DISKUSI
mata kanan pasien. Bayangan ganda saat melihat suatu benda (diplopia) dapat
disebabkan karena faktor neurologis atau oftammologis. Diplopia pada pasien ini
terjadi pada satu mata (diplopia monokuler). Penyebab diplopia monokuler dapat
iregular), trauma iris, iridektomi, katarak, defek makular, opasitas media refraksi
riwayat penggunaan lensa kontak juga disangkal. Hal ini dapat menyingkirkan
kemungkinan penyebab diplopia pada pasien ini diakibatkan oleh faktor diatas.
Namun, pada pasien didapatkan adanya riwayat trauma dan post ekstraksi corpus
alienum pada mata kanan lebih kurang 1 bulan yang lalu. Hal ini dapat kita
pikirkan sebagai penyebab timbulnya diplopia pada pasien ini, mungkin saja
terjadi gangguan pada nervus III, IV, dan VI akibat komplikasi tindakan operasi.
Diplopia juga dapat terjadi karena adanya pembatasan gerak okuler akibat adanya
dan merah. Mata merah dan berair dapat juga ditemui pada beberapa kasus seperti
dan lainnya. Nyeri yang memberat dapat mengindikasikan suatu keratitis atau
glaukoma akut, gatal atau iritasi ringan biasanya dikeluhkan pasien konjungtivitis
namun tidak nyeri hebat. Fotofobia merupakan keadaan mata yang sensitif pada
cahaya, keadaan ini memungkinkan adanya suatu iritis akibat inflamasi kornea.
Halo (warna seperti pelangi) yang terlihat pada sekitar titik cahaya biasanya
merupakan gejala dari udem kornea, bisa juga akibat peningkatan tekanan
intraokuler mendadak seperti pada glaukoma akut. Cairan mata yang bersifat
eksudat merupakan suatu gambaran inflamasi konjungtiva atau kelopak mata dan
biasanya dikeluhkan dengan kelopak mata terasa lengket.5 Pada pasien ini tidak
ditemukan adanya keluhan seperti nyeri, gatal, fotofobia, halo, eksudat, maupun
riwayat atopi, sehingga dapat disingkirkan penyebab mata merah akibat infeksi,
galukoma, dan alergi. Namun, dari pemeriksaan inspeksi pada mata tampak suatu
jaringan pada konjungtiva yang mengarah ke sentral dan melewati limbus. Hal ini
dapat dicurigai sebagai suatu pterigium, yaitu suatu lesi fibrovaskular berbentuk
segitiga yang berasal dari konjungtiva dan tumbuh serta menginfiltrasi menuju
kornea.2,4
dapat pula berupa mata kering (rasa panas, gatal, atau mata berair) akibat lesi yang
mulai berkembang pada permukaan okular. Seiring dengan progresi penyakit, lesi
bertambah besar dan mulai dapat dilihat dengan mata telanjang, serta dapat
gejala pada visus ketika pterigium sudah menutupi daerah pupil atau akibat
tinggal di dekat khatulistiwa. Insiden pada laki-laki tiga kali lebih sering
dibanding perempuan.4 Pada kasus ini, pasien adalah seorang petani kelapa sawit
yang sehari-hari bekerja di kebun dan terpapar oleh sinar matahari. Paparan sinar
matahari dalam waktu lama, terutama ultraviolet (UV), iritasi mata kronis oleh
debu dan kekeringan diduga kuat sebagai penyebab utama terjadinya pterigium.
mutasi pada gen supresor tumor, seperti p53 dan p63 yang menyebabkan
tanpa koreksi 6/60 dan visus mata kiri tanpa koreksi 6/24. Penurunan visus pada
mata pasien disebabkan ?. Refleks fundus (+) kiri dan kanan, palpebra tidak ada
kelainan, injeksi konjungtiva (+) pada mata kiri dan kanan disebabkan karena
pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbar akibat adanya suatu jaringan yang
tumbuh pada bagian nasal kedua mata. Sklera putih, COA cukup dalam, iris,
pupil, lensa, dan corpus vitreus tidak ada kelainan. Pemeriksaan funduskopi dalam
gerak bola mata bagian kanan terdapat diplopia ke arah temporal sedangkan mata
diagnosis dengan Pterigium ODS stadium II (karena sudah melewati limbus dan
belum mencapai papil, tidak lebih dari 2 mm melewati kornea6) dan Diplopia OD.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah LFX ed 6x1 OD, Ceftriaxone ed 6x1
OD, Citicolin 1x1, Konsultasi ke Neuro Oftalmology untuk Diplopia. Terapi pada
konservatif, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan
steroid 3 kali sehari selama 5-7 hari. Namun harus diingat bahwa penggunaan
atau mengalami kelainan pada kornea.8 Pemberian antibiotik pada pasien ini
optik.10 Terapi pembedahan terhadap pasien ini belum diperlukan, sebab indikasi
sampai lebih 3 mm dari limbus, pterigium mencapai jarak lebih dari separuh
antara limbus dan tepi pupil, pterigium yang sering memberikan keluhan mata
merah, berair dan silau karena astigmatisma, serta alasan kosmetik (terutama
pterigium adalah baik. Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan dapat terjadi
pterigium berulang bila faktor risikonya tidak dihindari. Oleh sebab itu, selain
memberikan terapi kita juga harus memberikan edukasi kepada pasien agar dapat
satu edukasi yang dapat diberikan yaitu penggunaan kacamata atau pelindung
mata saat bekerja di bawah terik matahari dan selalu menjaga hygiene kedua mata.
1. American Academy of Ophthalmology. Clinical Approach to Depositions and
Heraklion,Crete, Greece.
Sagung Seto.
8. Ilyas, S., Yulianti, S.R., 2011. Mata Merah dengan Penglihatan Normal: Ilmu
9. Bagian SMF Ilmu Penyakit Mata., 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi,