LATAR BELAKANG
Kista ovarium
Kista Ovari adalah sebuah kantong yang berisi cairan atau jaringan lainnya
yang terbentuk dari struktur ovarium. Kista ovari cukup sering terjadi pada wanita
pada masa reproduksi. Seorang wanita dapat mengebangkan satu kiste atau banyak
kiste. Ukuran dari kiste ovari dapat bervariasi pada tiap individu. Pada sebagian besar
kasus kiste ovarium tidak terlalu berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya, tapi
pada beberapa kasus dapat menimbulkan komplikasi dan memerlukan terapi lebih
lanjut. Kista ovarium dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu yang bersifat ganas
dan jinak, dimana kista ovarium yang bersifat jinak merupakan jenis yang terbanyak.1
Di Amerika Serikat, kistoma ovarii umumnya sering terdiagnosis melalui
transvaginal sonogram hampir pada semua wanita premenopause dan hingga 14.8%
pada wanita postmenopause. Sebagian besar kista ini adalah kista fungsional dan
bersifat jinak. Jenis Teratoma kistik atau kista dermoid didapatkan lebih dari 10% dari
semua neoplasia pada ovarium. Resiko menjadi suatu keganasan meningkat
bersamaan dengan semakin tuanya umur, dan sebagian besar tumor yang malignan
ditemukan pada wanita postmenopause. Pada pasien dengan kista ovarium insiden
kanker ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya umur penderita dari
15.7/100.000 pada umur 40 tahun menjadi 54.0/100.000 pada umur 75 tahun.2,3
Sebagian besar Kista Ovarium terjadi akibat kegagalan proses ovulasi
Leuteasing Hormon (LH) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali.
Sebagian besar kista tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Beberapa gejala yang
umumnya dihubungkan dengan kista ovarium adalah gangguan menstruasi
(pemanjangan interval antar menstruasi atau pemendekan siklus). Jika ukuran Kista
cukup besar dapat menyebabkan nyeri pelvic, dispareunia, dan kadang perdarahan
abnormal. Walaupun bersifat ringan, pada beberapa keadaan dapat terjadi beberapa
jenis komplikasi dari Kista ovarium yang berat berupa torsio ovary, ovarian cyst
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kista ovarium adalah kantung yang berisi cairan atau semicairan pada
ovarium. Kista ovarium dapat terjadi pada wanita dengan semua umur, dari neonatus
sampai postmenopause. Kebanyakan kista ovarium jinak, namun dapat juga menjadi
ganas.2,4
2.2 EPIDEMIOLOGI
Angka insiden dari kistoma ovarii dilaporkan sebesar 7% dari populasi wanita di
Indonesia dan dimana dari angka insiden kistoma ovarii ini, hampir 85% merupakan
kista yang bersifat jinak. Kistoma ovarii yang bersifat ganas sangat jarang ditemukan,
namun kistoma ovarii jinak bisa menjadi ganas jika tidak diobati.2,3,4
2.3 ETIOLOGI
Kebanyakan kista ovarium berkembang sebagai hasil dari fungsi normal
siklus menstruasi disebut kista fungsional, dapat juga disebabkan oleh faktor lainnya.
Pada kista fungsional, dapat disebabkan karena pertumbuhan folikel bulanan yang
terus bertumbuh. Ada dua jenis kista fungsional : Kista folikular dan kista korpus
luteum. Kista folikular dimulai ketika folikel tidak melepaskan sel telur nya,
melainkan tumbuh dan berubah menjadi kista.5
Tumor akibat radang : abses tubo ovarial, abses ovarial, dan kista tubo ovarial.
Tumor lain :
1. Kista folikel :
Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di
ovarium dan biasanya berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari praovulasi (2,5 cm). Kista ini berasal dari folikel de Graaf yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa
folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bagian
dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel granulose.
Cairan dalam kista ini jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh
sebab itu, kista dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat
laun mengecil dan dapat menghilang spontan, atau bisa terjadi rupture dan
kista menghilang. Dalam menangani tumor ovarium biasanya timbul
persoalan apakah tumor yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel.
Umumnya, jika diameter tumor tidak melebihi 5 cm, dapat ditunggu
dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri.4,6
2. Kista korpus luteum
Kista luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum
atau perdarahan yang mengisi rangga yang terjadi setelah ovulasi. Dalam
keadaan normal, korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus
luteum persisten) ; perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista,berisi cairan yang berwarna merah coklat
karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari kista
folikel, dan yang pertama bisa menjadi lebih besar daripada yang kedua.
Pada pembelahan ovarium, kista korpus luteum memberi gambaran yang
khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel
luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat
menyebabkan gangguan haid, berupa amenore diikuti perdarahan yang
tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut
bersamaan
denganovarium
polikistik,
mola
hidatidosa,
granulosa
merupakan
pembesaran
non-neoplastik
sehingga
menimbulkan
nyeri
hebat
atau
perdarahan
mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum, yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam
kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan
tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik
untuk mengetahui apakah ada keganasan.2,3,7
2. KISTADENOMA OVARII MUSINOSUM
Kistadenoma ovarii musinosum mencakup 16-30% dari total
tumor jinak ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor ini
bilateral pada 5-7% kasus. Tumor ini pada umumnya multilokuler dan
lokulus yang berisi cairan musinosum tampak berwarna kebiruan di dalam
kapsul yang dindingnya tegang. Dinding tumor tersusun dari epitel
kolumner yang tinggi dengan inti sel berwarna gelap terletak di bagian
basal. Dinding kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan
struktur epitel endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel
kolon di mana caian musin di dalam lokulus kista mengandung sel- sel
goblet. Perlu untuk dilakukan pemeriksaan PA dari beberapa tempat
karena sebaran area- area dangan gambaran jinak, potensial ganas, atau
ganas sangat variatif.4
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu,
permukaan berbenjol-benjol dan bersekat (lobulated). Kira-kira 10% dapat
mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang datang
dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan
ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga
dijumpai yang bilateral.4
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang
dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini
dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif,
yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usususus dan peritoneum parietale.4
rongga
perut,
dan
dengan
sekresinya
menyebabkan
pseudomiksoma peritonei.4
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi
tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang
normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingoooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahakan
mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah
timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika
berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk
mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum
mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus
dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan
terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu
diperiksa pula.2,3,4,7
3. KISTADENOMA OVARII SEROSUM
Kistadenoma serosum mencakup sekitar 15-25 % dari keseluruhan
tumor jinak ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12
50% kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium ( bilateral). Ukuran
kista berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih kecil dari rata- rata
ukuran kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih
kekuningan. Proliferasi fokal pada dinding kista menyebabkan proyeksi
papilomatosa ke tengah kista yang dapat bertranformasi menjadi kistodeno
fibroma.4,5
Permukaan kista biasanya licin, akan tetapi dapat pula tidak karena
kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.4,5
Ciri khas kista ini ialah potensi pertumbuhan papiler ke dalam
rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%.
Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.
Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma).4,5
Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi
oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma
eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini
berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium), maka
bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar
epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba.4,5
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium
dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya
menunjukkan
bahwa
kista
adalah
kistadenoma
ovarii
serosum
4. KISTA ENDOMETRIOID
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969,
tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.6
5. KISTA DERMOID
Kista dermoid merupakan tumor tebanyak (10% dari total tumor
ovarian) yang berasal dari sel germinativum. Tumor ini merupakan tumor
jinak sel germinativum dan paling banyak diderita oleh gadis yang berusia
di bawah 20 tahun.4,6
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan
entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan
mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan
tiroid (entodermal), tetapi ektodermal merupakan komponen utama, yang
kemudian diikuti dengan mesodermal dan entodermal. Semakin lengkap
unsur penyusun, akan semakin solid konsistensi tumor ini. Kista dermoid
jarang mencapai ukuran yang besar, tetapi kadang kadang bercampur
dengan kistadenoma ovarii musinosum sehingga diameternya akan
semakin besar. Unsur penyusun tumor terdiri dari sel- sel yang telah matur
sehingga kista ini juga disebut teratoma matur. Kista dermoid memiliki
dinding berwarna putih dan relatif tebal, berisi cairan kental dan
berminyak karena dinding dinding tumor mengandung banyak kelenjar
sebasea dan derivat ektodermal (sebagian besar adalah rambut). Dalam
ukuran kecil, kista dermoid tidak menimbulkan keluhan apapun dan
penemuan tumor pada umumnya hanya melalui pemeriksaan ginekologi
rutin. Rasa penuh dan berat di dalam perut hanya dirasakan apabila ukuran
tumor cukup besar.4,6
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari
semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang
tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu
elemen ektodermal.4,6
Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umumnya
teratoma solid ialah suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun jarang, dapat
juga ditemukan teratoma solidum yang jinak. Terapi pada kista dermoid
berupa laparotomi dan kistektomi.4,6
mentruasi yang tidak teratur seperti memanjangnya siklus dan perdarahan vagina
yang tidak normal juga dikeluhkan. Pada wanita yang lebih muda gejala yang
dikeluhkan bisa berupa masa puber yang muncul mendahului dan menarche yang
lebih awal. Gejala lainnya dapat berupa perut kembung, susah mencerna makanan,
dan cepat merasa kenyang.9
Dalam mendiagnosis Kista ovarium kita bisa memperhatikan umur dan Status
Menopause dari pasien. Kistoma ovarii pada wanita premenopause adalah umum
ditemukan dan biasanya bersifat jinak termasuk kista fungsional atau endometrioma.
Resiko menjadi keganasan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.3,5
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan Kista Ovarium lebih berfokus pada
pemeriksaan abdomen dan pelvis. Dari inspeksi abdomen pada masa kista yang besar
akan terlihat benjolan di abdomen. Pada pemeriksaan palpasi jika ukuran kista cukup
besar maka akan mudah teraba, walaupun ovarium yang normal mungkin teraba pada
orang yang kurus saat pemeriksaan pelvis. Tetapi pada semua pasien postmenapause
yang ovariumnya teraba harus dipertimbangkan kista. Jika pasien obesitas palpasi
kista akan cukup sulit.8
Gejala lain yang mungkin bisa ditemukan pada pemeriksaan fisik berupa
takikardia dan hipotensi bila sudah terjadi rupture kista. Pada pemeriksaan tekana
darah bisa didapatkan hipotensi ortostatic. Beberapa komplikasi seperti torsion
ovarian akan menyebabkan hyperpyrexia. Nyeri tekan di sekitar abdomen bagian
bawah juga bisa didapatkan pada beberapa wanita. Kista ovarium juga dapat
menyebabkan timbulnya nyeri tekan pada adnexal atau nyeri gerakan pada cervix.
Pada gejala yang sudah menunjukkan keganasa akan timbul penurunan berat badan,
lyphadenopathy pada leher, kesusahan bernafas, dan tanda dari efusi pleura.10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang paling primer digunakan dalam mendiagnosis
Kista Ovarium adalah pemeriksaan Imaging berupa USG. Dengan menggunakan
USG dapat menggambarkan morfologi kiste ovarium. Jika pemeriksaan USG tidak
dapat menggambarkan secara jelas kista ovarium pemeriksaan USG ulangan dapat
dilakukan untuk menyingkirkan keganasan.11
Ovarium normal berukuran panjangnya 2,5 -5 cm, lebar 1,5 3 cm dengan
ketebalan 0,6 1,5 cm. Jika pada fase folikular dapat ditemukan beberapa folikel di
dalam jaringan ovarium. Sebagian besar penelitian menemukan bahwa kista anechoic
yang unilokuler dengan diameter kurang dari 5 cm jarang merupakan suatu
keganasan, bahkan pada wanita postmenopause. Resiko keganasan adalah kurang dari
1% pada premenopause dan 10% pada wanita postmenopause. Hanya 6% dari kista
dengan diameter 3-5cm yang menunjukkan keganasan pada wanita postmenopause,
sedangkan penelitian lain menemukan tidak adanya keganasan pada kista dengan
ukuran kurang dari 5cm.3,5
Kista multilokuler lebih sering ganas daripada kista unilokuler. Granberg
menemukan bahwa 8% kista multilokuler adalah ganas, dibandingkan dengan hanya
0.3% keganasan pada kista unilokuler. Kista solid, semi-solid, dan mixed tumor,
sering dihubungkan dengan keganasan.Gambaran papiler sering merupakan
keganasan dan resiko keganasan meningkat dari 1.6% menjadi 10% jika suatu kista
unilokuler mengandung suatu bentukan solid atau papiler. Ukuran diameter dari kista
sangat berhubungan erat dengan sifat keganasan dari kistoma ovarii.3,5
Pemeriksaan USG Endovaginal dapat membantu memberikan gambaran yang
lebih detail struktur dari pelvis. Dimana pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan
USG kedalam vagina. Tindakan ini tidak terlalu invasif dan mudah dikerjakan. Jika
dibandingkan dengan USG Transabdominal maka USG Transabdominal akan lebih
baik dalam mengevaluasi ukuran masa dan komplikasinya. Dengan pemeriksaan ini
juga akan mempermudah untuk mengevaluasi struktur intraabdominal lainnya seperti
ginjal dan hati. USG Transabdominal harus dilakukan dalam keadaan buli buli penuh.
Selain itu bisa juga dilakukan 3-D ultrasonography yang akan memberi gambaran
lebih mendetail dalam mengevaluasi kista ovarium.12
Pemeriksaan penunjang lainnya yang yang dapat digunakan seperti CT Scan
dan MRI. Pemeriksaan CT Scan lebih sensitif tetapi kurang spesifik dibandingkan
ovarium.
menyingkirkan
Akan
tetapi
differential
pemeriksaan
diagnosis
dan
laboratorium
komplikasi
dari
dapat
kista
membantu
ovarium.
dari
tindakan
Laparatomi
dan
Laparaskopi
adalah
untuk
mengkonfirmasi diagnosis dari kista ovarium, untuk memastikan apakah kista bersifat
ganas, untuk mendapatkan cairan dari pencucian peritoneum sebagai bahan
pemeriksaan sitologi, untuk menghilangkan seluruh kista atau seluruh ovarium, untuk
mengevaluasi keadaan sekitar ovarium, dan untuk menentukan tindakan lanjutan apa
yang diperlukan. Tindakan Laparascopy umumnya lebih sering dikerjakan dari pada
laparatomy karena efek sampinggnya yang lebih sedikit serta penyembuhannya lebih
cepat. Akan tetapi hasil yang diberikan lebih baik jika dilakukan Laparostomy.15
Pasien dengan kista yang jinak umumnya tidak ada kontraindikasi untuk
dilakukan laparoskopi. Pada pasien dengan Kista Dermoid atau Endometrioma atau
kista sederhana yang menimbulkan gejala dimana dengan menggunakan terapi
konserfatif juga tidak sembuh maka tindakan yang bisa dilakukan adalah pembedahan
untuk mengangkat kistanya. Pada kista yang ganas umumnya tindakan pembedahan
pilihannya adalah dengan laparatomi, karena umumnya berhubungan dengan
penyebaran yang luas dari kistanya21.
Jika kista ovarium bersifat jinak, pengangkatan ovarium lainnya harus
dipertimbangkan pada pasien postmenapause, dan pasien premenapause dengan umur
lebih dari 35 tahun ayng sudah berencana untuk tidak memiliki anak lagi, terutama
bila dalam keluarganya ada yang memiliki riwayat keganasan ovarium. Karena besar
kemungkinan kista akan berkembang menjadi ganas. Namun indikasi ini tidaklah
absolut, tergantung dari keinginan pasien. Penggunaan dari obat kontrasepsi oral
dapat mencegah timbulnya kista Ovarium Fungsional, tetapi penggunaan Kontrasepsi
oral tidak membantu mempercepat hilangnya kista fungsional yang telah muncul.15
Torsi, sebagai komplikasi paling sering yang dijumpai pada kasus-kasus
adanya masa adneksa pada masa kehamilan, terkadang menghasilkan gejala-gejala
akut yang sesuai daengan tingkat iskemia jaringan. Selanjutnya intervensi operasi
emergensi biasanya dibutuhkan. Bila hanya terjadi torsi parsial dan pada inspeksi
ditemukan bahaya minimal dari vaskuler, didapat adneksa yang berubah
bentuk,reseksi konservatif dilakukan dengan hati-hati dan ovarium difiksasi untuk
menghindari torsi. Sebaliknya, torsi komplit memerlukan ooforektomi (terkadang
bersamaan dengan salpingektomi) dengan identifikasi dan mobilisasi seperlunya dari
ureter untuk memungkinkan ligasi tinggi pembuluh gonad, sehingga meminimalkan
pelepasan potensial emboli trombotik selama prosedur bedah dilakukan.
disadari bahwa lesi ovarium ganas jarang terjadi pada kasus torsi adneksa.7
Harus
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: NKA
Umur
: 41 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Hindu
Pekerjaan
Alamat
Bangsa
: Indonesia
3.2
Nama Suami
: IPM
Pekerjaan
: Petani
Tanggal MRS
: 14 Maret 2015
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi IUD sejak tahun 1991 sampai tahun
2004 saat masih menikah dengan suami pertama. Setelah bercerai dan menikah
dengan suami kedua hingga sekarang, pasien tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi lagi.
3.3
: Baik
Kesadaran
: CM (E4V5M6)
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu tubuh
: 36,5 0C
Berat Badan
: 67 kg
Tinggi Badan
: 154 cm
Status Lokalis
Mata
THT
kesan tenang
Thorak
Cor
Pulmo
Abdomen
~ status ginekologi
Vagina
~ status ginekologi
Ekstimitas
hangat + +, edema - ++
Status Ginekologis
Mammae
- -
Inspeksi :
Palpasi
Abdomen
massa (-)
Inspeksi :
Auskultasi:
Palpasi
:
Inspeksi :
Inspekulo:
VT :
Flx (-), Fl(-); Portio teraba licin, massa (-), CuAF b/c ~
normal, AP ki = massa (-), nyeri tekan (-), AP ka =
massa (+), 6 cm, kistik, mobile (-), nyeri tekan (+); CD
bulging (-)
3.4
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap (1 Maret 2015)
WBC
: 9,9 x 103/uL
RBC
: 4,29 x 103/uL
HGB
: 13,3 g/dL
HCT
: 37,4 %
MCV
: 87,1 fl
MCH
: 31,1 pg
MCHC
: 35,7 g/dl
PLT
: 119 x 103/uL
RDW
: 10%
: Kuning
Kekeruhan
: Jernih
pH
: 7,0
Leukosit
: (+)
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
: (-)
Epitel
Kristal
: (-)
: 30 mg/dl
Creatinin
: 0,76 mg/dl
BS sewaktu
: 113 mg/dl
SGOT
: 34 U/L
SGPT
: 11 U/L
(5 Maret 2015)
Albumin
: 3,6 g/dl
Faal Hemostasis
Waktu Perdarahan : 2.30 menit
Waktu Pembekuan : 12 menit
USG Abdomen (5 Maret 2015)
Gall Bladder: ukuran tidak membesar, tak tampak pembesaran, tak tampak
penebalan dinding, tak tampak batu maupun sludge.
Buli: terisi urine cukup, tak tampak penebalan dinding, tak tampak batu.
Kesan:
3.5
Hepar, GB, lien, pancreas, ginjal kanan serta buli dalam batas normal.
Diagnosis Kerja
Kista Ovarium
3.6
Rencana Kerja
Terapi :
1.
MRS
2.
3.
4.
3.7
Perjalanan Penyakit
S:
pasien mengeluh sakit pinggang dan sakit perut bawah bagian
kanan
O:
Status Present :
TD : 110/80; N : 84 x/m; RR : 22x/m; tax : 36,7C
Status Generalis :
Mata : anemis -/Thorax: cor
- -
Status Ginekologi:
Abdomen
Vagina
Ass :
Kista Ovarium
P:
Koordinasi dengan dr anestesi
Mx : Keluhan, Vital Sign
KIE : Inform consent
15/3/201
5
06.00
S:
sakit perut bawah bagian kanan (+)
O:
Status Present :
TD : 110/70; N : 80 x/m; RR : 20x/m; tax : 36,3C
Status Generalis :
Mata : anemis -/Thorax: cor
- -
Status Ginekologi :
Abdomen
S:
sakit perut bawah bagian kanan (+), pusing (-)
O:
Status Present :
TD : 110/70; N : 78 x/m; RR : 20x/m; tax : 36,3C
Status Generalis :
Mata : anemis -/Thorax: cor
- -
Status Ginekologi :
Abdomen
IVFD
- -
Urogenital: terpasang DC
Status Ginekologi :
Abdomen :
-
06.00
S:
Nyeri luka operasi (+) berkurang, flatus (+), mobilisasi (+)
O:
Status Present :
TD : 110/70; N : 90 x/m; RR : 20x/m; tax : 36C
Status Generalis :
Mata : anemis -/Thorax: cor
- -
Status Ginekologi :
Abdomen :
-
IVFD RL 20 tpm
18/3/201
5
06.00
S:
Nyeri luka operasi (+) berkurang
O:
Status Present :
TD : 110/80; N : 80 x/m; RR : 20x/m; tax : 36C
Status Generalis :
Mata : anemis -/-
Thorax: cor
- -
Status Ginekologi :
Abdomen :
-
IVFD RL 20 tpm
Cepoperazol p.o
NS p.o
SF p.o
- -
Status Ginekologi :
Abdomen :
-
Laporan Operasi
Operasi
: Kistoma Ovarii
Jenis Anestesi
: Regional Anestesi
Teknik Anestesi
: SAB
Nama Operasi
: Cystectomy
Tanggal Operasi
: 16 Maret 2015
Jam Mulai
: 13.10 Wita
Jam Selesai
: 14.00 Wita
Riwayat Operasi :
Uterus = normal
Tampak massa kistous ovarium dextra dengan bagian padat berukuran 8cm
intraligamental, sisihkan pecah keluar cairan jernih dilakukan
cystectomy hecting ovasalfing, tuba kanan, hidrosalfingx.
Operasi selesai.
pada perut mulai dirasakan bila beraktifitas dan membaik dengan istirahat. Keluhan
nyeri perut ini membaik dengan istirahat terutama berbaring di tempat tidur.
Secara teori pasien dengan Kista Ovarium umumnya dari hasil anamnesis
gejala yang bisa detemukan adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian
bawah. Jika sudah menimbulkan komplikasi yang buruk seperti Torsio ovary atau
rupture kiste akan memberi rasa nyeri yang lumayan berat dan perlu penanganan
lebih lanjut. Pasien ini pasien datang dengan keluhan utama nyeri di perut bagian
kanan, sehingga bisa mengarahkan diagnosis. Walaupun dari keluhan ini masih
banyak diagnosis yang mungkin.8
Pasien juga mengeluh teraba benjolan di perut bagian Kanannya. Keluhan
benjolan ini dirasakan perlahan-lahan dan semakin membesar. Perut pasien
dikeluhkan perlahan- lahan membesar sejak tahun 2009. Keluhan pertama kali
ditemukan secara tidak sengaja sewaktu pasien bekerja. Pasien juga tidak
mengeluhkan merasakan sakit saat berhubungan. Pasien mengeluh sering mengalami
keputihan yang berbau.
Berdasarkan data dari literature beberapa gejala lainnya yang umumnya
dikeluhkan oleh penderita kista ovarium adalah pasien umumnya merasa tidak
nyaman saat berhubungan seksual, terutama saat melakukan penetrasi yang dalam.
Gejala lainnya dapat berupa perut kembung. Pada pasien ini didapatkan terasa seperti
benjolan di perut bagian kanan dan juga adanya rasa nyeri saat berhubungan seksual.
Hal ini sesuai dengan teori yang sudah ada. Sehingga dari hasil anamnesis pada
pasien ini sudah dapat mengarahkan diagnosis ke Kista Ovarium. Tetapi untuk
diagnosis yang lebih akurat dibutuhkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang tepat pada pasien ini
4.2 PEMERIKSAAN FISIK
Status Present Keadaan umum: Baik, Kesadaran: CM (E4V5M6), Tekanan
Darah: 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 20x/menit, Suhu tubuh: 36,5 0,
Berat Badan: 62 kg, Tinggi Badan: 154 cm. Status Lokalis Mata: anemis (-), ikterus
(-), refleks pupil +/+ isokor 3mm, THT: kesan tenang, Thorak: simetris (+), retraksi
(-)
, Cor: S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), Pulmo: vesikuler +/+, rhonki -/-,
benjolan (-), Palpasi: massa (-), Abdomen : Inspeksi: benjolan di perut kanan bawah,
Auskultasi: Bising Usus (+)/N, Palpasi: Teraba massa kistik, permukaan rata, mobile,
nyeri tekan (+), acsites (-), Vagina: Inspeksi : V/V Flx(-), Fl(-), Massa (-), P (-)
terdorong ke atas, Palpasi: VT Flx (-), Fl(-), P (-) AP ka = Massa (+), Kistik,
Mobile (+), Nyeri tekan (+), AP ki = Massa (-), Nyeri (-), CuAF b/c ~ N
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan Kista Ovarium lebih berfokus pada
pemeriksaan abdomen dan pelvis. Dari inspeksi abdomen pada masa kista yang besar
akan terlihat benjolan di abdomen. Pada pemeriksaan palpasi jika ukuran kista cukup
besar maka akan mudah teraba, walaupun ovarium yang normal mungkin teraba pada
orang yang kurus saat pemeriksaan pelvis. Tetapi pada semua pasien postmenapause
yang ovariumnya teraba harus dipertimbangkan kista. Jika pasien obesitas palpasi
kista akan cukup sulit.8
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan adanya Inspeksi: benjolan di perut
kiri bawah, Palpasi: Teraba massa kistik, permukaan rata, mobile, nyeri tekan (+). Hal
ini sudah sesuai dengan teori yang ada sehingga hasil anamnesis dan dari
pemeriksaan fisik juga sudah bisa mengarahkan diagnosis pada pasien ini ke Kista
Ovarium. Tetapi untuk diagnosis pasti perlu dilakukan pemeriksaan penunjang,
terutama pemeriksaan Imaging agar diagnosis dapat ditegakkan
4.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG
Abdomen(5
Maret
2015)
Hepar:
ukuran
tidak
membesar,
echoparencyme normal homogen, sudut tajam tepi regular, sistem vaskuler dan bilier
tidak melebar, tak tampak massa. Gall Bladder: ukuran tidak membesar, tak tampak
pembesaran, tak tampak penebalan dinding, tak tampak batu maupun sludge. Lien:
ukuran tidak membesar, tak tampak massa. Pankreas: ukuran normal, tak tampak
massa. Ginjal Kanan: ukuran tidak membesar, echocortex normal, sinus korteks
masih jelas, tak tampak ektasis, tak tampak batu/ kista maupun massa. Ginjal Kiri:
ukuran tidak membesar, echocortex normal, sinus korteks masih jelas, tak tampak
ektasis, tak tampak batu maupun massa, kista 2,6 cm. Buli: terisi urine cukup, tak
tampak penebalan dinding, tak tampak batu. Tampak cyste adnexa hiperechoic
dengan septa uk 8,66 x 6 x 11,52 cm. Tak tampak gambar cairan bebas di cavum
abdomen Kesan: Cyste adnexa dengan septa kesan kista kompleks Kista ginjal kiri
Hepar, GB, lien, pancreas, ginjal kanan serta buli dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang yang paling primer digunakan dalam mendiagnosis
Kista Ovarium adalah pemeriksaan Imaging berupa USG. Dengan menggunakan
USG dapat menggambarkan morfologi kiste ovarium. Ovarium normal berukuran
panjangnya 2,5 -5 cm, lebar 1,5 3 cm dengan ketebalan 0,6 1,5 cm. Ukuran
diameter dari kista sangat berhubungan erat dengan sifat keganasan dari kistoma
ovarii Hanya 6% dari kista dengan diameter 3-5cm yang menunjukkan keganasan
pada wanita postmenopause, sedangkan penelitian lain menemukan tidak adanya
keganasan pada kista dengan ukuran kurang dari 5cm.3,5
Pada kasus sudah dilakukan pemeriksaan Imaging berupa USG dimana dari
pemeriksaan didapatkan adanya kista dengan ukuran diameter 8,66 cm. Hal ini sesuai
dengan teori dimana dinyatakan pada kista dengan ukuran diatas 5 cm
memungkinkan kista ini adalah suatu kista yang ganas. Sehingga dari hasil
pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien ini
dapat disimpulkan diagnosis pasien ini adalah Kista Ovarium Dekstra.
4.4 PENATALAKSANAAN
Pada pasien ini diterapi dengan MRS, Pre Op rencana laparotomi, Monitoring
Observasi keluhan dan vital sign serta KIE pasien dan keluarga tentang rencana
tindakan dan komplikasi tindakan. Terapi dari kista ovarium umumnya dilakukan
dengan pengangkatan kista atau ovarium itu sendiri, namun hal itu tergantung dari
jenis kista dan besarnya kista pada pasien. Pengangkatan kistoma ovarii biasanya
dilakukan jika keadaan pasien memungkinkan untuk menjalani operasi dan metode