Anda di halaman 1dari 37

BAB I

LATAR BELAKANG
Kista ovarium
Kista Ovari adalah sebuah kantong yang berisi cairan atau jaringan lainnya
yang terbentuk dari struktur ovarium. Kista ovari cukup sering terjadi pada wanita
pada masa reproduksi. Seorang wanita dapat mengebangkan satu kiste atau banyak
kiste. Ukuran dari kiste ovari dapat bervariasi pada tiap individu. Pada sebagian besar
kasus kiste ovarium tidak terlalu berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya, tapi
pada beberapa kasus dapat menimbulkan komplikasi dan memerlukan terapi lebih
lanjut. Kista ovarium dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu yang bersifat ganas
dan jinak, dimana kista ovarium yang bersifat jinak merupakan jenis yang terbanyak.1
Di Amerika Serikat, kistoma ovarii umumnya sering terdiagnosis melalui
transvaginal sonogram hampir pada semua wanita premenopause dan hingga 14.8%
pada wanita postmenopause. Sebagian besar kista ini adalah kista fungsional dan
bersifat jinak. Jenis Teratoma kistik atau kista dermoid didapatkan lebih dari 10% dari
semua neoplasia pada ovarium. Resiko menjadi suatu keganasan meningkat
bersamaan dengan semakin tuanya umur, dan sebagian besar tumor yang malignan
ditemukan pada wanita postmenopause. Pada pasien dengan kista ovarium insiden
kanker ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya umur penderita dari
15.7/100.000 pada umur 40 tahun menjadi 54.0/100.000 pada umur 75 tahun.2,3
Sebagian besar Kista Ovarium terjadi akibat kegagalan proses ovulasi
Leuteasing Hormon (LH) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali.
Sebagian besar kista tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Beberapa gejala yang
umumnya dihubungkan dengan kista ovarium adalah gangguan menstruasi
(pemanjangan interval antar menstruasi atau pemendekan siklus). Jika ukuran Kista
cukup besar dapat menyebabkan nyeri pelvic, dispareunia, dan kadang perdarahan
abnormal. Walaupun bersifat ringan, pada beberapa keadaan dapat terjadi beberapa
jenis komplikasi dari Kista ovarium yang berat berupa torsio ovary, ovarian cyst

haemorrhage, dan ovarian cyst rupture. Komplikasi ini dapat menyebabkan


infertilitas dan terkadang berbahaya bagi penderitanya. 4
Melihat dari masih tingginya angka kejadian dari Kista Ovari serta komplikasi
buruk yang dapat ditimbulkan dari Kista Ovarium. Penulis merasa tertarik untuk
membahas lebih mendalam tentang kasus Kista Ovarium di masyarakat. Sehingga
penulis tertarik untuk mengangkat Kista Ovarium sebagai tema dalam penulisan
Laporan Kasus ini

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kista ovarium adalah kantung yang berisi cairan atau semicairan pada
ovarium. Kista ovarium dapat terjadi pada wanita dengan semua umur, dari neonatus
sampai postmenopause. Kebanyakan kista ovarium jinak, namun dapat juga menjadi
ganas.2,4
2.2 EPIDEMIOLOGI
Angka insiden dari kistoma ovarii dilaporkan sebesar 7% dari populasi wanita di
Indonesia dan dimana dari angka insiden kistoma ovarii ini, hampir 85% merupakan
kista yang bersifat jinak. Kistoma ovarii yang bersifat ganas sangat jarang ditemukan,
namun kistoma ovarii jinak bisa menjadi ganas jika tidak diobati.2,3,4
2.3 ETIOLOGI
Kebanyakan kista ovarium berkembang sebagai hasil dari fungsi normal
siklus menstruasi disebut kista fungsional, dapat juga disebabkan oleh faktor lainnya.
Pada kista fungsional, dapat disebabkan karena pertumbuhan folikel bulanan yang
terus bertumbuh. Ada dua jenis kista fungsional : Kista folikular dan kista korpus
luteum. Kista folikular dimulai ketika folikel tidak melepaskan sel telur nya,
melainkan tumbuh dan berubah menjadi kista.5

Kista korpus luteum disebabkan karena penumpukan cairan dalam korpus


luteum. Obat kesuburan clomiphene (Clomid, Serophene), yang digunakan untuk
menginduksi ovulasi, meningkatkan risiko terjadinya kista korpus luteum
berkembang setelah ovulasi. Kista fungsional biasanya tidak berbahaya, jarang
menimbulkan rasa sakit, dan sering menghilang sendiri dalam waktu dua atau tiga
siklus menstruasi.5
Beberapa jenis kista yang tidak berhubungan dengan fungsi normal siklus
menstruasi seperti kista dermoid, kistadenomas, endometriomas. Kista dermoid dapat
berisi jaringan, seperti rambut, kulit atau gigi yang terbentuk dari sel-sel yang
menghasilkan ovum dan jarang menjadi ganas. Kistadenomas berkembang dari
jaringan ovarium dan dapat diisi dengan cairan encer ataupun mukus. Endometrioma
berkembang hasil dari endometriosis, suatu kondisi di mana sel-sel endometrium
rahim tumbuh di luar rahim. Beberapa jaringan menempel di ovarium dan
bertumbuh.5
Kista dermoid dan kistadenomas dapat membesar, menyebabkan ovarium
bergerak keluar dari posisi normalnya di panggul. Hal ini meningkatkan
kemungkinan nyeri terplintir pada ovarium yang disebut torsio ovarium.5
2.4 KLASIFIKASI
Tumor ovarium ada 2 jenis yaitu :
1. Tumor ovarium non neoplastik
2. Tumor ovarium neoplastik jinak
2.4.1 TUMOR OVARIUM NON NEOPLASTIK

Tumor akibat radang : abses tubo ovarial, abses ovarial, dan kista tubo ovarial.

Tumor lain :

1. Kista folikel :
Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di
ovarium dan biasanya berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari praovulasi (2,5 cm). Kista ini berasal dari folikel de Graaf yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa
folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bagian
dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel granulose.
Cairan dalam kista ini jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh
sebab itu, kista dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat
laun mengecil dan dapat menghilang spontan, atau bisa terjadi rupture dan
kista menghilang. Dalam menangani tumor ovarium biasanya timbul
persoalan apakah tumor yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel.
Umumnya, jika diameter tumor tidak melebihi 5 cm, dapat ditunggu
dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri.4,6
2. Kista korpus luteum
Kista luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum
atau perdarahan yang mengisi rangga yang terjadi setelah ovulasi. Dalam
keadaan normal, korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus
luteum persisten) ; perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista,berisi cairan yang berwarna merah coklat
karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari kista
folikel, dan yang pertama bisa menjadi lebih besar daripada yang kedua.
Pada pembelahan ovarium, kista korpus luteum memberi gambaran yang
khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel
luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat
menyebabkan gangguan haid, berupa amenore diikuti perdarahan yang
tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut

bagian bawah. Perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan


ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenore
sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan
kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang
khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Terdapat 2
jenis kista korpus luteum yaitu kista granulosa dan kista teka.4,6
Penanganan kista korpus luteum ialah: menunggu sampai kista
hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan atas kehamilan
ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan
ovarium.2
3. Kista Teka Lutein
Kista ini tidak pernah mencapai ukuran yang besar. Umumnya
bilateral dan berisi cairan jernih kekuningan. Kista teka seringkali
dijumpai

bersamaan

denganovarium

polikistik,

mola

hidatidosa,

koriokarsinoma, terapi hCG, dan klomifen sitrat.4


Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat luteinisasi sel-sel teka.
Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi
seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah
akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.4
4. Kista Granulosa
Kista

granulosa

merupakan

pembesaran

non-neoplastik

ovarium. Setelah ovulasi, dinding sel granulosa mengalami luteinisasi.


Pada tahap terbentuknbya vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah
rongga membentuk korpus hemoragikum. Resorbsi darah di ruangan ini
menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum. Kista lutein yang
persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding perut yang
juga disertai amenorea atau menstruasi terlambat yang menyerupai

gambaran kehamilan ektopik. Kista lutein juga dapat menyebabkan tosi


ovarium

sehingga

menimbulkan

nyeri

hebat

atau

perdarahan

intraperitoneal yang membutuhkan tindakan pembedahan segera untuk


menyelamatkan pasien.4
5. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian
kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih
banyak pada wanita yang lanjut usia, dan besarnya jarang melebihi
diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada
pemeriksaan histologi ovarium yang diangkat sewaktu operasi.2
6. Kista endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.
7. Ovarium Polikistik (Stein-Leventhal Syndrome)
Penyakit ovarium polikistik ditandai dengan pertumbuhan
polikistik ovarium kedua ovarium, amenorea sekunder atau oligomenorea,
dan infertilitas. Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali,
polikistik, dan permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Sekitar 50%
pasien mengalami hirsutisme dan obesitas. Gangguan ini terjadi pada
perempuan berusia 15 30 tahun.2,4
2.4.2

TUMOR OVARIUM NEOPLASTIK JINAK TUMOR KISTIK


1. KISTOMA OVARII SIMPLEKS
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada
dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya
tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala

mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum, yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam
kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan
tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik
untuk mengetahui apakah ada keganasan.2,3,7
2. KISTADENOMA OVARII MUSINOSUM
Kistadenoma ovarii musinosum mencakup 16-30% dari total
tumor jinak ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor ini
bilateral pada 5-7% kasus. Tumor ini pada umumnya multilokuler dan
lokulus yang berisi cairan musinosum tampak berwarna kebiruan di dalam
kapsul yang dindingnya tegang. Dinding tumor tersusun dari epitel
kolumner yang tinggi dengan inti sel berwarna gelap terletak di bagian
basal. Dinding kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan
struktur epitel endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel
kolon di mana caian musin di dalam lokulus kista mengandung sel- sel
goblet. Perlu untuk dilakukan pemeriksaan PA dari beberapa tempat
karena sebaran area- area dangan gambaran jinak, potensial ganas, atau
ganas sangat variatif.4
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu,
permukaan berbenjol-benjol dan bersekat (lobulated). Kira-kira 10% dapat
mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang datang
dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan
ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga
dijumpai yang bilateral.4
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang
dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini
dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif,
yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usususus dan peritoneum parietale.4

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang


terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif
di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental
seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning sampai coklat tergantung
dari percampurannya dengan darah.4
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh
epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel
yang membundar karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang
terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti
struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada
dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum

rongga

perut,

dan

dengan

sekresinya

menyebabkan

pseudomiksoma peritonei.4
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi
tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang
normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingoooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahakan
mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah
timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika
berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk
mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum
mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus
dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan
terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu
diperiksa pula.2,3,4,7
3. KISTADENOMA OVARII SEROSUM
Kistadenoma serosum mencakup sekitar 15-25 % dari keseluruhan
tumor jinak ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12

50% kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium ( bilateral). Ukuran
kista berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih kecil dari rata- rata
ukuran kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih
kekuningan. Proliferasi fokal pada dinding kista menyebabkan proyeksi
papilomatosa ke tengah kista yang dapat bertranformasi menjadi kistodeno
fibroma.4,5
Permukaan kista biasanya licin, akan tetapi dapat pula tidak karena
kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.4,5
Ciri khas kista ini ialah potensi pertumbuhan papiler ke dalam
rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%.
Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.
Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma).4,5
Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi
oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma
eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini
berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium), maka
bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar
epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba.4,5
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium
dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya
menunjukkan

bahwa

kista

adalah

kistadenoma

ovarii

serosum

papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.4,5


Terapi untuk kistadenoma serosum adalah tindakan pembedahan
(eksisi) dengan eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvic dan
abdomen. Untuk itu, jenis insisi yang dipilih adalah mediana karena dapat
memberikan cukup akses untuk tindakan eksplorasi. Sebaiknya dilakukan
pemeriksaan PA selama operasi sebagai antisipasi terhadap kemungkinan
adanya keganasan.4,5

4. KISTA ENDOMETRIOID
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969,
tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.6
5. KISTA DERMOID
Kista dermoid merupakan tumor tebanyak (10% dari total tumor
ovarian) yang berasal dari sel germinativum. Tumor ini merupakan tumor
jinak sel germinativum dan paling banyak diderita oleh gadis yang berusia
di bawah 20 tahun.4,6
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan
entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan
mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan
tiroid (entodermal), tetapi ektodermal merupakan komponen utama, yang
kemudian diikuti dengan mesodermal dan entodermal. Semakin lengkap
unsur penyusun, akan semakin solid konsistensi tumor ini. Kista dermoid
jarang mencapai ukuran yang besar, tetapi kadang kadang bercampur
dengan kistadenoma ovarii musinosum sehingga diameternya akan
semakin besar. Unsur penyusun tumor terdiri dari sel- sel yang telah matur
sehingga kista ini juga disebut teratoma matur. Kista dermoid memiliki
dinding berwarna putih dan relatif tebal, berisi cairan kental dan
berminyak karena dinding dinding tumor mengandung banyak kelenjar
sebasea dan derivat ektodermal (sebagian besar adalah rambut). Dalam
ukuran kecil, kista dermoid tidak menimbulkan keluhan apapun dan
penemuan tumor pada umumnya hanya melalui pemeriksaan ginekologi
rutin. Rasa penuh dan berat di dalam perut hanya dirasakan apabila ukuran
tumor cukup besar.4,6

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari
semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang
tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu
elemen ektodermal.4,6
Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umumnya
teratoma solid ialah suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun jarang, dapat
juga ditemukan teratoma solidum yang jinak. Terapi pada kista dermoid
berupa laparotomi dan kistektomi.4,6

2.5 DIAGNOSIS KISTA OVARIUM


ANAMNESIS
Dalam mendiagnosis Kista ovarium kita dapat memulai dari anamnesis yang
cermat yang akan mengarahkan kita pada pemilihan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan menunjang dalam mendiagnosis kista ovarium. Dari berbagai literature
didapatkan bahwa pada anamnesis pasien dengan kista ovarium sebagian besar
didapatkan tidak bergejala (asimtomatik). Dimana pada sebagian besar kasus kista
ditemukan secara tidak sengaja saat melakukan pemeriksaan USG atau pemeriksaan
Pelvis. Tapi beberapa kista juga bisa menunjukkan gejala klinis yang berat.8
Dari hasil anamnesis umumnya gejala yang bisa detemukan adalah nyeri atau
rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah. Jika sudah menimbulkan komplikasi
yang buruk seperti Torsio ovary atau rupture kiste akan memberi rasa nyeri yang
lumayan berat dan perlu penanganan lebih lanjut.8
Beberapa gejala lainnya yang umumnya dikeluhkan oleh penderitanya adalah
pasien umumnya merasa tidak nyaman saat berhubungan seksual, terutama saat
melakukan penetrasi yang dalam. Jika kista menekan kantong bladder akan
menyebabkan penderita menjadi sering kencing akibat penekanannya. Siklus

mentruasi yang tidak teratur seperti memanjangnya siklus dan perdarahan vagina
yang tidak normal juga dikeluhkan. Pada wanita yang lebih muda gejala yang
dikeluhkan bisa berupa masa puber yang muncul mendahului dan menarche yang
lebih awal. Gejala lainnya dapat berupa perut kembung, susah mencerna makanan,
dan cepat merasa kenyang.9
Dalam mendiagnosis Kista ovarium kita bisa memperhatikan umur dan Status
Menopause dari pasien. Kistoma ovarii pada wanita premenopause adalah umum
ditemukan dan biasanya bersifat jinak termasuk kista fungsional atau endometrioma.
Resiko menjadi keganasan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.3,5
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan Kista Ovarium lebih berfokus pada
pemeriksaan abdomen dan pelvis. Dari inspeksi abdomen pada masa kista yang besar
akan terlihat benjolan di abdomen. Pada pemeriksaan palpasi jika ukuran kista cukup
besar maka akan mudah teraba, walaupun ovarium yang normal mungkin teraba pada
orang yang kurus saat pemeriksaan pelvis. Tetapi pada semua pasien postmenapause
yang ovariumnya teraba harus dipertimbangkan kista. Jika pasien obesitas palpasi
kista akan cukup sulit.8
Gejala lain yang mungkin bisa ditemukan pada pemeriksaan fisik berupa
takikardia dan hipotensi bila sudah terjadi rupture kista. Pada pemeriksaan tekana
darah bisa didapatkan hipotensi ortostatic. Beberapa komplikasi seperti torsion
ovarian akan menyebabkan hyperpyrexia. Nyeri tekan di sekitar abdomen bagian
bawah juga bisa didapatkan pada beberapa wanita. Kista ovarium juga dapat
menyebabkan timbulnya nyeri tekan pada adnexal atau nyeri gerakan pada cervix.
Pada gejala yang sudah menunjukkan keganasa akan timbul penurunan berat badan,
lyphadenopathy pada leher, kesusahan bernafas, dan tanda dari efusi pleura.10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang paling primer digunakan dalam mendiagnosis
Kista Ovarium adalah pemeriksaan Imaging berupa USG. Dengan menggunakan

USG dapat menggambarkan morfologi kiste ovarium. Jika pemeriksaan USG tidak
dapat menggambarkan secara jelas kista ovarium pemeriksaan USG ulangan dapat
dilakukan untuk menyingkirkan keganasan.11
Ovarium normal berukuran panjangnya 2,5 -5 cm, lebar 1,5 3 cm dengan
ketebalan 0,6 1,5 cm. Jika pada fase folikular dapat ditemukan beberapa folikel di
dalam jaringan ovarium. Sebagian besar penelitian menemukan bahwa kista anechoic
yang unilokuler dengan diameter kurang dari 5 cm jarang merupakan suatu
keganasan, bahkan pada wanita postmenopause. Resiko keganasan adalah kurang dari
1% pada premenopause dan 10% pada wanita postmenopause. Hanya 6% dari kista
dengan diameter 3-5cm yang menunjukkan keganasan pada wanita postmenopause,
sedangkan penelitian lain menemukan tidak adanya keganasan pada kista dengan
ukuran kurang dari 5cm.3,5
Kista multilokuler lebih sering ganas daripada kista unilokuler. Granberg
menemukan bahwa 8% kista multilokuler adalah ganas, dibandingkan dengan hanya
0.3% keganasan pada kista unilokuler. Kista solid, semi-solid, dan mixed tumor,
sering dihubungkan dengan keganasan.Gambaran papiler sering merupakan
keganasan dan resiko keganasan meningkat dari 1.6% menjadi 10% jika suatu kista
unilokuler mengandung suatu bentukan solid atau papiler. Ukuran diameter dari kista
sangat berhubungan erat dengan sifat keganasan dari kistoma ovarii.3,5
Pemeriksaan USG Endovaginal dapat membantu memberikan gambaran yang
lebih detail struktur dari pelvis. Dimana pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan
USG kedalam vagina. Tindakan ini tidak terlalu invasif dan mudah dikerjakan. Jika
dibandingkan dengan USG Transabdominal maka USG Transabdominal akan lebih
baik dalam mengevaluasi ukuran masa dan komplikasinya. Dengan pemeriksaan ini
juga akan mempermudah untuk mengevaluasi struktur intraabdominal lainnya seperti
ginjal dan hati. USG Transabdominal harus dilakukan dalam keadaan buli buli penuh.
Selain itu bisa juga dilakukan 3-D ultrasonography yang akan memberi gambaran
lebih mendetail dalam mengevaluasi kista ovarium.12
Pemeriksaan penunjang lainnya yang yang dapat digunakan seperti CT Scan
dan MRI. Pemeriksaan CT Scan lebih sensitif tetapi kurang spesifik dibandingkan

dengan USG dalam mendeteksi Kista Ovarium. Penggunaan CT Scan dalam


mendiagnosis Kista Ovarium tidak terlalu memberikan keuntungan yang banyak
karena informasi tambahan yang diberikan tidak terlalu banyak. Pemeriksaan MRI
umumnya dikerjakan jika hasil temuan pemeriksaan USG dan CT Scan masih
meragukan. Penggunaan pemeriksaan MRI akan memberi gambaran kontras lebih
baik dari pada CT Scan untuk mengidentifikasi lemak dan darah dan jaringan
lainnya.13
Tidak ada pemeriksaan laboaratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosis
kista

ovarium.

menyingkirkan

Akan

tetapi

differential

pemeriksaan

diagnosis

dan

laboratorium
komplikasi

dari

dapat
kista

membantu
ovarium.

Pemeriksaaan yang dapat dikerjakan berupa:11

Pemeriksaan Urin Kehamilan: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada wanita

umur reproduksi dengan keluhan nyeri di perut


Darah Lengkap: pemeriksaan ini harus berfokus pada kadar hematokrit untuk
mengevaluasi anemia yang disebabkan perdarahan. Peningkatan kadar WBC

juga bisa terjadi pada kondisi seperti torsio ovarium.


Urinalisis: dilakukan untuk mengetahui penyebab lainnya seperti infeksi

saluaran kencing dan batu ginjal


Swab Endocervival: dapat digunakan untuk mengetahui adanya Klamidia dan
GO

Selain pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan antigen kanker juga dapat dikerjakan


pada kasus Kista Ovarium. Karena perlu dipertimbangkan keganasan pada kista
ovarium. Salah satu kanker antigen yaitu antigen kanker 125 (CA125). CA125 adalah
protein yang dikeluarkan pada membran sel dari jaringan normal ovarium dan
karcinoma ovarium. Umumnya kadarnya di serum kurang dari 35U/mL. Peningkatan
kadar CA125 juga dapat mengidentifikasikan adanya keganasan pada ovarium tapi
pada beberapa keadaan peningkatan bisa saja terjadi pada orang normal. Sehingga
pemeriksaan ini sebaiknya dikerjakan bersama dengan pemeriksaan USG untuk
mengkonfirmasi hasil temuan.14
Selain pemeriksaan Imaging, Lab, dan Tumor marker pemeriksaan penunjang
lainnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini

merupakan pemeriksaan definitif dalam mendiagnosis kista ovarium. Dengan


pemeriksaan ini akan menggambarkan jenis dan tipe dari kista.11
2.6 TERAPI KISTA OVARIUM
Terapi dari kista ovarium umumnya dilakukan dengan pengangkatan kista
atau ovarium itu sendiri, namun hal itu tergantung dari jenis kista dan besarnya kista
pada pasien. Pengangkatan kistoma ovarii biasanya dilakukan jika keadaan pasien
memungkinkan untuk menjalani operasi dan metode operasi yang dilakukan adalah
laparoskopi atau laparotomi. Indikasi untuk dilakukannya pengangkatan adalah jika
kista bersifat Persistent dengan ukuran 5 10 cm, menimbulkan gejala, dan Kista
Ovary Kompleks.15
Tujuan

dari

tindakan

Laparatomi

dan

Laparaskopi

adalah

untuk

mengkonfirmasi diagnosis dari kista ovarium, untuk memastikan apakah kista bersifat
ganas, untuk mendapatkan cairan dari pencucian peritoneum sebagai bahan
pemeriksaan sitologi, untuk menghilangkan seluruh kista atau seluruh ovarium, untuk
mengevaluasi keadaan sekitar ovarium, dan untuk menentukan tindakan lanjutan apa
yang diperlukan. Tindakan Laparascopy umumnya lebih sering dikerjakan dari pada
laparatomy karena efek sampinggnya yang lebih sedikit serta penyembuhannya lebih
cepat. Akan tetapi hasil yang diberikan lebih baik jika dilakukan Laparostomy.15
Pasien dengan kista yang jinak umumnya tidak ada kontraindikasi untuk
dilakukan laparoskopi. Pada pasien dengan Kista Dermoid atau Endometrioma atau
kista sederhana yang menimbulkan gejala dimana dengan menggunakan terapi
konserfatif juga tidak sembuh maka tindakan yang bisa dilakukan adalah pembedahan
untuk mengangkat kistanya. Pada kista yang ganas umumnya tindakan pembedahan
pilihannya adalah dengan laparatomi, karena umumnya berhubungan dengan
penyebaran yang luas dari kistanya21.
Jika kista ovarium bersifat jinak, pengangkatan ovarium lainnya harus
dipertimbangkan pada pasien postmenapause, dan pasien premenapause dengan umur
lebih dari 35 tahun ayng sudah berencana untuk tidak memiliki anak lagi, terutama
bila dalam keluarganya ada yang memiliki riwayat keganasan ovarium. Karena besar

kemungkinan kista akan berkembang menjadi ganas. Namun indikasi ini tidaklah
absolut, tergantung dari keinginan pasien. Penggunaan dari obat kontrasepsi oral
dapat mencegah timbulnya kista Ovarium Fungsional, tetapi penggunaan Kontrasepsi
oral tidak membantu mempercepat hilangnya kista fungsional yang telah muncul.15
Torsi, sebagai komplikasi paling sering yang dijumpai pada kasus-kasus
adanya masa adneksa pada masa kehamilan, terkadang menghasilkan gejala-gejala
akut yang sesuai daengan tingkat iskemia jaringan. Selanjutnya intervensi operasi
emergensi biasanya dibutuhkan. Bila hanya terjadi torsi parsial dan pada inspeksi
ditemukan bahaya minimal dari vaskuler, didapat adneksa yang berubah
bentuk,reseksi konservatif dilakukan dengan hati-hati dan ovarium difiksasi untuk
menghindari torsi. Sebaliknya, torsi komplit memerlukan ooforektomi (terkadang
bersamaan dengan salpingektomi) dengan identifikasi dan mobilisasi seperlunya dari
ureter untuk memungkinkan ligasi tinggi pembuluh gonad, sehingga meminimalkan
pelepasan potensial emboli trombotik selama prosedur bedah dilakukan.
disadari bahwa lesi ovarium ganas jarang terjadi pada kasus torsi adneksa.7

Harus

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: NKA

Umur

: 41 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Hindu

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Bangbang Tengah Tembuku, Bangli

Bangsa

: Indonesia

Status perkawinan : Menikah

3.2

Nama Suami

: IPM

Pekerjaan

: Petani

Tanggal MRS

: 14 Maret 2015

Anamnesis
Keluhan Utama

: Nyeri perut bawah bagian kanan

Pasien datang ke Poliklinik RSUD Klungkung pada tanggal 14 Maret 2015


dengan keluhan nyeri di perut bawah bagian kanan. Keluhan nyeri perut ini
mulai dirasakan oleh pasien sejak 3 tahun yang lalu (2012) dan nyeri dirasakan
hilang timbul. Nyeri dirasakan memberat sejak 3 bulan yang lalu. Lalu sejak
kemarin (13 Maret 2015) nyeri dirasakan semakin memberat sehingga pasien
datang ke UGD RSUD Klungkung. Keluhan nyeri pada perut dirasakan
terutama bila beraktifitas dan membaik dengan istirahat. Keluhan nyeri perut ini
membaik dengan istirahat terutama berbaring di tempat tidur.
Selain itu pasien juga mengeluh teraba benjolan di perut bagian kanannya sejak
6 tahun yang lalu. Keluhan benjolan ini dirasakan perlahan-lahan dan semakin
membesar. Benjolan pertama kali dirasakan secara tidak sengaja sewaktu pasien

bekerja. Perut pasien semakin membesar namun tidak membatasi kegiatan


sehari-hari karena pasien sudah terbiasa.
Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah keputihan sejak bulan yang lalu.
Keputihan tidak terlalu banyak namun berbau. Pasien juga mengeluh merasa
nyeri bila berhubungan. Nafsu makan dikatakan normal dan pasien tidak
mengalami kesulitan dalam BAB dan BAK. Riwayat keluar darah pervaginam
disangkal oleh pasien.
Riwayat Menstruasi
Pasien menarche umur 11 tahun, dengan siklus teratur setiap 28 hari, lamanya
3-5 hari dengan volume 50 cc tiap kali menstruasi. Adanya keluhan saat
menstruasi disangkal oleh pasien. Menstruasi terakhir dikatakan tanggal 5
Maret 2015.
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak 2 kali. Pasien menikah dengan suami saat berusia 17
tahun dan kemudian bercerai saat usia pernikahan 14 tahun. Pada tahun 2004
saat berusia 31 tahun pasien menikah kembali dengan suami saat ini dan usia
perkawinan sampai sekarang telah mencapai 10 tahun.

Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu


1. BB lahir 3600 g, spt B, Bidan, 21 tahun, anak dengan suami pertama
2. Abortus, kuret tahun 2008, anak dengan suami kedua

Riwayat Pemakaian Alat Kontrasepsi

Pasien pernah menggunakan kontrasepsi IUD sejak tahun 1991 sampai tahun
2004 saat masih menikah dengan suami pertama. Setelah bercerai dan menikah
dengan suami kedua hingga sekarang, pasien tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi lagi.

Riwayat Penyakit dan Pengobatan


Pasien sempat berobat ke Puskesmas 1 bulan yang lalu dan diberikan obat
penghilang rasa sakit. Setelah itu pasien sempat berobat ke Rumah Sakit
Permata Hati 2 minggu yang lalu, dikatakan tidak ada kelainan. Riwayat
berobat ke dukun atau meminum jamu disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat
menderita penyakit hipertensi, DM, tumor atau kangker di jalan lahir disangkal.
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat menderita alergi terhadap obat atau
makanan tertentu.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat keluhan yang sama di dalam keluarga disangkal oleh pasien. Penyakit
sistemik lainnya seperti hipertensi, DM, kanker juga disangkal.

Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien adalah seorang petani dan sehari-hari bekerja di sawah dari pagi hingga
sore hari. Suami pasien juga seorang petani. Penghasilan pasien dan suami

dikatakan cukup untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluaan


pengobatan pasien. Pasien dikatakan rajin menjaga kebersihan diri dan alat
kelamin dengan mandi 2 kali sehari dan selalu mencuci alat kelamin setiap kali
mandi, sebahis BAB/BAK dan setelah berhubungan.

3.3

Pemeriksaan Fisik (tanggal)


Status Present
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: CM (E4V5M6)

Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu tubuh

: 36,5 0C

Berat Badan

: 67 kg

Tinggi Badan

: 154 cm

Status Lokalis
Mata

anemis (-), ikterus (-), refleks pupil +/+ isokor 3mm

THT

kesan tenang

Thorak

simetris (+), retraksi (-)

Cor

S1S2 tunggal, reguler, murmur(-)

Pulmo

vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen

~ status ginekologi

Vagina

~ status ginekologi

Ekstimitas

hangat + +, edema - ++

Status Ginekologis
Mammae

dalam batas normal

- -

Inspeksi :

simetris (+), puting susu menonjol (+), discharge (-),


hiperemis (-), edema (-), benjolan (-)

Palpasi
Abdomen

massa (-)

Inspeksi :

Luka bekas oprasi (-), Masssa (-), Distensi (-)

Auskultasi:

bising usus (+)/N

Palpasi

TFU ttb, teraba massa kistik ukuran 6 cm, permukaan

rata, mobile, nyeri tekan (+), ascites (-)


Vagina

:
Inspeksi :

Pengeluaran Pervagina (-)

Inspekulo:

V/V Flx(-), Fl(-), massa (-); Portio tampak licin utuh;


CD tidak menonjol

VT :

Flx (-), Fl(-); Portio teraba licin, massa (-), CuAF b/c ~
normal, AP ki = massa (-), nyeri tekan (-), AP ka =
massa (+), 6 cm, kistik, mobile (-), nyeri tekan (+); CD
bulging (-)

3.4

Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap (1 Maret 2015)
WBC

: 9,9 x 103/uL

RBC

: 4,29 x 103/uL

HGB

: 13,3 g/dL

HCT

: 37,4 %

MCV

: 87,1 fl

MCH

: 31,1 pg

MCHC

: 35,7 g/dl

PLT

: 119 x 103/uL

RDW

: 10%

Urine Lengkap (1 Maret 2015)


Warna

: Kuning

Kekeruhan

: Jernih

pH

: 7,0

Leukosit

: (+)

Sedimen
Leukosit

: (+) 0-1 / lpb

Eritrosit

: (-)

Epitel

: (+) 3-5 /lpb

Kristal

: (-)

Kimia Darah (1 Maret 2015)


Ureum

: 30 mg/dl

Creatinin

: 0,76 mg/dl

BS sewaktu

: 113 mg/dl

SGOT

: 34 U/L

SGPT

: 11 U/L

(5 Maret 2015)
Albumin

: 3,6 g/dl

Faal Hemostasis
Waktu Perdarahan : 2.30 menit
Waktu Pembekuan : 12 menit
USG Abdomen (5 Maret 2015)

Hepar: ukuran tidak membesar, echoparencyme normal homogen, sudut


tajam tepi regular, sistem vaskuler dan bilier tidak melebar, tak tampak
massa.

Gall Bladder: ukuran tidak membesar, tak tampak pembesaran, tak tampak
penebalan dinding, tak tampak batu maupun sludge.

Lien: ukuran tidak membesar, tak tampak massa

Pankreas: ukuran normal, tak tampak massa

Ginjal Kanan: ukuran tidak membesar, echocortex normal, sinus korteks


masih jelas, tak tampak ektasis, tak tampak batu/ kista maupun massa.

Ginjal Kiri: ukuran tidak membesar, echocortex normal, sinus korteks


masih jelas, tak tampak ektasis, tak tampak batu maupun massa, kista 2,6
cm.

Buli: terisi urine cukup, tak tampak penebalan dinding, tak tampak batu.

Tampak cyste adnexa hiperechoic dengan septa uk 8,66 x 6 x 11,52 cm

Tak tampak gambar cairan bebas di cavum abdomen

Kesan:

3.5

Cyste adnexa dengan septa kesan kista kompleks

Kista ginjal kiri

Hepar, GB, lien, pancreas, ginjal kanan serta buli dalam batas normal.

Diagnosis Kerja
Kista Ovarium

3.6

Rencana Kerja
Terapi :

1.

MRS

2.

Pre Op rencana laparotomi

3.

Monitor : Observasi keluhan, vital sign

4.

KIE : pasien dan keluarga tentang rencana tindakan dan komplikasi


perjalanan penyakit

3.7

Perjalanan Penyakit

Follow-up pasien di Ruang B/ Obgyn


14/3/201
5
13.30

S:
pasien mengeluh sakit pinggang dan sakit perut bawah bagian
kanan
O:
Status Present :
TD : 110/80; N : 84 x/m; RR : 22x/m; tax : 36,7C
Status Generalis :
Mata : anemis -/Thorax: cor

: S1S2 tunggal regular murmur (-)

pulmo : Ves +/+, Wh. -/-, Rh.-/Ekstrimitas: hangat hangat + +, oedema - ++

- -

Status Ginekologi:
Abdomen

Inspeksi : luka bekas operasi (-), masssa (-), distensi (-)


Auskultasi: bising usus (+)/N
Palpasi

: TFU ttb, teraba massa kistik ukuran 6 cm,


permukaan rata, mobile, nyeri tekan (+), ascites
(-)

Vagina

Inspeksi : Pengeluaran Pervagina (-)


Inspekulo: V/V Flx(-), Fl(-), massa (-); Portio tampak licin
utuh; CD tidak menonjol
VT

: Flx (-), Fl(-); Portio teraba licin, massa (-), CuAF


b/c ~ normal, AP ki = massa (-), nyeri tekan (-),
AP ka = massa (+), 6 cm, kistik, mobile (-),
nyeri tekan (+); CD bulging (-)

Ass :
Kista Ovarium
P:
Koordinasi dengan dr anestesi
Mx : Keluhan, Vital Sign
KIE : Inform consent
15/3/201
5
06.00

S:
sakit perut bawah bagian kanan (+)
O:
Status Present :
TD : 110/70; N : 80 x/m; RR : 20x/m; tax : 36,3C
Status Generalis :
Mata : anemis -/Thorax: cor

: S1S2 tunggal regular murmur (-)

pulmo : Ves +/+, Wh. -/-, Rh.-/Ekstrimitas: hangat hangat + +, oedema - ++

- -

Status Ginekologi :
Abdomen

Inspeksi : luka bekas operasi (-), masssa (-), distensi (-)


Auskultasi: bising usus (+)/N
Palpasi

: TFU ttb, teraba massa kistik ukuran 6 cm,


permukaan rata, mobile, nyeri tekan (+), ascites
(-)

Vagina: pengeluaran pervagina (-), VT tidak dikerjakan


Ass :
Kista Ovarium
P:
IVFD
Persiapan pre-op,

Mx : Keluhan, Vital Sign


KIE : puasa dari jam 10 malam
16/3/201
5
06.00

S:
sakit perut bawah bagian kanan (+), pusing (-)
O:
Status Present :
TD : 110/70; N : 78 x/m; RR : 20x/m; tax : 36,3C
Status Generalis :
Mata : anemis -/Thorax: cor

: S1S2 tunggal regular murmur (-)

pulmo : Ves +/+, Wh. -/-, Rh.-/Ekstrimitas: hangat hangat + +, oedema - ++

- -

Status Ginekologi :
Abdomen

Inspeksi : luka bekas operasi (-), masssa (-), distensi (-)


Auskultasi: bising usus (+)/N
Palpasi

: TFU ttb, teraba massa kistik ukuran 6 cm,


permukaan rata, mobile, nyeri tekan (+), ascites
(-)

Vagina: pengeluaran pervagina (-), VT tidak dikerjakan


Ass :
Kista Ovarium
P:
-

IVFD

Mx : Keluhan, Vital Sign


KIE : tetap puasa sampai operasi berlangsung
16/3/201
5
13.30

S: Os tiba di Ruang B dalam keadaan sadar, nyeri luka op (+),

pusing (-), flatus (-), mobilisasi (-)


O:
Status Present :
Tensi : 110/70; N : 78 x/m; RR : 20x/m; tax : 36,3C
Status Generalis :
Mata : anemis -/Thorax: cor

: S1S2 tunggal regular murmur (-)

pulmo : Ves +/+, Wh. -/-, Rh.-/Ekstrimitas: hangat hangat + +, oedema - ++

- -

Urogenital: terpasang DC
Status Ginekologi :
Abdomen :
-

Inspeksi: luka operasi (+) terawat regio suprasimpisis

Auskultasi: bising usus (+)/N,

Palpasi: massa (-), nyeri tekan (+)

Vagina: perdarahan (+) dbn


Ass :
Post cystectomy Hari ke 0
P:
Tx :
- IVFD D5 : RL 2 : 2 28 tts/mnt
- Drip fentanil100 mcq + ketorolac 30 mg dalam RL 500 cc 21
tpm
- Ketorolac 3 x 30 mg intravena
- Bila mual/muntah: ondansentron 3 x 4 mg
Mx : Observasi VS 2 jam post-op
KIE : Posisi tidur terlentang s/d 6 jam post op, boleh minum 6 jam
post op
17/3/201
5

06.00

S:
Nyeri luka operasi (+) berkurang, flatus (+), mobilisasi (+)
O:
Status Present :
TD : 110/70; N : 90 x/m; RR : 20x/m; tax : 36C
Status Generalis :
Mata : anemis -/Thorax: cor

: S1S2 tunggal regular murmur (-)

pulmo : Ves +/+, Wh. -/-, Rh.-/Ekstrimitas: hangat hangat + +, oedema - ++

- -

Status Ginekologi :
Abdomen :
-

Inspeksi: luka operasi (+) terawat regio suprasimpisis

Auskultasi: bising usus (+)/N,

Palpasi: massa (-), nyeri tekan (+)

Vagina: perdarahan (-)


Ass :
Post cystectomy Hari ke 1
P:
Tx:
-

IVFD RL 20 tpm

18/3/201
5
06.00

S:
Nyeri luka operasi (+) berkurang
O:
Status Present :
TD : 110/80; N : 80 x/m; RR : 20x/m; tax : 36C
Status Generalis :
Mata : anemis -/-

Thorax: cor

: S1S2 tunggal regular murmur (-)

pulmo : Ves +/+, Wh. -/-, Rh.-/Ekstrimitas: hangat hangat + +, oedema - ++

- -

Status Ginekologi :
Abdomen :
-

Inspeksi: luka operasi (+) terawat regio suprasimpisis

Auskultasi: bising usus (+)/N,

Palpasi: massa (-), nyeri tekan (+)

Vagina: perdarahan (-)


Ass :
Post cystectomy Hari ke 2
P:
Tx:
-

IVFD RL 20 tpm

Cepoperazol p.o

NS p.o

SF p.o

Mx: Keluhan, Vital Sign


KIE: Vulva hygiene
19/3/201
5
S:
Nyeri luka operasi (+) berkurang
O:
Status Present :
TD : 120/80; N : 80 x/m; RR : 20x/m; tax : 36C
Status Generalis :
Mata : anemis -/Thorax: cor

: S1S2 tunggal regular murmur (-)

pulmo : Ves +/+, Wh. -/-, Rh.-/-

Ekstrimitas: hangat hangat + +, oedema - ++

- -

Status Ginekologi :
Abdomen :
-

Inspeksi: luka operasi (+) terawat regio suprasimpisis

Auskultasi: bising usus (+)/N,

Palpasi: massa (-), nyeri tekan (+)

Vagina: perdarahan (-)


Ass :
Post cystectomy Hari ke 3
P:
BPL
Kontrol ke Poliklinik Kebidanan 1 minggu lagi
KIE: Vulva hygiene

ISIIIN TERAPI YANG LENGKAP SESUAI FOTO

Laporan Operasi
Operasi

: Kistoma Ovarii

Jenis Anestesi

: Regional Anestesi

Teknik Anestesi

: SAB

Nama Operasi

: Cystectomy

Tanggal Operasi

: 16 Maret 2015

Jam Mulai

: 13.10 Wita

Jam Selesai

: 14.00 Wita

Riwayat Operasi :

Regional anestesi dengan SAB

Dilakukan antisepsis dengan betadine,

Dipersempit lapangan operasi dengan doek steril

Insisi midline suprasimpisis diperlebar hingga melewati umbilikus, diperdalam


s/d menembus peritoneum

Identifikasi organ genitalia interna

Uterus = normal

Tampak massa kistous ovarium dextra dengan bagian padat berukuran 8cm
intraligamental, sisihkan pecah keluar cairan jernih dilakukan
cystectomy hecting ovasalfing, tuba kanan, hidrosalfingx.

Ovarium kiri normal, tuba melekat, hidrosalfing.- Identifikasi organ genetalia


interna

Cuci kavum abdomen dengan NaCl 0,9% 1000cc

Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.

Operasi selesai.

Ass : Post cystectomy


Tx : - IVFD D5 : RL 2 : 2 28 tts/mnt
- Drip fentanil100 mcq + ketorolac 30 mg dalam RL 500 cc 21 tpm
- Ketorolac 3 x 30 mg intravena
- Bila mual/muntah: ondansentron 3 x 4 mg
Mx : Observasi VS selama dalam pengaruh blok anestesia
KIE : Posisi tidur terlentang s/d 6 jam post op, boleh minum 6 jam post op

SAMAIN DENGAN YANG DI BAB 3 YA INI BELUM DI EDIT CEK2 LAGI


BAB IV
LAPORAN KASUS
4.1 ANAMNESIS
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan utama
nyeri di perut kanan diserta timbulnya benjolan di perut bagian kanan sejak 6 tahun
yang lalu. mulai dirasakan oleh pasien sejak 3 tahun yang lalu (2012) dan nyeri
dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan memberat sejak 3 bulan yang lalu. Lalu
sejak kemarin (13 Maret 2015) nyeri dirasakan semakin memberat sehingga pasien
datang (14 Maret 2015) ke Poliklinik RSUD Klungkung. Sewaktu pasien merasakan
perutnya semakin membesar, keluhan nyeri perut belum dirasakan. Keluhan nyeri

pada perut mulai dirasakan bila beraktifitas dan membaik dengan istirahat. Keluhan
nyeri perut ini membaik dengan istirahat terutama berbaring di tempat tidur.
Secara teori pasien dengan Kista Ovarium umumnya dari hasil anamnesis
gejala yang bisa detemukan adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian
bawah. Jika sudah menimbulkan komplikasi yang buruk seperti Torsio ovary atau
rupture kiste akan memberi rasa nyeri yang lumayan berat dan perlu penanganan
lebih lanjut. Pasien ini pasien datang dengan keluhan utama nyeri di perut bagian
kanan, sehingga bisa mengarahkan diagnosis. Walaupun dari keluhan ini masih
banyak diagnosis yang mungkin.8
Pasien juga mengeluh teraba benjolan di perut bagian Kanannya. Keluhan
benjolan ini dirasakan perlahan-lahan dan semakin membesar. Perut pasien
dikeluhkan perlahan- lahan membesar sejak tahun 2009. Keluhan pertama kali
ditemukan secara tidak sengaja sewaktu pasien bekerja. Pasien juga tidak
mengeluhkan merasakan sakit saat berhubungan. Pasien mengeluh sering mengalami
keputihan yang berbau.
Berdasarkan data dari literature beberapa gejala lainnya yang umumnya
dikeluhkan oleh penderita kista ovarium adalah pasien umumnya merasa tidak
nyaman saat berhubungan seksual, terutama saat melakukan penetrasi yang dalam.
Gejala lainnya dapat berupa perut kembung. Pada pasien ini didapatkan terasa seperti
benjolan di perut bagian kanan dan juga adanya rasa nyeri saat berhubungan seksual.
Hal ini sesuai dengan teori yang sudah ada. Sehingga dari hasil anamnesis pada
pasien ini sudah dapat mengarahkan diagnosis ke Kista Ovarium. Tetapi untuk
diagnosis yang lebih akurat dibutuhkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang tepat pada pasien ini
4.2 PEMERIKSAAN FISIK
Status Present Keadaan umum: Baik, Kesadaran: CM (E4V5M6), Tekanan
Darah: 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 20x/menit, Suhu tubuh: 36,5 0,
Berat Badan: 62 kg, Tinggi Badan: 154 cm. Status Lokalis Mata: anemis (-), ikterus
(-), refleks pupil +/+ isokor 3mm, THT: kesan tenang, Thorak: simetris (+), retraksi
(-)

, Cor: S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), Pulmo: vesikuler +/+, rhonki -/-,

wheezing -/-, Abdomen: ~ status ginekologi, Vagina: ~ status ginekologi, Ekstimitas


: akral hangat ke 4 ekstremitas, oedema negatife di 4 ekstremitas. Status
Ginekologis Mammae: dalam batas normal, Inspeksi: Simetris (+), puting susu
menonjol (+), pengeluaran (-), kebersihan

cukup (+) hiperemis (-), edema (-),

benjolan (-), Palpasi: massa (-), Abdomen : Inspeksi: benjolan di perut kanan bawah,
Auskultasi: Bising Usus (+)/N, Palpasi: Teraba massa kistik, permukaan rata, mobile,
nyeri tekan (+), acsites (-), Vagina: Inspeksi : V/V Flx(-), Fl(-), Massa (-), P (-)
terdorong ke atas, Palpasi: VT Flx (-), Fl(-), P (-) AP ka = Massa (+), Kistik,
Mobile (+), Nyeri tekan (+), AP ki = Massa (-), Nyeri (-), CuAF b/c ~ N
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan Kista Ovarium lebih berfokus pada
pemeriksaan abdomen dan pelvis. Dari inspeksi abdomen pada masa kista yang besar
akan terlihat benjolan di abdomen. Pada pemeriksaan palpasi jika ukuran kista cukup
besar maka akan mudah teraba, walaupun ovarium yang normal mungkin teraba pada
orang yang kurus saat pemeriksaan pelvis. Tetapi pada semua pasien postmenapause
yang ovariumnya teraba harus dipertimbangkan kista. Jika pasien obesitas palpasi
kista akan cukup sulit.8
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan adanya Inspeksi: benjolan di perut
kiri bawah, Palpasi: Teraba massa kistik, permukaan rata, mobile, nyeri tekan (+). Hal
ini sudah sesuai dengan teori yang ada sehingga hasil anamnesis dan dari
pemeriksaan fisik juga sudah bisa mengarahkan diagnosis pada pasien ini ke Kista
Ovarium. Tetapi untuk diagnosis pasti perlu dilakukan pemeriksaan penunjang,
terutama pemeriksaan Imaging agar diagnosis dapat ditegakkan
4.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG

Abdomen(5

Maret

2015)

Hepar:

ukuran

tidak

membesar,

echoparencyme normal homogen, sudut tajam tepi regular, sistem vaskuler dan bilier
tidak melebar, tak tampak massa. Gall Bladder: ukuran tidak membesar, tak tampak
pembesaran, tak tampak penebalan dinding, tak tampak batu maupun sludge. Lien:
ukuran tidak membesar, tak tampak massa. Pankreas: ukuran normal, tak tampak
massa. Ginjal Kanan: ukuran tidak membesar, echocortex normal, sinus korteks

masih jelas, tak tampak ektasis, tak tampak batu/ kista maupun massa. Ginjal Kiri:
ukuran tidak membesar, echocortex normal, sinus korteks masih jelas, tak tampak
ektasis, tak tampak batu maupun massa, kista 2,6 cm. Buli: terisi urine cukup, tak
tampak penebalan dinding, tak tampak batu. Tampak cyste adnexa hiperechoic
dengan septa uk 8,66 x 6 x 11,52 cm. Tak tampak gambar cairan bebas di cavum
abdomen Kesan: Cyste adnexa dengan septa kesan kista kompleks Kista ginjal kiri
Hepar, GB, lien, pancreas, ginjal kanan serta buli dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang yang paling primer digunakan dalam mendiagnosis
Kista Ovarium adalah pemeriksaan Imaging berupa USG. Dengan menggunakan
USG dapat menggambarkan morfologi kiste ovarium. Ovarium normal berukuran
panjangnya 2,5 -5 cm, lebar 1,5 3 cm dengan ketebalan 0,6 1,5 cm. Ukuran
diameter dari kista sangat berhubungan erat dengan sifat keganasan dari kistoma
ovarii Hanya 6% dari kista dengan diameter 3-5cm yang menunjukkan keganasan
pada wanita postmenopause, sedangkan penelitian lain menemukan tidak adanya
keganasan pada kista dengan ukuran kurang dari 5cm.3,5
Pada kasus sudah dilakukan pemeriksaan Imaging berupa USG dimana dari
pemeriksaan didapatkan adanya kista dengan ukuran diameter 8,66 cm. Hal ini sesuai
dengan teori dimana dinyatakan pada kista dengan ukuran diatas 5 cm
memungkinkan kista ini adalah suatu kista yang ganas. Sehingga dari hasil
pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien ini
dapat disimpulkan diagnosis pasien ini adalah Kista Ovarium Dekstra.
4.4 PENATALAKSANAAN
Pada pasien ini diterapi dengan MRS, Pre Op rencana laparotomi, Monitoring
Observasi keluhan dan vital sign serta KIE pasien dan keluarga tentang rencana
tindakan dan komplikasi tindakan. Terapi dari kista ovarium umumnya dilakukan
dengan pengangkatan kista atau ovarium itu sendiri, namun hal itu tergantung dari
jenis kista dan besarnya kista pada pasien. Pengangkatan kistoma ovarii biasanya
dilakukan jika keadaan pasien memungkinkan untuk menjalani operasi dan metode

operasi yang dilakukan adalah laparoskopi atau laparotomi. Indikasi untuk


dilakukannya pengangkatan adalah jika kista bersifat Persistent dengan ukuran 5 10
cm, menimbulkan gejala, dan Kista Ovary Kompleks.Pada kista yang ganas
umumnya tindakan pembedahan pilihannya adalah dengan laparatomi, karena
umumnya berhubungan dengan penyebaran yang luas dari kistanya.15
Pada pasien dilakukan terapi berupa Laparatomi, dimana hal ini sudah sesuai
dengan teori. Pasien memang seharus dilakukan laparotomi melihat dari ukuran kista
yang memungkinkan bahwa kista pada pasien bersifat ganas. Indikasi untuk
dilakukan oprasi pada pasien juga sudah sangat jelas dari keluhan yang dinyatakan
oleh pasien. Sehingga secara terapi pasien ini sudah tepat

Anda mungkin juga menyukai