguan haid, berupa amenorea
diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa
berat di perut bagian bawah. Perdarahan yang berulang dalam kista dapat
menyebabkan ruptur. Pada beberapa kasus sering menyerupai kehamilan ektopik
sehingga menyulitkan diagnosis.3,6

1.3 Kista Teka Lutein

Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya


kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya
bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat juga menunjukkan luteinisasi, akan
tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini adalah
akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan..3,6

Gambar 2.Kista Teka Lutein

1.4 Kista Inklusi Germinal

Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya
terjadi pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.3,6

Gambar 3.Kista Inklusi Germinal

1.5 Kista Stein Leventhal     

Pada kista stein-leventhal biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat


polikistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada
pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik.
Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak
ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut Stein-
Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme, infertilitas, obesitas dan
oligomenorea sekunder. Kecenderungan virilisasi pada jenis kista inin
kemungkinan disebabkan hiperplasi dari tunika interna yang menghasilkan zat
androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal
dominan.3,6

Gambar 4. Kista Stein Leventhal

1.6 Kista endometrial


Kista ini merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium. Ovarian
endometrioma diduga terbentuk akibat invaginasi dari korteks ovarium setelah
penimbunan debris menstruasi dari perdarahan jaringan endometriosis. Kista
endometrium bisa besar (>3cm) dan multilokus, dan bisa tampak seperti kista
coklat karena penimbunan darah dan debris ke dalam rongga kista(3,7). Gambaran
mikroskopik dari endometrium sangat variabel. Lokasi yang sering terdapat ialah
pada ovarium dan biasanya bilateral. Pada ovarium tampak kista-kista biru kecil
sampai besar berisi darah tua menyerupai coklat. Darah tua dapat keluar sedikit-
sedikit karena luka pada dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan antara
permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan dinding pelvis. Kista coklat
kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak ke dalam rongga peritoneum
karena robekan dinding kista dan menyebabkan akut abdomen. Tuba pada
endometriosis biasanya normal.3
Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi
endometriosis yakni kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium dan perdarahan
bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin dan sel-sel makrofag berisi
hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel radang dan jaringan ikat sebagai reaksi
dari jaringan normal disekelilingnya. Jaringan endometriosis seperti juga jaringan
endometrium di dalam uterus dapat dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron.
Sebagai akibat dari pengaruh hormon-hormon tersebut, sebagian besar sarang
endometriosis berdarah secara periodik yang menyebabkan reaksi jaringan
sekelilingnya berupa radang dan perlekatan. Pada kehamilan dapat ditemukan
reaksi desidual jaringan endometriosis. Apabila kehamilannya berakhir, reaksi
desidual menghilang disertai dengan regresi sarang endometriosis. Pengaruh baik
dari kehamilan kini menjadi dasar pengobatan endometriosis dengan hormon
untuk mengadakan apa yang dinamakan kehamilan semu (pseudopregnancy).3

Gambar 5. Kista Endometriosis

2. Kista Ovarium Neoplastik


2.1 Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di
dalam kista tampak jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista
tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi
(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu
jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan
tekanan cairan dalam kista. 3

2.2 Kistadenoma Ovarii Musinosum


Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin
berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor
berasal dari lapisan germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini
mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner. 3
Gambaran Klinik. Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu,
permukaan berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang
amat besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor
yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor
biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui yang bilateral. 3
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi
torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale. 3
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan
berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah. 3
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak
tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar
karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan
mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar
menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika
terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada
permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan
pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak
perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada
kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler.
Tempat-tempat tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat
ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari
kistadenoma musinosum. 3
Gambar 6. Kistadenoma Ovarii Musinosum

2.3 Kistadenoma Ovarii Serosum


Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelium).
Gambaran Klinik. Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang
amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat
berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih
keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam
rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista
cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang
kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler
(solid papilloma). 3
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan
gambaran makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang
jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik
atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar
dan gelap warnanya. Karena tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ephithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam
tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba. 3
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam
stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan
bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa
tumor itu ganas. 3
Perubahan Ganas. Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan
stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum
secara mikroskopik digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi,
garis pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-
kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi
keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat
dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan
keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai
dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis
histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis
kasus tersebut menurut pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium
yang ganas (clinically malignant). 3

Gambar 7. Kistadenoma ovarii serosum

2.4 Kista Endometroid


Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista
ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya
dengan endometriosis ovarii. 3

2.5 Kista Dermoid


Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai
lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.
Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa
tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis.(3
Gambaran Klinik.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding
kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian
kistik kenyal, di bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga
satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan
kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding
bagian dalam yang menonjol dan padat. 3
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal.
Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang
rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus
gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal).
Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa
massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat
beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde. 3
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di
perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan
keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan
biasanya pada wanita lewat menopause. Yang tersering adalah karsinoma
epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada kemungkina
pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor
yang khas. Termasuk di sini:
1. Struma ovarium
Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat
menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS. Dr. Soetomo
Surabaya pernah ditemukan 5 kasus struma ovarium, semuanya tak berfungsi
dan tidak ganas.
Gambar 8. Struma Ovarium

2. Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum


Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal dari satu elemen
dari epitelium germinativum.
3. Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus dibuktikan adanya
hormon koriogonadotropin.
Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umunya teratoma solid
merupakan suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun jarang, dapat juga ditemukan
teratoma solid yang jinak. 3

Gambar 9. Kista Dermoid

2.4 Tanda dan Gejala

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas
endokrin, atau komplikasi tumor-tumor tersebut. 3,8
Akibat Pertumbuhan. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa
menyebabkan pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor dan posisinya didalam perut. Suatu kista dapat
menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi atau terkadang
hanya menimbulkan rasa berat diperut jika terletak bebas di rongga perut. Selain
gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi dan edema pada
tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limf. Pada tumor yang besar
dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.
Akibat Aktivitas Hormonal. Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah
pola haid, kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon yang sering terjadi
pada tumor ganas, misalnya tumor sel granulose yang dapat menimbulkan
hipermenorea dan arhenoblastoma yang dapat menyebabkan amenorea.
Akibat Komplikasi. Perdarahan ke dalam kista. Biasanya terjadi sedikit-
sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi apabila perdarahan
dalam jumlah banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan
nyeri perut mendadak.
 Putaran Tangkai. Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya.
Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi adalah kehamilan, karena pada
kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor. Sesudah
persalinan dapat terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut. Selain itu,
putaran tangkai sering menyebabkan gangguan sirkulasi walaupun gangguan
ini jarang bersifat total, rasa nyeri, dan bila putaran tangkai berjalan terus akan
terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat menyebabkan robekan
dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau peradangan sekunder.
 Infeksi pada Tumor. Terjadi jika di dekat tumor terdapat sumber kuman
pathogen, seperti appendicitis, diverticulitis atau salpingitis akuta. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
 Robek Dinding Kista. Terjadi pada torsi tangkai atau karena trauma. Apabila
kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi
peritoneum akan segera berkurang. Tetapi, apabila robekan pada kista disertai
perdarahan yang timbul secara akut dan berlangsung terus ke dalam rongga
peritoneum maka akan menyebabkan rasa nyeri yang terus menerus disertai
tanda-tanda abdominal akut. Robekan dinding kista pada kistadenoma
musinosum dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang disebut
pseudomiksoma peritonei.
 Perubahan Keganasan. Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti
kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista
dermoid. Oleh karena itu, setelah tumor diangkat pada operasi, perlu
dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan
perubahan keganasan. Adanya asites dan anak sebar (metastasis) memperkuat
kecurigaan terhadap keganasan.

2.5 Diagnosis
Diagnosis dari kistoma ovarii tergantung dari kombinasi beberapa faktor
termasuk usia dan status menopause pasien, gejala-gejala, gambaran USG, lokasi
bilateral/unilateral, ukuran dari massa, dan tingkat serologik marker. 4,5

1. Umur dan Status Menopause


Kistoma ovarii pada wanita premenopause adalah umum ditemukan dan
biasanya bersifat jinak termasuk kista fungsional atau endometrioma.
Resiko menjadi keganasan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.

2. Gejala-gejala
Keganasan pada ovarium yang bersifat lokal umumnya hanya sedikit atau
sama sekali tidak menampakkan gejala-gejala, dan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya penundaan pada penanganan.

3. Gambaran USG
Hasil dari USG sangat tergantung dari skill dan pengalaman dari operator,
bahkan antara sonografer yang sudah berpengalaman sering terjadi
perbedaan hasil. Kistoma ovarii umumnya didiagnosis melalui USG
transvaginal, tetapi setelah didiagnosis, abdominal scan dapat dilanjutkan.

Akurasi diagnostik dari USG pada wanita premenopause dapat


menjadi sulit oleh karena perubahan yang terjadi karena siklus
ovulasi.Sebagian besar penelitian menemukan bahwa kista anechoic yang
unilokuler dengan diameter kurang dari 5 cm jarang merupakan suatu
keganasan, bahkan pada wanita postmenopause. Resiko keganasan adalah
kurang dari 1% pada premenopause dan 10% pada wanita postmenopause.
Hanya 6% dari kista dengan diameter 3-5cm yang menunjukkan
keganasan pada wanita postmenopause, sedangkan penelitian lain
menemukan tidak adanya keganasan pada kista dengan ukuran kurang dari
5cm.

Kista multilokuler lebih sering ganas daripada kista unilokuler.


Granberg menemukan bahwa 8% kista multilokuler adalah ganas,
dibandingkan dengan hanya 0.3% keganasan pada kista unilokuler. Kista
solid, semi-solid, dan mixed tumor, sering dihubungkan dengan keganasan.

Gambaran papilersering merupakan keganasan dan resiko


keganasan meningkat dari 1.6% menjadi 10% jika suatu kista unilokuler
mengandung suatu bentukan solid atau papiler. Ukuran diameter dari
kistasangat berhubungan erat dengan sifat keganasan dari kistoma ovarii.

4. Morphologic Scoring System


Berbagai sistem penilaian dari tumor ovarium berdasarkan ukuran dan
morfologi telah diperkenalkan untuk menilai apakah suatu tumor tersebut
ganas atau jinak. Sistem skoring ini mempunyai sensitifitas 82-100% dan
false positif sekitar 8-20%. Faktor prediktif yang paling penting adalah
adanya proliferasi papiler dari dinding kista dan adanya bagian solid dari
kista tersebut. Gambaran-gambaran utama yang dinilai pada USG adalah
jumlah dari lokulus, adanya bagian solid (septum dan proliferasi papiler),
diameter dari tumor/kista, adanya tumor/kista di ovarium kontralateral,
dan adanya cairan di kavum Douglas.
5. Sitologi
Sensitifitas dari analisis sitologi cairan kistoma ovarii tidak dapat
diandalkan untuk menentukan sifat dari kista tersebut, dan punksi dari
kista tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostik. Lebih lanjut,
bocornya sel-sel malignan saat dilakukan punksi dapat meningkatkan
staging dari kanker ovarium, dan oleh karena itu, punksi dari kistoma
ovarii harus dihindarkan.

2.6 Penatalaksanaan

Penting untuk menentukan apakah kista yang didapatkan adalah kista


fungsional atau bukan, sama halnya apakah golongan neoplastik atau non
neoplastik. Dimana pengangkatan kista atau ovarium itu sendiri tergantung dari
jenis kista dan besarnya kista pada pasien. Pengangkatan kistoma ovarii biasanya
dilakukan jika keadaan pasien memungkinkan untuk menjalani operasi dan
metode operasi yang dilakukan adalah laparoskopi atau laparotomi.

Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu(3,4,9,10):


1. Sikap wait and see
Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan menyusut
dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan. Semakin dini deteksinya semakin
mudah pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap agar ovariumnya tetap
utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan, jika diputuskan untuk
mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat terjadi jika kista ditemukan dalam
stadium dini.
2. Terapi bedah.
Pengangkatan kistoma ovarii sangat membantu dalam menekan angka
kematian akibat kistoma ovarii yang bersifat ganas, karena jika kistoma
ovarii jinak tidak diangkat maka besar kemungkinan akan menjadi ganas
sehingga mengancam nyawa pasien.
Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang dalam beberapa kali
siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar, kista yang
ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan rasa
nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan. Tindakan bedah dapat sangat
terbatas berupa pengangkatan kista dengan tetap mempertahankan ovarium.
Tindakan ini kemungkinan dapat menjadi lebih ekstensif, mulai dari
pengangkatan seluruh ovarium atau lebih luas lagi merembet ke
pengangkatan uterus (histerektomi total).
Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor
ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang
besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor
tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor
tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga
perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2 – 3 bulan, jika selama waktu
observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik
dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba
(salphyngo-ooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat
ialah histerektomi dan salphyngo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada
wanita muda yang masih ingin mendapatkan keturunan dan dengan tingkat
keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

2.7 Komplikasi
Bila dijumpai hemoperitonium atau kotoran ruptur kista jinak preoperatif
atau intraoperatif, kista yang ruptur tersebut dibuang dan kasvum abdomen
dibersihkan dengan saline normal. Para ahli lebih menyukai pencucian dengan
saline hangat untuk membantu mengeluarkan sebum dari komponen yang
mengalami ruptur atau kebocoran terhadap teratoma dan kista musinosum. Bila
dijumpai iritasi kimiawi dan distensi usus, dekompresi dengan menggunakan
tabung panjang transnasal, hidrasi, dan monitoring elektrolit dianjurkan.
Selanjutnya, bila dijumpai proses tumpang tindih, proses infeksi dicurigai
(khususnya selama masa nifas). Spesimen dikirim untuk dilakukan kultur
terhadap kuman aerob dan anaerob, dan dilakukan drainase isap transperitoneal
serta pemberian terapi anti mikroba. 4,9,10

Torsi, sebagai komplikasi paling sering yang dijumpai pada kasus-kasus


adanya masa adneksa pada masa kehamilan, terkadang menghasilkan gejala-gejala
akut yang sesuai daengan tingkat iskemia jaringan. Selanjutnya intervensi operasi
emergensi biasanya dibutuhkan. Bila hanya terjadi torsi parsial dan pada inspeksi
ditemukan bahaya minimal dari vaskuler, didapat adneksa yang berubah
bentuk,reseksi konservatif dilakukan dengan hati-hati dan ovarium difiksasi untuk
menghindari torsi. Sebaliknya, torsi komplit memerlukan ooforektomi (terkadang
bersamaan dengan salpingektomi) dengan identifikasi dan mobilisasi seperlunya
dari ureter untuk memungkinkan ligasi tinggi pembuluh gonad, sehingga
meminimalkan pelepasan potensial emboli trombotik selama prosedur bedah
dilakukan. Harus disadari bahwa lesi ovarium ganas jarang terjadi pada kasus
torsi adneksa.4,9,10
BAB 3
LAPORAN KASUS

Nama : Ny. EW
Umur : 46 Tahun
Pekerjaan : IRT
No. MR : 00.99.86.89
Alamat : Padang
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 08-01-2018

ANAMNESIS
Seorang pasien wanita usia 46 tahun kiriman masuk ke Ruang Rawatan
RSUP dr. M.Djamil Padang kiriman dari Poli Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil
Padang tanggal 8 Januari 2018 dengan diagnosis NOK suspek malignancy pro
laparotomi.

Keluhan Utama :

Perut membengkak dirasakan sejak ± 7 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


 Perut membengkak dirasakan sejak ±7 bulan yang lalu, awalnya

seperti hamil 6 bulan sampai akhirnya seperti hamil 9 bulan.

 Nyeri perut (-)

 Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)

 Riwayat demam (-), keputihan (-), trauma (-)

 Riwayat penurunan berat badan ada dirasakan sejak 3 bulan yang

lalu tetapi pasien tidak ingat berapa

 Riwayat penurunan nafsu makan ada

 Riwayat post coital bleeding (-), disparenia (-)


 BAK dan BAB tidak ada kelainan

 Pasien sudah menikah dan memilki 3 orang anak, anak terakhir

berusia 14 tahun

 Pasien belum menopause

 Riwayat menstruasi: Menarche usia 13 tahun, tidak teratur, lama

haid 3-5 hari, ganti duk 2-4x/hari, nyeri haid (+)

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat operasi kista ovarium pada Oktober 2015 di RSUD Padang,
pasien kontrol post operasi 2 kali
 Tidak ada menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM sebelumnya
 Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan.

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, penyakit
menular, maupun kejiwaan

Riwayat Perkawinan: 1x, tahun 1992


Riwayat kehamilan / abortus / persalinan : 3 / 0 /3
1. 1995/ Laki-laki / 3100 gram / Cukup bulan / Pervaginam / Bidan / Hidup
2. 1997/Perempuan/3300 gram/ Cukup bulan / Pervaginam / Bidan / Hidup
3. 2004/ Perempuan/3200 gram/ Cukup bulan / Pervaginam / Bidan / Hidup
Riwayat Kontrasepsi : KB suntik (+) 1x3 bulan tahun 2004-2010
Riwayat Imunisasi : Lengkap
Riwayat Pendidikan : Tamat SMA
Riwayat Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Riwayat Kebiasaan : Merokok (-); Alkohol (-); Narkoba (-)

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperative
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 37,0 °C
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 65 Kg
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak tampak ikterik
Leher :
Inspeksi : JVP 5-2 cmH2O
Kelenjar tiroid tidak tampak membesar
Palpasi : Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
KGB tidak teraba membesar
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris Kanan = Kiri
Palpasi : Fremitus Normal Kiri = Kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising (-)

Abdomen : Status ginekologis


Genitalia : Status ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-

Status Ginekologi
Abdomen
Inspeksi : Sikatrik (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muscular (-)
Teraba massa sebesar telur ayam
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) Normal

Genitalia
Inspeksi : V/U tenang, Perdarahan pervaginam (-)
VT :
Vagina : tumor (-), laserasi (-), fluksus (-)
Portio : MP, sebesar jempol kaki dewasa, tumor (-),
laserasi (-)
CUT : teraba sebesar kepala bayi
A/P : lemas kiri dan kanan
CD : tidak menonjol

USG
- Uterus anteflexi, ukuran 6x4x3 cm, endline (+)
- Tidak tampak mioma maupun adenomiosis
- Tampak massa kistik simplex, berbatas tegas, ukuran 5x5 cm, papil (-),
unilokule, vaskularisasi tidak ada, diduga berasal dari adnexa dextra, echo
interna (+)
- Ovarium kiri sulit diidentifikasi.
Kesan: Kista Endometriosis
Laboratorium
Hb : 13,3 gr/dl PT : 9.8 detik
Ht : 41 % APTT : 35 detik
Leukosit : 7.710 /mm3 CA 125 : 143,179
Trombosit : 245.000 /mm3 HbsAg : Non Reaktif
Ur/Cr : 29/0,7 mg%

Diagnosa NOK Susp Malignancy + Riwayat Laparotomi

Sikap : Kontrol KU, Vital sign


informed consent
Konsul jantung, penyakit dalam, anestesi
Therapi :
 IVFD RL 500 cc
 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Rencana : Laparotomi

FOLLOW UP

09 Januari 2018
Pukul 08.00 WIB

S/
Demam (-), Nyeri perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), BAK dan BAB (+)
Normal
O/
KU KS TD ND NF T
Sdg CMC 110/8 80 20 36,5
0
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5 – 2 cm H2O, Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : sikatrik (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defense muculaire (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Genitalia : V/U tenang, PPV (-)
Ekstremitas : Edema -/-, Akral hangat

A/
NOK Suspect Malignancy + Riwayat Laparotomi

P/
Terapi :
 Kontrol KU, VS
 Informed Concent
 Bowel Preparation
Rencana : Pro Laparotomi

10 Januari 2018
Pukul 08.00 WIB

S/
Demam (-), Nyeri perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), BAK dan BAB (+)
Normal
O/
KU KS TD ND NF T
Sdg CMC 110/70 82 20 36
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5 – 2 cm H2O, Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : sikatrik (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defense muculaire (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Genitalia : V/U tenang, PPV (-)
Ekstremitas : Edema -/-, Akral hangat
A/
NOK Suspect Malignancy + Riwayat Laparotomi

P/
Terapi :
 Kontrol KU, VS
 Informed Concent
 Bowel Preparation
Rencana : Pro Laparotomi

11 Januari 2018
Pukul 08.00 WIB

S/
Demam (-), Nyeri perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), BAK dan BAB (+)
Normal

O/
KU KS TD N NF T
D
Sdg CMC 120/70 78 20 36,5
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5 – 2 cm H2O, Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : sikatrik (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defense muculaire (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Genitalia : V/U tenang, PPV (-)
Ekstremitas : Edema -/-, Akral hangat
A/
NOK Suspect Malignancy + Riwayat Laparotomi

P/
Terapi :
 Kontrol KU, VS
 Informed Concent
 Bowel Preparation
Rencana : Pro Laparotomi

12 Januari 2018
Pukul 08.00 WIB

S/
Demam (-), Nyeri perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), BAK dan BAB (+)
Normal

O/
KU KS TD ND NF T
Sdg CMC 110/78 82 18 36
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5 – 2 cm H2O, Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : sikatrik (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defense muculaire (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Genitalia : V/U tenang, PPV (-)
Ekstremitas : Edema -/-, Akral hangat
A/
NOK Suspect Malignancy + Riwayat Laparotomi

P/
Terapi :
 Kontrol KU, VS
 Informed Concent
 Bowel Preparation
Rencana : Pro Laparotomi

13 Januari 2018
Pukul 08.00 WIB

S/
Demam (-), Nyeri perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), BAK dan BAB (+)
Normal

O/
KU KS TD ND NF T
Sdg CMC 100/70 84 19 36,6
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5 – 2 cm H2O, Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : sikatrik (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defense muculaire (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Genitalia : V/U tenang, PPV (-)
Ekstremitas : Edema -/-, Akral hangat
A/
NOK Suspect Malignancy + Riwayat Laparotomi

P/
Terapi :
 Kontrol KU, VS
 Informed Concent
 Bowel Preparation
Rencana : Pro Laparotomi

14 Januari 2018
Pukul 08.00 WIB

S/
Demam (-), Nyeri perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), BAK dan BAB (+)
Normal

O/
KU KS TD ND NF T
Sdg CMC 110/80 80 18 36,2
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5 – 2 cm H2O, Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : sikatrik (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Defense muculaire (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Genitalia : V/U tenang, PPV (-)
Ekstremitas : Edema -/-, Akral hangat
A/
NOK Suspect Malignancy + Riwayat Laparotomi

P/
Terapi :
 Kontrol KU, VS
 Informed Concent
 Bowel Preparation
Rencana : Pro Laparotomi besok

LAPORAN OPERASI
Tanggal 15 Januari 2018

Dilakukan laporotomi, terdapat perlengketan peritoneum, omentum, uterus, vesika

urinaria, dilakukan adhesiolisis. Tampak massa coklat berbentuk bulat berasal dari

adnexa kiri, didapatkan kesan Ca Ovarium stadium lanjut. Diputuskan melalui

Optimal Debulking, perdarahan dirawat.

A/ Post optimal debulking ai Ca Ovarium stadium lanjut

P/ Pantau Keadaan Umum, Vital Sign, PPV

IVFD RL 20tts/menit

Inj. Ceftriaxon 2x1gram (IV)

Inj. Kalnex 3x1

Vitamin K 3x1

Vitamin C 3x1

Pronalges sup

Puasa sampai BU (+) N

Cek darah rutin post OP

Transfusi sampai Hb>10


Foto Intraoperatif

16 Januari 2018
Pukul 08.00 WIB

S/
Demam (-), Nyeri perut (-), Keluar darah dari kemaluan (-), BAK dan BAB (+)
Normal, nyeri bekas luka operasi (+)

O/
KU KS TD ND NF T
Sdg CMC 120/80 80 18 36,2
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5 – 2 cm H2O, Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : luka operasi tertutup verban, rembesan darah (-)
Genitalia : V/U tenang, PPV (-)
Ekstremitas : Edema -/-, Akral hangat
A/
Post optimal debulking ai Ca ovarium stadium lanjut

P/
Kontrol KU, VS
Ceftriaxon 2 x 1 g
Inj. Kalnex 3x1

Vitamin K 3x1

Vitamin C 3x1

Pronalges sup

Cek darah rutin post OP

Transfusi sampai Hb>10


BAB 4
DISKUSI

Seorang pasien perempuan, umur 46 tahun masuk Ruang Rawatan

Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 8 Januari 2018, kiriman

poliklinik dengan diagnosa Neoplasma Ovarium Kistik suspek malignancy. Pada

pasien ini ditemukan keluhan perut yang membengkak sejak 7 bulan yang lalu dan

tampak seperti kehamilan cukup bulan. Perut tampak membuncit tanpa adanya

kehamilan dapat kita simpulkan sebagai suatu massa di abdomen. Selain itu,

pasien ini mengeluhkan adanya penurunan berat badan dan nafsu makan. Hal ini

merupakan gejala yang menjurus ke suatu keganasan. Tidak ditemukan demam,

keputihan dan trauma pada pasien ini, maka suatu infeksi dan trauma dapat

disingkirkan. Pasien tidak mengeluh keluarnya darah dari kemaluan, di sini dapat

kita simpulkan bahwa tidak ada kelainan pada uterus.

Pada pemeriksaan fisik pasien ini, ditemukan pada abdomen, perut tempak

membuncit sesuai usia kehamilan cukup bulan, pada palpasi ditemukan teraba

massa kistik, permukaan rata, immobile. Suatu massa di abdomen, apabila

digerakkan tetapi portio serviks tidak ikut gerak, dapat kita simpulkan bahwa

massa itu berada di ovarium. Dengan ditemukan suatu massa kistik dan

permukaan rata, dapat kita simpulkan bahwa adanya suatu kista ovarium. Dari

pemeriksaan penunjang USG didapatkan adanya massa yang menutupi ovarium

kiri. Diagnosis yang ditegakkan pada pasien ini adalah suatu Neoplasma Ovarium

Kistik suspek malignancy.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini sudah sesuai yaitu laporatomi

untuk mengeluarkan massa. Setelah dilakukan laparotomi, didapatkan massa


coklat berbentuk bulat berasal dari adnexa kiri. Dengan ini disimpulkan bahwa

diagnosis kasus ini adalah Ca Ovarium stadium lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

1. Bixo M, Inger Sundstrom- poroma, Bjorn I, Astroin M. Patients with


psychiatric disorder in gynecology practice,Am J. Obst and Gynecol.
2001; 185;396-401.

2. Burke TW, Morris M. Secondary cytoreduction operations, in ovarian


cancer, ed by Rubai SC and Sutton GP, Lippincot Williams & Wilkins,
Philadelphia USA, 2001; second ed; 289-300

3. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2007. Tumor Jinak pada


Alat Genital. Dalam: Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal 346-361.

4. De Vita VT, Hellman S, and Rosenberg SA; Cancer, Principle and


practice of oncology; Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia USA,
2001; sixth ed; vol 2: 1597

5. Elit L and Hamilton; Surgical management of an adnexal mass suspicious


for malignancy. J Soc Obst gynecol, 2000; 22 (11); 964-8

6. Hadibroto BR. 2005. Laparoskopi pada Kista Ovarium. Dalam: Majalah


Kedokteran Nusantara Vol 38 No3. Jakarta. Hal 260-263.

7. Sud S, Tulandi T. Endometriosis. Available at :


http://www.obgyn.net/medical.asp?page=/english/pubs/features/mcgill-
student-projects/endometriosis. london.1999 [Accessed : July, 29th 2012]

8. Sjamsuhidajat R, de JonG W (ed). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua.


Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.

9. Kampono N, Kemajuan dalam onkologi, pada; Naskah lengkap KOGI


2000, ed IGP Surya, Suwiyoga, Megadhana, Mertayoga; Bali,2000; 41-45.

10. Ulla BK, Ann T, Berit M, et. al. Management of ovarian cysts. Acta
Obstet Gynecol Scand 2004: 83: 1012-1021.

Anda mungkin juga menyukai